abstrak - Pangkalan Data Dosen Universitas Pancasila

advertisement
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL DAN PAMERAN
Tumbuhan obat indonesia xxviii
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA
DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN
PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk)
Diah Widowati dan Faridah
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian kandungan kimia dalam fraksi non-polar dari herbal purwoceng.
Ekstrak dilakukan secara maserasi dengan pengadukan menggunakan pelarut petroleumeter.
Isolasi senyawa dilakukan secara kromatografi kolom menggunakan eluen petroleumeter –
etilesetat (9:1). Diperoleh dua isolat yang setelah dimurnikan berbentuk serbuk warna putih.
Kedua isolat diidentifikasi secara kromatografi lapis tipis (KLT), spektrofotometri UV dan
FT-IR serta kromatografi gas-spektrometri massa (KG-SM). Hasil identifikasi secara KG-SM
menunjukkan bahwa isolat dengan bobot molekul 422, rumus molekul C29H58O adalah 2nonakosanon dan isolat dengan bobot molekul 414, rumus molekul C29H50O adalah γsitosterol.
Kata kunci : purwoceng, ekstrak, petroleumeter, identifikasi.
PENDAHULUAN
Sudah sejak dahulu kala manusia menggunakan bahan yang berasal dari alam
khususnya dari tanaman untuk mengobati berbagai penyakit. Penggunaan bahan dari tanaman
sebagi obat tradisional ini dilakukan berdasarkan pengalaman turun-temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Penyelidikan kandungan kimia tanaman yang mempunyai aktivitas biologis telah
dilakukan selama bertahun-tahun dan semakin berkembang dengan kemajuan ilmu
pengetahuan khusunya bidang fitokimia. Namun dari kurang lebih 600.000 jenis tanaman,
hanya beberapa persen saja yang telah diketahui secara kimia maupun secara farmakologi.
Hal ini merupakan tantangan bagi para ilmuwan khususnya yang menekuni bahan alam untuk
terus melakukan pencarian senyawa obat dari tanaman.
Banyak kesulitan yang dihadapi untuk mendapatkan senyawa obat dari tanaman. Hal
ini disebabkan karena komponen kimia dalam tanaman sangat banyak jenisnya tapi dalam
jumlah yang sangat kecil, sehingga menimbulkan kesulitan dalam memisahkan dan
memurnikannya.
Tanaman purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk; Syn Pimpinella alpine Kds) secara
tradisional telah lama digunakan oleh penduduk di Indonesia untuk mengobati lemah syahwat
dan peluruh air seni. Beberapa pustaka menyebutkan kandungan kimia herbal purwoceng
adalah alkaloida, polifenol dan flavonoida (Depkes RI., 1994. Daftar Tanaman Obat II dan
III, Farnsworth, 1996 dan Hayne, 1987).
Dengan banyaknya kandungan kimia yang mempunyai khasiat ini, menimbulkan
keinginan untuk mengetahui lebih lanjut senyawa kimia dalam tanaman tersebut, khususnya
yang terdapat dalam fraksi nonpolar.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengisolasi senyawa kimia dalam ekstrak
petroleumeter dari herbal purwoceng. Selanjutnya senyawa hasil isolasi diidentifikasi secara
kromatografi lapis tipis (KLT), spektrofotometri UV dan infra merah serta kromatografi gasspektometri massa (KG-SM).
BAHAN DAN METODE
Bahan Herba purwoceng yang dipergunakan diperoleh dari BALITTRO. Bahan kimia
yang digunakan adalah : Petroleumeter, Etilasetat, Kloroform, Aseton, n-Heksana dan Silika
gel-60.
Alat yang dipergunakan adalah : kolom kromatografi, Bejana kromatografi,
Spektrofotometer UV-Vis, Spektrofotometer FT-IR, Kromatografi Gas-Spektrometri Massa
(KG-SM), Evaporator vakum, Lempeng KLT Silika gel GF-254 dan Alat-alat gelas.
Penelitian dilakukan secara bertahap, yaitu :
Penyiapan bahan
Herba purwoceng setelah dibersihkan dari kotoran, dikeringkan dalam oven pada
suhu 50ºC kemudian digiling menjadi serbuk.
Pembuatan ekstrak
Serbuk herba purwoceng dimaserasi dengan pengadukan dalam pelarut petroleumeter
selama 8 jam, kemudian di saring. Ampas dimaserasi lagi dengan petroleumeter. Pengerjaan
ini diulang sebanyak tiga kali. Filtrat dikisatkan menggunakan evaporator vakum sehingga
diperoleh ekstrak kental.
Uji bercak
Untuk mengetahui jumlah komponen yang terdapat di dalam ekstrak petroleumeter,
dilakukan uji bercak dengan metode KLT. Sebagi fase gerak digunakan pelarut pengembang
petroleumeter-etilasetat. Setelah dilakukan uji coba, didapatkan perbandingan pelarut yang
memberikan pemisahan terbaik yaitu petroleumeter-etilasetat (9:1).
Isolasi senyawa
Ekstrak petroleumeter sejumlah ± 3 gram difraksinasi untuk memisahkan komponenkomponennya dengan cara kromatografi kolom (I). Sebagai fase diam digunakan silika gel –
60, sedangkan fase geraknya campuran petroleumeter-etilasetat (9:1). Eluat ditampung setiap
50 mL. hasil penampungan sebanyak 10 fraksi diuji dengan KLT.
Fraksi 1 dan 2 yang pada uji dengan KLT menunjukkan 1 bercak yang sama,
disatukan kemudian diuapkan. Sisanya dimurnikan dengan aseton menghasilkan serbuk
warna putih (isolat A).
Fraksi 3, 4, 5 dan 6 yang pada uji dengan KLT menunjukkan 3 bercak yang sama,
disatukan kemudian diuapkan. Sisa difraksinasi dengan kromatografi kolom (II)
menggunakan fase diam silika gel – 60 dan fase gerak campuran petroleumeter-etilasetat
(7:3). Eluat ditampung setiap 20 mL. Hasil penampungan sebanyak 10 fraksi diuji dengan
KLT.
Fraksi 4 dan 5 disatukan, diuapkan kemudian dimurnikan dengan n-heksana,
menghasilkan serbuk warna putih (isolat B).
Identifikasi senyawa
Terhadap isolat A dan isolat B dilakukan identifikasi secara :
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Serbuk dilarutkan dalam kloroform, kemudian ditotolkan pada lempeng silika gel GF254 dan dieluasi menggunakan fase gerak petroleum eter-etilasetat (7:3). Bercak diamati di
bawah sinar UV 366 nm.
Spektrofotometri -UV
Serbuk dilarutkan dalam kloroform kemudian ditetapkan spektrumnya pada panjang
gelombang 200 nm sampai 350 nm.
Spektrofotometri FT-IR
Serbuk digerus dengan kalium bromida sampai homogen kemudian dibuat
spektrumnya pada bilangan gelombang 4000 cm-1 sampai 600 cm-1.
Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (KG-SM)
Serbuk dilarutkan dalam kloroform kemudian disuntikkan kedalam kromatograf dan
dielusi menggunakan gas helium dengan laju alir 0,5 mL / menit. Spektrum massa diukur
secara otomatis pada selang waktu tertentu ketika keluar dari kolom. Spektrum yang
diperoleh secara komputerisasi dicocokkan dengan senyawa yang terdapat dalam pustaka
C:\DATABASE\WILEY275.L
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan ekstrak
Dari 200 gram serbuk herba purwoceng, diperoleh ekstrak kental berwarna coklathitam sebanyak 3,15 gram.
KLT ekstrak petroleumeter dengan fase gerak petroleumeter-etilasetat (9:1).
Gambar 1. Kromatogram ekstrak dibawah sinar UV 366 nm.
KLT fraksi-fraksi hasil kromatografi kolom ( I ) dengan fase gerak petroleumeter-etilasetat
(9:1).
Gambar 2. Kromatogram fraksi-fraksi KK ( I ) dibawah sinar UV 366 nm.
KLT faksi-fraksi hasil kromatografi kolom ( II ) dengan fase gerak petroleumeter-etilasetat
( 7:3 ).
Gambar 3. Kromatogram fraksi-fraksi KK ( II ) dibawah sinar UV 366 nm.
Hasil identifikasi
Isolat A:
a.
KLT
Bercak isolat A dibawah UV 366 nm berwarna kunig. Dengan fase gerak petroleumeteretilasetat (7:3) memberikan hRf = 88,57
Gambar 4. Kromatogram isolat A.
b.
Spektrofotometri UV
Isolat A dalam pelarut kloroform memberikan serapan maksimum pada panjang
gelombang 239,2 nm.
Gambar 5. Spektrum UV isolat A.
c.
Spektrofotometri FT-IR
Isolat A memberikan serapan pada bilangan gelombang 2916,17 cm-1 merupakan vibrasi
ulur asimetri pita ikatan C – H. Serapan pada bilangan gelombang 2848, 67 cm-1 merupakan
vibrasi ulur simetrik pita ikatan C – H. Serapan pada bilangan gelombang 1735,81 cm-1
merupakan vibrasi ulur gugus karbonil C = O. Serapan pada bilangan gelombang 1467,73
cm-1 merupakan vibrasi tekuk simetri pita ikatan C – H.
Gambar 6. Spektrum FT-IR isolat A.
d.
KG-SM
Isolat A mempunyai waktu retensi 41,19 menit
Gambar 7. Spektrum massa isolat A
Spektrum massa isolat A dengan bobot molekul 422 menurut pustaka
C:\DATABASE\WILEY275.L mempunyai kemiripan 95 % dengan senyawa 2nonakosanon.
Gambar 8. Spektrum massa 2-nonakosanon
Isolat B :
a.
KLT
Bercak isolat B dibawah sinar UV 366 nm berfluorensensi ungu. Dengan fase gerak
petroleumeter-etilasetat (7:3) memberikan hRf = 78,57.
Gambar 9. Kromatogram isolat B.
b.
Spektrofotometri UV
Isolat B dalam pelarut kloroform memberikan serapan maksimum pada panjang
gelombang 327,4 nm.
Gambar 10. Spektrum UV isolat B
c.
Spektrofotometri FT-IR
Isolat B memberikan serapan pada bilangan gelombang 3409,91 cm-1 merupakan pita
ikatan O – H. Serapan pada bilangan gelombang 2927,74 cm-1 merupakan vibrasi ulur
asimetri pita ikatan C – H. Serapan pada bilangan gelombang 2854,45 cm-1 merupakan
vibrasi ulur simetri pita ikatan C – H. Serapan pada bilangan gelombang 1616, 24 cm-1
merupakan vibrasi ulur pita ikatan C = C.
Gambar 11. Spektrum FT-IR isolat B
d.
KG-SM
Isolat B mempunyai waktu retensi 43,81 menit.
Gambar 12. Spektrum massa isolat B
Spektrum massa isolat B dengan bobot molekul 414 menurut pustaka
C:\DATABASE\WILEY275.L mempunyai kemiripan 99% dengan senyawa γ- sitosterol atau
stigmast-5-en-3β-ol.
Gambar 13. Spektrum massa Stigmast-5-en3-ol
KESIMPULAN
Dua isolat dari ekstrak petroleumeter herbal purwoceng mempunyai identifikasi sebagai
berikut :
Isolat A
Berupa serbuk warna putih
Kromatogram KLT menggunakan fase gerak pertroleumeter : etilasetat (7:3) mempunyai
hRf 88,57
Spektrum serapan UV dalam kloroform menunjukkan serapan maksimum pada panjang
gelombang 239,2 mm.
Spektrum FT-IR menunjukkan adanya gugus karbonil dan ikatan C – H.
Pada kromatografi gas, isolat A mempunyai waktu retensi 41,19 menit sedangkan
spektrum massa menunjukkan bobot molekul 422 yang menurut pustaka mempunyai
kemiripan 95% dengan senyawa 2-nonakosanon, rumus molekul C29H58O.
Isolat B
Berupa serbuk warna putih
Kromatogram KLT menggunakan fase gerak pertroleumeter : etilasetat (7:3) mempunyai
hRf 78,57
Spektrum serapan UV dalam kloroform menunjukkan serapan maksimum pada panjang
gelombang 327,4 mm.
Spektrum FT-IR menunjukkan adanya gugus karbonil, ikatan C – H dan ikatan C = C.
Pada kromatografi gas isolat B mempunyai waktu retensi 43,81 menit sedangkan
spektrum massa menunjukkan bobot molekul 414 yang menurut pustaka mempunyai
kemiripan 99% dengan senyawa γ-sitostrerol (stigmast-5-en-3β-ol), rumus molekul
C29H50O.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI., 1994. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan :
Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III).
Departemen Kesehatan RI., 1994. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Daftar
Tanaman Obat Indonesia (II).
Farnsworth, N.R., 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plant. J. Pharm.Sci. No.
3 Vol. 55.
Heryne K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Litbang Departemen Kesehatan
Jakarta hal. 1550.
Harborne, J.B., 1984. Phytochemical Methods. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata
dan Iwang Soediro, Edisi 2, penerbit ITB Bandung.
Silverstein, Bassler and Morrill. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik, ed.IV.
Diterjemahkan oleh A.J. Hartomo dan Anny Victor Purba, Penerbit Erlangga.
The Merck Index, 1983. An Encyclopedia of Chemicals. Drugs and Biological 10th ed.
Published by Merck & Co, Inc. Rahway, N.Y. USA
Download