EVALUASI PEREKONOMIAN TAHUN 2012

advertisement
TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER
Januari 2013
EVALUASI PEREKONOMIAN TAHUN 2012, PROSPEK
20132013-2014, DAN KEBIJAKAN BANK INDONESIA
2013--2014
Evaluasi menyeluruh terhadap kinerja tahun 2012 dan prospek tahun 2013
menunjukkan perekonomian Indonesia tumbuh cukup tinggi dengan inflasi yang tetap
terkendali dan rendah. Kinerja tersebut tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang
ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah untuk menjaga stabilitas makro dan momentum
dunia.. Ke depan, Bank
pertumbuhan ekonomi nasional di tengah perlambatan ekonomi dunia
moneter
Indonesia juga akan memperkuat bauran kebijakan mon
eter dan makroprudensial serta
mempererat koordinasi dengan Pemerintah untuk mengelola permintaan domestik agar
eksternal,, mencapai sasaran inflasi
inflasi,, dan
sejalan dengan upaya menjaga keseimbangan eksternal
kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.
I.
Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter
2012
Di tengah pelemahan ekonomi global yang masih berlanjut, perekonomian Indonesia pada tahun
2012 masih tumbuh cukup kuat, terutama ditopang oleh permintaan domestik. Inflasi tetap terkendali
pada level yang cukup rendah dan berada pada kisaran sasaran inflasi 4,5%±1%. Kondisi tersebut tidak
terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam upaya menjaga
momentum perekonomian, di tengah melambatnya perekonomian global dengan tetap memelihara
kestabilan makroekonomi. Kuatnya perekoonomian domestik di tengah lemahnya ekonomi global
menyebabkan meningkatnya defisit transaksi berjalan selama tahun 2012.
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Pertumbuhan ekonomi global pada
pada tahun 2012 tercatat lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya. Berbagai permasalahan ekonomi dunia, baik di Eropa maupun di Amerika Serikat (AS),
yang belum sepenuhnya dapat diatasi mengakibatkan pemburukan ekonomi global yang telah terjadi
sejak akhir tahun 2011 masih berlanjut di tahun 2012 (Grafik 1.1). Perekonomian kawasan Eropa masih
mengalami pertumbuhan yang negatif, sementara ekonomi AS mulai membaik meskipun masih rentan
dan dibayangi isu keterbatasan stimulus fiskal (fiscal cliff). Kontraksi pertumbuhan ekonomi Eropa
disebabkan oleh krisis utang fiskal, sempitnya ruang kebijakan moneter, meningkatnya angka
pengangguran, rapuhnya sektor keuangan, dan menurunnya kepercayaan pasar. Memburuknya
perekonomian di negara-negara maju telah memberikan dampak pada melambatnya perekonomian
sebagian besar negara emerging markets seperti China dan India. Berdasarkan kondisi tersebut, ekonomi
dunia tahun 2012 diperkirakan tumbuh sebesar 3,3%, lebih rendah dari tahun 2011 sebesar 3,8%.
Tinjauan Kebijakan Moneter
|1
% yoy
10
8
6 4.5
4
2
0
09 09
08 08
07
06
3.8
2.5
03
01
02
2.3
-0.7
01
00
-0.6
-2
-2.1
-4
05 05 05
05
04
02
realisasi
07 08
08
07 07
3.4 03
05
03 03
3.9 3.8
3.4
03 03 03
02
02 02
03
Negara Berkembang
00
Dunia
-2.7
-03
proyeksi
-04
Mar-08
Jun-08
Sep-08
Dec-08
Mar-09
Jun-09
Sep-09
Dec-09
Mar-10
Jun-10
Sep-10
Dec-10
Mar-11
Jun-11
Sep-11
Dec-11
Mar-12
Jun-12
Sep-12
Dec-12
Mar-13
Jun-13
Sep-13
Dec-13
Negara Maju
-05 -05
-6 , Sumber: Realisasi
Bloomberg, Proyeksi Consensus Forecast Des-12 (diolah)
Grafik 1.1
Realisasi dan Prakiraan Ekonomi Dunia
Inflasi dunia selama tahun 2012 secara umum mengalami penurunan sejalan dengan
perlambatan ekonomi dunia (Grafik 1.2 dan 1.3).
). Penurunan inflasi tersebut sejalan dengan
melemahnya pertumbuhan ekonomi global yang berdampak pada menurunnya harga komoditas,
komoditas
khususnya komoditas nonmigas. Penurunan harga banyak terjadi pada komoditas berbasis sumber daya
alam (SDA), termasuk komoditas hasil pertanian. Komoditas logam dasar dan batubara tercatat
mengalami penurunan harga yang cukup tinggi terutama disebabkan oleh perlambatan ekonomi China
yang merupakan konsumen terbesar di dunia dari kedua komoditas tersebut.
% yoy
% yoy
Skala Kiri
4
Skala Kanan
UK
3
24
6
US
Australia
2
5
20
4
16
Skala Kiri
% yoy
India
5
Thailand
1
8
0
4
-1
Jepang
Jul-12
Feb-12
Apr-11
Sep-11
Nop-10
Jun-10
Jul-12
Jan-10
Feb-12
Sep-11
Apr-11
Nop-10
Jan-10
Jun-10
Grafik 1.2
Inflasi Negara Maju
-3
3
Indonesia
Malaysia
China
2
Filipina
0
-2
Per Nov 2012
Sumber: Bloomberg
4
1
Sumber: Bloomberg
Per Des 2012
-4
0
Jan-10
Apr-10
Jul-10
Oct-10
Jan-11
Apr-11
Jul-11
Oct-11
Jan-12
Apr-12
Jul-12
Oct-12
Jan-10
Apr-10
Jul-10
Oct-10
Jan-11
Apr-11
Jul-11
Oct-11
Jan-12
Apr-12
Jul-12
Oct-12
N.Zealand
0
-2
6
Korea
12
-1
7
2
Kanada
Eropa
% yoy
Singapura
3
1
Skala Kanan
Vietnam
Grafik 1.3
Inflasi IHK Regional Asia
Melemahnya perekonomian dan rendahnya inflasi mendorong otoritas moneter di sebagian
besar negara mengalihkan fokusnya dari pengendalian inflasi kepada
ke pada upaya untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Negara--negara
negara maju secara umum tetap mempertahankan kebijakan moneter
yang longgar disertai
tai dengan langkah-langkah
langkah
nonkonvensional sebagai upaya mendorong pertumbuhan
ekonomi. Sementara itu, beberapa negara berkembang merespons pelemahan ekonominya dengan
melakukan kebijakan moneter yang akomodatif,
akomodatif terutama di negara-negara
negara yang terkena dampak
perlambatan ekonomi global secara signifikan. Di sisi kebijakan fiskal, berbeda dengan negara maju yang
memiliki keterbatasan fiscal space,
space pemerintah di negara berkembang pada umumnya masih memiliki
ruang untuk memberikan stimulus fiskal untuk mendorong perekonomiannya.. Kebijakan moneter
longgar yang diterapkan oleh negara-negara
negara negara maju tersebut pada akhirnya meningkatkan likuiditas di
pasar keuangan global yang sebagian besar mengalir ke negara berkembang kawasan Asia.
Asia
Tinjauan Kebijakan Moneter
|2
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Permintaan Agregat
Perekonomian tahun 2012 masih tumbuh cukup tinggi sebesar 6,3%, terutama ditopang
oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
investasi . Pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami
peningkatan sebesar 5,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi
rumah tangga tersebut utamanya bersumber dari konsumsi nonmakanan. Hal tersebut sejalan dengan
meningkatnya indeks penjualan eceran kelompok nonmakanan khususnya perlengkapan rumah tangga,
peralatan informasi dan komunikasi,
komunikas serta suku cadang (Grafik 1.4).
). Keyakinan konsumen menurut
beberapa lembaga survei menunjukkan penguatan mencapai titik tertinggi
tertinggi sepanjang
sepanjan historisnya (Grafik
1.5). Faktor-faktor
faktor yang mendukung solidnya kinerja konsumsi rumah tangga tersebut antara lain
meningkatnya jumlah kelas menengah, menguatnya keyakinan konsumen, membaiknya daya beli
masyarakat, rendahnya inflasi, dan tersedianya pembiayaan konsumsi.
Peralatan RT
Lainnya
Komunikasi
Total
Makanan
Rekreasi
Sk.Cadang
Otomotif
Bensin
Grafik 1.4
Indeks Penjualan Eceran
Grafik 1.5
Indeks Keyakinan Konsumen
Kinerja investasi pada tahun 2012 terus membaik mencapai 10,7%, dibandingkan
pencapaian tahun sebelumnya sebesar 8,8%.
faktor yang mendukung peningkatan kinerja
8,8% Faktor-faktor
investasi tersebut antara lain optimisme pelaku usaha terhadap perekonomian Indonesia,
Indonesia perbaikan iklim
investasi yang tercermin dari survei preferensi negara tujuan investasi (UNCTAD),
(UNCTAD) serta terjaganya
kestabilan makroekonomi.. Dari sisi pembiayaan, peningkatan investasi juga didukung oleh tersedianya
kredit investasi yang tumbuh sebesar 29,8% (Grafik 1.6), meningkatnya FDI dan sumber pembiayaan
eksternal lainnya serta dukungan belanja modal Pemerintah. Dari sisi alokasi investasi, peningkatan
investasi terutama terjadi di sektor industri yang diikuti oleh sektor pertambangan dan sektor
perkebunan. Peningkatan
n investasi di sektor industri tersebut terutama terjadi di industri kimia, alat
angkut, serta mesin dan elektronik.
Kredit Investasi
Sk.Bunga KI (sk.kanan)
Sk.Bunga Depo 1m (sk.kanan)
%, yoy
40
35
%
14
12
30
25
10
20
15
8
10
6
05
00
4
-05
-10
2
1
3
5
7
2010
9
11
1
3
5
7
2011
9
11
1
3
5
7
9
11
2012
Grafik 1.6
Kredit Investasi & Suku Bunga Kredit Investasi Riil
Tinjauan Kebijakan Moneter
|3
Melemahnya perekonomian global berdampak
berdampa k pada termoderasinya kinerja ekspor
sepanjang tahun 2012. Perlambatan ekspor disebabkan oleh melambatnya permintaan dari negara
mitra dagang utama Indonesia seperti China dan India, terutama pada komoditas pertanian seperti karet
dan komoditas industri seperti produk kimia. Berdasarkan
erdasarkan sektornya, perlambatan ekspor terutama
disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor di sektor pertambangan dan sektor manufaktur.
manufaktur
Melambatnya
elambatnya ekspor juga didorong oleh tren penurunan harga komoditas terutama komoditas SDA
(Grafik 1.7). Dari sisi domestik,, penurunan kinerja ekspor disebabkan oleh kebijakan Pemerintah untuk
mengetatkan ekspor mineral mentah yang ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam
jangka menengah.
Indeks 2006=100
200
220
Pertanian
Pertambangan
Industri
Non-migas
200
180
160
140
120
100
Jan-07
Apr-07
Jul-07
Oct-07
Jan-08
Apr-08
Jul-08
Oct-08
Jan-09
Apr-09
Jul-09
Oct-09
Jan-10
Apr-10
Jul-10
Oct-10
Jan-11
Apr-11
Jul-11
Oct-11
Jan-12
Apr-12
Jul-12
Oct-12
80
Grafik 1.7
Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia (IHEx)
Di tengah melambatnya ekspor, permintaan domestik yang masih kuat menyebabkan
impor masih tumbuh cukup tinggi. Sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi, peningkatan
impor terutama terjadi di kelompok barang modal,
modal terutama dalam bentuk mesin dan alat angkut,
termasuk pesawat terbang.. Sementara itu, masih tingginya kegiatan produksi di dalam negeri
mengakibatkan impor bahan baku juga masih tetap tinggi. Pertumbuhan impor yang masih tetap tinggi
terkait dengan
engan keterbatasan industri domestik dalam memenuhi pasokan barang modal dan bahan baku.
Memasuki semester II 2012, akselerasi impor mengalami penurunan sejalan dengan melambatnya ekspor
dan termoderasinya
nya pertumbuhan investasi.
investasi Perlambatan impor terjadi baik pada impor migas maupun
nonmigas. Hampir seluruh komponen impor nonmigas mengalami perlambatan terutama pada impor
barang konsumsi berupa makanan dan minuman jadi, dan diikuti oleh perlambatan impor barang modal
seperti perlengkapan transportasi untuk industri. Sementara itu, impor bahan baku masih tumbuh
tumbu tinggi
ditopang oleh impor bahan baku (processed) untuk industri.
Penawaran Agregat
Di sisi penawaran, sejalan dengan pelemahan permintaan global, sektorsektor-sektor yang
berorientasi ekspor mengalami perlambatan, sementara sektorsektor-sektor yang berorientasi domestik
masih tumbuh cukup kuat. Sektor yang paling terkena dampak dari penurunan permintaan global
adalah sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami pertumbuhan
pertumbuhan negatif sejak triwulan III
2012. Sementara itu, sektor-sektor
sektor tradables lainnya seperti sektor industri pengolahan dan sektor
pertanian masih tumbuh cukup kuat seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik.
domesti Di sisi lain,
kinerja sektor nontradables juga masih mencatat pertumbuhan yang tetap tinggi meski lebih rendah jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor PHR masih mampu tumbuh tinggi sejalan
sej
dengan
meningkatnya kegiatan konsumsi rumah tangga dan masih tingginya impor. Kinerja sektor bangunan
tumbuh lebih baik sejalan dengan aktivitas investasi dan konstruksi yang meningkat (Grafik 1.9). Sektor
keuangan, persewaan, dan jasa juga tumbuh lebih baik terkait kinerja subsektor bank dan lembaga
keuangan nonbank yang masih baik seiring dengan meningkatnya kebutuhan pembiayaan aktivitas
Tinjauan Kebijakan Moneter
|4
% yoy
ekonomi. Selain itu, sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi domestik, sektor transportasi dan
komunikasii masih mencatatkan pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2012.
%, yoy
08
%, yoy
140
9
120
06
Pert.Produksi Padi
8
100
04
Impor kerikil,
semen, mika
80
60
02
40
Pert.Luas
Tanam
00
-02
2005
2006
gLuas Tanam
2007
Pert.Produktivitas
Padi
2008
2009
gProduktivitas Padi
20
7
Impor Barang
Keramik
6
Penjualan
Semen
5
PDB Bangunan
0
2010
2011
2012*
gProduksi Padi
4
I
II
III
IV
I
II
III
IV*
2011
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, CEIC
9
10
11
2012
Data: BPS, ARAM II-2012
Grafik 1.8
Produksi Padi
Grafik 1.9
Penjualan Semen dan Impor Material Bangunan
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)
Pada tahun 2012, NPI mengalami surplus di tengah meningkatnya tekanan dari
meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan,
berjalan, (Grafik 1. 10).
0). Tekanan terutama bersumber dari
meningkatnya defisit neraca perdagangan migas akibat melonjaknya konsumsi BBM di dalam negeri serta
realokasi gas untuk pemenuhan konsumsi gas di dalam negeri yang lebih besar (Grafik 1.11). Sementara
itu, neraca perdagangan nonmigas masih mengalami surplus meskipun lebih rendah dibanding tahun
sebelumnya sehingga belum mampu mengimbangi memburuknya neraca perdagangan migas.
migas
Menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas merupakan dampak dari melemahnya permintaan
dari negara mitra dagang utama dan penurunan harga komoditas ekspor yang cukup besar. Di sisi lain,
impor nonmigas masih tumbuh cukup tinggi terutama dalam bentuk barang modal dan bahan
baha baku
untuk mendukung meningkatnya kegiatan perekonomian domestik. Searah dengan pertumbuhan impor
yang masih tinggi, defisit neraca jasa diprakirakan meningkat yang didorong oleh tingginya biaya jasa
pengangkutan. Selain itu, defisit neraca pendapatan juga diprakirakan meningkat disebabkan oleh
meningkatnya imbal hasil yang dibayarkan kepada investor asing sejalan dengan peningkatan investasi
asing langsung (FDI).
Trf. Berjalan
Jasa
Neraca Trs. Berjalan
Pendapatan
Neraca Perdagangan
juta dolar AS
4000
Neraca Perdagangan
NP Migas
NP Nonmigas
3000
2000
1000
0
-1000
-2000
Okt-12
Nop-12
Sep-12
Jul-12
Agust-12
Jun-12
Apr-12
Mei-12
Mar-12
Jan-12
Feb-12
Des-11
Okt-11
Nop-11
Sep-11
Jul-11
Agust-11
Jun-11
Apr-11
Mei-11
Mar-11
Jan-11
Grafik 1.1 0
Neraca Transaksi Berjalan
Feb-11
-3000
Grafik 1.1 1
Neraca Perdagangan Migas dan Non Migas
Sepanjang tahun 2012, neraca transaksi modal dan finansial mencatat kenaikan surplus
yang cukup signifikan. Masih baiknya kinerja ekonomi domestik dan imbal hasil investasi rupiah, serta
kebijakan stimulus ekonomi yang dilakukan oleh beberapa negara mendorong tingginya aliran masuk
Tinjauan Kebijakan Moneter
|5
modal asing selama tahun 2012. Arus masuk modal asing didominasi oleh investasi langsung,
langsun namun
investasi portofolio juga mengalami kenaikan tajam baik dalam pasar saham maupun pasar obligasi.
Meningkatnya arus masuk modal tersebut menggambarkan tingginya kepercayaan investor asing
terhadap kondisi fundamental dan prospek perekonomian Indonesia
Indonesia ke depan. Selain net beli investor
asing di pasar saham dan obligasi, surplus di investasi portofolio juga didorong oleh meningkatnya
penerbitan utang luar negeri, baik pemerintah maupun swasta. Meskipun meningkat, posisi utang luar
negeri tersebut masih
ih berada dalam tingkat yang aman. Berdasarkan perkembangan tersebut, cadangan
devisa pada akhir tahun 2012 mencapai 112,78
112, 8 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.
NILAI TUKAR RUPIAH
Selama tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi walaupun volatilitasnya dapat
dijaga pada tingkat yang relatif rendah.
rata, rupiah terdepresiasi sebesar 6,3% (yoy) ke
rendah Secara rata-rata,
Rp9.358 per dolar AS dari Rp8.768
8.768 per dolar AS pada tahun sebelumnya. Sementara itu, secara point-topoint, rupiah melemah sebesar 5,91%
5,91% dan ditutup pada level Rp9.638 per dolar AS dengan volatilitas
yang lebih terjaga pada level 4,3%
% (annualised) (Grafik 1.12).. Terjaganya volatilitas rupiah
ru
tersebut tidak
terlepas dari kebijakan Bank Indonesia dalam melakukan stabilisasi nilai tukar untuk menjaga volatilitas
rupiah pada tingkat yang rendah.
Tekanan depresiasi rupiah selama tahun 2012 terutama disebabkan oleh ketidakpastian
ekonomi global dan melebarnya defisit transaksi berjalan.
berjalan. Dari sisi eksternal, mengemukanya kembali
kekhawatiran terhadap penyelesaian krisis utang dan fiskal di kawasan Eropa serta melemahnya prospek
pertumbuhan ekonomi regional dan global sempat memicu penarikan dana oleh investor dalam rangka
menghindari risiko (perilaku risk aversion) dari aset-aset keuangan di negara emerging markets, termasuk
Indonesia. Dari sisi domestik, ketidakseimbangan di pasar valuta asing dalam negeri akibat perlambatan
ekspor di tengah tingginya impor memberikan tekanan pada neraca pembayaran Indonesia (NPI)
terutama pada transaksi berjalan (current account) yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan
tekanan terhadap rupiah. Namun, peningkatan arus modal asing yang cukup besar, baik dalam bentuk
investasi portofolio maupun investasi
investasi langsung (FDI) dapat menahan tekanan depresiasi nilai tukar lebih
lanjut. Meningkatnya arus modal asing yang cukup besar tersebut didukung oleh kepercayaan investor
terhadap kondisi fundamental dan prospek ekonomi Indonesia dan perolehan status atau peringkat
peri
layak
investasi (investment grade), faktor risiko yang membaik,
membaik dan tingkat imbal hasil dalam aset rupiah yang
masih menarik (Grafik 1.13 dan 1.14).
1
Grafik 1.1 2
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Tinjauan Kebijakan Moneter
|6
Grafik 1.13
.1 3
Indikator Risiko Indonesia (CDS & Yield Spread )
Grafik 1.14
.1 4
CIP (Covered Interest Parity)
INFLASI
Inflasi sepanjang tahun 2012 tetap terkendali pada level yang rendah dan berada pada
kisaran sasaran inflasi sebesar 4,5% ± 1%.
1% . Terkendalinya inflasi merupakan hasil dari berbagai
kebijakan Bank Indonesia yang didukung oleh semakin baiknya koordinasi kebijakan dengan Pemerintah.
Pemerintah
Inflasi pada tahun 2012 tercatat sebesar 4,3% (yoy) (Grafik 1.15) terutama didorong oleh inflasi inti yang
stabil, inflasi volatile food yang terkendali dan inflasi administered prices yang rendah. Inflasi inti yang
stabil didukung oleh penerapan strategi bauran kebijakan moneter dan makroprudensial sehingga
tekanan inflasi
asi dari sisi permintaan, harga komoditas impor, dan ekspektasi inflasi tetap terkendali.
terkendali Selain
itu, terjaganya inflasi juga didukung oleh koordinasi yang semakin intensif antara Bank Indonesia dan
Pemerintah melalui forum TPI dan TPID, terutama pada upaya
upaya peningkatan produksi, kelancaran
distribusi, dan stabilisasi harga pangan strategis.
IHK
%, yoy
Inflasi Inti
Inflasi Bhn.Makanan Begejolak
20
Inflasi Harga Diatur Pemerintah
14
8
5.68
4.40
4.30
2
2.66
-4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-10
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Grafik 1.1 5
Perkembangan Inflasi
Inflasi inti tahun 2012 tercatat rendah sebesar 4,40% (yoy).
(yoy). Rendahnya inflasi inti tersebut
didukung oleh terkelolanya permintaan domestik serta meningkatnya kemampuan sisi produksi dalam
merespons permintaan domestik sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi dalam beberapa tahun
1
terakhir. Terjaganya kapasitas utilisasi pada level 70%-75% (Grafik 1.16)) masih dapat mengimbangi
permintaan yang masih kuat sehingga tidak menimbulkan tekanan yang berlebihan pada harga. Kondisi
itu tercermin dari inflasi industri pengolahan yang terjaga di level yang rendah dan stabil. Selain itu,
rendahnya inflasi inti juga disebabkan oleh rendahnya tingkat inflasi dari sisi impor (imported inflation)
(Grafik 1.17)) seiring dengan penurunan harga komoditas akibat perlambatan perekonomian dunia, nilai
tukar yang terjaga dengan tingkat volatilitas rendah, dan kebijakan Pemerintah terkait bea masuk impor .
1
Data terakhir dari SKDU Triwulan III 2012 dan Survei Produksi November 2012.
Tinjauan Kebijakan Moneter
|7
Grafik 1.1 7
Inflasi Inti, Nilai Tukar dan Harga Global
Grafik 1.1 6
Kapasitas Produksi Sektor Manufaktur
Ekspektasi inflasi selama tahun 2012 secara umum dapat terkendali dengan baik,
baik meski
sempat meningkat pada awal tahun terkait dengan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Hal tersebut
sebagaimana tercermin pada beberapa indikator ekspektasi inflasi seperti hasil survei Consensus Forecast
F
dan Survei Konsumen Bank Indonesia (SK-BI) yang pada awal tahun cenderung tinggi namun secara
berangsur-angsur membaik (bergerak menurun) hingga mendekati sasaran inflasi sebesar 4,5% ± 1%
pada paruh kedua tahun 2012 (Grafik 1.18 dan 1.19). Membaiknya ekspektasi inflasi tersebut tidak
terlepas dari penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta penguatan koordinasi
kebijakan antara Bank Indonesia dengan Pemerintah yang turut didukung oleh penguatan strategi
komunikasi yang terarah
ah dan berkelanjutan untuk pembentukan ekspektasi para pelaku ekonomi.
%,
Indeks
yoy
200
15
180
10
160
140
5
120
Inflasi IHK aktual (skala kanan)
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad (CMA 5)
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2009
Grafik 1.18
.1 8
Ekspektasi Inflasi - Consensus Forecast
2010
2011
2012
Grafik 1.19
.1 9
Ekspektasi Harga Konsumen - SKBI
Inflasi kelompok volatile food tahun 2012 cenderung turun terutama dipengaruhi oleh
peningkatan produksi pangan domestik dan kelancaran distribusi. Terkendalinya inflasi volatile food
pada tingkat yang rendah yakni sebesar 5,68% (yoy) pada tahun 2012 tidak terlepas dari upaya
Pemerintah dalam memperbaiki infrastruktur pertanian dan keterhubungan antarwilayah serta koordinasi
yang intensif antara Bank Indonesia dan Pemerintah melalui forum Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam hal pengendalian harga. Peningkatan
Peningkatan produksi pangan
terutama didukung oleh peningkatan luas lahan tanam dan produktivitas. Selain itu, kecukupan sisi
pasokan juga tidak terlepas dari peran TPI baik di tingkat pusat maupun daerah. Di tingkat pusat, TPI
secara aktif melakukan pemantauan
uan serta merumuskan dan merekomendasikan respons kebijakan yang
perlu diambil untuk mengendalikan tekanan inflasi. Dalam kerangka yang lebih luas, TPI juga
memberikan masukan terkait kerangka kebijakan untuk menjaga kesinambungan pasokan bahan pangan
pokokk dan mendorong pengembangan pusat informasi harga. Dengan tujuan yang sama, TPID yang
diwadahi Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) intensif memantau perkembangan inflasi di daerah dan
memberikan evaluasi dan masukan ke tingkat pusat terkait kebijakan-kebijakan
kebijakan
akan di tingkat nasional yang
diperlukan untuk menjaga inflasi bahan pangan pokok pada tingkat yang rendah dan stabil.
Tinjauan Kebijakan Moneter
|8
Inflasi administered prices tahun 2012 tercatat rendah sebesar 2,66% (yoy).
(yoy). Kenaikan harga
yang cukup besar pada kelompok administered price hanya terjadi di cukai rokok yang mengalami
2
kenaikan tarif rata-rata 15% . Selain rokok, komoditas administered prices lainnya seperti bahan bakar
rumah tangga dan bensin memberikan sumbangan yang minimal terhadap inflasi.
inflasi Dengan
perkembangan tersebut, inflasi kelompok administered prices pada tahun 2012 mengalami penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya.
PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN,
PERBANKAN, DAN SISTEM KEUANGAN
KEUANGAN
Moneter
Pada awal tahun 2012,
2012, kebijakan moneter Bank Indonesia difokuskan pada upaya menjaga
momentum pertumbuhan ekonomi,
ekonomi , namun memasuki triwulan kedua kebijakan difokuskan untuk
mengendalikan
men gendalikan ekspektasi inflasi dan keseimbangan eksternal.
eksternal . Bank Indonesia pada Februari 2012
menurunkan BI rate 25 bps sebagai langkah antisipatif lanjutan untuk memberikan dorongan bagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah menurunnya kinerja ekonomi global. Pada saat yang sama,
Bank Indonesia juga menurunkan koridor bawah suku
suku bunga operasi moneter Bank Indonesia sebesar 50
bps menjadi 3,75%. Penurunan koridor bawah suku bunga operasi moneter tersebut dimaksudkan untuk
mendorong pembiayaan antar bank dan mengurangi risiko likuiditas bank sekaligus memperluas sumber
pendanaan Bank. Pada Maret 2012, ekonomi Indonesia dihadapkan pada melambungnya ekspektasi
inflasi yang dipicu oleh pilihan-pilihan
pilihan kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah terkait kebijakan subsidi
BBM. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia sejak Maret 2012 mempertahankan BI rate pada tingkat 5,75%
dan mengambil langkah kebijakan untuk mengantisipasi dampak peningkatan inflasi jangka pendek
melalui penguatan
n operasi moneter untuk mengendalikan ekses likuiditas jangka pendek.
Sejalan dengan penurunan suku bunga BI Rate dan koridor bawah suku bunga,
bunga , suku bunga
PUAB secara umum mengalami penurunan pada tahun 2012. Suku bunga PUAB O/N pada akhir
tahun 2012 tercatat sebesar 4,17
17% atau menurun 38 bps dari akhir tahun sebelumnya sebesar 4,55%.
4
Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang turut bergerak searah dengan suku
bunga PUAB O/N dengan volatilitas yang sedikit meningkat.
meningkat Penurunan suku bunga PUAB O/N selama
tahun 2012 diikuti dengan persepsi risiko yang tetap terjaga. Hal tersebut tercermin pada selisih antara
suku bunga tertinggi dan terendah PUAB O/N selama tahun 2012 (spread) yang relatif kecil yakni hanya
sebesar 10 bps dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya yang mencapai 22 bps.
S uku bunga simpanan dan kredit perbankan mengalami penurunan selama tahun 2012,
2012
sejalan dengan penurunan suku bunga di pasar uang.
uang Perkembangan tersebut menempatkan tingkat
suku bunga simpanan dan kredit sebagai yang terendah sejak tahun 2005. Menurunnya suku bunga
tersebut sejalan dengan arah kebijakan moneter Bank Indonesia yang cenderung akomodatif sejak tahun
2011. Peningkatan transparansi
ansparansi melalui kewajiban perbankan untuk mengumumkan penentuan suku
bunga dasar kredit (SBDK) kepada masyarakat turut memengaruhi pergerakan suku bunga tersebut.
Sampai dengan November 2012, suku bunga deposito 1 bulan tercatat menurun sebesar 93 bps
menjadi 5,42%, sedangkan rata--rata
rata suku bunga kredit turun sebesar 66 bps menjadi 12,13% (Grafik
1.20).
). Dengan penurunan suku bunga deposito yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan suku
bunga kredit, maka selisih antara suku bunga deposito dan suku bunga kredit tercatat melebar, yaitu dari
6,43% di tahun 2011 menjadi sebesar 6,71% di tahun 2012. Penurunan
enurunan suku bunga terjadi pada seluruh
jenis kredit berdasarkan penggunaannya.
penggunaannya. Suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit
konsumsi masing-masing
masing mengalami penurunan sebesar 55 bps, 80 bps dan 62
6 bps dibandingkan
dengan tahun sebelumnya menjadi
njadi 11,61%,
11,
11,24%, dan 13,53% (Grafik 1.21 dan Tabel 1.1).
2
Tarif cukai rokok yang ditetapkan pada tahun 2011 adalah rata-rata
rata
sebesar 5%.
Tinjauan Kebijakan Moneter
|9
7
11.46
30
20
11.24
12.0
11.62
12.16
12
Jul-12
Jul-11
Jan-12
Jul-10
Jan-11
Jul-09
Jan-10
Jul-07
Jul-08
Credit rate
Sb LPS
60
40
0
Jan-09
Spread (Rhs)
BI rate
Jan-08
Jul-06
Jan-07
Jul-05
Jan-06
Jan-05
5
1
5,5
70
50
2
As of Nov 2012
korelasi: rLPS dan rDep :0.89
korelasi ; BI rate dan rDep: 0.85
7
80
13
3
12.01
9
90
55
4
Spread: 6.71%
Nov
Nov-12
62
5
11
Jun-12
14
6
11.79
12.13
Mar-12
11.61
13
Dec-11
bps
13.90
80
13.53
%
14.2
15
8
14.13
9
%
%
15
10
11
Deposit rate
0
Sb KMK
Grafik 1.2
.20
0
Suku Bunga Perbankan
Sb KI
Sb KK
Grafik 1.21
.2 1
Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan
Tabel 1.1
Perkembangan Berbagai Suku Bunga
Sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi domestik, likuiditas perekonomian selama
3
tahun 2012 meningkat (Grafik 1.22
.22 ). Pertumbuhan M2 tercatat sedikit meningkat menjadi 17,4%
(yoy) dengan level Rp3.204 triliun dibandingkan dengan pertumbuhan pada akhir tahun sebelumnya
sebesar 16,4% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan M2 tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit yang
tetap tinggi. Sementara itu, pertumbuhan
pertu
M1 juga meningkat dari akhir tahun sebelumnya sebesar
19,4% (yoy) menjadi 20,0% (yoy) dengan level Rp801 triliun.
triliun Dari sisi faktor yang memengaruhi,
pertumbuhan M2 yang sedikit meningkat sejalan dengan ekspansi keuangan Pemerintah (NCG)
khususnya di akhir tahun dan meningkatnya sumbangan Net Foreign Asset (NFA).
30
14
%, yoy
%, yoy
M2
M1
BI Rate (RHS)
25
12
21.53
20.0
20
10
15.68
17.4
15
8
10
Nov-12
Jul-12
Sep-12
May-12
Jan-12
Mar-12
Nov-11
Jul-11
4
Sep-11
Mar-11
May-11
Jan-11
Nov-10
Jul-10
Sep-10
Mar-10
Jan-10
0
6
Per Nov 2012
Rata-rata
rata periode sebelum krisis
Mei 2006--Sept 2008 M1: 21.5%, M2: 15,7%
May-10
5
Grafik 1.22
.22
Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian
3
Data sampai dengan November 2012
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 10
Kinerja Perbankan
Selama tahun 2012 sistem keuangan dan perbankan menunjukkan kinerja yang positif
dengan ketahanan yang tetap terjaga.
terjaga . Dengan dukungan berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Bank
Indonesia, kinerja perbankan terlihat menunjukkan perbaikan. Dari sisi kelembagaan, jumlah bank umum
relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan jumlah dan sebaran
seba
kantor yang memadai. Kinerja intermediasi perbankan dapat dipertahankan pada tingkat pertumbuhan
yang aman bagi perekonomian. Pertumbuhan kredit hingga akhir November 2012 mencapai 22,3% dan
diprakirakan akan mencapai sekitar 23% untuk keseluruhan tahun
n 2012. Tingginya pertumbuhan kredit
tersebut terutama disalurkan dalam bentuk kredit investasi. Kredit investasi tercatat tumbuh paling tinggi
sebesar 29,8% (yoy), yang diikuti dengan pertumbuhan kredit KMK sebesar 26,1% (yoy) dan kredit
konsumsi sebesar 12,1% (yoy) (Grafik 1.23).
Tingginya pertumbuhan kredit diikuti dengan kualitas penyaluran kredit yang lebih baik.
baik
Hal itu sebagaimana tercermin pada penyaluran kredit yang lebih besar pada sektor-sektor
sektor
produktif.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penyaluran kredit ke sektor-sektor
sektor seperti pertanian,
pengangkutan, perdagangan dan konstruksi mengalami
m
peningkatan (Grafik 1.24).
4). Sebaliknya sejalan
dengan penurunan kredit konsumsi, penyaluran kredit pada sektor bukan lapangan usaha mengalami
perlambatan.
an. Dengan meningkatnya penyaluran kredit ke sektor-sektor
sektor sektor produktif tersebut diharapkan
dapat menambah kapasitas ekonomi ke depan.
50
40
Total Loans
Kredit Modal Kerja
Investment
Kredit Konsumsi
30
29.8
Jasa Dunia Usaha
26.1
Pengangkutan
8
23
Konstruksi
0
As of Nov 2012
13
0.35
27
28
4.24
20
Pertambangan
Sep-12
Jan-12
May-12
Sep-11
Jan-11
May-11
Sep-10
Jan-10
May-10
Industri Pengolahan
Sep-09
Jan-09
May-09
Sep-08
Jan-08
May-08
-10
44
0.77
Pertanian
33
19
1.60
-3
Grafik 1.23
.23
Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan
27
17
0.96
Listrik, Air dan Gas
Per November 2012
34
19
6.13
12.1
10
29
22
1.25
kontribusi Nov-12
30
2.37
Perdagangan
Nov-12 (yoy)
Nov 11 (yoy)
22
0.21
20
%
26
4.43
Jasa Sosial
Consumption
Kredit Investasi
13.05
Lain-lain
Working Capital
Total Kredit
% yoy
18
38
58
78
Grafik 1.24
.24
Pertumbuhan Kredit per Sektor Ekonomi
Dari sisi penghimpunan dana masyarakat, jumlah dana pihak ketiga (DPK) pada tahun 2012
mengalami kenaikan sebesar 18,4% (yoy) atau mencapai Rp3.131 triliun (Grafik 1.2
.25). Pertumbuhan DPK
yang masih kuat tersebut terutama dikontribusi oleh pertumbuhan tabungan dan deposito yang tetap
stabil.
35
DPK (RHS)
Tab (Pangsa: 32.3%)
%, yoy
30
25
Giro (Pangsa 23.5%)
Depo (Pangsa 44.2%)
20
25
20
15
15
10
10
5
5
Per Nov 2012
Nov-12
Jul-12
Sep-12
May-12
Jan-12
Mar-12
Nov-11
Jul-11
Sep-11
May-11
Jan-11
Mar-11
Sep-10
Nov-10
Jul-10
May-10
Jan-10
-
Mar-10
-
Grafik 1.2 5
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 11
Sementara itu, dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal bank (CAR/Capital Adequacy
Ratio) tercatat jauh di atas batas minimum 8%. Dilihat dari struktur permodalannya, modal bank
terutama bersumber dari ekuitas (tier 1).
1). Dengan struktur permodalan bank yang lebih didominasi oleh
modal inti, diharapkan ketahanan bank dalam menyerap risiko yang muncul dari kegiatan usaha bank
atau perubahan lingkungan bisnis bank menjadi lebih baik.
Di tengah kinerja perbankan yang mengalami peningkatan selama tahun 2012,
kemampuan bank dalam mengelola risiko masih tetap terjaga.
terjaga . Secara umum risiko kredit, risiko pasar
dan risiko operasional, serta risiko likuditas bank masih relatif rendah. Di tengah penyaluran kredit yang
tumbuh meningkat, risiko kredit masih terjaga, yang terlihat dari NPLs perbankan sebesar 2,02% yang
merupakan rasio NPLs terendah yang pernah dialami oleh perbankan nasional. Rendahnya NPLs tersebut
selain
n disebabkan oleh proses penyaluran kredit yang dilakukan secara selektif, juga didukung oleh
pertumbuhan kredit yang lebih ditujukan kepada sektor-sektor
sektor sektor produktif. Di sisi lain, risiko pasar dan
operasional juga tetap terjaga di tengah nilai tukar yang cenderung
cenderung mengalami depresiasi, didukung oleh
antara lain eksposur perbankan nasional terhadap nilai tukar yang relatif rendah dan kehandalan sistem
pembayaran nasional. Kepemilikan perbankan terhadap aset dalam bentuk instrumen keuangan
mengalami peningkatan. Namun,, mengingat jumlah aset perbankan dalam bentuk instrumen keuangan
relatif tidak terlalu besar apabila dibandingkan dengan total asetnya, sehingga risiko operasional dan
pasar dari pergerakan indeks saham, suku bunga, imbal hasil ataupun harga komoditas juga relatif
terbatas. Sementara itu, dari sisi likuiditas, dengan kondisi perbankan yang sebelumnya mengalami ekses
likuiditas, risiko likuiditas masih tetap
tetap terjaga meskipun pertumbuhan kredit mengalami peningkatan.
Distribusi kepemilikan aset, alat likuid, dan DPK membaik, terlihat dari menurunnya konsentrasi aset, alat
likuid, dan DPK yang dimiliki oleh 14 bank utama (systemically important banks).
Tabel 1.2
Kondisi Umum Perbankan
2012
Indikator
Utama
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Total Aset
(T Rp)
3.598,7
3.628,1
3.708,7
3.745,1
3.827,5
3.891,1
3.902,5
3.923,8
4.009,4
4.028,8
4.103,5
DPK
(T Rp)
Kredit *
(T Rp)
2.742,3
2.160,2
2.763,9
2.203,0
2.826,0
2.266,2
2.841,4
2.317,2
2.909,0
2.386,1
2.955,8
2.452,9
2.961,4
2.470,1
2.984,1
2.510,6
3.050,0
2.555,9
3.070,6
2.585,4
3.130,5
2.631,0
LDR*
(%)
78,8
79,7
80,2
81,6
82,0
83,0
83,4
84,1
83,8
84,2
84,0
NPLs Gross*
(%)
2,4
2,3
2,3
2,3
2,3
2,2
2,2
2,2
2,1
2,2
2,0
NPLs Net *
(%)
0,5
1,0
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,7
0,6
0,7
0,6
CAR
(%)
18,4
18,5
18,3
18,0
17,9
17,5
17,3
17,2
17,3
17,2
17,4
NIM
ROA
* tanpa channeling
(%)
(%)
0,5
3,7
0,4
3,4
0,5
3,1
0,5
3,0
0,5
3,0
0,5
3,2
0,5
3,1
0,5
3,0
0,5
3,1
0,5
3,1
0,5
3,1
Pasar Keuangan
Pasar Saham
Selama tahun 2012, kinerja pasar saham domestik mampu tumbuh positif meski
pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) diwarnai oleh beberapa gejolak sebagai imbas
dari peningkatan risiko eksternal.
eksternal . Dukungan stabilitas makro ekonomi yang cukup kondusif, kinerja
emiten yang stabil serta kebijakan perekonomian yang akomodatif menjadi faktor penopang penguatan
IHSG hingga kembali mencapai level tertinggi sebesar 4.375,17 pada 26 November 2012. Dalam
perkembangannya,
ya, kinerja pasar saham sempat terimbas oleh gejolak pasar keuangan global menyusul
berlarutnya penyelesaian krisis Eropa. Hal tersebut mengakibatkan kinerja
kinerja pasar saham domestik selama
beberapa periode mengalami penurunan. Selama periode April-Mei,
April Mei, IHSG terkoreksi sebesar 8,32%.
Sampai dengan 28 Desember 2012, IHSG ditutup pada level 4.316.69 (Grafik 1.26)
6) atau tumbuh sebesar
12,9% jika dibandingkan dengan tahun 2011.
2011
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 12
Sementara itu, secara sektoral, struktur pertumbuhan sektoral dalam IHSG menunjukan
kualitas yang semakin baik.
baik . Selama tahun 2012, sebagian sektoral mengalami pertumbuhan dengan
peningkatan tertinggi dialami oleh sektor properti yang mengalami penguatan sebesar 42,4% (Grafik
1.27).
7). Penguatan juga dialami oleh sektor infrastruktur, perdagangan, industri dasar dan konsumsi. Di sisi
lain, sektor pertambangan dan pertanian mengalami penurunan masing-masing
masing masing 26,4% dan 3,9%.
Sementara dari sisi mikro emiten, kinerja keuangan emiten domestik diperkirakan akan terus membaik.
Kinerja sektoral ini lebih baik
ik jika dibandingkan dengan tahun 2008. Pada tahun tersebut seluruh sektor
mengalami penurunan dengan penurunan tertinggi dialami sektor pertambangan sebesar 73,2%, diikuti
oleh sektor pertanian dan perdagangan.
Fundamental emiten yang cukup kokoh pada akhirnya
ak hirnya mendorong bekerjanya self market
stabilization pada saat kondisi pasar mengalami tekanan.
tekanan. Pada periode pasar mengalami tekanan,
investor nonresiden
residen membukukan jual neto sebesar Rp7,69 triliun
riliun dan Rp1,97 triliun. Setelah
membukukan jual neto tersebut,
t, investor asing kembali masuk sehingga secara keseluruhan selama tahun
2012 beli asing neto mencapai sebesar Rp15,88 triliun.
5000
4500
11
Property
10
Agriculture
4000
9
3500
Trade
27,3%
Consumption
3000
8
2500
Misc. Industry
2000
7
Basic Industry
1500
6
Finance
1000
500
42,4%
-3,9%
JCI
BI RATE
Grafik 1.2 6
IHSG dan BI Rate
1,9%
29,0%
11,9%
Annually Changes
Mining -26,4%
Infrastructure
4
Jan-07
Mar-07
May-07
Jul-07
Sep-07
Nov-07
Jan-08
Mar-08
May-08
Jul-08
Sep-08
Nov-08
Jan-09
Mar-09
May-09
Jul-09
Sep-09
Nov-09
Jan-10
Mar-10
May-10
Jul-10
Sep-10
Nov-10
Jan-11
Mar-11
May-11
Jul-11
Sep-11
Nov-11
Jan-12
Mar-12
May-12
Jul-12
Sep-12
Nov-12
0
5
19,0%
29,7%
IHSG
-35% -25% -15% -5%
12,9%
5%
15% 25% 35% 45%
Grafik 1.2 7
IHSG dan Perkembangan Sektoral
Pasar Surat Berharga Negara
Kinerja pasar Surat Berharga Negara (SBN) tetap tumbuh positif meski pemulihan
perekonomian global masih diliputi ketidakpastian.
ketidakpastian. Pada awal tahun 2012, para pelaku di pasar SBN
merespons positif penurunan BI Rate sebesar 25 bps. Dalam perkembangan selanjutnya, memburuknya
memburukn
risiko eksternal dan domestik menyebabkan tekanan di pasar SBN meningkat pada pertengahan tahun
2012. Sebagai akibatnya, imbal hasil di pasar SBN mengalami kenaikan menjadi 6,52% pada Mei 2012.
Namun, seiring dengan langkah-langkah
langkah
lanjutan yang dilakukan
an oleh Pemerintah dan pencapaian
peringkat layak investasi (investment grade), pergerakan imbal hasil SBN kembali menurun dan sampai
dengan akhir tahun ditutup pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2011.
Imbal hasil SBN seluruh tenor mengalami
men galami penurunan. Pergerakan imbal hasil SBN tahun 2012
cenderung turun untuk keseluruhan tenor yang mencapai 72 bps ke level 5,16% dibandingkan dengan
tahun 2011 (Grafik 1.28).
8). Imbal hasil SBN untuk tenor pendek, menengah dan panjang masing-masing
masing
turun sebesar 56 bps, 77 bps dan 84 bps. Imbal hasil SBN 10 Tahun mengalami penurunan sebesar 84
bps ke level 5,19% dibandingkan Desember 2011 sebesar 6,03%. Dibandingkan dengan negara di
kawasan, imbal hasil SBN masih cukup menarik.
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 13
Grafik 1.28
.28
Imbal Hasil SBN dan BI Rate
Investor nonresiden menambah eksposur pada pasar keuangan domestik termasuk di pasar
SBN.
SBN . Selama tahun 2012, investor nonresiden mencatat beli neto sebesar Rp47,67 triliun dibandingkan
dengan tahun 2011 yang mengalami beli neto sebesar Rp27,11 triliun. Aksi beli asing terjadi pada
seluruh tenor seiring dengan fundamental ekonomi domestik yang membaik dengan pertumbuhan
ekonomi dan inflasi yang stabil serta imbal hasil yang cukup menarik dibandingkan dengan negaranegara
negara di kawasan (Grafik 1.29).
Grafik 1.29
.2 9
Imbal Hasil di Negara Kawasan
EVALUASI KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2012
Berbagai pencapaian positif pada kinerja perekonomian nasional tersebut tidak terlepas
dari berbagai langkahlangkah-langkah kebijakan dan koordinasi diantara otoritas kebijakan moneter, fiskal,
dan sektor riil. Dari sisi Bank Indonesia, perumusan kebijakan tetap ditempuh dengan melakukan bauran
kebijakan yang terdiri kebijakan suku bunga, kebijakan nilai tukar, kebijakan makroprudensial, penguatan
komunikasi dan koordinasi.
Kebijakan suku bunga diarahkan agar pergerakan inflasi ke depan tetap berada dalam
sasaran yang telah ditetapkan
ditetapkan dan mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Bank
Indonesia pada Februari 2012 menurunkan BI rate 25 bps sebagai langkah antisipatif lanjutan untuk
memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah menurunnya kinerja ekonomi
ekono
global. Pada saat yang sama, Bank Indonesia juga menurunkan koridor bawah suku bunga operasi
moneter Bank Indonesia sebesar 50 bps menjadi 3,75%. Penurunan koridor bawah suku bunga operasi
moneter tersebut dimaksudkan untuk mendorong pembiayaan antar bank
bank dan mengurangi risiko
likuiditas bank sekaligus memperluas sumber pendanaan Bank. Pada Maret 2012, ekonomi Indonesia
dihadapkan pada melambungnya ekspektasi inflasi yang dipicu oleh pilihan-pilihan
pilihan pilihan kebijakan yang akan
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 14
ditempuh Pemerintah terkait kebijakan
kebijakan subsidi BBM. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia sejak Maret
2012 mempertahankan BI rate pada tingkat 5,75% dan mengambil langkah kebijakan untuk
mengantisipasi dampak peningkatan inflasi jangka pendek melalui penguatan operasi moneter untuk
mengendalikan
n ekses likuiditas jangka pendek.
Kebijakan nilai tukar diarahkan agar stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga dan
tingkatnya sesuai dengan kondisi fundamental melalui intervensi dan pendalaman pasar valas.
Kalibrasi dilakukan agar pergerakan nilai tukar rupiah
upiah mendukung pengendalian inflasi, neraca
pembayaran, dan pertumbuhan ekonomi. Dalam implementasinya, Bank Indonesia perlu terus memantau
perkembangan nilai tukar rupiah
upiah di pasar dan melakukan intervensi
intervensi di pasar valas sesuai kebutuhan.
Dalam rangka penguatan pasokan valuta asing yang lebih berkesinambungan Bank Indonesia
mengeluarkan ketentuan terkait penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang mulai efektif pada Januari
2012. Sesuai dengan kebijakan DHE, eksportir wajib menerima seluruh DHE melalui bank devisa di dalam
negeri.. Selain itu, untuk memperkuat struktur pasokan devisa, sejak Juni 2012 Bank Indonesia secara
reguler melakukan lelang Term Deposit (TD) Valas. Instrumen ini diharapkan dapat memperkaya
instrumen valas domestik dan menjadi outlet penempatan devisa untuk memfasilitasi masuknya devisa,
termasuk yang berasal dari hasil ekspor. Bank Indonesia juga melakukan relaksasi terhadap ketentuan
Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank untuk mendukung
4
penguatan pasokan valuta asing melalui pendalaman pasar valuta asing domestik . Perubahan Peraturan
Bank Indonesia dilakukan sebagai salah satu upaya dengan memberikan fleksibilitas bagi pelaku pasar
dalam melakukan lindung nilai (hedging) atas kegiatan ekonomi di Indonesia. Hal ini juga merupakan
upaya memperkuat keterkaitan antara transaksi valuta asing di pasar domestik dengan kegiatan ekonomi
sehingga dapat meminimalkan
kan transaksi valuta asing yang bersifat spekulatif dan mendukung upaya
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah-langkah
Langkah langkah tersebut diharapkan dapat meningkatkan pasokan
valas secara efektif di pasar valas domestik.
Kebijakan makroprudensial ditujukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan
mendukung keseimbangan eksternal. Untuk mencegah terjadinya risiko pada stabilitas sistem
keuangan yang bersumber dari meningkatnya secara tajam kredit perbankan, khususnya di sektor
perumahan dan otomotif,
tomotif, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan makroprudensial melalui pengaturan
besaran rasio loan-to-value ratio (LTV) dan minimum down payment (DP). Kebijakan tersebut mengatur
tentang besaran rasio antara nilai kredit yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan pada saat
awal pemberian kredit untuk kredit kepemilikan rumah (KPR) dan minimum down payment (DP) untuk
kredit kendaraan bermotor (KKB) yang berlaku pada Juni 2012. Di samping itu, kebijakan
makroprudensial LTV dan minimum DP juga mendukung upaya menekan impor untuk mengurangi
tekanan terhadap defisit transaksi berjalan. Kebijakan makroprudensial juga didukung oleh kebijakan
sistem pembayaran yang selama tahun 2012 diarahkan untuk meningkatkan efisiensi sistem pembayaran
dan mendukung upaya menjaga stabilitas sistem keuangan, melalui beberapa langkah penting, antara
lain: (i) penyusunan standar dan penggunaan chip untuk kartu ATM/Debit, (ii) mendorong kerjasama
jaringan ATM antarbank, serta (iii) pengembangan Sistem Transfer Kredit Elektronik (STKE) bagi nasabah
BPR melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Selain
Selain itu, dalam rangka memitigasi risiko
penyelenggaraan kartu kredit, Bank Indonesia pada awal tahun 2012 menerbitkan peraturan mengenai
pembatasan kepemilikan kartu kredit berdasarkan jumlah penerbit kartu kredit, per nasabah, sesuai
dengan kemampuan keuangan
uangan nasabahnya.
Penguatan koordinasi dengan Pemerintah dan komunikasi kebijakan juga terus dilakukan
selama tahun 2012 untuk mendukung efektiv
efekti vitas kebijakan moneter.
moneter Penguatan koordinasi dilakukan
agar kebijakan moneter Bank Indonesia dapat saling mendukung dengan kebijakan fiskal maupun
kebijakan ekonomi lainnya yang ditempuh Pemerintah dalam menjaga momentum pertumbuhan
ekonomi dan kestabilan perekonomian makro. Penguatan koordinasi dalam pengendalian inflasi baik di
4
Peraturan Bank Indonesia No. 14/ 10/PBI/2012 tanggal 8 Agustus 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.
7/14/PBI/2008 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 15
tingkat pusat maupun daerah
aerah dilakukan melalui penguatan TPI dan TPID. TPI secara aktif melakukan
pemantauan serta merumuskan dan merekomendasikan respons kebijakan yang perlu diambil untuk
mengendalikan tekanan inflasi. Dalam kerangka yang lebih luas, TPI juga memberikan masukan
mas
terkait
kerangka kebijakan untuk menjaga kesinambungan pasokan bahan pangan pokok dan mendorong
pengembangan pusat infomasi harga. Dengan tujuan yang sama, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)
yang diwadahi Pokjanas TPID dengan intensif memantau perkembangan
perkembangan inflasi di daerah dan
memberikan masukan ke tingkat pusat terkait kebijakan-kebijakan
kebijakan kebijakan di tingkat nasional yang memberikan
dampak inflasi di tingkat daerah. Sementara itu, dalam kerangka pemeliharaan stabilitas sistem
keuangan, Bank Indonesia telah memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dalam
memperkuat protokol manajemen krisis tingkat nasional melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem
Keuangan (FKSSK).
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 16
II.
II.
Prospek, Tantangan, dan Arah Kebijakan
Perekonomian
erekonomian Indonesia ke depan diperkirakan akan mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi.
Pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 dan 2014 diprakirakan dapat mencapai kisaran 6,3%-6,8% dan
6,7%-7,2%, terutama didukung oleh kuatnya konsumsi dan investasi serta perkiraan kinerja
perekonomian dunia yang lebih baik. Peningkatan konsumsi tersebut antara lain terkait dengan
persiapan dan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu).
(
Secara sektoral, pertumbuhan perekonomian
masih akan didorong oleh kinerja sektor industrii pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran
serta sektor transportasi dan komunikasi.
Dengan dukungan bauran kebijakan melalui lima pilar kebijakan, Bank Indonesia memperkirakan
bahwa inflasi ke depan akan tetap terkendali dan berada pada kisaran sasarannya.. Optimisme terhadap
perkiraan inflasi tersebut juga berasal dari membaiknya respons sisi penawaran dan ekspektasi inflasi
yang terjaga.
PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL
Pada tahun 2013 perekonomian global
dipe
dipe rkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan
tahun sebelumnya.
sebelumnya . Beberapa perkembangan positif
Proyeksi
di akhir tahun 2012 dan awal tahun 2013 seperti
2012
2013
2014
tercapainya kesepakatan di AS mengenai penurunan
PDB Dunia
3.1
3.4
3.9
defisit anggaran (fiscal cliff), meningkatkan
Jepang
2.2
0.8
1.1
optimisme prospek pertumbuhan global yang lebih
Amerika Serikat
2.0
2.0
2.6
baik di tahun 2013. Walaupun demikian, masih
Kawasan Eropa
-0.5
0.1
1.0
terdapat berbagai faktor risiko ke depan yang perlu
Perancis
0.3
0.6
1.1
diwaspadai seperti proses negosiasi penetapan pagu
Jerman
0.8
0.9
1.4
utang (debt ceiling) dan pemotongan belanja secara
Italia
-2.4
-0.7
0.5
otomatis (automatic spending cut) di AS,
Spanyol
-1.9
-1.2
0.8
kemungkinan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang
Negara Kawasan Eropa Lainnya -0.8
-0.1
0.7
tertahan di China, Jepang dan India, serta
China
7.7
8.0
8.2
penyelesaian krisis Eropa.
India
5.5
6.0
6.4
P erkiraan
erkiraan pertumbuhan perekonomian
Sumber: Bank Indonesia
global yang lebih tinggi diikuti dengan pe
pe rkiraan
kegiatan volume perdagangan dan harga komoditas yang meningkat. Bank Indonesia
memprakirakan volume perdagangan dunia tumbuh sebesar 4,1%. Sejalan dengan lebih tingginya
pertumbuhan volume perdagangan dunia, harga komoditas nonmigas diprakirakan juga akan mengalami
peningkatan sebesar 1,7%.
Tabel 2.1
Proyeksi PDB Dunia (%y-o-y)
PROSPEK PEREKONOMI
PEREKONOMIAN
EKONOMIAN INDONESIA
Pertumbuhan perekonomian domestik tahun 2013 dan 2014 diprakirakan dapat mencapai
kisaran 6,3% - 6,8
6, 8% dan 6,7%6,7%- 7,2% sejalan dengan kinerja perekonomian dunia yang
diperkirakan meningkat secara gradual. Permintaan domestik diperkirakan tetap menjadi kontributor
utama pertumbuhan ekonomi ke depan, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Salah satu faktor yang
mendorong pertumbuhan ekonomi domestik yang lebih tinggi adalah aktivitas persiapan dan
penyelenggaraan Pemilu 2014. Dari sisi eksternal, pertumbuhan
pertumbuhan perekonomian dunia yang lebih tinggi
dan peningkatan harga komoditas diperkirakan meningkatkan permintaan produk ekspor,
ekspor sehingga
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 17
kontribusi ekspor ke depan diperkirakan akan lebih baik.
baik Dengan kondisi tersebut, investasi diperkirakan
tumbuh cukup tinggi. Dari sisi lapangan usaha, sektor-sektor
sektor sektor utama, yakni sektor industri pengolahan;
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan
tetap mondominasi perkembangan
rkembangan perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan sektor-sektor
sektor
akan membaik seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik dan global.
Prospek Permintaan Agregat
Konsumsi rumah tangga pada tahun 2013 diperkirakan tetap tumbuh kuat mencapai
kisaran 5,8% - 6 ,3 %. Pertumbuhan tersebut didukung oleh meningkatnya pendapatan masyarakat
terkait kenaikan UMP serta rencana peningkatan gaji PNS. Pendapatan masyarakat juga akan meningkat
melalui pertumbuhan ekspor seiring dengan perkiraan
p
membaiknya perekonomian global.
global Kebijakan
pemerintah menaikkan pendapatan tidak kena pajak (PTKP) menjadi Rp24 juta per tahun juga akan
meningkatkan daya beli masyarakat.
masyarakat Selain itu, inflasi
nflasi yang relatif terkendali juga mendukung
peningkatan optimisme dan daya beli masyarakat (Grafik 2.1). Adanya
danya aktivitas persiapan Pemilu 2014
diperkirakan meningkatkan sisi konsumsi masyarakat. Secara struktural, peningkatan
eningkatan konsumsi rumah
tangga juga didukung oleh populasi dan struktur demografi penduduk Indonesia yang didominasi usia
produktif dan semakin meningkatnya jumlah kelompok kelas menengah (Grafik 2.2)
.2).
Grafik 2.1
Indeks Ekspektasi Konsumen – SK BI
Grafik 2.2
Struktur Demografi Indonesia
Pertumbuhan konsumsi riil Pemerintah di tahun 2013 diprakirakan mencapai 10,1%10,1%10,6%, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Secara nominal, belanja pemerintah diprakirakan
meningkat terutama untuk belanja barang yang tumbuh sekitar 24%.
Investasi di tahun 2013 diprakirakan tumbuh 10
10 , 2% - 1 0, 7%. Perkiraan pertumbuhan
investasi yang tetap tinggi tersebut didasarkan pada tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga domestik
yang kuat serta prospek kinerja ekspor ke depan yang membaik. Selain itu, perkiraan terjaganya
pertumbuhan investasi di tahun 2013 juga didukung oleh adanya alokasi belanja modal pemerintah yang
lebih tinggi, relatif rendahnya suku bunga, serta membaiknya iklim usaha domestik.
Berdasarkan
World
d
Investment
Report
Tabel 2.2 Peringkat Negara Tujuan Investasi
UNCTAD tahun 2012, Indonesia untuk pertama
Negara Tujuan
Peringkat
kalinya berhasil masuk dalam 4 besar negara yang
Investasi
2012
2011
RRC
1
1
paling prospektif untuk alokasi investasi pada periode
Amerika Serikat
2
2
2012 – 2014 (Tabel 3.2),, posisi tersebut meningkat
India
3
3
Indonesia
4
6
bila dibandingkan dengan peringkat pada periode
Brazil
5
4
sebelumnya.
Australia
6
7
Rusia
7
5
Sumber : UNCTAD
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 18
P ertumbuhan ekspor barang dan jasa di tahun 2013 diprakirakan akan meningkat dan
mencapai kisaran 3 ,2 % - 3, 7%. Pertumbuhan ekspor diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2012 sejalan
dengan pertumbuhan perekonomian global yang lebih baik dan diikuti dengan peningkatan harga
komoditas. Kinerja ekspor Indonesia diperkirakan meningkat sebagai respons
respon dari positifnya
pertumbuhan perekonomian negara-negara
negara
mitra dagang utama seperti China dan India.
India
Sejalan dengan permintaan domestik yang kuat dan ekspor yang tumbuh positif, impor
barang dan jasa di tahun 2013 diprakirakan meningkat menjadi 4,9%4,9%- 5,4%.
5,4% . Laju permintaan
domestik dan pertumbuhan ekspor yang diperkirakan meningkat akan menambah intensitas aktivitas
produksi yang pada gilirannya akan meningkatkan kebutuhan bahan baku, barang modal dan barang
konsumsi yang sebagian berasal dari impor.
Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2013 diprakirakan stabil pada level 6,2% (yoy)
(Tabel 3. 3). Stabilnya pertumbuhan tersebut didorong oleh prospek pemulihan kinerja eksternal dan
permintaan domestik yang tetap kuat. Motor penggerak pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih
didominasi oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Kinerja ekspor pada triwulan
triwulan I 2012 diprakirakan
membaik dibandingkan triwulan sebelumnya meski masih terbatas sejalan dengan ekspektasi pemulihan
perekonomian dunia dan kembali naiknya harga komoditas. Konsumsi rumah tangga tumbuh relatif
stabil didukung oleh kuatnya keyakinan konsumen dan daya beli masyarakat. Pertumbuhan investasi
yang tinggi diprakirakan masih berlanjut di triwulan I 2013, walaupun dengan akselerasi yang lebih
moderat. Tingginya pertumbuhan investasi sejalan dengan kondusifnya iklim usaha dan mulai
membaiknya kinerja ekspor. Sebagai respons terhadap kinerja ekspor dan masih kuatnya permintaan
domestik, impor berpotensi kembali meningkat.
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Tabel 2.3
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Komponen
2011
2012
I
II
III
IV*
2012*
2013
I*
2013*
2014*
Konsumsi Rumah Tangga
4.7
4.9
5.2
5.7
5.6
5.4
5.6
5.8 - 6.3
7.0 - 7.5
Konsumsi Pemerintah
3.2
5.9
7.4
(-3.2)
12.9
6.4
7.2
10.1 - 10.6
6.9 - 7.4
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
8.8
10.0
12.3
10.0
10.5
10.7
10.2
10.2 - 10.7
12.4 - 12.9
Ekspor Barang dan Jasa
13.6
7.9
2.2
-2.8
-1.8
1.1
-0.6
3.2 - 3.7
6.9 - 7.4
Impor Barang dan Jasa
13.3
8.0
10.9
-0.5
1.9
4.9
3.7
4.9 - 5.4
8.4 - 8.9
PDB
6.5
6.3
6.4
6.2
6.2
6.3
6.2
6.3 - 6.8
6.7 - 7.2
Sumber : BPS
* Proyeksi Bank Indonesia
Prospek Penawaran Agregat
Dari sisi lapangan usaha,
usaha , kontribusi sektor industri pengolahan,
pengolahan, sektor perdagangan, hotel
dan restoran,
restoran , serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih dominan di tahun
2013. Relatif tingginya tingkat investasi
nvestasi dalam beberapa waktu terakhir serta masih tingginya konsumsi
masyarakat menjadi faktor positif yang menjaga
men
kinerja sektor industri (Grafik 2.3
.3 dan 2.4). Selain itu, daya
beli masyarakat yang masih kuat dan pasar domestik yang relatif besar mendorong sektor perdagangan,
hotel dan restoran tetap tumbuh tinggi. Tetap tingginya aktivitas ekonomi domestik juga
jug berdampak pada
tingginya mobilitas masyarakat dan kebutuhan akan jasa komunikasi. Hal tersebut menjadi faktor yang
mendorong kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan tahun 2013 diperkirakan masih cukup tinggi.
tinggi .
Perkiraan tersebut terutama didukung oleh tren peningkatan kegiatan investasi sejak awal tahun 2010,
2010
terutama dalam bentuk investasi asing (foreign direct investment-FDI). Dengan prospek kondisi ekonomi
global yang lebih baik dari tahun 2012, ekspor diperkirakan
diperkirakan semakin membaik. Kondisi ini akan
mendorong optimisme dunia usaha dan meningkatkan kinerja sektor industri pengolahan. Pertumbuhan
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 19
sektor industri pengolahan pada tahun 2013 diprakirakan
dip
sebesar 6,4% - 6,9%. Kontributor utama kinerja
sektor industrii pengolahan diperkirakan berasal dari subsektor otomotif, makanan
makan dan minuman,
minum
besi dan
baja serta semen. Perkembangan subsektor otomotif sangat didukung oleh keberadaan kelas menengah
yang meningkat dengan daya beli yang relatif kuat. Untuk beberapa tahun
tahun ke depan tren produksi
kendaraan bermotor diperkirakan masih terus meningkat. Dari sisi industri makanan dan minuman, jumlah
penduduk yang besar dan permintaan domestik yang tetap solid menjadi faktor utama pendorong kinerja
subsektor ini. Sementara itu, kegiatan pada industri besi dan baja serta semen diperkirakan akan semakin
tinggi seiring dengan kegiatan pembangunan berbagai infrastruktur yang diperkirakan akan terus
meningkat.
Grafik 2.3
Pertumbuhan Ekspor, Manufaktur & Konsumsi
Grafik 2.4
Perkembangan Investasi
Grafik 2.5
Pertumbu
Pertumb
uhan, Makanan , Minuman dan Tembakau
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada tahun 2013 diperkirakan tumbuh pada
kisaran 7,7% - 8, 2%. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan konsumsi masyarakat dan aktivitas impor
yang diperkirakan tetap kuat. Akselerasi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang didorong oleh
meningkatnya jumlah kelompok kelas menengah menyebabkan kebutuhan barang dan jasa,
jasa termasuk
rekreasi, yang semakin meningkat. Selain peningkatan wisatawan domestik, kunjungan wisatawan asing
juga diperkirakan akan menunjukkan tren yang sama. Dengan kondisi tersebut pengeluaran sehubungan
dengan kegiatan wisata yang mencakup antara lain akomodasi serta makan dan minum juga diperkirakan
akan ikut meningkat (Grafik 2.5).
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2013 diperkirakan akan tumbuh
mencapai 10,2
10,2% - 10,7
10,7%. Prospek ekonomi domestik yang tetap solid akan meningkatkan kegiatan arus
barang, aktivitas perjalanan serta arus informasi. Tren pertumbuhan
ertumbuhan sektor ini terlihat dari meningkatnya
aktivitas bongkar pasang di pelabuhan dan angkutan kargo serta meningkatnya jumlah penumpang yang
diangkut oleh berbagai jenis moda transportasi terutama pesawat udara. Penggunaan
enggunaan internet dan
komunikasi data diperkirakan akan terus meningkat untuk mendukung aktivitas ekonomi yang cukup
tinggi.
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 20
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Tabel 2.4
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Sektor
2011
2012
I
II
III
IV*
2012*
2013
I*
2013*
2014*
Pertanian
3.0
4.3
3.6
4.8
3.1
4.0
3.8
3.7
- 4.2
3.6 - 4.1
Pertambangan & Penggalian
1.4
2.8
2.9
(-0.1)
(-0.6)
1.2
(-0.8)
0.7
- 1.2
1.3 - 1.8
Industri Pengolahan
6.2
5.7
5.5
6.4
6.4
6.0
6.6
6.4
- 6.9
6.3 - 6.8
Listrik, Gas & Air Bersih
4.8
5.2
5.9
5.6
5.2
5.5
5.0
5.2
- 5.7
5.5 - 6.0
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
6.7
9.2
7.2
8.3
7.1
8.9
8.0
6.9
8.2
6.9
7.6
7.7
8.0
7.2
7.7
7.7
- 8.2
- 8.2
7.8 - 8.3
8.6 - 9.1
Pengangkutan & Komunikasi
10.7
10.3
10.1
10.5
10.7
10.4
10.5
Keuangan, Persewaan & Jasa
6.8
6.3
7.0
7.4
7.5
7.1
7.2
7.1
- 7.6
Jasa-jasa
6.7
5.5
5.7
4.4
5.6
5.3
5.6
5.9
- 6.4
6.6 - 7.1
PDB
6.5
6.3
6.4
6.2
6.2
6.3
6.2
6.3
- 6.8
6.7 - 7.2
10.2 - 10.7
10.4 - 10.9
7.3 - 7.8
Sumber : BPS
* Proyeksi Bank Indonesia
Kinerja sektoral pada triwulan I 2013 diprakirakan tumbuh relatif stabil dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya (Tabel 3.4 ). Sektor industri pengolahan diprakirakan tumbuh meningkat
didukung oleh masih kuatnya permintaan domestik disertai dengan potensi pemulihan kinerja ekspor ke
depan. Sektor PHR diprakirakan tumbuh meningkat didorong oleh masih solidnya konsumsi rumah
tangga dan masih baiknya aktivitas domestik. Sementara itu, sektor pengangkutan dan komunikasi
masih tumbuh tinggi didukung oleh kinerja subsektor angkutan udara dan komunikasi data.
PROSPEK INFLASI
Di tahun 2013 dan 2014,
2014 , inflasi diperkirakan dapat diarahkan pada kisaran sasarannya
sebesar 4,5%±1%. Perkiraan inflasi yang tetap terkendali tersebut juga didukung oleh kondisi
makroekonomi yang kondusif dan perkiraan perbaikan produksi dan distribusi bahan makanan.
makanan
Meneruskan keberhasilan pencapaian target inflasi di tahun sebelumnya, di tahun 2013 dan 2014 Bank
Indonesia dan Pemerintah akan mempererat koordinasi baik di tingkat pusat dan daerah serta
melanjutkan penguatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial dengan tujuan utama untuk
menjaga inflasi dalam kisaran 4,5% + 1%.
S umber tekanan inflasi diperkirakan antara lain berasal dari peningkatan permintaan
domestik.
domestik. Tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan akan meningkat sejalan dengan peningkatan
permintaan domestik. Walaupun demikian, kapasitas produksi yang ada diperkirakan masih dapat
mengimbangi peningkatan permintaan sehingga dampaknya terhadap kenaikan harga diperkirakan
relatif terbatas. Di sisi lain, tekanan inflasi diperkirakan juga semakin terkendali dengan ekspektasi
masyarakat yang semakin
akin terjangkar ke rentang sasaran inflasi. Sementara itu, inflasi volatile food,
diperkirakan akan tetap terkendali, sejalan dengan perkiraan perbaikan produksi dan distribusi yang
didukung oleh perbaikan infrastruktur pertanian dan keterhubungan antarwilayah.
antarwilayah. Kenaikan UMP yang
cukup tinggi di tahun 2013 diperkirakan memberikan dampak terhadap inflasi yang relatif moderat
sejalan dengan hasil survei Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan akan
merespons kenaikan UMP tersebut dengan peningkatan efisiensi dan produktivitas. Inflasi administered
prices diprakirakan lebih tinggi dari tahun 2012 seiring dengan adanya penyesuaian tarif tenaga listrik
(TTL) sebesar 15% di tahun 2013. Dengan memperhitungkan dampak kenaikan UMP dan TTL, inflasi
diperkirakan masih berada dalam kisaran sasaran inflasi di tahun 2013.
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 21
ARAH KEBIJAKAN
Pencapaian ekonomi tahun 2012 yang cukup baik diprakirakan masih akan berlanjut dan
meningkat pada tahun 20132013- 2014,
2014, namun sejumlah tantangan harus dihadapi baik yang berasal
dari global maupun domestik. Di sisi global, faktor risiko terutama bersumber dari masih tingginya
ketidakpastian pemulihan ekonomi dan harga komoditas yang dapat mengganggu kinerja ekspor
Indonesia. Permintaan domestik yang terus berlanjut di tengah masih tingginya ketidakpastian ekonomi
global dapat meningkatkan tekanan terhadap ketidakseimbangan eksternal.. Di sisi struktural, struktur
perekonomian dengan ketergantungan impor yang tinggi khususnya untuk barang modal dan bahan
baku menimbulkan kerentanan terhadap keseimbangan eksternal ketika kegiatan investasi terus
mengalami peningkatan.
Ke depan, kebijakan Bank Indonesia akan diarahkan untuk mengelola permintaan domestik
agar sejalan dengan upaya untuk menjaga keseimbangan eksternal. Bank Indonesia akan terus
memperkuat bauran kebijakan melalui lima pilar kebijakan. Pertama, kebijakan suku bunga akan
ditempuh secara konsisten dengan prakiraan inflasi ke depan agar tetap terjaga dalam kisaran target
yang ditetapkan. Kedua, kebijakan
ebijakan nilai tukar akan diarahkan untuk menjaga pergerakan Rupiah sesuai
dengan kondisi fundamentalnya. Ketiga, kebijakan makroprudensial diarahkan untuk menjaga kestabilan
sistem keuangan dan mendukung terjaganya keseimbangan internal maupun eksternal. Keempat,
penguatan strategi komunikasi kebijakan untuk mengelola ekspektasi inflasi. Kelima, penguatan
koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah dalam mendukung pengelolaan ekonomi makro, khususnya
dalam memperkuat struktur perekonomian, memperluas sumber pembiayaan
pembiayaan ekonomi, penguatan
respons sisi penawaran, serta pemantapan Protokol Manajemen Krisis (PMK).
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 22
INDIKATOR TERKINI
SEKTOR KEUANGAN
SUKU BUNGA & SAHAM
Suku bunga SBI 9 bln 1)
Suku bunga deposito 1 bln
Suku bunga deposito 3 bln
JIBOR satu minggu 2)
IHSG Indeks 3)
2012
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
4.88
6.26
6.68
4.43
3,942
3.82
5.97
6.52
3.93
3,985
3.83
5.66
6.31
3.81
4,122
3.93
5.42
6.00
3.81
4,181
4.24
5.35
5.89
3.83
3,833
4.32
5.39
5.76
4.10
3,956
4.46
5.39
5.67
4.17
4,142
4.54
5.42
5.61
4.29
4,060
4.67
5.40
5.69
4.24
4,263
4.75
5.49
5.66
4.27
4,350
4.77
5.42
5.81
4.29
4,276
4,317
BESARAN MONETER (miliar Rp)
Base Money
M1(C+D)
Uang Kartal (C)
Uang giral (D)
Broad Money (M2 = C+D+T+S)
Uang kuasi (T)
Uang kuasi (Rupiah)
Deposito
Tabungan Total
Deposito (Valas)
Simpanan Giro Valuta Asing
Surat Berharga Selain Saham (S)
M2 - Rupiah
594,078
696,323
286,242
410,082
2,854,978
2,145,246
1,842,815
993,655
849,160
141,171
161,260
13,409
2,854,978
578,964
683,253
280,103
403,150
2,849,796
2,150,808
1,848,124
998,643
849,481
145,623
157,061
15,735
2,849,796
586,034
714,258
287,046
427,212
2,911,920
2,182,891
1,875,257
1,022,038
853,219
148,649
158,984
14,771
2,911,920
596,592
720,924
290,861
430,064
2,927,259
2,190,885
1,887,124
1,020,792
866,332
148,486
155,275
15,450
2,927,259
604,979
749,450
294,768
454,682
2,992,057
2,227,527
1,900,824
1,027,151
873,673
159,186
167,516
15,081
2,992,057
627,359
779,416
314,670
464,746
3,050,355
2,254,329
1,915,625
1,016,060
899,565
164,762
173,942
16,610
3,050,355
634,993
771,792
315,375
456,417
3,054,534
2,269,809
1,926,046
1,017,021
909,025
170,722
173,041
12,932
3,054,534
657,955
783,478
327,059
456,418
3,100,060
2,304,474
1,960,339
1,030,262
930,077
171,517
172,617
12,108
3,100,060
638,869
770,935
325,566
445,370
3,100,951
2,318,559
1,968,062
1,030,830
937,232
180,380
170,117
11,457
3,100,951
648,106
796,071
326,119
469,952
3,182,813
2,376,102
2,009,812
1,060,357
949,456
187,859
178,430
10,640
3,182,813
647,979
775,933
327,069
448,864
3,178,941
2,392,602
2,022,257
1,058,478
963,779
190,178
180,166
10,406
3,178,941
474,334
-
Tagihan kepada Sektor Lainnya
Tagihan pada Sektor Swasta
2,374,862
2,106,449
2,403,464
2,138,727
2,464,483
2,189,236
2,519,946
2,230,960
2,586,786
2,289,504
2,653,871
2,361,812
2,668,447
2,378,914
2,696,876
2,406,188
2,758,170
2,471,071
2,791,363
2,504,939
2,832,903
2,503,677
-
0.76
3.65
0.05
3.56
0.07
3.97
0.21
4.50
0.07
4.45
0.62
4.53
0.70
4.56
0.95
4.58
0.01
4.31
0.16
4.61
-
-
9,000
12,414
11,715
9,085
12,594
11,894
9,180
13,565
12,296
9,190
12,698
12,381
9,565
13,315
13,363
9,480
12,420
12,918
9,485
13,257
13,249
9,560
10,594
10,337
9,588
13,623
11,824
9,615
-
9,605
-
9,670
-
2)
2)
HARGA
Inflasi bulanan (%, mtm)
Inflasi tahunan (%, yoy)
SEKTOR EKSTERNAL
Rp/USD (akhir periode, nilai tengah)
Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4)
Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4)
INDIKATOR KUARTALAN
2012
Tw.I
Tw.II
Pertumbuhan PDB (%, yoy) **
6.3
6.4
Konsumsi
5.0
5.5
Investasi (PMTB)
10.0
12.3
Perubahan Stok
164.1
108.7
Ekspor
7.9
2.2
Impor
8.0
10.9
* angka sementara
** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000
*** angka prakiraan Bank Indonesia
1) minggu terakhir
2) rata-rata tertimbang
3) penutupan pada akhir periode
4) closed file
Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
Tw.III
Tw.IV***
6.2
4.6
10.0
-9.5
-2.8
-0.5
6.2
6.8
10.5
n.a
-1.8
1.9
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan
Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, dan November. Laporan
ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada
masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia
serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan
Kebijaka Moneter (LKM) secara
triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober, dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas
perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan
respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Untuk
ntuk informasi lebih lanjut hubungi:
Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan
Grup Kebijakan Moneter - Departemen Riset Ekonomi dan
Kebijakan Moneter
Telp: +62 21 381 8180/8163/8119
Fax: +62 21 345 2489
Email: [email protected]
Website: http//www.bi.go.id
Dewan Gubernur
Darmin Nasution – Gubernur
Hartadi A. Sarwono - Deputi Gubernur
Halim Alamsyah - Deputi Gubernur
Ronald Waas - Deputi Gubernur
Tinjauan Kebijakan Moneter
| 23
Download