HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI

advertisement
HUBUNGAN
ANTARA KECERDASAN
EMOSI
DENGAN AGRESIVITAS REMAJA
Ojuwarljah
Universitas Islam Indonesia
Abstract
This research was aimed at determining the relationship between emo­
tional intelligence and aggressiveness. Hypotheses was set as follows:
there i
s a relationship between emotional intelligence and aggressive­
ness. The subject of the research were 150 first and second years Junior
High School students
of SLTP Muhammadiyah 3 Kolombo,
Depok
Yogyakarta in 1999/2000 school year. The data collection was done us­
ing the questionnaire method tor the scale of emotional intelligence,
whereas the scale of aggressiveness i
n the narrative form (vignette) to
expressed of the aggressiveness. The relationship between emotional
intelligence and the aggressiveness used Product Moment analysis. The
result of correlation analysis was ·0,402 {p=0,000). This means that the
higher the emotional intelligence, the lower the aggressiveness.
Key words: emotional intelligence, aggressiveness
PENGANTAR
M
asa remaja adalah masa transisi di
Lanjutan
mana individu mengalami perubahan
(Kedauratan
baik fisik, psikis maupun sosial yang tumbuh
dari
anak·anak
menjadi
dewasa.
Tingkat
Pertama
Rakyat,
26
di
Bandung
Maret,
2000};
perkosaan di daerah Bantul yang dilakukan
Para
oleh anak usia 15 tahun karena terpengaruh
remaja dalam menghadapi permasalahan·
film dan bacaan porno (Bernas, 6, Februari
nya ada yang mampu memenuhi tuntutan
2000); di Klaten 2 siswa Sekolah Lanjutan
dan kebutuhan diri sendiri, akan tetapi ada
Tingkat Pertama pesta seks (Kedaulatan
yang tidak mampu memenuhi tuntutan yang
Rakyat, 30 Maret 2000); di sekitar Pasar
ada di lingkungannya yang sangat cepat
Sukoharjo banyak anak tertangkap basah
bertambah dan berubah.
sedang
Perubahan-perubahan sosial yang cepat
pesta
pelajaran
minuman
sekolah
keras
masih
saat jam
berlangsung
sebagai konsekuensi modemisasi, indus­
(Kedaulatan
trialisasi dan
perkelahian antar pelajar, pembajakan bis;
kemajuan teknologi
meng­
Rakyat,
30
Maret
2000),
akibatkan perilaku agresif remaja semakin
perampokan bahkan pembunuhan, sehi1gga
meningkat. Tindak kekerasan remaja di In­
begitu
donesia sekarang
kumpul, masyarakat awam pun cenderung
seperti
yang
banyak
serombongan pelajar terlihat ber­
dilansir oleh berbagai media telah mencapal
menghindar. lnilah cttra yang paling jelek
tingkat yang
terhadap
membahayakan.
Misalnya
perisliwa pencurian oleh lima anak Sekolah
PSIKOLOGIKA Nomcx 13 Tahun VII 2002
sekaligus.
pelajar
dan
Kebanyakan
dunia
pendidikan
remaja berstatus
69
Ojuwariyah
sebagai
pelajar
adatah
individu
yang
Klasifikasi komponen kecerdasan emosi
mengalami transisi dari kehidupan anak-anak
menurut
menuju
Pertama, kesadaran diri yaitu mengetahui
kehidupan
orang
dewasa
yang
Goleman
(1999)
mencakup:
per­
apa yang dirasakan seseorang pada suatu
kembangan baik segi fisik, psikis, dan sosial
saat dan menggunakannya untuk memandu
ditandai
dengan
perubahan
dan
(Monks, dkk.,1991).
Agresivitas
pengambilan keputusan diri sendiri; memiliki
yang
tinggi
tersebut
me­
tolak ukur yang realistis atas kemampuan
nunjukkan bahwa remaja yang terpelajar
diri
atau bersekolah belum tentu berha.sil dalam
Kesadaran
kehidupannya.
orang
Keberhasilan
selain ditentukan
oleh
dan
kepercayaan
diri
diri
yang
memungkinkan
kuat.
pikiran
hidup sese­
rasional memberikan lnfonnasi penting untuk
kecerdasan
menyingkirkan
intelektual atau sering disebut Intelligence
suasana
hati
yang
tidak
menyenangkan. Pada saat yang bersamaan,
Question (IQ), juga memerlukan kecerdasan
kesadaran diri bisa membantu mengelola diri
emosi
sendiri dan hubungan antar personal serta
(EQ).
Salovey
dan
Mayer
(dalam
Shapiro, 1997) menjelaskan bahwa kecerdas·
menyadari
an emosi merupakan kemampuan mengen­
Semakin
emosi
tinggi
dan
pikiran
kesadaran
sendiri.
diri,
semakin
dalikan perasaan dan emosi serta meng­
pandai dalam menangani perilaku negatif diri
arahkan pikiran dan tindakan. Kemampuan
sendiri.
tersebut
dapat
tatihan,
pengetahuan
dikembangkan
dan
melaluf
kemauan
(Patton,1998).
Kedua, pengaturan diri yaitu menangani
emosi
agar
berdampak
positif
terhadap
pelaksanaan tugas, peka terha.dap kata hati
dan sanggup menunda kenikmatan sebelum
tercapai
suatu
tujuan
dan
mampu
DASARTEORI
menetralisirtekanan emosi. Pengaturan diri
Gardner
(dalam
Goleman,
1996)
menyebut istilah kecerdasan emosi dengan
ini
mencegah
kesalahan-kesalahan
dan
ter1ibat dalam masalah. Kemampuan ini bisa
istilah kecerdasan intra pribadi dan kecerdas­
mengendallkan
an antar pribadi, adapun definisi dari kedua
gesaan dan memungkinkan !)erfikir sebelum
istilah tersebut adalah sebagai berikut: (a)
mengambil tindakan.
kecerdasan
kemarahan,
ketergesa­
pribadi adalah kemampuan
Ketiga, motivasi diri yaitu menggunakan
yang bersifat korelatif tetapi terarah ke dalam
has rat yang paling dalam untuk menggerak·
intra
diri sendiri, yang wujudnya berupa kemam­
kan dan menuntun menuju sasaran, mem­
puan
bantu
untuk
membentuk suatu
model
diri
sendiri yang teliti dan mengacu pada diri,
mengambil
serta kernalr!)uan untuk menggunakan model
hadapi
tersebut
motivasi
sebagai
alat
untuk
menempuh
kegagalan
adalah
kehidupan secara efektif, dan (b) kecerdasan
sehingga
antar
seseorang.
pribadi
adalah
kemampuan
untuk
bertindak
dan
frustrasi.
Kunci
emosi,
kesuksesan
hidup
Keempat, empati yaitu merasakan apa
memahami orang lain, yang wujudnya berupa
yang
mereka,
memahami
mereka bekerja dan
dan
memanfaatkan
mendukung
pemahaman tertladap apa ya_oo memotivasi
bagaimana
inislatif
secara efektif dan mampu bertahan meng­
dirasakan
oteh
orang
ain,
J
mampu
ktif mereka, menumbuh­
perspe
bekenasama dengan sesamasepE!f'ti kemam­
kan
puan untuk membedakan dan menanggapi
nyelaraskan diri dengan orang lain. Empati
hubungan
saling
dengan tepat suasana hatl, temperamen,
memung k inkan
motivasi, dan hasrat orang lain.
perasaan
70
dan
percaya
sesorang
pikiran
orang
PSIKOLOGlKA Nomor
dan
me­
mengetahu i
ain.
l
abila
Ap
13 Tahun VII 2002
Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Agresivitas Aemaja
mengembangkan empati yang dibangkitkan
budaya
oleh pemahaman dan kekecewaan, perasaan
rasa, gotong
dan
nya.
pikiran
orang
lain,
maka
seseorang
awa tersebut adalah nilai tenggang
J
akan mampu melihat situasi dari perspektif
Satov
yang lebih luas.
Goleman
Kelima,
sosial
keterampilan
yaitu
mengendalikan emosi dengan baik ketika
berhubungan
mem
baca
dengan
situasi,
orang
lain,
berinteraksi
cermat
dengan
oyong, prihatin, dan sebagai­
r
Konsep
ey
an
telah dituhs
lni
ayer
d
(dal
(1996)
oleman, 1996).
G
Shap
dan
G
adner
ardner
(
G
ang diperlukan dalam menjalin hubungan
dengan
orang
lain
meliputi
dalam hubungan antar manusia.
motivasi, mempengaruhi
orang
lain,
bimbingan
IQ
karena kecerdasan emosi
kesuksesan
pada
memberikan
seseorang
dalam
ke·
hidupan, bila tidak disertai pengolahan emosi
berkewajiban memberikan
Orangtua
ecerdasan emosi
k
salah satu keterampilan
untuk kesuksesan
yang sehat. Di samping itu, Wimbarti (1998)
me­
cara bekerjasama dengan
an bagaimana
d
Goleman (1996) yang menyatakan bahwa
akan
yang
ndakan mereka,
ti
mereka.
tidak
kemampuan
hal-hal
tualdan kecerdasan emosional dikemukakan
tinggi
dalam
1996) mengemukakan bahwa kecerdasan
memahami
yang
(
dalam Goleman,
y
lancar, memahami dan bertindak bijaksana
Keterkaitan antara kecerdasan intelek­
embali oteh
k
iro, 1997),
am
M
ni
i
da anak,
pa
merupakan
t penting
y
ang sanga
lam hidup mereka.
da
awaf (1997) menyatakan
ooper dan
C
S
mengemukakan bahwa kesuksesan hidup
bahwa
banyak ditentukan oteh kemampuan ber­
fenomena manusiawi secara mendasar ada
hubungan
dengan
orang
tahan terhadap godaan,
lain,
keuletan,
optimis,
mampu
dalam
kecerdasan
diri
manusia.
menyesuaikan diri, menghargai perasaan
mungkin melalui
it
dan
sebagainya.
kecerdasan
emosi
bagus
ujian
pada
bisa
akan
IQ
tanpa
mencetak
nilai
tetapl tidak akan
adalah
suatu
eseorang
dapat
S
mencapai keberhasilan hidup semaksimal
orang
lain
emosi
emosi,
kecerdasan
ena
kar
u kecerdasan emosi sangat diper1ukan oleh
anak terutama
dengan
emaja yang sangat rentan
r
ndakan agresif.
asil penelitian
ti
H
a anak·anak yang
membuat seseorang sukses datam hidup·
Gettman (1997)
nya. Goleman (1996) mengatakan bahwa
mengenali dan menguasai emosinya lebih
kecerdasan
pengolahan
bila
tidak
disertai
emosi yang
mengantarkan
baik
kesuksesan
dengan
tidak akan
seseorang,
percaya diri,
men j adi
bahw
ebih baik prestasinya
l
orang
dewasa
ang
y
bi
sa
n akan
da
mampu
mengendalikan emosinya.
bahkan peranan IQ hanya sekitar 20% untuk
erbagai
B
bukti
empirik
membuktikan
remaja
berhubungan
menopang kesuksesan hidup seseorang,
bahwa
sadangkan
dengan aspek pengolahan emosionalnya.
faktor
80%
lainnya
ditentukan
oleh
n, diantaranya adalah kecerdasan
lai
emosi.
enurut
M
kecerdasan
akan
atton (1998), orang
P
emosinya
mengalami
ang
y
etyowati
S
83 perempuan dan 49 laki-laki menemukan
kecerdasan
emosinya semakin rendah kecenderungan
bahwa
emosi sebenamya bukan hal baru di
awa
J
olah
gaglik dan SMU
N
di tempat
kesuksesan
nesia, daJam budaya
MUN 2
S
Colombo kelas II berjumlah 132 terdiri dari
kerja.
enurut Wimbarti (1998)
(1999) dari hasil penelitiannya
terhadap siswa
cenderung
tinggi
M
delinkuensi
rasa ini
semakin
baik
taraf
kecerdasan
ndo­
berperilaku delinkuen, sebaliknya bila ke­
elah
cerdasan emosi buruk, maka kecenderungan
I
t
berperitaku
delinkuen
dahulu dan nilai-nilainya masih dlgunakan
penelitian
attman
hingga sekarang
bahwa kecenderungan jangka panjang anak
dilakukan
sejak
aman
j
ni.
i
nenek
lai·nitai
Ni
PSIKOLOGIKA Nomor 13 Tahun
VII
moyang
olah
2002
rasa
G
akan
(1999)
tinggi.
asil
H
menunjukkan
71
Ojuwariyah
secara rata-rata merosol dalam keterampilan
METODE
emosional. Rata-rata mereka menjadi lebih
Varabel yang diteliti dalam penelitian ini
resah dan gampang marah, lebih murung
adalah kecerdasan emosi dan agresivitas
dan tidak bersemangat. lebih depresi dan
remaja. Kecerdasan emosi adalah suatu ke­
kesepian, lebih mudah menurutkan kata ha.
ti
mampuan untuk memahami dan menerap­
dan tidak patuh. Elfida (1995) menemukan
bahwa ada hubungan yang negatif antara
kan kekuatan emosi.
kontrol din c1engan kecenden.ngan belperilal<lJ
keselamatan
delinkuen,
individu
artinya
semakin
seseorang
Emosi adalah garis­
garis kehidupan untuk kesadaran diri dan
dan
diri
yang
orang
menghubungkan
lain.
Emosi
memberi
mampu mengontrol diri maka semakin kecil
informasi
untuk berperilaku delinkuen. Conger (dalam
manusia, nilai-nilai, kegiatan dan kebutuhan
tentang
hal-hat
penting
untuk
Kumiawan, 1997) mengatakan bahwa para
yang memberi manusia molivasi, keinginan,
remaja delinkuen memiliki kontrol diri yang
pengendalian diri dan kegigihan. Kesadaran
rendah,
mereka
menunjukkan skor yang
tinggl pada sifat impulsif dan pusat kontrol
ekstemal dan mereka menunjukkan skor
yang rendah pada perkembangan moral dan
hati nurani. Menghindari terjadinya agresi­
vitas remaja, maka diper1ukan pengawasan
ekstemal yaitu pengawasan orangtua, guru
dan teman dan pengawasan internal yang
datang dari dalam diri dan akan menghasil·
kan
kontrol
diri
yang
merupakan
diri dan pengetahuan tentang emosi me­
mungkinkan
individu
menyelamatkan
keluarga, membina cinta kasih dan sukses
dalam kehidupan. AgresMtas adalah setiap
bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk
menyakiti atau merugikan, membahayakan,
melukai orang lain baik
secara fisik
maupun
verbal.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
unsur
1 dan 2, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
dominan dalam kecefdasan emosi (Goleman,
Muhamadiyah 3 Yogyakarta yang berjumlah
1996). Penelitian Aziz (1999) juga menemu­
150 siswa. Karakteristik subjek mencakup
kan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi
berstatus sebagai salah satu siswa SLTP
remaja maka semal<in tilggi pula kemarTµJan
Muhamadiyah 3 Yogyakarta, berusia antara
remaja
menyesuaikan
diri
dengan
ling­
kungannya.
13 sampai 15 tahun, dan duduk di kelas 1
dan2.
Pengukuran kecerdasan emosi dilaku·
kan dengan menggunakan Skala Kecefdasan
HI POTE SIS
Emosi
Berdasar uraian di atas, menunjukkan
yang
meliputi
5
aspek
yaitu
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi dri,
bahwa kecerdasan emosi dapat digunakan
empati,
sebagai prediktor perilaku
penskalaannya menggunakan skala Likert
menarik
untuk
dikaji
agresif remaja
secara
empirik.
(Alen,
dan
1957).
keterampilan
sosial.
Bobot jawaban
Teknik
pemyataan
Hipotesis yang diajukan adalah hubungan
positif adalah: sangat sesuai = 4, sesuai =
antara
3, tidak sesuai = 2, sangat tidak sesuai =
kecerdasan
emosi
dengan
ke­
cenderungan agresivitas remaja, semakin
1. Pemyataan yang negatif pembobotannya
ting gi
maka
dibalik. Skala ini terdiri dari 31 item dengan
semakin rendah kecenderungan agresivitas
reliabilitas = 0,9113 dan koefisien validitas
remaja
butirbergerak antara 0,3248 sampai 0, 7638.
kecerdasan
emosi
remaja
Agresivttas dalam pene1itian ini diukur
melalui
Skala
Agresivitas
Remaja yang
meliputi aspek agresi fisik aktif 1angsung,
PSIKOLOGIKA Nomor 13 Tahun VII 2002
72
Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Agresivitas Aema}8
agresi fisik aktif tidak langsung, agresi fisik
subjek. Koefisien validitas bergerak antara
pasif
0,3414 sampai 0,6646 dengan reliabititas
langsung,
langsung,
agresif fisik
agresi
verbal
aktif
pasif tidak
langsung,
agresi verbal aktif tidak langsung,
sebesar0,8265.
Data penelitian dianalisis dengan meng­
agresi
verbal pas if langsung dan agresi verbal pasif
gunakan teknik
tidak langsung. Penyusunan skala dibuat
program
dalam
Product Moment,
dengan
SPSS tor Windows Release 6. 0.
yaitu
Analisis ini digunakan untuk menguji hipo­
deskripsi kongkret dari situasi yang nyata.
tesls bahwa kecerdasan emosi berkorelasi
Pertimbangannya
dengan agresivitas remaja. Di samping itu,
bentuk
cerita
(vignette)
adalah
bahwa
model
cerita ini akan menghadapkan subjek pada
digunakan
kejadian sebenamya yang dapat mendoroog
runjukkan sumbangan tiap aspek dari variabel
analisis
terjadlnya perilaku agreslf. Skala perilaku
kecerdasan emosi terhadap agresivilas.
Stepwise
untuk me­
agresif yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 12 cerita atau
vignette.
Jawaban
HASIL
yang dianggap paling rendah diberi skor 1
dan jawaban
paling tlnggi
Aspek-aspek
yang
diberi
skcr 7.
digunakan
dalam
Hasil analisis
Product Moment
untuk
menguji hipotesis yaitu hubungan antara
penyusunan cerita adalah: (1) kemarahan,
kecerdasan
yaitu berupa cerita yang menggambarkan
diperoleh r = • 0.402 (p=OOO). Hal ini berarti
keadaan
bahwa
subjek dalam
keadaan
marah
ada
emosi
dengan
korelaal yang
negatif antara
ketika berinteraksi dengan orang lain, (2)
kecerdasan
frustrasi, yaitu cerita yang menggambarkan
Artinya semakin tinggi kecerdasan emosi
adanya gangguan atau kegagalan dalam
semakin rendah agresivitas remaja. Hasil
mencapai tujuan dan
analisis
(3) ancaman
atau
emosi
agresivitas,
Stepwise
dengan
agresivltas.
menunjukkan sumbangan
serangan, yaitu situasi yang menggambar­
tiap aspek dari variabel kecerdasan emosi
kan adanya gangguan atau tindakan orang
terhadap agresivitas, seperti terlihat dalam
lain yang tidak menyenangkan terhadap diri
tabel di bawah ini.
Tabel. 1
Sumbangan Tlap Aspek Kecerdasan Emosl terhadap Agreslvltas
A
Model
A Square
Adjusted
Square
9.4924
0.098
0.085
9.3101
0.126
0.108
9.1961
0.131
9.0776
0.236•
2.
Motivasi
0.31Jb
3.
Keterampllan
0.355°
0.392d
0.154
4.
Kesadaran
Soslal
Dlri
PSlKOLOGtKA Nomor
13 Tahun VII 2002
Std. Error
of The Estimate
0.049
Empati
1.
A
0.056
73
Djuwariyah
Aspek
kesadaran
diri
memberikan
sekolah dan masyarakat. Berkaitan dengan
sumbangan paling besar di antara aspek
hasil
yang lain yaitu sebesar 15,4%, dhkuti aspek
Shapiro, 1997) menyatakan bahwa belajar
penelitian
di
atas,
Freud
(dalam
keterampilan sosial 12,6%, motivasi 9,8%,
mengendalikan emosi
dan empati 5,6.
perkembangan kepribadian yang menentu­
merupakan tanda
kan apakah seseorang sudah matang. Freud
menambahkan
bahwa kepribadian
anak
PEMBAHASAN
yang
sedang
tumbuh
dibentuk oleh dua
Hasil penelitian menunjukkan hubungan
kekuatan yaitu pertama mencari kesenangan
yang signifikan (p<0,01 ), artinya kecerdasan
dan kedua berusaha menghindari rasa sedih
emosi mempunyai hubungan yang negatif
dan
dengan
semakin tinggi
agresivitas
remaja.
Agresivitas
tidak
nyaman.
Dikatakan
kesadaran
bahwa
anak semakin
remaja dapat diminimalkan intensitasnya
mampu menimbang berbagai pilihan dan
apabila remaja memiliki kecerdasan ernosi
semakin besar kemungkinan sukses yang
yang tinggi dari orang tuanya. Kecerdasan
akan
emosi
sasaran.
memberikan
sumbangan
efektif
sebesar 18,4% dalam menurunkan tingkat
agresivitas
pada
remaja.
lndividu
yang
diperolehnya
dalam
mencapai
Hasil temuan ini juga sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Goleman
me­
(1996) bahwa kecerdasan akademik bila
nunjukkan agresivitas yang rendah, mem­
tidak disertai kecerdasan emosi tidak akan
memiliki
kecerdasan
emosi
tinggi
punyai toleransi dan simpatl, menganggap
menghasilkan
serangan sebagai ketidaksengajaan.
seseorang,
Hasil
penelitian ini
mendukung hasil
kesuksesan
karena
hidup
bagi
IQ tidak memberikan
kesiapan untuk menghadapi tantangan atau
(1999),
kesulitan dalam kehidupannya. Kemampuan
bahwa semakin baik taraf kecerdasan emosi
mengenal emosi menurut Ekowami (1997)
anak
bahwa salah satu cara yang bisa digunakan
temuan
Aziz
(1999),
semakm
Setyowati
rendah
berperilaku delinkuen.
kecenderungan
Penelitian ini juga
untuk
mengembangkan
sikap
mampu
didukung oleh Conger (dalam Kumiawan,
mengenal emosi adatah mengembangkan
1997)
sikap empati yaitu dengan
bahwa
remaja delinkuen
memiliki
peduli
moral yang rendah. Penelitian Willis (1981)
kesulitan orang lain serta berusaha untuk
menunjukkan
membantunya.
bahwa
sa1ah
satu
faktor
penyebab timbu!nya perilaku agresif adalah
pada orang
lain
melatih sikap
kontrol diri yang rendah dan perkembangan
dan
peka
pada
Para ahli psikoterapi
me­
nonjolkan kesadaran emosi sebagai wahana
llngkungan keluarga yang kurang harmonis
utama untuk mengubah hidup. Para pasien
serta keadaan ekonomi yang rendah karena
diminta
dapat berpengaruh terhadap perkembangan
yang
emosi anak.
merasa bersalah, lalu upaya yang ditempuh
Gerald
1995)
Petterson
menyatakan
(dalam
Berkowiz,
bahwa kondisi
yang
untuk mengungkapkan apa saja
membuat
mereka
marah,
sedih,
adalah mengubah situasi-situasi yang telah
mendatangkan perasaan tadi.
pen uh tekanan yang ada di ketuarga, seperti
Thomas dan Howard (dalam Shapiro,
pengangguran, konflik suami istri, tingkat
1997) menyatakan hasil penelitiannya dari
pendidikan,
7000 orang Amerika menunjukkan bahwa
Berbagai
penghasilan
pengasuhan
anak,
derung berperilaku
74
yang
rendah.
faktor tersebut mempengaruhi
sehingga
agresif di
manfaat
empati
adalah
penyesuaian
anak cen­
emosional yang lebih baik, lebih terbuka,
lingkungan
lebih berhasil, dan orang yang terrnotivasi
PSIKOLOGIKA Nomor 13 Tahun VII 2002
Hubongan Amara Kecerdasan Emosi dan Agresivitas Remaja
mempunyai keinginan serta kemauan untuk
menghadapi
rintangan.
Memotivasi
diri
sama dengan kerja keras, dan kerja keras
akan
membuahkan
keberhasilan
dan
DAFTAR PUSTAKA
Alex, T.K.,
1997.
Intelligence
Mengajarkan Emotional
pada Anak.
Terjemahan:
Shapiro,L. Jakarta: Buana Printing
kepuasan pribadi.
Hasil
bahwa
penelitian tersebut meyakinkan
kecerdasan
emosi
mempunyai
Aziz, A. 1999. Hubungan Antara Kecerdasan
Emosional dengan Penyesuaian Diri dan
hubungan yang erat dengan kecenderungan
Kecenderungan Berperitaku Delikuen
agresi, karena dengan kemampuan peng­
pada Remaja, Tesis (tidak diterbitkan).
aturan
Yogyakarta:
diri,
kesadaran diri,
motivasi
diri,
empati dan keterampilan sosial akan me­
Program
Pasca Sarjana
Psikologi Universitas Gadjah Mada
nurunkan intensitas perilaku agresif remaja.
Azwar,S.
Reliabilitas dan Validitas.
1997.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
PENUTUP
Ekowarni,
Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara kecerdasan emosi dengan
agresivitas
remaja.
Hasil
ini
dapat
E.
1993.
Kenakalan
Remaja:
Suatu Tmiauan Psikologi Perkembang­
Buletin
an.
Psikologi No.2,
24-27.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
memberikan informasi bagi orangtua agar
berusaha
anaknya
melatih
kecerdasan
dari dini terutama
emosi
keterampilan
Elfida,
D.
1995.
mampuan
Hubungan
sosial, kesadaran diri, motivasi dan empati.
Kecenderungan
Bagi guru agar meningkatkan kedisiplinan
pada Remaja.
sekolah supaya siswa dapat lebih mampu
kan)
mengontrol dan bertanggung jawab telhadap
Universitas Gadjah Mada.
perllakunya
sehingga
kecenderungan
dapat
perilaku
Antara
Ke­
Oiri
dan
Mengontrol
Berperilaku
Delinkuen
Skripsi. (Tidak diterbit­
Yogyakarta:
Fakultas
Psikologi
menekan
agresif
siswa.
Siswa sendiri diharapkan agar daiam setiap
aktivitasnya berusaha untuk meningkatkan
Hartati,
W.S.,
Akibatnya.
1995.
Agresi:
Sebab dan
Terjemahan: Berkowitz, L.
Jakarta: P.T. Pustaka Sinaan Pressindo.
kesadaran diri, kecakapan sosialnya, me­
Hermaya.
motivasi
diri,
empati
1996.
Terjemahan:
serta
Kecerdasan
Emotional.
terhadap orang lain
meningkatkan
keimanan
dan
Goleman,
D.
Jakarta:
ke­
Gramedia Pustaka Utama
taqwaannya
datam
kehidupan
untuk
menyongsong masa depannya yang sarat
__ , 1997. Kiat-Kiat Membesarkan Anak
dengan kempetisl. Peneliti lain yang tertarik
Yang Memiliki Kecerdasan Emosional.
pada kajian ini kiranya dapa
t menindaklanjuti
Terjemaharr. Gattman, J. and Declaire,
penelitian
J. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
ini
dengan
menyempumakan
penelitian mengenai perilaku agresif dengan
memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat
berpengaruh
seperti
inte1igensi,
status
sosial ekonomi orang tua, dan sebagainya.
Hermes. 1999. EQ-Kecerdasan Emosional
Landasan untuk Meraih Sukses Pribadi
dan
Karier.
Terjemahan:
Patton,
P.
Malang: Mitra Media.
Kantjono. 1998. Executive EQ, Kecerdasan
Emosional datam Kepemimpinan dan
PSIKOLOGIKA Nomor
13 Tahun VII 2002
75
Ojuwariyah
Organisasi.
Yogyakarta:
Terjemahan: Cooper, R.K
Khumas, A., Hastjarjo D., dan Wimbarti S.
Morgan, C. T. 1967.
Agresif Anak-Anak.
Fakuttas
University
lntemational to Psy­
, Juma/
Psikologi, Tahun XXIV Nomor 1 Juni.
Yogyakarta:
Mada
chology. Tokyo: McGraw Hill·Kogakusha
1997. Peran Fantasi Agresi Terhadap
Perilaku
Gadjah
Press.
and Sawaf, A. Jakarta: Gramedia
Setyowati, I. 1999. Hubungan Kecerdasan
Emosi
Psikologi
dengan
Berperilaku
Universitas Gadjah Mada
Kecenderungan
Delinkuen
pada
Remaja.
Skrlpsi (tldak diterbitkan). Yogyakarta:
Kurnlawan,
I.
N.
Berperilaku
1997.
Fakultas
Kecenderungan
Oelinkuen
Ditinjau
Psikologi
Unlversitas
Islam
Indonesia.
dari
Orientasi Religius dan Jenis Kelamin.
Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Widodo.
Kecerdasan
Emosional
Mencapai Prestasi. T
e,jemahan: Goleman
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Jakarta: Gramedia.
Mada
Landung, R.S. 1993. Azas-azas Penetitian
Willis,
Gadjah
S.S.
1961.
Problem
Remaja
dan
Pemecahannya. Bandung: Angkasa.
Behavioral. Terjemahan Kerllnger, F.N.
Yogyakarta:
1999.
Mada University
Wimbarti, S. 1996. Mengajarkan Kecerdasan
Press.
Emosional pada Anak Suatu Pandangan
MOnks, F. J. Knoers, A. M. P. dan Haditono,
S. R. 1994. Psikofogi Perkembangan.
Psikologis. Maka/ah (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Univer­
sltas Gadjah Mada.
+ + +
76
PSlKOLOGIKA Nomor
13 Tahun VII 2002
Download