JURNAL PERMATA INDONESIA Volume 6, Nomor 1, Mei 2015 ISSN 2086 – 9185 Halaman : 9 - 20 PENCEGAHAN PENULARAN HIV PEREMPUAN PASANGAN PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DI KOTA SEMARANG Dresti Widya Kangkin Pratiwi Program Studi RMIK, POLTEKKES Permata Indonesia E-mail : [email protected] Abstrak : Faktor risiko penularan HIV pada pengguna narkoba adalah melalui perilaku seksual tidak aman dan penggunaan narkoba suntik yang tidak steril secara bergantian sehinnga berdampak pada pasangan seksualnya khususnya perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan penularan HIV pada perempuan pasangan penasun di Kota Semarang dengan mendeskripsikan variabel karakteristik pasangan penasun meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, status penikahan, dan variabel self efficacy. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan utama pada penelitian ini adalah 6 pasangan tetap penasun yaitu 3 pacar dan 3 istri penasun di Kota Semarang. Sedangkan informan pendukung adalah penasun dan Petugas Outreach (PO) dari LPP Performa. Informan diambil secara purposive sampling. Dari 2 kelompok yang dibagi berdasarkan status pernikahan tersebut setiap kelompok terdiri dari Istri atau pacar yang mempunyai pasangan dengan status HIV positif, negatif dan yang belum diketahui status HIV-nya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencegahan penularan HIV perempuan pasangan penasun di Kota Semarang antara lain setia pada pasangan yaitu melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan saja baik yang sudah menikah maupun yang belum, menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual namun dilakukan secara tidak konsisten, tidak menggunakan napza suntik dan menggunakan jarum suntik yang steril pada saat pembuatan tattoo. Responden berada pada rentang usia 19-27 tahun, tingkat pendidikan responden paling rendah SMA dan paling tinggi sarjana, sebagian besar responden bekerja sebagai karyawan swasta. Self efficacy sebagian besar responden untuk melakukan sebuah tindakan pencegahan penularan HIV oleh dirinya cukup rendah. Disarankan kepada perempuan pasangan penasun untuk memahami dunia adiksi dan dampak yang akan dihadapi. Lebih banyak menjangkau pasangan penasun yang tersembunyi bagi lembaga pegiat Harm Reduction. Kata kunci : Perempuan, Perilaku Pencegahan HIV, Self Efficacy. Abstract : Risk factor HIV transmission among drugs users, especially injecting drug ones due to unsafe sexual behaviour and the use of non-sterile syringes. Such behaviour will impact on their sexual partners, especially women. This study aims to overview HIV transmission behavior prevention of IDU female spouse in Semarang by describing variable characteristics of IDUs' spouse that include age, education, occupation, marital status, and self efficacy. Methods of research used a qualitative approach of which the object of research or key informants in this study were 6 IDUs' regular couples who were IDUs' 3 girlfriends and wives in Semarang city. While supporting informants are IDUs and Outreach Officer (PO) of the LPP Performa. Informants were taken by purposive sampling. Out of 2 divided groups based on the marital status, each group consisted of a wife or girlfriend having positive, negative and unknown HIV partners. The results showed that HIV transmission behavior prevention of IDU female spouse in Semarang were faithful to their partners by having sexual intercourse with regular partners, who were already married or not, use condom during 9 Dresti Widya Kangkin Pratiwi | Pencegahan Penularan HIV Perempuan ............... sexual intercourse but not consistently, do not use injecting drugs and using a sterile syringe at the time of making tattoo. The respondents were in the age range 19-27 years, the lowest level of education of respondents was senior high school and the highest level was bachelor, most respondents worked as private employees. Self Efficacy of respondents to HIV prevention is quite low. It is recommended to IDUs' female spouse to understand more deeply the world of addiction and the impact that will be encountered. Reach more hidden IDU partner for Harm Reduction activist organizations. Key words : Women, HIV Prevention Behaviors, Self Efficacy. juta orang. Dari 30-93% pemakai narkotika PENDAHULUAN Masalah Human Immunodefeciency terinfeksi HIV, terutama pengguna narkotika (2) Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficinecy suntik Syndrome (AIDS) adalah masalah kesehatan pengguna narkoba adalah melalui perilaku masyarakat yang memerlukan perhatian yang seksual yang tidak aman dan penggunaan sangat serius. Ini terlihat dari jumlah kasus narkoba dengan jarum suntik yang tidak steril AIDS secara yang dilaporkan setiap tahunnya . Faktor risiko penularan HIV pada bergantian. Survei perilaku yang meningkat secara signifikan. Kementerian dilakukan oleh Depkes di 8 kota menunjukkan, Kesehatan (RI) kecenderungan perilaku menyuntik dengan melaporkan kasus AIDS secara kumulatif berbagi alat suntik masih tinggi. Hal ini sejak tahun 1987 ketika mulai ditemukan mengakibatkan penularan HIV tetap tinggi di kasusnya pertama kali di Indonesia sampai kalangan dengan September 2014 adalah 55.799 kasus prevalensi HIV pada kelompok penasun dengan jumlah kematian sebanyak 9.796 adalah sebesar 14%, kemudian meningkat kasus. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, pada tahun 2007 menjadi 54%2), meskipun kasus AIDS pada laki-laki mencapai 30.001 saat ini mengalami penurunan yaitu 15,2% kasus sedangkan pada perempuan mencapai namun dibandingkan faktor risiko lainnya, 16.149 kasus (1). penularan dari jarum suntik masih tinggi Republik Penyebaran Indonesia HIV saat ini masih terjadi melalui perilaku Pada tahun 2005, dibandingkan faktor risiko lainnya selain terkonsentrasi pada populasi kunci dimana penularan penasun. hubungan heteroseksual. yang Penasun memainkan peranan yang berisiko seperti penggunaan jarum suntik yang penting dalam penyebaran HIV di Indonesia. tidak steril pada kelompok pengguna narkoba Kelompok ini bukan saja memiliki risiko suntik (penasun), perilaku seks yang tidak tinggi terinfeksi karena perilaku berbagi jarum aman baik pada hubungan heteroseksual suntiknya, tetapi juga memiliki risiko akibat maupun homoseksual (2). hubungan seksual berganti pasangan dan tidak Saat ini estimasi pengguna narkoba menggunakan kondom. Hasil penelitian yang adalah 1,3-2 juta orang sedangkan estimasi dilakukan oleh lembaga penelitian Pusat pengguna narkoba suntik adalah lebih dari 1 Penelitian 10 HIV/AIDS Unika Atma Jaya Dresti Widya Kangkin Pratiwi | Pencegahan Penularan HIV Perempuan ............... kerjasama dengan FHI/ ASA di 6 propinsi di (IDU) di Jawa Tengah, khususnya di Kota Indonesia mengenai jaringan seksual dan Semarang dan sekitarnya telah mendapat penggunaan narkoba pada pengguna narkoba pengawasan khusus, mengingat mereka adalah suntik kebanyakan salah satu kelompok masyarakat resiko tinggi penasun pertama kali berhubungan seksual untuk terinfeksi HIV dan AIDS dan saat ini dengan pacarnya. Selain itu, selama hidupnya telah menempati urutan kedua penularan HIV penasun terlibat hubungan seksual dengan (27,46%). Salah satu penyebabnya karena berbagai jenis pasangan. Baik pasangan seks sebagian pengguna narkoba adalah pelaku tetap (istri/suami/pacar), pasangan seks kasual/ seksual aktif yang potensial terinfeksi atau tidak tetap (singkat dan sewaktu-waktu, bisa menularkan virus HIV (6). teman atau kenalan) dan pasangan seks Penelitian menemukan bahwa komersial. pemakaian Pada periode yang bersamaan mereka mengenai kondom hubungan seksual perilaku ketika pada melakukan penasun yang dapat melakukan hubungan seks dengan dilakukan di Kota Semarang oleh Setyawati semua jenis pasangan tersebut. Sebagian besar tahun 2009 pada 64 penasun di Kota Semarang penasun memiliki lebih dari satu pasangan menemukan seksual dalam setahun terakhir. Sebagian dari responden tidak selalu menggunakan kondom. pasangan itu juga memiliki pasangan seksual Sebanyak lain, termasuk pada pasangan tetap penasun. pasangan tetap dan sebanyak 35,9% responden Dari hasil Survei Surveilans Perilaku (SSP) di mempunyai pasangan seksual lebih dari satu. lima kota terhadap penasun tahun 2004/2005 Separuh responden tidak selalu menggunakan disimpulkan bahwa sebesar 48% dari mereka kondom dengan pasangan tetap dan 80% mempunyai pasangan tetap istri dari penasun (3) . Untuk jumlah laki-laki yang bahwa 68,8% sebanyak responden 59,4% mempunyai responden tidak selalu menggunakan kondom juga dengan pasangan tidak tetap. Dapat menggunakan narkoba suntik sebesar 10%, diperkirakan tingginya risiko penularan HIV namun pada penasun dan pasangannya (7). demikian 60% penasun wanita (4). Tingginya penularan HIV di kalangan demikian pengguna narkoba khususnya narkoba suntik mengakibatkan risiko penularan HIV telah disebabkan oleh perilaku seksual yang tidak masuk ke wilayah penularan yang lebih luas. aman dan penggunaan jarum suntik tidak Tidak hanya pasangannya, tapi kelompok lain steril. Perilaku tersebut akan berdampak pada yang tidak berisiko. pasangan seksualnya khususnya perempuan. mempunyai pasangan yang juga penasun Perilaku seksual Kota penasun yang Semarang merupakan kota Perempuan menjadi rentan tertular HIV dari penyumbang kasus HIV&AIDS terbanyak di pasangan seksualnya. Di Semarang KPA Kota Jawa Tengah dengan kasus AIDS sebanyak 95 melaporkan kasus dan HIV sebanyak 480 kasus (5) . Sejak distribusi kasus HIV pada perempuan sudah mencapai 47%, sedangkan tahun 2004, pengguna narkoba jarum suntik estimasi 11 penularan HIV pada pasangan Dresti Widya Kangkin Pratiwi | Pencegahan Penularan HIV Perempuan ............... penasun pada tahun 2009 adalah sebanyak 249 langsung berpengaruh pada jumlah infeksi (8) kasus . HIV pada pasangan seksual mereka. Dari hasil Perempuan lebih rentan terinfeksi HIV survei yang dilakukan oleh Rumah Sakit. karena keadaan biologisnya. Sebagaimana Ketergantungan Obat (RSKO) tahun diketahui jumlah virus di dalam air mani lebih 2001 menunjukkan bahwa para pengguna banyak dibandingkan jumlah virus di dalam narkoba yang pemeriksaan HIV dan AIDS-nya cairan vagina. Jika terjadi hubungan seksual positif, melalui penetrasi vagina, maka air mani akan memberitahukan membasahi dinding vagina dan rahim yang pasangannya. Padahal mereka tetap melakukan mempunyai permukaan yang luas. Sementara hubungan dinding rahim dan vagina hanya dilapisi Laporan nasional 2001 menunjukkan bahwa mukosa (lapisan tipis) yang lembut dan mudah 77 persen kasus HIV/AIDS ditularkan akibat terluka dan mudah menjadi jalan masuk virus hubungan seksual yang tidak aman HIV. yang menunjukkan penularan HIV pada Dengan demikian jika perempuan cenderung perempuan yang mengidap HIV kemungkinan perempuan menunjukkan terinfeksi HIV dua sampai empat kali lebih masyarakat. berani hasilnya seksual melakukan hubungan seks dengan laki-laki tidak tanpa pasangan kepada pengaman . (11) . Data penasun jumlah (10) belum sebenarnya di besar. Kemungkinan terinfeksi akan lebih Perkiraan jumlah yang rendah karena besar lagi jika adanya IMS yang tidak terobati. perempuan pasangan penasun tidak terlihat Faktor kedua perempuan rentan terinfeksi HIV dan juga tidak tahu tentang pasangan seksual adalah karena ketidakadilan gender dimana mereka posisi Perempuan mengetahui pasangan mereka terinfeksi HIV. dikonstruksikan untuk bersikap penurut, pasif, Menurut Fauzi Program Manager Lembaga sabar, dan setia. Pelopor Perubahan (LPP) Performa, kegiatan tawar tidak setara. Sementara laki-laki dikonstruksikan menggunakan penjangkauan pada narkoba, perempuan apalagi pasangan untuk berperan sebaliknya yaitu dominan, penasun di Kota agresif, mengambil inisiatif dalam hubungan dilakukan seksual, dan dianggap wajar bila mempunyai kegiatan Harm Reduction berhasil menjangkau lebih dari satu pasangan, baik sebelum 70 orang pasangan penasun selama tahun menikah, di dalam pernikahan maupun di luar 2008-2009, baik pasangan tetap, kasual dan pernikahan. Faktor ketiga adalah karena komersial, laki-laki maupun ekonomi. Perempuan Sedangkan jumlah perempuan memiliki penghasilan sering sendiri, kali tidak sehingga atau pasangan dalam menafkahi hidupnya . narkoba kasus secara langsung dalam program perempuan. pasangan yang berhasil didampingi sampai dengan sekarang hanya tersisa 2 orang (9) Tingginya lembaganya penasun tetap tergantung pada orang lain dalam hal ini suami Semarang yang telah saja. Sedikitnya jumlah perempuan pasangan penyalahgunaan penasun yang dijangkau dan didampingi maupun disebabkan tidak 12 oleh masih tersembunyinya Dresti Widya Kangkin Pratiwi | Pencegahan Penularan HIV Perempuan ............... keberadaan mereka, seringnya berganti-ganti naratif pasangan, selain itu masih tertutupnya penasun mereka. terhadap pasangan mereka mengenai status pengalaman-pengalaman Populasi dalam penelitian ini adalah pemakaian narkoba suntik. Mengingat tentang perempuan pasangan tetap penasun yaitu istri bahwa faktor risiko atau pacar penasun di Kota Semarang. Obyek penularan HIV pada perempuan pasangan penelitian atau informan utama pada penelitian penasun cukup tinggi, diharapkan mereka ini adalah pasangan tetap penasun yaitu pacar memahami faktor risiko penularan yang dapat dan terjadi pada mereka. Dengan memahami Sedangkan faktor-faktor risiko tersebut maka upaya penasun dan Petugas Outreach (PO) dari LPP pencegahan penularan HIV yang dapat mereka Performa. Informan diambil secara purposive kontrol dapat dilakukan. Sehingga penularan sampling, yaitu memilih sampel yang kaya HIV pada perempuan dapat dicegah sedini informasi. mungkin dan penularan pada ibu ke bayi dapat istri penasun di informan Peneliti Kota Semarang. pendukung mengambil adalah responden terhindarkan. Jika pencegahan penularan dapat sebanyak 6 orang yang dibagi berdasarkan dicegah sedini mungkin maka akan dapat status pernikahan responden yaitu sebagai istri mengurangi beban layanan kesehatan terutama atau dalam hal perawatan dan pengobatan Orang pasangannya. Dengan HIV&AIDS (ODHA). responden untuk setiap status pernikahan Oleh karena itu penelitian ini penting dilakukan agar dapat memahami pacar dan juga status Jumlah HIV dari masing-masing adalah 3 orang yaitu terdiri dari 3 istri dan 3 secara pacar. Dari 2 kelompok yang dibagi mendalam karakteristik perempuan pasangan berdasarkan status pernikahan tersebut setiap penasun dan self efficacy yang berhubungan kelompok terdiri dari Istri atau pacar yang dengan upaya pencegahan penularan HIV. mempunyai pasangan dengan status HIV positif, negatif dan yang belum diketahui status HIV-nya. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah Sedangkan penasun dan petugas menggunakan pendekatan kualitatif sebagai outreach sebagai informan triangulasi dengan suatu untuk jumlah penasun 3 orang, sedangkan petugas mendapatkan pemahaman yang lebih baik outreach berjumlah 1 orang. Pengambilan mengenai kompleksitas yang ada dalam informan dari petugas outreach 1 orang saja interaksi manusia (12). karena cukup mengetahui informasi dari para proses yang Rancangan dimana penelitian mencoba penelitian ini ini naratif dampingannya yang menjadi pasangan dari mendeskripsikan informan inti. kehidupan individual, mengumpulkan dan Analisa data dilakukan secara thematic menceritakan informasi tentang kehidupan content analysis yang dilakukan dengan individu-individu, serta melaporkannya secara tahapan pengumpulan data dan pengkodean. 13 Dresti Widya Kangkin Pratiwi | Pencegahan Penularan HIV Perempuan ............... Tahapan pengumpulan data dikumpulkan dari penasun tidak selalu berasal dari komunitas wawancara mendalam, hasilnya ditulis dalam yang sama dengan penasun, namun rata-rata bentuk catatan lapangan dan disalin dalam penasun selalu mempunyai pasangan yang bentuk transkip. Mengenal data yang diperoleh berasal dari komunitas yang sama. dengan membaca berulang-ulang data yang Jika dilihat dari usia responden, usia ada. Tahapan pengkodean adalah tahapan termuda dari keenam responden adalah 19 menghasilkan kode-kode. Menentukan tiga (3) tahun, sedangkan usia tertua adalah 27 tahun. tema besar, yaitu: Karakteristik, Self efficacy Dalam dan Perilaku pencegahan penularan HIV. responden yang berusia 21 tahun dan 23 tahun. rentang usia tersebut terdapat Usia tersebut tergolong dalam usia remaja akhir HASIL atau dewasa muda. Ketika para Dalam penelitian ini responden yang responden masih berusia remaja, lingkungan diambil berjumlah 6 orang perempuan dan pergaulan menjadi lingkungan yang sangat merupakan pasangan tetap dari pengguna berpengaruh napza suntik (penasun) di Kota Semarang. Pengaruh Perempuan pasangan penasun ini terdiri dari 3 dikenalnya dunia pengguna napza hingga orang istri dan 3 orang pacar. Seluruh didapatkannya responden terbagi lagi menjadi pasangan dari pengguna napza tersebut. penasun dengan HIV positif, negatif dan yang terhadap tersebut para antara pasangan Dikenalnya responden. lain, dari dunia mulai lingkungan napza juga belum diketahui status HIV-nya. Semua berpengaruh pada sebagian kecil responden responden merupakan pasangan dari penasun hingga akhirnya responden tersebut pernah yang merupakan dampingan dari Lembaga ikut menggunakan napza sebagai akibat dari Pelopor Perubahan (LPP) Performa. pengaruh pergaulan. Sebagian kecil responden Untuk dapat menjangkau perempuan pernah menggunakan napza, satu orang pasangan penasun, terlebih dahulu harus responden pernah memakai jenis napza pil dan menjangkau penasun maupun komunitas ganja sedangkan satu orang responden lainnya Komunitas penasun di Kota pernah menggunakan semua jenis napza, Semarang dapat ditemukan pada beberapa meskipun untuk jenis napza putaw responden kelompok kunci yang memiliki karakteristik tidak pernah khusus (punk, disuntik karena ketakutannya dengan jarum underground, skinhead, metal dll), komunitas suntik, namun pilihan napza favoritnya adalah tattoo, motor, piercing, Tionghoa, Arab-Jawa sabu-sabu. penasun. seperti komunitas musik menggunakan dengan cara dan lain-lain. Perempuan pasangan penasun Sebagian besar pasangan penasun berada di lingkungan sekitar penasun. Dengan berasal dari komunitas yang sama dengan menjangkau penasun, perempuan pasangan penasun. Oleh karena itu sebagian kecil penasun yang tetap dapat diidentifikasi melalui pasangan yang awalnya tidak pernah memakai penasun. napza dapat terpengaruh oleh pasangan dan Meskipun perempuan pasangan 14 Dresti Widya Kangkin Pratiwi | Pencegahan Penularan HIV Perempuan ............... lingkungan teman-teman untuk responden didapatkan dari pasangan. Bagi memakai napza. Perilaku minum alkohol rata- responden yang terinfeksi dan telah menikah, rata sudah umum dilakukan oleh perempuan responden terinfeksi dari suaminya yang pasangan penasun. Sedangkan dalam perilaku pertama. Status HIV responden sama dengan seksual rata-rata perempuan pasangan penasun status HIV pasangan. Responden yang belum adalah seksual aktif dan sudah melakukan diketahui status HIV-nya dikarenakan belum hubungan seksual dengan pasangannya sejak memiliki waktu untuk VCT dan belum adanya sebelum menikah, yaitu sejak responden masih keberanian untuk menjalani VCT demikian SMP. halnya dengan pasangan mereka. Lingkungan pasangan selain Tingkat pendidikan responden yang juga tinggi tidak mempengaruhi perilaku seksual mempengaruhi responden dalam melakukan dan pemakaian napza responden. Hal ini dapat hubungan seksual. Sebagian besar responden diketahui telah melakukan hubungan seksual pada usia responden yang pernah melakukan hubungan masih remaja yaitu pada saat responden masih seksual pertama kali ketika masih SMP dan duduk di bangku sekolah SMP dan SMA SMA. Selain itu sebagian kecil responden dengan tidak menggunakan kondom dan pernah menggunakan napza sejak SMA. dengan pasangan yang berbeda-beda. Sebagai Padahal akibat dari tidak menggunakan pendidikan, mempengaruhi pergaulan penggunaan Napza kondom dari perilaku jika melihat sebagian latar besar belakang responden memiliki kehamilan di luar nikah dan sebagian kecil sebagian kecil responden lainnya sedang responden terinfeksi HIV dari pasangan. Hal menempuh pendidikan S1 dan semuanya ini menunjukkan bahwa responden adalah mengambil pelaku seksual aktif tanpa melihat status Semarang dan Universitas Terbuka Semarang. pernikahan. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, hal ini menunjukkan enam responden, separuh responden telah pendidikan besar sebagian kecil responden pernah mengalami Jika dilihat dari status pernikahan, dari latar sebagian jurusan akhir keguruan bahwa tingkat di SMA, IKIP pendidikan responden tinggi. menikah dan separuh responden lainnya belum Tingkat pendidikan yang tinggi juga menikah. Bagi responden yang sudah menikah tidak menjamin responden kesemuanya telah dikaruniai anak. Sebagian informasi kecil responden yang sudah menikah ada yang kehamilan dan penularan HIV. Sebagian kecil memiliki 2 orang anak hasil dari pernikahan responden tidak mengetahui bahwa akibat yang pertama dan kedua. melakukan hubungan seksual dapat berisiko mengenai risiko mengetahui terjadinya Diketahui pula bahwa sebagian kecil terjadi kehamilan walaupun hanya sekali responden terinfeksi HIV. Responden yang melakukan hubungan seksual. Ketidaktahuan terinfeksi HIV, satu orang telah menikah dan informasi tersebut terjadi pada sebagian kecil satu orang lainnya belum menikah. Status HIV responden yang mengalami kehamilan di luar 15 Dresti Widya Kangkin Pratiwi | Pencegahan Penularan HIV Perempuan ............... nikah. Selain itu separuh responden mempunyai pendapatan yang lebih tinggi menyatakan bahwa ketika diawal mengenal dibandingkan penasun, responden juga belum mengetahui tingkat pendidikan yang hanya SMA. bahwa HIV dapat menular dari pemakaian napza suntik. Tidak hanya dengan responden dengan Self efficacy yang dimaksud dalam mengenai penelitian ini adalah kepercayaan/ keyakinan kehamilan dan penularan HIV melalui napza diri responden tentang kemampuan dirinya suntik yang tidak diketahui oleh responden, untuk melakukan sebuah tindakan pencegahan penularan HIV melalui tattoo juga tidak penularan diketahui oleh sebagian kecil responden. menunjukkan bahwa kemampuan sebagian HIV. Dalam penelitian Dari latar belakang pendidikan akhir besar responden untuk melakukan sebuah tersebut responden memilih untuk bekerja. tindakan pencegahan penularan HIV oleh Adapun dirinya cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dari jenis pekerjaannya antara lain karyawan swasta dan guru SD dengan tingkat upaya pendapatan berkisar antara Rp. 500.000-Rp. sebagian 1.000.000. Meskipun responden tersebut sudah pemakaian kondom pada pasangan. Dimana bekerja, bagi responden yang sudah menikah pemakaian kondom pada pasangan tidak selalu responden dilakukan karena tergantung oleh keinginan juga mendapatkan sumber pendapatan lain yaitu dari suami. pencegahan besar yang dilakukan responden oleh mengenai dan status HIV responden. Sebagian kecil Sebagian kecil responden yang belum responden merasa yakin dalam melakukan bekerja dikarenakan responden masih belum pencegahan penularan HIV melalui pemakaian mendapatkan pekerjaan dan juga baru saja kondom secara konsisten. melahirkan. Responden yang sudah menikah dan belum bergantung bekerja, dari sumber suami dan Sedangkan pemakaian kondom secara pendapatan tidak konsisten selalu dilakukan oleh sebagian orang besar tua. responden karena responden dan Sedangkan bagi responden yang belum bekerja pasangan seringkali lupa untuk memakai dan belum menikah pendapatan berasal dari kondom dan orang tua. pasangan Bagi responden yang sudah menikah dan belum bekerja pekerjaan kadangkala memang responden sengaja tidak dan ingin memakai kondom karena perasaan tidak sangat nyaman untuk memakai kondom baik oleh dibutuhkan untuk mendapatkan penghasilan responden maupun oleh pasangan. Bagi bagi kehidupan keluarganya sehingga tidak responden yang memiliki status HIV positif lagi tergantung dengan orang tua. Bagi begitu responden yang belum menikah dan belum pemakaian kondom bukan menjadi hal yang bekerja sangat membutuhkan pekerjaan untuk penting lagi, karena status HIV positif menghidupi adik-adik dan juga orang tuanya. responden dan pasangan sudah diterima. Sedangkan responden pendidikan terakhir D3 juga dengan kondom maka dengan tingkat Selain dan Sarjana penularan HIV lainnya adalah penggunaan 16 pemakaian pasangannya, pencegahan Dresti Widya Kangkin Pratiwi | Pencegahan Penularan HIV Perempuan ............... jarum suntik yang steril pada pemakaian napza ABCD (Abstinent, Be Faithfull, Condom Use, dan juga pembuatan tattoo. Namun peran Don’t use Drugs)13), yang paling sering responden yang dilakukan oleh responden adalah sikap setia menggunakan jarum suntik adalah selalu pada pasangan dan memakai kondom pada mengingatkan pemakaian jarum suntik yang saat melakukan hubungan seksual. Abstinent steril dan responden merasa yakin akan tidak dilakukan oleh responden maupun pemakaian jarum suntik yang steril selalu pasangan karena semua responden merupan dilakukan oleh pasangan. pasangan seksual aktif. terhadap pasangan Perilaku pencegahan penularan HIV Sedangkan pemakaian kondom merupakan praktik pencegahan penularan HIV menurut laporan mengenai program Harm baik melalui abstinent, bersikap setia pada Reduction yang disampaikan oleh PO LPP pasangan Performa maupun praktik penggunaan menunjukkan hasil pemakaian kondom oleh pasangan maupun dirinya sendiri kondom oleh penasun dan pasangannya adalah serta tidak menggunakan napza suntik. Hasil 100%. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik VCT dan IMS yang menyatakan rendahnya pencegahan penularan HIV yang dilakukan kasus HIV dan IMS baru. oleh sebagian besar responden kaitannya Dari 4 Strategi ABCD yang paling dengan pasangannya yang penasun adalah sering dilakukan oleh sebagian responden pemakaian jarum suntik yang steril baik dalam adalah B; yaitu bersikap setia pada pasangan pemakaian dan D; tidak menggunakan napza suntik. napza suntik maupun dalam pembuatan tattoo. Dalam pemakaian jarum Untuk perilaku suntik ini semua responden mempunyai menggunakan kondom secara konsisten tidak keyakinan pasangannya selalu melakukan hal banyak tersebut dan peran responden yang selalu responden. dilakukan pencegahan oleh dengan sebagian besar mengingatkan dan memastikan pasangannya untuk menggunakan jarum suntik yang steril. KESIMPULAN Perilaku pencegahan penularan HIV perempuan PEMBAHASAN pasangan penasun di Kota Dalam pemakaian kondom ketika Semarang adalah setia pada pasangan yaitu melakukan hubungan seksual, sebagian besar melakukan hubungan seksual hanya dengan responden tidak pasangan saja baik yang sudah menikah dilakukan secara konsisten. Bagi responden maupun yang belum, menggunakan kondom dengan HIV positif, merasa tidak perlu ketika melakukan hubungan seksual walaupun menggunakan kondom dengan pasangan yang secara tidak konsisten, tidak menggunakan sama-sama berstatus HIV positif. napza suntik dan menggunakan jarum suntik Dari pemakaian segi kondomnya perilaku pencegahan yang steril pada saat pembuatan tattoo. penularan HIV, yang terdiri dari 4 langkah 17 Dresti Widya Kangkin Pratiwi | Pencegahan Penularan HIV Perempuan ............... Penggunaan kondom ketika pemakaian melakukan hubungan seksual tidak dilakukan napza suntik maupun dalam pembuatan tattoo. secara konsisten oleh semua responden. Karakteristik responden bila dilihat Pemakaian kondom secara konsisten hanya berdasarkan usia yaitu usia responden termuda dilakukan oleh satu orang responden HIV adalah 19 tahun dan usia tertua adalah 27 positif dan satu orang responden HIV negatif. tahun. Dimana mereka sudah mulai menekuni Alasan pemakaian kondom adalah untuk bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai mencegah terjadinya kehamilan, IMS dan juga karirnya. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, HIV. Bagi responden yang sudah terinfeksi tingkat HIV pemakaian kondom dilakukan dengan responden adalah SMA, sebagian kecil lainnya alasan tidak ingin terjadi kehamilan dan juga adalah D3 dan Sarjana. Tingkat pendidikan untuk mencegah terjadinya superinfeksi antara yang tinggi tidak menjamin perilaku seksual, responden dan pasangan. Selain itu sebagai pemakaian upaya untuk mencegah penularan dari ibu ke mengenai anak, responden HIV posisitf mengikuti responden. Selain itu sebagian kecil responden program PMTCT (Prevention of Mother To pernah menggunakan narkoba sejak SMA Child Transmition) yaitu program pencegahan meskipun penularan HIV dari ibu ke anak Sedangkan responden lainnya (13) . pendidikan sebagian yang tidak besar risiko tahu dan penularan bahwa pengetahuan HIV narkoba pada sangat kecanduan. memakai Tingkat pendidikan yang tinggi juga kondom secara konsisten alasannya adalah tidak dikarenakan informasi dan narkoba sebagian besar membahayakan kesehatan dan menyebabkan bagi responden akhir pasangan menjamin responden mengenai mengetahui risiko terjadinya seringkali lupa dan adanya perasaan tidak penularan HIV. Sebagian besar responden nyaman ketika melakukan hubungan seksual sudah dengan menikah menggunakan kondom. bekerja. dan Responden belum yang bekerja, sudah sumber Ketidaknyamanan dialami baik oleh responden pendapatan bergantung dari suami dan orang maupun oleh pasangan. tua. Sedangkan bagi responden yang belum Responden juga berperan dalam bekerja dan belum menikah pendapatan pencegahan penularan HIV dari pasangan ke berasal dari orang tua. Responden dengan responden. juga tingkat pendidikan terakhir D3 dan Sarjana memastikan pasangannya melakukan tindakan mempunyai pendapatan yang lebih tinggi pencegahan penularan HIV. Peran responden dibandingkan dalam praktik pencegahan penularan HIV tingkat pendidikan yang hanya SMA. Jenis yang dilakukan oleh sebagian besar pasangan pekerjaan responden antara lain Guru SD dan responden adalah memastikan pasangannya Karyawan swasta. Sebagian besar bekerja memakai jarum suntik yang steril baik dalam sebagai karyawan swasta. Dimana responden 18 dengan responden dengan Dresti Widya Kangkin Pratiwi | Pencegahan Penularan HIV Perempuan ............... Kemampuan diri sebagian besar Kelompok ini adalah kelompok membantu diri responden untuk melakukan sebuah tindakan sendiri pencegahan penularan HIV oleh dirinya cukup anggota di seluruh dunia, yang berlandaskan rendah. Upaya pencegahan yang dilakukan pada program 12 langkah dan 12 tradisi oleh sebagian besar responden mengenai Narcotics Anonymous. Selain itu menjangkau pemakaian kondom pada pasangan tidak selalu lebih banyak ODHA untuk dapat terlibat di dilakukan karena tergantung oleh keinginan dalam Kelompok Dukungan Sebaya agar dapat pasangan berbagi pengalaman, saling mendukung dan dan status HIV responden. Responden yang tidak konsisten melakukan (self-help-group) dengan jutaan berbagi kekuatan. upaya pencegahan melalui pemakaian kondom dikarenakan lupa atau tidak ingin memakai kondom karena dirasa tidak nyaman. DAFTAR PUSTAKA Hal ini dialami baik oleh responden 1. maupun pasangan. Pencegahan terjadinya kehamilan menjadi satu alasan utama dalam 2. pemakaian kondom pada sebagian besar responden, bukan sebagai upaya pencegahan 3. HIV yang merupakan alasan utama pada sebagian besar responden. Namun ada sebagian kecil responden yang merasa yakin 4. dalam melakukan pencegahan penularan HIV melalui pemakaian kondom secara konsisten. Hal ini didasarkan oleh harapannya agar tidak terinfeksi HIV dari pasangan yang berisiko menularkan HIV. 5. SARAN 6. Saran dalam penelitian ini adalah membentuk kelompok dukungan Nar-Anon. Nar-Anon adalah penyalahguna persaudaraan narkoba dengan keluarga tujuan membantu satu sama lain (sesama keluarga 7. penyalahguna narkoba). Di dalam pertemuan8. pertemuan kelompok ini para keluarga saling berbagi pengalaman, kekuatan, dan harapan untuk membantu satu sama lain mengatasi masalah-masalah yang muncul akibat adiksi. 19 Ditjen PPM & PL Depkes RI. 2014. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Departemen Kesehatan. Jakarta. KPA. 2009. Analisis Situasi HIV & AIDS di Indonesia. Outline KPA on ICAAP9. Jakarta. Depkes & KPA. 2006. Laporan Nasional: Kegiatan Estimasi Populasi Dewasa Rawan Terinfeksi HIV Tahun 2006. Depkes. Swandari, Pamularsih. 2002. Program Penanggulangan HIV/AIDS di Kalangan Pengguna Napza Suntik Sebagai Respon Terhadap Epidemi HIV/AIDS : Studi Kasus di Kios Informasi Kesehatan PKPM Unika Atmajaya. (Tesis). Spiritia. 2008. Seri Buku Kecil Hepatitis Virus dan HIV. Yayasan Spiritia. Setyawati, Any. 2009. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Kondom Pada Saat Melakukan Hubungan Seksual Oleh Pengguna Narkoba Suntik/ Injecting Drug User (IDU) Di Kota Semarang. Semarang (Tesis). KPA Kota Semarang. 2009. Data VCT Ansis KPA Kota Semarang. Semarang. Aditya, BJ. 2005. Kerentanan Perempuan Terhadap HIV/AIDS. Jurnal Perempuan No. 43 : Melindungi Perempuan dari HIV/AIDS. Jakarta. Dresti Widya Kangkin Pratiwi | Pencegahan Penularan HIV Perempuan ............... 9. 10. 11. 12. 13. 14. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI. Peran Perempuan dalam Pencegahan Penularan HIV dan AIDS. Terdapat dalam: www.menegpp.go.id. Diakses pada tanggal, 22 Maret 2010. BKKBN. Antara AIDS dan Kesetaraan Perempuan. Terdapat dalam: http://www.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal: 23 Maret 2010. Department of Medicine, University of California San Francisco. Why woman patners of drug users will continue to be at high risk for HIV infection. Terdapat dalam: http://www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses pada tanggal 22 Maret 2010. Moeleong, L.J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Narsorunudin, M, Margarita, M. 2007. Konseling Dukungan, Perawatan dan Pengobatan ODHA. Surabaya. Airlangga : University Press. Gordon, Joyce D. Et all. 2007. Perempuan Di Balik Tirai Narkoba: Menguak Realita Menjangkau Harapan . Yayasan Harapan Permata Hati Kita. Jakarta : Yayasan Mitra Inti & Ford Foundation. 20