reintrepretasi makna jihad: jihad orang-orang yang berpuasa

advertisement
REINTREPRETASI MAKNA JIHAD: JIHAD
ORANG-ORANG YANG BERPUASA
Oleh:
M. Askari Zakariah
Disampaikan pada Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1438
H/ 22 Juni 2017 M di Mesjid Al Muhajirin, BTN
Tahoa Kolaka
‫السالَ م علَي ُكم ور ْْحةُ ِ‬
‫هللا َوبَ َرَكتاُ ْْ‬
‫َّ ُ َ ْ ْ َ َ َ‬
‫هللاُ اَ ْكَ ْر×‪ 9‬هللاُ اَ ْكَ ْر َكِْي ًر َاواْحلَ ْم ُد هلل‬
‫ِ‬
‫َكثِي راوس حتا َن ِ‬
‫هللا ب ْكرةًواَ ِ‬
‫ص ْيالَ َإالِلَْ ا َّإاهللاْ‬
‫ْ ً َ ُْ َ‬
‫ُ ََ‬
‫وَإانَ ْع ُدلِإاَّاِ ََّّيهُ ُُمْلِ ِ‬
‫ْي لَُْ ال ِديْ َن َول َْوَك ِرهَ اْل َكتافِ ُرْو َن‬
‫ص َْ‬
‫َ ُ‬
‫ِ ِ‬
‫ص َر َع ْ َد ْه‬
‫ص َد َق َو ْع َد ْه َونَ َ‬
‫َإاالَْ ا َّإاهللاُ َو ْح َدهُ َ‬
‫ِ‬
‫َوأ َ‬
‫َع َّز ُج ْن َدهُ َو َه َزَم اْأل ْ‬
‫اب َو ْح َد ْه َإالِلَْ اإاَّهللاُ َوهللاُ‬
‫َح َز َ‬
‫هلل اْحلم ْد اْحلم ُد ِ‬
‫ِ‬
‫هلل الَّ ِِ ْْ َع ْن َع َم‬
‫َْ‬
‫اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْر َو َ ْ‬
‫َعلَْي نَتا بِنِ ْع َم ٍة ِِف يَ ْوِم اْ ِلع ْي ِد اْ ِلفْطْ ِريَ ْو ُم اْلَ َرَك ِة‬
‫َويَ ْو ُم‬
‫ِ ِ‬
‫اْملَْر َْحَ ِة اَ ْش َه ُد اَ ْن َّإا الَْ ا َّإا هللاُ َو ْح َدهُ َإا َش ِريْ َ‬
‫ك لَُْ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ْي َواَ ْش َه ُد اَ َّن َُُ َّم ًدا َع ْ ُدهُ‬
‫ا ََّّيهُ نَ ْع ُ ُد َوا ََّّيهُ نَ ْستَ ِع ْ ْ‬
‫ص ِ ِّ َو َسلِ ْم عَلَ‬
‫َوَر ُس ْولُ ْْ إاَ نَ ََّ‬
‫َب بَ ْع َد ْه ال ُ‬
‫له َّم فَ َ‬
‫َسيِ ِد ََن َُُ َّم ٍد َو َعل الِ ِْ َوَم ْن َُِ َعُْ َوَم ْن َوَإا ْْ اََّمتا‬
‫صي ُكم ونَ ْف ِس بِت ْقو ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫هللا‬
‫بَ ْع ُد فَ يَتااَيُّ َهتا اْحلَتاض ُرْو ْن اُ ْو ْ ْ َ َ َ َ‬
‫فَ َق ْد فَ َتازاْملُتَّ ُق ْو ْن َو ْعلَ ُم ْوا اَ َّن ه َِاْليَ ْوَم يَ ْوم َع ِِ ْيم‬
‫ب َك ِرْْي َختَم ربِ ِْ َش ْهر ِ‬
‫الصيَ ِتام‬
‫ضُْ ُر ٌّ‬
‫َو ِع ْيد َك ِرْْي فَ َّر َ‬
‫ََ‬
‫ُ‬
‫ِ‬
‫ِِ‬
‫تام يَ ْو ُم َُ ْسِْي ِِ َوَُ ْهلِ ْي ِ ِّ َوَُ ْكِ ِْْ‬
‫اُح َّ ِّ لَ ُك ْم ف ْيْ الْطَّ َع ُ‬
‫تال هللاُ ُس ْ َحتانَُْ َوَُ َع َتاَ‬
‫َوَُ ْع ِِ ْي ِم َوَُ ْق ِديْ ِر َوَتَْ ِج ْي ِد فَ َق َ‬
‫ِِف كِتتابِ ِْ اْل َك ِرِْْي اَعوذُ ِِب ِ‬
‫الَّ ْيْطَ ِ‬
‫هلل ِم َن َّ‬
‫الرِج ْي ِم‬
‫تان َّ‬
‫ْ َ‬
‫ُْ‬
‫بِس ِم ِ‬
‫الرِح ْي ِم قَ ْد اَفْ لَ َِ َم ْن َُ َزَّك‬
‫هللا َر ْْح ِن َّ‬
‫ْ‬
‫ِ‬
‫صلَّ‬
‫َوذَ َك َر ْ‬
‫اس َم َربِْ فَ َ‬
‫بَ ْ ِّ ُ ْؤ ِذ ُرْو َن اْحلَيَو َةالدنْ يَتا‬
‫واْ ِ‬
‫ألخ َرةُ َخ ْي ر َواَبْ َق‬
‫َ‬
‫‪Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan‬‬
‫‪maha penyayang. Hanya kehariban-MU, Ya Allah, kami‬‬
‫‪memuji. Wahai zat yang merendahkan dan menghinakan‬‬
‫‪telah‬‬
‫‪yang‬‬
‫‪sombong‬‬
‫‪dan‬‬
‫‪congkak‬‬
‫‪yang‬‬
‫‪orang-orang‬‬
‫‪meruntuhkan tahta firaun dan para kaisar yang sombong dan‬‬
‫‪congkak. Tak seorang pun yang mampu mencegah apa‬‬
yang
engkau
berikan
dan
tak
ada seorang pun yang
mampu memberikan apa yang tidak engkau kehendaki untuk
diberikan. Maha Suci , Engkau ya Allah dan Maha Unggul.
Alangkah luas rahmat-Mu dan betapa agung kedermawananMu, walau kebanyakan manusia ingkar pada-Mu dan tidak
percaya
akan
wujud-Mu
serta
benci
pada-Mu.
Meski
demikian, Engkau tetap melimpahkan kenikmatan-Mu pada
mereka. Engkau beberkan rizki serta karunia-Mu dan engkau
panjangkan hidup mereka sepanjang masa.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Tambahan rahmat dan keagungan semoga tetap Engkau
limpahkan pada Nabi-Mu yang Ummi, Sayyidina Muhammad
SAW. Yang telah Engkau perintahkan untuk membeberkan
sayap rahmat dan salamnya kepada orang-orang mukmin
yang mengikutinya. Yang telah engkau tawarkan padanya
gunung uhud untuk diubah menjadi emas namun ditolaknya
dan beliau memilih hidup zuhud duniawi. Walau demikian
engkau tetap menjadikan beliau unggul melebihi dunia dan
isinya. Sementara itu keagungan budi pekertinya telah
meluluh lantakkan hidup orang orang yang sombong dan
pendendam.
Semoga
keselamatan
dan
kedamaian
senantiasan menyertai Nabi besar Muhammad SAW, Ahli baiit,
beserta sahabat-sahabat beliau dihari kiamat.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Hari ini kita sedang merayakan kemenangan orang-orang
yang berpuasa selama sebulan lamanya, serta menjadi masa
evaluasi dan monitoring pribadi dan keluarga kita terdahulu.
Selanjutnya kita koreksi diri kita sendiri termasuk di antara
golongan manakah di antara pernyataan yang disabdakan
Nabi Muhammad
SAW, yaitu : “Siapa yang hari ini amal
perbuatannya lebih baik dibanding hari kemarin maka ia
tergolong orang yang untung.
Siapa
yang
amal
perbuatannya hari ini sama dengan hari kemarin (tidak
ada peningkatan) maka ia tergolong orang yang rugi. Dan
siapa yang amal perbuatannya lebih jelek dibanding kemaren
maka tergolong orang yang rusak.”
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Menurut Hadratusyekh Hasyim Asyari, ada tiga hal yang perlu
menjadi perhatian kita di dalam kitab Tsalasatu Munijyat yang
dituliskan oleh Syekh Ishom Hadzik.
Pertama: ”Marilah kita pelajari poin ini dari dimensi spirit
agama, kita akan mengetahui ternyata kondisi keagamaan
kemarin justru lebih baik dibanding hari ini. Pada tahun-tahun
yang lalu perhatian begitu besar terhadap urusan keagamaan,
namun kemudian akhir-akhir ini intensitas dan kepedulian kita
terhadap masalah tersebut semakin melemah bahkan kini
hampir tak terdengar lagi gaungnya. Sekolah-sekolah Islam
(madrasah) banyak yang gulung tikar disebabkan oleh
sedikitnya animo masyarakat dan sulitnya mencari orangorang
yang
betul-betul
punya tanggung jawab dan
kepedulian yang besar untuk menghidupkannya kembali.
Masjid-masjid dan mushalla begitu menyedihlan kondisinya,
karena walau tersebar di
mana-mana namun yang tinggi
hanya bangunan yang sudah mulai ditinggal jemaah dan
orang-orang yang mau merawatnya.
Kedua: Kita pelajari dari dimensi sosial kemasyarakatan. Di
sini kita juga mendapati kenyataan
bahwa
ruh
agama
sudah mulai melemah bahkan terkesan lumpuh dalam
kehidupan masyarakat sehingga bekas-bekas ketaatannya
sangatlah sedikit. Persoalan-persoalan
agama
akan
sulit
saudara-saudara
yang
bernuansa
temukan dalam
masyarakat, seperti apakah sesuatu itu hukumnya halal
atau haram. Kemungkaran begitu merajalela di berbagai
tempat, baik yang tersembunyi ataupun yang terang-terangan.
Seperti minum arak, ballo atau apapun itu namanya, dengan
merambahnya tempat hiburan malam yang melegalkan
minuman keras dan wanita penghibur yang semuanya itu
adalah
haram
untuk kita.
Itu semua
adalah sumber
malapetaka sudah tersebar luas di berbagai tempat dan
suasana dan bahkan sudah menjadi kebanggaan. Begitupun
pergaulan laki-laki dan perempuan yang sudah terkesan
melecehkan (hukum agama). Dengan gamblang mata kita
telah menyaksikannya dan dengan jelas telinga kita telah
mendengar akan realita ini. Dan tak seorangpun yang nampak
memperdulikannya, apakah ini halal (diperbolehkan oleh
aturan agama)?
Semuanya diam seribu bahasa. Apakah
haram ? yang mengakibatkan siksa dari Allah dan kehinaan di
dunia. Ada lagi hal yang sangat tercela dan hina melebihi apa
yang sudah kami tuturkan tadi, yaitu tersebarnya ajaranajaran dan tuntutan yang mengarah dan menggiring pada
kekufuran dan pengingkaran (terhadap Allah) di
kalangan
generasi muda Islam, baik di desa maupun di kota-kota besar.
Telah
tersebarnya
ajaran
materialisme-historis sebagai
suatu prinsip yang mencanangkan bahwa kebahagiaan di
dunia ini hanya bisa diraih dengan materi dan tidak percaya
dengan hal-hal yang ghaib. (metafisis, ekstra empiris)
serta tidak percaya akan adanya kehidupan setelah mati.
Bahaya laten ini tak mungkin terelakkan lagi bila sudah
tertanam dalam hati dan sanubari anak-anak kita, dan yang
demikian ini bisa mengubah tatanan awal dasar keyakinan
mereka, terhadap agama Islam yang kita peluk. Tiada daya
dan upaya kecuali dari Allah Yang Maha Luhur dan Maha
Agung. Adapun ukhuwah Islamiyah pada saat ini hanyalah
merupakan jargon-jargon yang kosong yang keluar dari
mulut orator yang hanya merebak di awang-awang tanpa
bisa menyentuh dataran empiris tanpa ada bukti yang kongrit
dalam realita.
Ukhuwah
Islamiyah
kehidupan
seakan-akan
masyarakat
di
telah
lenyap
dari
mana seorang muslim yang
menyaksikan dengan mata kepala sendiri terhadap temannya
sesama muslim yang telanjang (kelaparan bahkan yang
hampir mati karena kelaparan, hatinya sama sekali tidak
tergerak mengulurkan pertolongan dan membantu berbuat
baik. Dia atau sang Muslim yang menyaksikan ketimpangan
sosial tersebut bahkan membisu bagaikan membisunya
batu dan besi. Tidak cukup hanya dengan membisu, tapi
masih ditambah lagi dengan mengomel bahwa penghasilan
atau income sekarang lagi seret (atau terkena kerugian),
kehidupan perekonomian
sedang
mengalami
kemacetan
dan kemunduran bahkan dia menuduh ini sebagai akibat
dari menjalankan kewajiban agama dan kemasyarakatan.
Sedangkan
dia sendiri mengetahui bahwa Allah itu Maha
Pemberi Rizki, menurunkan rizkinya dengan satu kadar yang
sama. Tidak sulit bagi orang yang menjaga dengan baik
norma-norma agama ('afif) untuk mendapatkan keutamaan
(anugrah,
fadhl) dari Allah. Hanya dikarenakan akhlak
mereka sajalah yang menyebabkan semuanya menjadi
sempit dan sulit.
Ketiga; kita tinjau dari dimensi politik. Dalam konstelasi
perpolitikan, kita dapati kenyataan bahwa ternyata peranan
umat Islam sangat kecil. Jika jiwa keagamaan, dalam
dunia politik di Indonesia ini sangat lemah, bahkan akhirakhair ini bisa dikatakan sudah mati. Walau demikian,
masih
ada
dicatutnya
juga
bahaya
yang
masih
besar
yaitu
label Islam oleh sebagian manusia sebagai
kendaraan yang ditunggangi untuk bisa sampai kepada apa
yang
diinginkannya, baik
dimensi politik
itu berupa
kemaslahatan dari
ataupun untuk kepentingan pribadi dengan
mengatas namakan politik. Dan akan lebih berbahaya lagi
bila masyarakat menganggap mereka sebagai orang Islam
(yang taat) atau bahkan memfigurkannya sebagai seorang
tokoh, padahal mereka tidak pernah menundukkan kepala
mereka
(untuk
mentaati)
diperintahkan
oleh
larangannya.
Merekapun
Allah
keningnya (sujud) di
dianggap
aneh,
lantai
bila
pada
dan
tidak
hal-hal
pernah
tidak berusaha menjauhi
pernah
masjid,
kondisi
yang
lalu
menempelkan
apakah
semacam
ini
masih
kemudian
menyebabkan lemahnya spirit keagamaan di negara kita,
bahkan hampir mati.
Pada tiga hal ini, diharapkan menjadi bagian penting dari
perenungan kita pada pagi hari yang cerah ini. Seorang
alumni bulan Ramadhan menjadi sosok pribadi yang tangguh
dan penuh ilmu yang diperoleh pada bulan yang berkah.
Sosok kita ini diharapkan menjadi sosok penebar kasih
sayang, penebar islam rahmatan lil alamin, karena agama
islam sejak kedatangannya di jazirah arab telah membawa
pesan
perdamaian,
toleransi,
penghargaan
terhadap
perbedaan suku, ras, ataupun agama dan prinsip eligaterisme
sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad
S. A. W dalam mengembang misi kenabiannya.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Namun sayang, belakangan ini wajah islam yang damai itu
tercoreng
oleh
perilaku
sebagian
kelompok
yang
mengatasnamakan dirinya muslim yang melakukan tindak
anarkis dan radikal. Bahkan beberapa peristiwa bom bunuh
diri, seperti yang terjadi di London dan Kampung Melayu
Jakarta menambah parah citra negative yang dikenakan
kepada muslim.
Seorang Muslim Sejati, tentu tidak akan menerima pandangan
yang negative itu. Bahkan sangat manusiawi bila kemudian
kita gusar ataupun marah karena islam telah dihina dan
dinodai.
Namun
masalahnya,
bagaimanakah
kita
mengekspresikan kegusaran kita? Apakah dengan senjata?
Tentu jawabannya tidak! Jika dengan kekerasan yang kita
gunakan sebagai jawaban, hal itu bukan saja kontra-produktif
tetapi juga akan semakin menambah citra negative.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Oleh karenanya, pada kesempatan saya ini, izinkan saya
mengemukakan kajian “Reintrepretasi Makna Jihad, sebagai
Bentuk
Jihad
Orang-Orang
yang
Berpuasa”.
Hal
ini
berasaskan Sabda Rasulullah:
Ajaran islam yang suci, memiliki istilah “Jihad” yang telah
mengalami pergeseran makna dan pengamalan. Dalam kitab
Mu’jam Mufradat li Al-Fadz Al Quran, dijelaskan bahwa yang
dimaksud
dengan
jihad
adalah
mengerahkan
segala
kemampuan untuk menahan serangan dan menghadapi
musuh baik yang Nampak yaitu orang kafir yang menyerang
ataupun menghadapi musuh yang tidak Nampak.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Dalam Al-Quran kata jihad dalam bergagai bentuknya
disebutkan sebanyak 41 kali. Sebagian besar dari ayat-ayat
yang menggunakan
sebuah
perjuangan
kata jihad mengadung pengertian
berat,
mengerahkan
segenap
kemampuan untuk meraih suatu tujuan. Dari kata “Jihad” ini
terbentuk kosa kata “Ijtihad” yang merupakan pengertian yang
mengarah pada upaya aktifitas intelektual yang serius dan
melelahkan, pelakunya disebut Mujtahid. Dalam terminology
sufi-isme juga dikenal istilah”Mujahada” sebuah usaha
spritiual yang intens, bahkan mungkin sampai pada tingkat
ekstase.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Dalam terminology islam, jihad diartikan sebagai perjuangan
dengan mengarahkan seluruh potensi dan kemampuan
manusia untuk sebuah tujuan. Pada umumnya tujuan jihad
adalah kebenaran, kebaikan, kemuliaan, dan kedamaian.
Menurut Fakhurdin Ar razi jihad diartikan untuk menolong
agama Allah. Menurut Ijma’ Ulama hukum jihad adalah fardu
kifayah, bukan fardu ain, karena ada dalil yang menyatakan
bahwa :
Beberapa tahun yang lalu, kita mendengar suatu pernyataan
dari penggganti Paus Paulus II, yaitu Paus Benecdictus XIV
tentang
konsep
jihad
dalam
islam,
dia
menyatakan,
penerapan jihad islam selalu identic dengan pedang dan
kekerasan. Tentu saja pernyataan itu, ditanggapi umat islam
dengan kemarahan. Hal ini, jika dipahami lebih jauh tentu saja
kurang wajar, karena seolah-olah umat islam menyamakan
jihad dan perang fisik. Sekali lagi ini merupakan sebuah
kekeliruan.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Memang, tidak semua ayat-ayat jihad menunjukkan perang,
seperti halnya ayat-ayat jihad yang diturunkan di mekkah
Pada surat Luqman ayat 15:
Ayat diatas merupakan salah satu contoh kata jihad yang
isinya tidak berhubungan dengan masalah perang. Bahkan
Imam
Ibnu
Katsir
dalam
kitabnya
Tafsir
Ibnu
Katsir
menafsirkan ayat ini dengan kalimat “ jika keduanya sangat
berkeinginan”
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Sedangkan ayat-yat jihad yang diturunkan pada periode
Madinah, kebanyakan berhubungan dengan perang, misal
pada surat Attaubah ayat 41:
Namun, ada sedikit keanehan dalam hal pengembangan
konsep jihad, walaupun pada hakikatnya lafaz/ucapan jihad
yang diteliti oleh Ibnu Manzur dalam bait syairnya semuanya
bermakna
al-juhd
yaitu
mengeluarkan
daya-upaya,
kemampuan dan kekuatan, dan kata al-jahd yang artinya
kesungguhan,
atau
sesuatu
yang
menyusahkan
dan
melelahkan. Diantaranya dikenal kata jahad bagi tanah yang
sulit dijadikan lahan untuk becocok tanam. Bahkan hubungan
intim juga bisa dikatakan jihad karna perlu kesungguhan dan
upaya yang cukup melelahkan.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Kenapa saya bilang “Aneh”, karena jika kita melihat pada
literature islam klasik mengenai masalah jihad, makna
peperangan merupakan definisi yang baku bagi jihad. Baik
dari pada ulama tafsir, hadits maupun fikih. Ulama fikih hanyut
pada pemaknaan tentang perang, sehingga membuat makna
awal menjadi kabur. Sebut saja misal, Imam Ath thabari
menulis kitab al jihad dalam fiqihnya, begitu juga Ibnu Rusyd
dalam kitabnya Bidayah Al Mujtahid. Akan tetapi, Ibnu Rusyd
menyatakan dalam kitabnya bahwa jihad itu ada empat
macam: jihad dengan hati, jihad dengan lidah, jihad dengan
tangan dan yang terakhir jihad dengan pedang. Artinya, Ibnu
rusyd mengakui bahwa jihad perang hanya merupakan salah
satu makna saja dari sekian banyak makna.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Memaknai
jihad
sebagai
perang,
memang
bukanlah
pemahaman yang asing dalam tradisi islam. Bahkan hampir
seluruh literature islam ketika berbicara jihad tidak lepas dari
peperangan
menggunakan
dan
kata
pertempuran.
Al-Qital
Meskipun
sebagai
Al-Quran
padanan
kata,
pembakuan arti jihad hanya sebatas makna perang banyak
terdapat dalam kitab tafsir dan hadits. Sebagai contoh
misalnya Imam Ibnu Hajar Asqlani, seorang muhaditssin
terkenuka ketika mendefinisikan jihad sebagai badzl al juhud fi
qital al-kuffar (mengerahkan kemampuan dalam memerangi
orang kafir yang memerangi kita). Demikian juga Muhammad
bin Ismail Al-Kahlani pengarang kitab Subulu Salam Syarah
Kitab Bulugul Maram karya Imam Ibnu Hajar, mendefinisikan
jihad sebagai badzl al juhud fi qital al kuffar aw al bughat
(mengerahkan kesungguhan dalam memerangi orang kafir
dan pemberontak).
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Disamping pendapat para mufassir dan muhaditts yang
kebanyakan memaknai jihad sebagai perang. Mayoritas
ulama fikih juga sepakat mendefinisikan sebagai peperangan
melawan musuh agama. Hal ini disimpulkan oleh Dr. Wahba
Azzuhayli seorang ahli kontemporer dan zuhud dalam
bukunya Al fiqg Al Islam Wa adillatuh mengusulkan definisi
jihad
terlengkap
yaitu
mengerahkan
kemampuan
dan
kekuatan dalam memerangi dan melawan orang kafir yang
keras (harbi) dengan jiwa, harta dan lidah.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Mahmud bin Umar Al Bajuri seorang ulamah fikih Syafii,
menyatakan bahwa jihad bisa berarti perang fisik, tetapi ini
dikategorikan sebagai jihad kecil,
besar adalah
sedangkan jihad yang
kesungguhan untuk mensucikan
jiwa dan
menundukkan hawa nafsu. Olehnya Dr. Abdul Karim Zaidan
menjelaskan bahwa jihad kalau ditinjau dari segi alat yang
digunakan dalam berjihad, maka jihad itu diklasifikasikan
menjadi tiga macam, yaitu jihad dengan lisan, jihad dengan
harta dan jihad dengan jiwa. Akan tetapi, perlu diperhatikan
bahwa jihda dengan jiwa atau nyawa, baru dapat dilakukan
oleh orang islam, jika dibawah tekanan (pressure) orangorang zalim. Kenyataan ini tentu tidak bisa digunakan di
negara kita karena negara kita menurut Muktamar Nahdlatul
Ulama adalah Daaru Al Salam, begitu juga Muktamar
Muhammadiyyah “ Darul Ahdi Wa Syahadah” Olehnya, sesuai
dengan fatwa MUI memutuskan bahwa pelaku bom bunuh diri
adalah HARAM karena merupakan salah satu bentuk
tindakan yang mencelakan diri sendiri.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Ibnu Qoyyim Al Juziyah mengklasifikasikan makna jihad
menjadi empat kategori yaitu: Mujahadatun nafs, Mujahadatun
syaitan, Mujahadatun Munafiqin dan Muajahadatul kufar.
Masing-masing
bentuk
jihad
itu
mempunyai
tingkatan-
tingkatan,
Jihad melawan diri sendiri:
Jihad dengan mempelajari Agama yang benar=
Jihad dengan mengamalkan ilmu yang dipelajari
Jihad dengan menhajarkan ilmu yang telah dipeljari
kepada orang lain
Jihad dengan bersikap sabar ketika menerima ujian
dan cobaan.
Jihad melawan syaitan:
Jihad melawan syaitan yang berkaitan dengan
keimanan.
Jihad melawan godaan kehendak buruk dan
syahwat
Jihad melawan kaum kafir dan munafik:
Jihad dengan hati
Jihad dengan lisan
Jihad dengan harta
Jihad dengan jiwa
Hal yang saya sebutkan diatas, sesuai dengan yang
dikatakan oleh intelektual Muslim asal mesir, Tariq Ramadhan
yang mengungkapkan bahwa jihad adalah konsep dengan
banyak aspek. Untuk memahami jihad, seorang muslim harus
kembali pada diri sendiri “ dalam diri kita ada godaan untuk
melakukan kekerasan, kemarahan, dan pertengkaran. Itu
adalah nafsu alami manusia. Kita bisa melakukan kekerasan
tapi
dengan
kesadaran
penuh
kita
dapat
mengontrol
dorongan-dorongan jahat itu, konsep jihad bukanlah perang,
melainkan perdamaian”.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Marilah kita membumikan makna jihad di Indonesia dengan
mengarahkan segala kekuatan dan kemampuan untuk
memerangi hawa nafsu dan kemungkaran seperti Terorisme,
Kemaksiatan, Kebodohan, Kemiskinan.
Kebodohan adalah salah satu sebab dari kehancuran sebuah
bangsa. Bangsa yang bodoh adalah bangsa yang tidak akan
mampu menghadapi tantangan kehidupan yang senantiasa
bergerak secara dinamis. Dalam sejarah, betapa banyak
peristiwa kehancuran sebuah bangsa atau negeri yang
disebabkan oleh kebodohan dan ketinggalan penduduk dan
rakyatnya dalam membentuk peradaban. Islam tidak hanya
agama syariat, tetapi juga agama Tsaqafah (pedaban).
Berkaitan dengan hal ini, Hujjatul Islam Al Imam Abu Hamid Al
Ghazali (pengerang kitab Ihya Ulumuddin) pernah menuliskan
di dalam kitabnya bahwa manusia seluruhnya akan binasa
kecuali orang yang berilmu, dan orang yang berilmu
seluruhnya binasa kecuali orang yang mengamalkan ilmunya,
dan orang yang mengamalkan ilmunya akan binasa kecuali
orang yang ikhlas, dan orang yang yang ikhlas akan binasa
kecuali orang yang bertakwa. Olehnya, ajar anak kita dengan
ilmu agama dan ilmu umum secara berimbang.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Selain jihad melawan kebodohan, masalah yang irgent yang
dihadapi oleh negeri ini adalah masalah kemiskinan. Data
Badan Pusat Statistik pada sensus 2003, jumlah warga yang
tidak memiliki pekerjaan di indonesia 10,13 juta dan
diperkirakan meningkat di setiap tahunnya. Kita juga tahu
bahwa
hampir
(pembunuhan,
semua
persoalan
perampokan,
“patologi
pencurian,
sosial”
gelandangan,
prostitusi dan dekadensi moral serta pelanggaranb terhadap
norma masyarakat., hal itu semua bersumber dari satu sumur,
yang kita sebut sebagai sumur kemiskinan.
Teranglah bahwa titik tolak persoalanya adalah kemiskinan
dan ketidak berdayaan sebagian masyarakat kita. Kemiskinan
adalah sumber mata rantai lingkaran syaitan dalam persoalan
bangsa ini, baik yang bersifat makro maupun mikro. Ingatlah
Sabda rasul” Kaadal Faqru an yakuna kufra” Oleh karena itu,
kekafiran
harus
kita
perangi.
Jika
kemiskinan
dapat
diperangi, ,maka separuh masalah bangsa ini dapat diatasi.
‫هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد‬
Dengan demikian perang melawan kemiskinan bisa dengan;
Pertama, merevitalisasi lembaga-lembaga keagamaan islam
yang sudah ada di negara kita, di setiap pesantren ada Baitul
Maal Wa Tamwil, Alhamdulillah di Pondok Pesantren AlMawaddah Warrahmah sudah ada 1 unit. Kita harus ingat
bahwa dakwa tidak hanya bersifat formalisitik-ritualistik saja,
tetapi juga tentang hurriyah (freedom), masalih (benefit),
keadilan (fair and equality), ikhwah (muslim brotherhood or
sisterhood), dan perdamaian (peace).
Kedua, institutional building dan memberdayakan “filantropi
islam”, lembaga ini di indonesia kebanyakan menggunakan
instrument zakat, infaq, sadekah, dan wakaf. Sekedar
menyebutkan bahwa di daerah kolaka sudah ada Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) yang telah dikelola secara
professional. Dengan demikian, Menurut Ahmad Dahlan
“pendiri Muhammadiyyah’, semangat Al’Maun terus ada pada
diri kita dan selamat dari predikat “Pendusta Agama”
‫‪Khutbah Ke Dua Idul fitri‬‬
‫هللا اَ ْك ر×‪َ 7‬إااِلْ اَِّإاهللا هوهللا اَ ْك ر هللا اَ ْك ر و ِ‬
‫هلل اْحلَ ْم ِد اْحلَ ْم ُد‬
‫ُ َْ‬
‫َ ُ َُ ُ َْ ُ َْ َ‬
‫ِ‬
‫ص َّوَر اَ ْش َه ُد‬
‫تاداْألَ ْعيَ َ‬
‫هلل الَّ ِِ ْْ اَ َع َ‬
‫تاد َوَك َّرَر اَ ْْحَ ُدهُ ُس ْ َحتانَُْ اَن َخلَ َق َو َ‬
‫ِ ِ‬
‫تادةً يَثْ ُق ُ ِّ ِِبَتااْملِْي َزا ُن ِِف‬
‫اَ ْن َّإا الَْ اَّإا هللاُ َو ْح َد ُه َإا َش ِريْ َ‬
‫ك لَُْ َش َه َ‬
‫ِ‬
‫ْي‬
‫اْملَ ْح َ‬
‫َّ ِر َواَ ْش َه ُد اَ َّن َُُ َّم ًدا َع ْ ُد ُه َوَر ُس ْولُُْ اْملَْ ُع ْوذُ َر ْْحَةً لل َْعتال َِم ْْ‬
‫ِ‬
‫ِِ‬
‫ٍ‬
‫ِ‬
‫ص َحتابِ ِْ اْل َفتائِ ِزيْ َن‬
‫ص ِ ِّ َو َسل ْم َعلَ َسيِد ََن َُُ َّمد َو َعل الْ َواَ ْ‬
‫ال ُ‬
‫له َّم فَ َ‬
‫ِ‬
‫تاع تاد ِ‬
‫ِِب َّ ِ‬
‫هللا اَُِّ ُقوهللاَ فِ ْي َمتا اََم َر َوانْ تَ ُه ْوا‬
‫لَّ َرف َواْألَفْ َخ ِر اََّمتابَ ْع ُد فَ يَ َ َ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫َع َّمتانَ َه هللاُ َع ْنُْ َو َح َِ َر قَ َ‬
‫تال هللاُ َُ َع َتاَ ِِف اْل ُق ْران اْل َك ِرْْْي ا َّن هللاَ‬
‫ِ‬
‫َوَم َالئِ َكتَُْ يُ َ ُّ‬
‫صلُّ ْوا َعلَْي ِْ َو َسلِ ُم ْوا‬
‫ََّب ََّياَيُّ َهتاالَِّيْ َن َامنُ ْوا َ‬
‫صل ْو َن َعلَ النِ ْ‬
‫ِ‬
‫ِِ‬
‫ٍ‬
‫ِ‬
‫ص َحتابِ ِْ اَ ْْجَ ِع ْْْي‬
‫ص ِ ِّ َعلَ َسيِد ََن َُُ َّمد َو َعلَ الْ َواَ ْ‬
‫َُ ْسل ْي َمتا ال ُ‬
‫له َّم َ‬
‫تان اِ ََ ي وِم ِ‬
‫ِِ‬
‫ْي ومن َُِع ُهم ِبِِ ْحس ٍ‬
‫الديْ ِن َو ْارْحَْنَ َتام َع ُه ْم‬
‫َْ‬
‫َو َعلَ التَّتابع َْ َ َ ْ َ ْ‬
‫َ‬
‫ك َّياَرحم َّ ِ‬
‫اْحْي الله َّم ا ْغ ِفر لِل ِ‬
‫ِ ِ‬
‫تات‬
‫ْي َواْملُ ْسلِ َم ْ‬
‫ْم ْسل ِم َْ‬
‫ُ‬
‫الر ِ َْ‬
‫ْ ُ‬
‫ب َر ْْحَت َ َ ْ َ َ‬
‫تات اْألَحي ِتاء ِمن هم ِواَألَمو ْ ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ك ََِس ْيع قَ ِريْب‬
‫ات انَّ َ‬
‫َواْملُْؤمنِ َْ‬
‫ْي َواْملُْؤمنَ ْ ْ َ ْ ُ ْ‬
‫َْ‬
‫ت الله َّم انْصر من نَصر ِ‬
‫ِ‬
‫ُُِم ْيب َّ‬
‫الديْن‬
‫الد ْع َو َ‬
‫تاج ْ ُ‬
‫ات َوََّيقَتاض َي اْحلَ َ‬
‫ُْ َ ْ ََ‬
‫وا ْخ ُِ ْل من َخ َِ َل اْملُسلِ ِمْي و َد ِمر اَ ْع َداء ِ‬
‫الديْن واَ ْهلِ ِ‬
‫ك اْل َك َف َرَة‬
‫َْ‬
‫ْ َْ َ ْ‬
‫َ َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ك ا ََ ي وم ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫الديْ ِن َربَّنَتا اُِنَتا ِِف‬
‫َواْملُْ تَد َعةَ َواْملُ َّْ ِرك َْ‬
‫ْي َواَ ْع َم ِ ِّ اْل َكل َمت َ َ ْ‬
‫ِ‬
‫ِ ِ ِ‬
‫ِ‬
‫تاد هللا اِ َّن‬
‫اب النَّتا ِر عَ َ‬
‫سنَةً َوقنَتا َع َِ َ‬
‫سنَةً َوِف اْألخ َرة َح َ‬
‫الدُّنْ يَتا َح َ‬
‫هللا َيْمر ِِبْلع ْد ِل واِِْل ْحس ِ‬
‫َّ ِتاء‬
‫تان َواِيْ تَ ِتاء ِذى اْل ُق ْرََب َويَ ْن َه َع ِن اْل َف ْح َ‬
‫َ َ ُُ َ َ َ‬
‫َواْملُْن َك ِر َواْلَ ِغ ْي يَ ِعُِ ُك ْم ل ََعلَّ ُك ْم َُ َِ َّك ُرْو َن فَتاذْ ُك ُر هللاَ اْ َلع ِِ ْي ِم يَ ِْ ُك ُرُك ْم‬
‫وا ْدعوا يست ِجب لَ ُكم ولِ ُِ ْكر ِ‬
‫هللا اَ ْكَ ْر َوهللاُ يَ ْعلَ ُم َمتاَُ ْسنَ ُع ْو َن‬
‫َ ُْ َ ْ َ ْ ْ َ ُ‬
Download