hubungan asupan niasin dan vitamin c dengan

advertisement
HUBUNGAN ASUPAN NIASIN DAN VITAMIN C DENGAN
KOLESTEROL TOTAL DARAH PADA PASIEN
PENYAKIT JANTUNG DI POLI JANTUNG
RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2014
R.A.Fika Lutfiyanika*, Tetes Wahyu W**, Meriwati**
* Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu
** Dosen Pembimbing Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu
ABSTRAK
Latar Belakang: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa penyakit
jantung merupakan salah satu masalah penting kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut
data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus penyakit jantung dan pembuluh
darah di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 26,8%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
2013, prevalensi kejadian penyakit jantung di Bengkulu yaitu 5%. Penyakit jantung adalah
suatu penyakit yang dapat dicegah, dimana 50% kematian dini dapat dicegah dengan upayaupaya pencegahan mengenai perubahan gaya hidup yaitu pola makan. Tujuan: Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan niasin dan vitamin C dengan
kolesterol total darah pada pasien penyakit jantung di poli jantung RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2014. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan
pengambilan sampel teknik simple random sampling yaitu cara pengambilan sampel yang
dilakukan secara acak sederhana dan proporsional (berimbang). Analisis univariat
menggunakan metode statistik,dan analisis bivariat menggunakan uji korelasi. Sampel
berjumlah 78 orang. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang
bermakna dengan p value = 0.0005 (< 0.05), pada variabel asupan niasin dan vitamin C
dengan kolesterol total darah pada pasien penyakit jantung di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2014. Kesimpulan: Kolesterol total darah memiliki korelasi negatif dengan hubungan
yang kuat dengan asupan niasin, sedangkan vitamin C memilki korelasi negatif dengan
hubungan yang sedang.
Kata Kunci: Niasin, Vitamin C, Kolesterol Total Darah
PENDAHULUAN
Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung
dan pembuluh darah. Jantung yang
merupakan organ pemompa serta pembuluh
darah yang merupakan pipa yang panjang
mempunyai peranan dalam pengedaran
oksigen, zat makanan, hasil metabolisme dan
hormon ke dalam sel-sel tubuh. Penyakit
kardiovaskuler adalah masalah yang serius
dan penyakit ini merupakan salah satu
penyebab kematian di dunia (Pearce, 2000).
Berdasarkan data WHO (2011) bahwa
penyakit jantung merupakan penyebab
kematian nomor satu di dunia. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia menyatakan
penyakit jantung merupakan salah satu
masalah penting kesehatan masyarakat di
Indonesia. Berdasarkan Riskesdas 2007,
prevalensi penyakit jantung secara nasional
adalah 7,2%, yang mana memiliki proporsi
sebesar 4,6 % dari seluruh penyakit
Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Gizi
1
penyebab kematian di Indonesia. Ketua
Umum
Yayasan
Jantung
Indonesia
menyatakan bahwa kasus penyakit jantung
dan pembuluh darah di Indonesia pada tahun
2011
mencapai
26,8%
(Kementrian
Kesehatan RI, 2008).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013,
prevalensi kejadian penyakit jantung di
Bengkulu yaitu 5% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data Medical Record RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu pada tahun 2011 tercatat
jumlah kunjungan pasien sebanyak 3268
orang yang mengalami penyakit jantung.
Pada tahun 2012 terdapat 3461 orang pasien.
Sedangkan pada tahun 2013 yaitu terhitung
dari bulan januari-september 2013, tercatat
jumlah kunjungan pasien jantung sebanyak
2309 orang. Semua fakta tersebut
menunjukkan bahwa ancaman penyakit
jantung
semakin
nyata
dan
terus
menunjukkan peningkatan.
Kolesterol sangat dibutuhkan untuk
memperoleh kesehataan yang optimal. Bila
kadar kolesterol didalam darah terlalu tinggi
akan terjadi pengendapan pada dinding
pembuluh
darah,
dan
ini
dapat
mengakibatkan resiko tinggi terhadap
penyakit jantung (Vella, 2001). Pengendalian
kadar kolesterol dalam tubuh sangat
diperlukan. Salah satu faktor yang dapat
mengendalikan kadar kolesterol ini adalah
asupan zat gizi. Sejumlah penelitian
mendapatkan hasil bahwa niasin dan vitamin
C
masing-masing
berperan
dalam
metabolisme lemak untuk menurunkan kadar
kolesterol jahat, yakni LDL dan triglyserida,
serta meningkatkan kadar HDL, hingga bisa
mengurangi penyakit pembuluh darah dan
jantung koroner (Naland, 2003).
Niasin mampu menurunkan Lp (a),
kolesterol LDL, dan trigliserida serta
meningkatkan
kolesterol
HDL
dan
meningkatkan ukuran partikel LDL, yang
kesemuanya dibutuhkan untuk perubahan
antiaterosklerotik. Niasin terdapat pada
bahan makanan sumber protein hewani
contohnya daging, ikan, ayam, telur, dan
makanan sumber protein hewani lainnya.
Namun data dari Riskesdas 2007 untuk
provinsi Bengkulu konsumsi protein
perkapita perhari masih rendah yaitu 45,9
dibandingkan dengan rata-rata Indonesia
yaitu 55,5 (Riskesdas, 2007).
Vitamin C (asam askorbat) sudah sejak
lama dikenal sebagai salah satu anti oksidan
yang berguna membantu reaksi hidroksilasi
dalam pembentukan garam empedu. Dengan
meningkatnya pembentukan garam empedu
maka ekskresi kolesterol meningkat sehingga
dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
Bahan makanan sumber vitamin C adalah
sayuran dan buah-buahan, akan tetapi
menurut data dari Riset Kesehatan Dasar RI
tahun 2013, prevalensi kurang makan
sayuran dan buah-buahan di Provinsi
Bengkulu tergolong cukup tinggi yaitu
sebesar 95 % (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan
survei
pendahuluan
penelitian yang dilakukan
terhadap 10
pasien penyakit jantung di poli jantung
RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu, didapatkan
hasil bahwa seluruh asupan niasin pasien
dibawah angka kecukupan dengan rata-rata
asupan niasin yaitu 5,1 mg. Untuk asupan
vitamin C, sebanyak 8 pasien masih
memiliki asupan dibawah angka kecukupan
dengan rata-rata asupan seluruh pasien yaitu
61,3 mg. Dan rata-rata kadar kolesterol total
darah berada diatas nilai normal (200 mg/dl)
yaitu 247,7 mg/dl.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analitik deskriptif
dengan pendekatan potong lintang (cross
sectional). Penelitian yang dilakukan untuk
mempelajari hubungan antara asupan niasin
dan vitamin C dengan kolesterol total darah
pada pasien penyakit jantung di Poli Jantung
RSUD. DR. M. Yunus Bengkulu, dengan
melakukan ffq semi kuantitatif terhadap
asupan makan pasien.
Populasi pada penelitian ini yaitu
berdasarkan data kasus baru pada semester I
(Januari-Juni) tahun 2013 diperoleh jumlah
pasien penyakit jantung sebanyak 1147
orang. Pengambilan sampel dalam penelitian
Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Gizi
2
ini menggunakan teknik Simple Random
Sampling yaitu 78 orang.
Data asupan niasin dan vitamin C
diperoleh
dengan
cara
melakukan
wawancara kepada pasien atau keluarganya
yang dianggap mampu memberikan data
yang diperlukan. Data yang diambil dengan
wawancara adalah data asupan gizi mikro
yang meliputi niasin dan vitamin C
menggunakan form FFQ (Food Frequency
Questioner) semi kuantitatif. Data kadar
kolesterol diperoleh dari rekam medik RSUD
Dr. M.Yunus Bengkulu.
Analisa data dilakukan dengan cara
deskriptif dan analitik (korelasi pearson),
dengan derajat kepercayaan 95%, I = 0,05,
bermakna, bila p < 0,05, menggunakan
komputer program SPSS for window versi
10.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Distribusi Kadar Kolesterol
pada Pasien Penyakit Jantung
Variabel
Mean
Kolesterol
Median
SD
Min
Maks
230
31.4
160
301
229.
Total Darah
3
Sumber : Data Penelitian, 2014
Tabel 4.1 memperlihatkan hasil bahwa
kolesterol total darah pasien penyakit jantung
rata-rata yaitu 229.3 mg/dl, terendah 160
mg/dl, dan tertinggi 301 mg/dl. Terlihat
bahwa sebagian besar yaitu 50 pasien
memiliki kolesterol total darah yang berada
diatas nilai normal yaitu 200 mg/dl.
Tabel 4.2 Distribusi Asupan Niasin pada
Pasien Penyakit Jantung berdasarkan
Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Jenis
Kel.
Kelamin
Umur
L
P
Mean
Median
SD
Min Maks
19-29
6.35
6.35
3.60
3.80
8.90
30-49
6.35
5.75
2.73
1.90
11.5
50-64
6.18
5.70
2.41
2.70
10.5
19-29
1.40
1.40
1.40
1.40
1.40
30-49
6.04
5.30
3.00
2.03
14.3
50-64
6.27
6.30
2.18
2.60
10.2
Sumber : Data Penelitian, 2014
Tabel 4.2 memperlihatkan hasil bahwa
asupan niasin pasien laki-laki kelompok
umur 19-29 tahun yaitu rata-rata 6.35 mg,
terendah 3.80 mg, dan tertinggi 8.90 mg.
Untuk kelompok umur 30-49 tahun yaitu
rata-rata 6.35 mg, terendah 1.90 mg, dan
tertinggi 11.5 mg. Dan untuk kelompok
umur 50-64 tahun yaitu rata-rata 6.18 mg,
terendah 2.70 mg, dan tetinggi 10.5 mg.
Terlihat bahwa seluruh sampel laki-laki yang
berjumlah 43 orang tidak ada yang sesuai
dengan angka kecukupan yang dianjurkan.
Pada pasien yang berjenis kelamin
perempuan, dari kelompok umur 19-29 tahun
hanya terdapat 1 pasien dengan asupan niasin
yaitu 1.40 mg. Asupan niasin pada kelompok
umur 30-49 tahun yaitu rata-rata 6.04 mg,
terendah 2.03 mg, dan tertinggi 14.3 mg.
Untuk kelompok umur 50-64 tahun yaitu
rata-rata 6.27 mg, terendah 2.60 mg, dan
tertinggi 10.2 mg. Pada tabel terlihat bahwa
rata-rata asupan niasin pada pasien
perempuan yaitu 33 orang dari 35 orang
masih kekurangan asupan niasin, namun
terdapat juga asupan niasin yang berada
diatas kecukupan yaitu pada pasien
perempuan kelompok umur 30-49 tahun dan
50-64 tahun yang masing-masing berjumlah
1 orang.
Tabel 4.3 Distribusi Asupan Vitamin C
pada
Pasien
Penyakit
Jantung
berdasarkan
Jenis
Kelamin
dan
Kelompok Umur
Jenis
Kel.
Kelamin
Umur
L
P
Mean
Median
SD
19-29
59.7
59.7
3.60
30-49
71.4
70.2
50-64
67.6
71.5
19-29
70.5
30-49
67.3
50-64
71.1
Min
Maks
48.9
70.5
21.4
38
118.8
19
27.8
96.4
70.5
70.5
70.5
70.5
77.2
22.8
28.8
114.4
70.8
14.8
38.9
94.4
Sumber : Data Penelitian, 2014
Tabel 4.3 memperlihatkan hasil bahwa
asupan vitamin C pasien laki-laki kelompok
umur 19-29 tahun yaitu rata-rata 59.7 mg,
terendah 48.9 mg, dan tertinggi 70.5 mg.
Untuk kelompok umur 30-49 tahun yaitu
rata-rata 71.4 mg, terendah 38 mg, dan
tertinggi 118.8 mg. Dan untuk kelompok
umur 50-64 tahun yaitu rata-rata 67.6 mg,
terendah 27.8 mg, dan tetinggi 96.4 mg.
Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Gizi
3
Terlihat bahwa sebagian besar atau sebanyak
38 pasien laki-laki dari 43 pasien laki-laki
yang diteliti memiliki asupan dibawah
kecukupan, namun terdapat juga asupan
vitamin C pasien yang berada diatas
kecukupan yaitu pada kelompok umur 30-49
tahun berjumlah 2 orang dari 14 orang dan
50-64 tahun berjumlah 3 orang dari 27
orang. Pada pasien yang berjenis kelamin
perempuan, dari kelompok umur 19-29 tahun
hanya terdapat 1 pasien dengan asupan
vitamin C yaitu 70.5 mg. Asupan vitamin C
pada kelompok umur 30-49 tahun yaitu ratarata 67.3 mg, terendah 28.8 mg, dan tertinggi
114.4 mg. Untuk kelompok umur 50-64
tahun yaitu rata-rata 71.1 mg, terendah 38.9
mg, dan tertinggi 94.4 mg. Sebagian besar
atau sebanyak 19 orang dari 35 orang yang
diteliti tidak memenuhi angka kecukupan
yang dianjurkan. Sedangkan asupan vitamin
C yang berada diatas angka kecukupan
terdapat pada kelompok umur 30-49 tahun
yaitu berjumlah 10 orang dari 19 orang dan
pada kelompok umur 50-64 tahun yaitu
berjumlah 6 orang dari 15 orang yang
diteliti.
Tabel 4.4 Analisis Hubungan antara
Asupan Niasin dengan Kadar Kolesterol
Total
Variabel
Variabel
Dependen
Independen
Kolesterol
Asupan
Total Darah niasin
Nilai P
0.005
Nilai r
Pearson Correlation
- 0,536
Sumber : Data Penelitian, 2014
Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara asupan
niasin dengan kolesterol total darah.
Sedangkan jika dilihat dari nilai r maka
dapat
disimpulkan
bahwa
kekuatan
hubungan antara asupan niasin dengan
kolesterol total darah memiliki hubungan
yang kuat dengan arah hubungan negatif,
artinya semakin tinggi asupan niasin maka
semakin rendah kolesterol total darah.
Tabel 4.5 Analisis Hubungan antara
Asupan Niasin dengan Kolesterol Total
Darah Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur
Var.dep
Var.Ind
JK
n
Nilai P
Nilai r
19-29
2
-
-
30-49
14
0.029
- 0.581
Asupan
50-64
27
0.005
- 0.790
niasin
19-29
1
-
-
30-49
19
0.005
- 0.782
50-64
15
0.090
- 0.453
L
Kolesterol
Total
Darah
Kel.
p
Umur
Sumber : Data Penelitian, 2014
Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara asupan
niasin dengan kolesterol total darah pada
laki-laki kelompok umur 30-49 tahun dan
50-64 tahun. Sedangkan jika dilihat dari nilai
r maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan
hubungan antara asupan niasin dengan
kolesterol total darah pada laki-laki
kelompok umur 30-49 tahun memiliki
hubungan yang kuat dengan arah hubungan
negatif. Dan pada kelompok umur 50-64
tahun jika dilihat dari nilai r maka dapat
disimpulkan bahwa kekuatan hubungan
antara asupan niasin dengan kolesterol total
darah memiliki kekuatan hubungan yang
sangat kuat/sempurna dengan arah hubungan
negatif artinya semakin tinggi asupan niasin
maka semakin rendah kolesterol total darah.
Pada pasien dengan jenis kelamin
perempuan kelompok umur 30-49 tahun
memperlihatkan ada hubungan yang
bermakna antara asupan niasin dengan
kolesterol total darah, sedangkan jika dilihat
dari nilai r maka dapat disimpulkan bahwa
kekuatan hubungan antara asupan niasin
dengan kolesterol total darah memiliki
hubungan yang sangat kuat/sempurna
dengan arah hubungan negatif, artinya
semakin tinggi asupan niasin maka semakin
rendah kolesterol total darah.
Tabel 4.6 Analisis Hubungan antara
Asupan Vitamin C dengan Kolesterol
Total Darah
Variabel
Dependen
Kolesterol
Total Darah
Variabel
Independen
Asupan
vitamin C
Nilai P
0.005
Nilai r
Pearson Correlation
- 0.412
Sumber : Data Penelitian, 2014
Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Gizi
4
Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara asupan
vitamin C dengan kolesterol total darah.
Sedangkan jika dilihat dari nilai r maka
dapat
disimpulkan
bahwa
kekuatan
hubungan antara asupan vitamin C dengan
kolesterol total darah memiliki hubungan
yang sedang dengan arah hubungan negatif,
artinya semakin tinggi asupan vitamin C
maka semakin rendah kolesterol total darah.
Sedangkan jika dilihat dari nilai r maka
dapat
disimpulkan
bahwa
kekuatan
hubungan antara asupan vitamin C dengan
memiliki hubungan yang sedang dengan arah
hubungan negatif, artinya semakin tinggi
asupan vitamin C maka semakin rendah
kolesterol total darah.
Tabel 4.7 Analisis Hubungan antara
Asupan Vitamin C dengan Kadar
Kolesterol Total
Var.dep
Var.Ind
JK
L
Kolesterol
Asupan
Total
vitamin
Darah
C
P
Kel.
Umur
n
Nilai P
-
Nilai r
19-29
2
30-49
14
0.140 - 0.415
50-64
27
0.008 - 0.497
19-29
1
30-49
19
0.005 - 0.745
50-64
15
0.171 - 0.373
-
-
-
Sumber : Data Penelitian, 2014
Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara asupan
vitamin C dengan kolesterol total darah pada
laki-laki kelompok umur 50-64 tahun.
Sedangkan jika dilihat dari nilai r maka
dapat
disimpulkan
bahwa
kekuatan
hubungan antara asupan vitamin C dengan
kolesterol total darah memiliki hubungan
yang sedang dengan arah hubungan negatif.
Pada pasien dengan jenis kelamin
perempuan kelompok umur 30-49 tahun
memperlihatkan ada hubungan yang
bermakna antara asupan vitamin C dengan
kolesterol total darah, sedangkan jika dilihat
dari nilai r maka dapat disimpulkan bahwa
kekuatan hubungan antara asupan vitamin C
dengan kolesterol total darah memiliki
hubungan yang sangat kuat/sempurna
dengan arah hubungan negatif, artinya
semakin tinggi asupan niasin maka semakin
rendah kolesterol total darah.
PEMBAHASAN
Hubungan
Asupan
Niasin
dengan
Kolesterol Total Darah
Hasil uji korelasi atau hubungan antara
asupan niasin dengan kolesterol total darah
menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara asupan niasin dengan kolesterol total
darah. Dengan kekuatan hubungan yang kuat
dan berpola negatif, artinya semakin tinggi
asupan niasin semakin rendah kolesterol total
darah. Sedangkan hasil uji korelasi hubungan
asupan niasin dengan kolesterol total darah
berdasarkan jenis kelamin dan kelompok
umur menunjukkan bahwa tidak seluruhnya
memiliki hubungan yang bermakna.
Salah satu kegunaan utama niasin adalah
kemampuannya untuk meningkatkan tingkat
sirkulasi dari HDL dan apoplipoprotein
utama, ApoA-I. Niasin juga dapat
mengurangi de novo sintesis trigliserida
dalam hati dengan menghambat enzim yang
mengkatalisis reaksi terminal dalam sintesis
trigliserida
seluler,
diasilgliserol
acyltransferase 2 (DGAT2). Penurunan
sintesis trigliserida di hati memiliki efek
penting pada lipoprotein lain. Dengan
demikian
produksi
partikel
VLDL
tergantung pada sintesis trigliserida di hati,
dan IDL dan LDL berasal dari VLDL (Ganji
et al, 2004). Terapi niasin memperbaiki
fungsi pembuluh darah perifer endotel dan
meningkatkan endotel nitrat oksida sintase
protein. Selanjutnya, dalam sistem in vitro,
niasin telah terbukti memiliki antioksidan
dan sifat anti-inflamasi (Kuvin et al, 2002).
Penelitian telah membuktikan bahwa ada
hubungan asupan niasin dengan kolesterol
total darah setelah dilakukan uji korelasi.
Namun
adapula
responden
yang
mengkonsumsi bahan makanan tinggi niasin
tetapi masih memiliki kolesterol total darah
yang tinggi ataupun sebaliknya, yang berarti
bahwa niasin tidak berpengaruh signifikan
terhadap kolesterol total darah responden
karena pada penelitian ini tidak diteliti
Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Gizi
5
asupan lain yang dapat mempengaruhi
kolesterol total darah tersebut.
Selanjutnya, tingkat konsumsi niasin
pasien salah satunya dapat dipengaruhi oleh
faktor pengetahuan. Sebagian besar pasien
belum mengetahui manfaat dari niasin itu
sendiri. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
penyuluhan secara berkala yang dilakukan
oleh pihak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Terdapat
juga
hal-hal
lain
yang
mempengaruhi kolesterol total darah
diantaranya umur, jenis kelamin, faktor pola
makan, kebiasaan, dll. Karena pada beberapa
responden asupan niasin tidak berpengaruh
signifikan terhadap kolesterol total darah,
responden dengan asupan niasin yang cukup
tapi memilki kolesterol total darah yang
tinggi, begitu juga sebaliknya. Salah satu
penyebabnya mungkin adalah faktor-faktor
diatas. Oleh karena itu, hasil penelitian ini
memiliki beberapa faktor lain yang dapat
berpengaruh diluar dari variabel yang diteliti.
Hubungan Vitamin C dengan Kolesterol
Total Darah
Hasil uji korelasi atau hubungan antara
asupan vitamin C dengan kolesterol total
darah menunjukkan adahubungan yang
bermakna antara asupan vitamin C dengan
kolesterol total darah. Dengan kekuatan
hubungan yang sedang dan berpola negatif,
artinya semakin tinggi asupan vitamin C
semakin rendah kolesterol total darah.
Sedangkan hasil uji korelasi hubungan
asupan vitamin C dengan kolesterol total
darah berdasarkan jenis kelamin dan
kelompok umur menunjukkan bahwa tidak
seluruhnya memiliki hubungan yang
bermakna.
Vitamin C merupakan komponen penting
dalam pemecahan kolesterol. Vitamin C
dapat mengurangi kadar kolesterol dan
trigliserida darah. Kolesterol akan sulit
dikeluarkan bila vitamin C di dalam tubuh
sedikit sehingga dapat menyebabkan kadar
kolesterol darah meningkat (Hull,1993).
Penelitian menunjukkan bahwa vitamin C
memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya
aterosklerosis. Vitamin
C
mempunyai hubungan dengan metabolisme
kolesterol.
Kekurangan
vitamin
C
menyebabkan
peningkatan
sintesis
kolesterol. Peran Vitamin C dalam
metabolisme kolesterol adalah melalui cara:
1) vitamin C meningkatkan laju pembuangan
kolesterol dalam bentuk asam empedu, 2)
vitamin C meningkatkan kadar HDL,
tingginya kadar HDL akan menurunkan
resiko menderita penyakit aterosklerosis, 3)
vitamin C dapat berfungsi sebagai pencahar
sehingga dapat meningkatkan pembuangan
kotoran dan hal ini akan menurunkan
pengabsorbsian kembali asam empedu dan
konversinya menjadi kolesterol (Khomsan,
2010).
Studi yang dilakukan WHO meyimpulkan
bahwa
progresi
pengapuran
koroner
bertambah sebesar 3% per tahun sejak usia
seseorang melewati 20 tahun. Kenyataan ini
membuktikan
bahwa
progresivitas
pengapuran pembuluh koroner sesungguhnya
memang menggulir secara tersembunyi dan
menimbulkan bahaya yang bersifat laten. Ini
membuktikan bahwa vitamin C berperan
sebagai homeostatis untuk mencapai.
Konsumsi vitamin C 1g per hari setelah tiga
bulan akan menurunkan kolesterol 10% dan
trigliserida 40% (Khomsan, 2010).
Mekanisme bagaimana asam askorbat
dapat
mempengaruhi
perkembangan
aterosklerosis dan kejadian koroner akut
termasuk efek pada dinding arteri integritas
terkait dengan biosintesis kolagen dan GAG,
metabolisme kolesterol diubah dimediasi
oleh vitamin C dengan mengkonversi
kolesterol menjadi asam empedu dan berefek
pada kadar trigliserida melalui aktivitas
modulasi lipoprotein lipase. Mekanisme
untuk efek anti-aterogenik vitamin C adalah
pencegahan modifikasi aterogenik dan
oksidatif LDL. Disfungsi endotel dan
peroksidasi lipid merupakan peristiwa
penting dalam inisiasi, progresi, dan
pecahnya plak ateromatosa. Hasil lipid
peroksidasi dari stres oksidatif meningkat.
Demikian dengan endotel, baik metabolik
dan fungsi antioksidan dapat berkontribusi
Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Gizi
6
pada kemungkinan penurunan risiko CVD
dengan vitamin C (Darko et al, 2002).
Penelitian telah membuktikan bahwa ada
hubungan asupan vitamin C dengan
kolesterol total darah setelah dilakukan uji
korelasi. Namun adapula responden yang
mengkonsumsi bahan makanan tinggi
vitamin C tetapi masih memiliki kolesterol
total darah yang tinggi, ataupun sebaliknya
yang berarti bahwa disini vitamin C tidak
berpengaruh signifikan terhadap kolesterol
total darah responden karena pada penelitian
ini tidak diteliti asupan lain yang dapat
mempengaruhi kolesterol total darah
tersebut.
Selain mengkonsumsi vitamin C banyak
faktor lain yang dapat mempengaruhi
kolesterol total darah diantaranya umur, jenis
kelamin, pola makan, kebiasaan, dll. Jadi
dibutuhkan juga gaya hidup yang baik serta
ketepatan pemilihan bahan makanan pada
pasien agar dapat mengendalikan kolesterol
total darah yang dimiliki.
KESIMPULAN
1. Rata-rata asupan niasin pasien penyakit
jantung di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
dibawah angka kecukupan.
2. Rata-rata asupan vitamin C pasien
penyakit jantung di RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu dibawah angka kecukupan.
3. Rata-rata kolesterol total darah pada
pasien penyakit jantung di RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu tergolong tinggi.
4. Ada hubungan yang signifikan antara
asupan niasin dengan kolesterol total
darah pada pasien penyakit jantung di
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun
2014 (p value = 0.005).
5. Ada hubungan yang signifikan antara
asupan vitamin C dengan kolesterol total
darah pada pasien penyakit jantung di
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun
2014 (p value = 0.005).
stress and endothelial function in Type II
diabetes. Clinical Science 2002;103;339344.
Ganji SH, Tavintharan S, Zhu D, Xing Y,
Kamanna VS, Kashyap ML. Niacin
noncompetitively inhibits DGAT2 but not
DGAT1 activity in HepG2 cells. J Lipid
Res 2004; 45: 1835–45.
Hull A, 1993. Penyakit Jantung, Hipertensi
dan Nutrisi. Penerjemah : Wendra Ali,
Bumi Aksara, Jakarta.
Kementrian
Kesehatan
RI
.2008.
http://www.depkes.go.id.
2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen
Kesehatan,
Republik
Indonesia.
Khomsan, A. 2010. Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan. Bogor: Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Kuvin JT, Ramet ME, Patel AR et al.: A
novel mechanism for the beneficial
vascular effects
of
high-density
lipoprotein
cholesterol:
enhanced
vasorelaxation and increased endothelial
nitric oxide synthase expression. Am.
Heart J. 144, 165– 172 (2002).
Naland, Henry. 2003. Kombucha Teh Ajaib
Pencegah Dan Penyembuh Aneka
Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen
Kesehatan,
Republik
Indonesia.
.
DAFTAR PUSTAKA
Darko D, Dornhorst A, Kelly FJ, Ritter JM,
Chowienczyk PJ. Lack of effect of oral
vitamin C on blood pressure, oxidative
Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Gizi
7
Download