Full Text - EJournal Stikes PPNI Bina Sehat Mojokerto

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KETUBAN MEKONIUM DENGAN KEJADIAN
ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
Yufi Aris Lestari*, R. Luluk Arzukah**
STIKes Dian Husada Mojokerto
ABSTRACT
Meconium and amniotic newborn asphyxia cause high infant mortality rate.
The condition of the baby is experiencing fetal distress before birth and due suck
thick meconium into the lungs may experience an inability to breathe
spontaneously and regularly in the first minute after birth. This study aimed to
determine the relationship between amniotic meconium with newborn asphyxia.
This study used a correlational design with retrospeksif approach. The
population of 132 respondents. Variable research is meconium and amniotic
newborn asphyxia. Samples were taken with a total sampling, data collection
using medical record data is written in the observation sheet. Test the relationship
of two variables with a correlation coefficient of contingency (C).
The results showed 69 respondents (52%) newborns with meconium
amniotic mild asphyxia (AS 7-10) number of 68 respondents (51.5%), moderate
asphyxia (AS 4-6) number of 61 respondents (46.2%) and severe asphyxia occurs
in three respondents (4.3%) with amniotic meconium. Test results obtained
statistics there are strong positive relationship between amniotic fluid and
meconium in the newborn asphyxia with significance level / significance 0,000(α
<0.05) and correlation coefficient = 0.341 contingency.
Based on these results, the necessary training and seminars to improve the
skills of health workers, so that the handling and care of the newborn with
amniotic meconium who suffered asphyxia, can be dealt with quickly and
precisely, so that the death of a newborn baby can be minimized.
Keywords: amniotic meconium, asphyxia, newborn
mendapatkan
PENDAHULUAN
Ketuban Mekonium merupakan
masalah
yang
selalu
perhatian
perawat
dalam penanganan segera melakukan
menjadi
penyedotan cairan ketuban yang
perhatian karena menjadi salah satu
terdapat pada saluran pernafasan dan
penyebab utama kematian neonatal.
melakukan
Ketuban Mekonium adalah cairan
Penilaian
amnion
mengandung
penilaian SCOR DOWN ,melakukan
mekonium terjadi pada gawat janin
resusitasi pada bayi baru lahir karena
yang di sebabkan oleh beberapa
asfiksia neonatorum yang terjadi
faktor antara lain ; partus lama,
pada bayi ketuban mekonium dapat
lilitan tali pusat, ketuban pecah dini,
memperberat prognosa bayi tersebut
postmatur atau usia kehamilan lebih
dan dapat menyebabkan kematian.
yang
dari 37 – 42 minggu, toxemia
gravidarum
dan
(Prawiroharjo,
2010).
lainnya
pemantauan
APGAR
dengan
SCOR
dan
Menurut laporan dari Organisasi
Kesehatan
Dunia,
yaitu
World
Ketuban
Health Organisasi (WHO, 2007),
mekonium dan asfiksia bayi baru
bahwa setiap tahunnya kira-kira 3%
lahir menja di penyebab tingginya
(3,6
angka kematian bayi (AKB) di
mengalami asfiksia. Hampir 1 juta
Indonesia. Karena kondisi bayi sudah
bayi ini kemudian meninggal. Di
mengalami gawat janin sebelum lahir
Indonesia dari seluruh kematian bayi,
dan akibat menghisap mekonium
sebanyak 57% meninggal pada masa
kental
dapat
bayi baru lahir (usia dibawah 1
ketidakmampuan
bulan) dan setiap 6 menit terdapat 1
masuk dalam
mengalami
paru
juta)
120
juta
bayi
pada menit-menit pertama kelahiran,
kematian bayi baru lahir di Indonesia
yang di sebut asfiksia neonatorum.
adalah bayi berat badan lahir rendah
Fakta di lapangan kejadian asfiksia
(29%), asfiksia (27%), dan lain-
neonatorum seringkali terjadi pada
lainnya 44% (JNPK-KR,
bayi yang ketubannya mekonium.
Angka kematian bayi di Propinsi
Hal tersebut merupakan masalah
Jawa Timur pada tahun 2006 sebesar
penting
35/1000 kelahiran hidup. Pada tahun
harus
segera
meninggal.
bayi
bernafas secara spontan dan teratur
yang
lahir
dari
Penyebab
2008).
2008 menjadi 32,2/1000 kelahiran
yang mempengaruhi antara lain;
hidup. Angka kematian neonatal
partus lama, fetal distress, ketuban
sebesar 21/1000 kelahiran hidup
pecah
(SDKI, 2007). Penyebab kematian
postmatur atau usia kehamilan lebih
bayi kebanyakan BBLR (41,39%),
dari
asfiksia
gravidarum
(19%),
infeksi
(4,92%),
dini,
lilitan
37–42
tali
minggu,
pusat,
Toxemia
dan
lainnya
trauma lahir (12,79%), insidens air
(Prawiroharjo, 2010) sehingga bayi
ketuban keruh terjadi pada 6%-25%
di
kelahiran hidup, namun tidak semua
mengalami kondisi stress atau gawat
neonatus
janin sebelum lahir ini dapat terjadi
yang mengalami AKK
berkembang
menjadi
SAM.
dalam
akibat
kandungan
kekurangan
maka
anus)
akan
sphincter
menghirup mekonium sewaktu di
terbuka atau otot menutup anus
dalam rahim atau saat napas pertama,
melemah sehingga terjadi mekonium
sedangkan
yang
Menurut (Mansjoer, 2005). Bayi
mempunyai AKK 11% berkembang
lahir mengalami kesulitan bernafas
menjadi
berbagai
pada menit-menit awal kelahiran
derajat (Sari, 2009). Pada studi
karena akibat ketuban mekonium di
pendahuluan di
hisap bayi masuk dalam paru-paru,
bulan
SAM
Mei
dengan
Ruang Perinatal
2014,
didapatkan
(otot
O2
Neonatus dengan AKK 2%-36%
neonatus
ani
sudah
maka kekurangan O2 terjadi hipoksia
kelahiran dengan ketuban mekonium
sehingga
10 bayi dan mengalami asfiksia 6
neonatorum. Berbagai faktor yang
bayi (60%). Sedangkan dari data
menyebabkan
kematian bayi pada bulan Mei 2014
asfkisia di antaranya persalinan lama,
di RSU Dr. Wahidin 1 bayi yang
oligohydramnion, kehamilan lewat
lahir dengan ketuban mekonium ,
waktu/postterm, pre-eklampsi dan
neonatus aterm, asfiksia, MAS dan
faktor
sepsis.
mekonium bayi baru lahir mengalami
Ketuban mekonium adalah Air
mengalami
bayi
lain.
asfiksia
Akibat
neonatorum,
suatu
asfiksia
mengalami
ketuban
yang
ketuban yang berwarna hijau di
merupakan
kejadian
sebabkan karena beberapa faktor
kedaruratan neonatal dan sangat
berisiko untuk terjadinya kematian
kebelakang
(Hidayat, 2005).
data dimulai dari efek atau akibat
Penatalaksaan
artinya
pengumpulan
untuk
yang telah terjadi. Kemungkinan dari
menurunkan bayi baru lahir (BBL)
efek tersebut di telusuri penyebabnya
karena asfiksia, persalinan harus
atau
dilakukan oleh tenaga kesehatan
mempengaruhi
yang
(Notoatmodjo, 2003)
memiliki
kemampuan
dan
variable-variable
yang
tersebut.
ketrampilan
manajemen
asfiksia
Populasi target dalam penelitian
pada
baru
(BBL).
ini adalah semua bayi yang lahir di
Manajemen asfiksia pada bayi baru
Ruang Perinatal RSU Dr.Wahidin
lahir (BBL), difokuskan pada :
Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
menyiapkan resusitasi, mengambil
Sampel Penelitian
bayi
keputusan
lahir
dilakukan
Sampel dalam penelitian ini
resusitasi, asuhan pasca resusitasi
mengunakan total sampling yaitu
dan pencegahan infeksi (JNPK-KR,
bayi yang lahir pada bulan mei - -
2008). Oleh karena itu erat kaitannya
oktober 2015 di Ruang Perinatal
antara ketuban mekonium terhadap
RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo
kejadian asfiksia bayi baru lahir.
Kota Mojokerto.
Maka
perlunya
penulis
tertarik
untuk
Teknik
sampling
melakukan penelitian lebih lanjut
digunakan
dalam
penelitian
yaitu mengenai hubungan ketuban
adalah Total Sampling.
yang
ini
mekonium dengan kejadian asfiksia
Penelitian direncanakan pada
bayi baru lahir di Ruang Perinatal
bulan November 2015 - Maret 2016
RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo
dengan melihat data rekam medik
Kota Mojokerto.
pada 1 Mei – 31 Oktober 2014 di
Ruang Perinatal RSU Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
METODE PENELITIAN
Penelitian
penelitian
pendekatan
ini
merupakan
korelasional
retrospeksif
dengan
yaitu
penelitian yang berusaha melihat
HASIL PENELITIAN
1. Kejadian Ketuban Mekonium
No
1
2
Jenis ketuban
Ketuban tidak
mekonium
Ketuban
mekonium
Total
N
63
%
48 %
69
52 %
132
100 %
3. Hubungan Ketuban Mekonium
dengan Kejadian Asfiksia Bayi
Baru Lahir.
Jenis
ketuban
Sumber : data sekunder rekam medik
2014
Berdasarkan tabel di atas
Menunjukkan lebih dari setengah
responden
mekonium
ketubannya
sejumlah
69
Ketuban
tidak
mekonium
Ketuban
mekonium
Total
Kejadian Asfiksia Bayi Baru
Lahir
Asfiksia
Asfiksia
Asfiksi
ringan
sedang
a berat
(AS 7 –
(AS 4 –
(AS 0 –
10)
6)
3)
N
%
N
%
N %
44 69.8 19 30.2 0
0
24
34.8
42
60.9
3
68
51.5
61
46.2
3
4.
3
2.
3
responden (52 %).
Tabulasi
2. Kejadian Asfiksia Bayi Baru
Lahir
No
1
2
3
Kejadian
Asfiksia Bayi
Baru Lahir
Asfiksia Ringan
(AS 7 – 10)
Asfiksia Sedang
(AS 4 – 6)
Asfiksia Berat
(AS 0 – 3)
Total
N
%
terlihat
pada
tabel
yang
di
atas
menunjukkan bahwa hubungan
ketuban
mekonium
dengan
68
51.5 %
kejadian asfiksia bayi baru lahir
61
46.2 %
yaitu asfiksia ringan terjadi pada
3
2.3 %
24 responden (34.8%) dengan
132
100 %
Sumber : data sekunder rekam medik
2014
Berdasarkan
silang
di
atas
ketuban
mekonium.
Asfiksia
sedang terjadi pada 42 responden
(60.9%)
dengan
ketuban
Kejadian Asfiksia Bayi Baru
mekonium. Sedangkan Asfiksia
Lahir berdasarkan apgar skor
berat terjadi pada 3 responden
sebagian besar adalah Asfiksia
(4.3%)
Ringan (AS 7 – 10) sejumlah 68
mekonium.
dengan
ketuban
(51.5 %) dan
Berdasarkan hasil analisa
Asfiksia Sedang (AS 4 – 6)
data dengan tingkat kemaknaan /
sejumlah 61 responden (46.2 %).
signifikansi
responden
menunjukkan
0,000
<
0,05,
bawah
ada
hubungan
antara
ketuban
mekonium
dengan
kejadian
Tot
al
%
63
100
69
100
132
100
asfiksia bayi baru lahir. Hasil
besar (BAB). Faktor penyebab
korelasi koefisien kontingensi (ρ)
ketuban mekonium antara lain :
0,341, yang menyatakan bahwa
gangguan yang terjadi pada tali
terdapat hubungan cukup kuat
pusat yang mengganggu aliran
antara ketuban mekonium dengan
darah misalnya lilitan tali pusat,
kejadian asfiksia bayi baru lahir
ketuban pecah dini atau ketuban
pecah prematur, usia kehamilan
PEMBAHASAN
yang lewat waktu (> 41 minggu),
1. Kejadian Ketuban Mekonium
Pada Bayi Baru Lahir
Berdasarkan
toxemia gravidarum.
di
atas
didapatkan hasil bahwa
lebih
dari setengah (52%) bayi baru
lahir
di Ruang perinatal RSU
Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota
Mojokerto
oligohidramnion, partus lama dan
ketubannya
mekonium yaitu sejumlah 69
bayi.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa bayi yang
mendapatkan ketuban mekonium
lebih dominan dari pada bayi
yang mengalami ketuban normal.
Walaupun tidak diketahui secara
pasti
penyebab
ketuban
mekonium yang terjadi pada tiapMenurut Altshuler (2004)
mekonium berasal dari produk
sisa pencernaan bayi (BAB) yang
berada dalam ususnya. Berwarna
hijau karena memang pewarnaan
hijau yang berasal dari hasil
pencernaan
si
bayi
yang
disebabkan oleh empedu bayi.
Mekonium ini seharusnya tidak
keluar secara langsung tetapi
diserap sedikit demi sedikit oleh
tubuh bayi. Baru setelah bayi
lahir, keluar sebagai buang air
tiap
responden
yang
mengalaminya,
namun
penanganan yang dilakukan pada
bayi yang mengalami ketuban
mekonium dilakukan penanganan
berdasarkan
prosedur
seperti
membersihkan dan mengeringkan
badan bayi, membersihkan jalan
nafas, menjalankan perawatan
intensif untuk
neonatal
pada
ruangan khusus atau Neonatal
Intensive Care Unit (NICU).
Meskipun
tidak
diketahui
penyebab pasti kejadian bayi
diketahui setelah bayi dilahirkan
yang
sehingga si ibu tidak mengetahui
mengalami
ketuban
mekonium, namun terdapat data
dan
yang dapat dikaitkan dengan
penanganan
kejadian
Tingginya
ketuban
mekonium
tidak
bisa
melakukan
secara
angka
dini.
ketuban
seperti yang paling tinggi adalah
mekonium pada kelahiran bayi
Ketuban Pecah Prematur (KPP)
lebih banyak diakibatkan oleh
sebesar 32%, partus lama sebesar
faktor ibu, selain terjadi kelainan
23% dan post date sebesar 11%.
pada tali pusat dan kesulitan saat
Faktor-faktor
diatas
proses kelahiran yang tidak bisa
dapat
diprediksi, kemungkinan ketuban
menyebabkan
mekonium juga diakibatkan oleh
secara
tersebut
akumulatif
berkontribusi
terjadinya
ketuban
mekonium
faktor kelelahan dari si ibu atau
pada bayi. Seperti pada kasus
kurangnya persiapan fisik dan
ketuban
yang
mental ibu untuk melahirkan
menjadi
bayinya. dimana dijaman modern
stress. Pada kondisi stres di
ini ibu rumah tangga menjalani
dalam
pecah
menyebabkan
dini
bayi
kandungan,
bayi
serangkaian aktivitas yang cukup
oksigen
maka
melelahkan ditambah lagi dengan
kekurangan
sphincter ani (otot anus) akan
beban
terbuka atau otot yang mengatur
tersebut
penutupan anus akan melemah
makanan yang penuh dengan
dan terbuka, sehingga terjadi
pengawet dan pewarna
mekonium yang akan mengotori
lingkungan yang banyak polusi
air ketuban. Karena mekonium
dari
berwarna hijau maka otomatis air
mungkin
ketuban pun akan hijau.
faktor pencetus terjadinya stress
Selain
itu
pekerjaan
apabila
bekerja.
asap
Paparan
kendaraan
menjadi
ibu
salah
juga
yang
satu
ketuban
pada ibu sehingga menyebabkan
mekonium tidak bisa dideteksi
stress pada janin yang pada
secara nyata pada waktu masih
akhirnya menyebabkan ketuban
didalam kandungan dan baru
mekonium.
2. Kejadian Asfiksia Bayi Baru
gemelli, berat badan janin lebih
Lahir di Ruang Perinatal
Berdasarkan
asfiksia
kejadian
bayi
pusat antara janin dan jalan lahir,
baru
lahir
kecil
dari
standart
(IUGR),
anomali congenital, persalinan
berdasarkan apgar skore di ruang
prematur,
perinatal
presentasi, dan lain-lain) serta
adalah
lebih dari setengah
asfiksia
ringan
serotinus,
jenis
yaitu
faktor persalinan (partus lama,
sebesar 68 bayi (51,5%) dan
partus tindakan) (Winkjosastro,
hampir
2007).
setengah
mengalami
asfiksia sedang sejumlah 61 bayi
(46,2%).
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa bayi yang
Asfiksia adalah keadaan
mengalami asfiksia ringan lebih
dimana bayi tidak dapat segera
dominan, namun hal tersebut
bernafas
tidak
secara
spontan
dan
dapat
dianggap
sepele
teratur setelah lahir. Hal ini
karena bayi yang mengalami
disebabkan oleh hipoksia janin
asfiksia sedang masih cukup
dalam uterus dan hipoksia ini
tinggi yaitu sebanyak 46,2% dan
berhubungan
faktor
dengan
faktor-
yang mengalami asfiksia berat
timbul
dalam
sebesar 2,3%. Banyaknya bayi
yang
kehamilan, persalinan atau segera
yang
lahir (Sarwono, 2002). Terdapat
dimungkinkan
beberapa
faktor antara lain faktor ibu dan
faktor
etiologi
dan
mengalami
asfiksia
oleh
predisposisi terjadinya asfiksia,
janin.
antara lain hipoksia ibu, faktor
menunjukkan
placenta
(23%) mengalami partus lama,
(solutio
plasenta,
Hasil
beberapa
post
penelitian
16 responden
pendarahan pada plasenta previa,
dan
plasenta tipis, plasenta kecil,
responden (16 %) selain itu juga
plasenta tak menempel
pada
terdapat ibu
yang mengalami
tempatnya), faktor janin (tali
preeklampsi
ringan-berat
pusat menumbung, tali pusat
sebanyak 4 orang (6%). Faktor
melilit ke leher, kompresi tali
janin
juga
date
sebanyak
didukung
11
dengan
terdapat 2 responden (3%) yang
atau tidak, buka jalan nafas
mengalami lilitan tali pusat dan 1
dengan cara meletakkan bayi
responden (1,4%) plasenta previa
secara
imatur.
dengan
Kondisi
tersebut
telentang
leher
atau
agak
miring
ekstensi/
menyebabkan penurunan suplai
tengadah, hisap cairan dari mulut
darah pada uterus berkurang dan
dan
berakibat pada penurunan perfusi
bercampur
darah pada paru bayi sehingga
cairan dari trakea, selanjutnya
oksigenasi ke jaringan tubuh
menjaga
terganggu dan bayi mengalami
dengan cara meletakkan bayi di
asfiksia. Yang terpenting adalah
dalam
bagaiamana
membungkus
kita
dapat
hidung,
bila
ketuban
mekonium,
bayi
infant
hisap
tetap
hangat
warmer
bayi
atau
dengan
melakukan penanganan asfiksia
handuk dan selimut hangat dan
tersebut secara cepat dan tepat
yang terakhir adalah pemberian
sehingga
tidak
tindakan VTP (Ventilasi Tekanan
dan segera
Positif) serta pemberian obat-
asfiksia
berlansung lama
teratasi. Bayi yang mengalami
obatan
asfiksia
penatalaksanaan
ditempat
penelitian
penunjang.
Dengan
yang
tepat
langsung mendapatkan perawatan
asfiksia dapat ditangani dengan
yang intensif mulai dari tindakan
tepat dan kematian
membersihkan dan mengeringkan
lahir dapat diturunkan.
bayi
dengan
kain
melakukan
kering,
resusitasi,
menempatkan diruangan
hangat
dan
perkembangan
yang
3. Hubungan Antara
selama
Ketuban
Mekonium Dengan Kejadian
Asfiksia Bayi Baru Lahir.
mencatat
bayi
bayi baru
Berdasarkan
analisa
data
dengan
hasil
tingkat
mendapatkan perawatan intensif.
kemaknaan / signifikansi 0,000 <
Setelah
0,05, menunjukkan bawah ada
bayi
lahir
segera
diidentifikasi atau dikenal secara
hubungan
antara
ketuban
cepat supaya tidak di bedakan
mekonium
dengan
kejadian
antara bayi yang perlu resusitasi
asfiksia bayi baru lahir. Hasil
korelasi koefisien kontingensi (ρ)
sehingga
0,341, yang menyatakan bahwa
neonatorum.
terdapat hubungan
cukup kuat
mengalami
Kondisi
bayi
asfiksia
yang
antara ketuban mekonium dengan
mengalami ketuban mekonium
kejadian asfiksia bayi baru lahir
mempunyai kemungkinan besar
Hasil
penelitian
mengalami
asfiksia
sedang
menunjukkan kesesuaian antara
bahkan berat. Kondisi asfiksia
fakta dilapangan dengan teori
dapat menyebabkan komplikasi
yang
oleh
seperti apne kejang, hipertensi,
Prawiroharjo (2010) di mana
hipotensi, nekrosis tubuler akut
Ketuban mekonium dan asfiksia
dan
bayi baru lahir menjadi penyebab
Penanganan secara cepat pada
tingginya angka kematian bayi
bayi asfiksia ditempat penelitian
(AKB) di
Indonesia. Karena
sudah dilakukan sesuai SOP yang
sudah mengalami
terdapat dirumah sakit sehingga
gawat janin sebelum lahir dan
dapat meminimalisir terjadinya
akibat
kematian
dikemukakan
kondisi bayi
menghisap
mekonium
kondisi
bahaya
pada
bayi
kental masuk dalam paru dapat
mempunyai kegawatan
mengalami
berupa asfiksia.
ketidakmampuan
bernafas
secara
spontan
teratur
pada menit – menit
neonatorum.
yang
nafas
dan
pertama kelahiran, yang di sebut
asfiksia
lain.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hidayat
Berdasarkan hasil penelitian
(2005) juga menyatakan ketuban
dengan
mekonium
ketuban mekonium dengan kejadian
lahir
menyebabkan bayi
mengalami
judul
hubungan
antara
kesulitan
asfiksia bayi baru lahir di Ruang
bernafas pada menit-menit awal
Perinatal RSU Dr. Wahidin Sudiro
kelahiran karena akibat ketuban
Husodo Kota Mojokerto pada 132
mekonium di hisap bayi masuk
responden melalui data sekunder
dalam
didapatkan
paru-paru,
maka
kekurangan O2 terjadi hipoksia
berikut :
kesimpulan
sebagai
1. Lebih dari setengah bayi baru
kehamilan tentang kebutuhan
lahir yang di rawat di Ruang
nutrisi ibu dan bayi dan juga
Perinatal RSU Dr. Wahidin
kebutuhan
Sudiro Husodo
pemberian
mekonium
ketubannya
yaitu sejumlah
69 responden (52 %)
sebagian
apgar
besar
dengan
leaflet
dan
pemasangan banner di tempat
tunggu pasien dan keluarga,
2. Asfiksia Bayi Baru Lahir
berdasarkan
lainnya
skor
adalah
Asfiksia Ringan (AS 7 – 10)
supaya meminimalkan resiko
bayi lahir dengan ketuban
mekonium dan asfiksia.
2. Masyarakat
sejumlah 68 responden (51.5
Manyarakat khususnya ibu
%) dan Asfiksia Sedang (AS
hamil
4 – 6) sejumlah 61 responden
ilmu tentang kehamilan dan
(46.2 %).
persalinan
3. Terdapat
kuat
hubungan
antara
cukup
ketuban
lebih
meningkatkan
sehingga
mengalami
tidak
keterlambatan
untuk
mendapatkan
mekonium dengan kejadian
pelayanan
asfiksia bayi baru lahir di
bener-benar membutuhkan
Ruang
Perinatal
RSU
kesehatan
saat
3. Peneliti Selanjutnya
Dr.Wahidin Sudiro Husodo
Hasil penelitian ini dapat
Kota
dijadikan data dasar untuk
Mojokerto
dengan
tingkat
dilakukan
penelitian
kemaknaan/signifikansi 0,000
lanjut tentang asfiksia pada
< 0,05 dan korelasi koofisien
bayi
kontigensi (ρ) 0,341.
ketuban
selain
dari
mekonium
lebih
faktor
yaitu
seperti dari faktor ibu dan
faktor janin.
Saran
1. Rumah Sakit
Pihak Rumah Sakit harus
memberikan edukasi pada ibu
yang
masih
menjalani
DAFTAR PUSTAKA
Aliyah Anna, dkk. 1997. Resusitasi
Neonatal.
Jakarta
:
Perkumpulan
perinatologi
Indonesia (Perinasia).
Altshuler,
Sanlialpc.
2004.
Assesment of the Visual
Diagnosis
of
Mekonium
Stained
Amniotic
Fluid.
Pakimed Sci.
Arikunto, S. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta : PT Rineka
Cipta
Depkes RI. 2008. Pencegahan dan
Penatalaksanaan
Asfiksia
Neonatorum.
Jakarta
:
Kementrian Kesehatan RI.
Hidayat. 2005. Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba
Medika
Keperawatan
Indrasanto Eriyanti, dkk. 2008. Paket
Pelatihan
Pelayanan
Obstetridan
Neonatal
Emergensi
Komprehensif
(PONEK)
:
Asuhan
Keperawatan Esensial. Jakarta
: Bina Pelayanan Medik &
JNPK-KR.
Mansjoer A.,2005. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
Manuaba, IBG, 2002. Gawat –
Darurat,
Ginekologi
dan
Obstetri – Genekologi untuk
Profesi bidan, Jakarta : EGC
Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan,
Penyakit
Kandungan
dan KB. Jakarta : EGC
Marjono AB. 2008. Resusitasi dan
Perawatan Intensif Neonatus.
Jakarta : FKUI.
Marks AD, Divon MY., 1992 :
Longitudidal study of amniotic
fluit index in post date
pregnancy. Obstetri Gynecol.
Nazir. 2005. Metodologi Penelitian.
Bogor : Ghalia Pustaka Utama.
Notoatmodjo. 2003. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis dan
Instrumen
Penelitian
Keperawatan.
Jakarta
:
Salemba Medika.
Prawirohardjo,S.
2009.
Ilmu
Kebidanan. Jakarta : Yayasan
Bina
Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo,S. 2010. Buku Acuan
Neonatal Pelayanan Kesehatan
Maternal
dan
Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Rohsiswatmo, Rinawati. 2012. Atasi
Keracunan
Meconium
:
Departemen Kesehatan Anak
FKUI.
Saifuddin. 2002. Buku Acuan
Pelayanan
.Kesehatan
Maternal
dan
Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Setiadi. 2007.Konsep dan Penelitian
Riset
Keperawatan. Edisi
pertama. Yogyakarta : Graha
ilmu
Steven P. Shelov, dkk. 2005. The
American
Academy
of
Pediatrics : Panduan Lengkap
Perawatan untuk Bayi dan
Balita. Jakarta : Arcan.
Sugiono. 2007. Statistik Non
parametric Untuk Penelitian.
Cetakan 7. Bandung: CV
Alfabeta
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan. Edisi 4.
Jakarta: EGC
Download