karakterisasi fisiologi dan identifikasi molekuler isolat-isolat

advertisement
KARAKTERISASI FISIOLOGI DAN IDENTIFIKASI
MOLEKULER ISOLAT-ISOLAT BAKTERI METANOTROF
ASAL SAWAH WILAYAH BOGOR DAN SUKABUMI
DINA DWI ASTUTI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
ABSTRAK
DINA DWI ATUTI. Karakterisasi Fisiologi dan Identifikasi Molekuler Isolat-isolat Bakteri
Metanotrof Asal Sawah Wilayah Bogor dan Sukabumi. Dibimbing oleh IMAN RUSMANA dan
ALINA AKHDIYA.
Metan (CH4) merupakan salah satu gas rumah kaca utama yang dapat menyerap radiasi inframerah sehingga berkontribusi terhadap pemanasan global. Methanotrof merupakan bakteri yang hidup
menggunakan metan sebagai sumber karbon dan energi. Bakteri metanotrof memiliki peran utama
dalam mereduksi metan yang lepas ke atmosfer dari lingkungan. Isolat-isolat bakteri metanotrof (BGM
1, BGM 2, BGM 3, BGM 9, dan SKM 14) yang diisolasi dari sawah wilayah Bogor dan Sukabumi
diketahui memiliki oksidasi metan yang tinggi. Dalam penelitian ini dilakukan uji fisiologi dengan
menggunakan API 20 NE dan analisis sekuen gen 16S rRNA dari kelima isolat tersebut. Kelima isolat
menunjukkan hasil positif terhadap uji gelatin, enzim β-galactosidase, asimilasi glukosa, asimilasi
manitol, asimilasi N-asetil-glukosamin, asimilasi maltosa, dan asimilasi asam malat. Analisis 16S
rRNA menunjukkan isolat BGM 1 dan BGM 3 memiliki kemiripan 74% dan 70% dengan
Methylocystis rosea, BGM 2 dan BGM 9 memiliki kemiripan 83% dan 85% dengan Methylococcus
capsulatus, dan SKM 14 memiliki kemiripan 65% dengan Methylobacter sp. Pohon filogenetik
menunjukkan isolat BGM 1 dan BGM 3 berada satu kelompok dengan Methylocystis rosea strain
SV97T, Methylobacterium extorquens, dan Methylosinus trichosporium, namun memiliki kekerabatan
terdekat dengan Methylocystis rosea strain SV97T. Isolat BGM 2, BGM 9, dan SKM 14 berada satu
kelompok dengan Methylococcus capsulatus strain texas, Methylomicrobium buryatense, dan
Methylobacter sp. namun isolat BGM 2 dan BGM 9 memiliki kekerabatan terdekat dengan
Methylococcus capsulatus strain texas. Sedangkan isolat SKM 14 memiliki kekerabatan terdekat
dengan Methylobacter sp.
ABSTRACT
DINA DWI ASTUTI. Physiological Characterization and Molecular Identification of Methanotrophic
Bacteria isolated from Ricefields in Bogor and Sukabumi. Under supervision of IMAN RUSMANA
and ALINA AKHDIYA.
Methane (CH4) is one of the main greenhouse gasses that could absorb infra-red radiation so
it contribute to global warming. Methanotrophs are bacteria that are able to grow using methane as
their only source of carbon and energy. They play a major role in the reduction of the release of
methane into the atmosphere from environments. Methanotrophic bacteria isolated from Ricefields in
Bogor and Sukabumi (BGM 1, BGM 2, BGM 3, BGM 9, and SKM 14) had a high methane oxidation.
Activity physiologycal assay using API 20 NE and molecular identification using 16S rRNA gene
sequence analysis were conducted in this research. Five isolates showed a positive reaction of
physiological assays for gelatine, β-galactosidase enzyme, glucose assimilation, mannitol assimilation,
N-asetil-glukosamin assimilation, maltose assimilation, and malic acid assimilation. BGM 1 and BGM
3 16S rRNA sequence showed that they had similarity to Methylocystis rosea into 74% and 70%
respectively, while BGM 2 and BGM 9 had similarity to Methylococcus capsulatu into 83% and 85%
respectively, and SKM 14 had 65% similarity with Methylobacter sp. Phylogenetic tree showed that
BGM 1 and BGM 3 isolates were in the same group with Methylocystis rosea strain SV97T,
Methylobacterium extorquens, and Methylosinus trichosporium, nevertheless they were very close
related to Methylocystis rosea strain SV97T. BGM 2, BGM 9, and SKM 14 isolates were in the same
group with Methylococcus capsulatus strain texas, Methylomicrobium buryatense, and Methylobacter
sp. nevertheless BGM 2 and BGM 9 isolates were very close related to Methylococcus capsulatus
strain texas. While SKM 14 was very close related with Methylobacter sp.
KARAKTERISASI FISIOLOGI DAN IDENTIFIKASI
MOLEKULER ISOLAT-ISOLAT BAKTERI METANOTROF
ASAL SAWAH WILAYAH BOGOR DAN SUKABUMI
DINA DWI ASTUTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Judul Skripsi : Karakterisasi Fisiologi dan Identifikasi Molekuler Isolat-isolat Bakteri
Metanotrof Asal Sawah Wilayah Bogor dan Sukabumi
Nama
NIM
: Dina Dwi Astuti
: G34051506
Menyetujui :
Pembimbing I,
Pembimbing II,
(Dr. Ir. Iman Rusmana M.Si)
NIP 196507201991031002
(Alina Akhdiya M.Si)
NIP 080130418
Mengetahui :
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr. Drh. Hasim, DEA
NIP 19610328 198601 1 002
Tanggal Lulus
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Penyayang atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Mei 2009 ini ialah Karakterisasi Fisiologi dan Identifikasi
Molekuler Isolat-isolat Bakteri Metanotrof Asal Sawah Wilayah Bogor dan Sukabumi. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Iman Rumana, M.Si. dan Ibu Alina Akhdiya, M.Si. atas
bimbingan dan pengarahan yang diberikan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terima kasih
kepada Dr. Utut Widyastuti, M.Si atas saran dan masukan yang diberikan sehingga tulisan ini menjadi
lebih baik.
Di samping itu, penulis sampaikan terima kasih dan syukur kepada Mba Ema, Mba Ary, Mba
Rika, dan teman-teman yang melakukan penelitian di laboratorium Mikrobiologi, Nina Sari An-Nisa,
Zainati Fakhrina, Qatrunnada, Tiara Kirana Gita, Nur Azifah Cakra Dewi, serta seluruh teman-teman
Biologi 42 atas dukungannya dalam pelaksanaan penelitian ini. Serta pihak-pihak yang secara tidak
langsung telah membantu dalam pengumpulan data karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, dan Mohammad Irfan atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2009
Dina Dwi Astuti
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 April 1987 dari ayah Widodo dan ibu Sri Endang
Kartini. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 14 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi
masuk IPB melalui Seleksi Pemilihan Mahasiswa Baru. Penulis memilih Program Studi Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota KPH (Komisi Pengawas
Himpunan Mahasiswa Biologi) pada tahun 2005-2007. Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah
Biologi Tingkat Persiapan Bersama pada tahun ajaran 2008/2009, mata kuliah Ilmu Lingkungan pada
tahun ajaran 2008/2009.
Pada saat mengikuti perkuliahan, penulis melakukan studi lapang di Kawasan wana Wisata
Cangkuang Sukabumi, dengan judul makalah “Kemungkinan Tumbuhan Liar Menjadi Tanaman
Hias”. Penulis juga melakukan praktik lapangan di PT. Frisian Flag Indonesia pada bulan Juli hingga
Agustus 2008, dengan judul makalah “Uji Mikrobiologis Pada Produk Susu Kental Manis Di PT
Frisian Flag Indonesia”.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. ... vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................................
Tujuan Penelitian ...............................................................................................................
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat .............................................................................................................
Bahan dan Alat ...................................................................................................................
Metode Penelitian...............................................................................................................
Pemurnian dan Peremajaan Isolat .................................................................................
Pewarnaan Gram dan Uji Fisiologi ...............................................................................
Isolasi, Amplifikasi, dan Visualisasi DNA Genom ......................................................
Sekuensing DNA ..........................................................................................................
Analisis Filogenetik ......................................................................................................
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
HASIL
Karakteristik Koloni Sel Isolat Bakteri Metanotrof ...........................................................
Isolasi, Amplifikasi, dan Visualisasi DNA Genom ............................................................
Sekuensing DNA ................................................................................................................
Analisis Filogenetik ...........................................................................................................
2
3
3
4
PEMBAHASAN .........................................................................................................................
5
SIMPULAN ................................................................................................................................
6
SARAN .......................................................................................................................................
6
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................
6
LAMPIRAN ................................................................................................................................
8
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Karakteristik morfologi sel dan pewarnaan Gram isolat-isolat bakteri metanotrof ................
2 Ciri-ciri fisiologi isolat-isolat bakteri metanotrof.....................................................................
3 Hasil analisis sekuen gen 16S rRNA dengan menggunakan program BLAST-N ...................
2
3
4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Hasil elektroforesis dari amplifikasi gen 16S rRNA menunjukkan pita DNA berukuran
~1.3 kb ............................................................................................................................. .........
2 Pohon filogenetik berdasarkan sekuen gen 16S rRNA dari isolat-isolat bakteri metanotrof
yang dibandingkan dengan sekuen gen 16S rRNA dari beberapa spesies bakteri metanotrof
lainnya .....................................................................................................................................
3
4
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Hasil pewarnaan Gram isolat-isolat bakteri metanotrof ......................................................... 9
2 Hasil sekuen gen 16S rRNA dan BLAST-N isolat-isolat bakteri metanotrof .......................... 11
3 Hasil analisis bioinformatika menggunakan program BLAST-N pada situs NCBI.................. 20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengukuran emisi CH4 di lahan
sawah mengindikasikan bahwa metan yang
diproduksi pada bagian anaerob sebagian
dioksidasi pada lapisan permukaan sedimen
sawah (Conrad & Rothfus 1991). Bakteri
pengoksidasi metan atau methanotroph
adalah organisme aerobik yang dapat
tumbuh dan berkembang dengan metan
sebagai satu-satunya sumber energi. Oleh
karena itu, oksidasi metan dapat terjadi
pada lingkungan mikro yang bersifat
aerobik pada zona perakaran dan pada
bagian yang bersifat toksik pada lapisan
permukaan tanah. Proses oksidasi metan
tersebut diinisiasi oleh enzim metan monooksigenase yang berperan dalam konversi
metan menjadi metanol (Oremland dan
Capone 1988). Enzim MMO juga berperan
dalam degradasi berbagai senyawa polutan
seperti trikloroetilen, isomer-isomer dari
dikloroetilen, vinil klorida, dan kloroform
(Graham et al. 1992). Oksidasi CH4 oleh
bakteri metanotrof di lahan sawah dapat
mencapai 80 % dari CH4 yang diproduksi
oleh bakteri metanogen (Conrad & Rothfus
1991). Hal ini menunjukkan bahwa
aktivitas oksidasi CH4 selain dipengaruhi
oleh faktor lingkungan juga dipengaruhi
oleh dominansi jenis bakteri metanotrof
dari komunitas mikroba di lahan sawah.
Menurut Hanson & Hanson (1996), upaya
mereduksi emisi metan akan 20-60 kali
lebih
efektif
dalam
mengurangi
kemungkinan pemanasan atmosfer bumi
pada abad mendatang daripada mengurangi
emisi CO2.
Informasi tentang aspek mikrobiologi
komunitas bakteri baik jenis, aktivitas dan
dominasi bakteri metanotrof yang berperan
penting dalam menurunkan emisi gas rumah
kaca CH4 pada lahan sawah di Indonesia
masih sangat jarang. Oleh karena itu kajian
ilmiah tentang komunitas bakteri baik
jenis/spesies, aktivitas dan dominansi
mikroba
bakteri
metanotrof
penting
dilakukan, sehingga hasil dan informasinya
dapat mendukung dan dimanfaatkan untuk
mewujudkan lahan sawah yang ramah
lingkungan.
Aplikasi bakteri metanotrof sebagai
pengoksidasi metan dapat menjadi salah satu
solusi untuk mengurangi emisi metan dari
sawah. Sebanyak 40 isolat bakteri
metanotrof berhasil diisolasi dari sedimen
sawah di Bogor dan Sukabumi. Oksidasi
metan tertinggi dihasilkan oleh isolat BGM
1, BGM 2, BGM 3, BGM 9, dan SKM 14
(Hapsary 2008). Oleh karena itu perlu
dilakukan karakterisasi fisiologi dan analisis
molekular terhadap isolat-isolat bakteri
metanotrof tersebut untuk identifikasi
hingga tingkat spesies.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengkarakterisasi secara fisiologi dan
mengidentifikasi secara molekular isolatisolat bakteri metanotrof asal sawah wilayah
Bogor dan Sukabumi.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan bulan
Februari 2009 sampai dengan bulan Mei
2009 di Laboratorium Mikrobiologi,
Departemen Biologi, FMIPA, IPB.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu 5
isolat bakteri metanotrof BGM 1, BGM 2,
BGM 3, BGM 9, dan SKM 14 asal sawah
wilayah Bogor dan Sukabumi.
Peralatan yang digunakan, yaitu PCR
(Perkin Elmer Biosystem, USA), Laminar
Air Flow, autoklaf, sentrifuse, elektroforesis
mini-gel (BioRad Mini-Sub Cell GT, CA,
USA), UV Transluminator (Hoefer Scientific
Instruments, San Fransisco, USA), dan
peralatan lainnya yang biasanya digunakan
di laboratorium mikrobiologi.
Metode
Pemurnian dan peremajaan isolat.
Isolat-isolat bakteri metanotrof dimurnikan
dan diremajakan pada media agar NMS
(Nitrate Mineral Salts) dan diinkubasi pada
suhu ruang (27°C) selama 3-14 hari.
Pewarnaan Gram dan Uji Fisiologi.
Isolat-isolat bakteri metanotrof yang telah
dimurnikan dan diremajakan dilakukan
pewarnaan Gram. Selanjutnya dilakukan
karakterisasi secara fisiologi dan biokimia
dengan menggunakan API-Kit (API 20NE).
Isolasi, Amplifikasi, dan Visualisasi
DNA Genom. Isolasi DNA genom
menggunakan metode Lazo (Lazo et al
1987). DNA genom hasil isolasi digunakan
untuk amplifikasi gen 16S- rRNA
menggunakan Polymerase Chain Reaction
(PCR).
Amplifikasi
gen
16S-rRNA
dilakukan dengan memakai DNA template
2
yang diamplifikasi dengan kit Ready To Go
PCR Beads (Pharmacia-Biothec) dengan
menggunakan universal primer spesifik
prokaryot (Marchesi et al. 1998), yaitu 63f
(5’-CAGGCCTAACACATGCAAGTC-3’)
dan
1387r
(5’GGGCGGWGTGTACAAGGC-3’). Kondisi
PCR yang digunakan adalah Pre-PCR pada
suhu 94oC selama 2 menit, denaturasi pada
suhu 92oC selama 30 detik, Annealing
primer pada suhu 55oC selama 30 detik,
Elongation atau perpanjangan primer pada
suhu 75oC selama 1 menit, dan Post PCR
pada suhu 75oC selama 5 menit, dengan
jumlah siklus sebanyak 30 kali. Pemisahan
DNA produk PCR dilakukan pada
Elektroforesis
mini-gel
dengan
menggunakan agarose 2 % (b/v) pada
tegangan listrik 50 volt selama 45 menit
(Sambrook et al. 1989).
Visualisasi
menggunakan Ethidium Bromida dan dilihat
di bawah UV Transluminator.
Sekuensing DNA. DNA hasil
amplifikasi lalu disekuensing di PT.
CHAROEN PHOKPHAND INDONESIAJakarta, untuk mengetahui urutan basa
DNA-nya. Hasil sekuen kemudian dijajarkan
dengan data GenBank menggunakan
program BLAST-N (Basic Local Alignment
Search Tool-Nucleotida) dari situs NCBI
(National
Center
for
Biotechnology
Information) untuk mengetahui kemiripan
spesies dari isolat yang diuji.
Analisis Filogenetik. Konstruksi
pohon
filogenik
dilakukan
dengan
menggunakan program MEGA 4.0 (Kumar
et al. 2004), metode Neighbor Joining (NJ)
dengan bootstrap 1000x.
HASIL
Karakteristik Koloni Sel Isolat Bakteri
Metanotrof
Isolat BGM 1, BGM 3, dan SKM
14 memiliki sel berbentuk batang dengan
penataan rantai sedangkan isolat BGM 2dan
BGM 9 memiliki sel berbentuk bulat dengan
penataan rantai. Kelima bakteri metanotrof
merupakan bakteri gram negatif, tidak
membentuk spora, dan non-motil (Tabel 1).
Hasil uji fisiologi menggunakan
API 20 NE menunjukkan bahwa kelima
isolat bakteri metanotrof dapat mereduksi
nitrat menjadi nitrit (kecuali BGM 9), tidak
dapat mereduksi nitrat menjadi nitrogen
(kecuali BGM 9), menghasilkan urease
(kecuali BGM 1), menghidrolisis βglukosidase
(kecuali
BGM
9),
menghidrolisis protease, menghasilkan βgalaktosidase. Kelima bakteri metanotrof
juga melakukan asimilasi glukosa, arabinosa
(kecuali BGM 3), manosa (kecuali BGM 1),
manitol, N-asetil-glukosamin,
maltosa,
potasium glukonat (kecuali BGM 2), asam
malat, dan trisodium sitrat (kecuali BGM 2).
Selain itu bakteri metanotrof dapat
melakukan fermentasi glukosa pada isolat
BGM 3, menghasilkan arginin pada BGM 3
dan BGM 9, melakukan asimilasi asam
capric pada isolat BGM 1, BGM 3, dan
BGM 9, asimilasi asam adipic pada isolat
BGM 9, dan asimilasi asam penilasetik pada
BGM 1, BGM 3, dan BGM 9 (Tabel 2).
Tabel 1 Karakteristik morfologi sel dan pewarnaan Gram isolat-isolat bakteri metanotrof
Isolat
Bentuk dan
Pewarnaan
penataan sel
Gram
BGM 1
batang, rantai
-
BGM 2
bulat, rantai
-
BGM 3
batang, rantai
-
BGM 9
bulat, rantai
-
SKM 14
batang, rantai
-
23
Tabel 2 Ciri-ciri fisiologi isolat bakteri metanotrof
Isolat
Bakteri
Metanotrof
1
2
3
4
BGM 1
+/-
-
-
BGM 2
+/-
-
-
BGM 3
+/-
-
BGM 9
-/+
SKM 14
+/-
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
-
-
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
-
-
-
+
-
+
+
+
+
+
+
-
+
-
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
-
-
+
+
-
+
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
-
+
+
-
Ket : 1.Nitrat (NO2/N2) 2. Triptofan 3. Glukosa 4. Arginin 5. Urea 6. Esculin ferric sitrat 7.
Gelatin 8. 4-nitrophenil-βD-galaktopiranosida 9. Glukosa 10. Arabinosa 11. Manosa 12. Manitol
13. N-asetil-glukosamin 14. Maltosa 15. Potasium glukonat 16. Asam capric 17. Asam adipic 18.
Asam malat 19. Trisodium sitrat 20. Asam penilasetik
Isolasi, amplifikasi, dan Visualisasi DNA
Genom
Isolasi DNA genom isolat-isolat
bakteri metanotrof dilakukan dengan
menggunakan metode Lazo, yang dibuktikan
dengan terbentuknya satu pita untuk tiap
DNA genom isolat-isolat bakteri metanotrof
setelah dielektroforesis dan diamati di atas
UV transluminator.
Amplifikasi gen 16S rRNA dari
kelima
isolat
bakteri
metanotrof
menggunakan
Primer universal 63 f dan 1387r yang
spesifik untuk prokariot. Hasil amplifikasi
pada gel elektroforesis yang diamati di atas
UV transluminator memperlihatkan adanya
pita DNA penyandi gen 16S rRNA dengan
ukuran
~1.3 kb setelah dibandingkan dengan DNA
marker (1 kb DNA ladder) (Gambar 1)
Sekuensing DNA
Hasil sekuen gen 16S rRNA tiap
isolat dianalisis similaritasnya dengan data
di
GenBank
menggunakan
program
BLAST-N (Basic Local Alignment Search
Tool-Nucleotida) (Lampiran 2). Berdasarkan
analisis program BLAST-N diketahui
homologi spesies dari isolat yang diuji
(Lampiran 3). Isolat BGM 1 memiliki
kemiripan 74% dengan Methylocystis rosea
strain SV97T, isolat BGM 2 memiliki
kemiripan 83% dengan Methylococcus
capsulatus strain texas, isolat BGM 3
memiliki
kemiripan
69%
dengan
Methylocystis parvus strain 57, isolat BGM
9 memiliki kemiripan 85% dengan
Methylococcus capsulatus strain texas, dan
1
2
3
4
5
M
10.0 kb
1.5 kb
1.0 kb
M: marker 1 kb DNA ladder
Sumur 1: BGM 1
Sumur 2: BGM 2
Sumur 3: BGM 3
Gambar
Sumur 4: BGM 9
Sumur 5: SKM 14
1 Hasil elektroforesis dari
amplifikasi gen 16S rRNA
menunjukkan
pita
DNA
berukuran ~1.3 kb.
isolat SKM 14 memiliki kemiripan 63%
dengan Methylobacter sp. clone GASPOKA-565-E11 (Tabel 3). Hasil sekuen isolat
BGM 1 dan BGM 3 termasuk ke dalam
kingdom: Bacteria, filum: Proteobacteria,
kelas:
Alphaproteobacteria,
ordo:
Rhizobiales, dan famili Methylocystaceae.
Sedangkan isolat BGM 2, BGM 9, dan SKM
14 termasuk ke dalam kingdom: Bacteria,
filum:
Proteobacteria,
kelas:
Gammaproteobacteria,
ordo:
Methylococcales,
dan
famili:
Methylococcaceae.
24
Analisis Filogenetik
Data sekuen gen 16S rRNA dari
kelima isolat kemudian dibandingkan
dengan beberapa data sekuen gen 16S rRNA
dari beberapa spesies bakteri metanotrof
seperti Methylococcus capsulatus strain
texas, Methylococcus capsulatus (ACM
1292), Methylococcus capsulatus (ACM
3302), Methylocystis parvus strain 57,
Methylocystis
parvus
strain
81,
Methylocystis parvus, Methylocystis rosea
strain SV97T, Methylobacter sp. clone
GASP-OKA-565-E11, Methylobacter sp.
clone DFR2W1u37, dan Methylobacter sp.
clone BSP4Q1u04. Hasil perbandingan
sekuen ini kemudian divisualisasikan dalam
bentuk pohon filogenetik yang dapat
menunjukkan kekerabatan (Gambar 2).
Isolat bakteri metanotrof BGM 1 dan BGM
3
berada
satu
kelompok
dengan
Methylocystis
parvus
strain
57,
Methylocystis
parvus
strain
81,
Methylocystis parvus, dan Methylocystis
rosea strain SV97T. Sedangkan isolat
bakteri metanotrof BGM 2, BGM 9, dan
SKM 14 berada satu kaleompok dengan
Methylococcus capsulatus strain texas,
Methylococcus capsulatus (ACM 1292),
Methylococcus capsulatus (ACM 3302),
Methylobacter sp. clone GASP-OKA-565E11, Methylobacter sp. clone DFR2W1u37,
dan Methylobacter sp. clone BSP4Q1u04.
Skala 0.02 menunjukkan jarak evolusi pada
panjang cabang, sedangkan angka pada
cabang menunjukkan nilai bootstrap.
Tabel 3 Hasil analisis sekuen gen 16S rRNA dengan menggunakan program BLAST-N
Isolat
BGM 1
BGM 2
BGM 3
BGM 9
SKM 14
Spesies Bakteri Metanotrof homolog
Methylocystis rosea strain SV97T
Methylococcus capsulatus strain texas
Methylocystis parvus strain 57
Methylococcus capsulatus strain texas
Methylobacter sp. clone GASP-OKA-565-E11
% identitas
74%
83%
69%
85%
65%
No.akses
AJ414656.1
AJ563935.1
AJ458508.1
AJ563935.1
EU043582.1
Methylococcus capsulatus (ACM 1292)
Methylococcus capsulatus strain texas
Methylococcus capsulatus (ACM 3302)
Uncultured Methylobacter sp. clone GA...
Uncultured Methylobacter sp. clone DF...
Uncultured Methylobacter sp. clone BS...
BGM 9
SKM 14
BGM 2
BGM 3
BGM 1
Methylocystis rosea strain SV97T
Methylocystis parvus strain 81
Methylocystis parvus strain 57
Methylocystis parvus
Gambar 2 Pohon filogenetik berdasarkan sekuen gen 16S rRNA dari isolat-isolat bakteri
metanotrof yang dibandingkan dengan sekuen gen 16S rRNA dari beberapa spesies
bakteri metanotrof lainnya
5
PEMBAHASAN
Uji fisiologi kelima isolat bakteri
metanotrof menunjukkan nilai positif pada
uji gelatin, uji PNPG (Para-NitroPhenyl-βDGalactopyranosidase), uji asimilasi glukosa,
uji asimilasi manitol, uji asimilasi N-asetilglukosamin, uji asimilasi maltosa, dan uji
asimilasi asam malat. Uji gelatin positif
menunjukkan
bahwa
isolat
dapat
menghidrolisis gelatin yang merupakan
protein berukuran besar menjadi polipeptida
dan kemudian menjadi asam amino dengan
menggunakan enzim protease.
Uji PNPG dilakukan untuk mengetahui
kemampuan isolat dalam memproduksi
enzim
ß-galaktosidase yang dapat
menghidrolisis atau menguraikan laktosa
menjadi glukosa dan galaktosa, hasil positif
akan mengubah warna media yang tidak
berwarna menjadi kuning. Menurut Tryland
& Fiskdal (1997), ß-galaktosidase dapat
dihasilkan oleh bakteri gram negatif
(Enterobacteriaceae,
Vibrinoceae,
Pseudomonadaceae, dan Neisseriaceae),
bakteri gram positif (Lactobacteriaceae,
Streptococcaceae), yeast, dan fungi.
Kelima isolat bakteri metanotrof
mampu menggunakan dengan baik beberapa
sumber karbon untuk proses asimilasinya,
yaitu glukosa, manitol, N-asetil-glukosamin,
maltose, dan asam malat.
Pada hasil sekuensing DNA (Lampiran
2), terdapat komposisi basa DNA G+C yang
lebih banyak dibandingkan komposisi basa
DNA A+T. Komposisi basa DNA G+C pada
pada genus Meyhylobacter sebesar 49%60%, pada genus Methylococcus sebesar
59%-66%,
sedangkan
pada
genus
Methylocystis sebesar 62%-67% (Hanson &
Hanson 1996). Semakin tinggi nilai
kandungan G+C maka semakin sukar
molekul
untai-ganda
DNA
tersebut
dipisahkan (Yuwono 2008).
Analisis sekuen gen 16S rRNA
menunjukkan bahwa dari kelima isolat
bakteri metanotrof, isolat BGM 1 memiliki
kemiripan terdekat dengan Methylocystis
rosea strain SV97T pada data GenBank,
isolat BGM 3 memiliki kemiripan terdekat
dengan Methylocystis parvus strain 57 pada
data GenBank, isolat BGM 2 dan BGM 9
memiliki kemiripan terdekat dengan
Methylococcus capsulatus strain texas pada
data GenBank, dan isolat SKM 14 memiliki
kemiripan dengan Methylobacter sp. clone
GASP-OKA-565-E11 pada data GenBank
(Lampiran 3). Sedangkan berdasarkan
analisis pohon filogenetik terlihat bahwa
isolat BGM 1 memiliki kemiripan terdekat
dengan Methylocystis rosea, isolat BGM 3
memiliki kemiripan terdekat dengan
Methylocystis parvus, isolat BGM 2 dan
BGM 9 memiliki kemiripan terdekat dengan
Methylococcus capsulatus, dan isolat SKM
14 memiliki kemiripan terdekat dengan
Methylobacter
sp.
Hal
ini
dapat
membuktikan bahwa isolat BGM 1 dapat
digolongkan ke dalam spesies Methylocystis
rosea, isolat BGM 3 dapat digolongkan ke
dalam spesies Methylocystis parvus, isolat
BGM 2 dan BGM 9 dapat digolongkan ke
dalam spesies Methylococcus capsulatus,
dan isolat SKM 14 dapat digolongkan ke
dalam spesies Methylobacter sp.
Pada pohon filogeni dapat dilihat
bahwa isolat BGM 1 dan BGM 3 berada
satu kelompok dengan Methylocystis parvus
strain 57, Methylocystis parvus strain 81,
Methylocystis parvus, dan Methylocystis
rosea strain SV97T, namun isolat BGM 1
memiliki kekerabatan terdekat dengan
Methylocystis rosea strain SV97T dan isolat
BGM 3 memiliki kekerabatan terdekat
dengan Methylocystis parvus strain 57.
Isolat BGM 2, BGM 9, dan SKM 14 berada
satu kaleompok dengan Methylococcus
capsulatus strain texas, Methylococcus
capsulatus (ACM 1292), Methylococcus
capsulatus (ACM 3302), Methylobacter sp.
clone GASP-OKA-565-E11, Methylobacter
sp. clone DFR2W1u37, dan Methylobacter
sp. clone BSP4Q1u04, namun isolat BGM 2
dan BGM 9 memiliki kekeraban terdekat
dengan Methylococcus capsulatus strain
texas. Sedangkan isolat SKM 14 memiliki
kekerabatan terdekat dengan Methylobacter
sp. clone GASP-OKA-565-E11.
16S rRNA dapat digunakan sebagai
penanda molekuler karena molekul ini ada
pada setiap organisme dengan fungsi yang
identik pada seluruh organisme. Analisis gen
penyandi 16S rRNA praktis untuk definisi
spesies, karena molekul ini ada pada setiap
organisme , sehingga dapat dirancang suatu
primer yang universal untuk seluruh
kelompok (Pangastuti 2006). Data urutan
basa
gen
penyandi
16S
rRNA
memungkinkan
digunakan
untuk
mengkonstruksi pohon filogenetik yang
dapat menunjukkan nenek moyang dan
hubungan kekerabatan organisme (Ward
1998).
Menurut Hanson & Hanson (1996),
genus Methylobacter memiliki sel berbentuk
bulat, bulat panjang, atau batang dengan
6
motilitas bervariasi, tidak dapat memfiksasi
nitrogen, tidak tumbuh pada suhu 45°C, dan
memiliki pigmentasi sel berwarna coklat
atau kuning. Genus Methylococcus memiliki
sel berbentuk bulat atau bulat panjang
dengan
motilitas
bervariasi,
dapat
melakukan fiksasi nitrogen, dapat tumbuh
pada suhu 45°C, dan memiliki pigmentasi
sel berwarna coklat atau kuning. Sedangkan
genus Methylocystis memiliki sel berbentuk
bulat, batang, atau bulat panjang.
Methylocystis rosea merupakan bakteri gram
negatif, berbentuk batang dengan lebar 0.81.1µm dan panjang 1.1-2.5µm, non-motil,
tidak membentuk spora, dengan penataan
tunggal atau rantai. (Wartiainen et al 2006).
Methylocystis parvus. merupakan bakteri
metilotrof obligat yang menggunakan
metanol sebagai satu-satunya sumber
karbon. Bakteri ini tumbuh pada pH
optimum antara 7 dan 9 dan temperatur
optimum antara 30-37°C. Selain itu bakteri
ini memiliki komponen utama polisakarida
berupa D-glucose (82%) dan L-rhamnose
(14%) (Hou et al 1979). Methylococcus
capsulatus merupakan bakteri metilotrofik
gram negatif yang memiliki bentuk bulat
dan merupakan mikroba termofilik yang
dapat hidup secara optimal pada suhu 45°C.
Bakteri Metanotrof ini dapat merubah gas
rumah kaca dan metan menjadi sumber
energi untuk hidupnya dan juga berperan
menurunkan tingkat gas metan di atmosfer
bumi (Brock 2002). Methylobacter memiliki
bentuk morfologi bulat panjang-batang
dengan lebar 0.8-1.5µm dan panjang 1.23.0µm dengan penataan tunggal atau rantai,
motil pada kultur muda, dan non motil pada
kultur tua. Methylobacter sp. merupakan
bakteri
metanotrof
obligat
yang
menggunakan metan dan methanol sebagai
sumber karbon dan energi. Beberapa bakteri
ini juga menggunakan methylamine sebagai
sumber karbon dan energi (Dworkin et al
2006).
Bakteri metanotrof memiliki sistem
enzim yang spesifik yaitu methane
monooksigenase (MMO) yang juga dapat
mendegradasi senyawa organoklorin seperti
trikloroetilen,
isomer-isomer
dari
dikloroetilen, vinil klorida, dan kloroform
(Graham et al. 1992). Metanotrof
mempunyai dua tipe MMO yaitu soluble
MMO (sMMO) dan particulate MMO
(pMMO). Methylobacter dan Methylococcus
termasuk metanotrof tipe I yang dapat
mengespresikan enzim pMMO sedangkan
Methylocsytis termasuk metanotrof tipe II
yang dapat mengespresikan sMMO (Hanson
& Hanson 1996).
SIMPULAN
Kelima isolat bakteri metanotrof
hasil isolasi menunjukkan hasil positif
terhadap uji gelatin, enzim β-galactosidase,
asimilasi glukosa, asimilasi manitol,
asimilasi N-asetil-glukosamin, asimilasi
maltosa, dan asimilasi asam malat
Isolat BGM 1 memiliki kemiripan
terdekat dengan Methylocystis rosea strain
SV97T (74%) isolat BGM 3 memiliki
kemiripan terdekat dengan Methylocystis
parvus strain 57 (69%), sedangkan isolat
BGM 2 dan BGM 9 memiliki kemiripan
terdekat dengan Methylococcus capsulatus
strain texas (83% dan 85%), isolat SKM 14
memiliki kemiripan dengan Methylobacter
sp. clone GASP-OKA-565-E11 (65%).
SARAN
Percobaan bakteri metanotrof di
tanaman padi perlu dilakukan untuk
mengetahui
efektivitasnya
dalam
menurunkan emisi gas metan di sawah
DAFTAR PUSTAKA
Brock TD. 2002. Methylococcus capsulatus
is a methane-oxidising bacterium
that has great potential in
bioremediation Vol. 5 pp.9-33.
Conrad R, Rothfus F. 1991. Methane
oxidation in the soil surface layer of
a flooded rice field and the effect of
ammonium. Biol. Fertil. Soil 12:2832.
Dworkin M, Falklow S, E Rosenberg, KH
Scleifer, Stackebrandt. 2006. The
Prokaryotes: Proteobacteria: alpha
and beta subclasses Ed: 3. Springer
Graham DW, Korich DG, Leblanc RP,
Sinclair NA, Arnold RG. 1992.
Applications of a Colorimetric Plate
Assay
for
Soluble
Methane
Monooxygenase
Activity.
Appl
Environ Microbiol 58(7): 2231-2236.
Hanson
R,
Hanson
TE.
1996.
Methanotrophic Bacteria. Journal
of Microbiol Reviews 60(2): 439471.
Hapsary W. 2008. Isolasi dan karakterisasi
bakteri metanotrof asal sawah di
7
Bogor dan Sukabumi [skripsi].
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Hou CT, Laskin AI, Patel RN. 1979. Growth
and Polysaccharide Production by
Methylocystis parvus OBBP on
Methanol. Appl Environ Microbiol
37(5)
Kumar S, Tamura K, Jakobsen IB, Nei M.
2001.
MEGA2:
molecular
evolutionary
genetics
analysis
software. Bioinformatics 17:1244–
1245
Lazo GR, Roffey R, Gabriel DW. 1987.
Conservation of plasmid DNA
sequences
and
pathovar
identification
of
strain
Xanthomonas
campestris.
Pytopathology 77: 1461-1467.
Marchesi JR et al. 1998. Design and
evaluation of useful bacterium
specific PCR primer that amplify
genes coding for bacterial 16SrRNA. Appl Environ Microbiol
64:795-799.
Oremland RS, Capone DG. 1988. Use of
“specific”
inhibitors
in
biogeochemistry and microbial
ecology. Adv. Microbiol. Ecol.
10:285-383.
Pangastuti A. 2006. Definisi Spesies
Prokaryota Berdasarkan Urutan
Basa Gen Penyandi 16s rRNA dan
Gen
Penyandi
Protein.
Biodiversitas 7(3) : 292-296.
Sambrook J, Fritsch EF, Maniatis T. 1989.
Molecular Cloning: a Laboratory
Manual. Ed ke-2. New York: Cold
Spring Harbor Laboratory.
Tryland I, Fiksdal L. 1997. Enzyme
characteristics of β-D-galactosidase
and β-D-glucuronidase positive
bacteria and their interference in
rapid methods for detection of
waterborne
coliforms
and
Escherichia coli. J Appl Environ
Microbiol 64 : 1018-1023
Ward, D.M. 1998. A natural species
concepts for procaryotes. Current
Opinion in Microbiol 1: 271-277.
Wartiainen I, Hestness AG, McDonald IR,
MM Svenning. 2006. Methylocystis
rosea
sp.
nov.,
a
novel
methanotrophic bacterium from
Arctic wetland soil, Svalbard,
Norway
(78°C).
Norway:
Department of Biology, Faculty of
Science, University of Tromsø
Yuwono T. 2008. Biologi Molekular. Jakarta
: Erlangga.
LAMPIRAN
9
Lampiran 1 Hasil pewarnaan Gram isolat-isolat bakteri metanotrof
BGM 1
(perbesaran 100x10)
BGM 3
(perbesaran 100x10)
SKM 14
(perbesaran 100x10)
BGM 2
(perbesaran 100x10)
BGM 9
(perbesaran 100x10)
10
Kontrol Pewarnaan Gram
Bakteri Gram Positif Staphylococcus aureus
Bakteri Gram Negatif Escherichia coli
11
Lampiran 2 Hasil sekuen gen 16S rRNA parsial dan BLAST-N isolat-isolat bakteri metanotrof
A) Urutan nukleotida hasil sekuen gen 16S rRNA isolat BGM 1
GGCGGACGNGTGAGTAACNCGCTGNGAATCNACCGCNACCCTNCTNCAATAACGCCTGGAGA
ACNTGTTGCTACTACCACNATACTCCCTCCTNNGGAAANATTNTTCGTCGGNATGATGAGCCC
GCCGTTGNCATTATTCTNTTTGGNGGGGTNAAGGCCTNCCCCGGCGACAATCCNTATCTGGNC
TNAGAGGATGATCNCCCACATTGNGACTGAGACACGGCCCNCACTCCNATACGAGGCNCCAC
TGGGGAATATTGTNCAATGGGCGCAAGCCTGATCCACCCNTGCCCCGTGAGTGATGAAAGCC
CTATGGTTGTNAAGCTCTTTCTCCNNTGAAAATAATGACGGTNTTCCNAGAAGAAACCCCNGN
TATNTTNTNGCCNNCAGCCNCGGTAATACTAAANGGGGCTATCGTTGTTCTCAATTACTGNGC
GTAAAGCGCNCGTANGCGNATATTTATTTCANGGGAGAAATCCCCCAGCTCATCTCTGGAACT
GCCTTTGATACTGGGTATCTCTAGTATGGAAAAGGAGAGTGTAATTCCCAGTGTGTAGGTGAA
ATTCTTCATATATTCTTCAGGAACACCNCTGGTGGAAGGCGCNTCACTGGGCCCTTACTGACA
CTGAAGATGCTAAAACGNGGGGAGCAAACACGATTATATACCCTGGTGNNTCCCCNCCCCNA
AACAATNAATGTTGATCCGTCGGGCAGCTTGCTGTTCGNNTGGCNCACCTANACATTNAACAT
NCNCCCTGGGGAGTACCGCNCCCCNAATAAAACTCTCAGAANTNTCGNGGGNCCCCCCAACG
GNGGAACATGTGNTTTNTTNTAAAAACNCGCAAAACNTTCACCTCTTTAATNNGCGGANGCNC
ANAAAAAATTTTCTNCTTTCGNTGGNCCAAAANGGGGTNNNGGTTCCCCCCNCTGGGGGNAN
GTGGGTTATCCCCCACANCCCCCCCCCCNTNTTCCCCATTTTTGGGCCNTAGGNAGGCGG
B) Hasil BLAST-N sekuen gen 16S rRNA parsial dengan data GenBank isolat BGM 1
12
13
Lampiran 2 (Lanjutan)
A) Urutan nukleotida hasil sekuen gen 16S rRNA isolat BGM 2
TGCTCCTTGATTCANCGGCGGACGGGTGANTANTGCCTAGGAATCTGCCTGGTAGTGGGGGAC
AACGTTTCNAAAGGAACGCTAATACCGCATACGTCCTACGGGAGAAAGCAGGGGACCTTCGG
GCCTTGCGCTATCAGATGAGCCTAGGTCGGATTAGCTAGTTGGTGAGGTAATGGCTCACCAAG
GCNACGATCCGTAACTGGTCTGAGAGGATGATCAGTCACACTGGAACTGAGACACGGTCCAN
ACTCCTACGGGGAGGCAGCAGTGGGGAATATTGGACAATGGGCGAAAGCCTGATCCAGCCAT
GCCGCGTGTGTGAAGAAGGTCTTCNGATTGTAAAGCACTTTAAGTTGGGAGGAAGGGCAGTA
AGTTAATACCTTGCTGTTTTGACGTTACCGACANAATAAGCACCGGCTAACTCTGTGCCAGCA
GCCGCGGTAATACAGAGGGTGCAAGCGTTAATCGGAATTACTGGGCGTAAAGCGCGCGTAGG
TGGTTCGTTAAGTTGGATGTGAAAGCCCCGGGCTCAACCTGGGAACTGCATCCAAAACTGGCG
AGCTATAGTACGGTAGAGGGTGGTGGAATTTCCTGTGTAGCGGTGAAATGCNTAAATATAGN
AAGGAACACCAGTGGCGAAGGCGACCACCTGGACTGATACTGACACTGAGGTGCGAAAGCGT
GGGNAGCAAACAGGATTAAATACCCTGGTAGTCCNCNCCGTAAACNATGTCACTANCNGTTG
GAATCCTTGAAATTTANTGGCNCAGCTAACGCATTAGTTNACCCCTGGGAGTACGGCCCCANG
TTAAACTCAATGATTGACGGGGCCCCCNAACCGTGGACAGTGTTTATTCNAACACCNAAAACT
TACAGCCTGACTGCAAAANTTCCAAAATGATGGNCCTNGGANNCNACNNGGCTCAGGTGCCC
CCTTTNCNGAATNTNGNTANTCCTACANCCNCCTNN
B) Hasil BLAST-N sekuen gen 16S rRNA parsial dengan data GenBank isolat BGM 2
14
15
Lampiran 2 (Lanjutan)
A) Urutan nukleotida hasil sekuen gen 16S rRNA isolat BGM 3
GTGGCCGACGGGNGAATACNCGTGGNNCNCTACCTTTCTNNTTCGNAATNCTTCNGGGNNNCT
TGTTACTACTACCGTGATNCCCCCTTCGGGNGAAATTATTTCTCCCCTGATATATCNCGCCCGC
CNTCNGATTNTCTNTNTGGNGAGGTAANGGCTCACCAGNGACGACTCATCANTATNTGGTCTG
AGGANGATGATCACCCACTTTGNNTCTGANACACGNCCCACTCTCCTACGGGGGGCANCNGN
GGNNTAATATTGCACTNTGGGCGCGCCNCTGATCCACCCATGCCGCGNGTGNGATNAANNCC
TTAGGNTTGNAANNCTCTTTTGTCCGNNGAANATAATGACTGTNCCGNAANAATANCCCCCGN
NTANNTTCGTGCCANCACCCGCNNATATACAAAGGGGNCTAGCNTTGCTCAATAATCTCTGGG
CNTAAAGGGCGCGTANGCANCACTCTTAAGTCGGGNGNGAAAGCCCAGGNCTCATCCCTNGA
NTTGCCTTCNATACTGGATAGTCTTGTNCTTCGNAAGATGTTGGTNNCACCTGCGAGTGTAGA
GNTGANNTTCGTAAATATTCACAACACCACCNGTGGNAGAAGGCGNCCNNGGTGNNCCTAAT
ACNGACTCNGANGCGCAAAAGCGTGGAGCAGCAAACGANTATTATANCCCNTGNTACNCCNC
NCCNTAAACGATNAATGCCNCCNGNTGGGNATTTTNCTCTTCAGNGGCGCATCTAACNCTTNA
ATCCTCCCCCNGGGGAACACCNNCCCAANATNANACTCAAANGATTTGACGGGGCCCCCCAC
AGCGGNGNANNNTGTNTTTNTTTAAAACACNCGNAAATCTNNCCCNTTTTNAATGGCGGANTT
TCGNAAAAATTNTTNTNCNTNGNCTGCCCAANNNGGGTNGGTGGTTNCCCCCTCNGGGNGAA
TGGNGAATACCCNAAAGACCCCCTCCCCTNTTNCTTTTNGGG
B) Hasil BLAST-N sekuen gen 16S rRNA parsial dengan data GenBank isolat BGM 3
16
17
Lampiran 2 (Lanjutan)
A) Urutan nukleotida hasil sekuen gen 16S rRNA isolat BGM 9
TGCTCCATGAATTCAGCGGCGGACGGGTGAGTAATGCCTAGGAATCTGCCTGGTAGTGGGGG
ACAACGTTTCGAAAGGAACGCTAATACCGCATACGTCCTACGGGAACAAAGCAGGGGACCTT
CGGGCCTTGCGCTATCAGATGAGCCTAGGTCGGATTAGCTAGTTGGTGGGGTAAAGGCCTACC
AAGGCGACGATCCGTAACTGGTCTGAGAGGATGATCAGTCACACTGGAACTGAGACACGGTC
CAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTGGGGAATATTGGACAATGGGCGAAAGCCTGATCCAGCC
ATGCCGCGTGTGTGAAGAAGGTCTTCGGATTGTAAAGCACTTTAAGTTGGGAGGAAGGGCAG
TAAGTTAATACCTTGCTGTTTTGACGTTACCAACAGAATAAGCACCGGCTAACTTCGTGCCAG
CAGCCGCGGTAATACGAAGGGTGCAAGCGTTAATCGGAATTACTGGGCGTAAAGCGCGCGTA
GGTGGTTTGGTAAGATGGATGTGAAATCCCCGGGCTCAACCTGGGAACTGCATCCATAACTGC
CTGACTAGAGTACGGTAGAGGGTGGTGGAATTTCCTGTGTAGCGGTGAAATGCGTAGATATA
GGAAGGAACACCAGTGGCGAAGGCGACCACCTGGACTGATACTGACACTGAGGTGCGAAAGC
GTGGGGAGCAAACAGGATTAGATACCCTGGTAGTCCNCNCCGTAAACGATGTCNACTANCCG
TTGGGATCCTTGAAATCTTAGTGGCNCANCTANCNCGATAAGTCNACCCCTGGGGAGTACGGC
CCCAGGTTAAACTCAATGANTGACGGGGCCCCCCCAACGGNGGACATGTGNTTTATNCNAAC
ACNCAAAANCTTNCTGGCTTGACTNTCCGNACNTNCAAA
B) Hasil BLAST-N sekuen gen 16S rRNA parsial dengan data GenBank isolat BGM 9
18
19
Lampiran 2 (Lanjutan)
A) Urutan nukleotida hasil sekuen gen 16S rRNA isolat SKM 14
GCTCCTTGNTTCGACNGCGCACTGGTNACTACNGCCTNTCTANTCTGCCTGGCAGGGNGGCTA
CNACCTTTNACNNGGNACGCNCTTACCGCNTACATNTCTTACTCGGGAGAAAGNATGNGCAC
CTTCTNGCCTTGCGCTATCGGANGAGCCNAGGNCNNCATTAGGCTAACTTATCCGANGNNGTG
GCTGCACNAGANCATACAATCCGATTGCTGNCTCTNAACACGATGCATCAACTCACTCTGGGA
ACTGAGCACACGGGTCNATANTCCNCCNNGGAGGCCGCGCCNGATCAATATTGTGNCAATGT
GACGTAAATCCTGATCCTAGCCATNCCACGTGTCTTTAACAAGGTCTTCATGATTGNANAGCA
CCTTTAAAATTNNGCNCNAAGGTACNTTCAGTTNCATACCTTGCTGTTTTGACGATTGCCGGA
CTAGAATNNGCNCCGNNTNACTNTGTGCCAACNGCCCCNNTAATACAANTNNNGNNAGNGTT
NATCTCCAATTACTNNNNCTCAGGNNCTGCCTATTGTNNANTCGTTACCTTGGATGTGAAAGC
NCCNGNCTCAACNTNCGAANTGCATCCTNAACTGNCTAGNTATTCTANGGAACANCGGTGGT
GNAATTTCCTNTNTNGCGCCTTNACTGCCTNTATATATGCAAAGACCACNAGTNGCAANNGGA
ATCACNTGCCCTGATACTCACCCTGAAGTGCNAAAACGTGNGCNGCCAACAGGATTACATAN
CCTGGNAGNCCCTNCGTANAAANGTCNCTCCCGGTNAACCNTNGAAATTTAANGNCCAGTAA
TGCTNAGTCCCCCCTGGGGNAACNNCGNNTTTNNANTCAATGANTAACGTGCCCCCTGCGGG
GACANGGATTAATCAANNTCCTNAAACTTCGAGCCTGAAN
B) Hasil BLAST-N sekuen gen 16S rRNA parsial dengan data GenBank isolat SKM 14
20
Lampiran 3 Hasil analisis bioinformatika menggunakan program BLAST-N pada situs NCBI
A) Hasil BLAST-N isolat BGM 1
B) Hasil BLAST-N isolat BGM 2
C) Hasil BLAST-N isolat BGM 3
D) Hasil BLAST-N isolat BGM 9
21
E) Hasil BLAST-N isolat SKM 14
22
23
24
Download