78 ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK KEBIJAKAN SOSIAL DI

advertisement
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
78
ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
KEBIJAKAN SOSIAL DI PERKOTAAN SEBAGAI SEBUAH KAJIAN IMPLEMENTATIF
Oleh: A. Syamsu Alam
ABSTRACT
Social problems founded both on rural and urban area in Indonesia, but the most
had founded on urban area. There is more problem arise in urban than rural area. Base of
it, the Urban Management have implementing as a management process to make an
ideal city system as like as something was expected. The focus of urban management is
closely connecting with the needs of the physical aspects, social and economic aspect of
communities.
The pattern of its management is highly related to the level of complexity of urban
problems which related to a number of factors and challenges, such as population, high
level on urbanization, Poverty increasing/minimally of employment opportunities, increasing
of social inequality/economic inequality, declining of environmental quality in urban area,
and ability human resources limitation , institutionally and fundrising for develop and to
maintain the urban infrastructure.
Social policy basically is a combination of two activities, discovering) and finding a
solution for social problem (Bessant, et al 2006:3). In this case, integrated social policies in
the academic scientific activities such as research using to find social issue such as
poverty, hat research will using to policy formulating, it call a social policy product.
To analyze, it viewed follow three perspectives, social policy as a process (process
perspective), as a product (product perspective) and as a performance or achievements
(performance perspective), Hutman (1981) and Gilbert and Specht (1986 ).
Legal accepted for existence of street vendors at Makassar is characterized by
various regulations enacted to regulated they activities. But sometime, government showed
opposite. Base of that , They make various organization or group to fight. That was a
breakthrough made with the means to anticipated a number of potential act which any time
become to threaten. It include several stages, as like as movement, awareness of unity
among them, make an organization, tightened them line, all of that using to fight against
officer, have sold illegally, refused to relocate, and demonstration.
There are two Factors that influence to the existence of street vendors in the city of
Makassar. First aspects including problem through regulation, facilities and infrastructure,
also human resources management. Another aspects is socio-cultural and economical
factors.
LATAR BELAKANG
pengetahuan dan teknologi serta harus
Pembangunan nasional merupakan
dapat
memperhatikan
tantangan
usaha peningkatan kualitas sumber daya
perkembangan global. Pelaksanaannya
manusia dan masyarakat Indonesia yang
mengacu pada kepribadian bangsa dan
dilakukan
nilai luhur yang universal ditujukan untuk
secara
berkelanjutan,
ber-
landaskan kemampuan nasional, dengan
mewujudkan
memanfaatkan
berdaulat, berkeadilan, sejahtera, maju,
kemajuan
ilmu
kehidupan
bangsa
yang
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
mandiri, dan kukuh terhadap kekuatan
nasional
haruslah
bermuara
moral dan etikanya. Dengan demikian,
peningkatan kesejahteraan sosial.
79
pada
membangun kesejahteraan rakyat dan
Namun demikian, baik pada masa
ketahanan budaya merupakan agenda
Orde Baru maupun era reformasi saat ini,
pembangunan yang penting dan strategis
pembangunan sosial baru sebatas jargon
yang seharusnya diikuti penetapan atau
pembangunan
kebijakan yang efektif.
Sebagai
perbandingan
dengan
berbagai negara di belahan dunia ini,
maka Indonesia merupakan salah satu
negara yang unggul dalam menetapkan
suatu
kebijakan
dan belum terintegrasi dengan strategi
ketatanegaraan
yang
relatif tidak tertandingi baik ditinjau dari
ekonomi.
masalah
masih
persoalan
mendasar,
Penanganan
belum
menyentuh
program-program
jaminan sosial masih bersifat parsial dan
karitatif
serta
belum
didukung
oleh
“Kebijakan Sosial” yang mengikat. Orang
miskin masih dipandang sebagai sampah
segi penetapannya maupun dari segi
pembangunan yang harus dibersihkan.
masa berlakunya serta tenggang waktu
Kalaupun dibantu baru sebatas bantuan
dalam proses perubahannya, seperti dari
uang, barang, pakaian atau mie instant
berbagai
dokumen
berdasarkan prinsip belas kasihan tanpa
kebijakan
baik
peraturan
yang
skala
dan
nasional
konsep dan visi serta misi yang jelas.
maupun daerah, ini semua diakui oleh
Kalau ditelusuri lebih jauh, bahkan
banyak negara bahwa hal seperti itu
kini terdapat kecenderungan pemerintah
adalah
hal
kurang mengurusi permasalahan sosial.
belum
Dengan menguatnya ide liberalisme dan
baik.
Namun
operasionalisasinya
dalam
masih
maksimal.
kapitalisme, pemerintah lebih tertarik pada
Kesejahteraan
bagian
tak
sosial
terpisahkan
merupakan
dari
cita-cita
bagaimana
ekonomi
memacu
pertumbuhan
setinggi-tingginya,
termasuk
kemerdekaan dan muara dari agenda
menarik pajak yang sebesar-besarnya.
pembangunan ekonomi. Pasal 33 UUD
Sedangkan tanggung jawab menangani
1945 yang merupakan pasal mengenai
masalah sosial dan memberikan jaminan
perekonomian berada pada Bab XIV UUD
sosial diserahkan sepenuhnya kepada
1945
masyarakat.
yang
berjudul
“Kesejahteraan
Sosial”. Menurut Sri-Edi Swasono (2001),
“Dengan menempatkan pasal 33
Sehubungan dengan itu, bergulirnya
di
otonomi daerah juga bukannya semakin
bawah judul Bab, maka “Kesejahteraan
memperkuat komitmen pemerintah daerah
Sosial” itu, berarti pembangunan ekonomi
untuk lebih memperhatikan masyarakat
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
kelas bawah. Pemberian wewenang yang
80
Pola pengelolaannya sangat terkait
lebih besar kepada pemerintah daerah
dengan
dalam mengelola pembangunan daerah
permasalahan
belum diikuti dengan penguatan piranti
pada sejumlah faktor dan tantangan,
kebijakan
seperti jumlah penduduk, tingginya arus
dan
strategi
pembangunan
tingkat
sosial. Bahkan terdapat ironi di beberapa
urbanisasi,
daerah
kesempatan
dimana
institusi-institusi
kerja
meningkatnya
bukan
kesenjangan
melainkan
perkotaan
yang
meningkatnya
kesejahteraan sosial yang sudah mapan,
dikembangkan
kompleksitas
terkait
kemiskinan/
di
perkotaan,
ketimpangan
ekonomi,
sosial/
merosotnya
dibumihanguskan begitu saja. Demikian
kualitas lingkungan hidup di perkotaan,
juga tidak sedikit pemerintah daerah yang
dan
terbatasnya
hanya mau menerima penguatan dan
daya
manusia,
peralihan wewenang dalam pengelolaan
menggalang dana untuk pembangunan
dan
dan pemeliharaan infrastruktur perkotaan.
peningkatan
“Pendapatan
Asli
sumber-sumber
sumber
kelembagaan
maupun
(PAD),
Di Kota Makassar, juga demikian
sedangkan peralihan tugas dan peran
adanya, seperti dalam hal menangani atau
menangani “Permasalahan Sosial Asli
menyelesaikan masalah-masalah sosial,
Daerah”
Suharto:56),
sebagai contoh penanganan Pedagang
inginnya diserahkan kepada masyarakat,
Kaki Lima (PK5), penggusuran, petugas
lembaga-lembaga sosial dan kegamaan.
kebersihan
(PSAD)
Daerah”
kemampuan
(Edi
Di Indonesia permasalahan sosial
ditemukan
baik
di
tingkat
pedesaan
dan
lain-lain
sebagainya,
kesemuanya ini masih sering menimbulkan masalah dalam menyelesaikannya.
maupun di perkotaan, tetapi lebih banyak
Jadi
peluang masalah-masalah sosial tersebut
menyelesaikan masalah justru menimbul-
muncul di perkotaan. Olehnya itu, urban
kan
management
(pengelolaan
dibandingkan
dilaksanakan
sebagai
perkotaan)
suatu
proses
Cipto
maknanya
masalah
adalah
baru.
Hal
dengan
Wibowo
aktivitas
ini
hasil
tentang
dapat
penelitian
penanganan
manajemen dari keadaan kondisi sistem
Pedagang Kaki Lima di Bandung Tahun
kota saat ini menuju sistem kota yang
2004,
dikehendaki berdasarkan pada kondisi
Wahyuni, tentang Penanganan Penularan
ideal yang diharapkan. Fokus manajemen
HIV/AIDS juga di Kota Bandung, 2004,
perkotaan sangat berhubungan dengan
serta hasil Praktek Lapang Mahasiswa
kebutuhan aspek fisik, sosial maupun
Tugas Belajar EX-APDN dan STPDN
ekonomi masyarakat.
kerjasama
Hasil
Penelitian
Unhas
oleh
Depdagri
Dewi
tentang
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
terhadap
81
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Bogor
kesempatan
tahun 2005 yang lalu, serta masih banyak
diusulkan
contoh lain yang relevan dijadikan sebagai
mengatasi dalam rangka mencapai suatu
justifikasi atau dasar bahwa implementasi
tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran
kebijakan sosial beserta faktor-faktor yang
atau suatu maksud tertentu. Hal ini
mempengaruhinya.
sebenarnya menyangkut suatu dimensi
untuk
kebijakan
yang
menggunakan
dan
Maka dari itu, dalam menghadapi
yang sangat luas, karena kebijakan tidak
globalisasi
ide
hanya dipahami sebagai tindakan yang
kapatalisme ini, visi, misi dan strategi
dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga
kebijakan publik dan pembangunan sosial
oleh kelompok maupun oleh individu yang
di Indonesia perlu direvitalisasi dan bukan
ada
dideligitimasi, olehnya itu dalam tulisan ini,
masyarakat.
era
dan
menguatnya
dalam
suatu
komunitas
dalam
kami fokus mengkaji tentang “Kebijakan
Mengacu pada Hogwood dan Gunn,
Sosial di Kota Makassar”, karena Kota
Bridgman dan Davis (2004) menyatakan
Makassar merupakan salah
bahwa
kota
di
kebijakan
publik
sedikitnya
Indonesia memiliki banyak permasalahan
mencakup hal-hal seperti: (1) Bidang
yang berkaitan dengan berbagai aspek di
kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan
bidang sosial.
umum atau pernyataan-pernyataan yang
ingin dicapai. (2) Proposal tertentu yang
KERANGKA KONSEPTUAL
mencerminkan
Analisis Kebijakan
pemerintah
Kebijaksanaan
menurut
James
keputusan-keputusan
yang
Kewenangan
telah
formal
dipilih.
seperti
(3)
undang-
E.Anderson (Solichin, 2003: 2), adalah
undang atau peraturan pemerintah. (4)
sebagai
Program,
perilaku
dari
sejumlah
aktor
yakni
(pejabat, kelompok, instansi pemerintah)
yang
atau
sumberdaya
serangkaian
aktor
dalam
sustu
seperangkat
kegiatan
mencakup rencana penggunaan
lembaga
dan
strategi
bidang kegiatan tertentu, pemahaman ini
pencapaian tujuan. (5) Keluaran (output),
terkait dengan Carl Friedrich (Budi, 2002:
yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh
16),
pemerintah, sebagai produk dari kegiatan
yang
kebijaksanaan
menyatakan
sebagai
suatu
bahwa
arah
tertentu.
tindakan yang diusulkan oleh seseorang,
Terkait dengan itu, Maka secara
kelompok atau pemerintah dalam suatu
spesifik kebijakan publik menurut Robert
lingkungan tertentu, yang memberikan
Eyestone (Budi: 15), merupakan sebagai
hambatan-hambatan
“hubungan suatu unit pemerintah dengan
dan
kesempatan-
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
82
lingkungannya”, hal ini seirama dengan
masalahan
Thomas
15),
mengembangkan, menilai serta memilih
mengatakan bahwa “Kebiajakan publik
alternative kebijakan, guna memecahkan
adalah
permasalahan atau tujuan yang diinginkan
R.
Dye
apapun
(Budi,
yang
2002:
dipilih
oleh
pemerintah untuk dilakukan dan tidak
kemudian
Demikian juga, Menurut E.S.Quide
Sebagaimana
ilmu
dihadapi,
(Mustopadidjaya, 1984).
dilakukan”.
dalam
yang
diketahui
sosial,
analisa
bahwa
kebijakan
(Riant: 83), bahwa asal muasal analisa
kebijakan
disebabkan
banyaknya
menggunakan berbagai metode penelitian
kebijakan yang tidak memuaskan. Begitu
dan
banyak kebijakan yang tidak memecahkan
pengkajian
guna
menghasilkan
informasi-informasi kebijakan yang relevan
msalah
guna pemecahan masalah.Dalam konteks
masalah baru. Demikian juga
ilmu politik, analisa kebijakan disebut
Patton dan David S. Savicky (Riant, 2004:
sebagai analisa kebijakan politik (Dunn,
84), dengan kritis menjelaskan bahwa
1981),
namun
kalau
disiplin
ini
ditempatkan pada pengertian yang luas
dan mendalam, maka analisa kebijakan
adalah suatu bentuk penelitian terapan
(action) yang dilakukan untuk memahami
secara mendalam berbagai permasalahan
sosial guna mendapatkan pemecahan
yang lebih baik sebagaimana dikemukakan oleh Quide (Mustopadidjaya, 1986).
Kalau pengertian tersebut dilihat
dalam
konteks
publik,
maka
analisa
kebijakan publik adalah penentuan dalam
rangka
alternative
hubungan
antara
kebijakan,
berbagai
keputusan
atau
justru
bahkan
memunculkan
Carl W.
analisa kebijakan adalah tindakan yang
diperlukan
untuk
dibuatnya
sebuah
kebijakan, baik kebijakan yang baru sama
sekali atau kebijakan yang baru sebagai
konsekuensi dari kebijakan yang ada.
Analisa kebijakan bekerja dalam sebuah
lingkungan yang serba terbatas: waktu,
informasi, bahkan pengetahuan. Analisa
kebijakan adalah profesi yang sangat
diperlukan oleh setiap pemimpin puncak di
berbagai lembaga administrasi publik,
pada setiap jenjang. Di negara-negara
maju,
para
kepala
negara
biasanya
didampingi oleh analis-analis kebijakan
yang
excellent
yang
memungkinkan
cara-cara lainnya, yang terbaik untuk
mereka
mencapai sejumlah tujuan tertentu (Nagel,
kebijakan yang cepat namun efektif dalam
1984).
pelaksanaannya.
Rumusan
ini
memberikan
mengambil
keputusan
atau
gambaran bahwa analisa kebijakan adalah
Sehubungan dengan hal tersebut,
metode atau disiplin untuk mengkaji,
diperjelas oleh William N. Dunn (Riant,
menemukenali,
2003: 86), bahwa analisis kebijaksanaan
merumuskan
per-
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
83
sebagai disiplin ilmu sosial terapan yang
cenderung mencirikan cara beroperasi
menerapkan berbagai metode penyelidik-
para ekonom, analisis sistem, dan peneliti
kan, dalam konteks argumentasi dan
operasi.
debat publik, untuk menciptakan secara
menimbulkan jurang pemisah yang besar
kritis menaksir, dan mengkomunikasikan
antara
pengetahuan
diunggulkan dan upaya-upaya pemerintah
yang
relevan
dengan
kebijakan.
Analisis
prospektif
pemecahan
seringkali
masalah
yang
untuk memecahkan.
Kegiatan
merupakan
analisis
suatu
kebijakan
keharusan
b. Analisis Kebijakan Retrospektif
bagi
Analisis ini dalam banyak hal sesuai
perumusan kebijakan, namun tidak terlalu
dengan deskripsi penelitian kebijakan,
ditekankan pada implementasi kebijakan
juga dijelaskan sebagai penciptaan dan
dan
transformasi
lingkungan
kebijakan,
pada
informasi
sesudah
aksi
implementasi kebijakan dan lingkungan
kebijakan dilakukan, hal ini mencakup
kebijakan biasanya dilakukan evaluasi.
berbagai
Namun
dikembangkan oleh tiga kelompok analis,
demikian,
evaluasi
kebijakan
:
tipe
(1)
kegiatan
kelompok
yang
merupakan bagian dari analisis kebijakan
yaitu
analis
yang
yang lebih bersifat berkenaan dengan
berorientasi pada disiplin, (2) kelompok
prosedur dan manfaat dari kebijakan.
analis yang berorientasi pada masalah,
dan (3) kelompok analis yang berorientasi
Bentuk-Bentuk
Analisis
Kebijakan
Publik
c. Analisis Kebijakan yang Terintegrasi
Menurut William N. Dunn (2000),
bahwa
pada aplikasi.
hubungan
komponen
antara
informasi
metode-metode
komponen-
kebijakan
analisis
dan
kebijakan
Analisis
ini
merupakan
bentuk
analisis yang mengkombinasikan gaya
operasi
para
perhatian
praktisi
pada
yang
menaruh
penciptaan
dan
memberikan landasan untuk membedakan
transformasi
tiga bentuk utama analisis kebijakan,
sesudah
antara lain; analisis kebijakan prospektif,
Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak
analisis
hanya mengharuskan para analis untuk
kebijakan
restrospektif,
dan
tindakan
analisis kebijakan terintegrasi.
mengkaitkan
a. Analisis Kebijakan Prospektif
retrospektif
Analisis ini identik dengan produksi
informasi
sebelum
kebijakan
tahap
dan
diambil.
penyelidikan
dan prospektif, tetapi juga
menuntut para analis untuk terus menerus
atau transformasi informasi sebelum aksi
menghasilkan
kebijakan dimulai dan diimplementasikan
informasi setiap saat. Hal ini berarti bahwa
dan
mentransformasikan
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
analis dapat terlibat dalam tranformasi
adalah
komponen-komponen informasi kebijakan
Kesejahteraan
sosial
searah dengan perputaran jarum jam
kondisi
of
berulangkali
mencapai kesejahteraan manusia harus
sebelum
pemecahan
masalah
akhirnya
kebijakan
yang
kelebihan
ini
yang
metodologi
mempunyai
dimiliki
analisis
prospektif,
tetapi
kelemahan
memenuhi
well
merupakan
being),
kebutuhannya
baik
untuk
yang
oleh
semua
Dalam arti spesifik atau sempit, kata
semua
sosial menyangkut sektor kesejahteraan
dan
sosial sebagai suatu bidang atau bagian
dari
dari
retrospektif
tidak
mereka.
(state
itu
sosial.
bersifat material maupun non-material.
memuaskan ditemukan.
Analisis
kesejahteraan
84
satupun
Analisis
yang
pembangunan
sosial
atau
kesejahteraan rakyat yang bertujuan untuk
terintegarsi melakukan pemantauan dan
meningkatkan
kualitas
evaluasi kebijakan secara terus menerus
manusia,
sepanjang waktu, tidak demikian halnya
dikategorikan
dengan analisis prospketif dan retrospektif
tidak beruntung (disadvantaged group)
yang lebih sedikit menyediakan informasi
dan kelompok rentan (vulnerable group).
dalam berbagai hal kehidupan sosial.
Kata sosial di sini menyangkut program-
3. Kebijakan Sosial
program dan atau pelayanan-pelayanan
terutama
sebagai
kehidupan
mereka
yang
kelompok
yang
Kebijakan sosial adalah salah satu
sosial untuk mengatasi masalah-masalah
bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan
sosial, seperti kemiskinan, ketelantaran,
sosial merupakan ketetapan pemerintah
ketidakberfungsian fisik dan psikis, tuna
yang dibuat untuk merespon isu-isu yang
bersifat publik, yakni mengatasi masalah
sosial
atau
masyarakat
memenuhi
banyak.
kebutuhan
(Bessant,
Watts,
Dalton dan Smith 2006: 4).
Terkait dengan itu, kebijakan sosial
merupakan kebijakan yang menyangkut
masyarakat secara keseluruhan yang di
dalamnya menyangkut berbagai aspek
baik aspek sosial, politik, maupun aspek
ekonomi.
Faktor
ekonomi
dan
politik
merupakan bagian yang integral (bagian
yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya). Tujuan akhir kebijakan sosial
sosial dan tuna susila, kenakalan remaja
dan lain sebagainya.
Kemudian
dari
pada
itu,
maka
huttman (1981) dan Gilbert dan Specht
(1986) melihat kebijakan sosial dari tiga
sudut pandang, yakni kebijakan sosial
sebagai proses (process), sebagai produk
(product) dan sebagai kinerja atau capaian
(performance). Pertama, Sebagai suatu
proses, kebijakan sosial menunjuk pada
tahapan
perumusan
kebijakan
dalam
kaitannya dengan variable-variabel sosialpolitik dan teknik metodologi. Kebijakan
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
sosial merupakan suatu tahapan untuk
85
MODEL ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL
membuat sebuah rencana tindak (plan of
action)
yang
dimulai
dari
peng-
identifikasian kebutuhan (assessing need),
penetapan alternative-alternatif tindakan,
penyeleksian strategi-strategi kebijakan.
Kedua, Kebijakan sosial sebagai
suatu produk, kebijakan sosial adalah
hasil dari proses perumusan kebijakan
Implementasi kebijakan sosial dapat
diukur melalui tiga model analisis yaitu :
Prospektif,
Retrospektif
dan
Integratif
atau perencanaan sosial, yaitu mencakup
(Dunn, 1991) seperti skema di atas, serta
segala
perundang-
Kebijakan sosial dilihat sebagai suatu
undangan atau proposal program yang
kinerja (performance) sebagai dasar atau
berfungsi
unit
bentuk
peraturan
sebagai
pedoman
dalam
analisisnya,
mengenai
kerangka
melaksanakan berbagai kegiatan atau
analisisnya, secara rinci dapat dilihat pada
proyek.
skema berikut ini.
Ketiga, Kebijakan sosial sebagai
Kerangka Analisis Kebijakan Sosial
suatu kinerja (performance), kebijakan
Fokus
sosial merupakan deskripsi atau evaluasi
terhadap
hasil
pengimplementasian
produk kebijakan sosial atau pencapaian
tujuan
suatu
rencana
pembangunan.
Kebijakan sosial dalam pengertian ini
menyangkut
kegiatan
analisis
untuk
melihat dampak atau pengaruh yang
terjadi
pada
masyarakat,
baik
yang
bersifat positif maupun negatif, sebagai
akibat dari diterapkannya suatu peraturan
perundang-undangan atau suatu program.
Secara khusus dimensi ketiga ini biasanya
diistilahkan
dengan
analisis
kebijakan
sosial (Dunn, 1981; Quide, 1982).
Adapun kerangka pemikiran atau siklus
yang berkenaan dengan analisis kebijakan
sosial yaitu sebagai berikut :
DEFINISI
KEBIJAKAN
SOSIAL
 Apa masalah
sosialnya?
 Faktor
apa
yang
mempengaruhi
masalah
tersebut
 Siapa
yang
terpengaruh
secara
langsung oleh
masalah
tersebut
Parameter
Penelitian &
Nilai-Nilai
Politik
Rasionalisasi
 Apakah
 Apakah
ini  Apakah
definisi
merupakan
definisi
masalah
masalah
masalah
rasional
sosial yang
secara
dan
penting?
politik dapat
konsisten
diterima?
 Nilai-nilai
dengan
apa
yang  Individu
penelitian
penting
atau
yang ada?
dalam
kelompok
 Apakah
melakukan
mana yang
definisi
seleksi
mendukung
kelompok
kelompok
dan
sasaran
sasaran?
menentang
pada
Apakah nilaipendefinisia
tingkat
nilai tersebut
n kelompok
generalisas
sudah sesuai
sasaran?
i
tertentu
/ tepat?
Apa
sudah
akibatnya
 Nilai-nilai
sesuai
terhadap
apa
yang
dengan
pendefinisia
penting
penelitian?
n masalah
dalam
sosial?
 Apakah
menentukan
criteria
penyebab
 Apa akibat
yang
masalah?
penentuan
digunakan
Apakah nilaimasalah
unutk
nilai tersebut
tersebut
menyeleksi
sudah tepat?
terhadap
kelompok
individu
sasaran
atau
didukung
kelompok
oleh
sasaran?
rasionalisa
si
dan
penelitian?
 Apakah
penelitian
yang ada
mendukung
penyebab
masalah?
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
 Apakah
tujuan
kebijakan
konsisten
 Apa
tujuan
dengan
kebijakan
penelitian
sosial?
dan
pendefinisi
 Program dan
an
pelayanan
masalah?
sosial apa yang
diberikan?
 Apakah
bentuk
pelayanan
 Bagaimana
sosial yang
kebijakan
diberikan?
tersebut
Apakah
dimana?
penelitian
mendukung
pelayanan
sosial yang
dipilih?
 Apakah
struktur
organisasi
sudah
sesuai
dengan
kebijakann
ya?
 Apakah
pendanaan
memadai,
teramalkan,
tersedia
sesuai
dengan
penelitian
dan
rasionalisa
si?
 Seberapa
besar
tingkat
kekuasaan
yang
menentang
kebijakan?
Bagaimana
hal
ini
mempengar
uhi
kebijakan?
 Adakah
dukungan
yang
memadai
yang dapat
memungkin
kan
kebijakan
diterapkan?
 Individu dan
kelompok
mana yang
akan
diuntungkan
oleh
kebijakan
ini? Apakah
dampaknya
bagi
implementa
si
kebijakan?
 Apakah
pendanaan
memadai,
teramalkan
dan tersedia
sejalan
dengan
politik?
KONSEKUENSI  Apakah
 Apakah
 Apa
KEBIJAKAN
keuntungan
keuntungan
keuntungan
SOSIAL
dan
dan kerugian
dan kerugia
kerugian
sejalan
sejalan
 Apakah
sejalan
dengan nilaidengan
keuntungan
dengan
nilai?
politik?
dan kerugian
penelitian
 Apa
 Bagaimana
kebijakan?
dan
konsekuensi
dukungan
rasionalisa
 Apakah
yang
dan
si?
konsekuensi
diharapkan
penentanga
kebijakan bagi  Apa
dan
tidak
n terhadap
klien,
sistem
konsekuen
diharapkan
kebijakan
sosial,
dan
si
yang
dari
pada tingkat
sistem
diharapkan
kebijakan
masyarakat
pelayanan
dan tidak
dalam
mempengar
sosial?
diharapkan
kaitannya
uhi
dari
dengan
pemberian
kebijakan
nilai?
pelayanan?
dalam
kaitannya
dengan
penelitian
dan
rasionalisa
si?
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN
SOSIAL
 Nilai-nilai
apa
yang
mempengaru
hi
tujuan
kebijakan?,
apakah nilainilai tersebut
sudah tepat?
 Apakah
kebijakan
memperlaku
kan
klien
secara tepat
sesuai
dengan
kesamaan,
kesetaraan,
kelayakan
dan
penentuan
nasib sendiri
klien?.
 Apakah
struktur
organisasi
mendukung
efektivitas
dan efesiensi
pemberian
pelayananny
a?
 Apakah
pendanaan
memadai,
teramalkan
dan tersedia
sejalan
dengan
nilai?
Sumber : Dikembangkan dari Quide (1995: 172-173)
86
Makassar tentang keberadaan Pedagang
Kaki Lima (PKL) yang dinilai disamping
kurang
fokus/spesifik
juga
karena
memang sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan
kota
dengan
segala
kemajuan dan perubahan yang telah
terjadi, hal ini dilihat pada dasar hukum
yang merupakan acuan untuk dipakai
beraktivitas
oleh
para
PKL
di
kota
Makassar, seperti :
1). Peraturan Daerah No 10 Tahun 1990
tentang Pembinaan Pedagang Kaki
Lima dalam wilayah kota Makassar.
2). Keputusan Walikota Makassar Nomor
44 tahun 2002 tentang Penunjukan
beberapa tempat pelataran yang dapat
dan yang tidak dapat dipergunakan
oleh
pedagang
kaki
lima
dalam
wilayah kota Makassar.
3). Peraturan Daerah Nomor 12 tahun
2004 tentang pengurusan Pasar dalam
Daerah Kota Makassar.
4). Keputusan Walikota Makassar Nomor
20 Tahun 2004, tentang Prosedur
Tetap (Protap) Penertiban Bangunan
dan
Pembinaan
Pedagang
Sektor
Informal (PKL) dalam wilayah kota
Makassar.
5). Peraturan Daerah Kota Makassar
Nomor 6 tahun 2006 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
ANALISIS
KEBIJAKAN
SOSIAL
DI
KOTA MAKASSAR
Tahun 2005 – 2015.
6). Keputusan Walikota Makassar Nomor
Kebijakan sosial yang kami kaji
651 Tahun 2007 tentang Kawasan
adalah Peraturan daerah pemerintah kota
Segi empat jalan sebagai percontohan
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
87
kebersihan dan penegakan peraturan
berdagang oleh pedagang kaki lima atau
daerah kota Makassar.
wilayah bersih atau bebas dari pedagang
Dari kesekian regulasi yang terkait
di
kota
Bawakaraeng;
ada
satupun
yang
Kartini;
membicarakan
tentang
PKL
Sudirman;
dengan
keberadaan
Makassar,
terfokus
kaki lima, yaitu: Sepanjang jalan Gunung
belum
PKL
Sepanjang
Sepanjang
jalan
jalan
Sepanjang
R.A.
Jenderal
jalan
Sam
secara tersendiri. Olehnya itu, regulasi
Ratulangi; Sepanjang jalan Haji Bau;
mengenai PKL perlu diadakan secara
Sepanjang jalan Penghibur; Sepanjang
khusus
jalan
dan
tersendiri,
termasuk
di
Pasar
Ikan;
Sepanjang
dalamnya syarat PKL yang harus dan
Hertasning;
tidak perlu membayar retribusi kepada
Pangeran Pettarani, dan sepanjang jalan
pemerintah kota Makassar, demikian pula
mengenai
sanksi-sanksi
serta
Penataan
pedagang
kaki
merupakan bagian dari sistem pengaturan
sebagaimana
digariskan
juga
dalam
penertiban,
Peraturan
yang
Daerah
Nomor 10 tahun 1990 tentang pembinaan
pedagang kaki lima dalam wilayah kota
Makassar. Oleh pihak pemerintah kota,
dalam menindaklanjuti keputusan walikota
yang ada, maka dalam wilayah kota
Andi
Dan pada ayat (2) pasal 2 Perda No.
44
lima
jalan
Urip Sumohardjo.
hal-hal
spesifik lainnya tentang PKL tersebut.
sepanjang
jalan
tahun
2002,
mengenai
sejumlah
pelataran yang tidak dapat dipergunakan
pada waktu antara pukul 05.00 sampai
dengan 17.00 wita, diantaranya sebagai
berikut:
Sepanjang
jalan
Riburane;
Sepanjang jalan Nusantara; Sepanjang
jalan Ujung Pandang; Sepanjang jalan
Ahmad
Yani;
Bulusaraung;
Raya;
Sepanjang
Sepanjang
Sepanjang
Sudirohusodo,
jalan
jalan
dan
jalan
Dr.
G.
Masjid
Wahidin
Sepanjang
jalan
Makassar ditetapkan wilayah yang boleh
Sulawesi. Dari kedua ayat dalam regulasi
dan
dalam
tersebut, sampai saat ini belum berjalan
para
secara efektif, disebabkan berbagai faktor,
tidak
berdagang
boleh
atau
ditempati
berusaha
oleh
pedagang kaki lima.
diantaranya:
Pada Surat Keputusan Nomor 44
eksternal
terdiri dari dua: aspek
terdiri
dari
masalah
yang
Tahun 2002 pada pasal 2 ayat (1) dan (2)
berkaitan dengan faktor regulasi, dan
dijelaskan, pedagang kaki lima tidak boleh
fasilitas
menempati trotoar
serta
atau badan jalan,
pendukung
sumber
atau
Infrastruktur;
daya
manusia
dan
aspek
dan
Kemudian dalam Perda ini juga ditetapkan
manajemennya,
sejumlah jalan raya besar yang sama
terdiri dari faktor sosial budaya, faktor
sekali
ekonomi.
tidak
boleh
ditempati
untuk
eksternal
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
88
Dalam proses penertiban berdasar-
umum, hal ini terkait dengan bunyi
kan data dari pihak Satuan Polisi Pamong
pasal 6 Undang-Undang Pokok Agraria
Praja
(UUPA) Nomor 5 tahun 1960 berbunyi
kota
Makassar,
secara
teknis
“Segala
langkah-langkah yang dilakukan dengan
bahwa
melalui : Surat peringatan; kemudian
berfungsi sosial”.
hak
atas
tanah
pendekatan secara persuasif, dan langkah
Salah satu hasil wawancara yang
alternatif paling akhir adalah penertiban
merupakan prinsip hidup para PKL di
paksa.
kota Makassar, yang bermakna bahwa
Secara
operasional
kecamatan
di
setidaknya
tingkat
menurut
sebenarnya yang dimaksudkan “lebih
baik
mati
berdarah
dari
pada
mati
pengakuan mereka adalah secara garis
kelaparan” adalah “akan melawan sampai
besar hanya melakukan langkah-langkah
titik
sebagai berikut
sesungguhnya
1. Setiap saat memberikan pengarahan
prinsip dasar dari budaya Bugis-Makassar
secara langsung kepada PKL utamanya
yang berkaitan dengan budaya “Siri”
dalam masalah kebersihan.
(malu), yang bermakna “nilai malu dan
darah
penghabisan”,
bertentangan
hal
ini
dengan
2. Setiap langkah yang diambil oleh pihak
nilai harga diri/martabat”, jika dikaitkan,
Kecamatan dalam rangka pembinaan
maka maknanya “…sampai titik darah
PKL
penghabisan” adalah akan bekerja keras
didistribusikan
ke
tingkat
Kelurahan, sehingga mereka dituntut
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
untuk senantiasa mengkoordinasikan
Dengan demikian, jika melihat
persoalan ini ke tingkat Kecamatan,
kenyataan
apalagi kalau ada PKL yang tidak mau
pernyataan dari mereka, dalam kondisi
diatur.
tersebut dan ditopang oleh sumber
3. Kewenangan
yang
diberikan
daya
dan
manusia
mendengarkan
dengan
tingkat
Kecamatan kepada tingkat kelurahan
pendidikannya yang kurang memadai,
hanya
otomatis, potensi terjadinya resistensi
sebatas
memberikan
pengaturan.
terhadap kebijakan pemerintah besar
4. Hasil kerja yang dicapai dalam hal
peluangnya akan terjadi karena mereka
pembinaan PKL hanya sebatas dapat
berpikir untuk berusaha mempertahankan
membangun kesadaran pada pelaku
kepentingan hidup. Resistensi merupakan
usaha
membongkar
langkah perlawanan yang dilakukan oleh
usahanya bilamana lokasi yang mereka
rakyat atau masyarakat dalam rangka
tempati dibutuhkan untuk kepentingan
mempertahankan diri mereka dari
PKL
untuk
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
kebijakan
yang
mengakomodir
dian ggap
tidak
kepentingannya.
Oleh
Scott (1983) dalam Alijahbana (2006 : 18),
89
advokasi dari pihak-pihak pendamping
seperti
mahasiswa
dan
Lembaga
Swadaya Masyarakat.
dikatakan bahwa resistensi merupakan
PKL dalam melakukan perlawanan,
perlawanan rakyat yang ditimbulkan oleh
selama ini didampingi beberapa bentuk
penyebab langsung seperti penindasan,
organisasi pedagang kaki lima antara lain
ancaman, tekanan, atau paksaan yang
seperti Asosiasi Pedagang Kaki Lima
dilakukan oleh pemerintah, tuan tanah,
(ASPEK-5),
Lembaga
pemilik modal atau pihak lain. Pada
pendidikan
Anak
konteks
Persatuan Pedagang Kaki Lima (PPK-5),
PKL,
Alisjahbana
resistensi
oleh
digambarkan
sebagai
Advokasi
Rakyat
(LAPAR),
Aktivis Aktive Society Institut
(AcSi),
bentuk perlawanan yang ditempuh oleh
Serikat
pedagang kaki lima dengan melakukan
Nama-nama organisasi tersebut adalah
melalui 2 (dua) tipologi gerakan, yaitu :
pada
1. Resistensi
memperjuangkan
secara
terang-terangan.
Rakyat
dan
Miskin Kota
umumnya
sangat
(SRMK),
aktif
dalam
orang-orang
yang
Gerakan ini sangat identik dengan
kemampuan ekonominya lemah di kota
konfrontasi,
Makassar.
cara-cara
secara
dengan
seperti
fisik
melakukan
berbenturan
perspektif
masyarakat
petugas,
pendamping pedagang kaki lima seperti
melakukan intimidasi, demonstrasi dan
LSM, momentum penertiban atau dalam
sebagainya.
bahasa
2. Resistensi
resistensi
bentuk
dengan
Menurut
tersembunyi,
yang
siasat
yakni
dilakukan
untuk
dalam
menghindari
risetnya
dikenal
dengan
penggusuran pedagang kaki lima selalu
memperhadapkan
pedagang
kaki
kepentingan
lima
dengan
antar
Pemkot
konfrontasi langsung dengan aparat
Makassar yang kadang juga mewakili
pemerintah
kepentingan badan-badan usaha swasta
kota.
Mereka
memilih
mengalah dan menghindar. Namun
dan
perlawanan
pedagang
ini
mempertahankan
mencoba
kepentingannya
negara.
Ironisnya,
kaki
lima
kepentingan
senantiasa
terkalahkan ketika berhadapan dengan
lewat main "kucing-kucingan". Setelah
kepentingan
ditertibkan,
akan
pemodal. Mengenai peristiwa penertiban
mencari lokasi lain dan atau kembali
seperti ini, volume kejadiannya yang
lagi ke tempat semula, atau biasanya
sempat dicatat Lembaga Advokasi dan
lebih
pendidikan
maka
memilih
mereka
meminta
bantuan
pemerintah
Anak
Rakyat
kota
dan
(LAPAR)
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
Makassar, diantaranya: PKL dengan PT.
tahapan,
Kalla Inti Karsa 2001 (kasus pusat niaga
kesadaran
Daya); PKL dengan PT. GMTD tahun
membentuk
organisasi
2002; PKL dengan PT. Makassar Putra
merapatkan
barisan,
Perkasa tahun 2002-2003 (kasus pasar
perlawanan (melawan petugas, berjualan
Terong); PKL dengan pemilik ruko dan
di tempat terlarang, menolak relokasi, dan
PD. Pasar (Makassar Mall) 2004; PKL
melakukan unjuk keinginan).
dengan
Administrator
seperti
tahap
90
pergerakan,
akan
kebersamaan,
gerakan,
melakukan
Pelabuhan
Makassar 2004 (kasus pelabuhan); PKL
KESIMPULAN
dengan Perguruan Tinggi (UNHAS), Juni
a. Regulasi tentang keberadaan para PKL
2005; PKL di Antang dengan Pemkot
di kota Makassar sangat mendesak
Makassar
Perintis
untuk ditinjau kembali, seiring dengan
Kemerdekaan dengan Pemkot Makassar
adanya perubahan tentang kemajuan
2006; PKL Jl. AP. Pettarani vs Pemkot
kota.
2006;
PKL
Jl.
Makassar 2008 dan 2009; Lapak PKL
b. Munculnya
pusat-pusat
PKL
pada
Perintis Kemerdekaan ditertibkan oleh
tempat-tempat
Satpol PP kota Makassar, Juni 2009; 27
merupakan
Kios PKL Gatot Subroto Dibongkar Paksa
mampuan
oleh Satpol PP kota Makassar, Agustus
pemerintah kota dalam menyediakan
2009; Gusur PKL, Walikota Makassar
sumber-sumber
disebut Ingkar Janji, Oktober 2009; dan
termasuk mengatur dan menata PKL,
Satpol PP Makassar tertibkan pedagang
maka para pedagang membentuk pasar
buah di AP Pettarani, Maret 2010.
sendiri
Kenyataannya, bahwa memang ada
pengakuan
secara
legal
terhadap
yang
dilarang,
gambaran
kekurang-
atau
tanpa
campur
kekurangtegasan
ekonomi
warganya,
sepengetahuan
dan
pemerintah
kota,
tangan
kendatipun tempat yang dikapling untuk
eksistensi PKL Kota Makassar, yang
berjualan
ditandai dengan berbagai peraturan yang
terlarang seperti di jalan-jalan umum
disahkan
(10 zona terlarang bagi PKL di kota
kegiatan
untuk
PKL.
mengatur
Para
kegiatan-
komunitas
PKL
membentuk organisasi atau kelompok
perlawanan,
dengan
terobosan
sarana
untuk
ini
berada
di
tempat-tempat
Makassar).
c. Para
komunitas
PKL
membentuk
dilakukan
organisasi atau kelompok perlawanan,
mengantisipasi
sebagai sarana dan sumber kekuatan
sejumlah perlakuan yang sewaktu-waktu
untuk
mengantisipasi
sejumlah
datang mengancam, dengan beberapa
perlakuan yang sewaktu-waktu datang
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
mengancam.
Adapun
kemunculan
aksi
dan
proses
reaksi
dari
91
PKL, kebijakan lokalisasi di sejumlah
zona,
penyebaran
PKL,
dan
pedagang kaki lima adalah terdiri atas
sebagainya. Namun demikian, regulasi
beberapa tahapan, mulai dari tahap
yang
pergerakan,
mengakomodir secara maksimal.
kesadaran
akan
kebersamaan, membentuk organisasi
mendukungnya
g. Langkah-langkah
belum
proses
bisa
penertiban
gerakan, merapikan dan merapatkan
yang dilakukan adalah: memberikan
barisan, melakukan perlawanan dengan
surat
wujud berjualan di tempat terlarang,
pendekatan
menolak relokasi, dan
terakhir melakukan penertiban secara
melakukan
unjuk keinginan.
peringatan,
secara
Melakukan
persuasif,
dan
paksa terhadap pedagang kaki lima.
d. Sebenarnya masyarakat formallah yang
h. Faktor-faktor
yang
memberikan ruang kepada para PKL
terhadap
sejak berabad-abad lamanya, karena
Makassar yaitu, dua aspek antara lain:
mereka
aspek
menganggap
bahwa
eksistensi
berpengaruh
internal
terdiri
PKL
di
dari
kota
faktor
perdagangan informal (PKL) dianggap
regulasi,
sebagai ciri dari budaya dan tata
Infrastruktur;
serta
sumber
kebiasaan diperkotaan.
manusia
dan
manajemennya.
e. Pemerintah
melakukan
kota
lebih
kegiatan
banyak
penertiban
fasilitas pendukung atau
daya
Sementara aspek eksternal terdiri dari
faktor sosial budaya, faktor ekonomi.
(penggusuran) atau masih banyak
melakukan
represif
preventif
(lihat
mereka
dilihat
pengganggu
hal.
di
daripada
250),
karena
sebagai
aktor
tengah
upaya
pembangunan infrastruktur formil di
dalam kota.
f. Pada dasarnya, pihak pemerintah kota
Makassar
tetap
menyeimbangkan
akan
secara
proporsional antara kepentingan PKL
dengan
kepentingan
pembangunan
sektor formal, Ada pemerintah kota
berperan menyalurkan aspirasi para
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin. Analisis kebijaksanaan,
(Dari Formulasi
Ke Implementasi
Kebiajaksanaan Negara), Jakarta, Bumi
Aksara, 2003
Anderson, James E., Publik Policy Making, New
York, Holt Rinehartand Winston, 2n dec,
1979.
Bessant, Judith, Rob Watts, Tony Dalton dan
Paul Smith(2006), Talking Policy: How
Social Policy in Made,Crows Nest: Allen
and Unwin
Dunn, William N., Pengantar Analisis Kebijakan
Publik,
Yogyakarta,
Gadjah
mada
University Press, 2000.
A. Syamsu Alam : Analisis Kebijakan Publik
Kebijakan Sosial di Perkotaan Sebagai Sebuah Kajian Implementatif
Mustopadidjaya,
AR.,
Analisa
Kebijakan
Administrasi Negara dan Administrasi
pembangunan, Ujung Pandang, Temu
Persadi, 1985.
Nugroho D., Riant.,Kebijakan Publik (Formulasi,
Implementasi, dan Evaluasi), Jakarta,
Gramedia, 2004.
Seidman, Ann, dkk.,Penyusunan Rancangan
Undang-Undang
dalam
Perubahan
Masyarakat Yang Demokratis, Jakarta,
ELIPS, 2001.
Suharto, Edi., Analisis Kebijakan Publik
(Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan
Kebijakan sosial), Bandung, Alfabeta,
2005.
Suharto,
Edi),
Membangun
Masyarakat
Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan
Pekerjaan Sosial, Bandung: Refika
Aditama, 2005.
Wibawa, Samodra.,Kebijakan Publik (Proses
dan Analisis)., Jakarta, Intermedia, 2005.
_______, Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta
Rajagrafindi Persada, 2000
Winarno, Budi.,Teori dan Proses Kebijakan
Publik, Yogyakarta, Media Pressindo,
2004.
Berbagai Peraturan Perundang-undangan serta
Kebijakan yang Berkenaan dengan Kegiatan
Sosial Kemasyarakatan.
92
Download