Prospek Pengembangan Kawasan Industri

advertisement
DIREKTORAT JENDERAL
PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI
ARAH DAN KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI BERDASARKAN
UU NO.3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN
Disampaikan pada RAKOR Ditjen Industri AGRO
Mataram, 7 Maret 2014
DAFTAR ISI
I
PERWILAYAHAN INDUSTRI DALAM UU NO. 3 TAHUN 2014
TENTANG PERINDUSTRIAN
II
PENDEKATAN, VISI DAN MISI PENGEMBANGAN
PERWILAYAHAN INDUSTRI
13
III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
17
IV
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH PUSAT
PERTUMBUHAN INDUSTRI
20
V
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERUNTUKAN
INDUSTRI
25
VI
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
29
VII
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KECIL DAN
INDUSTRI MENENGAH
36
3
2
I. PERWILAYAHAN INDUSTRI DALAM
UU NO 3 TAHUN 2014 TENTANG
PERINDUSTRIAN
3
Sebagai salah satu asas pembangunan industri ………
Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku
dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang
yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa
industri.
Asas :
1. Kepentingan nasional
2. Demokrasi ekonomi
3. Kepastian berusaha
4. Pemerataan persebaran
5. Persaingan usaha yang sehat; dan
6. Keterkaitan Industri
Pemerataan Persebaran :
Upaya mewujudkan pembangunan industri di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan potensi sumber daya yang dimiliki
pada setiap daerah
Sebagai salah satu tujuan pembangunan industri ………
Tujuan :
1. Mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak
perekonomian nasional
2. Mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri
3. Mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju serta
Industri Hijau
4. Mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta
mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok
atau perseorangan yang merugikan masyarakat
5. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja
6. Mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah
Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan
nasional; dan
7. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara
berkeadilan
SKEMA UU NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN
Instrumen Pendukung
• Perizinan
• Penanaman Modal Bidang
Industri
• Fasilitas Industri
Pembangunan
Sumber Daya Industri
• Pembangunan SDM
• Pemanfaatan SDA
• Pengembangan dan
Pemanfaatan Teknologi
Industri
• Pengembangan dan
Pemanfaatan Kreativitas
dan Inovasi
• Penyediaan Sumber
Pembiayaan
TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
Industri yang mandiri, berdaya saing,
dan maju untuk kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat.
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
di Bidang Perindustrian
• Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional
• Kebijakan Industri Nasional
• Rencana Kerja Pembangunan
Industri
Pembangunan Sarana dan
Prasarana Industri
• Standardisasi Industri
• Infrastruktur Industri
• Sistem Informasi Industri
Nasional
• Perwilayahan Industri
Pemberdayaan Industri
• IKM
• Industri Hijau
• Industri Strategis
• P3DN
• Kerja Sama Internasional
di Bidang Industri
Instrumen Pendukung
• Komite Industri Nasional
• Peran Serta Masyarakat
• Pengawasan dan
Pengendalian,
• Sanksi
Tindakan Pengamanan
dan Penyelamatan
Industri
• Tindakan Pengamanan
Industri
• Tindakan
Penyelamatan Industri
SISTEMATIKA UU NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN
(17 Bab dan 125 Pasal)
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Definisi
Pasal 2
Asas
Pasal 3
Tujuan
Pasal 4
Ruang Lingkup
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG PERINDUSTRIAN
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL
KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
PERWILAYAHAN INDUSTRI
PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI
Bagian Kesatu
Umum
Bagian Kedua
Pembangunan Sumber Daya Manusia
Bagian Ketiga
Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Bagian Keempat
Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri
Bagian Kelima
Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan Inovasi
Bagian Keenam
Penyediaan Sumber Pembiayaan
PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI
Bagian Kesatu
Umum
Bagian Kedua
Standardisasi Industri
Bagian Ketiga
Infrastruktur Industri
Bagian Keempat
Sistem Informasi Industri Nasional
...
BAB VIII
BAB IX
BAB X
BAB XI
BAB XII
BAB XIII
BAB XIV
BAB XV
BAB XVI
BAB XVII
PEMBERDAYAAN INDUSTRI
Bagian Kesatu
Industri Kecil dan Industri Menengah
Bagian Kedua
Industri Hijau
Bagian Ketiga
Industri Strategis
Bagian Keempat Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
Bagian Kelima
Kerja Sama Internasional di Bidang Industri
TINDAKAN PENGAMANAN DAN PENYELAMATAN INDUSTRI
Bagian Kesatu
Tindakan Pengamanan Industri
Bagian Kedua
Tindakan Penyelamatan Industri
PERIZINAN, PENANAMAN MODAL BIDANG INDUSTRI, DAN FASILITAS
Bagian Kesatu
Izin Usaha Industri dan Izin Usaha Kawasan Industri
Bagian Kedua
Penanaman Modal Bidang Industri
Bagian Ketiga
Fasilitas Industri
KOMITE INDUSTRI NASIONAL
PERAN SERTA MASYARAKAT
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
PENYIDIKAN
KETENTUAN PIDANA
KETENTUAN PERALIHAN
KETENTUAN PENUTUP
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL (RIPIN)
UU 17 TAHUN
2007
RIPIN memperhatikan:
a. potensi sumber daya Industri;
b. budaya Industri dan kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat;
c. potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah;
d. perkembangan Industri dan bisnis baik nasional maupun internasional;
e. perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun
internasional;
f. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi, dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota
UU
PERINDUSTRIAN
PP
RIPIN
RPJPN
20 Thn
Arah Pembangunan Industri:
• Industri yang berdaya saing
• Keterkaitan dengan
pengembangan IKM
• Struktur Industri yang sehat
dan berkeadilan
• Mendorong perkembangan
ekonomi di luar Pulau Jawa
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
PERPRES
RPJMN
RIPIN memuat:
visi, misi, dan strategi pembangunan Industri;
sasaran dan tahapan capaian pembangunan Industri;
bangun Industri nasional;
pembangunan sumber daya Industri;
pembangunan sarana dan prasarana Industri;
pemberdayaan Industri; dan
perwilayahan Industri.
PERPRES
KIN
5 Thn
PERDA
PERPRES
RKP
PERMEN
RENJA
PEMBANGUNA
N INDUSTRI
1 Thn
1. sasaran pembangunan Industri;
2. fokus pengembangan Industri;
3. tahapan capaian pembangunan
Industri;
4. pengembangan sumber daya Industri;
5. pengembangan sarana dan prasarana;
dan
6. pengembangan perwilayahan Industri;
7. fasilitasi dan kemudahan.
RENCANA
PEMBANGUNAN
INDUSTRI DAERAH
RENCANA KERJA
PEMBANGUNAN
INDUSTRI DAERAH
Rencana Pembangunan Industri Propinsi (Pasal 10)
1. Setiap Gubernur menyusun Rencana Pembangunan Industri
Provinsi
2. Rencana Pembangunan Industri Provinsi mengacu kepada Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional dan Kebijakan Industri
Nasional
3. Rencana pembangunan industri Provinsi disusun dengan paling
sedikit memperhatikan:
a.Potensi sumber daya industri daerah
b.Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan/atau Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
c. Keserasian dan keseimbangan dengan kebijakan pembangunan
industri di kabupaten/kota serta kegiatan sosial ekonomi dan
daya dukung lingkungan
4. Rencana Pembangunan Industri Provinsi ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Provinsi setelah dievaluasi oleh Pemerintah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota(Pasal 11)
1. Setiap bupati/walikota menyusun Rencana Pembangunan Industri
Kabupaten/Kota
2. Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota disusun dengan
mengacu kepada Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional
dan Kebijakan Industri Nasional
3. Rencana pembangunan industri kabupaten/kota disusun dengan
paling sedikit memperhatikan:
a.Potensi sumber daya industri daerah
b.Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota
c. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan sosial ekonomi
dan daya dukung lingkungan
4. Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota setelah dievaluasi oleh
Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
Perwilayahan Industri
Pengaturan: (Pasal 14)
1. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melakukan percepatan
penyebaran dan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Perwilayahan Industri
2. Perwilayahan industri dilakukan dengan paling sedikit memperhatikan:
a. Rencana tata ruang wilayah
b. Pendayagunaan potensi sumber daya wilayah secara nasional
c. Peningkatan daya saing industri berlandaskan keunggulan sumber
daya yang dimiliki daerah.
d. Peningkatan nilai tambah sepanjang rantai nilai
3. Perwilayahan industri dilaksanakan melalui:
a. Pengembangan wilayah pusat pertumbuhan industri;
b. Pengembangan kawasan peruntukkan industri;
c. Pembangunan kawasan industri;
d. Pengembangan sentra industri kecil dan industri menengah.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai perwilayahan industri diatur dengan
Peraturan Pemerintah
II. PENDEKATAN, VISI DAN MISI
PENGEMBANGAN
PERWILAYAHAN INDUSTRI
13
DEFINISI PERWILAYAHAN INDUSTRI
Perwilayahan
Industri
adalah
strategi
pengembangan industri dengan menggunakan
pendekatan perwilayahan untuk mendorong
tumbuhnya pusat pertumbuhan industri
berdasarkan potensi dan kesesuaian sumber
daya wilayah tanpa dibatasi oleh kewenangan
batas administrasi provinsi dan atau
kabupaten/kota
14
3 PILAR PENGEMBANGAN INDUSTRI
Perwilayahan
Industri
Industri Prioritas
Nasional
Sektoral
Pengembangan
Industri Daerah
15
PENDEKATAN PENGEMBANGAN INDUSTRI
“Kombinasi 2 (dua) pendekatan yaitu: pendekatan
sektoral melalui pengembangan industri prioritas
nasional dan pendekatan perwilayahan industri atau
regional yang berlandaskan pada keunggulan yang
dimiliki oleh daerah.”
Pembangunan Industri
Pendekatan Sektoral :
Pengembangan industri
prioritas nasional
Pendekatan Perwilayahan
Industri:
• Wilayah Pusat Pertumbuhan
Industri.
• Kawasan Peruntukkan Industri
• Kawasan Industri
• Sentra Industri Kecil Menengah
16
III. ARAH KEBIJAKAN DAN
STRATEGI
ARAH DAN KEBIJAKAN
Strategi
Pokok
• Percepatan
pemerataan
dan
penyebaran
industri
melalui
pengembangan
wilayah
pusat
pertumbuhan
industri,kawasan
peruntukkan industri, kawasan industri
dan sentra industri kecil menengah;
• Peningkatan kerjasama dan kolaborasi
antar wilayah, antara pemerintah
dengan dunia usaha dan akademisi;
• Peningkatan fasilitasi infrastruktur
industri untuk peningkatan daya tarik
investasi.
18
STRATEGI FUNGSIONAL (UU NO. 3 TAHUN 2014
TENTANG PERINDUSTRIAN PASAL 14)
1. Pengembangan
Wilayah Pusat
Pertumbuhan
Industri
4. Pengembangan
Sentra Industri Kecil
dan Industri
Menengah
STRATEGI
FUNGSIONAL
2. Pengembangan
Kawasan
Peruntukkan
Industri
3. Pengembangan
Kawasan Industri
19
IV. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
WILAYAH PUSAT
PERTUMBUHAN INDUSTRI
DEFINISI WPPI
Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI)
adalah Suatu bentang alam yang terdiri atas
beberapa daerah yang berpotensi untuk
tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri
dan memiliki keterkaitan ekonomi yang
bersifat dinamis karena didukung oleh
infrastruktur konektivitas yang mantap.
(sumber daya alam, infrastruktur)
21
PENGEMBANGAN WPPI (RPP Perwilayahan Industri)
Kebijakan perwilayahan industri untuk mendorong tumbuhnya
wilayah pusat pertumbuhan industri dilakukan dengan
memperhatikan:
1. Rencana wilayah pusat pertumbuhan industri Wilayah Nasional
2. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia
3. Pendayagunaan potensi sumberdaya wilayah secara nasional
4. Peningkatan Daya Saing Kompetensi Inti Industri Daerah
5. Peningkatan Nilai Tambah sepanjang rantai nilai industri
unggulan propinsi.
6. Peningkatan jaringan infrastruktur yang merata dan berjenjang
7. Peningkatan jumlah dan kualitas SDM
22
STRATEGI PENGEMBANGAN WPPI
(RPP Perwilayahan Industri)
1. Menjaga konektivitas antar wilayah pusat
pertumbuhan industri
2. Mengembangkan
wilayah
pusat-pusat
pertumbuhan industri yang baru di luar Jawa
3. Mengawasi dan mengendalikan wilayah pusat
pertumbuhan industri yang sudah ada
4. Membina wilayah pusat pertumbuhan industri
agar lebih maju dan berdaya saing.
5. Mengembangkan pusat-pusat inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek)
23
WPPI (DALAM PROSES PENYUSUNAN)
V. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PERUNTUKAN
INDUSTRI
DEFINISI KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI
Kawasan Peruntukan Industri (KPI) adalah
wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan industri dengan tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan atau tidak mengubah lahan
produktif
26
PENGEMBANGAN KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI
Kebijakan perwilayahan industri untuk mendorong
tumbuhnya kawasan peruntukan industri dilakukan
dengan memperhatikan:
• Rencana kawasan peruntukan industri Wilayah
Daerah
• Pendayagunaan potensi sumberdaya daerah
• Peningkatan Nilai Tambah sepanjang rantai nilai
• Peningkatan jaringan infrastruktur yang merata
dan berjenjang
• Peningkatan jumlah dan kualitas SDM
27
STRATEGI PENGEMBANGAN
KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI
• Menjaga konektivitas antar kawasan peruntukan
industri
• Mengembangkan kawasan peruntukan industri
yang baru di luar Jawa
• Mengawasi
dan
mengendalikan
kawasan
peruntukan industri yang sudah ada
• Membina kawasan peruntukan industri agar lebih
maju dan berdaya saing.
• Mengembangkan pusat-pusat inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek)
28
VI.KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
KAWASAN INDUSTRI
Infrastruktur Industri
Pengaturan: (Pasal 62-Pasal 63)
1.
Menteri Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya infrastruktur Industri.
2.
Infrastruktur Industri paling sedikit meliputi:
a. lahan Industri berupa Kawasan Industri dan/atau kawasan peruntukan Industri;
b. fasilitas jaringan energi dan kelistrikan;
c. fasilitas jaringan telekomunikasi;
d. fasilitas jaringan sumber daya air;
e. fasilitas sanitasi; dan
f.
fasilitas jaringan transportasi.
3.
Penyediaan infrastruktur Industri dilakukan melalui:
a.
pengadaan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang pembiayaannya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
b.
pola kerja sama antara Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dengan swasta, badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dan swasta; atau
c.
pengadaan yang dibiayai sepenuhnya oleh swasta.
4.
Untuk
mendukung
kegiatan
Industri
yang
efisien
dan
efektif
di wilayah pusat pertumbuhan Industri dibangun Kawasan Industri sebagai infrastruktur Industri
yang harus berada pada kawasan peruntukan Industri sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
5.
Pembangunan Kawasan Industri dilakukan oleh badan usaha swasta, badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah, atau koperasi.
6.
Dalam hal tertentu, Pemerintah memprakarsai pembangunan Kawasan Industri.
Memprakarsai Pembangunan Kawasan Industri
Penjelasan: (Pasal 63 Ayat 4)
1. Hal tertentu : kondisi pada saat pihak swasta tidak
berminat atau belum mampu membangun kawasan
industri, sementara Pemerintah perlu mempercepat
industrialisasi di wilayah pusat pertumbuhan industri
dengan mempertimbangkan geoekonomi, geopolitik dan
geostrategis
2. Memprakarsai : melakukan investasi langsung untuk
membangun kawasan industri
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
1. Memfasilitasi dan mendorong pengembangan kawasan
industri sebagai pusat pertumbuhan di setiap WPPI
2. Dalam hal tertentu, Pemerintah memprakarsai
pembangunan kawasan industri yaitu pada saat pihak
swasta tidak berminat atau belum mampu membangun
kawasan industri, sementara Pemerintah perlu
mempercepat
industrialisasi
di
wilayah
pusat
pertumbuhan industri dengan mempertimbangkan
geoekonomi, geopolitik dan geostrategis dengan
melakukan investasi langsung untuk membangun kawasan
industri
3. Meningkatkan daya saing kawasan industri dengan
menerapkan Standar Kawasan Industri.
32
FASILITASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
No
1
Daerah
Sei Mangkei (Sumatera Utara)
Output
Industri Champion
Tahun
Masterplan
Kelapa Sawit
2011
Studi Kelayakan Ekonomi
dan Finansial
Kelapa Sawit
2011
RENSTRA
Kelapa Sawit
2011
2
Cilamaya, Karawang (Jawa Barat) RENSTRA
Otomotif
2011
3
Kendal (Jawa Tengah)
RENSTRA
Tekstil
2011
4
Jombang (Jawa Timur)
Masterplan
Alas Kaki
2011
Studi Kelayakan
Alas Kaki
2012
5
Gowa (Sulawesi Selatan)
RENSTRA
Kakao
2011
6
Palu (Sulawesi Tengah)
RENSTRA
Rotan
2011
7
Bitung (Sulawesi Utara)
RENSTRA
Warehouse
2011
DED
Warehouse
2012
8
Batu Licin (Kalimantan Selatan)
RENSTRA
Besi Baja
2012
9
Kariangau (Kalimantan Timur)
RENSTRA
Minyak dan Gas
2012
33
FASILITASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
No
Daerah
Industri Champion
Tahun
Gasifikasi Batubara
2012
11 Sei Bamban (Sumatera Utara) Masterplan
Karet
2012
12 Tanjung Buton (Riau)
Masterplan
Oleokimia
2012
13 Bangka (Babel)
Masterplan
Timah
2012
14 Gresik (Jawa Timur)
Masterplan
Petrokimia
2012
15 Lamongan (Jawa Timur)
Strategic Business Plan
dan Studi Kelayakan
Perkapalan
2012
16 Kulonprogo (DIY)
Masterplan
Besi Baja
2012
RENSTRA
Besi Baja
2013
17 Majalengka (Jawa Barat)
Masterplan
Tekstil
2012
18 Boyolali (Jawa Tengah)
Masterplan dan DED
Tekstil
2012
19 Halmahera Timur (Maluku
Utara)
Masterplan
Ferronikel
2012
20 Tangguh (Papua)
Masterplan
Minyak dan Gas
2012
Garam
2012
10 Tanjung Api-Api (Sumatera
Selatan)
Output
RENSTRA
21 Jeneponto (Sulawesi Selatan) Masterplan
34
FASILITASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
No
Daerah
Output
Industri Champion
Tahun
22
Kuala Tanjung (Sumatera
Utara)
MasterPlan, RENSTRA
Industri Alumina
2013
23
Tanggamus (Lampung)
MasterPlan, RENSTRA
Industri Maritim
2013
24
Muara Enim (Sumatera
Selatan)
MasterPlan, RENSTRA
Industri Karet
2013
25
Landak (Kalimtan Barat)
MasterPlan, RENSTRA
Industri Karet
2013
26
Tayan (Kalimantan Barat)
MasterPlan, RENSTRA
Industri Alumina
2013
27
Subang (Jawa Barat)
MasterPlan, RENSTRA
Industri Teknologi
TInggi
2013
28
Tuban (Jawa Timur)
MasterPlan, RENSTRA
Industri Kimia
2013
29
Demak (Jawa Tengah)
MasterPlan, RENSTRA
Industri Alumina
2013
30
Bintuni (Papua Barat)
MasterPlan, RENSTRA
Industri Migas
2013
31
Takalar (Sulawesi Selatan)
MasterPlan, RENSTRA
Industri Ferronikel
2013
32
Halmahera Timur (Maluku
Utara)
MasterPlan, RENSTRA
Industri Ferronikel
2013
35
VII.PENGEMBANGAN SENTRA
INDUSTRI KECIL DAN
INDUSTRI MENENGAH
PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KECIL
DAN INDUSTRI MENENGAH
1. Mendorong pengembangan industri kecil dan
industri
menengah
di
daerah
melalui
pengembangan sentra industri kecil dan industri
menengah
2. Sedang dalam proses penyusunan konsep, bentuk
dan
mekanisme
pengoperasiannya
oleh
Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM)
3. Bagi daerah-daerah yang tidak mungkin dibangun
kawasan industri, akan didorong untuk
mengembangkan Sentra Industri Kecil dan
Industri Menengah (SIKIM)
37
TERIMA KASIH
Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
38
Download