BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi masyarakat perkotaan yang diikuti dengan peningkatan aktivitasnya di luar rumah akan memicu terjadinya peningkatan kebutuhan akan kendaraan bermotor. Pemenuhan kebutuhan akan kendaraan bermotor menjadi hal yang sangat penting ketika transportasi umum yang tersedia tidak dapat memenuhi tuntutan mobilitas masyarakat. Hal inilah yang terjadi di sebagian wilayah kota-kota besar Indonesia, aktivitas masyarakatnya akan didukung oleh keberadaan kendaraan-kendaraan pribadi baik itu roda dua maupun roda empat guna menunujang kebutuhan mobilitasnya yang tinggi yang tidak dapat dipenuhi oleh keberadaan transportasi umum. Kebutuhan masyarakat yang tinggi akan kendaraan bermotor ternyata memicu terjadinya peningkatan penjualan kendaraan bermotor, baik itu roda dua maupun roda empat untuk tiap tahunnya. Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat bahwa, penjualan motor di Indonesia sepanjang tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 8,51 persen menjadi 7,2 juta unit dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk kendaraan mobil, Asean Automotive Federation (AAF) mencatat bahwa, penjualan mobil sepanjang tahun 2012 mengalami peningkatan 10,2 persen menjadi 1,2 juta unit dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah kendaraan yang terjual tiap tahunnya di Indonesia menurut data dari Badan Pusat Statistika (BPS) mengalami peningkatan sekitar 15 persen/tahun. 2 Peningkatan jumlah kendaraan yang tidak diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana transportasi di wilayah perkotaan akan menimbulkan dampak kemacetan lalulintas. Saat ini kemacetan merupakan masalah yang terjadi hampir di seluruh kota-kota besar Indonesia. Kemacetan akan mengakibatkan waktu tempuh pengguna jalan untuk menempuh jarak dari satu titik ke titik lain menjadi semakin lama disebabkan terjadinya kemacetan. Disamping itu, kemacetan lalulintas juga akan menyebabkan kerugian secara ekonomi, memicu kecelakaan lalulintas serta menganggu kenyamanan pejalan kaki. Disamping menimbulkan dampak kemacetan, peningkatan jumlah kendaraan juga mengakibatkan menurunnya kualitas udara wilayah perkotaan akibat pencemaran udara oleh kendaraan bermotor. Gas sisa hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor akan menghasilkan emisi gas buang berupa karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2) dan hidro karbon (HC). Gas sisa hasil pembuangan inilah yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara dan menurunkan kualitas udara. Hal ini kemudian diperparah dengan ketersediaan ruang hijau wilayah perkotaan yang minim. Dalam hal ini ketersediaan ruang hijau dapat membantu mengurangi dampak dari pencemaran udara dengan menyerap bahan pencemar dan debu di udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Kualitas udara yang buruk tersebut kemudian akan menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat, bagi tanaman dan bagi lingkungan yang terkena pencemaran udara serta mempengaruhi iklim. Dampak terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan terakumulasi dari hari ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan 3 berakibat pada berbagai gangguan kesehatan, seperti bronchitis, asma, emphysema, Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) serta gangguan pernapasan lainnya. Bagi tanaman yang tumbuh di daerah yang tingkat pencemaran udaranya tinggi, pertumbuhan tanaman akan terganggu dan tanaman rawan terkena penyakit bintik hitam, klorosis dan nekrosis [1]. Bagi lingkungan, pencemaran udara akan menurunkan pH air hujan sehingga dapat mempengaruhi kualitas air permukaan [1]. Sedangkan bagi iklim, pencemaran udara akan menimbulkan efek rumah kaca dan merusak lapisan ozon [1]. Penanganan pencemaran udara tidak dapat dilakukan tanpa menanggulangi penyebabnya. Namun disatu sisi, sangat perlu untuk menerapkan teknologi yang dapat membantu masyarakat meminimalkan dampak dari hal tersebut. Dalam hal ini penerapan teknologi harus mampu memberikan informasi secara mudah, cepat dan tepat tentang pencemaran udara kepada masyarakat. Sehingga masyarakat dapat melakukan usaha - usaha preventif untuk meminimalkan dampaknya. Kemajuan teknologi yang begitu pesat memberikan banyak manfaat bagi manusia, manfaat berupa kemudahan dalam melakukan sesuatu atau pun manfaat dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi manusia. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan untuk membantu menyelesaikan masalah pencemaran udara ini ialah teknologi Wireless Sensor Network (WSN). WSN merupakan sebuah jaringan simpul sensor otonom terdistribusi yang dapat berkomunikasi satu sama lain secara nirkabel [2]. Saat ini WSN tidak hanya digunakan dalam lingkup penelitian tapi juga sudah digunakan secara luas dalam hal pengamatan lingkungan, sistem deteksi kebakaran, pemanatauan lalu-lintas, 4 konsep Smart Home, Smart Builiding, Smart City dan lain sebagainya [3]. Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam penerapan WSN ke konsep Smart City untuk pemantauan lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan perancangan instrumen elektronik dan perancangan sistem komunikasi. Perancangan instrumen elektronik bertujuan untuk merancang sistem sensor yang akan mengukur parameter parameter pencemaran udara sesuai peraturan yang telah ditetapkan dan menilai tingkat pencemaran udara hasil pengukuran serta melakukan prediksi berdasarkan data yang diperoleh. Sedangkan sistem komunikasi akan melakukan proses pegiriman informasi dari lingkungan pengamatan ke user, sehingga pemantauan dapat dilakukan dimanapun tanpa harus secara langsung berada di lingkungan pengamatan. Parameter - parameter kualitas udara yang diamati pada penelitian ini ialah kadar karbon dioksida (CO2), kadar karbon monoksida (CO) dan asap. Setiap perameter pencemaran akan diukur menggunakan sensor-sensor yang ada dan jika sulit ditemukan sensor yang dimaksud maka akan dikembangkan metode alternatif untuk melakukan pengukuran parameter. Sebagai unit pengolahan dari instrumen elektronik ini digunakan mikrokontroler yang memiliki kemampuan ADC (Analog to Digital Converter) yang dalam penelitian ini digunakan Arduino Uno. Disamping melakukan pemantauan kualitas udara, sistem yang dirancang juga dapat melakukan pemantauan keadaan meteorologis lingkungan berdasarkan hasil pengukuran suhu, kelembaban dan kecepatan angin. Informasi hasil pemantauan keadaan 5 meteorologis lingkungan ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengetahui gejala iklim dilingkungannya. Selain itu informasi tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh pihak terkait sebagai parameter masukan untuk melakukan peramalan cuaca. Kemudian untuk menunjang ketersediaan informasi hasil pengukuran bagi pengguna yang tidak berada disekitar lingkungan pengamatan, maka dirancang sistem komunikasi dengan menggunakan modul wifi yang dalam penelitian ini digunakan modul wifi ESP8266. Data dari instrumen elektronik akan dikirim ke sebuah webserver menggunakan modul wifi tersebut sehingga dengan demikian masyarakat dapat mengakses dan memanfaatkan informasi hasil pengukuran langsung dari webserver tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Pemantauan dan penentuan tingkat pencemaran udara pada lingkungan pengamatan bergantung pada parameter penyebab pencemaran udara yang ditentukan oleh standar pemerintah yaitu Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Ada beberapa parameter dalam menentukan tingkat ISPU ini yaitu kadar karbon monoksida (CO), ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2) serta partikulat (PM10). Permasalahan utama dalam menentukan tingkat ISPU ini ialah ketersediaan data primer terkait parameter penyebab pencemaran udara tersebut. Pencemaran udara juga bergantung dari sumber-sumber pencemaran yang selalu berubah terhadap waktu. Sehingga untuk memperoleh 6 hasil pemantauan yang tepat dibutuhkan sistem yang akurat dan secara langsung melakukan pengukuran. Pemantauan keadaan meteorologis lingkungan selama ini dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Pemantauan diantaranya dilakukan dengan menggunakan data hasil pengamatan oleh satelit. Informasi pengukuran yang diperoleh dari satelit masih memungkinkan terjadinya kesalahan, baik itu disebabkan oleh noise ataupun oleh penyebab lainnya. Sehingga dibutuhkan sebuah sistem yang dapat melakukan pengukuran secara langsung pada lingkungan pengamatan agar diperoleh hasil pengukuran yang memiliki akurasi lebih baik. Informasi mengenai pemantauan kualitas udara dan keadaan meteorologis lingkungan dapat digunakan untuk menunjang penerapan konsep Smart City. Konsep Smart City sendiri menawarkan kemudahan bagi masyarakat dalam memperoleh dan mengakses informasi hasil pemantauan. Untuk mendukung hal tersebut maka perlu dirancang sebuah sistem komunikasi yang dapat menyampaikan informasi hasil pemantauan dari lingkungan pengamatan kepada masyarakat. Sehingga dengan demikian penerapan konsep Smart City untuk pemantauan lingkungan dapat diimplementasikan. 1.3 Batasan masalah Dalam pembuatan tugas akhir ini, pembahasan menitikberatkan pada batasan masalah sebagai berikut. 1. Mikrokontroler yang digunakan sebagai pengolah hasil pengukuran sensor adalah Arduino Uno. 7 2. Informasi pemantauan kualitas udara dan meteorologis lingkungan diperoleh dengan memasang sensor pada lingkungan pengamatan. 3. Perancangan anemometer cup mengabaikan faktor gesekan. 4. Web server yang digunakan pada penelitian ini ialah ThingSpeak. 5. Pengiriman informasi hasil pemantauan ke web server menggunakan modul wifi ESP8266. 6. Sistem hanya melakukan pemantauan dan tidak menyediakan fitur aktuator 7. Sistem tidak memperhitungkan faktor keamanan data. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Perancangan pemantau kualitas udara menggunakan sensor gas CO, CO2 dan asap. 2. Perancangan sensor kecepatan angin model anemometer cup mengggunakan optocoupler. 3. Perancangan pemantau keadaan meteorologis lingkungan menggunakan sensor suhu, kelembaban dan kecepatan angin. 4. Pengiriman informasi hasil pemantuan ke sebuah web server menggunakan modul wifi ESP8266. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memperoleh informasi mengenai kadar gas CO, CO2 dan asap di udara. 2. Memperoleh informasi kecepatan angin menggunakan sensor kecepatan angin model anemometer cup. 8 3. Memperoleh informasi keadaan meteorologis lingkungan. 4. Menerapkan konsep Smart City untuk pemantauan lingkungan. 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan laporan tugas akhir ini dilakukan dengan menggunakan sistematika sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai hal-hal mendasar terkait penelitian yang dilakukan, meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi teori-teori dasar yang menunjang penelitian, yaitu teori mengenai pencemaran udara, meteorlogis cuaca, sensor gas, sensor suhu, sensor kelembaban, anemometer cup, sensor optocoupler, Arduino Uno, modul wifi ESP8266, RTC (Real Time Clock) serta LCD (Liquid Crystal Display). BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas mengenai hal-hal teknis yang terkait penelitian meliputi metode perancangan sistem secara keseluruhan, perancangan sistem elektronis, perancangan sistem mekanis, perancangan sistem sensor kualitas udara dan meterologis lingkungan, serta perancangan sistem perangkat lunak yang diwujudkan dengan program pada modul Arduino Uno. 9 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS KINERJA SISTEM Pada bab ini berisi uraian hasil pengamatan dan pengujian dari sistem yang telah dibuat disertai analisis kinerja dari sistem secara keseluruhan. BAB V PENUTUP Pada bab ini ditulis kesimpulan akhir dari penelitian yang telah dilakukan dan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.