Bab V Analisis Kredit

advertisement
BAB V
ANALISIS KREDIT
A. ASPEK-ASPEK KREDIT
Dalam dunia bisnis, perusahaan yang berhutang merupakan hal yang wajar. Bahkan
kalau dicermati dalam laporan keuangan, hampir tidak ada perusahaan yang tidak
memiliki hutang. Bahkan pemerintah dengan giat memberikan bantuan-bantuan dana
yang bersifat lunak kepada usaha kecil menengah (UKM) agar UKM dapat bertahan
melalui lembaga perbankan. Dalam pemberian kredit, paling tidak ada dua pihak yang
terkait, yaitu debitur (lembaga yang memberikan pinjaman) dan kreditur
(lembaga/perseorangan yang meminjam dana).
Fungsi bank pemerintah adalah untuk memberikan pelayanan kepada
pemerintah, dunia usaha dan perorangan. Kegiatan yang penting adalah membiayai
proyek – proyek pembangunan yang bertujuan menggairahkan industri baru maupun
yang sedang berkembang, dalam wujud menyediakan dana atau pemberian kredit.
Di satu sisi, perusahaan yang kesulitan dalam pendanaan dapat mengajukan
kredit di bank. Banyak lembaga perbankan yang menawarkan kredit dengan bunga yang
sangat menarik, bonus yang menarik. Bahkan beberapa bank akan meningkatkan jumlah
kreditnya apabila kreditur membayar kredit dengan lancar. Namun demikian,
perusahaan harus selektif dalam memilih lembaga kredit. Perusahaan harus berhitung
secara masak agar tidak terjebak dalam hutang.
Untuk itu perusahaan harus melakukan perhitungan-perhitungan secara masak.
Bagiamana arus kas yang akan datang, kemampuan perusahaan membayar kembali
kreditnya, apakah pinjaman lebih menguntungkan dari pada penambahan modal
sendiri? Bagaimana prospek tambahan investasi tersebut di masa yang akan datang?
Bagaimana pangsa pasar perusahaan setelah ada tambahan investasi? Dan sebagainya.
Di sisi lain, bagi perbankan, pemberian kredit ini mengandung tingkat resiko
(degree of risk) tertentu. Untuk menghindari ataupun untuk memprkecil resiko kredit
yang mungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai oleh bank atas dasar
syarat–syarat bank yang terkenal dengan 5C yaitu :
1. Character
Bank mencari data – data tentang sifat – sifat pribadi, watak, dan kejujuran dari
pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajban finansial – finansialnya.
Adapun beberapa petunjuk bagi bank untuk megetahui karakter nasabah adalah :
a. Mengenal dari dekat.
b. Mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur dalam
perbankan.
94
c. Mengumpulkan keterangan dan meminta pendapat dari rekan – rekannya,
pegawai, dan saingannya mengenai reputasi, kebiasaan pribadi, pergaulan
sosial, dll.
2. Capacity
Ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya, baik
kemampuan dalam hal manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya.
Untuk itu bank harus memperhatikan :
a. Angka – angka hasil produksi.
b. Angka – angka penjualan dan pembelian.
c. Perhitungan laba rugi perusahaan saat ini dan proyeksinya.
d. Data – data finansial diwaktu yang lalu, yang tercermin di dalam laporan
keuangan perusahaan, sehingga dengan demikian dapat diukur kemampuan
perusahaan calon penerima kredit untuk melaksanakan rencana kerjanya di
waktu yang akan datang dalam hubungannya dengan penggunaan kredit
tersebut.
3. Capital
Ini menunjukkan posisi finansial perusahaan secara keseluruhan yang
ditunjukkan oleh ratio finansialnya dan penekanan pada komposisi “ tangible net
worth”nya. Dalam hal ini bank harus mengetahui bagaimana perimbangan antara
jumlah hutang dan jumlah modal sendiri.
Untuk itu bank harus :
a. Menganalisis neraca selama sedikitnya dua tahun terakhir.
b. Mengadakan analisis ratio untuk mengetahui : likuiditas, solvabilitas, dan
rentabilitas dari perusahaan calon peminjam kredit.
4. Collateral
Collateral berarti jaman. Ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan
sebagai jaminan atas kredit yang diberikan oleh bank. Untuk itu bank harus :
a. Meneliti mengenai pemilikan jaminan tersebut.
b. Mengukur stabilitas dari pada nilainya.
c. Mengukur kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu relatif singkat
tanpa terlalu mengurangi nilainya.
d. Memperhatikan pengikatan barang yang benar – benar menjamin
kepentingan bank sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
5. Condition
Bank harus melihat kondisi ekonomi secra umum serta kondisi pada sektor usaha
si peminta kredit. Untuk itu bank harus memperhatikan :
a. Keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan usaha calon
peminjam.
95
b. Kondisi uasha calon peminjam, perbandingannya dengan usaha sejenis
lainnya di daerah dan lokasi lingkungannya.
c. Keadaan pemasaran dari hasil usaha calon peminjam.
d. Prospek usaha di masa yang akan datang untuk kemungkinan bantuan kredit
dari bank.
e. Kebijaksanaan pemerintah yang berpengaruh terhadap prospek industri
dimana perusahaan pemohon kredit termasuk didalamnya.
Disamping formula “ 5C “ tersebut diatas, di dalam pemberian kredit bank akan
memperhatikan aspek – aspek pertimbangan kredit untuk menilai kelayakan suatu
usaha yang akan dibiayai oleh kredit bank.
Secara umum aspek – aspek pertimbangan kredit tersebut meliputi :
1. Aspek umum
Meneliti masalah – masalah :
a. Bentuk, nama dan alamat perusahaan
b. Susunan manajemen
c. Bidang usaha
d. Keterangan tentang jumlah pegawai/buruh
e. Kebangsaan
f. Bank langganan
g. Bagan organisasi
2. Aspek ekonomi/komersil
Meliputi masalah :
a. Pemasaran dan keadaan harga
b. Persaingan
c. Jumlah penjualan dari tiap – tiap jenis produk
d. Cara penjualan
e. Taksiran permintaan
3. Aspek teknik
Meliputi :
a. Bahan baku dan penolong yang dibutuhkan
b. Tanah dan tempat pabrik
c. Bangunan (milik, umur, sewa, harga)
d. Urut – urutan proses produksi
e. Perincian mesin dan peralatan
f. Jumlah produksi
g. Tersedianyan tenaga kerja (keahlian, pendidikan, tingkat upah)
h. Lain- lain misalnya tenaga penggerak (disel/PLN) tersedianya air
(sumur/PAM)
96
4. Aspek Yuridis
Memenuhi ketentuan hukum yang berlaku termasuk izin yang diperlukan.
5. Aspek kemanfaatan dan keempatan kerja
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
a. Manfaat ekonomi bagi penduduk dan pengaruhnya terhadap struktur
ekonomi setempat.
b. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh proyek yang bersangkutan.
c. Termasuk sektor yang diprioritaskan oleh pemerintah.
6. Aspek keuangan
Aspek untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, serta stabilitas
usaha, selain itu juga akan dapat diketahui berapa lama suatu investasi akan
dapat dikembalikan.
Hal – hal yang perlu dinilai dalam penilaian aspek finansial suatu permohonan
kredit :
a. Neraca dan laporan laba / rugi
b. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja.
c. Rencana penerimaan dan pengeluaran kas (cash budget)
d. Proyeksi dan laporan keuangan
e. Penilaian proyek investasi
f. Perhitungan kebutuhan kredit
g. Rencana angsuran kredit
B. PENILAIAN LAPORAN KEUANGAN
Cara yang umum diterima untuk meneliti keadaan keuangan seorang nasabah,
yaitu dengan jalan memperoleh Neraca, Laporan Laba / Rugi dan keterangan – keterang
an lainnya. Sebaiknya diusahakan agar diperoleh laporan keuangan yang sudah diaudit,
karena auditor dapat memberikan pandangan yang bebas tentang keadaan keuangan
nasabah sebagai hasil dari pemeriksaannya terhadap pembukuan nasabah.
Sebelum melangkah dalam penilaian neraca dan laporan laba / rugi, maka perlu
diperhatikan apakah data yang disajikan sudah sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi
yang berlaku dan terjamin kebenarannya. Sedapat mungkin diperoleh laporan keuangan
untuk bebrapa periode atau minimal laporan keuangan dua periode terakhir. Tergadap
laporan keuangan ini antara lain dapat diterapkan teknik analisis sebagai berikut :
1. Analisis per pos / komponen
Adakah suatu kegiatan meneliti atau menganlisa masing – masing pos yang ada
dalam neraca maupun laporan laba / rugi. Misalnya analisis terhadap pos piutang
dagang, (a) harus diperoleh daftar nama, alamat, jumlah piutang dan analisis
menurut umur (age analysis); terutama untuk piutang – piutang yang jumlahnya
97
besar, (b) Analisis mutu dari piutang tersebut untuk tahun terakhir dan tahun
sebelumnya (berapa % piutang yang baik, cukup, lemah dan kecil – kecil), (c)
Bagaimana kegiatan penagihan yang dilakukan perusahaan, (d) Sebutkan pula
syarat penjualan daerah penjualan, (e) Tentukan kecukupan cadangan kerugian
piutang dan lain sebagainya.
2. Analisis pressentase per komponen
Dalam teknik ini laporan keuangan disajikan dalam prosentase – prosentase yaitu
prosentase dari masing – masing pos neraca terhadap total aktiva, sedangkan
untuk pos – pos laporan laba rugi prosentase dihitung terhadap jumlah penjualan
bersih.
Dengan cara ini akan diketahui tentang :
a. Tingkat investasi pada masing – masing pos (over investment atau sebaliknya
under investment)
b. Strutur permodalan
c. Jumlah atau prosentase dari ssetiap rupiah penjualan yang terserap dalam
tiap – tiap jenis biaya.
3. Analisis perbandingan
Dalam anlisa ini kita mengadakan perbandingan pos – pos dalam neraca dan
laporan rugi laba dari suatu periode dengan periode lainnya (periode yang
berurutan). Dengan analisis ini akan dapat diketahui perubahan – perubahan
yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
Dalam penelitian terhadap suatu perubahan maka harus diperhatikan perubahan
yang terjadi dalam pos – pos yang lain yang mempunyai hubungan yang logis /
erat dengan pos yang bersangkutan.
4. Analisis ratio
Ratio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu pos atau
kelompok pos yang lain baik yang tercantum dalam neraca maupun dalam
laporan laba rugi.
Dengan mengadakan analisi ratio akan dapat diketahui posisi keuangan
nasabah/calon peminjam kredit. Dibawah ini akan diuraikan beberapa ratio yang
penting dalam hubungannya dengan kepentingan analisis kredit.
a. Ratio Likuiditas
Ratio untuk mengetahui kewajiban finansial pada saat ditagih. Ratio – ratio
likuiditas antara lain :
1) Current Ratio : ratio antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
2) Cash Ratio
: ratio antara (kas + bank) dengan hutang lancar.
3) Quick ratio : ratio antara (aktiva lancar – persediaan) dengan hutang
lancar.
98
4) Inventory of working capital : ratio antara (persediaan dengan aktiva
lancar –hutang lancar) atau ratio antara persediaan
dengan modal kerja.
b. Ratio Laverage
Ratio untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang. Dengan mengetahui laverage ratio akan dapat dinilai; posisi perusahaan
terhadap seluruh kewajiban yang bersifst tetap, keseimbangan antara aktiva
tetap dengan modal.
Laverage ratio antara lain :
1) Debt to equity ratio
Yaitu ratio antara total hutang dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan hutang.
2) Current liabilites to net worth
Yaitu ratio antara hutang lancar dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan bahwa dana – dana pinjaman segera akan ditagih ada
sekian kalinya modal sendiri.
3) Tangible asset debt coverage
Yaitu ratio antara aktiva tetap dengan hutang jangka panjang.
Ratio ini menunjukkan besarnya setiap rupiah aktiva tetap berwujud yang
digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang.
4) Long term debt to equity ratio
Yaitu ratio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan bebrapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan hutang jangka panjang.
5) Debt service
Yaitu ratio antara (EBIT – Pajak + bunga) dengan (angsuran kredit + bunga)
Ratio ini menunjukkan laba operasi ada sekian kallinya kewajiban membayar
angsuran kredit beserta bunganya (semakin kecil ratio maka makin besar
resikonya).
4. Ratio aktivitas
Yaitu ratio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
sehari – hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang,
atau pemanfaatan aktiva yang dimiliki.
Ratio aktivitas terdiri dari :
a. Perputaran persediaan (inventory turn over)
Yaitu ratio antara penjualan dengan rata – rata persediaan yang dinilai
berdasar harga jual atau kalau memungkinkan ratio ini dihitung dengan
99
memperbandingkan antara harga pokok penjualan dengan rata – rata
persediaan. Ratio ini menunujukkan berapa kali dana yang ditanam dalam
persediaan ini berputar dalam satu tahun / periode. Makin besar turn over
berarti makin baik.
b. Average collection period
Yaitu ratio antara piutang dengan penjualan neto per hari secara kredit. Ratio
ini menunjukkan berapa lamanya dana peruashaan ditanamkan dalam
komponen piutang atau berapa lama peride penagihan piutang. Dari artio ini
akan dapat diketahui likuiditas piutang. Maka makin ratio makin baik.
c. Perputaran aktiva tetap (fixed asset turn over)
Yaitu ratio antara penjualan neto dengan aktiva tetap. Ratio ini menunjukkan
berapa kai dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu
periode.
d. Perputaran modal kerja (Working capital turn over)
Yaitu ratio antara penjualan neto dengan modal kerja. Ratio ini menunjukkan
berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam satu
periode, atau jumlah penjualan yang bisa dicapai oleh setiap rupiah modal
kerja.
5. Ratio rentabilitas
Yaitu ratio – ratio yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
untuk memperoleh keuntungan.
Ratio – ratio yang dapat digunakan untuk menilai rentabilitas antara lain :
a. Profit margin
Dalam hubungannya antara profit margin dengan penjualan.
b. Return of invesment
Yaitu ratio antara laba operasionil dengan total aktiva (%). Ratio ini
menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan (modal asing dan
modal sendiri). Makin tinggi ratio semakin baik.
c. Return of equity
Yaitu ratio antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan produktivotas dari dana – dana pemilik perusahaan di
dalam perusahaannya sendiri. Ratio ini juga menunjukkan rentabilitas dan
sfisiensi modal sendiri. Makin tinggi ratio ini maka akan semakin baik karena
posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat atau rentabilitas modal
sendiri semakin kuat.
d. Laba per lembar saham
100
Yaitu ratio antara laba dengan lembar saham yang beredar. Ratio ini akan
memberikan gambaran kepada pemegang saham tentang keuntungan yang
akan diperoleh (seandainya bank akan menanamkan dalam bentuk saham).
Dengan mengadakan anlisis ratio akan dapat diketahui posisi keuangan
perusahaan, lebih–lebih ratio dari bebrapa tahun, maka akan dapat diketahui
perkembangan atau kecenderungan posisi keuangan perusahaan. Tetapi perlu
diingat bahwa hasil analisis tersebut bukanlah merupakan suatu alat yang dapat
memberikan jawaban yang pasti untuk keputusan akhir pemberian kredit.
Bidang– bidang lain juga dapat diteliti dengan seksama dan analisis ratio haruslah
hanya dianggap sebagai langkah permulaan dari proses pengambilan keputusan
untuk memberikan kredit.
Ada tiga hal yang menjadi tujuan dari dilakukannya analisis kredit ini di antaranya
yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana kebutuhan
dana tersebut dibelanjai / dipenuhi.
2. Untuk mengetahui dari mana dan untuk apa dana tersebut.
3. Untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam pemanfaatan dana yang
dimiliki.
C. ANALISIS BREAK EVEN (BEP = titik impas)
Analisis Break Even adalah teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya
tetap, biaya variabel, laba dan volume penjualan. Analisis break even disebut juga
profit planning approach karena bisa untuk memperkirakan laba yang diinginkan
dalam jangka pendek
Asumsinya:
1. semua biaya harus bisa dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel
2. harga juagl per unit tidak berubah
3. hanya ada satu jenis produk, jika lebih maka sales mixnya atetap konstan
4. kebijakan manajemen tidak berubah
Untuk mencari Break Even Point dalam satuan dapat digunakan rumus-rumus
sebagai berikut:
Atau
101
Contoh:
Diketahui laba rugi sebuah perusahaan sebagai berikut:
Penjualan (200.000 @ Rp 250,00)
= Rp 50.000.000,00 = 100%
Jumlah biaya variabel
= Rp 26.000.000,00 = 52%
Marginal income
= Rp 24.000.000,00 = 48%
Total biaya tetap
= Rp 18.000.000,00 = 36%
Laba
= Rp 6.000.000,00 = 12%
Dari data di atas maka dapat dicari BEPnya dengan cara:
Biaya variabel per satuan dapat dicari dengan cara:
Break even point dalam rupiah dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
BEP dalam rupiah juga dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Atau
Contoh:
Diketahui laba rugi sebuah perusahaan sebagai berikut:
Penjualan (200.000 @ Rp 250,00)
= Rp 50.000.000,00 = 100%
Jumlah biaya variabel
= Rp 26.000.000,00 = 52%
Marginal income
= Rp 24.000.000,00 = 48%
Total biaya tetap
= Rp 18.000.000,00 = 36%
Laba
= Rp 6.000.000,00 = 12%
102
Untuk menentukan jumlah satuan barang yang harus dijual agar perusahaan
mencapai break even dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
Biaya dan penghasilan
Break even point dapat digambarkan sebagai berikut:
Garis penjualan
Daerah laba
Garis jumlah variable
37.500.000
Break even point
18.000.000
Daerah rugi
Biaya Variabel
Garis biaya tetap
Biaya tetap
150.000
Volume Penjualan
D. Degree of Operating Leverage
Degree of operating leverage adalah persentase perubahan laba operasi perusahaan
EBIT akibat perubahan satu persen penjualan.
Rumus:
E. Hubungan antara BEP dan DOL
103
Semakin jauh penjualan dari titik BEP semakin tinggi nilai absolut laba operasi tetapi
DOL semakin turun. Pada umumnya perusahaan tidak senang beroperasi pada DOL
yang tinggi karena penurunan sedikit dalam penjualan dapat mengakibatkan
kerugian atau penurunan laba yang besar.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Penjulanan (Q) Laba operasi EBIT DOL
0
-100000
0
1000
-75000
-0.33
2000
-50000
-1
3000
-25000
-3
4000 BEP
0 Tidak terbatas
5000
25000
5
6000
50000
3
7000
750000
2.33
8000
100000
2
Dol merupakan komponen risiko bisnis, walaupun dol yang tinggi bukan apa-apa jika
perusahaan bisa menjaga penjualan dan struktur biaya agar tetap konstan. Dengan
demikian dol dapat dipandang sebagai suatu ukuran 'resiko potensial' yang menjadi
aktif jika penjualan dan biaya produksi berubah-ubah.
F. FINANSIAL LEVERAGE
Leverage yang menguntungkan jika menghasilkan laba yang lebih besar daari biaya
pembelanjaan tetapnya. (bunga obligasi, dividen saham proferan yang tetap)
1. analisis indiferens
Keuntungan leverage finansial atau trading on the equity di nilai dalam
kaitannyadengan pengruhnya terhadap laba per lembar saham (EPS)
Keterangan:
NS = jumlah saham biasa yang beredar
PD = dividen saham preferen
Contoh: suatu perusahaan mempunyai modal sendiri 100juta rupiah dan akan
menambah modal 50 juta melalui alternatif saham biasa semua, obligasi dengan
bunga 12%, atau saham preferen dengan dividen 11%. Sekarang EBIT 15 juta, dengan
ekspansi tersebut diharapkan naik menjadi 27juta. Tingkat pajak 40%, saham biaya
yang beredar 200000 lembar dapat dijual Rp 500 per lembar, sehingga jika memilih
pembelajaan modal sendiri harus mengeluarkan saham biasa baru 100000 lembar
Alternatif saham biasa
104
Alternatif Obligasi
Alternatif Saham Preferen
O = (EBIT - I) (1 - t) - PD
= (EBIT - 0) (0,6) - 5500000
= 9166666
G. BUDGET KAS
Gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai yang
bertalian dengan rencana – rencana keuangan perusahaan dan transaksi lainnya yang
menyebabkan perubahan – perubahan pada posisi kas atau menunjukkan aliran kas
(cash flow) perusahaan tersebut. Dari budget kas akan dapat diketahui :
1. Kapan dan berapa besarnya deposisi kredit akan dilaksanakan, serta janka waktu
kreditnya.
2. Kapan dan berapa beasrnya angsuran kredit dapat dilakukan.
3. Kemungkkinan adanya surplus / defisit karena rencana operasi perusahaan.
Penyusunan Budget Kas menurut Drs. Bambang Riyanto :
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasional.
Pada tahap ini akan diketahui adanya surplus dan defisit.
2. Menyusun estimasi kebutuhan dana / kredit dan pembayaran kredit tersebut.
3. Menyusun Kembali estimasi penerimaan dan pengeluaran setelah budget kas
final
Apabila ada saldo defisit, maka perusahaan harus menambah dana. Saldo defisit
menunjukkan bahwa saldo kas yang dimiliki perusahaan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan operasional perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan dananya maka
perusahaan harus mencari dana yang bersumber dari dalam perusahaan atau dari luar
perusahaan.
Untuk menentukan sumber dana dari dalam atau luar perusahaan, perusahaan
dapat menggunakan analisis indifferent point. Apabila EBIT setelah investasi lebih besar
daripada EBIT Indifferent Point, maka perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya
105
dari luar perusahaan. Sementara apabila EBIT yang diperoleh perusahaan lebih rendah
daripada EBIT Indifferent Point, maka perusahaan lebih baik memenuhi kebutuhan
dananya dari dalam perusahaan. Hal ini perlu diperhatikan perusahaan, karena apabila
perusahaan salah dalam menentukan pemilihan, maka akan berakibat EPS perusahaan
kecil (turun).
Turunnya EPS akan berpengaruh pada kemakmuran pemegang saham. Apabila
EPS turun dimungkinkan pemilik saham akan melepaskan saham-sahamnya. Tentu saja
hal ini akan mempengaruhi operasi perusahaan secara menyeluruh. Investor tidak lagi
percaya kepada perusahaan. Seandainya hal ini terjadi maka investor tidak akan melirik
saham milik perusahaan, investor lebih baik menanamkan uangnya di perusahaan lain
yang memberikan kesejahteraan lebih baik. Dalam hal ini, investor berperilaku rasional.
Mengingat besarnya konsekuensi dalam penentuan sumber dan jumlah hutang,
maka perusahaan harus ekstra hati-hati dalam membuat keputusan. Keputusan yang
dibuat harus didasarkan atas perhitungan-perhitungan yang matang dan masuk akal.
Untuk menentukan sumber hutang, perusahaan dapat menggunakan titik Indifferent
(Analisis EBIT – EPS). Apabila EBIT yang diperoleh perusahaan setelah ada investasi di
bawah EBIT indiferen, maka perusahaan menggunakan sumber dana dari dalam
perusahaan (modal saham). Demikian juga sebaliknya, apabila EBIT yang diperoleh
perusahaan di atas EBIT indiferen, maka perusahaan menggunakan sumber dana dari
luar perusahaan (hutang). Hal ini penting karena dengan menentukan sumber dana yang
tepat, perusahaan dapat meningkatkan EPS bagi pemegang saham.
Penentuan jumlah hutang perusahaan dilakukan dengan cara mengurangkan
jumlah rencana kas masuk dan kas keluar. Secara rinci budget kas dapat dilihat pada
penjelasan berikut:
Beberapa metoda penilaian investasi dan perputaran modal kerja dijelaskan pada sub
berikut ini.
H. Penilaian Investasi
Berikut ini adalah metode untuk menilai perlu tidaknya investasi dilakukan, yaitu:
1. ARR (Accounting Rate of Return)
a. Accounting Rate of Return berdasarkan investasi
106
b. Accounting Rate of Return berdasarkan rata-rata Investasi
Keuntungan metode ini adalah mudah dimengerti, sederhana perhitungannya dan
mengakui faktor profitabilitas. Sedangkan kekurangan metoda ini adalah metoda ini
tidak mengakui nilai waktu uang serta menggunakan data akuntansi dan bukan data
arus kas.
Tingkat pendapatan akuntansi (ARR) mengukur profitabilitas dilihat dari sudut
pandang akuntansi konvensional dengan menghubungkan investasi yang diperlukan
(kadang-kadang investasi rata-rata) ke laba bersih tahunan masa datang. Ketentuan
Keputusan: Bila menggunakan metoda ARR, pilihlah proyek dengan tingkat
pendapatan yang lebih tinggi
Contoh:
Pertimbangkan investasi berikut ini:
Investasi awal
6.500
Perkiraan masa hidup
20 tahun
Penerimaan kas per tahun
1.000
Depresiasi pertahun (GL)
325
Berdasarkan rumus di atas, maka ARR dapat diketahui:
2. PP (Payback Period)
Periode pengembalian mengukur lamanya waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan kembali jumlah invesatasi semula. Masa itu dihitung dengan membagi
investasi awal oleh kas masuk melalui peningkatan pemasukan atau penghematan
biaya.
PP 
Jumlah Investasi
 Tahun
Pr oceeds tahunan
107
Proceeds tahunan = Laba atau Rugi + Biaya Depresiasi
Contoh:
Umpamakan biaya investasi = 18.000 dan penghematan kas tahunan setelah pajak
adalah 3.000. Jadi periode pengembalian adalah:
Ketentuan keputusan: Pilihlah proyek dengan periode pengembalian terpendek.
Dasar pemikiran di belakan pilihan ini adalah semakin pendek periode
pengembalian, semakin berkurang risiko proyek dan semakin besar likuiditasnya
Contoh:
Pertimbangkan dua proyek dengan kas masuk setelah pajak yang tidak sama.
Asumsikan setiap proyek memerlukan biaya Rp. 1.000
Tahun
1
2
3
4
5
6
Kas masuk
Proyek A Proyek B
Rp 100
Rp 500
Rp 200
Rp 400
Rp 300
Rp 300
Rp 400
Rp 100
Rp 500
Rp 600
Jika kas masuk tidak sama, maka periode pengembaliannya harus ditemukan dengan
mencoba-coba. Periode pengembalian proyek A adalah
Rp 1.000 = Rp 100 + Rp 200 + Rp 300 + Rp 400 = 4 tahun
Periode pengembalian proyek B adalah
Rp 1.000 = Rp 500 + Rp 400 + Rp 100
Berdasarkan perhitungan di atas, maka proyek B yang dipilih karena tingkat
pengembalian investasinya paling pendek.
108
Keunggulan dari penggunaan metoda periode pengembalian untuk mengkaji
proyek investasi adalah (1) perhitungannya sederhana dan mudah dimengerti, dan
(2) metoda ini menangani risiko investasi secara efektif.
Kekurangan dari metoda ini adalah bahwa (1) metoda tidak mengukur nilai waktu
uang, dan (2) metoda mengabaikan dampak dari penerimaan kas setelah periode
pengembalian; yang esensial adalah bahwa arus kas sesuda periode pengembalian
menentukan profitabilitas suatu investasi.
3. NPV (Net Present Value), Satuan dalam Rupiah
Nilai tunai bersih (NPV) adalah kelebihan dari nilai tunai (PV) penerimaan kas
yang dihasilakan oleh proyek, di atas jumlah investasi awal.
PVn
PV1
PV2
NPV   Io 

 ... 
1
2
1  i  1  i 
1  i n
Keterangan: Io = Investasi Awal
i = tingkat bunga/biaya modal
PV= Proceeds
Keunggulan metoda NPV adalah metoda ini mengakui nilai waktu dari uang.
Kemudian penghitungannya mudah baik bila penerimaan kas berbentuk anuitas atau
berbeda dari masa ke masa.
Ketentuan keputusan: Apabila NPV positif, maka proyek diterima. Sedangkan
apabila NPV negatif, maka proyek ditolak.
Contoh:
Investasi awal
12.950
Perkiraan masa hidup
10 tahun
Penerimaan kas tahunan
3.000
Biaya modal
12%
Berdasarkan contoh di atas, carilah NPV-nya!
4. IRR (Interest Rate of Return), satuan dalam % suku bunga
Tingkat hasil pengembalian intern (IRR) juga dinamakan tingkat hasil yang
disesuaikan untuk waktu, didefinisikan sebagai suku bunga yang menyamakan net
present value sama dengan nol.
IRR   Io 
PV1
1  i 
1

PV2
1  i 
2
 ... 
PVn
1  i n
109
Ketentuan keputusan: proyek diterima jika IRR melebihi biaya modal. Bila tidak
proyek harus diterima.
Contoh:
Berdasarkan contoh pada NPV, carilah IRR-nya!
5. Profitability Index
Indeks profitabilitas adalah rasio dari PV total penerimaan kas masa datang terhadap
investasi awal, atau PV/I. Indeks ini digunakan sebagai sarana untuk membuat
peringkat proyek dalam urutan daya tarik yang semakin menurun.
Ketentuan keputusan: bila indeks profitabilitas lebih besar dari 1 maka proyek
diterima.
Rumus:
n
PI =
At
 1  r 
t 1
t
Ao
Keterangan: Ao = Investasi Awal
At = Proceeds
r = bunga
jika PI > 1 diterima; PI < 1 ditolak.
I. Metode Perputaran Modal Kerja
1. Perputaran elemen Aktiva Lancar:
a.Perputaran Kas
=
Penjualan
 1 kali
Rata  rata Kas
b. Perputaran Piutang
=
Penjualan
1 kali
Rata  rata Piu tan g
c. Perputaran Persediaan
=
Penjualan
 1 kali
Rata  rata Persediaan
2. Keterkaitan Dana
a.Kas
=
b. Piutang
c. Persediaan
360
 1 hari
Perputaran Kas
=
=
360
1 hari
PerputaranPiu tan g
360
1 hari
Perputaran Persediaan
110
d. Periode Keterkaitan Dana = Kas + Piutang + Persediaan
e. Perputaran
Modal
Kerja
Secara
Keseluruhan
=
360
 1 kali
Periode Keterkai tan Dana
3. Perputaran Modal Kerja
Penjualan Bersih
a.Pada tingkat penjualan sekarang
= Perputaran Modal Kerja
Tambahan Penjualan
b. Untuk Tambahan Yang direncanakan =
Perputaran Modal Kerja
Apabila perhitungan-perhitungan rasio di atas mengindikasikan baik, maka bank dapat
memberikan kredit kepada perusahaan. Namun apabila perhitungan-perhitungan rasio
buruk, maka sebaiknya bank tidak memberikan kredit kepada perusahaan. Apabila rasio
perusahaan buruk maka risiko yang harus ditanggung oleh bank cukup besar yaitu
perusahaan tidak dapat mengembalikan utangnya. Dengan demikian bank akan
menderita kerugian.
111
Daftar Pustaka
Munawir, Analisis Laporan Keuangan
112
Download