Tiga Macam Filsafat Moral (Etika)

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Etika Dan
Filsafat
Komunikasi
PokokBahasan :
Etika & Moral
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Periklanan
(Marcomm)
TatapMuka
04
Kode MK
DisusunOleh
MK 85009
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Komunikasi sebagai bentuk
keterampilan dapat menjelma sebagai
ilmu melalui beberapa persyaratan
tertentu persyaratan ini disebut ilmiah
Mahasiswa mampu menjelaskan
tentang etika & moral dan kaitannya
dengan komunikasi.
Etika & Moral
ETIKA
•
Etika dan Moral mempunyai pengertian yang hampir bersamaan/berkaitan, karena
keduanya mengandung nilai dan norma untuk mengatur tingkah laku manusia, yang
mengacu pada kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
•
Seperangkat nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan dari
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku (Bartens, 1977)
•
Prinsip-prinsip moral yang disepakati bersama oleh suatu kesatuan masyarakat,
yang menuntun perilaku individu dalam berhubungan dengan individu lain di
masyarakat (Darwin, 1999)
Etika Sebagai Cabang Filsafat
•
ETIKA adalah Cabang Filsafat, yakni Filsafat Moral atau Filsafat Kesusilaan
Tiga Macam Filsafat Moral (Etika):
1. Etika Deskriptif
2. Etika Normatif
3. Etika Kefilsafatan (Hakikat)
Pengertian Moral
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk
jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila.
Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari segi substantif
materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda. Widjaja (1985: 154)
menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan
(akhlak). Al-Ghazali (1994: 31) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata
moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan
2016
2
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan,
tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. Sementara itu Wila Huky,
sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986: 22) merumuskan pengertian moral
secara lebih komprehensip rumusan formalnya sebagai berikut :
1. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar
tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup
atau agama tertentu.
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran,
bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik , sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas perlu diberikan ulasan bahwa substansi
materiil dari ketiga batasan tersebut tidak berbeda, yaitu tentang tingkah laku. Akan tetapi
bentuk formal ketiga batasan tersebut berbeda. Batasan pertama dan kedua hampir sama,
yaitu seperangkat ide tentang tingkah laku dan ajaran tentang tingkah laku. Sedangkan
batasan ketiga adalah tingkah laku itu sendiri Pada batasan pertama dan kedua, moral
belum berwujud tingkah laku, tapi masih merupakan acuan dari tingkah laku. Pada batasan
pertama, moral dapat dipahami sebagai nilai-nilai moral. Pada batasan kedua, moral dapat
dipahami sebagai nilai-nilai moral atau norma-norma moral. Sedangkan pada batasan
ketiga, moral dapat dipahami sebagai tingkah laku, perbuatan, atau sikap moral. Namun
demikian semua batasan tersebut tidak salah, sebab dalam pembicaraan sehari-hari, moral
sering dimaksudkan masih sebagai seperangkat ide, nilai, ajaran, prinsip, atau norma. Akan
tetapi lebih kongkrit dari itu , moral juga sering dimaksudkan sudah berupa tingkah laku,
perbuatan, sikap atau karakter yang didasarkan pada ajaran, nilai, prinsip, atau norma.
Kata moral juga sering disinonimkan dengan etika, yang berasal dari kata ethos
dalam bahasa Yunani Kuno, yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap,
atau cara berfikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 237) etika diartikan
sebagai (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak), (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan (3) nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Sementara itu
2016
3
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bertens (1993: 6) mengartikan etika sejalan dengan arti dalam kamus tersebut. Pertama,
etika diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dengan kata lain, etika di sini
diartikan sebagai system nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat dan sangat
mempengaruhi tingkah lakunya. Sebagai contoh, Etika Hindu, Etika Protestan, Etika
Masyarakat Badui dan sebagaimya. Kedua, etika diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai
moral, atau biasa disebut kode etik. Sebagai contoh Etika Kedokteran, Kode Etik Jurnalistik,
Kode Etik Guru dan sebagainya. Ketiga, etika diartikan sebagai ilmu tentang tingkah laku
yang baik dan buruk. Etika merupakan ilmu apabila asas-asas atau nilai-nilai etis yang
berlaku begitu saja dalam masyarakat dijadikan bahan refleksi atau kajian secara sistematis
dan metodis.
Sementara itu menurut Magnis Suseno, etika harus dibedakan dengan ajaran moral.
Moral dipandang sebagai ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokanpatokan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana ia harus bertindak, tentang bagaimana
harus hidup dan bertindak, agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran
moral adalah orang-orang dalam berbagai kedudukan, seperti orang tua dan guru, para
pemuka masyarakat dan agama, dan tulisan-tulisan para bijak seperti kitab Wulangreh
karangan Sri Sunan Paku Buwana IV. Sumber dasar ajaran-ajaran adalah tradisi dan adat
istiadat, ajaran agama-agama atau ideologiideologi tertentu. Sedangkan etika bukan suatu
sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaranajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah sebuah
ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika adalah ajaran-ajaran moral tidakberada pada tingkat
yang sama. Yang mengatakan, bagimana kita harus hidup bukan etika, melainkan ajaran
moral. (Magnis Suseno, 1987; 14).
Pendapat Magnis bahwa etika merupakan ilmu tidak berbeda dengan Bertens,
sebagaimana terminologinya yang ketiga tersebut, di samping pada bagian lain juga
menyatakan bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat kebiasaan (Bertens, 1993: 4). Namun menurut Bertens, pengertian etika selain sebagai
ilmu, juga mencakup moral, baik arti nilai-nilai moral, norma-norma moral, maupun kode etik.
Adapun pendapat Magnis yang menyatakan etika sebagai filsafat juga sesuai dengan
pandangan umum yang menempatkan etika sebagi salah satu dari enam cabang filsafat,
yakni metafisika, epistemologi, metodologi, logika, etika, dan estetika. Bahkan. oleh filsuf
2016
4
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
besar Yunani, Aristoteles (384-322 s.M.), etika sudah digunakan dalam pengertian filsafat
moral.
Etika sebagai ilmu biasa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu etika deskriptif, etika
normatif, dan meta etika. Etika deskriptif mempelajari tingkah laku moral dalam arti luas,
seperti adat kebiasaan, pandangan tentang baik dan buruk, perbuatan yang diwajibkan,
diperbolehkan, atau dilarang dalam suatu masyarakat, lingkungan budaya, atau periode
sejarah. Sebagai contoh, pengenalan terhadap adat kawin lari di kalangan masyarakat Bali,
yang disebut mrangkat atau ngrorod (Koetjaraningrat, 1980: 288). Di sini, etika deskriptif
tugasnya sebatas menggambarkan atau memperkenalkan dan sama sekali tidak
memberikan penilaian moral. Pada masa sekarang obyek kajian etika deskpiptif lebih
banyak dibicarakan oleh antropologi budaya, sejarah, atau sosiologi. Karena sifatnya yang
empiris, maka etika deskriptif lebih tepat dimasukkan ke dalam bahasan ilmu pengetahuan
dan bukan filsafat.
Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertangungjawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam perbuatan nyata. Berbeda dengan
etika deskriptif, etika normatif tidak bersifat netral, melainkan memberikan penilaian
terhadap tingkah laku moral berdasar norma-norma tertentu. Etika normatif tidak sekedar
mendeskripsikan atau menggambarkan, melainkan bersifat preskriptif atau memberi
petunjuk mengenai baik atau tidak baik, boleh atau tidak boleh-nya suatu perbuatan. Untuk
itu di dalamnya dikemukakan argumenargumen atau diskusi-diskusi yang mendalam, dan
etika normatif merupakan bagian penting dari etika.
Adapun meta etika tidak membahas persoalan moral dalam arti baik atau buruk-nya
suatu tingkah laku, melainkan membahas bahasa-bahasa moral. Sebagai contoh, jika suatu
perbuatan dianggap baik, maka pertanyaannya adalah : apakah arti “baik” dalam perbuatan
itu, apa ukuran-ukuran atau syarat-syaratnya untuk disebut baik, dan sebagainya.
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu dapat juga dikemukakan secara kritis dan mendalam
tentang makna dan ukuran adil, beradab, manusiawi, persatuan, kerakyatan, kebijaksanaan,
keadilan, kesejahteraan dan sebagainya. Metaetika seolah-olah bergerak pada taraf yang
lebih tinggi dari pada perilaku etis, dengan begerak pada taraf bahasa etis (meta artinya
melebihi atau melampui).
2016
5
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Etika sebagai filsafat, berarti mencari keterangan yang benar, mencari ukuran-ukuran
yang baik dan yang buruk bagi tingkah laku manusia. Serta mencari norma-norma, ukuranukuran mana sosial itu, tindakan manakah yang paling dianggap baik. Dalam filsafat,
masalah baik dan buruk (good and evil) dibicarakan dalam etika. Tugas etika tidak lain
berusaha untuk hal yang baik dan yang dikatakan buruk. Sedangkan tujuan etika, agar
setiap manusia mengetahui dan menjalankan perilaku, sebab perilaku yang baik bukan saja
bagi dirinya saja, tetapi juga penting bagi orang lain, masyarakat, bangsa dan Negara, dan
yang terpenting bagi Tuhan yang Maha Esa.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu;
1.
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak).
2.
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3.
Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Bertens mengemukakan bahwa urutan tiga arti tersebut kurang kena, sebaiknya arti
ketiga ditempatkan didepan karena lebih mendasar daripada yang pertama, dan
rumusannya juga bisa dipertajam lagi.
Dengan demikian, menurut Bertens tiga arti etika dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Etika dipakai dalam arti: nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut
juga sebagai “system nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup
bermasyarakat. Misalnya etika orang jawa, etika agama Buddha.
2. Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini
adalah kode etik. Misalnya, Kode Etik Advokat Indonesia.
3. Etika dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Arti etika disini
sama dengan filsafat moral.
2016
6
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dihubungkan dengan Etika Profesi Sekretaris, etika dalam arti pertama dan kedua
adalah relevan karena kedua arti tersebut berkenaan dengan perilaku seseorang atau
sekelompok profesi sekretaris. Misalnya sekretaris tidak bermoral, artinya perbuatan
sekretaris itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma moral yang berlaku dalam kelompok
sekretaris tersebut. Dihubungkan dengan arti kedua, Etika Profesi Sekretaris berarti Kode
Etik Profesi Sekretaris.
Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika
berasal dati istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adapt-istiadat atau kebiasaan yang
baik. Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi study tentang kebiasaan
manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang
menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu,
etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan
kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia. Berdasarkan perkembangan
arti tadi, etika dapat dibedakan antara etika perangai dan etika moral.
1.
Etika Perangai
Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambaran perangai
manusia dalam kehidupan bermasyarakat di aderah-daerah tertentu, pada waktu tertentu
pula. Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan
hasil penilaian perilaku.
Conto etika perangai:
-
berbusana adat
-
pergaulan muda-mudi
-
perkawinan semenda
-
upacara adat
2.
Etika Moral
Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar
berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbullah kejahatan, yaitu perbuatan
2016
7
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut
moral.
Contoh etika moral:
-
berkata dan berbuat jujur
-
menghargai hak orang lain
-
menghormati orangtua dan guru
-
membela kebenaran dan keadilan
-
menyantuni anak yatim/piatu.
Etika moral ini terwujud dalam bentuk kehendak manusia berdasarkan kesadaran,
dan kesadaran adalah suara hmanusia berdasarkan kesadaran, dan kesadaran adalah
suara hati nurani. Dalam kehidupan, manusia selalu dikehendaki dengan baik dan tidak
baik, antara benar dan tidak benar. Dengan demikian ia mempertanggung jawabkan pilihan
yang telah dipilihnya itu. Kebebasan kehendak mengarahkan manusia untuk berbuat baik
dan benar. Apabila manusia melakukan pelanggaran etika moral, berarti dia berkehendak
melakukan kejahatan, dengan sendirinya berkehandak untuk di hukum. Dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, nilai moral dijadikan dasar hukum positif yang dibuat oleh
penguasa.
Etika Pribadi dan Etika Social
Dalam kehidupan masyarakat kita mengenal etika pribadi dan etika social. Untuk
mengetahui etika pribadi dan etika social diberikan contoh sebagai berikut:
1) Etika Pribadi. Misalnya seorang yang berhasil dibidang usaha (wiraswasta) dan
menjadi seseorang yang kaya raya (jutawan). Ia disibukkan dengan usahanya
sehinnga ia lupa akan diri pribadinya sebagai hamba Tuhan. Ia mempergunakan
untuk keperluan-keperluan hal-hal yang tidak terpuji dimata masyarakat (mabukmabukan, suka mengganggu ketentraman keluarga orang lain). Dari segi usaha ia
memang berhasil mengembangkan usahanya sehinnga ia menjadi jutawan, tetapi ia
tidak berhasil dalam emngembangkan etika pribadinya.
2016
8
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2) Etika Social. Misalnya seorang pejabat pemerintah (Negara) dipercaya untuk
mengelola uang negara. Uang milik Negara berasal dari rakyat dan untuk rakyat.
Pejabat tersebut ternyata melakukan penggelapan uang Negara utnuk kepentingan
pribadinya, dan tidak dapat mempertanggungjawabkan uang yang dipakainya itu
kepada pemerintah. Perbuatan pejabat tersebut adalah perbuatan yang merusak
etika social.
2016
9
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DaftarPustaka
1. Wahyu Wibowo, Menuju Jurnalistik Beretika, Penerbit Kompas, Jakarta, 2009
2. J. Sudarminta, Etika Umum: Kajian Tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori
Etika Normatif, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2013
3. K. Bertens, Etika, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011
4. Franz Magnis Suseno, Kuasa dan Moral, Penerbit Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2001
2016
10
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download
Study collections