BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Inisiasi Menyusu Dini (IMD

advertisement
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2.1.1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program
yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui
merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi
yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program ini dilakukan
dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan
membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu.
IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan
menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya
dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara
bayi dan ibu (Sitti, 2011).
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam
keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui.
2.1.2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
1) Memberi kehangatan
Bayi baru lahir yang langsung ditempelkan pada kulit ibunya memiliki
temperatur tubuh yang lebih stabil dari pada bayi baru lahir yang langsung
dibungkus kain. Tubuh ibu merupakan sumber kehangatan terbaik bagi bayi
8
yang baru lahir. Ini juga berarti, dengan IMD risiko hipotermia (penurunan
suhu badan) pada bayi baru lahir yang dapat menimbulkan kematian bisa
dikurangi.
2) Memberi kenyamanan
Penelitian membuktikan, bayi baru lahir yang langsung diletakkan di dada ibu
menangis lebih singkat ketimbang bayi baru lahir yang langsung dibungkus
kain dan diletakkan di sisi ibunya selama 90 menit. Bayi yang berada di dada
ibu merasa nyaman karena masih merasakan suasana rahim.
3) Adaptasi metabolis
Penelitian juga membuktikan, bayi yang berada dalam posisi breast crawl
memiliki tingkat gula darah lebih baik ketimbang bayi baru lahir yang
langsung dipisahkan dari ibunya dan dibungkus kain.
4) Melatih posisi mulut bayi saat menyusu
Dari 17 bayi baru lahir yang melakukan IMD, 16 di antaranya mampu
langsung menyusu dengan posisi mulut yang benar. Ini akan mengurangi
kesulitan posisi menyusu yang sering dikeluhkan para ibu baru.
5) Membantu pelepasan plasenta dan mengurangi pendarahan
Proses menyusu yang dilakukan bayi mungil menghasilkan hormon oksitosin
yang mengalir dari kelenjar susu ke aliran darah ibu. Hormon ini membantu
proses kontraksi rahim setelah persalinan guna mengeluarkan plasenta dan
menutup pembuluh-pembuluh darah di dalam rahim. Hasilnya, pendarahan
pasca melahirkan dapat dikurangi. Ini berarti mencegah anemia yang sering
diderita para ibu (Arif, 2011).
9
Inisiasi menyusu dini memiliki manfaat :
Untuk ibu :
a. Meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi
b. Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi ririko perdarahan
sesudah melahirkan
c. Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan
menyusui selama masa bayi
d. Mengurangi stress Ibu setelah melahirkan
Untuk bayi :
a. Mempertahankan suhu bayi tetap hangat
b. Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernapasan dan detak jantung
c. Kolonisasi bakterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang
normal
d. Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stres dan tenaga yang
dipakai bayi
e. Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara Ibu untuk mulai
menyusu.
f. Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam tubuh
bayi.
g. Mempercepat keluarnya meconium (kotoran bayi berwarna hijau agak
kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena meminum air ketuban).
h. Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga mengurangi
kesulitan menyusu.
10
i. Membantu perkembangan persyarafan bayi (nervous system).
j. Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan
bayi.
k. Mencegah terlewatnya puncak „refleks mengisap‟ pada bayi yang terjadi
20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks akan berkurang
cepat, dan hanya akan muncul kembali dalam kadar secukupnya 40 jam
kemudian.
2.1.3. Langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini
Langkah-langkah inisiasi menyusu dini yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya.
3. Tali pusat dipotong, lalu diikat
4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
5. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan
kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika
perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
Tahap-tahap dalam inisiasi menyusui dini yakni :
a.
Dalam
proses
melahirkan,
ibu
disarankan
untuk
mengurangi/tidak
menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu
banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya akan
menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini.
11
b.
Para petugas kesehatan yang membantu Ibu menjalani proses melahirkan,
akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula
jika ibu harus menjalani operasi caesar.
c.
Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan
vernix (kulit putih). Vernix (kulit putih) menyamankan kulit bayi.
d.
Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat
dipakaikan topi. Kemudian jika perlu bayi dan ibu diselimuti.
e.
Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari
sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada
dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.
f.
Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu didukung
dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu
yang berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang
dilakukan oleh bayi.
g.
Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu
sampai proses menyusu pertama selesai.
h.
Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur,
dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
i.
Ibu
dan
bayi
tetap
bersama
dan
dirawat-gabung.
Rawat-gabung
memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi menginginkannya,
karena kegiatan menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan
meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang
12
menangis karena selalu merasa dekat dengan ibu, dan selain itu dapat
memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui.
2.1.4. Proses Inisisasi Menyusu Dini
1. Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, bayi langsung diletakan di dada
si ibu tanpa membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit.
Ternyata suhu badan ibu yang habis melahirkan 1 derajat lebih tinggi. Namun
jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan si ibu jadi naik 2 derajat, dan
jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Jadi Tuhan sudah
mengatur bahwa si ibu yang akan membawa si bayi beradaptasi dengan
kehidupan barunya. Setelah diletakkan di dada si ibu, biasanya si bayi hanya
akan diam selama 20-30 menit, dan ternyata hal ini terjadi karena si bayi
sedang menetralisir keadaannya setelah trauma melahirkan.
2. Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi akan
mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak. Ternyata gerakan ini pun
bukanlah gerakan tanpa makna karena ternyata kaki si bayi itu pasti hanya
akan menginjak-injak perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk
menghentikan pendarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung dari si bayi.
3. Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan dengan
mencium tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban.
Dan juga ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu juga memiliki bau yang
sama, jadi dengan mencium bau tangannya, si bayi membantu untuk
mengarahkan kemana dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak mendekati
puting ibu. Ketika sudah mendekati puting si ibu, si bayi itu akan menjilat-jilat
13
dada si ibu. Ternyata jilatan ini berfungsi untuk membersihkan dada si ibu dari
bakteri-bakteri jahat dan begitu masuk ke tubuh si bayi akan diubah menjadi
bakteri yang baik dalam tubuhnya. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari
si bayi karena hanya si bayi yang tahu seberapa banyak dia harus
membersihkan dada si ibu.
4. Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, yang
bertujuan untuk merangsang supaya Air Susu Ibu (ASI) segera berproduksi
dan bisa keluar. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi itu
5. 'Bonding' (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 12 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur
dalam waktu yang lama
6. Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu (Mulyasetya, 2010).
2.2. Tinjauan umum tentang Manajemen Laktasi
2.2.1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta
mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang
dibuat manusia. Hanya dengan diber ASI saja tanpa makanan tambahan lain,bayi
mampu tumbuh dan berkembang baik sampai usia 6 bulan (Suhardjo, 2007).
2.2.2. Komposisi ASI
1. Kolostrum
Setelah melahirkan air susu ibu yang keluar berwarna kekuning-kuningan,
kental, dan agak lengket. Air susu ini disebut kolostrum dan ini diproduksi
14
dalam masa kira-kira seminggu pertama. Kolostrum berbeda dengan air susu
ibu yang berwarna putih dalam hal kandungan (Suhardjo, 2007):
a. Lebih banyak protein
b. Lebih banyak immunoglobulin A dan laktoferin dan juga sel darah putih
yang berperan penting dalam mencegah timbulnya infeksi penyakit.
c. Kurang dalam hal lemak dan lactose
d. Lebih banyak vitamin A
2. Taurin
Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat dalam ASI dan
tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin berfungsi sebagai neurotransmitter dan
berperan penting dalam proses maturasi sel otak.
3. Decosahexanoid acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak
tak jenuh rantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang
optimal. DHA dan AA terdapat dalam ASI jumlahnya sangat mencukupi
untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari.
2.2.3. Manfaat ASI
Manfaat air susu ibu (ASI) kepada bayi yakni sebagai berikut (Arini
H, 2012) :
1. ASI sebagai nutrisi
2. Makanan terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan
cukup karena mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama.
3. Mengandung antibody (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap
penyakit, terutama diare dan gangguan pernapasan.
15
4. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberikan ASI
eksklusif akan lebih cepat bisa jalan.
5. Meningkatkan jalinan kasih saying.
6. Selalu siap tersedia dan dalam suhu yang sesuai.
7. Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap.
8. Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang dapat
menimbulkan alergi.
9. Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama
(87 % ASI adalah air)
10. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga
bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai.
2.3. Tinjauan Umum Paritas
2.3.1. Pengertian Paritas
Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti menghasilkan.
Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup
ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan
demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas (Stedman,
1998).
Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status paritas yang
sering dituliskan dengan notasi G-P-Ab, dimana G menyatakan jumlah kehamilan
(gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus.
Sebagai contoh, seorang wanita dengan status paritas G3P1Ab1, berarti wanita
16
tersebut telah pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan
satu kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga kalinya.
2.3.2. Klasifikasi Paritas
Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang wanita dapat dibedakan menjadi
(Manuaba, 2008):
1) Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu
kali.
2) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup)
beberapa kali.
3) Grandemultipara adalah wanita yang telah mela hirkan 5 orang anak atau
lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan.
2.4. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan
2.4.1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2003), Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni : indra
penglihatan, penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Menurut Rogers (1974 dalam
Notoatmodjo, (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berprilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni :
17
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluasi (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.
d. Trial, Dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuai apa yang dikehendaki
oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.4.2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat, yakni :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari
antara
lain:
menyebutkan,
menguraikan,
mengidentifikasikan,
menyatakan dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan
kalori dan protein pada anak balita.
18
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat mengimplementasikan materi tersebut
secara benar tentang objek yang diketahui. Misalnya: dapat menjelaskan mengapa
harus makan makanan yang bergizi.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dalam
konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Analisa dapat dilihat
dari penggunaan kata; dapat menggambarkan, membedakan, mengisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Sintesis suatu kemampuan untuk menyususun, merencanakan, dapat meringkas,
dapat menyesuaikan.
19
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suaru materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
2.4.3. Sumber Pengetahuan
Ilmu pengetahuan diperoleh seseorang dengan cara yang berbeda, ada
yang melalui pengalaman langsung, bertanya kepada orang lain yang lebih paham
membaca buku, atau bahkan tidak sengaja diperoleh dari pergaulan atau
komunikasi yang terjalin. Kneller membagi lima tipe sumber pengetahuan yaitu :
(Satori, 2011).
1. Revealed Knowledge, yaitu pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui
wahyu yang diturunkan kepada Rasul pilihan dan dituangkan dalam kitabkitab suci yang kebenarannya tidak diragukan lagi dan bersifat mutlak.
2. Intuitive Knowledge, yaitu pengetahuan yang diperoleh individu secara pribadi
yang melibatkan intuisi dalam penghayatannya terhadap sesuatu secara
mendalam.
3. Rational Knowledge, yaitu pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas hasil
observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual.
4. Empirikal Knowledge, yaitu pengetahuan yang dipeoleh dari hasil observasi
dengan menggunakan kekuatan penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasaan dan peradaban terhadap realitas yang ada.
5. Authoritative Knowledge, yaitu pengetahuan yang dikokohkan oleh reputasi
pencetusnya/ahlinya atau diterima berdasarkan otoritas seseorang.
20
2.4.4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau
responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ukur yang dapat
kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2003)
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai
metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang
mempunyai banyak kebaikan sebagai instrument pengumpulan data. Untuk
memperoleh kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan uji coba. Dalam
uji coba responden diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan
bagi kuesioner yang diuji cobakan itu (Arikunto,2006).
2.5. Tinjauan umum perilaku
2.5.1. Pengertian Perilaku
Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar (Notoatmodjo, 2010).
Setelah psikologi berkembang luas dan dituntut mempunyai ciri-ciri
sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan maka ilmu pengetahuan menghendaki
objeknya bisa diamati, dicatat, dan diukur. Ini membawa para ahli, dipelopori oleh
J.B.Watson (1878-1958), memandang psikologi sebagai “ilmu yang mempelajari
perilaku”. Perilaku dianggap lebih mudah diamati, dicatat, dan diukur.
21
Meskipun demikian, arti perilaku ini diperluas tidak hanya mencakup
perilaku kasat mata seperti makan, membunuh, menangis, dan lain-lain tetapi juga
mencakup perilaku tidak kasat mata seperti fantasi (Irwanto, 2002).
2.5.2. Ciri-ciri perilaku
Sebagai objek studi empiris, perilaku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
(Irwanto, 2002) :
1. Perilaku itu sendiri kasat mata, tetapi penyebabnya mungkin tidak dapat
diamati langsung.
2. Perilaku mengenal berbagai tingkatan. Ada perilaku sederhana dan stereotip
seperti perilaku binatang satu sel, ada juga perilaku yang kompleks seperti
dalam perilaku sosial manusia. Ada perilaku yang sederhana seperti refleks,
tetapi ada juga yang melibatkan proses-proses mental hingga fisiologis yang
lebih tinggi.
3. Perilaku bervariasi menurut jenis-jenis tertentu yang bisa diklasifikasikan.
Salah satu klasifikasi yang umum dikenal adalah kognitif, afektif dan
psikomotorik, masing-masing merujuk pada yang sifatnya rasional, emosional,
dan gerakan-gerakan fisik dalam berperilaku.
4. Perilaku bisa disadari dan tidak disadari. Walau sebagian besar perilaku
sehari-hari kita sadari, tetapi kadang-kadang kita bertanya pada diri sendiri
mengapa kita berperilaku seperti itu.
2.5.3. Pembentukan Perilaku
Perilaku manusia sebagian besar ialah perilaku yang dibentuk dan dapat
dipelajari. Proses terbentuknya perilaku seseorang adalah sebagai berikut :
22
1. Kebiasaan
Terbentuknya perilaku karena kebiasaan yang dilakukan. Misalnya
menggosok gigi sebelum tidur, bangun pagi, sarapan pagi, dan lain-lain.
2. Pengertian
Terbentuknya perilaku ditempuh dengan pengertian. Misalnya bila naik
motor harus memakai helm, karena untuk keamanan diri.
3. Penggunaan model
Pembentukan perilaku melalui contoh atau model yang dianggap dipercaya
atau dituakan. Model yang dimaksud adalah pimpinan, orang tua, tokoh
panutan lainnya.
2.5.4. Domain Perilaku
Perilaku seseorang adalah sangat kompleks, dan mempunyai bentangan
yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010)
seorang ahli psikologi pendidikan membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah
atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan
psikomotor (psychomotor). Kemudian oleh ahli pendidikan di Indonesia, ketiga
domain ini diterjemahkan kedalam cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa
(psikomotor), atau pericipta, perirasa, dan peritindak.
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh
Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3
tingkat ranah perilaku sebagai berikut :
23
1). Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan
yaitu : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2). Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan
emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak
baik, dan sebagainya).
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap
adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup.
3). Psikomotor (Tindakan atau Praktik)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi tindakan atau perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
dan dukungan dari pihak lain.
Tindakan atau praktik ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut
kualitasnya, yakni :
24
1.
Praktik terpimpin (Guided Response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih
tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya seorang ibu
memeriksakan kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan
atau tetangganya.
2.
Praktik secara mekanisme (Mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu
hal secara otomatis maka disebut tindakan atau praktik mekanis. Misalnya
seorang ibu selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang, tanpa
harus menunggu perintah dari kader atau petugas kesehatan.
3.
Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya,
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi melainkan dengan
teknik-teknik yang benar.
25
2.6. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Pengetahuan Ibu Primipara
Variabel Dependen
Umur
Tindakan Ibu Tentang IMD
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan :
=
--------------------
=
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
2.7. Hipotesis Penelitian
Ada Hubungan antara pengetahuan dengan tindakan ibu primipara tentang
inisiasi menyusu dini diruang kebidanan RSUD.Dr.M.M Dunda Limboto.
Download