Modul Managing Identity and Organization Culture [TM4]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Managing Identity
and Corporate
Culture
Strategi Membangun Identity
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Public Relations
Online
04
Kode MK
Disusun Oleh
42029
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Abstract
Kompetensi
Dalam modul ini akan dibahas
mengenai strategi membangun identity
yang terdiri dari Corporate Identity
Management, Corporate Identity Plan,
Implementation of Corporate Identity
dan The Corporate Identity Mix.
Setelah membaca materi ini mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan model-model dalam
membangun identitas.
Strategi Membangun Identity
1. Corporate Identity Management
Corporate identity suatu perusahaan/organisasi harus cukup jelas karena menjadi
tolak ukur & referensi untuk produk/jasa yg dihasilkannya, sikap & perilakunya serta
langkah-langkahnya.
Corporate identity ini harus dikomunikasikan baik kepada seluruh publik internal
maupun kepada seluruh publik eksternal dari perusahaan/organisasi tersebut.  semua yg
dikomunikasikan ke dalam & ke luar perusahaan/organisasi haruslah penegasan dari
identitasnya meliputi produk/jasa yg dihasilkannya, bangunannya, bahan komunikasinya
serta bagaimana perusahaan/organisasi berperilaku kepada karyawannya maupun kepada
siapapun yg mempunyai hubungan dengan perusahaan/organisasi tersebut. Hal tersebut
tidak lepas dari bagaimana upaya-upaya merancang, mengembangkan dan mengelola
Identity melalui manajemen PR yang baik
A. Manajemen Public Relations
Fraser P.Seitel dalam bukunya The Practice Public Relations mengatakan bahwa
dalam beberapa waktu terakhir ini PR telah mengembangkan kerangka teorinya sebagai
suatu system manajemen. Ia menyebutkan bahwa Grunig & Hunt telah mengembangkan
lebih jauh kerangka teori PR ini. Grunig & Hunt selama ini kita kenal sebagai ahli dalam
komunikasi organisasi.
Menurut Wikipedia, kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno
ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya,
mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti
bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
16
2
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari
Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari.
1. Pembagian kerja (Division of work)
2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
3. Disiplin (Discipline)
4. Kesatuan perintah (Unity of command)
5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
7. Penggajian pegawai
8. Pemusatan (Centralization)
9. Hirarki (tingkatan)
10. Ketertiban (Order)
11. Keadilan dan kejujuran
12. Stabilitas kondisi karyawan
13. Prakarsa (Inisiative)
14. Semangat kesatuan, semangat korps
Manajemen
adalah
proses
perencanaan,
pengorganisasian
dan
penggunakan
sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. (By:
James A.F. Stoner).
Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. (By: R. Terry ).
Seringkali manajemen lebih mudah untuk diingat dengan menggunakan akronim POAC
atau sebuah proses yang terdiri dari Planning Organizing Actuating & Controlling.
Grunig & Hunt menyarankan para manajer PR bertindak berdasarkan apa yang disebut
sebagai teoritis organisasional suatu BOUNDARY ROLE (memankan peran di perbatasan);
mereka berfungsi sebagai penghubung antara perusahaan/organisasi dengan publik internal
dan eksternalnya. Dengan kata lain manajer PR harus meletakkan satu kakinya di dalam
perusahaan dan satu kaki lainnya di luar perusahaan (publik)–nya.
Sebagai boundary managers orang-orang PR mendukung kolega mereka dengan
sokongan komunikasi mereka yang lintas organisasional yaitu ke dalam dan keluar
organisasi. Dengan cara ini para professional PR juga menjadi manajer sistem, memiliki
pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan transaksi dengan menjalin berbagai
hubungan yang bersifat kompleks (rumit) dan penting dalam organisasi/perusahaan yaitu :
16
3
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1) PR harus memikirkan
hubungan organisasi/perusahaan terhadap lingkungannya
sendiri. Berkaitan dengan itu, unit manager bisnis dan bagian operasional
mendukung staf. Sebagai contoh terjadinya konflik antar bagian di perusahaan itu.
2) PR harus bekerja sesuai aturan organisasi untuk mengembangkan pemecahan yang
inovatif terhadap berbagai permasalahan organisasi. Dalam definisi, para manajer
PR berhubungan dengan lingkungan yang berbeda dibandingkan dengan rekan
sejawat di dalam organisasi mereka. Para manajer PR harus inovatif, tidak hanya
menempatkan solusi komunikasi, tetapi juga dalam membuat pengertian dan
penerimaan bagi koleganya.
3) PR harus berfikir strategis. PR harus menampakkan pengetahuannya tentang misi,
tujuan dan strategi organisasi. Solusinya harus menjawab kebutuhan nyata
organisasi.
4) Para PR manajer harus juga memiliki kemampuan mengukur hasil yang sudah
diperoleh. PR harus menyatakan dengan jelas apa yang mereka ingin kerjakan,
membuat pekerjaan secara sistematik, dan mengukur suatu keberhasilan. Hal ini
menggunakan beberapa cara yang diterima seperti management by objectives
(MBO), management by objectives and results (MOR), and program evaluation and
research technique (PERT).
Menurut F.Rachmadi, dalam bukunya “Public Relations dalam Teori & Praktek”,
menyebutkan secara struktural PR bagian integral dari suatu lembaga/perusahaan. Salah
satu dari fungsi manajemen modern.
Pada dasarnya, setiap organisasi modern yang menganut falsafah shareholder oriented
akan menganggap kehadiran fungsi PR dalam manajemen sebagai hal yang mutlak. PR
secara mendasar menjadi tanggung jawab dari top management. Fungsi PR dapat
diharapkan sebagai “mata”, “telinga” dan “tangan kanan” pimpinan puncak perusahaan.
Rhenald Kasali dalam bukunya “Manajemen PR”, mengatakan manajemen dan PR
adalah dua bidang ilmu yang berkembang secara terpisah. Tetapi perkembangan pada akhir
abad 20 manajemen berhasil meningkatkan peranannya pada hampir setiap bidang
kehidupan. Seperti pada hubungan antara manajemen dan bidang lainnya, manajemen
telah menyatu dengan PR. Artinya manajemen telah memberi kontribusi yang sangat besar
bagi penerapan konsepsi PR dalam kehidupan manusia.
Manajemen, dalam konteks strategi, mempunyai peran untuk membantu perusahaan
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam lingkungan usaha. Misalnya
perubahan-perubahan
peraturan,
kegiatan
politik,
situasi
ekonomi,
perkembangan
teknologi/komunikasi, dan perkembangan penduduk. PR mempunyai peranan yang penting
dalam mengefektifkan organisasi dengan membangun hubungan jangka panjang dengan
lembaga-lembaga strategis.
16
4
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jelasnya, proses PR itu sendiri sebenarnya mengacu pada pendekatan manajerial
seperti fact finding, planning, communication dan evaluation sangat mirip dengan
pendekatan Planning Organizing Actuating dan Controlling (POAC).
B. Strategi Public Relations
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan
gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam
strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor
pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional,
efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan
waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan
ke dua kata tersebut.
Contoh
berikut
menggambarkan
perbedaannya,
"Strategi
untuk
memenangkan
keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan".
Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian
berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya
sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dll.
C. Manajemen Strategi PR
Strategi Manajemen sering pula disebut rencana strategis atau rencana jangka panjang
perusahaan. Suatu rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis besar tindakan
strategis yang akan diambil dalam kurun waktu tertentu ke depan.
Menurut Kasali rencana jangka panjang inilah yang menjadi pegangan bagi para praktisi
PR untuk menyusun berbagai rencana teknis, dan langkah komunikasi yang akan diambil
sehari-hari. Untuk dapat bertindak secara strategis, KEGIATAN PR HARUS MENYATU
DENGAN VISI MISI organisasi/perusahaan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan PR :
1) Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar di dalam maupun di luar
perusahaan. Bahan-bahan dari klipping media dalam periode tertentu, dengan
meneliti naskah – naskah pidato pimpinan, bahan yang dipublikasikan perusahaan,
serta melakukan wawancara tertentu dgn para pihak yang berkepintingan atau
dianggap penting.
2) Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan yang terjadi
secara historis. Perubahan umumnya disertai dengan perubahan sikap perusahaan
terhadap publik atau sebaliknya.
16
5
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3) Melakukan analisis SWOT. PR juga perlu melakukan analisis yg berbobot mengenai
persepsi dari luar dan dalam perusahaan atas SWOT yang dimilikinya. Mis: tentang
masa depan industri, image perusahaan, kultur yang dimiliki serta potensi lain yang
dimiliki perusahaan.
D. SWOT (Strengths / kekuatan, Weaknesses / kelemahan, Opportunities / peluang,
Threats / ancaman)
 Komponen S dan W dikaji dari unsur-unsur-unsur yang berasal dari dalam
perusahaan.
 Komponen O dan T dikaji dari lingkungan dimana perusahaan/organisasi berada.
Peluang dan ancaman bisa muncul dari faktor-faktor seperti perubahan peraturan
pemerintah, perubahan struktur kependudukan, pandangan yang beredar di
masyarakat, situasi ekonomi, perubahan politik, dan tekanan yang muncul dari kaum
environmentalist, dan sebagainya.
Langkah-langkah Strategic Management (Pearce & Robinson):
1) Menentukan misi perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum
mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, dan sasaran (goals)
2) Mengembangkan company profile yang mencerminkan kondisi internal perusahaan dan
kemampuan yang dimilikinya.
3) Penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan, baik dari segi semangat kompetitif
maupun secara umum
4) Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihanpilihan)
5) Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi
tuntutan misi perusahaan
6) Pemilihan strategi atas objective jangka panjang dan garis besar strategi yang
dibutuhkan untuk mencapai objective tersebut.
7) Mengembangkan objective tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan
objective jangka panjang dan garis besar strategi.
8) Implementasi atas hasil hal-hal di atas dengan menggunakan sumber yang tercantum
pada budget dan mengawinkan rencana tersebut dengan sumber daya manusia,
struktur, teknologi dan sistem balas jasa yang dimungkinkan.
9) Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek
sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengambilan
keputusan di masa depan (Kasali, 1994)
16
6
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
E. Signifikansinya bagi Praktisi PR
Praktisi PR di suatu perusahaan/organisasi merupakan fungsi manajemen yang utama
dalam pembentukan, pengelolaan dan peningkatan citra perusahaan/organisasi tersebut.
Untuk membentuk dan meningkatkan citra perusahaan/organisasi, praktisi PR perlu
membuat suatu PR Audit yang mencakup tujuh hal yang menyangkut berkomunikasi dengan
publik, yaitu:
1) Corporate identity
Filosofi, mission statement, budaya kerja, kode etik/pedoman tindak tanduk dan
terutama yang dapat terlihat melalui logo, namestyle, corporate colours, slogan.
2) Kantor/gedung
Pembangunan kantor/gedung/outlet perusahaan dengan identitas yang konsisten.
Contoh: warna oranye-kuning-merah & lambang M besar di depan seluruh restoran
McDonalds, penggunaan bata merah pada sebagian kantor Bank Niaga.
3) Pegawai yang baik
Penampilan dan sikap yang profesional, terutama bagi para karyawan yang sering
berhubungan dengan pihak luar.
4) Administrasi yang baik
Semua surat yang keluar dari perusahaan/organisasi harus menggunakan bahasa
yang baik serta mempunyai penampilan yang konsisten dalam menunjukkan
identitas perusahaan/organisasi (kop surat, amplop, dan lain-lain).
5) Produk yang baik
Kualitas produk terjaga dengan baik sehingga tidak mengecewakan konsumennya.
6) Servis yang baik
Pelayanan yang diberikan kepada pelanggan harus bermutu dan konsisten,
termasuk layanan purna jualnya.
7) Pengiklanan yang baik
Iklan yang dikeluarkan oleh perusahaan/organisasi harus sesuai dengan mutu
produk/jasa yang dihasilkannya.
Menjadi tugas praktisi PR dalam suatu perusahaan/organisasi untuk menciptakan,
meluncurkan dan mengelola corporate identity perusahaan/organisasi tempatnya bekerja
agar dapat membentuk dan meningkatkan citra perusahaan/organisasinya tersebut. Namun
tentu saja seluruh kegiatan PR ini dalam menciptakan, meluncurkan dan mengelola
corporate identity tersebut harus berdasarkan persetujuan manajemen puncak.
16
7
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Perencanaan Corporate Identity
Mulailah dengan Fact Finding melalui pembuatan sebuah dokumen komprehensif
tentang perusahaan/organisasi yang berbasis data dan monitoring/evaluasi sehingga mudah
untuk melakukan analisis, asumsi, atau estimasi masa depan.
Membuat perencanaan komunikasi dengan menjawab beberapa pertanyaan :
 Siapa yang seharusnya menerima pesan komunikasi?
 Pesan apa yang seharusnya disampaikan?
 Citra organisasi apa yang diharapkan dapat dipertahankan?
 Berapa banyak uang yang akan dikeluarkan untuk membangun citra baru ini?
 Bagaimana pesan akan disampaikan?
 Aktivitas apa yang seharusnya dilakukan penerima pesan?
 Bagaimana mengawasi keseluruhan proses yang telah diimplementasikan?
 Apa yang telah dicapai?
Setelah melakukan tahapan awal fact finding maka selanjutnya perlu melakukan langkah
merumuskan seluruh hasilnya melalui penyederhanaan pesan yang ingin disampaikan
kepada publik melalui berbagai bentuk Corporate Identity.
Menurut Frank Jefkins, LIVERY (warna & simbol) merupakan salah satu cara paling
efektif
dalam
menetapkan
corporate
identity
adalah
perusahaan/organisasi
harus
menentukan format/desain corporate identity tersebut.
Corporate Identity Scheme suatu perusahaan/organisasi didasarkan pada empat hal
berikut:
1) Nama perusahaan/organisasi
2) Tipe logo
Adalah cara yang khusus dalam merepresentasikan nama perusahaan/organisasi,
badge atau simbol.
3) Tipografi/tipe huruf yang digunakan
Adalah cara penulisan nama perusahaan/organisasi. Contoh: SEIKO ditulis dengan
tipe huruf Sans Serif, cetak dan kapital semua; Cadbury & Coca Cola ditulis dalam
bentuk seperti tulisan tangan dan huruf kapital hanya terdapat di awal nama.
4) Warna korporat (corporat e/house colours)
Warna yang digunakan pada nama perusahaan/organisasi dan logonya. Contoh:
warna biru tua untuk BCA, warna merah untuk Bank CIMB Niaga, dll.
Selain keempat hal dalam corporate identity scheme di atas, corporate identity juga
diasosiasikan trade character (karakter dagang) dan slogan:
1) Trade Character:
16
8
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Terdapat pada produk yang dikeluarkan perusahaan tersebut dan biasanya
digunakan untuk tujuan periklanan.
Contoh: gambar pria bertopi tinggi dan berjas panjang pada produk-produk Johnny
Walker.
2) Slogan:
Biasanya dituliskan di bawah nama perusahaan/organisasi dan logonya sehingga
terlihat sebagai kesatuan identitas.
Contoh: SCTV, Satu untuk Semua.
3. Implementasi Corporate Identity
Dalam implementasinya Corporate identity scheme (nama, logo dan warna korporat)
suatu perusahaan/organisasi setidaknya harus diaplikasikan pada item-item di bawah ini:
1) Alat transportasi yang digunakan: kendaraan dinas kantor, mobil box, bis, dll.
2) Semua papan nama (termasuk yang digunakan di tembok dan di tepi jalan): pabrik,
kantor, toko, gudang, garasi, illuminated & directional sign, dll.
3) Seluruh peralatan tulis menulis dan barang-barang cetak: kop surat, amplop, kartu
nama, ucapan “With Compliments”, folder, kartu undangan, invoice (form
penagihan), form order, daftar harga, katalog, literatur penjualan, tiket, dsb.
4) Periklanan di seluruh media, jingle.
5) Label, kemasan dan container (kotak/tabung/botol produk).
6) Jurnal internal: majalah perusahaan, newsletter (buletin), majalah dinding, dsb.
7) Buku petunjuk manual perusahaan/organisasi.
8) Seragam, baju terusan (untuk bekerja di pabrik/bengkel) dan saku kemeja.
9) Materi point of sales (materi pendukung penjualan) / barang-barang promosi: brosur,
spanduk, bendera, poster, t-shirt, payung, tas, mug, asbak serta giveaways lainnya.
10) Credit title pada film dokumenter dan pada presentasi menggunakan kaset
video/slide.
11) Laporan keuangan.
12) Peralatan makan, serbet dan daftar menu.
13) Karpet selamat datang.
14) Website
15) …….(terbuka untuk bentuk lainnya)
Tidak seluruh item di atas dapat diaplikasikan pada sebuah perusahaan/organisasi
(tergantung jenis usahanya). Namun item-item di atas adalah yang paling sering terlihat oleh
16
9
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mata publik. Suatu perusahaan/organisasi yang beroperasi sangat dekat dengan publiknya
seperti maskapai penerbangan akan butuh mengaplikasikan cukup banyak item di atas.
Agar aplikasi corporate identity scheme dilaksanakan secara konsisten, maka sebaiknya
dibuat buku pedoman yang dinamakan Corporate Design Manual (manual desain korporat).
Kegunaannya
adalah
untuk
mengatur
agar
penggunaan
identitas
visual
perusahaan/organisasi tersebut konsisten. Akan sangat berguna bagi pemberian instruksi
kepada pembuat barang-barang cetakan atau biro iklan yang menangani produk/jasa yang
dihasilkan perusahaan/organisasi. Setiap kantor cabang juga harus diberikan buku pedoman
tersebut supaya apapun yang dilakukan di kantor cabang tersebut konsisten dengan apa
yang dilakukan oleh kantor pusat.
Program pengenalan corporate identity scheme, trade character dan slogan suatu
perusahaan/organisasi kepada publik seringkali memakan biaya yang cukup tinggi. Namun
identitas perusahaan/organisasi yang lemah atau kabur karena visualisasi corporate identity
scheme dan slogan yang tidak kuat akan mengakibatkan perusahaan/organisasi sudah
kalah bersaing dengan yang lain dalam ingatan/persepsi publik. Identitas perusahaan/
organisasi tersebut tidak meninggalkan kesan apa-apa bagi publik yang melihatnya. Atau
publik mengetahuinya tapi persepsi mereka adalah bahaw identitas perusahaan/organisasi
itu lemah.
Menurut Maria Wongsonagoro, alasan sebuah perusahaan/organisasi membuat
corporate identity scheme, trade character dan slogan yang baru adalah sebagai berikut:
 Terlalu panjang.
 Menghambat perkembangan karena namanya mungkin terpaku pada daerah tertentu
sedangkan perusahaan ingin “go international”.
 Sudah kadaluwarsa.
 Sulit untuk disebut.
 Sulit untuk diingat.
 Adanya perubahan manajemen.
 Adanya akuisisi dan merger.
 Go public (menjual sahamnya pada publik dan mencatatkan perusahaan di Bursa
Efek).
 Nama yang sudah kehilangan reputasi.
16
10
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Jefkins, Frank. Essentials of Public Relations. Singapore: Heinemann Asia, 1988.
Kasali, Rhenald. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta: PT. Pusaka Utama Grafiti, 2003.
Seitel, Fraser P. The Practice of Public Relations. Eight Edition. Upper Saddle River,
New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 2001.
Jefkins, Frank disempurnakan oleh Daniel Yadin. Public Relations. Edisi Kelima.
Terjemahan Haris Munandar, M.A. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003.
Soemirat, M.S., Drs. Soleh, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si. Dasar-dasar Public
Relations. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003.
Wongsonagoro, Maria. “Corporate Identity Program” (The Basics of Public
Relations). Jakarta: IPM Public Relations, 27 Mei 1995.
16
11
Managing Identity and Organization Culture
Ervan Ismail, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download