Modul Managing Identity and Organization Culture [TM3]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Managing
Identity &
Organization
Culture
Symbolic Communications
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Public Relations
Online
03
Kode MK
Disusun Oleh
42029
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Abstract
Kompetensi
Dalam modul ini akan dibahas apa yang
dimaksud dengan symbolic
communications yang terdiri dari
pengertian symbol, tanda dan lambang
serta meaning intensity (or level) and
diversity of indentity.
Setelah membaca materi ini mahasiswa
diharapkan dapat mampu memahami
dan menjelaskan tanda dan makna
tanda.
Symbolic Communications
1. Pengertian Symbol, Tanda dan Lambang
A. Proses Simbolik dalam Komunikasi
Salah satu kebutuhan pokok manusia (Susanne K. Langer) adalah kebutuhan
simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang
menggunakan lambang dan itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Ernst Cassier mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah
keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu
lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan
verbal), perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama, misalnya
memasang bendera di halaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau kecintaan
terhadap negara. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan
perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata
maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut.
Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek
dapat juga dipresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan
kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa
yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai dengan kemiripan. Misalnya patung
Soekarno adalah ikon Soekarno, dan foto anda pada KTP anda adalah ikon anda. Putri
Diana adalah adalah ikon (lambang) kecantikan atau SBY adalah ikon negara RI.
Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks adalah suatu tanda yang secara alamiah
merepresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk indeks adalah
Sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari disebut juga gejala (symptom). Indeks
muncul berdasarkan hubungan antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi.
Misalnya awan gelap adalah indeks hujan yang akan turun, sedangkan asap merupakan
indeks api. Namun bila asap disepakati sebagai tanda bagi masyarakat untuk berkumpul
misalnya, seperti dalam kasus suku Indian primitif, maka asap menjadi lambang karena
maknanya telah disepakati bersama.
Lambang mempunyai beberapa sifat seperti berikut ;
16
2
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1) Lambang bersifat sebarang, manasuka, atau sewenang-wenang
Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata
(lisan atau tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan, tempat tinggal,
jabatan, olahraga, hobi, peristiwa, hewan, tumbuhan, gedung, alat (artefak), angka, bunyi,
waktu, dsb semuanya bisa menjadi lambang.
Lambang hadir dimana-mana dan tidak henti-hentinya menerpa kita: gosip antar
tetangga, tagihan listrik, buku yang kita baca, lagu lewat radio, berita tv, suara azan,
spanduk di pinggir jalan, stiker di kaca mobil, lampu lalulintas, bunyi peluit polisi, jilbab bagi
wanita, kalung bertanda salib, seragam putih abu-abu, dll. Namun alam tidak memberikan
penjelasan kepada kita mengapa manusia menggunakan lambang-lambang tertentu untuk
merujuk pada hal-hal tertentu, baik yang konkret maupun abstrak. Kita tidak punya alasan
mengapa kita menyebut hewan yang mengeong itu kucing, bukan kambing atau gajah.
Penyebutan itu semata-mata berdasarkan kesepakatan saja. Lambang-lambang parpol
misalnya banteng moncong putih untuk PDI-P, pohon beringin untuk Golkar, matahari untuk
PAN juga tercipta dan tersosialisasikan berdasarkan prinsip itu.
Makanan juga bersifat simbolik. Banyak orang makan McD, KFC, AW di restoran cepat
saji bukan karena mereka benar-benar menyukai makanan itu, namun karena makan di
tempat itu memberi mereka status tertentu. Padahal di kota besar Amerika justru orangorang kelas menengah ke bawah yang gemar makan di restoran-restoran itu. Restoran
Yoshinoya di Jakarta juga memiliki status lebih tinggi bagi penikmatnya dibanding negara
asalnya Jepang .
Dandanan dan penampilan fisik juga bersifat simbolik seperti mengenakan stelan jas
lengkap, t-shirt, sandal jepit, sarung, peci, warna kulit, jenggot, mini skirt. Kulit putih
dianggap berstatus lebih tinggi daripada kulit hitam. Orang mudah memberi status “sukses”
terhadap mereka yang menggunakan pakaian jas lengkap dengan dasi
Tempat tinggal dan mobil juga bersifat simbolik. Bila anda tinggal di Menteng atau
Pondok Indah dan naik Alphard anda akan diperlakukan istimewa.
2) Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna: kitalah yang memberi
makna pada lambang
Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu sendiri.
Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata mempunyai makna, yang ia
maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk memberi makna (yang
telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Persoalan akan timbul bila para peserta
16
3
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
komunikasi tidak memberi makna yang sama pada suatu kata. Pernah profesor
menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menulis sebuah naskah buku yang baru.
Ia memberikan naskah tersebut keada sekretarisnya dengan perintah “burn this for me,
will you?” (tolong bakar ini). Hasilnya naskah yang mestinya di fotokopi (burn) itu musnah
menjadi asap dalam tempat pembakaran.
Dengan kata lain, sebenarnya tidak ada hubungan yang alami antara lambang dengan
objek yang ditujunya. Anda dapat mengatakan bahwa anda tentara dengan memakai baju
tentara meskipun anda sama sekali bukan tentara. Kombinasi angka 17-8-45 sering diangga
angka keramat, karenanya tidak mengherankan bila lambang Garuda kita dihiasi dengan
sayap berjumlah 17 bulu, ekor berjumlah 8 bulu, dan leher berjumlah 45 bulu.
Kenyataannya, tidak pernah ada seekor burung dari jenis apapun yang punya susunan bulu
seperti itu. Banyak nomor handphone dikategorikan nomor hoki jika banyak angka 8 atau 9.
Banyak hotel atau apartemen yang tidak punya lantai 4 dan 13.
Sebagian orang bahkan ada kalanya menggantungkan nasib dan keselamatan mereka
pada lambang-lambang tertentu. Mereka memilih hari dan tanggal tertentu untuk menikah,
indah rumah, atau melaksanakan perjalanan. Atau menggunakan benda seperti batu,
hiasan, tulisan, dsb untuk menjaga keselamatan mereka.
3) Lambang itu bervariasi
Lambang itu bervariasi dari satu budaya ke budaya lain, dari satu tempat ke temat lain,
dari satu konteks waktu ke konteks waktu yang lain. Begitu juga makna yang diberikan
kepada lambang tersebut. Untuk orang Indonesia disebut buku, orang Inggris book, orang
jerman buch, orang Arab kitab. Pendek kata kita hanya memerlukan kesepakatan mengenai
suatu lambang. Kalau kita sepakat semua, kita bisa saja menamai benda berkaki empat
yang biasa kita duduki dengan “meja” bukan “kursi”.
Makna yang diberikan seseorang atau suatu masyarakat berbeda dari budaya ke
budaya. Makna yang diberikan kepada suatu lambang boleh jadi berubah seiring perjalanan
waktu. Dulu orang beranggapan tidak mungkin orang kulit hitam jadi presiden di Amerika,
sekarang ada Obama. Barangkali tinggal perempuan yang menunggu waktu untuk bisa jadi
presiden di Amerika.
Makna yang kita berikan kepada benda-benda tertentu, kendaraan misalnya, juga
berubah. Hingga awal tahun 1980 an orang berfikir hanya orang-orang kelas atas yang
punya mobil. Kini, orang-orang kelas menengah dan menengah-bawah pun mampu punya
mobil, apalagi dengan program Low Cost Green Car yang digalakkan pemerintah. Bahkan
16
4
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
handphone yang dianggap lambang status soail istimewa pada dekade 1990-an hingga
banyak orang petantang-petenteng menggunakannya di temat umum, ternyata tidak lagi
dipandang demikian pada penghujung dekade tersebut. Apalagi sekarang handhone sudah
bisa dimiliki tukang sayur dan tukang ojek sehingga lebih dianggap sebagai sebuah
kebutuhan.
Oleh karena itu lambang sangat penting dalam komunikasi. Berkat kemampuan
menggunakan lambang, baik dalam penyandian maupun penyandian balik, manusia dapat
berbagi pengalaman dan pengetahuan, bukan hanya antara mereka yang bersama-sama
hadir disuatu tempat, bahkan juga antara mereka yang tinggal berjauhan dan tidak pernah
saling bertemu, atau antara pihak-pihak yang berbeda generasi.
B. Makna dalam Makna
Brodbeck (1963) seperti dikutip Fisher membantu kita merumuskan tiga macam
makna.
1) Makna Referensial
Yakni makna suatu istilah mengenai objek, pikiran, ide, atau konsep yang ditunjukkan
oleh istilah itu. Makna itu lahir dari pikiran seseorang ketika suatu istilah merujuk pada suatu
objek. Misalnya, istilah “kendaraan” merujuk pada mobil, motor, sepeda, bahkan kuda,
artinya sesuatu yang dapat ditumpangi dan membawa penumpangnya pada jarak tertentu.
Istilah “baik” mengacu pada penilaian (pikiran) seseorang mengenai suatu hal. “Keadilan”
adalah istilah untuk sebuah konsep mengenai kesesuaian antara sebab dan akibat.
Makna yang menunjukkan arti suatu istilah sejauh dihubungkan dengan konsep-konsep
lain.
Misalnya, istilah phlogiston yang dicontohkan Fisher dulu digunakan untuk menjelaskan
proses pembakaran. Suatu benda bisa terbakar kalau ada phlogiston. Tapi sejak
ditemukannya istilah oksigen, phlogiston tidak digunakan lagi untuk menjelaskan proses
pembakaran. Istilah perang dingin kini tidak dipakai lagi setelah Blok Timur runtuh. Banyak
istilah menjadi tidak berarti lagi setelah ditemukan kesalahan pada konsep yang lama.
2) Makna Intensional
16
5
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Yakni arti suatu istilah atau lambang tergantung pada apa yang dimaksudkan oleh si
pemakai dengan arti lambang itu. Makna inilah yang melahirkan makna individual. Dari segi
ini, maka tak akan ada dua buah makna yang dimaksudkan identik, walaupun makna-makna
itu boleh saja amat mirip. Ini merupakan makna yang disebabkan oleh tindakan mental
individu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Anda boleh menyebut jeruk Garut itu manis,
demikian pula dengan kawan anda. Tapi makna manis untuk anda dan kawan anda tentu
berbeda. Bagi anda mungkin manis yang dimaksud tanpa campuran rasa asam, tapi untuk
kawan anda boleh jadi yang diartikan manis mengandung sedikit rasa pahit. Manis bagi
anda adalah khas anda. Begitu pula dengan kawan anda. Maka janganlah langsung
menafsirkan demokrasi menurut barat sama maknanya dengan demokrasi di tempat lain.
Masing-masing mempunyai pengalaman yang khas dengan istilah itu sehingga makna yang
munculpun berbeda-beda pula.
C. Teori Makna
Dari ketiga corak makna tersebut, yang menarik adalah proses terjadinya
pemaknaan. Kapankah makna itu muncul ? Fiske menyatakan makna muncul ketika sebuah
sign yang mengacu pada suatu objek, dipakai oleh pengguna sign, saat itulah terjadi proses
pembentukan makna di dalam benak si pemakai. Yang dimaksud sign disini dapat berupa
kata, tulisan, simbol, maupun isyarat. Sedangkan objek bisa mengacu ada benda, ide, atau
konsep.
Beberapa ahli merumuskan ketiga hubungan antara sign, objek, dan pemakai itu
dalam bentuk hubungan segitiga. Maka teori segitiga makna (triangle meaning theory) pun
dibuat untuk menjelaskan proses terjadinya makna. Salah seorang ahli yang menyusun teori
segitiga makna adalah Charles S.Pierce. Menurut Pierce, sebuah sign yang mengacu pada
sesuatu di luar dirinya, yaitu objek, akan mempunyai pengaruh pada pikiran pemakainya,
karena adanya hubungan timbal balik antara ketiga elemen tersebut. Hasil hubungan timbal
balik itulah yang menghasilkan makna suatu objek, dan dilambangkan oleh pemakainya
dengan suatu simbol antara lain kata-kata, gambar, atau isyarat. Misalnya, anda mendengar
orang menyebut kata permata. Di dalam benak anda terpikirkan bahwa permata adalah batu
mulia untuk perhiasan yang mahal harganya. Kata “permata” adalah sign (simbol), batu
permata adalah objek rujukan; sedangkan sebagai pemakainya adalah anda sendiri. Makna
yang muncul dari ketiga hubungan elemen tersebut adalah kesimulan anda yang menyebut
permata adalah batu mulia untuk perhiasan yang mahal harganya.
16
6
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar:
Pikiran atau referensi
Simbol
Objek Sasaran
Teori segitiga makna juga dikembangkan oleh Ogden dan I.A.Richard, yang
menyatakan bahwa makna muncul tatkala suatu simbol yang mengacu pada suatu objek
mengenai pikiran seseorang. Sebetulnya mekanisme berfikirnya sama dengan Pierce.
Bedanya hanya terletak pada hubungan antara objek dengan simbol. (Lihat gambar).
Menurut model Ogden dan Richard, hubungan antara simbol dan objek bersifat tidak
langsung, karena simbol hanya mewakili objek tanpa objek itu harus hadir. Jadi ketika kita
menyebut istilah “hutan”, objek hutan yang dirujuk oleh istilah itu tak selalu harus hadir di
depan mata pemakai istilah itu.
Dari beberapa studi tentang makna dan teori makna, kemudia Little John
menyimpulkan bahwa makna itu mempunyai tiga dimensi;
1) Dimensi Referensial
Yang berarti bahwa secara jelas kata kata dan simbol-simbol yang lain dipakai untuk
menunjukkan objek, situasi, kondisi, atau pernyataan. Kata “buku” untuk menunjukkan objek
benda semacam yang sedang anda baca ini. Simbol huruf S disilang menunjukkan larangan
berhenti. Kata “gembira” untuk menunjukkan situasi dan suasana hati yang riang. Kata
“panas” untuk menunjukkan kondisi suatu benda atau ruangan yang panas.
2) Dimensi Eksperensial
Artinya makna adalah bagian terbesar dari suatu pengalaman tentang objek. Tanpa
kita mengenal objeknya, kita tak dapat memberinya makna. Makin tahu kita tentang suatu
objek, makin banyak makna yang dapat kita peroleh. Bagi yang belum mendengar kata
diktator tentu saja orang tak akan mengerti dari kata itu.
3) Dimensi Purpossive
16
7
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Yang maksudnya tujuan seseorang bertatap muka atau berkomunikasi (mengirim
dan menerima simbol) adalah aspek penting dari makna. Dengan kata lain, dipakainya suatu
simbol karena ada tujuan yang hendak dicapai oleh simbol itu. Hati-hatilah dengan kawan
dekat anda yang selalu mengucapkan “sayang”, itu berarti ia mempunyai maksud tertentu
terhadap anda, mungkin ingin dekat. Kata “bagus” dipakai untuk menunjukkan maksud
bahwa kita mempunyai penilaian yang baik pada sebuah lukisan, misalnya. Sebaliknya, kita
katakan “jelek” pada suatu gambar untuk menunjukkan maksud kita mengenai gambar yang
buruk.
Jika dihubungkan dengan segitiga makna, maka hubungan antara ketiga dimensi itu
dapat memperlihatkan bahwa pemakaian suatu simbol (referential) itu didasarkan
pengalaman atau pengetahuan (experential) pada objek yang dirujuk simbol tersebut,
adalah untuk menunjukkan tujuan (purpossive) si pemakainya. Misalnya, jika seseorang
mengatakan suka ada temannya, itu didasarkan pada pengalamannya mengenai objek yang
dirujuk istilah suka, untuk memperlihatkan bahwa maksud si orang tersebut adalah senang
pada temannya itu. Karena itu, hati-hatilah menggunakan istilah. Orang bisa senang pada
kita karena istilah yang kita gunakan, orang juga bisa marah besar pada kita karena
penggunaan istilah pula.
D. Bahasa dan Makna
1) Bahasa Sebagai Suatu Sistem Simbol
Bahasa dapat dibayangkan sebagai kode, atau sistem simbol, yang kita gunakan untuk
membentuk pesan-pesan verbal kita. Kita dapat mendefinisikan bahasa sebagai sistem
produktif yang dapat dialih-alihkan dan terdiri atas simbol-simbol yang cepat lenyap (rapidly
fading), bermakna bebas (arbitrary), serta dipancarkan secara kultural (Hackett). Masingmasing karakteristik ini akan dijelaskan secara singkat.
2) Produktivitas
Bahasa bersifat produktif, terbuka, kreatif. Artinya pesan-pesan verbal kita merupakan
gagasan-gagasan baru; setiap gagasan bersifat baru. Tentu ada beberapa pengecualian
dari kaidah umum ini, tetapi tidak banyak dan tidak penting. Sebagai contoh, esan seperti
“apa kabar?”, “selamat malam” tidaklah produktif karena kata-kata ini tidak tercipta baru
setiap kali diucapkan> Kalau pengecualian seperti ini dikesampingkan, semua pesan verbal
tercipta pada saat diutarakan. Ketika anda berbicara, anda tidak mengulang kalimat-kalimat
hasil mengingat melainkan menciptakan sendiri kalimat-kalimat baru. Begitu pula,
16
8
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pemahaman anda atas pesan-pesan verbal menunjukkan produktivitas dalam arti bahwa
anda dapat memahami pemikiran-pemikiran baru yang dikemukakan.
Dimensi lain dari produktivitas adalah bahwa sistem pesan manusia memungkinkan
terciptanya kata-kata baru. Bila semua ditemukan atau diciptakan, kita dapat menciptakan
kata-kata baru untuk menggambarkannya : “komputer, email, modem”. Sistem bahasa kita
terbuka untuk pengembangan-suatu aspek.
3) Pengalihan
Karena bahasa kita mengenal pengalihan (displacement), kita dapat berbicara mengenai
hal-hal yang jauh dari kita, baik dari segi tempat maupun waktu. Kita dapat berbicara
tentang masa lalu dan masa depansemudah kita berbicara tentang masa kini. Dan kita
dapat berbicara tentang hal-hal yang tidak pernah kita lihat-tentang manusia duyung, kuda
bertanduk, dan makhluk dari planet lain
4) Pelenyapan Cepat
Suara bicara melenyap dengan cepat; suara-suara ini lenyap. Suara harus diterima segera
setelah itu dikirimkan atau kita tidak akan pernah menerimanya. Semua isyarat berangsurangsur akan melenyap; simbol-simbol tertulis dan bahkan simbol-simbol yang dipahatkan
pada batu tidaklah permanen. Tetapi secara relatif, isyarat suara barangkali merupakan
yang paling tidak permanen diantara semua media komunikasi; inilah yang dimaksud
dengan pelenyapan cepat (rapid fading)
5) Kebebasan Makna
Isyarat bahasa mempunyai kebebasan makna (arbitrary) ; mereka tidak memiliki
karakteristik atau sifat fisik dari benda atau hal yang mereka gambarkan. Kata anggur tidak
lebih lezat ketimbang kata bulgur. Kata bulgur juga tidak lebih mengenyangkan ketimbang
kata anggur. Suatu kata memiliki arti atau makna yang mereka gambarkan karena kitalah
yang secara bebas menentukan arti atau maknanya.
6) Transmisi Budaya
Bentuk bahasa manusia dipancarkan secara budaya atau tradisional . Seorang anak yang
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berbahasa Inggris akan menguasai bahasa
Inggris sebagai bahasa ibu, apapun bahasa orangtua kandungnya. Karunia genetik bahasa
bagi manusia berkaitan dengan bahasa manusia secara umum, tidak dengan bahasa
manusia tertentu.
16
9
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Makna dan Persepsi
A. Definisi Persepsi
Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan
mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal.
Dengan kata lain persepsi
adalah cara kita mengubah energi – energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang
bermakna. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak
mungkin kita berkomunikasi dengan efektif.
Persepsilah yang menentukan kita memilih
pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi
individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai
konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.
Persepsi meliputi :
· Penginderaan ( sensasi ), melalui alat – alat indra kita ( indra perasa, indra peraba, indra
pencium, indra pengecap, dan indra pendengar ). Makna pesan yang dikirimkan ke otak
harus dipelajari. Semua indra itu mempunyai andil bagi berlangsungnya komunikasi
manusia.penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan.
Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman,
sentuhan dan pengecapan, terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi,
seperti bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam dipantai.
· Atensi atau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari
sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan
dan, proses kognitif lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya
mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang
tertentu. Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar.
· Interpretasi adalah, proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih
pembicara yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang sama, baik secara simultan
(dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi
berurutan).
16
10
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung 2004
Joseph A DeVito, Komunikasi Antarmanusia : Kuliah Dasar, Professional Books, 1997
Sasa Djuarsa Sendjaja dkk, Materi Pokok Pengantar Komunikasi, Universitas TerbukaJakarta, 1993
16
11
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download