BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia itu selain sebagai mahluk individu yang harus mengenal dirinya juga sebagai mahluk sosial yaitu harus mampu hidup berinteraksi dengan manusia lainnya yakni dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk dapat berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat, manusia membutuhkan kecerdasan sosial yang memiliki fungsi sebagai sarana untuk memperoleh hubungan yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain, contohnya membantu orang lain, kerjasama, berkomunikasi dan partisipasi. Pengembangan kecerdasan sosial tersebut merupakan hal yang harus dicapai oleh suatu instansi pendidikan khususnya sekolah sebagai wadah yang selain memberikan ilmu juga membekali kecerdasan sosial yang pada dasarnya sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Sekolah merupakan suatu institusi pendidikan formal yang memiliki peranan penting dalam menyiapkan generasi bangsa, hal ini berarti akan menentukan kualitas warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekolah adalah wahana yang baik bagi tumbuhnya kecerdasan sosial siswa, dengan itulah akan tumbuh rasa sosial yang memberikan dampak positif bagi siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah sekolah dimana tempat siswa belajar. Belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar menurut Sunaryo (dalam Komalasari, 2011, hlm. 2) adalah kegiatan dimana seseorang menghasilkan suatu perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan ketrampilan untuk hidup bermasyarakat. Menurut pendapat Sudjana (1989, hlm. 28) bahwa belajar pada hakekatnya adalah proes interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1 individu. Sedangkan Adams & Dikcey (dalam, Siregar, Hlm. 1) secara luas menyatakan bahwa belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2 3 ada di sekitar individu maka guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktivitas belajar dengan cara memotivasi siswa, memfasilitasi siswa, mengorganiasi kelas, mengembangkan bahan pembelajaran, menilai program proses-hasil pembelajaran dan memonitor aktivitas siswa. Upaya perbaikan dalam proses pembelajaran menjadi kebutuhan yang sangat penting. Untuk itu, perlu di cari metode pembelajaran efektif yang berorientasi pada proses dan aktivitas aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dapat meningkat. Dengan meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan sosial siswa. Kenyataannya pembelajaran IPS pada umumnya diajarkan dengan model klasik, seperti ceramah dan diskusi kelompok, sehingga menciptakan kejenuhan dalam lingkungan belajar. Pada prosesnya, pembelajaran macam ini kurang membentuk sikap antusias pada diri siswa. Siswa cenderung bosan dan kurang memahami dengan hanya mendengarkan dan mendengarkan. Seharusnya pembelajaran IPS juga melibatkan langsung siswa untuk melakukan pengalaman di lapangan atau yang biasa disebut dengan observasi. Dalam teori belajar behavioristik menyatakan bahwa perubahan tingkah laku siswa yang tahan lama merupakan hasil belajar berdasarkan pengalaman (Wilis, 2006, hlm. 96). Pembelajaran IPS di sekolah seharusnya dilaksanakan dengan melibatkan langsung peserta didik terhadap masalah-masalah sosial, sehingga menjadikan pembelajaran bermakna. Pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk mengetahui dan melihat secara langsung yang terjadi di masyarakat dapat merubah tingkah laku siswa. Pembelajaran yang kurang menerapkan pembelajaran siswa dari pengalaman secara langsung dengan melihat kondisi masyarakat yang diketahui membuat kecerdasan sosial kurang bisa dibangun dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman siswa merupakan pembelajaran yang afektif dalam pembentukan sikap yang dimiliki siswa. Pendapat ini diperkuat oleh bandura, 1977 ( dalam permana, 2006) yang M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 mengemukanan teori belajar ‘social learning theories’ bahwa seseorang mengontrol lingkungan menggunakan pengalaman tindakan yang pernah ia lihat secara langsung. Pengalaman siswa dalam hal ini adalah pengalaman mempelajari dan melihat kondisi masyarakat secara langsung. Peneliti mempunyai pemikiran dari teori tersebut bahwa apa yang dipelajari oleh manusia secara langsung berdasarkan pengalamannya aka berpengaruh pada kepribadian dan sikapnya di masa yang akan datang. Penelitian sebelumnya yakni penelitian dalam thesis Permana (2006, hlm.32) yang berjudul ‘Penerapan metode pembelajaran berbasis masalah sosial dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kepekaan sosial siswa SD’, menyatakan bahwa kepekaan sosial maupun kesadaran sosial akan terjadi apabila adanya pengalaman indivdu dalam melihat masalah dan memecahkan masalah sosial secara langsung dilingkungan masyarakat akan meningkatkan cara berfikir dan munculnya sikap kepekaan sosial. Pengalaman belajar individu hakikatnya adalah hasil interaksi antar pribadi individu dengan lingkungannya. Hal tersebut kemudian dijelaskan kembali oleh Permana ( 2010, hlm.78) yakni kepekaan sosial muncul karena ada pengalaman individu dalam proses observasi pada waktu sebelumnya. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengklarifikasikan pengalaman tersebut dan mengembangkannya dikelas melalui rekonstruksi dengan melibatkan siswa dalam aktifitas sosial dan pembelajaran. Pendapat Kohlberg (dalam Mawardi, 2012, hlm. 12) yakni faktor penting dalam sebagai perangsang tahap penalaran moral adalah faktor pengalaman sosial yang disebut oleh Kohlberg sebagai kesempatan alih peran. Alih peran dalam pengalaman sosial yakni mengambil sikap dari sudut pandang orang lain. Oleh karena itu, peneliti memiliki pemikiran bahwa jika siswa belajar dengan melihat pengalaman kehidupan orang lain yang memiliki masalah sosial yang berangkat dari kesimpulan makna lagu kritik sosial akan mempermudah peserta didik itu untuk larut dalam kehidupan dan merasakan dengan perasaan mereka tentang kehidupan masyarakat yang sedang mereka amati. Proses pembelajaran itu dapat diterapkan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5 Permasalahan guru kurang memfasilitasi siswa dalam pembelajaran yang berkaitan dengan fenomena pengalaman yang ada di sekitar masyarakat dapat diketahui ketika siswa belum pernah mendapatkan tugas untuk belajar melalui fenomena masyarakat sekitar. Hal tersebut akan berdampak pada rendahnya kecerdasan sosial pada masyarakat yang ada dalam diri siswa, karena pembelajaran berdasarkan pengalaman di masyarakat merupakan pembelajaran yang paling bermakna pada aspek afektif siswa ( Darsono, 2008, hlm. 40) Proses pembelajaran yang belum berbasis pada lingkungan sekitar, mengakibatkan nilai sikap sosial yang terdapat dalam kehidupan sosial bermasyarat belum seutuhnya dimiliki siswa. Nilai-nilai yang dimaksud adalah sikap empati. Sikap empati termasuk kedalam sikap peduli sosial dalam 18 nilai karakter yang harus dimiliki siswa yang dicetuskan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sikap empati menjadi penting manakala kepedulian antar sesama makhluk sosial sudah semakin menurun. Tiadanya sikap empati yang dimiliki masyarakat akan berdampak pada kehidupan sosial yang acuh, tidak adanya sikap tolong menolong dan tidak peduli satu sama lain yang berakhir pada kerusakan nilai sosial dan karakter bangsa Indonesia. Fokus utama sikap yang dipilih oleh peneliti adalah sikap empati yang dimiliki oleh para siswa. Jumarin (dalam Panutun, 2012) mengungkapkan empati adalah kemampuan memahami perasaan dan kekhawatiran orang lain dan merupakan dasar bagi kecerdasan moral. Peserta didik memerlukan pendidikan yang dapat memperkuat kecerdasan moral, yaitu dengan memperluas kosa kata emosi dan mendorong untuk menggunakannnya. Setelah memahami kata-kata yang mengungkapkan emosi tersebut dan dapat memahami perasaan diri sendiri, maka rasa empati akan berkembang karena peserta didik sudah dapat memahami perasaan dirinya. Pembelajaran mengenai karakter empati ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran IPS. Menurut Sapriya ( 2006 : 3), pembelajaran IPS diharapkan siswa tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan di dalam masyarakat, tapi mampu menjalani kehidupan nyata di masyarakat sebagai insan sosial. M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6 Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Bandung merupakan salah satu sekolah pertama di kota Bandung yang menerapkan pembelajaran IPS untuk para siswanya di setiap jenjang pendidikan kelas VIII, VIIII dan IX. Banks (dalam Komalasari, 2011, hlm 3) mengemukakan bahwa tujuan IPS adalah membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara dilingkungan masyarakatnya. Pembelajaran harus memposisikan siswa untuk mampu mengetahui dan berpengalaman dalam melihat masalah sosial masyarakat secara langsung. Pembelajaran tersebut dapat dipenuhi dengan menggunakan suatu media pembelajaran. Dimana fokus dalam penelitian ini menggunakan media audio yaitu lagu kritik sosial. Menurut sadiman (1996: Hlm. 76) menjelaskan bahwa media audio dapat menarik perhatian untuk periode-periode singkat dari rangsangan yang lainnya. Media lagu kritik sosial juga digunakan karena pembelajaran melalui media lagu kritik sosial akan melibatkan langsung siswa dalam menyimpulkan makna dari lagu tersebut dan kemudian akan melibatkan pengalaman siswa untuk mengamati secara langsung ke masyarakat tentang pemasalahan dan kasus-kasus yang terdapat pada media lagu kritik sosial tersebut. Pembelajaran dengan media lagu kritik sosial ini berisi tahapan yaitu perumusan makna dari lagu kritik sosial kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan data dengan pengamatan atau observasi. Siswa kemudian dapat merumuskan pemecahan masalah dan kesimpulan dari data yang mereka temukan pada saat pengamatan. Pengembangan nilai sikap terjadi pada proses tahapan mengumpulkan data. Diantara media pembelajaran yang lain media lagu lebih tepat untuk diterapkan. Selain itu media lagu juga dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar, sebagaimana dipaparkan oleh Revina Cahya Utami (2013) dalam sebuah penelitian yang berjudul "Penggunaan media lagu untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia dalam menulis Puisi (Suatu Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas 4 SD Negeri 4 Cisereuh)". Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa penerapan media lagu dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Namun perbedaannya pada penelitian ini menggunakan lagu kritik M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7 sosial karena tujuan akhir nantinya akan meningkatkan sikap empati siswa terhadap kelompok marjinal di perkotaan melalui observasi masalah masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat. Berdasarkan Teori Skinner (dalam fathiyah,2003, hlm. 74) menyatakan bahwa sikap dan karakter manusia akan tercipta ketika manusia dianggap melakukan tindakan-tindakan atas inisiatif sendiri dari lingkungannya. Teori tersebut menegaskan bahwa sikap manusia khususnya sikap empati akan timbul ketika manusia tersebut masuk dan bertindak di dalam lingkungan masyarakat. Tindakan mengumpulkan data yang dilakukan sesuai tahapan pembelajaran menggunakan media lagu kritik sosial akan melibatkan siswa secara langsung kedalam materi yang akan dibahas guna mencapai kebutuhan pembelajaran aspek afektif. Menurut Subagyo (2006, hlm. 10) lagu kritik sosial juga memainkan peran dalam evolusi manusia, dibalik perilaku dan tindakan manusia terdapat pikiran dan perkembangan diri dipengaruhi oleh lagu. Pemakaian bahasa pada sebuah karya seni berbeda dengan penggunaan bahasa sehari-hari atau dalam kegiatan lain. Lagu yang bersifat kritik sosial berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia berada, sehingga mengandung makna yang tersembunyi dan berbeda di dalamnya. Lagu kritik sosial dapat juga digunakan sebagai media penyampaian suatu pesan kepada masyarakat. Pesan yang disampaikan berbgai macam, mulai pesan yang hanya bertujuan memperlihatkan akan sesuatu hal sampai mengajak melakukan sesuatu. Salah satu contoh pesan yang biasa disampaikan adalah pentingnya rasa empati terhadap kaum marginal di perkotaan pada bangsa sendiri. Melalui penerapan metode pembelajaran yang menggunakan media lagu kritik sosial akan mudah membantu mengembangkan diri siswa sebagai tanggung jawabnya karena pembelajaran ini merupakan pembelajaran menggunakan permasalahan alami yang ada di masyarakat. Siswa dituntut untuk berperan aktif selama proses pembelajaran mulai dari merumuskan masalah dari lagu kritik sosial hingga mendapatkan kesimpulan. Guru memfasilitasi siswa dengan penggunaan lembar kerja siswa yang dibuat secara khusus oleh guru untuk M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8 melihat pola pikir dan cara bersikap siswa dalam menghadapi masyarakat marjinal perkotaan. Pembelajaran berbasis pengalaman ini jika dikaitkan dengan teori behavioristik akan berdampak pada perubahan sikap dan tingkah laku. Dari temuan di lapangan saat dilakukan observasi di kelas VIII A nampak jelas terbaca indikasi-indikasi rendahnya empati. Kondisi rendahnya empati siswa ini terlihat dari indikator empati menurut Mark Davis (1987) yaitu perhatian, pengambilan perspektif dan fantasi. Perhatian erat kaitannya dengan kepekaan dan kepedulian terhadap orang lain. Sementara pengambilan perspektif yaitu kondisi dimana siswa dapat memposisikan diri menjadi orang lain kemudian membantu menyelesaikan masalahnya. Fantasi mengandung pengertian kemampuan seseorang untuk mengubah diri mereka secara imajinatif dalam mengalami perasaan orang lain. Saat dilakukan observasi terlihat siswa belum mampu memiliki ketiga indikator tersebut yang ditunjukan saat guru menjelaskan materi ketenagakerjaan. Siswa tidak mampu menggambarkan perasaan mereka saat diposisikan diri menjadi masyarakat dengan pendapatan rendah serta tidak memiliki pendapat untuk memecahkan solusi dari permasalahan tersebut. Sikap lain yang bisa dilihat dari siswa SMPN 29 Bandung yang masih menunjukan rendahnya kesadaran berempati terhadap teman yang memiliki keluarga berekonomi menengah ke bawah. Sejumlah siswa pergi kekantin untuk membeli makanan ringan, namun ada juga sekolompok siswa yang tidak memiliki uang untuk membeli makanan ke kantin sehingga hanya berdiam diri saja di kelas. Hal ini menunjukan tidak adanya saling empati siswa terhadap siswa lain, dengan demikian apabila dengan sesama teman saja masih kurang rasa empati apalagi dengan kelompok masyarakat di luar sana. Paparan permasalahan dalam proses pembelajaran tersebut menghasilkan pendapat bahwa pembelajaran IPS di kelas VIII A belum mampu seutuhnya membangun sikap empati yang dimiliki siswa khususnya untuk berempati pada masyarakat berekonomi menengah ke bawah dan masyarakat yang hak-hak untuk kehidupan layaknya kurang tercapai dengan baik atau dapat dikatakan masyarakat marjinal. Pembelajaran juga dapat menghasilkan komunikasi sosial antara siswa dan masyarakat marjinal. M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9 Aspek empati yang belum tersampaikan dikarenakan guru belum mampu menyampaikan materi dengan mengembangkan pembelajaran sebagai wadah untuk siswa mengembangkan sikap dan prilaku empati siswa. Dengan sistem pembelajaran seperti ini, siswa tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari dan melatih kesadaran nilai-nilai empati yang ada dalam kehidupan masyarakat. Pembelajaran IPS seharusnya di ajarkan dengan mengaitkan nilai-nilai empati misalnya toleransi, tenggang rasa maupun kepedulian terhadap sesama. Apabila pembelajaran yang berkaitan dengan nilai-nilai sikap empati ini tidak dimunculkan maka siswa tidak dapat memperoleh pengalaman merasakan menjadi orang lain. Berdasarkan kajian terhadap pemikiran-pemikiran tersebut yang disertai dukungan data permasalahan yang terjadi di kelas VIII A SMPN 29 Bandung maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul " Penggunaan Lagu-Lagu Kritik Sosial Untuk Mengembangkan Rasa Empati Siswa Terhadap Kelompok Marginal Perkotaan Dalam Pembelajaran IPS” 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang di temui dalam proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Tidak adanya semangat terhadap proses pembelajaran terlihat dalam proses pembelajaran siswa tidak antusias, siswa jarang bertanya, memberikan pendapat ataupun menyanggah pendapat siswa lain dan siswa tidak biasa berargumen. Di dalam kelas siswa terlihat tidak menyimak apa yang guru jelaskan atau apa yang teman sedang presentasikan. Beberapa siswa bertanya menggunakan pertanyaan yang masih ada dalam buku pelajaran bukan dari pemikiran siswa dan jawaban yang di kemukakan juga masih sesuai didalam buku belum hasil pemikiran siswa. 2. Proses pembelajaran tidak menggunakan media atau metode yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir anak M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10 3. Pembelajaran belum pernah mengangkat masalah-masalah sosial masih sebatas apa yang ada dalam buku pegangan siswa. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah secara umum penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran IPS dengan menggunakan media dapat membangun sikap empati terhadap isu kemiskinan terutama kelompok marjinal perkotaan peserta didik jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Secara lebih terperinci, di bawah ini adalah rumusan masalah yang akan dikaji dalam Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut. 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS menggunakan media lagu kritik sosial untuk membangun sikap empati siswa kelas VIII A di SMPN 29 Bandung ? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS yang menggunakan media lagu kritik sosial untuk membangun sikap empati siswa kelas VIII A di SMPN 29 Bandung? 3. Apakah media lagu-lagu kritik sosial dapat membangun sikap empati siswa dalam pembelajaran IPS ? 4. Apa kendala dan solusi yang dihadapi guru ketika menerapkan media lagulagu kritik sosial dalam membangun sikap empati siswa dalam pembelajaran IPS ? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini sesuai dengan masalah yang telah ditentukan. Pertama peneliti bertujuan untuk dapat mengidentifikasi tahapan perencanaan pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan media lagu kritik sosial dalam membangun sikap empati siswa kepada kelompok marginal perkotaan. Tujuan Penelitian berikutnya adalah untuk menganalisis dan melakukan verifikasi proses ketercapaian penerapan media lagu kritik sosial untuk dalam membangun sikap empati siswa kepada kelompok marginal di perkotaan. M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11 Tujuan penelitian yang ketiga untuk mengetahui keefektifan lagu-lagu kritik sosial dalam mengembangkan pembelajaran sikap empati khususnya sikap empati terhadap kelompok marjinal perkotaan. Sementara tujuan penelitian yang keempat adalah untuk mengetahui solusi dalam mengatasi kendala yang dihadapi oleh guru dalam mengembangkan pembelajaran sikap empati khususnya sikap empati terhadap kelompok marjinal perkotaan. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara umum, penelitian ini diharapkan secara teoritis mampu memberikan sumbangan terhadap pembelajaran IPS terutama pada peningkatan empati terhadap kelompok marjinal perkotaan di kelas melalui media lagu-lagu. 2. Bagi peneliti Mengetahui kontribusi penerapan media lagu-lagu dalam meningkatkan rasa empati siswa terhadap kelompok marginal di perkotaan dalam pelajaran IPS pada siswa SMP. 3. Bagi guru Dapat dijadikan sebagai alternatif untuk pembelajaran IPS khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa, apabila pembelajaran IPS dengan media lagu-lagu dapat meningkatkan empati di kelas pada siswa. 4. Bagi peneliti yang lain Dapat dijadikan sebagai informasi untuk mengkaji lebih dalam tentang penerapan pembelajaran IPS dengan Media lagu-lagu di Sekolah Menengah Pertama maupun di Sekolah Menengah Atas. 1.6 Struktur Organisasi Penelitian M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12 Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini akan dipaparkan melalui penjelasan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab ini peneliti memaparkan mengenai perihal latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai pemaparan kerangka pemikiran berupa konsep-konsep dan teori-teori pendukung pendukung penelitian. Konsep dan teori yang dipaparkan yaitu tentang media lagu kritik sosial dalam rangka membangun sikap empati terhadap kelompok marjinal di perkotaan. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini memaparkan tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalam upaya menyelesaikan penelitian. Tahapan dimulai dari metode penelitian yang digunakan, tahap persiapan, prosedur pelaksanaan, analisis data yang mencakup sumber data, teknik pengumpulan data dan alat pengumpul data. BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini memaparkan data hasil penelitian yang didasarkan pada data nyata dan informasi yang berasal dari sumber sumber literatur kapabilitas dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Memaparkan simpulan atas hasil penelitian yang dilakukan dan dihasilkan dari penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah. Dalam bab ini, peneliti menuliskan saran saran kesemua pihak yang terkait dalam M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 13 penelitian yaitu mulai dari guru, siswa dan para pihak-pihak lain yang terkait untuk membahas hal yang sama dalam penelitian-penelitian lain. M Irfan Assidiq, 2016 PENGGUNAAN LAGU-LAGU KRITIK SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN RASA EMPATI SISWA TERHADAP KELOMPOK MARGINAL PERKOTAAN DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu