Output file - Journal Unisma

advertisement
IDENTIFIKASI KARAKTER TERPILIH
PADA TANAMAN TOMAT TIPE APEL DAN TIPE RANTI
Oleh : Dawud Ardisela
Abstract
Advantage genotypes result of crossing Apel and Ranti type tomattos are plant with big
fruit, sweet smelt, green leaf, red fruits and resistance from pest.
The colour of fruits determinate by 2 dominant gene, ukuran fruits by amount of partial
dominant gene, smelt of fruits by amount of cumulative gene dan resintance from pest by amount
of resesive gene (minor gene).
Key Words : Chosing character, genotype, phenotype, dominant gene and resesive gene
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropika mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan
hortikultura. Berdasarkan agroklimatnya, Indonesia mempunyai dua tipe wilayah yaitu wilayah
basah dan wilayah kering, mempunyai dataran rendah dan dataran tinggi sehingga hampir semua
jenis komoditas hortikultura dapat dikembangkan.
Selain mempunyai potensi dan peluang pasar di dalam negeri, komoditas hortikultura
juga mempunyai peluang untuk ekspor ke luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan semakin
terbukanya pasar dan hubungan internasional melalui udara dan berbagai pelabuhan. Permintan
luar negeri terhadap buah-buahan tropika dari Indonesia sebenarnya cukup banyak, tetapi
peluang tersebut belum banyak dimanfaatkan oleh pengusaha Indonesia karena berbagai faktor
antara lain kuantitas produksi, kualitas hasil, kontinyuitas suplai, handling, kelancaran
transportasi dan sebagainya.
Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) salah satu komoditas hortikultura yang
banyak dikonsumsi orang karena rasanya enak, segar, sedikit asam serta sumber vitamin A, C
dan sedikit vitamin B. Selain dimasak sebagai campuran sayur, dibuat saus, selei, juga enak
dimakan mentah sebagai buah-buahan segar. Tomat sebagai sayur-sayuran atau buah-buahan
tergantung sudut memandangnya. .
27
Dalam Kartasapoetra (1988) disebutkan bahwa produksi dunia buah tomat kurang lebih
49.201 ton/tahun tidak seimbang dengan tingkat konsumsi yang lebih besar. Apalagi dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat, kesadaran akan pentingnya zat gizi dari sayur-sayuran
dan buah-buahan serta tuntutan akan kualitas tomat yang baik. Tomat yang matang, besar, segar
dan warna yang menarik biasanya di pasaran harganya cukup tinggi.
Dengan demikian
pemuliaan tanaman tomat yang bermutu baik perlu dilakukan.
1.2. Identifikasi Masalah
Sehubungan dengan kebutuhan buah tomat yang makin meningkat, produktifitas rata-rata
Indonesia yang rendah kurang lebih 6 ton/ha (di Amerika Serikat 30 ton/ha) dan tuntutan kualitas
buah tomat yang baik, maka perlu dilakukan program penelitian tanaman tomat yaitu
menghasilkan varietas-varietas yang unggul (dibatasi 5 karakter saja) yaitu : buah besar, rasa
buah enak, warna buah muda green shoulder, warna buah masak merah muda dan bebas penyakit
layu pembuluh (oleh bakteri Pseudomonas solanacearum)
Demikian percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan buah yang mempunyai karakterkarakter tersebut. Untuk mendapatkan varietas yang unggul dengan mempunyai 5 karakter di
atas diperlukan beberapa kali percobaan sampai menghasilkan turunan kelima (F5). Dalam
percobaan ini hanya mengamati data kualitatif dari tetuanya (Parential P) yaitu tomat tipe Apel
dan tipe Ranti (ranggeum).
1.3. Kerangka Pemikiran
Percobaan Mendel pada tahun 1865 disimpulkan bahwa sifat individu dikendalikan oleh
faktor pembawa sifat yang dikenal dengan “gen”. Selanjutnya dijelaskan bahwa penurunan
pembawa sifat kebakaan tersebut mengikuti dua prinsip utama yaitu; hukum segregasi dan
penggabungan secara bebas (independent assortment). Berdasarkan atas kedua hukum dengan
mudah ditafsirkan bahwa peubah genetic (gamet dan zigot) mempunyai hukum stokhastik.
Dengan demikian pola agregasi dapat dijelaskan dengan model peluang. Pengguaan model
peluang di dalam gejala-gejala perubahan genetik dimungkinkan karena asumsi dasar tentang
kaidah acak dari perubahan tadi dapat dipenuhi (Darajat, 1988).
28
Menurut Abdul Bari et al (1982) bahwa tujuan setiap program pemuliaan tanaman adalah
untuk mendapatkan varietas (hibrida, klon dan sebagainya) baru dengan sifat-sifat keturunan
yang lebih baik dari pada apa yang kini mudah diusahakan.
Varietas baru ini dipilih dan
dikembangkan dari hasil seleksi terhadap suatu populasi tertentu.
Selanjutnya disebutkan bahwa kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam pemuliaan
tanaman dapat dirumuskan pada Gambar 1.
Menimbulkan
keragaman genetik
Isolasi
Pengujian dan
Penilaian
Pembuatan
Perkawinanperkawinan
Perbanyakan
Penyebarluasan
Gambar 1. Kegiatan Pemuliaan Tanaman
Syarat untuk seleksi terhadap populasi untuk memilih varietas baru adalah:
1.
Terdapatnya keragaman keturunan yang cukup besar di dalam populasi. Nilai genotype
anggota-anggota populasi tidak sama baiknya, akan tetapi terdapat anggota-anggota populasi
yang dalam hal sifat (karakter) tertentu bernilai lebih baik dari pada varietas yang sudah
diusahakan.
29
2.
Keragaman bahan-bahan keturunan dapat ditimbulkan dengan beberapa cara antara lain
introduksi varietas baru, pemisahan hasil suatu persilangan, mutasi buatan, poliploidi dan
pemisahan hasil suatu persilangan antar species.
Isolasi atau seleksi berarti mendapatkan genotype yang terpilih atau yang dikehendaki
dipisahkan dari genotip yang tidak terpilih atau yang tidak dikehendaki. Genotip yang terpilih
dapat diteruskan kepada serentetan pengujian-pengujian untuk penilaian atau digunakan sebagai
bahan untuk hibridisasi.
Membedakan antara genotip unggul dari genotip yang tidak dikehendaki berdasarkan
pengukuran-pengukuran pada fenotip yang tampak pada individu atau kelompok individu sangat
sukar. Kebanyakan dari pewarisan sifat-sifat agronomic tidak sederhana karena dikendalikan
oleh banyak gen, Sifat tersebut merupakan sifat kuantitatif yang penampilannya merupakan
kerjasama dari pengaruh genotip dan lingkungan. Pengetahuan tentang gen sebagai pengendali
pewarisan sifat tertentu diperlukan dan teknik pengawasan lingkungan diperhatikan dengan
metoda statistika dan rancangan percobaan agar pengaruh komponen yang bukan temurun
diketahui.
Tujuan membuat perkawinan adalah untuk menciptakan populasi baru dengan mana pada
sebagian dari individu-individu anggotanya dapat dipadukan cirri-ciri sifat keturunan yang baik
yaitu sebagian berasal dari pihak tetua jantan dan sebagian lagi berasal dari pihak tetua betina.
Perkawinan merupakan suatu usaha untuk menciptakan adanya keragaman temurun dalam
populasi baru. Isolasi dan seleksi terhadap populasi turunan hasil perkawinan diharapkan akan
menghasilkan populasi dengan cirri-ciri mewarisi beberapa sifat baik dari tetua-tetuanya.
Kegiatan membuat perkawinan-perkawinan menimbulkan keragaman keturunan, isolasi,
pengujian dan penilaian dapat merupakan proses bersiklus.
Jika penilaian terhadap varietas baru dianggap telah mantap dan diputuskan dapat
dianjurkan untuk memperbanyak dan menyebarluaskan, maka tugas Badan Sertifikasi Benih dan
Badan Produksi Benih untuk melipatgandakan benih baru yang dihasilkan oleh pemulia tanaman.
30
1.4. Bahan dan Metode
Bahan tanaman yang diamati adalah beberapa tanaman tomat tipe apel dan tipe ranti yang
sedang berbuah di lapang.
Kedua tipe tomat yang berbeda dalam karakternya (5 karakter yang diamati) yang
masing-masing mempunyai sifat yang diinginkan dan yang tidak diinginkan disilangkan untuk
menghasilkan keturunan berkarakter yang diinginkan. Demikian seterusnya sampai keturunan
kelima (F5) melalui cara isolasi dan seleksi masa dan selanjutnya dengan seleksi individual
(pedigree) untuk mencari homogenitas dan daya adaptasi lingkungan yang tinggi.
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UNISMA Bekasi mulai
tanggal 7 Sptember 1990 sampai 7 Desember 1990.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) berasal dari Amerika Selatan yakni
sekitar Pegunungan Andes. Kemudian oleh pedagang Spanyol dibawa ke Eropah, Asia, Amerika
Utara dan bagian dunia lainnya. Di Indonesia kapan tanaman ini mulai diusahakan belumlah
jelas.
Pada tahun 1811 tanaman tomat telah tersebar ke daerah pegunungan Indonesia.
Umumnya diusahakan di dataran tinggi, hanya sedikit diusahakan di dataran rendah (Sunarjono,
1979).
Menurut Kartasapoetra (1988) tanaman tomat dapat tumbuh baik di daerah yang beriklim
panas dan dapat menyesuaikan diri pada keadaan yang berbeda-beda, tetapi pada persyaratan
kelembaban dan temperature yang tinggi hasilnya akan menurun. Pada keadaan yang terlalu
basah buahnya kurang baik misalnya membusuk, terserang penyakit dan buah-buahnya jatuh
sebelum matang.
Tanaman tomat termasuk suku Solanaceae adalah tanaman setahun berbentuk perdu.
Daunnya bercelah menyirip dan tersusun dalam sebuah tangkai bersama. Sebenarnya tanaman
tomat bersifat racun, karena mengandung zat “lycopersicin”, akan tetapi kandungannya adalah
rendah dan setelah buahnya tua racunnya akan hilang. Mungkin tomat yang masih muda rasanya
getir (pahang), kesat dan bau tidak enak (merangsang). Walaupun demikian bau khas yang
merangsang di bagian daunnya tidak ilang (Sunarjono, 1979).
31
Sistematika botani tanaman tomat adalah sebagai berikut :
Kelas (Classis)
: Dicotyledoneae (berkeping dua)
Bangsa (Orde)
: Tubiflorae
Suku
(Family)
: Solanaceae (berbunga trompet)
Marga (Genus)
: Lycopersicum (dulu Solanum)
Jenis
: Lycopersicum esculentum Mill atau Solanum esculentum L.
(Species)
Jenis-jenis tomat lainnya yang merupakan tomat liar yang tidak enak dimakan antara lain
L. hirsutum, L. peruvianum, L. glandulosum dan lain-lain.
Berdasarkan bentuk buahnya, tomat komersial dibedakan menjadi beberapa tipe :
a.
Tomat Apel (f. pyriforme) yang buahnya berbentuk bulat besar seperti apel
b.
Tomat Porselen (f. commune) yang buahnya besar agak gepeng dan beralur
c.
Tomat Roma (f. validum), tomat gondol yang buahnya bulat lonjong seperti kedondong
d.
Tomat Ranti/Ranggeum (f. pimpinellifolium) yang buahnya bulat kecil seperti kelereng
Berdasarkan warna buah muda, tanaman tomat dibedakan menjadi 3 tipe :
a.
Berbuah hijau merata
b.
Berbuah hijau keputih-putihan merata
c.
Berbuah hijau tua pada pangkal dan hijau muda sampai keputih-putihan pada bagian
lainnya.
Berdasarkan warna buah yang telah tua (masak) tanaman tomat dapat dibedakan menjadi
3 tipe :
a.
Berbuah merah tua
b.
Berbuah merah kekuning-kuningan sampai kuning
c.
Berbuah merah jambu (pink) yang dikenal sebagai tipe “Mikado pink”
Selanjutnya menurut Sunarjono (1979) tomat merupakan sayuran buah terpenting yang
ditanam di seluruh wilayah Indonesia terutama di dataran tinggi. Di dataran rendah hanya
sedikit diusahakan karena sering terjadi serangan penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas solanacearum.
Bunga tomat berjenis kelamin dua dengan 2 buah kelopak berwarna hijau berbulu, 5 buah
daun mahkota berwarna kuning yang pada bagian dasarnya tumbuh menjadi satu sedangkan pada
32
bagian atasnya meruncing hingga seolah-olah menyerupai bintang. Alat kelaminnya terdiri dari
benang sari (stamen) yang mengembang menjadi sebuah sarung dan membalut sebuah putik
(pistil). Tangkai sari pendek sekali, hingga hanya tampak sebuah sarung (kantong) sari saja.
Kantong sari tersebut mempunyai 12 alur, hingga bentuknya seperti gamet. Kedudukan sarung
(kantong) sari kadang-kadang sama tingginya dengan kepala putik (stigma) dan kadang-kadang
kepala putik tersebut lebih tinggi dari pada batang sarinya, tergantung kepada jenisnya.
Pada jenis tomat liar, biasanya putik lebih tinggi daripada kantong sarinya. Sifat inilah
yang menyebabkan tanaman tomat dapat melakukan penyerbukan silang. Walaupun demikian
tanaman tomat komersial bersifat menyerbuk sendiri (self pollination). Penyerbukan silang
(cross pollination) terjadi dengan perantaraan lebah madu, lebah sialang dan lalat hijau yang
biasanya hanya 2-10 % saja tergantung kepada varietas dan iklim. Pada waktu musim kering
kemungkinan penyerbukan silang akan lebih besar.
Tepung sari (pollen) terdapat di bagian dalam kantong (theca). Tepung sari ini bersifat
kering, hingga setelah masak pada siang hari yang cerah tepung sari tersebut dapat keluar dari
kantong dengan mudah.
Bakal buah (ovarium) terletak di atas dengan banyak ruangan dan mempunyai bakal biji
(ovulum) banyak. Pembuahan terjadi setelah penyerbukan berlangsung 96 jam sedang buah
tomat masak antara 45 – 50 hari setelah pembuahan.
III. PENGAMATAN
Tabel 1. Karakter Tanaman Tomat Tipe Apel dan Tipe Ranti
Karakter
Tipe Apel
Tipe Ranti
Ukuran buah
Besar
Kecil
Rasa buah
Agak manis
Masam
Warna Buah Muda
Hijau keputihan
Hijau merata
Warna Buah Masak
Merah jambu
Merah
Ketahanan penyakit layu
Kurang tahan
Tahan
33
Dari pengamatan di lapang, bahwa karakter tomat kedua tipe Apel dan tipe Ranti masingmasing menunjukkan beberapa karakter yang terpilih dan yang tidak terpilih. Lima karakter dari
tomat tipe Apel dan tipe Ranti tertera dalam Tabel 1.
Jenis tomat yang biasanya disenangi oeh konsumen dari 5 karakter di atas adalah buah
segar, rasa buah tidak begitu masam dan agak manis, warna buah muda hijau keputihan dan
warna merah pada waktu masaknya serta lebih tahan terhadap penyakit layu serangan bakteri
Pseudomonas solanacearum yang menurut para ahli penyakit lebih ganas serangannya di
Indonesia karena keadaan lingkungan yang panas dan lembab.
IV. PEMBAHASAN
Pemecahan masalah dalam pengembangandan pemuliaan tanaman tomat diarahkan pada
3 masalah yaitu pemuliaan resistensi, produksi dan kualitas hasil.
Dalam percobaan ini
dilakukan pemuliaan resistensi terhadap penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas solanacearum dan pemuliaan kualitas buah berupa ukuran buah, rasa buah, warna
buah muda dan warna buah masak. Tomat tipe Apel merupakan tomat komersial yang banyak
dibudidayakan sedangkan tomat ranti (ranggeum) adalah tomat yang jarang ditanam karena
selain produksinya rendah, kualitas rendah juga masih menunjukkan sifat liar seperti buah
jarang, kecil-kecil, mudah rontok, banyak bulu dan bau yang tidak sedap (Retnowati, 1989).
Mengenai daya hasil termasuk ukuran buah diatur oleh banyak gen yang bersifat
kumulatif hingga hasil silangan tomat sering menunjukkan “efek heterosis”. Bobot buah yang
ringan merupakan sifat yang diwariskan secara dominant partial.
Warna buah tomat ditentukan oleh dua gen (digene) ialah yang mengatur warna kulit
daun dan yang mengatur warna daging buah. Warna kulit kuning atau merah dominant terhadap
putih, sedangkan warna daging buah merah dominant terhadap warna hijau. Dalam persilangan
antara tomat komersial dengan tomat liar akan diperoleh keturunan pertama yang berwarna
merah terang, berbulu dan berbau seperti tomat liar.
Rasa buah tomat ditentukan oleh banyak zat yang terkandung di dalamnya seperti manis
(sukrosa, fruktosa dan lainnya), masam (asam organic), getir (lycopersicin) dan sebagainya.
Rasa ditentukan oleh banyak gen secara kumulatif.
34
Resistensi varietas terhadap suatu penyakit terbagi menjadi resistensi vertical dan
resistensi horizontal.
Resinstensi vertical adalah ketahanan suatu varietas terhadap suatu
penyakit yang dikendalikan oleh satu gen dominant (monogene). Sifat ini mudah diwariskan
dengan mudah, akan tetapi tidak dapat berlangsung lama sebagai akibat pathogen itu berusaha
mengadakan perubahan-perubahan sifat menjadi biotipe-biotipe baru.
Resistensi horizontal
adalah ketahanan suatu varietas terhadap suatu penyakit yang dikendalikan oleh banyak gen
(polygenic). Pewarisan ini lebih sulit, tetapi berlangsung lama, karena adanya perubahan arah
biotipe baru masih dapat diatasi oleh gen lainnya.
Resistensi bakteri Pseudomonas
solanacearum sulit ditemukan, karena diatur oleh banyak gen resesif (minor gene), sehingga
dalam pengujian hasil-hasil silangan jarang yang menunjukkan adanya turunan yang mutlak
resisten. Diduga biotipe (strain) bakteri Pseudomonas solanacearum di Indonesia lebih pelik
dan lebih ganas daripada yang ada di luar negeri seperti Filipina dan Taiwan.
Hasil silangan tomat komersial dan tomat liar pada umumnya menghasilkan buah yang
berukuran menengah atau intermediate, tetapi keadaan bulu dan bau tomat liar dominant
terhadap tomat komersil. Hasil persilangan tipe Apel dengan tipe Ranti bulu dan baunya seperti
tipe Ranti karena ditentukan oleh gen dominan. Agar sifat-sifat liar berkurang maka hasil
turunan tipe Apel dan Ranti disilangkan kembali dengan Apel (back crossing). Selanjutnya hasil
persilangan antara turunan I (F1) dan tetua tipe Apel (P1) diseleksi galur atau “seleksi pedigree”.
Akan tetapi karena tanaman tomat adalah termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri
(97%) yang sebenarnya dengan seleksi pedigree, bukan dengan seleksi massa, namun akan
memerlukan biaya dan waktu yang lama maka dilakukan seleksi massa. Disamping itu dengan 5
karakter disyaratkan dengan populasi yang sangat besar, minimal
4 n = 4 5 = 1024 populasi disamping adanya pautan (linkage) dan adanya interaksi antara gen-gen
itu sendiri dalam kromosom (Anon., 1982).
Seleksi dilakukan pada keturunan kedua (F2) karena sudah adanya segregasi dan untuk
menguji keberhasilan perkawinan tersebut dilakukan dengan back cross. Dengan back cross
diketahui apakah perkawinan itu sesuai dengan yang diinginkan atau tidak. Maka dilakukan
percobaan yang berulang-ulang.
35
Karena adanya sifat linkage, interaksi gen, kemungkinan gagalnya perkawinan, jumlah
populasi yang banyak, amaka dilakukan seleksi massa sampai keturunan kelima (F5) baru
seterusnya dengan seleksi galur/individual/pedigree yang memungkinkan lebih teliti untuk
mendapatkan homogenitas yang tinggi.
Untuk menguji resistensi sebenarnya ada berbagai cara diantaranya adalah dengan
penularan tetua, inokulasi (pelukaan atau penyemprotan) serta injeksi. Dalam percobaan ini bias
dengan penularan dari tetuanya, karena tanah tersebut telah lama digunakan untuk tanaman
tomat.
Sebenarnya untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu persilangan perlu adanya
pembanding, yaitu tetua ditanam di kedua sisinya sehingga diketahui perbedaan tetua dan
turunan, mengetahui seberapa jauh perbedaan tersebut dan juga untuk mengecek apakah
persilangan itu benar atau tidak dari tetua yang dimaksud dengan melihat fenotipe yang
diperlihatkan keturunan dari kedua tetua tersebut.
Untuk menghindari keragaman yang diakibatkan oleh lingkungan, maka dibuat situasi
atau keadaan lingkungan yang sehomogen mungkin (mengecilkan pengaruh lingkungan).
Demikian juga untuk mengecek adaptasinya dari hasil persilangan tersebut, yaitu dengan
mengadakan percobaan di berbagai tempat. Kalau ternyata hasil dari semua menunjukkan sifat
yang sama, maka hasil persilangan tersebut dapat disebarluaskan ke petani-petani, maka
diharapkan produksi akan meningkat dengan kualitas yang disenangi konsumen.
Dengan melihat gen pembawa sifat atau karakter buah dan ketahanan terhadap bakteri
Pseudomonas solanacearum, maka hanya warna buah yang diatur oleh gen dominant sedangkan
ukuran buah dengan gen secara dominant parsial, rasa buah oleh banyak gen secara kumulatif
dan resistensi terhadap penyakit layu diatur oleh banyak gen resesif (minor gene).
Di dalam penelitian selanjutnya dilakukan hibridisasi, seleksi massa dan seleksi pedigree.
Hibridisasi dimaksudkan untuk perluasan variabilitas genetic baru, agar diperoleh rekombinasi
genetic yang diinginkan. Sebelum dilakukan persilangan buatan, maka perlu menentukan tetua
dengan seksama mengenai karakter-karakternya. Tetua-tetua yang dipilih pada dasarnya akan
menentukan tingkat variabilitas genetic yang dihasilkan oleh suatu program pemuliaan.
36
Pada metode seleksi massa sebagian besar individu yang penampilannya sama dibiarkn
terus berada pada populasi. Varietas-varietas yang dikembangkan dengan metoda seleksi massa
melibatkan genotype-genotipe yang jumlahnya lebih kecil daripada populasi induk, tetapi akan
jauh lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah galur yang terpilih pada metoda seleksi galur
murni. Keuntungan dari metoda seleksi massa adalah tidak diperlukannya pengujian daya hasil
yang ekstensif dan tingkat variabilitas yang tinggi pada varietas baru masih dipertahankan
sehingga dengan demikian berpeluang untuk meminimkan terjadinya kerawanan genetika
(Darajat, 1988).
Metoda pedigree dipergunakan secara luas dalam program pemuliaan saat ini. Nama
Pedigree diberikan berdasarkan pada cara pencatatan data tiap individu yang dilakukan secara
rinci dari turunan yang satu ke keturunan yang lain. Maka akan didapatkan catatan yang lengkap
mengenai hubungan antara induk persilangan dengan turunannya. Evaluasi terhadap superioritas
penampilan karakter tanaman dilakukan pada masing-masing individu dan turunannya (Darajat,
1988).
IV.KESIMPULAN
Produktifitas rata-rata pertanaman tomat di Indonesia yang relatif rendah, tuntutan
konsumen terhadap kualitas buah tomat yang baik serta keadaan lingkungan yang panas dan
lembab yang memungkinkan penyerangan penyakit layu yang ganas maka perlu dilakukan
program pemuliaan tanaman tomat.
Tomat tipe Apel dan Ranti masing-masing mempunyai karakter-karakter yang terpilih
dan tak terpilih. Turunan yang diharapkan adalah yang mempunyai buah besar, rasa buah tidak
begitu masam dan agak manis, warna buah muda hijau keputihan, warna buah masak merah dn
tanaman yang tahan terhadap peyakit layu.
Warna buah ditentukan oleh 2 gen dominant, ukuran buah oleh banyak gen dominant
partial, rasa buah oleh banyak gen secara kumulatif dan resintensi terhadap penyakit layu oleh
banyak gen resesif (minor gene).
37
DAFTAR PUSTAKA
1.
Abdul Bari, Sjarkani dan Endang Sjamsuddin. 1982. Pemuliaan Tanaman, IPB,
2.
Anonimous. 1982. Pemuliaan Tanaman Tomat. IPB, Bogor
3.
Daradjat, A. 1988. Tinjauan Beberapa metoda Statistika untuk Pemuliaan Tanaman. Tidak
Dipublikasikan. Subang.
4.
Daradjat, A. 1988. Metode Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri.
dipublikasikan. Subang.
5.
Departemen Pertaanian. 1989. Pidato Mentri Pertanian RI. Jakarta.
6.
Kartasapoetra. 1988. Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Aksara, Jakarta.
7.
Retnowati, N. 1989. Bertanam Tomat. Tidak dipublikasikan. Bekasi
8.
Sunarjono, H. 1979. Budidaya Tomat. IPB, Bogor
38
Bogor
Tidak
Download