Modul Psikologi Konseling [TM11].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Konseling
P rob le m So l vin g Cou ns el ing
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
10
Kode MK
Disusun Oleh
MK 61033
Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog
Abstract
Kompetensi
Modul berisi mengenai teknik problem
solving counseling.
Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teknik problem solving
counseling.
I. Pemahaman Dasar Problem Solving
Counseling
Pada proses konseling seorang konselor berusaha untuk dapat menentukan masalah
mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu. Secara aktif konselor membantu klien
mengarahkan perilaku klien pada pemecahan masalah. E.G. Williamson menggambarkan
bahwa konselor adalah sebagai seorang guru yang menerapkan proses pemecahan masalah di
dalam suasana pengajaran individual yang bersifat rasional. Pengarahan konseling tersebut
mengacu pada konseling directive dan disebut pula counseling centered. Terapi yang rasional
cenderung bersifat eklektif, artinya cenderung untuk menerima berbagai macam teknik. Terapi
ini disebut sebagai terapi realitas. Terapi realitas bertujuan membimbing konseli ke arah
mempelajari perilaku yang realitis dan bertanggungjawab serta mengembangkan identitas
keberhasilan. Sasarannya menjadikan klien membuat penafsiran-penafsiran dan pertimbanganpertimbangan nilai sendiri. Pendekatan ini pada dasarnya adalah terapi yang aktif, direktif dan
didaktif.
Maksud konseling menurut Williamson adalah membantu perkembangan kesempurnaan
berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam hubungan konseling, individu diharapkan mampu
menghadapi, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalahnya. Dari pengalaman ini
individu belajar untuk menghadapi situasi konflik di masa mendatang.
Konsep utama pendekatan realitas adalah menolak model medis dan konsep tentang
penyakit mental. Berfokus pada apa yang bisa dilakukan sekarang, dan menolak masa lalu
sebagai variable utama. Pertimbangan nilai dan tanggungawab moral ditekankan. Kesehatan
mental sama dengan penerimaan atas tanggungjawab.
Tugas utama terapis adalah melibatkan diri dengan klien mendorong untuk menghadapi
kenyataan dan untuk membuat pertimbangan klien mengenai tingkah lakunya sekarang.
Setelah klien menerapkan perubahan-perubahan spesifik yang diinginkannya, rencana-rencana
dibuat, dan hasil-hasilnya dievaluasi. Pemahaman dan perubahan sikap tidak dipandang
penting.
2016
1
Psikologi Konseling
Muhammad Ramadhan M.Psi,
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Berikut adalah teknik konseling dalam pemecahan masalah :
A. Mendefinisikan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Atau dapat
dikatan sebagai suatu kesenjangan yang terjadi antara kondisi ideal yang didambakan
dengan kenyataan yang tengah dijalani. Masalah akan muncul bila mana keinginan
suatu indvidu tidak mampu ia penuhi karna berbagai kondisi dan keterbatasan yang ia
miliki. Pada tahap ini dirumuskan masalah yang dihadapi klien saat ini, penentuan
masalah dapat pula dilakukan atas dasar kategori yang dikemukakan oleh Bordin atau
Pepinsky. Ketegori tersebut meliputi :
Bordin :

Pepinsky :

Depcelence
percaya diri)
(ketergantungan)

Lack of information (kurang
informasi)

Self-conflict (konflik diri)

Choice-anxiety
No
problems
2
Psikologi Konseling
Muhammad Ramadhan M.Psi,
Lack of information (kurang
informasi)
Lack
of
skill
(kurang
keterampilan)
(cemas

Depcelence
(ketergantungan)
(bukan
permasalahan selain di atas
2016


memilih)

Lack of assurance (kurang
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Self-conflicts
(konflik
diri)
 Menanyakan keinginan-keinginan konseli
Konselor : “saya akan membantu jika Anda bersedia mendiskusikan apa yang
sedang anda alami.”
Konseli
: “saya baik-baik aja kok.”
Konselor : “saya juga berharap seperti itu, tapi mungkin ada yang ingin anda
sampaikan dengan kedatangan anda kesini.”
Konseli
: “sudah satu tahun belakangan saya mengenal putaw dan merasa
senang setelah mengkonsumsinya.”
Konselor : “apa yang anda inginkan dengan mengkonsumsi putaw?”
Konseli
: “kondisi keluargaa membuat saya tertekan dan saya memperoleh
ketenangan dengan mengkonsumsi putaw.”
 Menanyakan apa yang benar-benar diinginkan
Konselor : “jadi, anda menginginkan ketenangan? Keterangan yang bagaimana
yang anda inginkan?”
Konseli
: “saya pusing setiap hari mendengar pertengkaran orang tua saya.”
Konselor : “kamu ingin orangtuamu tidak selalu bertengkar?”
Konseli
: “yaa..”
Konselor : “apa lagi yang benar-benar kamu inginkan?”
 Menanyakan apa yang terpikir oleh konseli tentang yang diinginkan
orang lain dari dirinya dan menanyakan bagaimana konseli melihat hal
tersebut
Konselor : “apa yang diinginkan orangtua dari anda ?”
Konseli
: “mereka ingin saya menjadi anak yang penurut, padahal saya begini
karena mereka Cuma sibuk bertengkar, tidak pernah memperhatikan
saya.”
B. Mengidentifikasikan Alternatif Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan suatu proses dimana individu menilai
perubahan yang ada pada diri dan lingkungannya, membuat pilihan-pilihan baru,
keputusan-keputusan atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan nilai
hidupnya. Beberapa strategi dalam pengembangan alternatif pemecahan masalah :
[Type the company name]
[Type the document title]

Forcing Conformity : klien harus melaksanakan tugas hidup yang harus
dijalani, disisi lain ia tidak senang melakukannya. Pada posisi tidak ada
pilihan ini apakah klien ingin mencoba mencapai tujuan hidupnya yang ia
harus lakukan. Dalam hal ini ia dihadapkan
pada posisi yang tidak
menyenangkan/nyaman. Contoh, klien tidak menyukai guru Bahasa inggris,
sedangkan gurunya itu hanya satu di sekolah. Mau atau tidak ia harus
memahami mata pelajaran itu karena inggris adalah salah satu syarat
pelajaran untuk kelulusan siswa.

Changing attitude, masalah klien dapat diselesaikan melalui sikap-sikap yang
ditampilkan saat ini diduga sebagai penyebab timbulnya masalah yang
dialami. Oleh karena itu, klien harus mengubah sikap-sikap yang tidak disukai
lingkungan (pergaulan, komunikasi dsb)

Learning the needed skills, belajar menemukan keterampilan. Banyak klien
yang gagal mencapai tujuan karena ia tidak terampil.

Selecting the appropriate enviromenment, dalam keadaan tertentu perubahan
sikap dan perilaku klien sulit dilakukan karena lingkungan yang mendukung.
Oleh sebab itu, klien harus memilih lingkungan yang tepat untuk perubahan
tersebut. Misal, ingin diet namun di rumah selalu ada stock makanan berlebih
(cemilan), lingkungan keluarga berarti kurang mendukung dengan niat klien
ingin diet.

Pengujian alternatif pemecahan masalah. Diuji kelebihan, kelemahan, faktor
pendukug dan penghambat apabila alternatif tersebut dilaksanakan.
Langkah-langkah pemecahan masalah :
a. Memahami masalah : masalah harus dirumuskan, dibatasi dengan teliti.
b. Mengumpulkan data : jika masalah sudah jelas, maka dapat dikumpulkan
data/informasi/keterangan yang diperlukan. Setelah ditetapkan masalah yang
akan dibicarakan dalam konseling, selanjutnya adalah mengumpulkan data klien
yang bersangkutan. Data klien yang dikumpulkan harus secara komprehensif
(meneyeluruh) yang meliputi: data diri, data orang tua (ayah ibu), data
pendidikan, data kesehatan, dan data lingkungan.
Data diri bisa menyangkut nama lengkap dan nama panggilan atau nama
kesayangan, jenis kelamin, anak ke berapa, status anak dalam keluarga
(kandung, tiri, angkat), tempat tanggal lahir, agama, hobi atau cita-cita, ciri-ciri
tubuh, alamat, dan lain sebagainya. Data oran tua dapat mencangkup: nama
ayah, tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan perbulan, alamat, dan
2015
9
Pengantar Psikodiagnostikl
Muhammad Ramadhan M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
[Type the company name]
[Type the document title]
lain-lain. Data pendidikan dapat mencangkup: tingkat pendidikan, status sekolah,
lokasi sekolah, sekolah sebelumnya, kelas berapa, dan lain-lain. Data kesehatan
dapat mencangkup: riwayat penyakit yang sudah pernah diderita, pernah atau
tidak dirawat di rumah sakit dan gangguan kesehatan yang lain yang bisa
mempengaruhi fisik dan psikis siswa yang bersangkutan. Data lingkungan dapat
mencakup: di mana siswa tinggal, dengan siapa ia tinggal, bagaimana pola asuh
keluarga, dalam lingkungan seperti apa, dan lain sebagainya.
c. Merumuskan hipotesis : jawaban sementara yang mungkin memberikan
penyelesaian keterangan yang diperoleh, atau harapan yang membawa
pemecahan masalah. Atau penentuan sejumlah solusi penyelesaian yang akan
digunakan sebagai alternatif.
d. Menilai hipotesis : dapat diperkirakan sebab-akibat suatu hipotesis.
e. Menguji hipotesis : diuji melalui eksperimen. Jika berhasil maka masalah
dipecahkan, tetapi jika gagal maka kembali ke langkah 2 dan 3.
f.
Menyimpulkan : laporan keseluruhan prosedur pemecahan masalah. Dapat
dicetuskan suatu prinsip atau hukum. Pemecahan maslaah secara ilmiah
berguna bagi siswa untuk memecahkan masalah yang sulit, berbagai bidang
studi dan berkaitan dengan kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Hambatan dalam pelaksanaan metode pemecahan masalah :

Masalahnya belum dipahami benar

Individu yang bersangkutan tidak dapat menarik hubungan antara situasi
yang satu dengan yang lain, antara satu data dengan data lainnya, dan tidak
dapat menghubungkan antara pengalaman dan apa yang sudah dipelajari
dengan masalah yang dihadapi.

Tidak mengikuti langkah pemecahan masallah setiap tahap, tetapi lebih
mengikuti intuisi dan emosinya.

Kurang percaya diri, tidak mempertimbangkan keputusan secara mendalam,
dan mempunyai prasangkan pribadi
C. Menilai alternatif pemecahan masalah
Fungsi konselor tidak untuk menilai benar atau salah perilaku klien, tetapi
membimbing klien untuk menilai perilakunya saat ini. Beri kesempatan kepada klien
untuk mengevaluasi, apakah ia cukup terbantu dengan pilihannya tersebut.
Pada tahap ini, respon-respon konselor di antaranya menanyakan apakah
yang dilakukan klien dapat membantunya keluar dari permasalahan atau sebaliknya.
2015
9
Pengantar Psikodiagnostikl
Muhammad Ramadhan M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
[Type the company name]
[Type the document title]
Konselor menanyakan kepada klien apakah pilihan perilakunya itu didasari oleh
keyakinan bahwa hal tersebut baik baginya. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengevaluasi, apakah ia cukup terbantu dengan pilihannya tersebut. Kemudian
bertanya kepada klien apakah pilihan perilakunya dapat memenuhi apa yang mejadi
kebutuhan klien saat ini, menanyakan apakah klien akan tetap pada pilihannya,
apakah hal tersebut merupakan perilaku yang dapat diterima, apakah realistis,
apakah benar-benar dapat mengatasi masalahnya, apakah keinginan klieni realistis
atau dapat terjadi/dicapai, bagaimana klien memandang pilihan perilakunya,
sehingga klien dapat menilai apakah hal tersebut cukup membantunya.
D. Memilih Alternatif Pemecahan Masalah Terbaik
Dalam tahap ini adalah membuat perencanaan tindakan yang lebih
bertanggungjawab. Rencana yang disusun bersifat spesifik dan konkret. Tindakan ini
akan memperjelas alternatif mana yang akan dilakukan sebagai pemecahan
masalah.
Langkah dalam memilih alternatif pemecahan masalah terbaik adalah
mengambil keputusan mana dari alternatif-alternatif itu yang di pilih klien. Pemilihan
alternatif itu di buat dengan cara menguji keuntungan-keuntungan dan kelemahankelemahan masing-masing alternatif. Setelah alternatif yang di pandang tepat, yaitu
alternatif yang paling sedikit mempunyai kelemahan dipilih, pilihan itu kemudian
dilaksanakan.
Ukuran alternatif yang terbaik dapat dilihat dari segi biaya, waktu, sarana,
kemampuan dalam melaksanakan. Dengan kata lain apakah alternatif yang dipilih
dapat mempermudah tercapainya tujuan, dapat mengurangi kerugian, dapat
mengurangi konflik dengan orang lain, dapat memeberikan kepuasan, mampu dan
mau melaksanakannya dan sebagainya.
E. Mengevaluasi Alternatif Pemecahan Masalah
Meminta klien untuk merealisasikan dari pilihan/keputusan yang diambil. Tujuannya
adalah sebagai berikut :

Mengadakan perubahan pada lingkungan klien yang tidak menujang
perkembangannya.

Mengubah sikap negative klien baik terhadap dirinya dan lingkungannya
sehingga klien tidak mengalami masalah

Membantu klien menemukan lingkungan yang sesuai dengan dirinya

Membantu klien memperoleh keterampilan dan persyaratan yang diperlukan
sehingga masalah dapat diatasi
2015
9
Pengantar Psikodiagnostikl
Muhammad Ramadhan M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
[Type the company name]
[Type the document title]

Membantu klien menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
F. Komitmen Terhadap Keputusan Alternatif yang Dipilih dan Follow-up
Setelah konseli mempertimbangkan alternatif terbaik dan sesuai dengan
dirinya dan lingkungan, konselor membangun komitmen konseli untuk melaksanakan
alternatif tersebut. Pada tahap ini mungkin akan terjadi penolakan dari konseli. Untuk
itu konselor mendiskusikan alternatif penyelesaian masalah yang paling mudah
dilaksanakan terlebih dahulu.
Menurut Glasser, berikut hal-hal yang membawa perubahan sikap dari penolakan ke
peneriman realitas yang terjadi selama proses konseling :

Konseli dapat mengeksplorasi keinginan, kebutuhan, dan apa yang
dipersepsikan tentang kondisi yang dihadapinya. Konseli terdorong untuk
mengenali dan mendefinisikan apa yang mereka inginkan untuk memenuhi
kebutuhannya. Setelah mengetahui hal tersebut, konseli lalu mengevaluasi
apakah yang ia lakukan selama ini memenuhi kebutuhannya.

Konseli fokus pada perilaku sekarang tanpa terpaku pada permasalahan
masa lalu. Kesadaran konseli untuk memahami bahwa kondisi yang
dialaminya bukanlah hal yang bisa dipungkiri. Kemudian mereka mulai
menentukan alternatif apa saja yang harus dilakukan. Konseli mengubah
perilaku totalnya (perilaku, sikap, perasaan, tindakan dan pikiran).

Konseli mau mengevaluasi perilakunya, kondisi dimana konseli membuat
penilaian tentang apa yang telah dilakukan terhadap dirinya berdasarkan
system nilai yang berlaku di masyarakat. Mereka menilai kualitas perilakunya
karena tanpa penilaian pada diri sendiri, maka perubahan akan sulit terjadi.
Evaluasi ini mencakup seluruh komponen perilaku total.

Konseli mulai menetapkan perubahan yang dikehendakinya dan komitmen
terhadap apa yang terlah direncanakan (bersifat konkrit, jelas bagaimana dari
perilakunya yang akan diubah, realitas dan melibatkan perbuatan positif).
rencana harus dilakukan segera dengan segera dan berulang-ulang (follow
up).
Kondisi : Pada waktu yang telah disepakati (2 minggu setelah sesi sebelumnya),
konseli datang menemui konselor. Dalam konseling ia bercerita bahwa dalam waktu 2
minggu ini ia tetap cemas ketika jam pelajaran matematika karena tidak dapat
menjawab soal-soal latihan yang diberikan guru.
2015
9
Pengantar Psikodiagnostikl
Muhammad Ramadhan M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
[Type the company name]
[Type the document title]
Contoh respons yang salah
Konseli : “ Saya tetap merasa cemas saat pelajaran matematika, pelajaran –nya
sulit..”
Konselor : “ Mengapa kamu merasa sulit?”
Konseli : “ Saya tidak pernah sempat untuk belajar karena PR saya banyak Bu..”
Contoh respons yang benar
Konseli : “ Saya tetap merasa cemas saat pelajaran matematika, pelajaran –nya
sulit..”
Konselor : “ Kamu bisa menceritakan kepada saya hal-hal yang menghambat kamu
tetap merasa sulit? “
Pada tahap ini, konselor juga tidak memberikan hukuman, mengkritik, dan berdebat,
tetapi hadapkan konseli pada konsekuensi. Menurut Glasser, memberikan hukuman
akan mengurangi keterlibatan konseli dan menyebabkan ia merasa lebih gagal. Saat
konseli belum berhasil melakukan perubahan, hal itu merupakan pilihannya dan ia
akan merasakan konsekuensi dari tindakannya. Konselor memberi pemahaman pad
akonseli, bahwa kondisinya akanmembaik jika ia bersedia melakukan perbaikan itu.
Selain itu, konselor jangan mudah menyerah. Proses konseling yang efektif antara
lain ditunjukkan dengan seberapa besar kegigihan konselor untuk menbantu konseli.
Follow up (tindak lanjut) berguna melihat sejauh mana keberhasilan pemberian
bantuan melalui proses konseling yang telah berlangsung dan sebagai upaya
pemeliharaan yang dikembangkan oleh klien untuk mampu mengatasi masalahnya.
Daftar Pustaka
Khairani, Makmun. 2014. Psikologi Konseling. Yogyakarta : Aswaja Presindo
Komalasari, Gantini, Eka Wahyuni dan Karsih. 2014. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta :
PT Indeks
Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT Refika
Aditama.
2015
9
Pengantar Psikodiagnostikl
Muhammad Ramadhan M.Psi, Psikolog
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download