Filsafat hubungan dengan ilmu komunikasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Etika Dan
Filsafat
Komunikasi
PokokBahasan :
Komunikasi Sebagai Ilmu
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Marcomm
TatapMuka
03
Kode MK
DisusunOleh
MK 85009
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Komunikasi sebagai bentuk
keterampilan dapat menjelma sebagai
ilmu melalui beberapa persyaratan
tertentu persyaratan ini disebut ilmiah
Mahasiswa mampu menjelaskan
komunikasi sebagai sebuah ilmu,
manfaat dan kaitannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Komunikasi Sebagai Ilmu
Pengertian dan Tokoh Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar tehubung
dengan orang lain atau lingkungannya. Biasanya komunikasi dilakukan secara verbal, yaitu
komunikasi lisan yang dapat di mengerti oleh kedua belah pihak atau bahasa non verbal
yang bisa menjadi pengganti dari komunikasi verbal atau pelengkap dari komunikasi verbal
tersebut.
Berdasarkan dari pengertian komunikasi di atas kita dapat mengambil kajian-kajian
yang dapat di ambil untuk objek ilmu komunikasi seperti paradigma menurut Harold D
Laswell (1948) "Who Say What in Which Chanel to Whom With What Effect" menyatakan
bahwa objek kajian komunikasi berupa :

Analisis Sumber (komunikator)

Analisis Isi (pesan)

Analisis Media (saluran)

Analisi Khalayak (komunikan)

Analisis Efek (dampak)
Sebelum Menjadi Suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu disiplin ilmu tentang
manusia dalam bersosialisasi, ilmu komunikasi adalah ilmu yang mendapatkan sumbangan
dari bidang ilmu yang lain dari dahulu hingga sekarang, itu bisa di liat dari orang-orang yang
telah memberi sumbangan untuk ilmu komunikasi
seperti Harold D Laswell (ilmu
politik),Max Webber,Daniel Lehner,Evert M Rogers (sosiologi), Carl I Hovlan, Paul Lazarfield
(psikologi), Wilburn Scharm (bahasa), Shanon and Weaver (matematika dan teknik).
Keterlibatan berbagai displin ilmu ini dimaknai oleh Fisher (1986) bahwa ilmu komunikasi
mencakup semua dan bersifat sangat Eklektif (mengabungkan berbagai bidang).
Pengertian Ilmu

ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari
mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum. (Nazir,
1988)
2016
2
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu adanya rasionalitas, dapat
digeneralisasi. Dan dapat disistematisasi (Shapere, 1974)

pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan konsistensi
dengan realitas sosial (Schulz, 1962)

ilmu tidak hanya merupakan satu pengetahuan yang terhimpun secara sistematis,
tetapi juga merupakan suatu metodologi (Tan, 1954)
Dari empat pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa ilmu pada dasarnya
adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau
sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya
bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari
ilmu terkait.
Pengertian ilmu identik dengan dunia ilmiah, karenanya ilmu mengindikasikan tiga
ciri:

ilmu harus merupakan suatu pengetahuan yang didasarkan pada logika.

ilmu harus terorganisasikan secara sistematis.

ilmu harus berlaku umum
Komunikasi sebagai bentuk keterampilan dapat menjelma sebagai ilmu melalui
beberapa persyaratan tertentu persyaratan ini disebut ilmiah. Salah satu sifat ilmiah itu
adalah memiliki metode. Metode itu berarti bahwa penelitian tersenut berlangsung menurut
suatu rencana tertentu. Secara umum, tujuan sebuah pengetahuan ilmiah adalah untuk
deskriptif, eksplanatif, dan prediktif. Deskriptif berarti suatu ilmu akan menjelaskan gejalagejala yang menjadi objek formalnya, eksplanatif berarti seluruh gejala-gejala yang teramati
itu dapat dihubungkan satu sama lain secara kausal (sebab-akibat), dan setelah itu dapat
dilakukan prediksi akan gejala-gejala yang akan muncul (prediktif).
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Poedjawawijatma (1983), Hatta (1987),
Suriasumantri (2001), dalam Vardiansyah (2005; 8). Persyaratan suatu keterampilan
menjadi ilmu itu ialah objketif, metodis, sistematis dan universal.
1. Objektif, ilmu harus mempunyai objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun dari dalam.
2. Metodis,
dalam
upaya
mencari
kebenaran,
selalu
terdapat
kemungkinan
penyimpangan, yang harus diminimalisasi. Konsekuensinya harus terdapat cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Cara ini disebut metode.
2016
3
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Sistematis, karena mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungn yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem. Yang berarti utuh menyeluruh, terpadu, menjelaskan rangkaian sebab
akibat menyangkut objeknya.
4. Universal, kebenaran yang hendak dicapai bukan yang tertentu, melainkan bersifat
umum.
Jika ditinjau bagaimana komunikasi yang semula hanya keterampilan kemudian
menjelma sebagai ilmu. Maka penjelasan terhadap syarat-syarat diatas adalah sebagai
berkut :
Objektif, sebagai sebuah ilmu apakah komunikasi memiliki objek tertentu? Ada dua
objek material komunikasi, seperti ilmu-ilmu lainnya ilmu komunikasi memiliki objek material
yaitu masyarakat. Dalam perkembangannya, ilmu komunikasi mengenal objek material yang
lain yaitu media. Setelah menjadikan media sebagai objek material kedua, maka ilmu
komunikasi memiliki objek kajian yang konkret dibanding objek kajian ilmu sosial yang lebih
tua.
Sementara menurut Hamijoyo (2005) objek material komunikasi ialah prilaku
manusia, yang dapat merangkum prilaku individu, kelompok dan masyarakat. Selain objek
material komunikasi juga memiliki objek formal, yaitu situasi komunikasi yang mengarah
pada perubahan sosial termasuk perubahan pikiran, perasaan, sikap dan prilaku individu,
kelompok, masyarakat dan pengaturan kelembagaan.
Metodis, sebagai sebuah ilmu, apakah komunikasi mempunyai metode tertentu? Ada
sejumlah metode penelitian yang dimiliki komunikasi. Secara umum, ilmu ini menggunakan
metode penelitian ilmu sosial. Ini dapat dipahami karena pada awalnya ilmu komunikasi
merupakan bagian dari paradigma ilmu sosial.
Sistematis, dari objek ilmu ini kemudian ditari garis yang teratur berupa penataan,
sehingga ia benar-benar merupakan suatu unit yang utuh, yang kemudian dapat dirinci
secara sistematis. Pengertiannya harus jelas, perbedaannya dengan ilmu-ilmu yang lainpun
harus jelas. Begitu pula strukturnya, hierarkinya, urutan-urutannya harus sedemikian rupa,
sehingga makin kebawah pengertiannya semakin khusus. Kini pengertian-pengertian dalam
bidang ilmu komunikasi pada prinsipnya sudah mencapai kesepakatan.
Universal, telah ada kesepakatan bahwa ilmu ini mempelajari pernyataan
antarmanusia, kendatipun nama-nama yang berbeda masih mewarnai ilmu ini.
2016
4
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengertian Ilmu Komunikasi
Pengertian mengenai ilmu komunikasi, pada dasarnya mempunyai ciri yang sama
dengan pengertian ilmu secara umum. Yang membedakan adalah objek kajiannya, di mana
perhatian dan telaah difokuskan pada peristiwa-peristiwa komunikasi antar manusia.
Mengenai hal itu Berger & Chafee (1987) menyatakan bahwa Ilmu komunikasi adalah suatu
pengamatan terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang
melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan
menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistemsistem tanda dan lambang. Pengertian di atas memberikan tiga pokok pikiran:
1. objek pengamatan yang jadi fokus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi,
proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks
kehidupan manusia
2. ilmu komunikasi bersifat ilmiah empiris (scientific) dalam arti pokok-pokok pikiran
dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori-teori) harus berlaku umum.
3. ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan
produksi, proses dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang. Sehingga secara
umum ilmu komunikasi adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang
diperoleh melalui suatu penelitian tentang sistem, proses, dan pengaruhnya yang
dapat dilakukan secara rasional dan sistematis, serta kebenarannya dapat diuji dan
digeneralisasikan.
Sejarah Ilmu Komunikasi.
Berdasarkan
latar
belakang
sejarah,
ilmu
komunikasi
telah
mengalami
perkembangan yang memerlukan waktu cukup panjang. Bermula dari suatu keterampilan
tentang persuratkabaran (Zaitungskunde di Eropa, dan Jurnalistik di Amerika) kemudian
berkembang dan berubah menjadi suatu disiplin ilmu yang bernama ilmu komunikasi.
1. Perkembangan di Eropa.
Suratkabar sebagai studi ilmiah mulai menarik perhatian pada tahun 1884. studi
tentang pers muncul dengan nama Zaitungskunde di Universitas Bazel (swiss, dan delapan
tahun kemudian (1892) muncul juga di Universitas Leipzig di Jerman. Kehadiran
pengetahuan persuratkabaran ini semakin menarik perhatian ilmuwan. Pakar sosiologi, Max
2016
5
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Weber, pada Konggres Sosiologi (1910) mengusulkan agar sosiologi pers dimasukkan
sebagai proyek pengkajian sosiologi di samping sosiologi organisasi. Weber pun telah
meletakkan dasar-dasar ilmiah bagi pengkajian pers sebagai studi akademik. Sepuluh
tahuan kemudian pakar sosiologi lainnya, Ferdinant Tonnies, mengkaji sifat pendapat umum
dalam masyarakat massa. Dalam hubungan antara pers dan pendapat umum itulah
kemudian
yang
menaikkan
gengsi
suratkabar
menjadi
ilmu
dengan
nama
Zaitungswissenschaft (ilmu suratkabar) pada tahun 1925. dengan demikian persuratkabaran
tidak tidak lagi dipandang sebagai keterampilan belaka (Zaitungskunde), melainkan telah
tumbuh sebagai suatu disiplin ilmu.
Munculnya radio dan film pada awal abad ke-20 membuka pengkajian baru yang
lebih luas daripada suratkabar. Demikian pula dengan berkembangnya kajian mengenai
pendapat umum dan kajian retorika, semakin meluaskan disiplin ilmu ini, sehingga tidak
dapat lagi ditampung dalam oleh Zaitungswissenschaft. Untuk itu pada tahun 1930 Walter
Hagemann mengusulkan dan memperkenalkan nama Publizistik sebagai suatu disiplin ilmu
yang mencakup bukan saja suratkabar, tetapi juga radio, film, retorika, dan pendapat umum.
Menurut Hagemann, Publisistik adalah ilmu tentang isi kesadaran yang umum dan aktual.
Dalam perkembangan selanjutnya Publisistik semakin mendapat pengakuan sebagai
salah-satu disiplin ilmu dalam ilmu sosial. Obyek penelitiannya bukan lagi suratkabar
melainkan offentiche aussage (pernyataan umum). Kemudian Emil Dofivat menyebut
publisistik sebagai segala upaya menggerakkan dan membimbing tingkah laku khalayak
secara rohaniah. Dengan demikian publisistik diakui sebagai suatu kekuatan yang dapat
mengendalikan tingkah-laku manusia dan mewarnai perkembangan sejarahnya.
2. Perkembangan di Amerika.
Ilmu komunikasi massa berkembang di Amerika Serikat melalui jurnalistik. Sebagai
sutau keterampilan mengenai suratkabar, jurnalistik, sudah mulai dikenal sejak tahun 1970.
Namun sebagai pengetahuan yang diajarkan di universitas, barulah mulai dirintis oleh
Robert Leo di Washington College pada tahun 1870. pada waktu ini jurnalistik belum
mendapat penghargaan ilmuwan, karena diajarkan hanyalah hal-hal yang bersifat teknis.
Namun setelah Bleyer memasukkan Jurnalistik sebagai minor program Ilmu Sosial di
Universitas Wisconsin tahun 1930-an, mulailah jurnalistik berkembang sebagai suatu disiplin
ilmu. Hal ini lebih berkembang lagi setelah Perang Dunia II, karena semakin pakar dari
disiplin sosiologi, politik dan psikologi yang melakukan pengkajian berbagai aspek dari
suratkabar, radio, film dan televisi. Pada masa ini para pakar tersebut semakin merasa
2016
6
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bahwa jurnalistik tidak lagi mampu menampung berbagai pengkajian yang telah mereka
lakukan, sehingga perlu memberi nama yang lebih sesuai yaitu ilmu Komunikasi Massa.
Sesungguhnya ilmu komunikasi massa ini, hampir sama dengan publisistik di Eropa.
Perbedaannya hanya karena studi mengenai retorika, yang dicakup dalam publisistik,
berkembang sendiri di Amerika sebagai suatu disiplin tersendiri dengan nama Speech
Communication di beberapa universitas. Dengan demikian ke dua bidang itu (ilmu
komunikasi massa dan speech communication) masing-masing dikembangkan pada
departemen tersendiri, yaitu Departement Speech Communication dan Departement Mass
Communication. Dan dalam perkembangan selanjutnya ke dua bidang kajian itu akhirnya
menyatu menjadi Ilmu Komunikasi (Communication Science) Anwar Arifin (2002), sehingga
obyek kajiannya tidak hanya mengenai suratkabar, melainkan mencakup juga radio, film dan
televisi. Keempat media itu disebut media massa. Tokoh-tokoh utama dalam periode ini
antara lain Harold D. Laswell, Carl I. Hovland, Paul Lazarsfeld dan Ithiel de Sola Pool. Dasar
ilmiah ilmu ini semakin kokoh, dan metodoginya semakin disempurnakan.
Perkembangan ke arah lahirnya ilmu komunikasi dimulai tahun 1950-an. Para
ilmuwan sosiologi, politik, dan komunikasi massa mengembangkan studi mengenai
pembangunan, terutama ditujukan pada negara-negara yang baru merdeka setelah Perang
Dunia II. Hal ini dimaksudkan untuk membantu negara-negara tersebut melakukan
pembangunan dan perubahan berencana terutama di bidang ekonomi, sosial dan politik.
Berkembangnya studi tentang pembangunan ini seperti sosiologi pembangunan, ekonomi
pembangunan, pembangunan politik, dan komunikasi pembangunan, menimbulkan
kesadaran bagi para ilmuwan tersebut bahwa ilmu komunikasi massa, dirasa semakin tidak
mampu menampung kegiatan ini, sehingga perlu diperluas menjadi ilmu komunikasi saja
(massanya dihilangkan). Dengan demikian kajiannya tidak hanya menyangkut media massa
saja, tetapi sudah mencakup komunikasi sosial seperti penyuluhan, ceramah dan retorika.
Hal ini lebih diperkuat lagi oleh berbagai studi yang menemukan bahwa yang lebih berperan
dalan proses perubahan dalam masyarakat terutama dalam penyebaran gagasan baru dan
teknologi baru , justru bukan media massa, melainkan komunikasi tatap muka (persona).
Tokoh utama yang telah membawa ilmu komunikasi massa menjadi ilmu komunikasi
adalah Wilbur Schramm. Ia adalah seorang sarjana bahasa Inggris yang tertarik kepada
kajian komunikasi, karena memimpin sebuah University Press. Schramm yang kemudian
memimpin Departemen Komunikasi Massa di Universitas Iowa, dan memimpin penelitian
komunikasi di Stanford dan East West Center. Tokoh lainnya adalah Daniel Lerner, dan
Everet M. Rogers.
2016
7
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Perkembangan di Indonesia.
Kajian ilmu komunikasi di tanah air dimulai dengan nama Publisistik, dengan
dibukanya jurusan Publisistik di Fakultas Sosial dan Politik di Universitas gajah mada pada
tahun 1950. Juga di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Universitas
Indonesia pada tahun 1959. Demikian juga pada tahun 1960 di Universitas Pajajaran
Bandung dibuka Fakultas Jurnalistik dan Publisistik. Melalui proses yang panjang lahirlah
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 107/82 tahun 1982. Keppres ini membawa
penyeragaman nama disiplin ilmu ini menjadi ilmu komunikasi.
Beberapa tokoh yang telah berjasa memasukkan ilmu komunikasi ke Indonesia dan
kemudian mengembangkannya di Universitas antara lain: Drs. Marbangun, Sundoro, Prof.
Sujono Hadinoto, Adinegoro, dan Prof. Dr. Mustopo. Pada tahun 1960-an, deretan tokoh ini
bertambah lagi dengan datangnya dua orang pakar dalam bidang kajian ilmu komunikasi,
yaitu Dr. Phil. Astrid S. Susdanto dari Jerman Barat (1964); dan Dr. M. Alwi Dahlan (beliau
secara langsung diajar oleh Wilbur Schramm) dari Amerika Serikat (1967).
Filsafat hubungan dengan ilmu komunikasi
Manusia adalah mahluk yang diciptakan Tuhan dengan akal dan perasaan. Dengan
akal dan perasaan ini, manusia lebih unggul dibanding mahluk ciptaan Tuhan lainnya.
Karena itu dalam proses perjalanan sejarah manusia, dengan kemampuan yang dimiliki
manusia memanfaatkan pancaindranya; penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Manusia mendapatkan pengalaman dengan alam dan dirinya sendiri dengan
mengenal berbagai benda-benda yang ditemui, misalnya rasa manis, asam dan pahit.
Dengan pengalaman ini akhirnya manusia tahu. Karena manusia adalah mahluk yang
dibekali akal, manusia tidak puas dengan hanya tahu rasa tersebut, tetapi ingin
mengetahuinya lebih jauh dan mendalam. Kenapa ada rasa manis, asam dan pahit, maka
manusia berusaha untuk mengetahuinya, melalui penyelidikan, penelitian dan lainnya
sehingga inilah yang disebut pengetahuan.
Manusia pun mencari sebab musabab sedalam-dalamnya dari segala sesuatu yang
ada dan mungkin ada di muka bumi ini. Termasuk kenapa daun-daun pohon, mengalami
penuaan dan jatuh ke tanah kemudian hancur menjadi tanah. Termasuk soal asal usul
manusia, kenapa berbeda-beda secara fisik dan cara berpikir. Pokoknya pertanyaanpertanyaan itu yang dicari manusia untuk mengetahuinya.
2016
8
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada akhirnya, pertanyaan misteri-misteri itu ada yang ditemukan manusia dan
manusia menemukan banyak hal akan kebutuhannya, namun juga masih banyak rahasia
alam ini yang belum terungkap. Hal inilah yang disebut sebagai filsafat pemikiran manusia
yang selalu skeptis, tidak pernah puas dengan hanya satu jawaban dan terus bertanya
tentang sesuatu yang ada di muka bumi ini akan hakikat yang terkandung di dalamnya.
Dengan pengalaman dan pengetahuan manusia pun dikelompokkan dalam
beberapa tipe manusia : Pertama; manusia yang tahu bahwa ia tahu. Ini yang disebut
manusia berpengetahuan. Kedua manusia yang tidak tahu bahwa ia tidak tahu, Manusia
sadar bahwa ia tidak tahu maka melakukan penyelidikan-penyelidikan dan penelitianpenelitian untuk mencari tahu. Ketiga, manusia tahu bahwa tapi ia tidak tahu Maksudnya
bahwa manusia belum tahu, hal ini berhubungan dengan ketidakmampuan memberikan
keputusan dalam mengambil keputusan. Keempat,. Manusia yang tidak tahu bahwa ia tahu.
Manusia seperti ini adalah manusia yang sok tahu.
Dengan tipe manusia yang disebutkan di atas, manusia dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan dalam berinteraksi dengan sesama manusia
dan juga dengan alam sekitarnya untuk mengungkap atau mengetahui misteri kehidupan
yang belum terungkap. Hal itu hanya bisa dilakukan dengan pendekatan ilmu pengetahuan.
Dewasa ini ilmu pengetahuan terbagi dalam dua kelompok yaitu ilmu pengetahuan alam dan
ilmu pengetahuan sosial. Namun demikian tidak semua pengetahuan dapat disebut sebagai
ilmu pengetahuan. Hanya pengetahuan yang memiliki persyaratan sebagai berikut yang
dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan yaitu obyektif (memiliki obyek kajian), metodis
(usaha yang digunakan untuk mendapatkan kepastian kebenaran), sistematis (terumuskan
dengan keteraturan membentuk sistem yang terpadu, dan universal (kebenaran yang
dapatkan adalah kebenaran universal).
Jika ilmu alam obyek kajiannya adalah benda-benda dengan hukum-hukum yang
pasti dan umum, berlaku di mana dan kapan pun, karena itu, tingkat kepastiannya tinggi,
mengingat obyeknya konkret, Oleh karena itu, ilmu alam disebut ilmu pasti atau eksakta.
Sedangkan ilmu sosial adalah ilmu yang tingkat kepastian rendah, karena obyek kajiannya
adalah manusia. Di mana manusia adalah mahluk sosial yang keinginan dan perilaku selalu
berubah-ubah penuh dengan misteri. Ilmu sosial disebut juga sebagai humaniora. Meskipun
tingkat kepastian ilmu sosial rendah, karena tidak ada tindakan manusia yang bisa diulang
sama sama persis dari waktu ke waktu, namun demikian ilmu sosial masih memiliki derajat
keumuman atau universalitas yang tertentu.
2016
9
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam perkembangan ilmu sosial, di mana mahluk manusia menjadi obyek
penelitiannya, memiliki alat bantu atau metodologi dalam penyelidikan dan penelitiannya, di
antaranya dengan pendekatan metode deduktif dan induktif. Dan, masih banyak istilah
metode penelitian ilmiah yang membantu ilmu sosial misalnya metode kuantitatif dan
kualitatif yang memiliki beragam teknik-tekniknya. Meskipun, tingkat kepastiannya tidak
seperti ilmu alam, tetapi mendekati dominasi kepastian/kebenaran. Didasari bahwa tidak
ada kepastian kebenaran di muka bumi ini, kebenaran itu hanya milik Tuhan yang maha
kuasa. Manusia dengan ilmu pengetahuannya hanya mendekati kebenaran itu. Termasuk
teori-teori keilmuan yang dikembangkan oleh orang-orang berbakat, tidak ada yang memiliki
kebenaran hakiki, pasti ada kekurangan dan kelemahannya.
Ilmu komunikasi sebagai salah satu cabang ilmu sosial, meski pun ilmu komunikasi
baru berkembang pada abad 19 masehi, tetapi sebenarnya ilmu komunikasi sudah setua
usia manusia di muka bumi. Jika kita artinya Ilmu komunikasi secara sederhana bahwa ilmu
komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sender ke receiver. Dari pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa berbicara tentang komunikasi ada beberapa unsur yang
dipikirkan yaitu source (sumber), communicator (pengirim pesan), communicate (pesan),
channel (saluran atau media), communicant (penerima pesan), dan effect (hasil).
Meskipun sebenarnya jika dipelajari lebih jauh, para ahli komunikasi memiliki
perbedaan akan unsur-unsur komunikasi termasuk juga dalam pendefinisiannya. Karena itu,
sebagai ilmu sosial yang terus mengalami perkembangan ilmu komunikasi tidak bisa
terlepas dari filsafat ilmu sebagai induk seluruh ilmu pengetahuan untuk selalu mencari
kebenaran yang hakiki. Karena usaha-usaha dari pada orang-orang yang peduli dengan
ilmu komunikasi, belakangan ini, ilmu komunikasi berkembang secara signifikan. Ilmu
komunikasi berkembang masuk pada bidang ilmu lainnya, misalnya dikenal dengan istilah
sosiologi
komunikasi,
komunikasi
kedokteran,
manajemen
komunikasi,
marketing
komunikasi dan masih banyak lagi.
Sepertinya, dalam setiap unsur kehidupan manusia selalu ada unsur-unsur
komunikasi di dalamnya. Hal ini disadari oleh generasi saat ini, fakultas ilmu komunikasi
menjadi ilmu sosial yang banyak diminati. Lihat saja di beberapa perguruan tinggi pada 30
tahun lalu, ilmu komunikasi masih menjadi bagian ilmu sosial, tetapi sekarang berkembang
menjadi disiplin ilmu sendiri yaitu ilmu komunikasi. Hebatnya lagi, orang-orang yang haus
akan
pengetahuan
ilmu,
berlomba-lomba
mempelajari
ilmu
komunikasi.
Padahal
sederhananya ilmu komunikasi hanya sebuah ilmu yang mempelajari proses penyampaian
pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan. Tapi ini menjadi misteri manusia untuk
mempelajari ilmu komunikasi untuk kepentingan dan kebahagiaan manusia di muka bumi.
2016
10
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DaftarPustaka
Syaiful Rohim. 2009. Teori komunikasi: perspektif, ragam dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
hlm 25-27
Anwar Arifin, 2002, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Raja Gafindo
Persada.
Em Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, McGraw Hill
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aubrey Fisher, 1986, Teori-teori Komunikasi (penyunting: Jalaludin Rakmat), Bandung:
Remaja Karya.
2016
11
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download