plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)
SEBAGAI BAHAN PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS
HAMA WALANG SANGIT
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
NIM : 111434009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)
SEBAGAI BAHAN PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS
HAMA WALANG SANGIT
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
NIM : 111434009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK ( Annona muricata L.)
SEBAGAI BAHAN PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS
HAMA WALANG SANGIT
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Yang diajukan oleh:
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
NIM : 111434009
Telah disetujui oleh:
Pembimbing,
( Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. )
Tanggal: Selasa, 21 Juli 2015
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK ( Annona muricata L.)
SEBAGAI BAHAN PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS
HAMA WALANG SANGIT
HALAMAN PENGESAHAN
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
F.Cyntia E.N. Tasirilotik
NIM : 111434009
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Biologi
JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal : Rabu, 29 Juli 2015
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan panitia penguji
Nama Lengkap
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd.
..............................
Sekertaris
: Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc.
..............................
Anggota
: Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ.
..............................
Anggota
: Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd.
.............................
Anggota
: Luisa Diana Handoyo, S. Si. M.Si
.............................
Yogyakarta, Rabu, 29 Juli 2015
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Rohandi, Ph.D
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Dalam kelemahan kita, disitulah kita kuat, dan satu keinginan tanpa ada kemauan
untuk berlangkah adalah suatu kesia-siaan”
Kupersembahkan buat:
Ibu-Bapak ku,
ungkapan rasa hormat dan baktiku
Adik-adikku dan Almamaterku
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Rabu, 29 Juli 2015
Penulis
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta:
Nama : F. Cyntia E. N. Tasirilotik
NIM
: 111434009
Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Sebagai Bahan
Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit ”.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tampa
perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Yogyakarta
Pada tanggal : Rabu, 29 Juli 2015
Yang menyatakan,
F. Cyntia E.N. Tasirilotik
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Sebagai
Bahan Pestisida Organik
Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya , khususnya kepada:
1. Kedua orang tua saya Bapak Hijon dan Ibu Kristina Taileleu atas segala
pengorbanan, doa serta dukungan yang telah diberikan
2. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. selaku Dosen Pembimbing
4. Rini Dwi Fernanda, Febriyani dan Jhon Maychel sebagai adik-adik
yang selalu memberi semangat
5. Jimmy Taboy yang telah menemani dari awal sampai akhir penelitian
6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf pada Program Pendidikan
Biologi Sanata Dharma Yogyakarta
7. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Sanata
Dharma angkatan 2011 atas kerja sama dan bantuannya, serta semua
pihak yang tidak bisa disebukan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca diterima dengan terbuka demi perbaikan
skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak.
Yogyakarta, Rabu, 29 Juli 2015
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
“Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Sebagai Bahan
Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit”
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
111434009
Universitas Sanata Dharma
Upaya peningkatan hasil produksi padi telah banyak dilakukan, salah
satunya adalah pengendalian hama. Salah satu hama yang ada pada tanaman padi
adalah walang sangit. Umumnya petani melakukan pengendalian hama dengan
menggunakan pestisida sintetik yang memiliki dampak negatif terhadap
lingkungan. Usaha alternatif untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida
sintetik yang dapat dilakukan adalah menggunakan pestisida alami yakni daun
sirsak. Daun sirsak memiliki keistimewaan sebagai antifeedant dan racun perut
yang membuat serangga mati. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap mortalitas walang sangit serta
ingin mengetahui tingkat konsentrasi mana yang lebih efektif terhadap mortalitas
walang sangit. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Pendidikan Biologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan (P1, P2,
P3, P4) dengan 1 Kontrol (P0) dan 3 pengulangan pada masing-masing perlakuan.
Untuk setiap pengulangan akan ada walang sangit sebanyak 10 ekor pada stadia
imago. Data yang diambil adalah tingkat mortalitas walang sangit pada setiap12
jam setelah aplikasi pestisida. Terhadap data tersebut dilakukan perhitungan
persentase motalitas walang sangit dan dianalisis dengan uji anova one factor
between design dan dilanjutkan dengan uji critical differences (CD). Berdasarkan
pengamatan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirsak
(Annona muricata L.) pada konsentrasi 15%, 30%, 45%, 60% berpengaruh nyata
terhadap mortalitas walang sangit. Konsentrasi ekstrak daun sirsak yang lebih
efektif terhadap mortalitas walang adalah perlakuan P2 pada tingkat konsentrasi
30% dengan tingkat mortalitas 73,33%.
Kata Kunci : Daun Sirsak, Pestisida Alami, Walang Sangit dan Mortalitas
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Effectiveness Analysis Of Sirsak (Annona muricata L.)Leaves Exctractas Organic
Pisticide Applied To Walang Sangit Pest
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
111434009
Sanata Dharma University
Efforts to increase rice production yield have been widely applied, one of
them is pest control. One of the pests that exist on the rice plant is walang sangit.
Generally, the farmers control pests by using synthetic pesticides which have a
negative effect for the environment. Alternative effort to reduce the impact of the
use of synthetic pesticides is using natural pesticides like sirsak leaves. Sirsak
leaves have speciallity compound as an antifeedant and stomach poison that
could make the insects die. This research aims to know the effect of sirsak
(Annona muricata L.) leaves extract on walang sangit mortality and to know the
extract dilution which is more effective for mortality of walang sangit. The
research conducted at the experimental garden of Biology Education Sanata
Dharma University in Yogyakarta. The research design was Completely
Randomized Design (CRD), which consists of 4 treatments that is (P1, P2, P3,
P4) and without application of pesticide (P0) and 3 repetitions in each treatment.
For each repetition, there were 10 walang sangit on imago stage. Data was the
mortality rates of walang sangit at every 12 hours after application of pesticides.
Data be calculated into percentage of mortality of walang sangit and analyzed by
one factor anova test between design and continued with test a critical differances
(CD). Based on observations and data analysis can be concluded that
concentration of sirsak (Annona muricata L.) leaves extract in 15%, 30%, 45%,
and 60% were significantly effect on mortality of walang sangit. Concentration of
sirsak leaves extract which the most effective influence on mortality of walang
sangit was 30% in P2 treatment with 73.33% mortality rates.
Keywords: Sirsak Leaves, Natural Pesticides, walang sangit and Mortality
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vi
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK...................................................................................................viii
ABSTRACT........... .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI............. .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
C. Batasan Penelitian ............................................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
A. Pestisida........................................................................................................ ... 7
1. Pengertian .......................................................................................................... 7
2. Penggolongan Berdasarkan Cara Kerja Pestisida ........................................ 8
3. Resiko Penggunaan Pestisida Pertanian....................................................... 11
4. Pestisida Alami................................................................................................ 14
B. Hama
........................................................................................................ 18
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thunberg) .............................................. 19
1. Morfologi Walang Sangit .............................................................................. 20
2. Biologi dan Ekologi ........................................................................................ 20
3. Tanaman Inang ................................................................................................ 22
4. Musuh Alami ................................................................................................... 23
5. Pengendalian.................................................................................................... 24
6. Kerugian yang Ditimbulkan .......................................................................... 24
D. Sirsak (Annona muricata L.).......................................................................... 25
1. Morfologi Tanaman Sirsak (Annona muricata L.) ..................................... 26
2. Asal -Usul Sirsak (Annona muricata L.) ..................................................... 28
3. Ragam Nama Sirsak (Annona muricata L.) ................................................ 29
4. Habitat atau Syarat Tumbuh .......................................................................... 30
5. Perbanyakan Tanaman ................................................................................... 31
6. Kandungan Kimia ........................................................................................... 31
7. Mekanisme Terhadap Tubuh Walang Sangit .............................................. 32
E. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................................... 34
F. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 35
G. Hipotesis ........................................................................................................ 36
BAB III : METODE PENELITIAN ..................................................................... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 37
B. Jenis Penelitian dan Variabel ......................................................................... 37
C. Desain Penelitian ........................................................................................... 37
D. Alat dan Bahan ............................................................................................... 38
1. Alat.................................................................................................................... 38
2. Bahan ................................................................................................................ 39
E. Cara Kerja ...................................................................................................... 39
1. Tempat Penangkaran Walang Sangit ........................................................... 39
2. Menangkap Walang Sangit ............................................................................ 40
3. Pemeliharan Walang Sangit .......................................................................... 41
4. Membuat Ekstrak Daun Sirsak...................................................................... 41
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Pengujian Ekstrak Daun Sirsak pada Hama Walang Sangit ..................... 42
F. Teknik Pengambilan Data .............................................................................. 43
G. Analisis Data .................................................................................................. 44
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 45
A. Hasil Uji Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Mortalitas Walang Sangit ............. 45
B. Faktor-Faktor Penyebab Mortalitas Walang Sangit ...................................... 52
1. Kandungan Ekstrak Daun Sirsak .................................................................. 53
2. Waktu aplikasi ekstrak daun sirsak .............................................................. 56
3. Siklus Hidup Walang Sangit ......................................................................... 59
4. Hubungan Antara Waktu Terhadap Tingkat Mortalitas Walang
Sangit.................... .......................................................................................... 60
C. Perhitungan Statistik ...................................................................................... 62
D. Aplikasi Hasil Penelitian Terhadap Dunia Pendidikan .................................. 64
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 66
A. Kesimpulan .................................................................................................... 66
B. Saran..................... ......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
LAMPIRAN............... ........................................................................................... 70
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Rata-Rata Persentase Mortalitas Walang Sangit 12 Jam .................... 46
Tabel 4.2 : Anova Single Factor ........................................................................... 62
Tabel 4.3 : Perbandingan Mean Tiap Perlakuan ................................................... 63
Tabel 4
: Suhu pada Setiap 12 Jam ................................................................... 74
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Walang Sangit ............................................................................... 19
Gambar 2.2 : Daun Sirsak ................................................................................... 25
Gambar 4.1 : Diagram Hubungan Antara Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak
Terhadap Mortalitas Walang Sangit........................................... 52
Gambar 4.2 : Diagram Hubungan Antara Waktu Terhadap Tingkat Mortalitas.. 60
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Observasi ................................................................................ 70
Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Statistik .............................................................. 76
Lampiran 3 : Dokumentasi Penelitian ................................................................... 80
Lampiran 4 : Silabus ............................................................................................. 86
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................ 95
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia sehingga hampir
sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah pertanian.
Luasnya
daerah pertanian tersebut mengindikasikan bahwa hampir sebagian besar
penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Aktivitas pertanian sudah ada
sejak dahulu kala yang terus-menerus dan turun-temurun digeluti oleh
masyarakat Indonesia. Aktifitas pertanian serta teknologi pertanian pun terus
berkembang seiring berjalannya waktu. Berbagai hal dilakukan dan diupayakan
untuk meningkatkan hasil produksi pertanian. Mulai dari pemuliaan tanaman,
penggunaan pupuk dan pestisida secara optimal serta peningkatan SDM di
bidang pertanian.
Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian, produksi tanaman padi
dalam skala nasional selalu menempati urutan teratas. Pada tahun 2013
produksi tanaman padi mencapai 71.279.709 ton. Banyaknya hasil produksi ini
juga didukung oleh luas lahan yang mencapai 13.835.252 Ha. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman padi merupakan tanaman pangan yang memiliki
potensi untuk dikembangkan dan dibudidayakan secara terus-menerus.
Dalam budidaya pertanian, permasalahan yang sering ditemui oleh para
petani adalah masalah penyakit dan organisme pengganggu tanaman (OPT)
atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan hama tanaman. Penyakit yang
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
sering dijumpai kebanyakan disebabkan oleh jamur dan serangan virus.
Sedangkan organisme pengganggu tanaman didominasi oleh organisme jenis
serangga. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani desa Tawangharjo,
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah hasil panen tanaman padi pada
tahun 2014 mengalami penurunan drastis bahkan ada petani yang mengalami
gagal panen. Penyebab terjadinya penurunan produktifitas tanaman padi ini
disebabkan oleh serangan hama. Salah satu hama penyebab gagalnya produksi
pertanian ini adalah walang sangit. Kejadian ini sudah terjadi dua kali dalam
kurun waktu lima tahun terakhir. Pada tahun 2011 serangan hama ini juga
menyebabkan terjadinya gagal panen dan menimbulkan kerugian yang sangat
besar bagi para petani. Walang sangit merupakan hama yang menyerang
tanaman padi
yang sedang berbunga untuk mengisap bulir padi sehingga
menyebabkan penurunan kualitas gabah. Serangan berat dapat menurunkan
produksi hingga tidak dapat dipanen. Hama ini juga memiliki kemampuan
penyebaran yang tinggi, sehingga mampu berpindah ke tanaman padi lain yang
mulai memasuki stadia matang susu. Selain itu juga walang sangit betina
mempunyai kemampuan menghasilkan telur lebih dari 100 butir yang memiliki
dampak pada sebaran serangan yang semakin luas.
Cara pengendalian yang biasanya dilakukan oleh para petani adalah
dengan menyemprotkan pestisida sintetik. Namum ternyata pengendalian
dengan menyemprotkan pestisida sintetik tidak secara langsung menyelesaikan
permasalah hama. Hama yang disemprot biasanya langsung mati namun
jumlahnya akan bertambah banyak pada keesokan harinya. Hal ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
kemungkinan disebabkan oleh daya tahan hama atau resistensi hama terhadap
pestisida sintetik yang disemprotkan. Keadaan ini membuat para petani
menambah dosis penyemprotan. Penambahan dosis penyemprotan tidak
disertai dengan pengetahuan yang cukup sehingga dapat dikatakan bahwa
penambahan dosis mengikuti kemauan petani. Kebiasaan seperti ini jika
dilakukan secara terus-menerus, akan menimbulkan permasalahan yang lebih
kompleks lagi. Hal ini akan berpengaruh bagi keberlanjutan pertanian yang
mana penggunaan pestisida sintetik secara berlebihan dapat mendatangkan
masalah yang lebih berat terutama terhadap kelangsungan hidup makhluk
hidup lain termasuk manusia.
Saat ini telah banyak dikembangkan pestisida yang lebih ramah
lingkungan yakni pestisida organik. Pestisida ini dikembangkan untuk
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh pemberian pestisida
sintetik. Eksplorasi pestisida nabati dapat bersumber dari tumbuhan yaitu
penggunaan atau pemanfaatan secara tradisional bagian-bagian tumbuhan
tertentu untuk tujuan pengendalian hama. Beberapa dari pestisida nabati
diantaranya adalah bersifat membunuh, menarik (attractant), menolak
(repellant), antimakan (antifeedant), racun (toxicant) dan menghambat
pertumbuhan (Santi, 2011).
Berdasarkan beberapa literatur, daun sirsak memiliki kandungan bahan
kimia beracun yang cukup efektif mengendalikan ataupun membunuh berbagai
jenis serangga. Bagian dari tanaman sirsak baik itu daun, akar, batang dan
biji dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Menurut Desi (2007) dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
Tenrirawe (2011) daun sirsak mengandung senyawa acetogenin antara lain
asimisin, bulatasin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi senyawa acetogenin
memiliki keistimewaan sebagai antifeedant. Dalam hal ini serangga hama tidak
lagi memakan bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi
rendah, bersifat racun perut yang mengakibatkan serangga hama menyebabkan
kematian.
Tanaman sirsak mudah ditemukan di semua wilayah di Indonesia,
dimana tanaman sirsak banyak di temukan di pekarangan rumah. Berdasarkan
observasi tanaman sirsak juga
banyak ditemukan di daerah Tawangharjo.
Tanaman ini dapat ditemukan hampir di semua halaman rumah warga ataupun
di perkebunan warga.
Penelusuran tumbuh-tumbuhan yang dapat menghasilkan senyawa
antimakan untuk mengendalikan hama serangga sangat menarik untuk diteliti.
Hal ini karena dalam perlindungan tumbuhan, senyawa antimakan tidak
membunuh, mengusir atau menjerat serangga hama, bersifat spesifik terhadap
serangga sasaran, tidak mengganggu serangga lain, tetapi hanya menghambat
selera makan serangga sehingga tumbuhan dan kelangsungan hidup organisme
lainnya
terlindungi.
Melihat
fenomena
ini,
peneliti
memanfaatakan daun sirsak sebagai pestisida nabati
tertarik
untuk
untuk mengatasi
permasalahan hama dengan melakukan uji efektifitas pada hama walang sangit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) dapat berpengaruh
terhadap mortalitas walang sangit?
2. Manakah dari konsentrasi ekstrak daun sirsak( Annona muricata L.) yang
lebih efektif terhadap mortalitas walang sangit?
C. Batasan Penelitian
1. Penelitian ini berfokus pada penggunaan ekstrak daun sirsak (Annona
muricata L.) untuk mengendalikan hama walang sangit.
2. Ekstrak daun sirsak dibuat menjadi beberapa tingkat konsentrasi yakni 15%,
30%, 45% dan 60%.
3. Daun sirsak yang digunakan adalah campuran antara daun sirsak yang muda
dan daun sirsak yang tua.
4. Walang sangit yang digunakan adalah walang sangit pada stadia imago.
5. Mortalitas adalah
tingkat kematian (umumnya atau karena akibat yang
spesifik) pada suatu populasi.
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap
mortalitas walang sangit.
2. Mengetahui tingkat konsentrasi ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.)
yang lebih efektif terhadap mortalitas hama walang sangit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan terkait pemanfatan daun sirsak sebagai
pestisida nabati.
b. Dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan pestisida nabati.
2. Bagi Masyarakat
a. Menambah pengetahuan bagi masyarakat mengenai
manfaat daun
sirsak sebagai pestisida nabati.
b. Daun sirsak menjadi bahan alternatif bagi petani untuk pengendalian
hama walang sangit selain pestisida sintetik .
3. Bagi Dunia Pendidikan
a. Sebagai sumber informasi terkait manfaat dari daun sirsak sebagai
pengendali hama.
b. Dapat menjadi sumber informasi terkait
pemanfaatan tumbuhan
sebagai pestisida nabati untuk menanggulangi hama pada tanaman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pestisida
1. Pengertian
Pestisida (inggris : pesticide) secara harafiah berarti pembunuh hama
(pest: hama; cide: membunuh). Menurut peraturan pemerintah no. 7/1973,
pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus
yang dipergunakan untuk:
a. Mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang merusak
tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;
b. Mengendalikan rerumputan;
c. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan;
d. Mengendalikan atau mencegah hama-hama luar pada hewan
peliharaan atau ternak;
e. Mengendalikan hama-hama air;
f. Mengendalikan
atau
mencegah
binatang-binatang
yang
dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang.
Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act,
pestisida adalah sebagai berikut;
a. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk
mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga,
7
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang
dianggap hama, kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat
pada manusia dan binatang.
b. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur
pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.
Pestisida yang digunakan dibidang pertanian secara spesifik sering
disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products). Istilah
produk perlindungan tanaman juga digunakan untuk menghindari istilah
pestisida yang berkonotasi “Bahan Pembunuh”. Memang kenyataan tidak
semua pestisida pertanian bekerja dengan cara membunuh. Repellent,
misalnya tidak membunuh melainkan mengusir hama.
Aplikasi pestisida di bidang pertanian bertujuan untuk mengendalikan
organisme (makhluk, jasad) pengganggu tanaman atau tumbuhan (OPT)
oleh karena itu sasaran biologis aplikasi pestisida pertanian adalah
organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dikenal sebagai hama tanaman,
penyakit tanaman dan gulma (Djojosumarto, 2008).
.
2. Penggolongan Berdasarkan Cara Kerja Pestisida
Menurut Djojosumarto (2008) beberapa aspek cara kerja pestisida
yang perlu diketahui oleh para pengguna agar tidak salah dalam memilih
pestisida.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
a. Insektisida
Menurut cara kerjanya atau gerakannya pada tanaman setelah
diaplikasikan, insektisida secara umum dibedakan menjadi tiga macam
yaitu:
1) Insektisida sistemik
Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik
lewat akar, batang dan daun. Selanjutnya insektisida sistemik
tersebut mengikuti gerakan cairan tanaman dan ditransportasikan
ke bagian-bagian tanaman lainnya baik ke atas (akropetal) atau ke
bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Contoh
insektisida sistematik adalah furatiokarb, fosfamidon, isolan,
karbofuran dan monokrotofos.
2) Insektisida nonsistemik
Insektisida nonsistemik setelah diaplikasikan pada tanaman
sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya
menempel di bagian luar tanaman. Insektisida nonsistemik sering
disebut insektisida kontak. Namun istilah itu sebenarnya kurang
begitu tepat. Istilah kontak lebih tepat digunakan bagi cara
insektisida yang berhubungan dengan cara masuknya ke dalam
tubuh serangga. Contoh insektisida nonsistemik adalah dioksikarb,
diazinon, diklorvos, profenofos, dan quinalfos.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
3) Insektisida sistematik lokal
Insektisida sistematik lokal adalah kelompok insektisida yang
dapat diserap oleh jaringan tanaman umumnya daun, tetapi tidak
ditranlokasikan kebagian tanaman lainnya. Termasuk kategori ini
adalah insektisida yang berdaya kerja translaminar atau insektisida
yang mempunyai daya penetrasi ke dalam jaringan tanaman.
Contohnya dimetan, furatiokarb, pyrolan dan profenofos.
b. Fungisida
Pestisida untuk mengendalikan cendawan (fungi) menurut
efeknya terhadap cendawan sasaran terdiri atas dua macam yaitu ada
yang menghentikan perkembangan cendawan dan ada yang mematikan
cendawan.
c. Herbisida
Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan
gulma atau tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki. Karena
herbisida aktif terhadap tumbuhan maka herbisida bersifat fitotosik.
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (2012) cara kerja insektisida dalam tubuh serangga dikenal
istilah mode of action dan cara masuk atau mode of entry. Mode of action
adalah cara insektisida memberikan pengaruh melalui titik tangkap (target
site) di dalam tubuh serangga. Titik tangkap pada serangga biasanya berupa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
enzim atau protein. Beberapa jenis insektisida dapat mempengaruhi lebih
dari satu titik tangkap pada serangga.
Cara kerja insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor
terbagi dalam 5 kelompok yaitu:
a. Mempengaruhi sistem saraf
b. Menghambat produksi energi
c. Mempengaruhi sistem endokrin
d. Menghambat produksi kutikula
e. Menghambat keseimbangan air.
Mode of entry adalah cara insektisida masuk ke dalam tubuh serangga,
dapat melalui kutikula (racun kontak), alat pencernaan (racun perut), atau
lubang pernafasan (racun pernafasan). Meskipun demikian suatu insektisida
dapat mempunyai satu atau lebih cara masuk ke dalam tubuh serangga.
3. Resiko Penggunaan Pestisida Pertanian
Pestisida pertanian pada umumnya adalah bahan kimia atau campuran
bahan kimia serta bahan-bahan lain (ekstrak tumbuhan, mikroorganisme dan
sebagainya) yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT). Karena itu senyawa pestisida bersifat ionaktif artinya
pestisida dengan satu atau beberapa cara mempengaruhi kehidupan
misalnya menghentikan pertumbuhan, membunuh hama atau penyakit,
menekan hama atau penyakit, membunuh atau menekan gulma, mengusir
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
hama, mempengaruhi atau mengatur pertumbuhan tanaman, merontokkan
daun dan sebagainya (Djojosumarto, 2008).
Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengendalikan hama walang
sangit, telah banyak dilakukan oleh petani di lapangan, misalnya
penggunaan bahan-bahan kimia sintetik seperti insektisida. Pengunaan
insektisida untuk melindungi tanaman dari serangan hama secara berlebihan
dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia serta
lingkungan pada umumnya.
Menurut Djojosumarto (2008) meskipun sebelum diproduksi secara
komersial telah menjalani pengujian yang sangat ketat perihal syarat-syarat
keselamatan, namun karena bersifat bioaktif, maka pestisida tetap
merupakan racun. Setiap racun selalu mengundang resiko (bahaya) dalam
penggunaannya baik resiko bagi manusia maupun lingkungan.
Keseluruhan resiko penggunaan pestisida di bidang pertanian:
a. Resiko bagi keselamatan pengguna
Resiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida
secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut
maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala,
pusing, mual, muntah dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat
menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.
Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak
sadar diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. Keracunan kronis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka
panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Akibat yang
ditimbulkan oleh keracunan kronis tidak selalu mudah diprediksi.
Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubunggkan dengan
pestisida, meskipun tidak mudah dibuktikan dengan pasti dan
meyakinkan, adalah kanker, gangguan saraf, fungsi hati dan ginjal,
gangguan pernafasan, keguguran, cacat pada bayi dan sebagainya.
b. Resiko bagi manusia
Resiko bagi manusia adalah keracunan residu, pestisida yang
terdapat dalam produk pertanian. Resiko bagi manusia dapat berupa
keracunan langsung kerena memakan produk pertanian yang tercemar
pestisida atau lewat rantai makan. Meskipun bukan tidak mungkin
manusia menderita keracunan akut, tetapi resiko konsumen umumnya
dalam bentuk keracunan kronis tidak segera terasa dan dalam jangka
panjang mungkin menyebabkan gangguan kesehatan.
c. Resiko bagi lingkungan
Resiko
penggunaan
pestisida
terhadap
lingkungan
dapat
digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
1) Resiko bagi orang, hewan dan tumbuhan yang berada ditempat atau
di sekitar tempat pestisida digunakan. Drift pestisida misalnya dapat
diterbangkan angin dan mengenai orang yang kebetulan lewat.
Pestisida dapat meracuni hewan ternak yang masuk ke kebun yang
sudah disemprotkan pestisida.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
2) Bagi lingkungan umum, pestisida dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan (tanah, udara dan air) dengan segala akibatnya misalnya
kematian hewan nontarget, penyederhanaan rantai makanan alami,
penyederhanaan
keanekaragaman
hayati,
bioakumulasi
dan
biomagnifikasi.
3) Khusus bagi lingkungan pertanian (agroekosistem) pengunaan
pestisida pertanian dapat menyebabkan beberapa hal-hal berikut:
a) Menurunkan kepekaan hama, penyebab penyakit dan gulma
terhadap pestisida tertentu yang berpuncak pada kekebalan
(resistensi) hama, penyakit dan gulma terhadap pestisida.
b) Resurjensi hama, yakni fenomena meningkatnya serangga hama
tertentu sesudah perlakuan dengan insektisida.
c) Timbulnya hama yang selama ini tidak penting, timbulnya
ledakan hama sekunder akibat aplikasi pestisida.
d) Terbunuhnya musuh alami hama.
e) Perubahan flora, misalnya penggunaan herbisida secara terusmenerus untuk mengendalikan gulma daun lebar akan
merangsang perkembangan gulma daun sempit.
f) Meracuni tanaman bila salah penggunaan.
4. Pestisida Alami
Menurut Desi (2007) dalam Tenrirawe (2011) untuk mengurangi
pemakaian insektisida sintetik, maka dilakukan pengendalian dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
penggunaan insektisida nabati. Penggunaan insektisida alami yang berasal
dari ekstrak tanaman terbukti lebih aman karena mempunyai umur residu
pendek. Setelah aplikasi, insektisida alami akan terurai menjadi senyawa
yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (2012) insektisida nabati merupakan kelompok insektisida yang
berasal dari tanaman contoh: piretrum atau piretrin, nikotin, rotenon,
limonen, azadirachtin, sereh wangi dan lain-lain.
Pada umumnya, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut FAO (1988) dan US EPA
(2002) pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia
karena mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi
secara alami dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik.
Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat
pertahanan alami terhadap pengganggunya.
Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan
metabolitme sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat
pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya
kaya akan bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi
metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah
bahan kimia pada tumbuhan dapat mencapai 400.000 (Asmaliyah, et al.,
2010).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
Menurur Kardinan (2002) dalam Tohir (2010) penggunaan insektisida
nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangga hama.
Insektisida nabati relatif mudah ditemukan, aman terhadap hewan bukan
sasaran dan mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan efek untuk
organisme lainnya.
Eksplorasi pestisida nabati dapat bersumber dari tumbuhan yaitu
penggunaan atau pemanfaatan secara tradisional bagian-bagian tumbuhan
tertentu untuk tujuan pengobatan, pengendalian hama dan sebagainya.
Beberapa mode of action dari pestisida nabati diantaranya adalah bersifat
membunuh, menarik (attractant), menolak
(repellant), antimakan
(antifeedant), racun (toxicant), dan menghambat pertumbuhan (Santi, 2011).
Menurut Syahputra (2001) dalam Tenrirawe (2011) insektisida alami
memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetik. Di
alam, insektisida alami memiliki sifat yang tidak stabil sehingga
memungkin dapat didegradasi secara alami. Selain dampak negatif yang
ditimbulkan pestisida sintetik seperti resistensi, resurjensi dan terbunuhnya
jasad bukan sasaran. Dewasa ini harga pestisida sintetik relatif mahal dan
terkadang sulit untuk memperolehnya. Disisi lain ketergantungan petani
akan penggunaan insektisida cukup tinggi. Alternatif yang bisa dilakukan
diantara memanfaatkan tumbuhan yang memiliki khasiat insektisida,
khususnya tumbuhan yang mudah diperoleh dan dapat diramu petani
sebagai sediaan insektisida.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Menurut Gerrits dan Van Latum, 1988; Sastrosiswojo, 2002;
Asmaliyah, et al., 2010 beberapa keuntungan atau kelebihan penggunaan
pestisida nabati secara khusus dibandingkan dengan pestisida konvensional
adalah sebagai berikut;
a. Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak
meracuni (non toksik).
b. Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta
relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya
mudah hilang.
c. Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah.
d. Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis
tumbuhan penghasil pestisida nabati.
e. Cara pembuatannya relatif mudah.
f. Secara sosial-ekonomi penggunaannya menguntungkan bagi petani
kecil di negara-negara berkembang.
Beberapa spesies tanaman famili Annonaceae ternyata cukup
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida nabati. Annonaceae
umum dijumpai di Indonesia. Ekstrak biji tanaman srikaya (Annona
squamosa) dan nona seberang (A.glabra) mempunyai kandungan aktivitas
insektisida yang tinggi terhadap Crocidolomia binotali. Sementara itu
ekstrak biji tanaman A. retikulata, A. montana, A. deliciosa dan Polyalthia
littoralis efektif terhadap serangga gudang Callosobruchus chinensis. Salah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
satu tanaman yang memiliki senyawa untuk digunakan sebagai insektisida
nabati yaitu daun sirsak (Annona muricata L.) (Pracaya, 2008).
B. Hama
Hama tanaman adalah makhluk penggagu berupa hewan yang umunnya
dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebagian besar hama tanaman adalah
serangga (insekta). Hewan lain yang sering menjadi hama disamping serangga
adalah tungau (acarinae), binatang lunak atau molluska, vertebrata (babi
hurtan, monyet, tikus, burung ) dan sebagainya. Hama merusak tanaman
pertanian dengan berbagai cara misalnya memakan daun tanaman (ulat perusak
daun, belalang), membuat korok-korok pada daun, melubangi dan membuat
korok-korok batang (penggerek batang), penggerek umbi, pengisap cairan
tanaman (hama pencucuk dan menghisap seperti Thrips sp. dan Myzus sp.)
memakan bunga dan bagian bunga dan sebagainya (Djojosumarto, 2008).
Hama adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat
dengan pancaindera (mata). Hama tersebut dapat berupa binatang dan dapat
merusak tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Hama yang
merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya misalnya gerakan dan gigitan
sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung bisanya melalui
suatu penyakit (Matnawy, 1989). Menurut Rahmawati (2012) ada beberapa
penyebab terjadinya hama antara lain perubahan lingkungan, perpindahan
tempat, perubahan pandangan manusia dan aplikasi insektisida yang tidak
bijaksana atau berlebihan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
C. Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thunberg)
Klasifikasi walang sangit ( Leptocorisa acuta Thunberg)
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hemiptera
Famili
: Alynidae
Genus
: Leptocorisa
Spesies
: L. acuta Thunberg
Gambar 2.1 : Walang Sangit
Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi. Walang
sangit merusak tanaman ketika mencapai stadia berbunga sampai matang susu.
Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna, mengapur
dan gabah menjadi hampa. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran
gabah yang sedang mengisi. Walang sangit akan mengeluarkan bau sebagai
mekanisme pertahanan diri dari serangan predator atau makhluk pengganggu
lainnya. Bau yang dikeluarkan juga untuk menarik walang sangit lain
(Rahmawati, 2012).
Menurut Kalshoven (1981) dalam Efendy et al. (2010) walang sangit
(Leptocorisa acuta T.) merupakan hama utama dari kelompok kepik
(Hemiptera) yang merusak tanaman padi di Indonesia. Hama ini merusak
dengan cara mengisap bulir padi stadia matang susu sehingga bulir menjadi
hampa. Serangan berat dapat menurunkan produksi hingga tidak dapat dipanen.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
Hama ini juga memiliki kemampuan penyebaran yang tinggi, sehingga mampu
berpindah ke tanaman padi lain yang mulai memasuki stadia matang susu,
akibatnya sebaran serangan akan semakin luas. Selain itu, walang sangit betina
mempunyai kemampuan menghasilkan telur lebih dari 100 butir.
1. Morfologi Walang Sangit
Walang sangit merupakan kelompok hewan invertebrata, filum
arthropoda
pada kelas insekta. Walang sangit memiliki bentuk tubuh
langsing dan memanjang, berukuran sekitar 1,5-2 cm, punggung dan sayap
(walang sangit dewasa berwarna coklat dan walang sangit mudah berwarna
hijau), badan berwarna hijau, memiliki 3 pasang kaki, memiliki dua pasang
sayap (satu pasang tebal dan satu pasang seperti selaput), tipe mulut menusuk
dan menghisap, telur berbentuk oval yang berwarna hitam kecoklatan,
memiliki “belalai” proboscis untuk menghisap cairan tumbuhan, abdomen
jantan terlihat agak bulat atau tumpul sedangkan yang betina terlihat
meruncing, metamorfosis tidak sempurna dan memiliki aroma atau bau khas.
2. Biologi dan Ekologi
Serangga dewasa walang sangit meletakkan telur pada bagian atas daun
tanaman. Telur berbentuk oval dan pipih berwarna coklat kehitaman,
diletakkan satu per satu dalam 1-2 baris sebanyak 1-21 butir. Lama stadia
telur tergantung dengan suhu, lama periode telur berkisar 5-7 hari. Nimfa
yang baru menetas berwarna hijau dan segera memencar mencari bulir padi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
sebagai makannya. Bentuk badan nimfa sama seperti bentuk dewasa, bedanya
nimfa berwarna hijau dan tidak bersayap sedangkan dewasa berwarna coklat
dan bersayap. Selama periode nimfa terjadi 4 kali pergantian kulit sebelum
menjadi dewasa. Lama periode nimfa berkisar 17 hari pada suhu 21-230C.
Pada daerah yang lebih dingin, lama periode telur dan nimfa akan lebih
panjang, misalnya periode telur dan nimfa masing-masing 13 dan 21 hari.
Lama periode prapeneluran berkisar 8 hari. Jadi lama siklus hidup walang
sangit berkisar 30-45 hari. Lama hidup dewasa berkisar 16-134 hari dengan
menghasilkan telur rata-rata 248 butir per induk (Kartoharjono, 2009).
Telur walang sangit berwarna hitam kecoklat-coklatan yang diletakkan
dalam barisan di permukaan atas daun padi. Jumlah
telur pada setiap
kelompok kira-kira 10-20 butir. Setiap walang sangit betina dapat bertelur
lebih dari 100 butir telur dan telur akan menetas setelah 6-7 hari. Nimfa
mengalami 5 instar selama 17-27 hari. Walang sangit yang dewasa berbentuk
langsing dan panjangnya sekitar 16-18 mm. Bagian perut berwarna hijau atau
krem dan pada punggungnya berwarna coklat kehijau- hijauan. Daur hidup
rata-rata mencapai 5 minggu, kurang lebih 23-34 hari. Bila keadaan ideal daur
hidupnya dapat mencapai 115 hari. Bila nimfa dan walang sangit dewasa
mengisap cairan daun dan biji padi yang muda, matang susu untuk nutrisi
selama daur hidupnya (Pracaya, 2008).
Menurut Rajapakse dan Kulasekera (2000) dalam Efendy et al., (2010)
siklus hidup walang sangit 35-56 hari dan mampu bertelur 200- 300 butir per
induk. Kemampuan bertelur yang tinggi ini dapat menyebabkan peningkatan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
populasi hama walang sangit dengan cepat di tanaman padi sehingga hal ini
akan meningkatkan tingkat serangan.
Menurut Kartoharjono (2009) walang sangit baik nimfa maupun
dewasa aktif mencari makan pada pagi dan sore hari. Pada siang hari
bersembunyi pada tempat-tempat yang terlindung. Serangga ini menyerang
padi pada stadia generatif dan yang paling disukai adalah stadia matang susu.
Jika di lapangan tidak ada tanaman padi, walang sangit dewasa akan pindah
ke tanaman rerumputan dan tanaman perdu pada daerah yang terlindungi dan
bertahan hidup
pada tanaman tersebut sampai
ada tanaman padi untuk
berkembangbiak. Curah hujan yang berselang seling menyebabkan populasi
hama ini meningkat.
Walang sangit dewasa tahan dalam keadaan lingkungan yang tidak
baik. Dalam keadaan cuaca yang kering, walang sangit mencari tempat yang
teduh dan tinggal selama dalam kondisi yang panas secara berkerumunan di
antara daun-daun pepohonan. Walang sangit dewasa bertebrangan di area
persawahan. Adanya walang sangit dapat diketahui dengan adanya bau khas
walang sangit (Pracaya, 2008).
3. Tanaman Inang
Tanaman inang utama walang sangit adalah padi, pada beberapa
tanaman rerumputan
hama ini dapat berkembangbiak walaupun sangat
rendah. Beberapa rerumputan yang dapat berfungsi sebagai tanaman inang
adalah Paniculum crusgalli L. Scop.dan Paspalum dilatanum Poir.,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
Echinocloa crusgalli dan E. colunum. Tanaman yang menjadi tempat walang
sangit berkembang biak ternyata berpengaruh terhadap sifat makan walang
sangit. Walang sangit yang berkembang biak pada E. colonum preferensi
terhadap padi kurang dibanding dengan yang berkembang biak pada E.
crusgalli dan pada padi. Beberapa tanaman lain yang juga sebagai tanaman
inang antara lain : Panicum colonum, P. flavidum, P. repens,P. miliore,
Andopogon sorghum, Digitaria causanguinaria, Eleusiae coracoma, Setaria
ilacica, Cyperus polystachyis, Paspalum spp., Pennesitum typhoidium, tebu
dan gadum (Kartoharjono, 2009).
4. Musuh Alami
Menurut Kalshoven (1981) dalam Kartoharjono (2009) walang sangit
memiliki musuh alami berupa parasitoid, predator dan patogen. Secara alami
telur walang sangit diserang oleh dua jenis parasitoid yaitu Gryon nixoni dan
Oencyrtus malayensisi. Namun di lapangan jumlah parasitoid ini di bawah
5%. Menurut Pracaya (2008) musuh alami walang sangit adalah parasitoid
dan predator. Contoh parsitoid antara lain lebah bungkuk (Gryon nixoni,
Oencyrtus malayensis, Chrysonna spp.). Contoh predator antara lain capung,
lalat damsel, laba-laba lynx, belalang bertanduk panjang.
Menurut CAB International (2004) dalam Kartoharjono (2009) nimfa
dan imago walang sangit sering ditemukan terserang oleh jamur Beauveria
bassiana. Predator utama berupa laba-laba, juga merupakan musuh alami
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
walang sangit. Serangga Reduviidae, Gryllidae, Tettigonidae, Coccinellidae,
Asilidae, Pantatomidae dan belalang conocephalus merupakan predator telur.
5. Pengendalian
Ada beberapa cara mengendalikan walang sangit antara lain secara
kultur teknik, secara hayati dan seacra kimia. Pengendalian secara kultur
teknik lebih menekankan aspek preventif, sanitasi dan kuratif. Pengendalian
hayati lebih memanfaatkan parsitoid dan predator sedangkan pengandalian
kimia adalah penggunan insektisida baik sintetik maupun alami.
Menurut Rahmawati (2012) hama walang sangit dapat dikendalikan
melalui beberapa langkah seperti:
a. Membuat perangkap walang sangit dengan ikan yang sudah busuk,
daging ayam yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam;
b. Menggunakan insektisida jika diperlukan dan sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.
6. Kerugian yang Ditimbulkan
Menurut Pracaya (2008) bila tanaman padi tidak pernah dihentikan,
maka jumlah hama akan meningkat, diantaranya adalah walang sangit. Baik
nimfa maupun walang sangit dewasa mengisap bulir pada padi yang masih
pada tingkatan matang susu, sehingga padi menjadi hampa (gabug). Sebelum
butiran padi terbentuk, walang sangit menghisap tunas-tunas muda dan daun
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
muda yang empuk serta berair. Nimfa lebih merusak dari pada walang sangit
dewasa sebab mereka hidup lebih lama.
Serangan walang sangit meningkat bila terjadi hujan merata dalam satu
tahun. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan walang sangit dapat
mencapai 10-40 %. Serangan walang sangit yang hebat dapat menghancurkan
seluruh tanaman padi. Tanaman padi yang terus-menerus di tanam juga
mendorong perkembangan populasi hama walang sangit sehingga serangan
walang sangit semakin luas (Pracaya, 2008).
D. Sirsak (Annona muricata L.)
Klasifikasi Tumbuhan Sirsak adalah
Gambar 2.2 : Daun Sirsak
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Polycarpiceae
Famili
: Annonaceae
Genus
: Annona
Spesies
: Annona muricata L.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
1. Morfologi Tanaman Sirsak (Annona muricata L.)
a. Daun
Daun berbentuk bulat lonjong atau lanset, tulang daun menyirip,
ujung daun meruncing, tepi daun rata, pangkal daun meruncing, berwarna
hijau muda sampai hijau tua dan permukaan daun mengkilap, letak daun
berhadapan, panjang tangkai daun ± 5 mm. Daun sirsak lebar dan agak
tebal dengan bau spesifik langu.
b. Batang
Batang berwarna coklat, berkayu, bulat, dan bercabang. Tanaman
sirsak lebih menyerupai tanaman semak atau perdu dengan batang keras.
Tinggi tanaman mencapai 5 - 6 meter. Menurut Suranto (2011) pohon
sirsak tingginya bisa mencapai 10 meter, dengan diameter batang 10-30
cm. Batang sirsak dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara
vegetatif dengan cara okulasi maupun sambung pucuk. Batang tanaman
sirsak mempunyai banyak cabang dan cabangnya mempunyai banyak
ranting sehingga menjadikannya rimbun. Kulit batang sirsak mudah
dikupas sehingga memudakan untuk diokulasi.
c. Akar
Tanaman ini mempunyai akar tunggang, berwarna coklat. Akar
tanaman sirsak cukup dalam karena dapat menembus tanah sampai ke
dalaman 2 meter. Akar samping cukup banyak dan kuat hingga baik untuk
konservasi lahan yang miring karena dapat mencegah erosi (Mardiana dan
Juwita, 2014).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
d. Bunga
Bunga tunggal, dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga
dimanakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara
hemicyclis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran dan yang lain spiral
atau terpencar. Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas dua
lingkaran, bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning
keputih-putihan dan setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya.
Putik dan benang sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). Bunga
keluar dari ketiak daun, cabang, ranting. Bunga umumnya sempurna
(hermaprhodit). Tapi terkadang hanya bunga jantan dan bunga betina saja
yang terdapat pada satu pohon. Bunga melakukan penyerbukan silang
dengan bantuan serangga, karena umumnya tepung sari matang terlebih
dahulu sebelum putiknya reseptif. Pada saat lapisan mahkota luar membuka,
yakni pada sore hari, tepung sari matang lebih dulu (protandri) dan
berhamburan tertiup angin. Selanjutnya, lapisan makota dalam menyusul
membuka. Serangga penyerbuk berpeluang masuk ke dalam bunga yang
menyebarkan bau harum, tetapi daya kecambah tepung sari sudah melemah.
Oleh karena itu penyerbukan sendiri sangat rendah (sekitar 10%),
sedangkan penyerbukan silang cukup besar. Lebah madu dan lalat berperan
sebagi penyerbuk.
Tanaman sirsak berbunga pada bulan Oktober - November. Buah
dapat dipanen pada bulan Januari - Februari. Tanaman tahan kekeringan,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
tetapi pada musim yang sangat kering bunga akan berguguran atau bunga
menjadi hitam dan keras.
e. Buah
Sirsak yang sudah masak hanya mampu bertahan selama 2-3 hari.
Buah sirsak termasuk buah semu, daging buah lunak dan lembek,
berwarna putih, berserat dan berbiji hitam pipih. Kulitnya berduri, tangkai
buah menguning (Mardiana, Lina dan Juwita Ratnasari, 2014). Buah
berukuran
besar.
Umumnya
berbentuk
lonjong,
sering
bengkok
(melengkung). Buah berduri penuh. Kulit buah berwarna hijau hingga
kekuningan. Duri buah agak lunak dan tidak tajam. Bila matang buah
menjadi lunak, mudah dibelah dengan tangan dan daging buah tampak
berlapis-lapis (dami). Letak daging buah sejajar, tegak lurus pada poros
buah (perpanjangan tangkai buah) yang berwarana putih bersih dan berair.
Rasa buah masam hingga manis masam. Biji sirsak banyak, berbentuk
pipih, berwarna kehitaman dan keras. Biji menyebar keseluruh daging
buah sehingga menyulitkan saat dimakan, letak biji sejajar. Menurut
Suranto (2011) di dalam buah sirsak terdapat banyak biji dengan jumlah
mencapai 100-200 butir.
2. Asal -Usul Sirsak (Annona muricata L.)
Menurut Suranto (2011) tanaman sirsak (Annona muricata L.) berasal
dari wilayah Amerika Tropis, meliputi Amerika Tengah dan Amerika Selatan
yaitu sekitar Peru, Argentina, hutan Amazon, dan kepulauan Karibia. Di
wilayah asalnya sirsak (Annona muricata L.) merupakan buah penting. Sirsak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
(Annona muricata L.) adalah salah satu pohon buah yang pertama kali
dikenal di dunia setelah Colombus menemukan Amerika. Setelah itu orang
Spanyol membawa ke Filipina. Pada abad ke-17, buah ini dibawa ke Benua
Afrika dan banyak dijumpai di taman-taman atau pekarangan rumah
penduduk di wilayah Afrika Selatan. Diperkirakan sirsak (Annona muricata
L.) masuk ke Afrika pada tahun 1686. Kemudian sirsak menyebar hampir
seluruh wilayah tropis di dunia, dari Amerika Selatan, Kuba, Meksiko, Sri
Langka, Asia Tenggara sampai Indonesia. Di Indonesi sendiri sentra produksi
sirsak berada di daerah Raja Mandala di Jawa Barat, kabupaten Karanganyar
dan Rambang di Jawa Tengah, serta Malang Selatan.
3. Ragam Nama Sirsak (Annona muricata L.)
Menurut Suranto (2011) di berbagai negara, buah sirsak (Annona
muricata L.) ini dikenal dengan nama, antara lain graviola (Portugis);
guanabana (Spanyol); guanaba (El Salvador); huanaba (Guatemala); zopote
de viejas atau cabeza de negro (Meksiko); catoche atau catuche (Venezuela);
anona de puntitas atau anona de broquel (Argentina); sinini (Bolivia); brzilian
paw paw, araticum do grande, graviola, jaca do para (Brasil); serta sorsaka
atau zunrzak (Netherlands Antilles, Suriname).
Nama lain sirsak dari berbagai bahasa antara lain adalah sousop
(Inggris); zuurzak (Belanda); corossol (Prancis); guyabano (Filipina);
togebanreishi (Jepang); sitapal (India); ciguofan lizhi (Cina); srikaya belanda
(Malaysia); thurian thet (Thailan); mang cau (Vietnam); serata saua sap
(Papua Nugini).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
Di Indonesia, nama lokal sirsak sangat beragam, antara lain nangka
londa, nangka manila, nangka sabrang, mulwa londa, srikaya welonda,
srikaya welondi, sirsak, sirsat (Jawa); nangka belanda, nangka walanda, kadu
walanda (Sunda); nangka buris, nangka moris, nangka englan (Madura);
srikaya jawa (Bali); deureuyan belanda (Aceh); terong olanda (Toba); durian
betawi (Minangkabau); jambu landa (Lampung); dian blanda (Dayak);
nangka walanda (Ternate); nangka lada ( Tidore); durio ulondo (Nias); nahat
(Sika); anona (Larantuka); siri kaja balanda (Bugis); lange lo walanda
(Gorontalo); naha wolanda (Halmahera); anad walanda (Saram Barat); tafena
warata (Seram Selatan); serta ai ota malai (Timor).
Menurut Sunarjono (2004) di Indonesia luas tanaman sirsak tidak
tercatat, tetapi hampir setiap orang mengenal sirsak (Annona muricata L.)
dengan nama nangka belanda, nangka seberang, durian belanda atau buah
nona. Sesuai dengan namanya buah sirsak berlapis seperti kantong (zak) yang
masam (zuur).
4. Habitat atau Syarat Tumbuh
Sirsak (Annona muricata L.) dapat tumbuh pada semua jenis tanah
dengan derajat keasaman (pH) antara 5,5 - 7. Jadi tanah yang sesuai adalah
tanah yang agak asam sampai agak alkalis. Tanaman sirsak (Annona muricata
L.) tumbuh baik pada dataran rendah hingga dataran tinggi yang berkisar
antara 100 - 1000 m di atas permukaan laut. Pada daerah dengan ketinggian
1000 m di atas permukaan laut tanaman sirsak (Annona muricata L.) tidak
dapat tumbuh dengan baik. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman sirsak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
(Annona muricata L.) adalah 22 - 320C. Curah hujan yang dibutuhkan
tanaman sirsak antara 1500- 3000 mm pertahun dengan musim kemarau 4 - 6
bulan (Sunarjono, 2013).
5. Perbanyakan Tanaman
Tanaman sirsak dapat diperbanyak dengan cara okulasi atau sambung
pucuk. Perbanyakan dengan biji kurang baik karena tanaman mulai berbuah
pada umur enam tahun. Sedangkan bibit okulasi, tanaman dapat berbuah pada
umur tiga tahun. Okulasi pada tanaman sirsak lebih mudah karena kulit
batang mudah di kupas. Biasanya, setelah tanaman berumur delapan tahun
lebih, produksinya akan turun.
Menurut Suranto (2011) pohon sirsak tumbuh dengan cepat dan sudah
mulai berbuah pada umur 3-5 tahun. Sirsak yang di tanam dari biji mulai
berbuah setelah berumur 4-5 tahun. Sementara sirsak yang ditanam dari
okulasi mulai berbuah pada umur 2-3 tahun setelah ditanam. Hasil buah
sirsak rata-rata 20 buah tiap pohon pertahun dengan bobot 10-60 kg.
6. Kandungan Kimia
Menurut Asprey dan Thornto (2000) dalam Purwatresana (2012)
daun sirsak mengandung flavonoid, alkaloid, asam lemak, fitosterol, mirisil
alkohol dan anonol. Sedangkan menurut Wullur, et al., ( 2013) daunnya
mengandung senyawa tanin, fitosterol, kalsium oksalat, alkaloid murisin,
monotetrahidrofuran asetogenin, seperti anomurisin A dan B, gigantetrosin A,
annonasin-10-one, murikatosin A dan B, annonasin dan goniotalamisin
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
Menurut Mulyaman, dkk (2000) dalam Tenrirawe (2011) daun sirsak
mengandung senyawa acetogenin antara lain acimicin, bulatacin dan
squamocin.
Pada
konsentrasi
tinggi
senyawa
acetogenin
memiliki
keistimewaan sebagai antifeedant. Dalam hal ini serangga hama tidak lagi
memakan bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi
rendah, bersifat racun perut yang menyebabkan serangga hama mati.
Menurut Robinson (1995) dalam Adri dan Wikanastri (2013)
kandungan senyawa yang terdapat dalam daun sirsak antara lain steroid atau
terpenoid, flavonoid, kumarin, alkaloid, dan tanin. Dimana senyawa
flavonoid berfungsi sebagai antioksidan untuk penyakit kanker, anti mikroba,
anti virus, pengatur fotosintetis, dan pengatur tumbuh. Sedangkan menurut
Yenie, et al., (2013) tanin diproduksi oleh tanaman, berfungsi sebagai
substansi perlindungan dalam jaringan maupun luar jaringan. Selain itu juga
tanin bekerja sebagai zat astrigent yang dapat menyusutkan jaringan dan
menutup struktur protein pada kulit dan mukosa. Tanin pada umumnya tahan
terhadap perombakan atau fermentasi selain itu juga dapat
menurunkan
kemampuan binatang untuk mengkomsumsi tanaman. Saponin bekerja
menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus menjadi
korosif dan akhirnya rusak.
7. Mekanisme Terhadap Tubuh Walang Sangit
Ekstrak daun sirsak diaplikasikan dengan cara menyemprotkan ke
seluruh bagian ruangan secara merata. Ekstrak daun sirsak yang disemprotkan
sebagai insektisida masuk ke dalam tubuh serangga melalui kutikula (racun
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
kontak), alat pencernaan (racun perut) dan lubang pernafasan (racun
pernafasan). Menurut Mulyaman, dkk., (2000) dalam Tenrirawe (2011) daun
sirsak memiliki sifat sebagai antifeedant dan racun perut. Pada konsentrasi
tinggi, bersifat antifeedant dimana serangga hama tidak lagi memakan bagian
tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun
perut yang menyebabkan serangga hama mati. Menurut Djojosumarto (2008)
jika serangga makan maka pestisida akan masuk ke dalam organ pencernaan
serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya
insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran
yang mematikan misalnya sistem saraf serangga .
Menurut Sastrodiharjo (1979) dalam Ajad (2015) dinding tubuh
serangga dapat menyerap pestisida, membran dasar dinding tubuh bersifat
semipermeabel. Senyawa aktif yang terdapat pada pestisida dapat masuk
melalui sistem pernafasan baik berupa gas maupun dalam butiran gas halus
yang masuk melalui stigma atau spirakel yang berakhir ke saluran-saluran
trakea dan pada akhirnya akan masuk ke dalam jaringan.
Pada organ tanaman juga terdapat stomata yang memungkinkan
pestisida masuk sehingga serangga yang makan bagian tanaman akan mati
karena masih adanya residu pestisida. Menurut Wilkins (1991) dalam
Haryanti dan Tetrinica (2009) stomata ditemukan pada sebagian besar
permukaan tanaman misalnya daun, batang dan akar tetapi jumlah stomata
yang terbanyak terdapat pada daun. Sebagian besar pohon angiosprermae
daunnya mempunyai stomata pada permukaan bawah, sehingga disebut
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
hipostomatus sedangkan pada daun akuatik yang mengapung, stomata hanya
terdapat pada permukaan atas daun dan pada tanaman lainnya stomata
terdapat pada ke dua permukaan daun.
Penyemprotan pestisida lebih efektif dilakukan pada daun, saat stomata
membuka maksimal, sehingga pestisida yang terlarut dalam air akan lebih
mudah masuk. Maka pestisida akan lebih cepat ditranslokasikan keseluruh
bagian tubuh tumbuhan (Moenandir, 1990; Setyowati, 2015; Fatonah, et al.,
2013). Pada pagi hari stomata akan mulai membuka lebar karena intensitas
cahaya dan temperatur yang tidak terlalu tinggi serta kelembaban yang cukup
menyebabkan tugor sel penjaga meningkat. Namun pada saat siang hari,
stomata menutup karena tingginya intensitas cahaya dan temperatur serta
penguapan air yang berlebihan (Taiz dan Zeiger, 2002; Hopkins, 2004;
Fatonah, at al., 2013)
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan terkait penggunaan ekstrak daun sirsak
sebagai pestisida nabati. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh
Tenrirawe yang
dilaksanakan di laboratorium Hama dan Penyakit Balai
Penelitian Tanaman Serealia Maros. Pengujian ekstrak daun A. muricata
dilakukan dengan mencelupkan baby corn yang berukuran 4 cm ke dalam
ekstrak daun A. muricata dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan
kontrol, yang kemudian diberikan pada larva H. armigera instar III. Data
diperoleh dengan mengamati serta menghitung mortalitas larva H. armigera
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
instar III setelah pemberian ekstrak daun A. muricata selama 24 jam dengan
interval pengamatan setiap 4 jam sekali setelah aplikasi.
Data dianalisis dengan sidik ragam pola RAL, dilanjutkan dengan uji
BNT α 0,05. Penentuan nilai LC50 dan LT50 melalui analisis probit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada pengamatan 12-24 jam setelah aplikasi,
ekstrak daun A. muricata berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva H.
armigera instar III. Ekstrak daun A. muricata konsentrasi 10% menyebabkan
mortalitas larva H. armigera 20% dan konsentrasi 20% mortalitas 50%. Pada
konsentrasi 30%, mortalitas 45% dan konsentrasi 40% menyebabkan mortalitas
65%. Hasil analisis probit LC50 26,30% dengan kemiringan garis regresi Y =
1,8754x + 0,456. Hasil analisis probit LT50 31,14 jam dengan kemiringan
garis regresi Y = 2,5116x – 1,2625. Berdasarkan pengamatan dan analisis data
dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun A. muricata pada konsentrasi 10%,
20%, 30%, 40% berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva H. armigera
instar III. Konsentrasi ekstrak daun A. muricata yang terbaik terhadap
mortalitas larva H. armigera instar III adalah 40% dengan mortalitas 65%.
F. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya hama walang sangit sering menyerang tanaman padi yang
sedang berbunga sampai biji padi stadia matang susu. Kerugian yang
ditimbulkan oleh walang sangit bervariasi antara 10-40%. Serangan walang
sangit yang hebat dapat menghancurkan seluruh tanaman padi. Tanaman padi
yang terus-menerus di tanam juga mendorong perkembangan populasi hama
walang sangit sehingga serangan walang sangit semakin luas. Untuk itu perlu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
adanya penanganan sebelum terjadinya fluktasi hama walang sangit. Baik itu
secara mekanis, hayati maupun kimia. Penangan kimia berupa insektisida
alami yaitu ekstrak daun sirsak. Dimana daun sirsak mengandung senyawa
kimia yang juga mampu untuk mempengaruhi daya makan, daya reproduksi,
pertumbuhan dan pada pengenceran rendah dapat bersifat racun perut
sedangkan pada pengenceran yang pekat dapat bersifat antifeedant yang dapat
menyebabkan kematian. Maka untuk mengetahui kebenarannya dilakukan uji
efektivitas daun sirsak sebagai pestisida alami terhadap hama walang sangit
dengan beberapa tingkat konsentrasi.
G. Hipotesis
1. Penyemprotan ekstrak daun sirsak dapat membunuh atau menghentikan
serangan walang sangit.
2. Ekstrak daun sirsak pada tingkat konsentrasi 60% lebih efektif terhadap
mortalitas walang sangit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2015, bertempat di Kebun
Percobaan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang terletak di
Dusun Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
B. Jenis Penelitian dan Variabel
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk
mengetahui efektifitas ekstrak daun sirsak sebagai pestisida nabati untuk hama
walang sangit. Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel antara lain
variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.
1. Variabel bebas
: Konsentrasi ekstrak daun sirsak.
2. Variabel terikat
: Tingkat mortalitas hama walang sangit.
3. Variabel kontrol
: Daun sirsak, tanaman padi, volume ekstrak daun
sirsak (50 ml).
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL),
yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 1 Kontrol dan 3 pengulangan pada
masing-masing perlakuan. Untuk setiap perlakuan diujikan walang sangit
sebanyak 10 ekor pada stadia imago.
37
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Perlakuan yang dilakukan sebagai berikut :
P0 : Kontrol
P1 : Perlakuan dengan konsentrasi 15 % ekstrak daun sirsak
P2 : Perlakuan dengan konsentrasi 30 % ekstrak daun sirsak
P3 : Perlakuan dengan konsentrasi 45 % ekstrak daun sirsak
P4 : Perlakuan dengan konsentrasi 60 % ekstrak daun sirsak
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Sprayer
n. Jarum
b. Blender
o. Bambu
c. Timbangan
p. Senter
d. Termometer
q. Plastik
e. pH meter
r. Kerangka besi
f. Saringan
s. Pot
g. Ember
t. Kamera
h. Kandang
u. Alat tulis-menulis
i. Pisau
j. Gelas ukur 100 ml
k. Tali rafia
l. Paranet hitam
m. Paranet putih
38
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Daun sirsak
b. Air
c. Walang sangit
d. Tanaman padi
e. Tanah
f. Pupuk kandang.
E. Cara Kerja
1. Tempat Penangkaran Walang Sangit
Tempat penangkaran yang digunakan adalah kerangka besi berbentuk
rumah dengan ukuran panjang 3 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 1 meter.
Kerangka tersebut dibagi 15 ruang sesuai dengan jumlah perlakuan dan
pengulangan. Pembatas tiap ruang menggunakan bambu, berdindingkan
plastik dan paranet. Plastik digunakan untuk memisahkan tiap perlakuan
sedangkan paranet digunakan untuk memisahkan pengulangan tiap perlakuan.
Plastik dan paranet yang digunakan, dipotong berdasarkan ukuran ruangan.
Plastik yang telah dipotong, langsung dipasang pada setiap perlakuan yang
diikat menggunakan tali rafia. Setelah itu paranet pada setiap pengulangan
dipasang dan diikat menggunakan tali rafia. Setelah semua dipasang, padi
dimasukkan ke dalam ruangan. Padi yang ditanam adalah jenis padi 64 yang
baru berbunga “makata” dengan jumlah 15 rumpun dimana ditanam di pot.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
Tanaman padi yang ditanam dapat berasal dari semua jenis padi. Pengambilan
jenis padi 64 ini disesuaikan dengan varietas tanaman padi yang kebanyakan
ditanam ketika masa penelitian dilakukan.
Satu pot ditanami satu rumpun dengan tanah yang sudah dicampurkan
pupuk kandang dengan perbandingan 1 pupuk : 2 tanah. Jika semua tanaman
padi sudah dimasukkan maka penutup paranet hitam dan penutup paranet
putih dipasang untuk menutup bagian atas ruangan dan pinggir ruangan agar
setiap perlakuan dan pengulangan tidak terdapat celah antara ruangan.
2. Menangkap Walang Sangit
Walang sangit diperoleh dengan cara menangkap secara langsung.
Walang sangit mudah ditemukan di area persawahan terutama pada sawah
yang tanaman padinya mulai berbuah matang susu. Pengambilan walang
sangit dapat dilakukan pada pagi atau sore hari. Walang sangit yang
ditangkap adalah sebanyak ± 200 ekor dimasukkan ke dalam beberapa
kandang. Setelah tertangkap atau terkumpul semuanya, walang sangit
dimasukkan ke dalam penangkaran walang sangit yang telah dibuat
berdasarkan perlakuan dan pengulangan. Untuk setiap pengulangan ada 10
ekor walang sangit pada stadia imago. Jadi dalam satu perlakuan ada 30 ekor
walang sangit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
3. Pemeliharan Walang Sangit
Walang sangit yang telah ditangkap dan yang telah dimasukkan ke
dalam tempat penangkaran yang telah dibuat, pada setiap perlakuan dan
pengulangan. Walang sangit dipelihara selama 5 hari untuk proses adaptasi.
Proses adaptasi dilakukan sebelum pengujian efektivitas ekstrak daun sirsak.
4. Membuat Ekstrak Daun Sirsak
Daun sirsak yang digunakan diambil dari beberapa pohon yang ada di
sekitar Paingan.
Namun penggunaan daun sirsak setiap kali pembuatan
ekstrak, selalu diambil dari pohon yang sama. Daun sirsak yang digunakan
adalah campuran daun sirsak mudah dan daun sirsak yang sudah tua. Cara
membuat ekstrak daun sirsak dilakukan dengan memetik helaian daun sirsak,
lalu dibersihkan sampai bersih. Setelah itu helaian daun digunting kecil-kecil
dan ditimbang sebanyak 300 gram. Setelah ditimbang, daun sirsak tersebut
dimasukkan
ke
dalam
blender
dengan
menambahkan
air
dengan
perbandingan 1 daun sirsak : 1 air (gram / volum). Daun yang telah diblender
diambil dan disaring untuk memperoleh ekstrak daun sirsak. Hasil saringan
ekstrak daun sirsak kemudian diencerkan beberapa tingkat konsentrasi yaitu
15%, 30%, 45% dan 60%.
Ekstrak daun sirsak telah diencerkan dapat
langsung digunakan. Selama masa penelitian, ekstrak sirsak dibuat sebanyak
delapan kali. Ekstrak yang digunakan standarnya tidak sama karena daun
sirsak yang digunakan berasal dari beberapa pohon sirsak sehingga setiap
pembuatan ekstrak daun sirsak memiliki standar yang berbeda-beda namun
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
pembuatan ekstrak daun sirsak sebaiknya memiliki standar yang sama agar
efek yang ditimbulkan sama pada hewan uji “ walang sangit”.
Untuk memperoleh ekstrak daun sirsak sesuai perlakuan maka dilakukan
pengenceran sebagai beriku:
P1 = Konsentrasi 15% (15 ml ekstrak daun sirsak + 85 ml air)
P2 = Konsentrasi 30% (30 ml ekstrak daun sirsak + 70 ml air)
P3 = Konsentrasi 45% (45 ml ekstrak daun sirsak + 55 ml air)
P4 = Konsentrasi 60% (60 ml ekstrak daun sirsak + 40 ml air)
5. Pengujian Ekstrak Daun Sirsak pada Hama Walang Sangit
Setelah walang sangit dipelihara selama 5 hari, pengujian ekstrak daun
sirsak dapat dilakukan. Ekstrak daun sirsak disemprot sebanyak 50 ml pada
masing-masing pengulangan disetiap perlakuan selama 8 hari. Aplikasi
ekstrak daun sirsak yang dilakukan setiap hari memiliki efisiensi yang kurang
baik bagi petani di lapangan. Namun pada kenyataannya aplikasi pestisida
nabati harus lebih sering dilakukan karena efek yang ditimbulkan bekerja
lebih lambat dibandingkan dengan pestisida sintetik. Penyemprotan dilakukan
pada pagi hari jam 05.30 WIB.
6. Parameter Pengamatan
Dalam penelitian ini yang menjadi parameter pengamatan adalah
tingkat mortalitas hama walang sangit. Dimana harus melakukan perhitungan
persentase mortalitas walang sangit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
Cara menghitung pensentase mortalitas dengan walang sangit pada
masing-masing pengulangan disetiap perlakuan menggunakan rumus sebagai
berikut:
a
P =
× 100%
a+b
Keterangan :
P = Persentase mortalitas walang sangit
a = Jumlah walang sangit yang mati
b = Jumlah walang sangit yang hidup
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji anova. Untuk
melihat perbedaan pengaruh antara perlakuan dilakukan uji lanjut
menggunakan uji CD.
F. Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setiap hari dengan cara mencatat jumlah
mortalitas walang sangit. Pengambilan data dilakukan setelah penyemprotan
ekstrak daun sirsak pada
masing-masing pengulangan disetiap perlakuan.
Data yang diambil adalah jumlah mortalitas walang sangit. Data diambil setiap
12 jam setiap hari setelah aplikasi ekstrak daun sirsak. Data diambil 2 kali
sehari setelah aplikasi ekstrak daun sirsak yakni pada jam 17.30 WIB dan
05.30 WIB.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
G. Analisis Data
Data yang diperoleh merupakan data mentah hasil pengamatan
dan
perhitungan jumlah walang sangit yang mati, pada setiap pengambilan data
untuk setiap perlakuan. Data yang diperoleh akan dilakukan perhitungan
persentase tingkat mortalitas walang sangit. Analisis data menggunakan uji
anova dan apabila signifikan, dilanjutkan dengan uji CD
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menguji ekstrak
daun sirsak (Annona muricata L.) sebagai pestisida alami pada hama tanaman
padi yaitu walang sangit. Ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) diaplikasikan
dengan cara menyemprotkan pada hewan uji. Penyemprotan ekstrak daun sirsak
(A. muricata L.) pada hama walang sangit merupakan salah satu upaya dalam
mengendalikan hama walang sangit yang sering ditemukan pada budidaya
tanaman padi. Penelitian ini menggunakan uji anova one factor between design
karena faktor yang akan diuji terdiri dari satu faktor yaitu uji ekstrak daun sirsak
(A. muricata L.). Percobaan diaplikasikan pada empat kelompok yang terpisah
secara independen. Ekstrak daun sirsak yang digunakan terdiri dari empat
perlakuan dan kontrol yakni 0 % (P0), 15 % (P1), 30 % (P2), 45 % (P3) dan 60 %
(P4). Setiap perlakuan terdiri dari tiga pengulangan.
A. Hasil Uji Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Mortalitas Walang Sangit
Hasil pengamatan dari pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata
L.) terhadap mortalitas walang sangit pada tahap imago dilakukan selama 8
hari. Aplikasi penyemprotan pestisida dilakukan setiap pagi pada pukul 05.30
WIB. Pengambilan data dilakukan setiap 12 jam yakni pada pukul 17.30 WIB
dan 05.30 WIB. Penelitian yang dilakukan memberikan gambaran data sebagai
berikut :
45
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 4.1 : Rata-Rata Persentase Mortalitas Walang Sangit 12 Jam
Persentase Mortalitas Walang Sangit (%)
No. Jam
P0
P1
P2
P3
46
P4
1
0
0
0
0
0
0
2
12
0
6,67
3,33
3,33
10
3
24
0
33,33
26,67
6,67
23,33
4
36
0
50
33,33
26,67
40
5
48
3,33
56,67
50
33,33
50
6
60
6,67
60
66,67
50
56,67
7
72
6,67
63,33
80
56,67
70
8
84
6,67
70
93,33
63,33
76,67
9
96
6,67
86,67
96,67
66,67
83,33
10
108
6,67
90
96,67
70
90
11
120
6,67
96,67
100
83,33
93,33
12
132
6,67
96,67
100
96,67
93,33
13
144
6,67
100
100
100
93,33
14
156
6,67
100
100
100
96,67
15
168
6,67
100
100
100
100
16
180
6,67
100
100
100
100
17
192
6,67
100
100
100
100
Jumlah
83,37
1210,01
1246,67
1056,67
1176,66
Rata-rata
4,90
71,18
73,33
62,16
69,22
Keterangan :
P0 : Kontrol
P1 : Perlakuan dengan konsentrasi 15% (15 ml ekstrak daun sirsak + 85 ml air)
P2 : Perlakuan dengan konsentrasi 30% (30 ml ekstrak daun sirsak + 70 ml air)
P3 : Perlakuan dengan konsentrasi 45% (45 ml ekstrak daun sirsak + 55 ml air)
P4 : Perlakuan dengan konsentrasi 60% (60 ml ekstrak daun sirsak + 40 ml air)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum ekstrak daun
sirsak (A. muricata L.) yang telah diuji berpengaruh terhadap mortalitas
walang sangit. Berdasarkan data pada tabel 4.1 hasil pengamatan pada jam
ke-12 menunjukkan bahwa tingkat mortalitas walang sangit pada perlakuan
P4 mencapai 10%, P1 mencapai 6,67%, P2 dan P3 mencapai 3,33% dan
kontrol (P0) 0%. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak daun sirsak (A.
muricata L.) dengan konsentrasi tinggi lebih cepat daya bunuhnya terhadap
walang sangit. Hal ini terlihat bahwa pada perlakuan P4 tingkat mortalitas
walang sangit lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan lainnya. Sesuai
dengan apa yang dikatakan Mulyaman, dkk (2000) dalam Tenrirawe (2011)
bahwa ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) pada konsentrasi tinggi memiliki
fungsi sebagai antifeedant sehingga mempengaruhi serangga hama tidak lagi
memakan bagian tanaman yang disukainya. Dengan disemprotkannnya
ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) membuat walang sangit tidak mau makan
karena adanya kandungan metabolisme sekunder yang bertindak sebagai
pestisida. Didukung dengan apa yang dikatakan oleh Yenie, E.et al., (2013)
bahwa tanin
yang ada pada daun sirsak umumnya tahan terhadap
perombakan atau fermentasi. Selain itu dapat juga menurunkan kemampuan
binatang untuk mengkonsumsi tanaman. Hal inilah yang dapat menyebabkan
ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) bersifat antifeedant. Dapat diasumsikan
bahwa tingkat konsentrasi yang tinggi
memiliki jumlah kandungan
metabolisme sekunder yang lebih banyak sehingga dapat menyebabkan
mortalitas walang sangit lebih cepat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
Penyemprotan juga berpengaruh terhadap mortalitas walang sangit,
dimana walang sangit yang mengalami kontak langsung dengan ekstrak daun
sirsak dapat masuk melalui dinding tubuh serangga dan juga dapat masuk
melalui sistem pernafasan, sehingga perlakuan dengan konsentrasi yang
tinggi menyebabkan mortalitas walang sangit jauh lebih tinggi dibandingkan
yang lainnya. Hal ini didukung dengan apa yang dikatakan oleh Sastrodiharjo
(1979) dalam Ajad, (2015) bahwa dinding tubuh serangga dapat menyerap
pestisida karena membran dasar dinding tubuh
bersifat semipermeabel.
Senyawa aktif yang terdapat pada pestisida dapat masuk melalui sistem
pernafasan baik berupa gas maupun dalam butiran gas halus yang masuk
melalui stigma atau spirakel yang berakhir ke saluran-saluran trakea dan pada
akhirnya akan masuk ke dalam jaringan yang menyebabkan serangga mati.
Pengamatan pertama dilakukan pada jam ke-12 setelah diberikan
treatment pada hewan uji. Secara keseluruhan, mortalitas walang sangit pada
setiap kali pengamatan menunjukkan peningkatan. Peningkatan mortalitas
terlihat berbeda antara tiap perlakuannya. Pada kontrol (P0), mortalitas
walang sangit baru terlihat pada jam ke- 48 yaitu sebesar 3,33 % dan pada
jam ke- 60 mengalami peningkatan menjadi 6,67 %. Selanjutnya pada
pengamatan jam ke- 72 sampai pengamatan terakhir pada jam ke- 192 tidak
terdapat peningkatan mortalitas lagi.
Dilihat dari kecepatan tingkat mortalitas walang sangit, perlakuan P1
lebih cepat
mencapai mortalitas sebesar 50 % yakni pada jam ke- 36.
Sedangkan pada perlakuan P2 dan P4 mortalitas walang sangit baru mencapai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
50% pada jam ke- 48 dan perlakuan P3 pada jam ke- 60. Perbedaan kecepatan
tingkat mortalitas walang sangit pada setiap perlakuannya bisa dipengaruhi
oleh banyak faktor misalnya urutan pemberian atau penyemprotan ekstrak
daun sirsak (A. muricata L.) pada setiap perlakuan, pengaruh arah angin,
suhu, pH dan tata letak setiap perlakuan.
Tata letak setiap perlakuan juga diduga dapat memberikan pengaruh
terhadap kecepatan mortalitas walang sangit. Urutan letak setiap perlakuan
dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi diletakkan dari arah barat ke
arah timur. Mortalitas walang sangit akibat tata letak ini dapat dipengaruhi
oleh waktu terbit dan terbenamnya matahari. Aplikasi pestisida diberikan
pada pagi hari bersamaan dengan terbitnya matahari dari timur sehingga
kemungkinan berpengaruh pada ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) yang
disemprotkan pada perlakuan yang terletak dibagian timur yang mana ekstrak
yang disemprotkan akan lebih cepat mengalami penguapan. Kecepatan
penguapan ini berpengaruh terhadap efektifitas pemberian ekstrak
daun
sirsak (A. muricata L.) pada walang sangit sehingga kecepatan mortalitasnya
juga lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan mortalitas walang sangit
pada perlakuan yang terletak di bagian barat (Lihat lampiran Gambar 1).
Berdasarkan tabel 4.1 kecepatan mortalitas mencapai 100% diketahui
terjadi pada jam ke - 120 yaitu pada perlakuan P2. Sedangkan pada perlakuan
P1 dan P3 kecepatan mortalitas walang sangit mencapai 100 % pada jam ke144 dan pada perlakuan P4 mortalitas walang sangit mencapai 100 % pada
jam ke-168.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
Telah dijelaskan di atas bahwa pada pengamatan awal, perlakuan P4
lebih cepat mempengaruhi mortalitas walang sangit. Pada penelitian yang
dilakukan ini, setiap perlakuan terdiri dari tiga pengulangan. Tiap
pengulangan memberikan hasil mortalitas yang berbeda-beda. Dapat dilihat
pada tabel 2 (terlampir), perlakuan P4 pada jam ke- 48, tingkat mortalitas
pada pengulangan ke-2 telah mencapai 100%. Hal ini berbeda dengan
pengulangan ke-1 dengan tingkat mortalitas 70% dan pengulangan ke-3
dengan tingkat mortalitas 60% pada jam yang sama.
Perbedaan tingkat mortalitas walang sangit dapat terjadi juga akibat
cara penyemprotan dan arah angin. Cara penyemprotan pada setiap
pengulangan memiliki efek yang berbeda-beda. Pada saat penyemprotan
terdapat dua kemungkinan yakni efek langsung akibat kontak langsung dan
efek tidak langsung akibat tidak kontak langsung. Perbedaan efek dari
penyemprotan ini dapat dilihat bahwa setiap ulangan pada tiap perlakuan
memiliki tingkat mortalitas yang berbeda-beda.
Arah angin juga diduga menjadi faktor penyebab terjadinya perbedaan
tingkat mortalitas walang sangit pada setiap pengulangan. Dapat dilihat pada
tabel 2 (terlampir) bahwa pada setiap perlakuan untuk pengulangan ke-2
memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengulangan 1 dan 3. Hal yang diduga dapat mempengaruhi perbedaan
tingkat mortalitas walang sangit pada masing-masing pengulangan adalah
arah angin. Setiap perlakuan pada pengulangan ke-2 terletak di tengah yang
diapit oleh pengulangan 1 dan pengulangan 3 sehingga saat melakukan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
penyemprotan, ekstrak daun sirsak akan berkumpul di ruang pengulangan ke2. Sebaliknya pada pengulangan ke-1 dan ke-3 yang letaknya di pinggir,
jumlah ekstrak daun sirsak yang disemprotkan, akan lebih sedikit karena pada
saat penyemprotan, ekstrak daun sirsak tidak hanya berada pada ruangan
tersebut tetapi akan masuk juga ke ruang pengulangan ke- 2 atau akan keluar
dari ruang penyemprotan. Sehingga efek yang ditimbulkan akan lebih rendah
dibandingkan pada pengulangan ke- 2.
Berbeda dengan perlakuan P4 tingkat mortalitas walang sangit pada
jam ke 12, 24, 36, 60, 72, 84 dan 96 terlihat mengalami peningkatan yang
cukup cepat namun pada jam selanjutnya ternyata mengalami tingkat
mortalitas yang lambat. Dapat dianalisis bahwa kemungkinan terjadi
peningkatan kekebalan tubuh serangga uji atau yang sering disebut resitensi
serangga terhadap pestisida yang disemprotkan, sehingga pada perlakuan P4
tingkat mortalitas walang sangit baru mencapai 100% pada jam ke - 168.
Setelah pertama aplikasi perstisida ternyata pada jam ke 12, 24 dan 36
keempat perlakuan (P1, P2, P3, P4) berbeda dengan kontrol dimana keempat
perlakuan pada jam tersebut sudah ada walang sangit yang mati sedangkan
pada kontrol belum ada walang sangit yang mati.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
B. Faktor-Faktor Penyebab Mortalitas Walang Sangit
80
70
Mortalitas (%)
60
50
40
30
20
10
0
0
15
30
45
60
Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (%)
Gambar 4.1 : Diagram Hubungan Antara Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak
(Annona muricata L.) Terhadap Mortalitas Walang Sangit
Dilihat dari gambar 4.1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat
mortalitas walang sangit antara tiap perlakuan. Secara keseluruhan rata-rata
persentase mortalitas walang sangit pada P0 sebesar 4,90%, perlakuan P1
sebesar 71,18 %, perlakuan P2 sebesar 73,33%, perlakuan P3 sebesar 62,16 %
dan perlakuan P4 sebesar 69,22%.
Diagram di atas menunjukkan bahwa
tingkat mortalitas walang sangit pada setiap perlakuan tidak berbanding lurus
dengan tingkat konsentrasi ekstrak daun sirsak. Perbedaan tingkat mortalitas
dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor baik itu faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal misalnya siklus hidup walang sangit, sedangkan
faktor eksternal antara lain kandungan metabolisme sekunder ekstrak daun
sirsak (A. muricata L.), waktu aplikasi ekstrak daun sirsak, tata letak, efek
penyemprotan dan arah angin.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
Pada kontrol tingkat mortalitas walang sangit paling rendah jika
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak
diberikan ekstrak daun sirsak sehingga mortalitas yang terjadi tidak
dipengaruhi oleh pestisida sedangkan pada perlakuan lainnya
dapat
dipengaruhi oleh pemberian ekstrak daun sirsak. Pemberian ekstrak daun sirsak
(A. muricata L.) pada perlakuan (P1, P2, P3, P4) menghasilkan tingkat
mortalitas walang sangit yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
1. Kandungan Ekstrak Daun Sirsak
Tingkat mortalitas pada tiap perlakuan akibat berikannya ekstrak daun
sirsak (Annona muricata L.) ini dapat disebabkan adanya kandungan
metabolisme sekunder pada daun sirsak (A. muricata L.) yang dapat
menyebabkan mortalitas walang sangit. Hal ini dipengaruhi adanya senyawa
aktif dalam ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) yang disemprotkan pada
walang sangit dimana bertindak sebagai insektisida. Menurut Robinson,
(1995) dalam Adri dan Wikanastri (2013) kandungan senyawa yang terdapat
dalam daun sirsak (Annona muricata L.) antara lain steroid atau terpenoid,
flavonoid, kumarin, alkaloid, dan tanin.
Menurut Yenie, E.et al., (2013) tanin diproduksi oleh tanaman,
berfungsi sebagai substansi perlindungan dalam jaringan maupun luar
jaringan. Selain itu juga tanin bekerja sebagai zat astrigent
yang dapat
menyusutkan jaringan dan menutup struktur protein pada kulit dan mukosa.
Kandungan tersebut dapat mengakibatkan mortalitas walang sangit. Walang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
sangit yang melakukan kontak langsung
54
dengan ekstrak daun sirsak
menyebabkan kandungan metabolisme sekunder berupa tanin masuk ke
dalam dinding tubuh walang sangit sehingga tanin yang ada dalam daun
sirsak akan menyusutkan jaringan dan menutup struktur protein pada kulit
dan mukosa yang mengakibatkan walang sangit mati.
Menurut Yenie, E.et al., (2013) kandungan saponin juga bekerja
menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus menjadi
korosif dan akhirnya rusak. Jika walang sangit makan padi yang telah
semprotkan ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) maka kandungan saponin
juga ikut masuk dalam sistem pencernaan walang sangit. Sehingga
kandungan saponin yang ada pada ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) ini
dapat menyebabkan mortalitas pada walang sangit karena selaput mukosa
traktus digestivus telah rusak.
Selain itu juga menurut Mulyaman, dkk (2000) dalam Tenrirawe (2011)
mengatakan bahwa daun sirsak mengandung senyawa acetogenin antara lain
acimicin, bulatacin dan squamocin. Pada konsentrasi tinggi senyawa
acetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedant. Dalam hal ini
serangga hama tidak lagi memakan bagian tanaman yang disukainya.
Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang mengakibatkan
serangga hama menjadi mati. Dilihat dari peningkatan mortalitas walang
sangit tidak berbanding lurus dengan tingkat konsentrasi ekstrak daun sirsak
(A. muricata L.). Namun berdasarkan kandungannya, daun sirsak yang
bersifat antifeedant dan racun perut ini dapat terlihat dari konsentrasi ekstrak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
daun sirsak (A. muricata L.) pada setiap perlakuan dengan tingkat mortalitas
walang sangit. Pada perlakuan P1 (15%) dan P2 (30%) tingkat mortalitasnya
tidak jauh berbeda dimana P1 (71,18 %) dan P2 (73,33%) sedangkan pada
konsentrasi tinggi tingkat mortalitas walang sangit pada perlakuan P3 (62,16
%) dan P4 (69,22%). Dilihat dari hasil mortalitas pada setiap perlakuan
diketahui bahwa pada konsentrasi rendah tingkat mortalitas walang sangit
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi tinggi. Melihat hal tersebut
ternyata ekstrak daun sirsak lebih efektif membunuh walang sangit pada
konsentrasi rendah yang bersifat racun perut dibandingkan pada konsentrasi
tinggi yang bersifat antifeedant.
Perlakuan
P2
memiliki
tingkat
mortalitas
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Melihat hal tersebut perlakuan P4
seharusnya mempunyai tingkat mortalitasnya yang lebih tinggi karena
perlakuan P4 tingkat konsentrasi ekstrak daun sirsak lebih tinggi. Hal ini
kemungkinan dipengaruhi oleh efek masing-masing perlakuan. Ekstrak
dengan konsentrasi tinggi mempengaruhi secara langsung dalam arti bahwa
jika semprotan mengenai secara langsung pada walang sangit maka efek yang
ditimbulkan mempengaruhi daya makan karena bersifat antifeedant. Walang
sangit dengan daya tahan tubuh kuat kemungkinan akan bertahan hidup lebih
lama sebaliknya walang sangit dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih
cepat mati. Hal ini dapat terjadi karena walang sangit yang digunakan sebagai
sampel penelitian diadaptasikan selama 5 hari sebelum aplikasi ekstrak daun
sirsak sehingga daya adaptasi walang sangit cukup tinggi terhadap perubahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
lingkungannya. Sedangkan perlakuan dengan konsentrasi rendah lebih
bersifat racun perut dan tidak berdampak langsung terhadap kematian walang
sangit. Ekstrak yang disemprotkan ke tanaman akan diserap oleh jaringan
tumbuhan dan residu pestisida akan diedarkan ke semua organ tanaman. Jika
walang sangit memakan bagian organ tanaman padi yang sudah ada senyawa
metabolisme sekunder yang bertindak sebagai pestisida mengakibatkan
walang sangit akan mati. Walang sangit yang memakan bulir padi dengan
cara mengisap cairan bulir padi menyebabkan walang sangit mengalami
keracunan dan mati. Dikarenakan aplikasi ekstrak dilakukan setiap hari
sehingga semakin banyak ekstrak yang diserap jaringan tumbuhan,
memungkinkan walang sangit yang memakan akan lebih cepat mengalami
kematian.
2. Waktu aplikasi ekstrak daun sirsak
Mortalitas walang sangit juga dapat dipengaruhi oleh waktu aplikasi
pestisida dimana dilakukan pada pagi hari. Efek aplikasi ekstrak daun sirsak
terdapat dua kemungkinan efek yakni efek langsung karena kontak langsung
dan efek tidak langsung akibat kontak tidak langsung. Efek tidak langsung
akibat kontak tidak langsung ini bisa meninggalkan residu dibagian organ
tanaman padi yang terkena semprotan ekstrak daun sirsak. Bagian organ
tanaman padi antara lain batang, daun dan akar. Semua organ tanaman
terdapat stomata namun pada daun jumlah stomatanya lebih banyak. Pada
daun tanaman padi terdapat banyak stomata yang dapat menjadi tempat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
masuknya metabolisme sekunder yang bertindak sebagai pestisida. Hal ini
sesuai apa yang dikatakan oleh Wilkins (1991) dalam Haryanti dan Tetrinica
(2009) stomata ditemukan pada sebagian besar permukaan tanaman misalnya
daun, batang dan akar tetapi jumlah stomata yang banyak terdapat pada daun.
Organ tanaman padi yang terkena semprotan ekstrak daun sirsak baik
pada buah, daun dan batang, memungkinkan stomata yang ada pada batang
dan daun tanaman menjadi tempat masuknya metabolisme sekunder yang
bertindak sebagai pestisida sehingga residu pestisida akan tertinggal pada
tanaman padi. Residu pestisida yang tertinggal dalam tanaman akan
diedarkan ke semua bagian tanaman bersamanan proses metabolisme
tumbuhan yakni transpirasi dan fotosintesis. Sehingga memungkinkan semua
organ tamanan padi mengandung senyawa metabolisme sekunder yang
bertindak sebagai pestisida. Hal inilah yang membuat walang sangit mati
karena memakan buah padi yang mungkin sudah ada kandungan metabolisme
sekunder yang bertindak sebagai pestisida. Hal ini didukung oleh Salisbury
dan Ross, 1995; Taiz dan Zeiger, 2002; Hopkins, 2004; Fatonah, et al., 2013
permukaan stomata berkaitan dengan proses metabolisme tumbuhan yaitu
transpirasi dan fotosintesis. Stomata berperan dalam difusi CO2 pada proses
fotosintesis. Selain itu stomata juga berfungsi sebagai pintu keluarnya cairan
dari dalam proses transpirasi.
Aplikasi ekstrak daun sirsak juga dilakukan pada pagi hari dimana
stomata sedang terbuka sehingga ekstrak daun sirsak yang mengenai organ
tanaman padi langsung masuk melalui stomata. Senyawa metabolisme
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
sekunder yang ada pada ekstrak daun sirsak akan masuk dalam organ
tanaman melalui stomata. Sehingga senyawa metabolisme sekunder yang
bertindak sebagai pestisida akan diedarkan ke semua bagian tanaman. Hal
inilah yang membuat walang sangit mati jika memakan bagian tanaman padi.
Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh Moenandir, 1990; Setyowati, 2015;
Fatonah, et al., 2013 penyemprotan pestisida lebih efektif dilakukan pada
daun saat stomata membuka maksimal, sehingga pestisida yang terlarut dalam
air akan lebih mudah masuk. Maka pestisida akan lebih cepat
ditranslokasikan ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Didukung oleh (Taiz
dan Zeiger, 2002; Hopkins, 2004; Fatonah, at al., 2013) pada pagi hari
stomata akan mulai membuka lebar karena intensitas cahaya dan temperatur
yang tidak terlalu tinggi serta kelembaban yang cukup menyebabkan tugor
sel penjaga meningkat. Namun pada saat siang hari, stomata menutup karena
tingginya intensitas cahaya dan temperatur serta penguapan air yang
berlebihan.
Hal ini juga yang menjadi alasan
pada perlakuan P2 tingkat
mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan P4. Karena perlakuan
P2 memiliki sifat racun perut sedangkan pada perlakuan P4 bersifat
antifeedant. Pada perlakuan P4 senyawa metabolisme sekunder yang ada pada
ekstrak daun sirsak akan bertindak sebagai antifeedant jika ekstrak daun
sirsak yang disemprotkan kontak langsung dengan walang sangit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
3. Siklus Hidup Walang Sangit
Secara garis besar walang sangit memiliki siklus hidup yang meliputi
telur, nimfa dan imago. Penelitian ini menggunakan walang sangit pada tahap
imago. Dalam hasil pengamatan baik saat proses adaptasi maupun saat
setelah melakukan proses pengujian ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.)
pada hama walang sangit ditemukan adanya walang sangit yang sedang
kawin. Hasil pengamatan tersebut dapat ditemukan pada setiap perlakuan dan
pengulangan. Kontrol lebih banyak menghasilkan telur dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Pada kontrol telur yang dihasilkan sekitar 8-15 butir
sedangkan pada perlakuan lainnya sekitar 3-6 butir. Sehingga walang sangit
yang menetas jauh lebih banyak pada kontrol dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Telur walang sangit diletakkan pada daun padi di sepanjang ibu
tulang daun. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan (Pracaya, 2008) telur
walang sangit berwarna hitam kecoklat-coklatan yang diletakkan dalam
barisan di permukaan atas daun padi. Jumlah telur pada setiap kelompok
kira-kira 10-20 butir. Perbedaan antara hasil telur yang dihasilkan pada
kontrol dan yang ada perlakuan ini bisa dipengaruhi oleh ekstrak daun sirsak
(A. muricata L.) yang disemprotkan. Rendahnya telur yang dihasilkan oleh
walang sangit dapat dipengaruhi oleh pemberian ekstrak daun sirsak (A.
muricata L.) yang dapat menghambat perkembangan walang sangit.
Terjadinya perkawinan dalam setiap perlakuan dan pengulangannya ini
menandakan bahwa walang sangit yang diuji sudah beradaptasi dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
tempatnya yang baru. Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi
walang sangit untuk berkembangbiak.
4. Hubungan Antara Waktu Terhadap Tingkat Mortalitas Walang Sangit
120
Mortalitas (%)
100
80
P0
60
P1
P2
40
P3
P4
20
0
24
48
72
96
120
144
168
192
Waktu
Gambar 4.2 : Diagram Hubungan Antara Waktu Terhadap Tingkat Mortalitas
Pada gambar 4.2 menunjukkan tingkat mortalitas setiap 24 jam atau
setiap 1 hari masa pengamatan. Aplikasi pestisida berlangsung selama 8 hari.
Gambar 4.2 menujukkan bahwa lamanya perlakuan juga berpengaruh pada
tingkat mortalitas walang sangit. Secara keseluruhan terlihat bahwa setiap
hari pengamatan terdapat peningkatan mortalitas walang sangit. Berbeda
dengan kontrol yang baru terlihat adanya mortalitas walang sangit pada jam
ke-48 (hari ke-2) dan pada jam ke-72 (hari ke-3). Selanjutnya hingga jam ke-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
192 (hari ke-8) tingkat mortalitas walang sangit tidak mengalami
peningkatan.
Pada keempat perlakuan tingkat mortalitas walang sangit pada setiap
perlakuannya mengalami peningkatan yang berbeda-beda. Dapat dilihat
bahwa pada perlakuan P1 pada hari pertama dan kedua terlihat bahwa tingkat
mortalitas walang sangit jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
lainnya namun pada hari ketiga sampai hari keenam perlakuan P1 tetap
mengalami peningkatan namun perlakuan P2 jauh lebih tinggi. Perlakuan P2
setiap harinya juga mengalami peningkatan namun pada hari pertama dan hari
kedua tingkat mortalitasnya tidak setinggi pada perlakuan P1 namun pada
hari ketiga sampai hari kelima tingkat mortalitas lebih tinggi dibandingkan
perlakuan lainnya. Perlakuan P2 juga merupakan perlakuan yang tingkat
mortalitas walang sangit yang pada hari kelima telah mencapai 100%
sedangkan perlakuan lainnya hari keenam dan ketujuh baru mencapai 100%.
Perlakuan P3 tingkat mortalitas walang sangit pada hari pertama terlihat
rendah dibandingkan perlakuan lainya namun setiap harinya terus mengalami
peningkatan. Begitu juga pada perlakuan P4 pada hari pertama sampai hari
kelima mengalami peningkatan namun pada hari keenam tidak mengalami
peningkatan dan pada hari ketujuh baru mengalami peningkatan lagi
mencapai 100%. Pada hari ketujuh keempat perlakuan (P1, P2, P3, P4)
tingkat mortalitas walang sangit sudah mencapai 100%.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
C. Perhitungan Statistik
Pengujian statistik pada data yang diperoleh pada pengamatan mengenai
pengaruh ekstrak daun sirsak terhadap mortalitas walang sangit menggunakan
uji anova single factor dengan gambaran sebagai berikut:
Tabel 4.2 : Anova Single Factor
Source of
SS
df
Variation
Between
57018,22
4
135230,84
84
Groups
Total
MS
F
P-value
F crit
14254,56
14,58
5,49
2,48
Berdasarkan hasil perhitungan statistik menggunakan uji anova satu
faktor yang dapat dilihat pada tabel 4.2 yang menunjukkan bahwa nilai F
hitung (14,58) > F tabel (2,48) untuk level signifikan 0,05. Karena F hitung
lebih besar dari F tabel maka Ho di tolak dan Hi diterima yang berarti terdapat
pengaruh permberian ekstrak terhadap mortalitas walang sangit yang berbeda
secara nyata. Bila Ho di tolak dan Hi diterima berarti kelima kelompok mean
berbeda. Untuk mengetahui kelompok mean mana yang berbeda, dilanjutkan
dengan menghitung perbandingan mean tiap perlakuan. Perbandingan mean
setiap perlakuan dihitung menggunakan critical differances (CD). Hasil
perhitungan
CD
diperoleh
21,29.
Selanjutnya
mean
tiap
perlakuan
dibandingkan dan jika terdapat perbedaan 2 mean ≥ CD maka signifikan
(Suparno, 2011).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 4.3 : Perbandingan Mean Tiap Perlakuan
Means
P0
P1
P2
P3
P4
P0
0
66,28
68,43
57,26
64,32
P1
66,28
0
2,15
-9,02
-1,96
P2
68,43
2,15
0
-11,17
-4,11
P3
57,26
9,02
11,17
0
7,06
P4
64,32
1,96
4,11
-7,06
0
63
Berdasarkan tabel diatas terdapat 4 mean lebih besar dari CD. Keempat
mean tersebut adalah perbandingan mean pada perlakuan (P1, P2, P3, P4)
terhadap kontrol. Dari keempat mean tersebut nilai perbandingan mean yang
paling besar terdapat pada perlakuan P2 (68,43). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa perlakuan P2 memberikan pengaruh paling berbeda
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Data di atas juga dapat menunjukkan
bahwa masing-masing perlakuan tidak memberikan hasil yang berbeda karena
mean tiap perlakuan hanya berbeda terhadap kontrol. Tingkat mortalitas
walang sangit pada kontrol paling kecil (4,9 %) sedangkan pada perlakuan
yang menggunakan ekstrak daun sirsak tingkat mortalitas walang sangit sekitar
62,16 % - 73, 33 %. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun
sirsak sungguh memberikan pengaruh yang nyata terhadap kematian walang
sangit. Sedangkan pada kontrol, tidak diberikan perlakuan apa-apa sehingga
mortalitasnya lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
D. Aplikasi Hasil Penelitian Terhadap Dunia Pendidikan
Hasil penelitian uji efektivitas ekstrak daun sirsak (Annona muricata L)
sebagai pestisida alami terhadap mortalitas hama walang sangit (Leptocorisa
acuta Thunberg) dapat menjadi bahan pengetahuan baru dalam dunia
pendidikan. Berbagai aspek dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
ajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X pada Bab mengenai hakekat
ilmu biologi. Konten dari hakekat ilmu biologi diantaranya ragam
permasalahan biologi dan metode ilmiah.
Aplikasi dalam materi hakekat ilmu biologi adalah dengan mempelajari
tentang metode ilmiah. Isu-isu yang dapat digali menggunakan pendekatan
metode ilmiah berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan dapat berupa
isu lingkungan mengenai akibat penggunaan pestisida kimia dan pemanfaatan
tumbuhan di lingkungan sekitar sebagai pestisida organik. Pembelajaran akan
dirancang agar siswa dapat melakukan percobaan berkaitan dengan
pemanfaatan tumbuhan di lingkungan sekitar yang dapat digunakan sebagai
pestisida terhadap mortalitas hama tumbuhan.
Tugas kelompok dapat berupa proyek terkait suatu design penelitian
eksperimen yang telah dirancang. Dalam penelitian ini diharapkan siswa
mendapat gambaran atau pengetahuan terkait pemanfaatan tumbuhan sebagai
pestisida alami untuk menanggulangi hama pada tanaman. Output yang
diharapkan juga dapat berupa laporan penelitian yang juga memungkinkan
untuk dijadikan jurnal yang bermanfaat sebagai bahan literatur siswa maupun
masyarakat terkait pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pestisida alami.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
Acuan kurikulum yang digunakan dalam desain pembelajaran terkait
penelitian yang dilakukan menggunakan kurikulum 2013. Kompetensi Dasar
(KD) yang digunakan adalah:
KD 3.2
: Mengidentifikasi ruang lingkup biologi berdasarkan objek dan
permasalahannya pada berbagai tingkat organisasi kehidupan.
KD 4.2
: Membuat desain penelitian tentang suatu objek biologi dan
permasalahannya pada tingkat organisasi kehidupan tertentu (lihat
lampiran ).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) memiliki pengaruh nyata
terhadap mortalitas walang sangit.
2. Penggunaan ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) yang lebih efektif
untuk mortalitas walang sangit yakni pada perlakuan P2 konsentrasi
30%.
B. Saran
1. Uji efektifitas ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) sebaiknya
diaplikasikan
pada
semua
stadia
walang
sangit
agar
dapat
membandingkan tingkat mortalitas yang paling cepat terdapat pada stadia
yang mana antara telur, nimfa atau imago.
2. Uji efektifitas ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) pada hama
walang sangit sebaiknya menggunakan berbagai varietas tanaman padi,
untuk melihat apakah ada pengaruh varietas padi terhadap mortalitas
walang sangit.
3. Untuk mengetahui senyawa dari daun sirsak ( Annona muricata L.) yang
paling aktif sebaiknya
mengambil senyawa khusus metabolisme
66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
sekunder untuk dijadikan bahan pestisida yang akan diujikan pada hama
walang sangit.
4. Uji efektifitas ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) sebaiknya
membandingkan perlakuan fermentasi dan tidak fermentasi pada walang
sangit, agar dapat mengetahui perlakuan mana yang paling baik
menyebabkan mortalitas walang sangit.
5. Uji efektifitas ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) sebagai
pestisida alami pada walang sangit
sebaiknya dilakukan dengan
membandingkan waktu aplikasi penyemprotan yakni pada pagi dan sore
hari.
6. Daun sirsak yang digunakan sebaiknya diambil dari daun sirsak yang
muda karena kandungan metabolisme sekundernya lebih banyak
dibandingkan daun sirsak yang tua.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Adri, D. dan Wikanastri, H., 2013, Aktivitas Antioksidan dan Sifat Organoleptik
Teh Daun Sirsak (Annona muricata L.) Berdasarkan Variasi Lama
Pengeringan, Jurnal Pangan dan Gizi, 4 (7).
Ajad, A., 2015, Toksisitas Ekstrak Daun sirsak ( Annona muricata L.) terhadap
Mortalitas Ulat Grayak (Spodoftera litura F.), Dalam http: www.
academia. edu/6193716/ Toksisitas Ekstrak Daun sirsak (Annona
muricata) terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoftera litura F),
Diakses pada tanggal 28 Maret 2015.
Asmaliyah, et al., 2010, Pengendalian Tumbuhan Penghasil Pestisida dan
Pemanfaatannya secara Tradisional. ISBN : 978-602-98588-0-8.
Djojosumarto, P., 2008, Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian, Kanisius,
Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012,
Pedoman Penggunaan Insectisida (Pestisida) dalam Pengendalian Vektor,
632.95 ind p. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Effendy, Robby, S., Abdullah, S., Abdul, M., 2010, Jamur Entopatogen Asal
Tanah Lebak di Sumatra Selatan dan Potensinya sebagai Agens Hayati
Walang Sangit, J.HPT Tropika, 10 (2), 154-161.
Fatonah, S., Dwijowati, A., Desi, M., Dyah, I., 2013, Penentuan Waktu
Pembukaan Stomata Pada Gulma Melastomata malabathricum L. Di
Perkebunan Gambir Kampar, Riau, Biospecies, 6 (2), 15-22.
Haryanti,S., dan Tetrinica, M., 2009, Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata
Daun Kedelai (Glycine max L.)Pada Pagi Hari dan Sore, Bioma, 10 (1),
11-16.
Kartoharjono, A., Denan, K., Tatang, S., 2009, Hama Padi Potensial dan
Pengendaliannya, Balai Besar Penelitian Padi, (416-422).
Mardiana, L. dan Juwita R., 2014, Ramuan Khasiat Sirsak, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Matnawy, H., 1989, Perlindungan Tanaman, Kanisius, Yogyakarta.
Pracaya, 2008, Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara Organik,
Kanisius, Yogyakarta
.
68
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
Purwatresana, E., 2012, Aktifitas Anti Diabetes Ekstrak Air dan Etanol Daun
Sirsak Secara In Vitro melalui Inhibisi Enzim α Glukosidase, Skripsi,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rahmawati, R., 2012, Cepat dan Tepat Berantas Hama dan Penyakit Tanaman,
Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
Ruliansyah, A., Wawan, R., Asep, J., 2009, Efikasi Berbagai Konsentrasi
Ekstrak Daun Sirsak (Anonna muricata L.) Terhadap Jentik Nyamuk
Culex quinquefasciatus, Aspirator, 1 (1), 46-50.
Santi, S., 2011, Senyawa Antimakan Triterpenoid Aldehid dalam Biji Sirsak
(Annona muricata L.), Jurnal Kimia, 5 (2), 163-168.
Suranto, A., 2011, Dahsyatnya Sirsak Tumpas Penyakit, Pustaka Bunda, Jakarta.
Sunarjono, H., 2004, Berkebun 21 Jenis Tanamn Buah, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sunarjono, H., 2013, Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Suparno, P., 2011, Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tenrirawe, A., 2011, Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L)
terhadap Mortalitas Larva (Helicoverpa armigera H) pada Jagung, Balai
Penelitian Tanaman Serealis, 521-529.
Tohir, A. M., 2010, Teknik Ekstraksi dan Aplikasi beberapa Pestisida Nabati
untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr.),
Buletin Teknik Pertanian, 15 (1), 37- 40.
Wullur, A., et al., 2013, Identifikasi Alkoloid pada Daun Sirsak (Annona
muricata L.), Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado,
54-56.
Yenie, E., Shinta, E., Anggi, K., dan Muhammad, I., 2013, Pembuatan Pestisida
Organik Menggunakan Metode Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan
Umbi Bawang Putih, Jurnal Teknik Lingkungan UNAND, 10 (1) : 4659.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil Observasi
Tabel 1: Tingkat Mortalitas Walang Sangit 12 Jam
No.
Jam
1
0
2
12
3
24
4
36
5
48
6
60
Replikasi
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
Kontrol (P0)
H
M %
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
9
1
10
10
0
0
10
0
0
9
1
10
9
1
10
Tingkat Mortalitas Walang Sangit
15% (P1)
30% (P2)
45% (P3)
H
M
%
H
M
%
H
M
%
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
10
0
0
9
1
10
10
0
0
10
0
0
9
1
10
9
1
10
10
0
0
10
0
0
10
0
0
9
10
10
8
2
20
8
2
20
9
1
10
6
4
40
7
3
30
10
0
0
6
4
40
7
3
30
9
1
10
5
5
50
8
2
20
8
2
20
5
5
50
6
4
40
9
1
10
5
5
50
6
4
40
5
5
50
4
6
60
6
4
40
7
3
30
4
6
60
4
6
60
8
2
20
5
5
50
5
5
50
5
5
50
4
6
60
4
6
60
7
3
30
3
7
70
4
6
60
4
6
60
5
5
50
2
8
80
4
6
60
H
10
10
10
9
8
10
9
5
9
7
4
7
6
3
6
6
3
4
60% (P4)
M
%
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
0
0
1
10
5
50
1
10
3
30
6
60
3
30
4
40
7
70
4
40
4
40
7
70
6
40
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
72
8
84
9
96
10
108
11
120
12
132
13
144
14
156
15
168
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
10
9
9
10
9
9
10
9
9
10
9
9
10
9
9
10
9
9
10
9
9
10
9
9
10
9
9
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
10
10
0
10
10
0
10
10
0
10
10
0
10
10
0
10
10
0
10
10
0
10
10
0
10
10
4
3
4
4
3
2
3
1
0
2
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
7
6
6
7
8
7
9
10
8
9
10
9
10
10
9
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
60
70
60
60
70
80
70
90
100
80
90
100
90
100
100
90
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
2
2
2
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
8
8
9
10
9
9
10
10
9
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
80
80
80
90
100
90
90
100
100
90
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
6
3
4
6
2
3
6
1
3
6
1
2
3
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
7
6
4
8
7
4
9
7
4
9
8
7
9
9
9
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
40
70
60
40
80
70
40
90
70
40
90
80
70
90
90
90
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
4
1
4
3
0
4
3
0
2
1
0
2
0
0
2
0
0
2
0
0
2
0
0
1
0
0
0
6
9
6
7
10
6
7
10
8
9
10
8
10
10
8
10
10
8
10
10
8
10
10
9
10
10
10
60
90
60
70
100
60
70
100
80
90
100
80
100
100
80
100
100
80
100
100
80
100
100
90
100
100
100
71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
180
17
192
I
II
III
I
II
III
10
9
9
10
9
9
0
1
1
0
1
1
0
10
10
0
10
10
0
0
0
0
0
0
10
10
10
10
10
10
100
100
100
100
100
100
0
0
0
0
0
0
10
10
10
10
10
10
100
100
100
100
100
100
0
0
0
0
0
0
10
10
10
10
10
10
100
100
100
100
100
100
0
0
0
0
0
0
10
10
10
10
10
10
100
100
100
100
100
100
Keterangan :
H = Walang sangit yang hidup
M = Walang sangit yang mati
% = Persentase walang sagit yang mati
72
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 2 : Persentase Mortalitas Walang Sangit pada Setiap Pengulangan
Tingkat Mortalitas
No. Jam
Kontrol (P0)
15% (P1)
30% (P2)
I
II
III
I
II
III
I
II
III
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
12
0
0
0
10
10
0
0
10
0
3
24
0
0
0
20
40
40
20
30
30
4
36
0
0
0
50
50
50
20
40
40
5
48
0
10
0
60
60
50
40
60
50
6
60
0
10
10
60
70
50
60
60
80
7
72
0
10
10
60
70
60
80
80
80
8
84
0
10
10
60
70
80
90
100
90
9
96
0
10
10
70
90
100
90
100
100
10
108 0
10
10
80
90
100
90
100
100
11
120 0
10
10
90
100
100
100
100
100
12
132 0
10
10
90
100
100
100
100
100
13
144 0
10
10
100
100
100
100
100
100
14
156 0
10
10
100
100
100
100
100
100
15
168 0
10
10
100
100
100
100
100
100
16
180 0
10
10
100
100
100
100
100
100
17
192 0
10
10
100
100
100
100
100
100
0 130 120
1150
1250
1230
1190
1280
1270
Jumlah
Rata-rata 0 7,65 7,06 67,65 73,53 72,35 70,00 75,29 74,71
I
0
0
10
20
30
30
40
40
40
40
70
90
100
100
100
100
100
910
53,53
45% (P3)
II
0
0
0
10
20
60
70
80
90
90
90
100
100
100
100
100
100
1110
65,29
III
0
10
10
50
50
60
60
70
70
80
90
100
100
100
100
100
100
1150
67,65
I
0
10
10
30
40
40
60
70
70
90
100
100
100
100
100
100
100
1120
65,88
60% (P4)
II
0
20
50
60
70
70
90
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
1360
80,00
III
0
0
10
30
40
60
60
60
80
80
80
80
80
90
100
100
100
1050
61,76
73
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
Tabel 3 : pH Ekstrak Daun Sirsak pada Beberapa Tingkat Pengenceran
Pembuatan Ekstrak
pH Ekstrak Daun Sirsak
No.
Daun Sirsak
15%
30%
45%
60%
100%
1
I
6,9
6,7
6,4
6,2
6,1
2
II
6,9
6,7
6,4
6,2
6,1
3
III
6,6
6,5
6,4
6,2
6,1
4
IV
6,9
6,7
6,5
6,4
6,3
5
V
6, 9
6,7
6,6
6,4
6,3
6
VI
6,6
6,5
6,4
6,3
6,0
7
VII
6,8
6,5
6,4
6,3
6,1
8
VIII
6,6
6,5
6,3
6,2
6,1
Jumlah
47,3
52,8
51,4
50,2
49,1
Rata-rata
6,8
6,6
6,4
6,3
6,1
Tabel 4 : Suhu pada Setiap 12 Jam
Jam
Rata-Rata Persentase Tingkat
No .
Suhu ( °C )
keMortalitas
1
0
26
0
2
12
28
4,666
3
24
26
13,332
4
36
27
12,002
5
48
26
8,668
6
60
28*
9,334
7
72
25
7,332
8
84
26*
6,668
9
96
24
6
10
108
29*
2,666
11
120
26
5,332
12
132
28*
2,666
13
144
23
1,332
14
156
28*
0,666
15
186
26
0,666
16
180
29*
0
17
192
23
0
o
Keterangan : (*) pada siang harinya suhu ≥ 40 C
Keterangan
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
pH
Air
7,2
7,2
7,0
7,0
7,2
7,0
7,2
7
56,8
7,1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
Tabel 5 : Hubungan Antara pH dengan Mortalitas Walang Sangit
No.
Perlakuan (%)
Ph
Mortalitas (%)
1
15
6,8
71,18
2
30
6,6
73,33
3
45
6,4
62,16
4
60
6,3
69,22
Tabel 6 : Hubungan Antara Tingkat Konsentrasi Terhadap Tingkat Mortalitas
No.
Perlakuan (%)
Mortalitas (%)
1
15
71,18
2
30
73,33
3
45
62,16
4
60
69,22
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
Lampiran 2: Hasil Perhitungan Statistik
1. Normalitas
Perlakuan P0
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testc
Mortalitas
N
17
a,,b
Normal Parameters
Most
Differences
Mean
4.9041
Std. Deviation
2.91654
Extreme Absolute
.433
Positive
.272
Negative
-.433
Kolmogorov-Smirnov Z
1.787
Asymp. Sig. (2-tailed)
.003
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. perlakuan = P0
Perlakuan P1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testc
Mortalitas
N
17
a,,b
Normal Parameters
Most
Differences
Mean
71.1771
Std. Deviation
33.12332
Extreme Absolute
.209
Positive
.192
Negative
-.209
Kolmogorov-Smirnov Z
.863
Asymp. Sig. (2-tailed)
.445
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. perlakuan = P1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
Perlakuan P2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testc
Mortalitas
N
17
a,,b
Normal Parameters
Most
Differences
Mean
73.3335
Std. Deviation
36.36285
Extreme Absolute
.297
Positive
.232
Negative
-.297
Kolmogorov-Smirnov Z
1.225
Asymp. Sig. (2-tailed)
.100
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. perlakuan = P2
Perlakuan P3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testc
Mortalitas
N
17
a,,b
Normal Parameters
Most
Differences
Mean
62.1571
Std. Deviation
36.70346
Extreme Absolute
.179
Positive
.151
Negative
-.179
Kolmogorov-Smirnov Z
.740
Asymp. Sig. (2-tailed)
.644
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. perlakuan = P3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78
Perlakuan P4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testc
Mortalitas
N
17
Normal Parametersa,,b
Most
Differences
Mean
69.2153
Std. Deviation
33.36507
Extreme Absolute
.204
Positive
.178
Negative
-.204
Kolmogorov-Smirnov Z
.841
Asymp. Sig. (2-tailed)
.479
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. perlakuan = P4
2. Anova single factor
SUMMARY
Groups
Count
Sum
Average
Variance
Column 1
17
Column 2
17 1210,01 71,17706 1097,154
Column 3
17 1246,67 73,33353 1322,257
Column 4
17 1056,67 62,15706 1347,144
Column 5
17 1176,66 69,21529 1113,228
Source of
Variation
Between
Groups
Total
83,37 4,904118 8,506213
SS
df
MS
F
P-value
F crit
57018,22
4
14254,56
14,58
5,49
2,48
135230,84
84
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
3. Critical Differences (CD)
Hasil Perhitungan critical differences (CD)
CD
=(√
t ) (√
=(√
) (√
= (√
) (√
)
)
)
= 2,81 x 7,58
= 21,29
Perbandingan Mean Tiap Perlakuan
Means
P0
P1
P2
P3
P4
P0
0
66,28
68,43
57,26
64,32
P1
66,28
0
2,15
-9,02
-1,96
P2
68,43
2,15
0
-11,17
-4,11
P3
57,26
9,02
11,17
0
7,06
P4
64,32
1,96
4,11
-7,06
0
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
Lampiran 3: Dokumentasi Penelitian
Gambar 1 : Denah Penelitian
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P0
P3
P0
P4
P0
KET.
: Kontrol (P0)
: Perlakuan P1 (15 ml Ekstrak daun sirsak + 85 ml air)
: Perlakuan P2 (30 ml Ekstrak daun sirsak + 70 ml air)
: Perlakuan P3 (45 ml Ekstrak daun sirsak + 55 ml air)
: Perlakuan P4 (60 ml Ekstrak daun sirsak + 40 ml air)
Gambar 2 : Daun Sirsak
P4
P4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81
Gambar 3 : Ekstrak Daun Sirsak
(a)
(b)
Gambar 4 : Proses Pembuatan Ekstrak Daun Sirsak (a) Penimbangan daun sirsak,
(b) Penyaringan ekstrak daun sirsak.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
( a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 5 : Proses Pengenceran Ekstrak Daun Sirsak (a) Ekstrak daun sirsak
100%, (b) Penuangan ekstrak daun sirsak pada gelas ukur, (c)
Ekstrak daun sirsak 60 ml, (d) Ekstrak daun sirsak 60 ml + 40 ml air.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83
Gambar 6 : Tempat Aplikasi Pestisida Terhadap Mortalitas Walang Sangit
(a)
(b)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84
(c)
(d)
Gambar 7 : Aktivitas Walang Sangit (a) Walang sangit yang bertengger di
paranet hitam, (b) Walang sangit yang bertengger di daun tanaman
padi, (c) Walang sangit yang bertengger di paranet putih,( d) Walang
sangit yang berkumpul di sudut ruangan.
Gambar 8 : Telur Walang Sangit Pada Ruangan Kontrol
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 9 : Reaksi Aplikasi Pestisida (a) Walang sangit yang sudah mati dan
jatuh ke pot dan tanah, (b) Walang sangit yang baru mati jatuh ke
tanah, (c) Walang sangit yang mati dan mengambang di air, (d)
Walang sangit yang mati dan menempel daun padi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
Lampiran 4: Silabus
SILABUS MATA PELAJARAN BIOLOGI
Satuan Pendidikan
: SMA
Kelas/Semester
: X/1
Kompetensi Inti :
KI.1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 : Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI.3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI.4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KOMPETENSI DASAR
MATERI
PEMBELAJARAN
POKOK
PENILAIAN
ALOKASI
WAKTU
MEDIA,
ALAT
BAHAN
1. Ruang Lingkup Biologi, Kerja Ilmiah dan Keselamatan Ilmiah, Serta Karir Berbasis Biologi
1.1.
1.2.
Mengagumi
Ruang lingkup
Mengamati
Tugas
2 minggu
keteraturan dan
biologi:

 Laporan tertulis
x 3JP
kompleksitas ciptaan
 Permasalahan
Mengamati kehidupan
 Laboratorium
biologi dan
masa kini yang berkaitan
tentang
sarananya
Tuhan tentang
biologi pada
dengan biologi seperti ilmu
permasalahan
(peralatan
keanekaragaman
berbagai objek
kedokteran, gizi,
biologi dan
yang akan
hayati, ekosistem dan
biologi, dan
lingkungan, makanan,
cabang-cabang
dipakai
lingkungan hidup.
tingkat
penyakit dll di mana semua
biologi, serta
selama satu
Menyadari dan
organisasi
berhubungan dengan
aspek kerja
tahun ajaran).
mengagumi pola pikir
kehidupan.
biologi .
ilmiah dan
ilmiah dalam
 Cabang-cabang
keselamatan
 Buku
panduan
kemampuan
87
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1.3.
mengamati bioproses.
ilmu dalam
Menanya
Peka dan peduli
biologi dan

terhadap permasalahan
kaitannya
kegiatan tersebut dengan
Observasi
lingkungan hidup,
dengan
biologi?
 Sikap ilmiah
menjaga dan
pengembangan
menyayangi
lingkungan sebagai
manisfestasi
2.1.

kerja.
kerja lab
dalam satu
Apakah kaitan kegiatan-
tahun (LKS).
 Artikel
Apakah Biologi, apa yang
saat mengamati,
ilmiah atau
karir di masa
dipelajari, agaimana
melaporkan
laporan
depan.
mempelajari biologi, apa
secara lisan dan
ilmiah
metode ilmiah dan
saat diskusi
tentang
 Manfaat
pengamalan ajaran
mempelajari
keselamatan kerja dan karir
dengan lembar
bagaimana
agama yang dianutnya.
biologi bagi diri
berbasis biologi?
pengamatan.
ilmuwan
Berperilaku ilmiah:
sendiri dan
teliti, tekun, jujur
lingkungan, serta
Portofolio
(dibahas
terhadap data dan
masa depan
 Kompetensi
tentang cara
fakta, disiplin,
peradapan
bekerja
kerja
88
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tanggung jawab, dan
bangsa.
Mengumpulkan data
membuat
ilmuwan,
peduli dalam observasi
 Metode Ilmiah
(Eksperimen atau
laporan dari
sikap
dan eksperimen, berani
Keselamatan
Eksplorasi)
format, isi
perilaku, dan
dan santun dalam
Kerja.

Melakukan pengamatan
laporan,
objek yang
mengajukan
terhadap permasalahan
kesesuaian isi,
diteliti).
pertanyaan dan
biologi pada objek biologi
dan aspek
berargumentasi, peduli
dan tingkat organisasi
komunikatif dan
laporan
lingkungan, gotong
kehidupan di alam dan
berbahasa.
tertulis
royong, bekerjasama,
membuat laporannya.
cinta damai,

 Contoh
 Daftar
Melakukan studi literatur
Tes
peralatan di
berpendapat secara
tentangcabang-cabang
Tertulis membuat
lab biologi.
ilmiah dan kritis,
biologi, obyek biologi,
bagan atau skema
 Lembar tata
responsif dan proaktif
permasalahan biologi dan
tentang ruang
dalam dalam setiap
tertib
lingkup biologi,
89
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tindakan dan dalam
profesi yang berbasis
aspek kerja ilmiah
keselamatan
melakukan
biologi (distimulir dengan
dan keselamatan
kerja
pengamatan dan
contoh-contoh dan
kerja.
laboratorium
percobaan di dalam
diperdalam dengan
kelas/laboratorium
penugasan atau PR).
maupun di luar
2.2.
 Diskusi tentang kerja
biologi.
 Lembar
kesepakatan
kelas/laboratorium.
seorang peneliti biologi
yang
Peduli terhadap
dengan menggunakan
ditandatanga
keselamatan diri dan
metode ilmiah dalam
ni bersama
lingkungan dengan
mengamati bioproses dan
oleh setiap
menerapkan prinsip
melakukan percobaan
siswa aspek
keselamatan kerja saat
dengan menentukan
keselamatan
melakukan kegiatan
permasalahan, membuat
kerja.
pengamatan dan
90
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3.1.
percobaan di
hipotesis, merencanakan
laboratorium dan di
percobaan dengan
lingkungan sekitar.
menentukan variabel
Memahami tentang
percobaan, mengolah data
ruang lingkup biologi
pengamatan dan percobaan
(permasalahan pada
dan menampilkannya
berbagai obyek biologi
dalam tabel, grafik, skema,
dan tingkat organisasi
mengkomunikasikannya
kehidupan), metode
secara lisan dengan
ilmiah dan prinsip
berbagai media dan secara
keselamatan kerja
tulisan dengan format
berdasarkan
laporan ilmiah sederhana.
pengamatan dalam
 Diskusi aspek-aspek
kehidupan sehari-hari.
91
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
keselamatan kerja
4.1.
Menyajikan data
laboratorium biologi dan
tentang objek dan
menyepakati komitmen
permasalahan biologi
bersama untuk
pada berbagai
melaksanakan secara
tingkatan organisasi
tanggung jawab aspek
kehidupan sesuai
keselamatan kerja di lab.
dengan metode ilmiah
 Mengamati contoh laporan
dan memperhatikan
hasil penelitian biologi
aspek keselamatan
dalam jurnal ilmiah
kerja serta
berbahasa Indonesia atau
menyajikannya dalam
Bahasa Inggris tentang
bentuk laporan tertulis.
komponen/format laporan
.
dan mengamati
92
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
komponennya dan
mengaitkannya dengan
ruang lingkup biologi
sebagai mata pelajaran
kelompok ilmu alam.
Mengasosiasikan
 Mendiskusikan hasil-hasil
pengamatan dan kegiatan
tentang ruang lingkup
biologi, cabang-cabang
biologi, pengembangan
karir dalam biologi, kerja
ilmiah dan keselamatan
93
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kerja untuk
membentuk/memperbaiki
pemahaman tentang ruang
lingkup biologi.
Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan secara
lisan tentang ruang lingkup
biologi, kerja ilmiah dan
keselamatan kerja, serta
rencana pengembangan karir
masa depan berbasis biologi.
94
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan
: SMA
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: X MIA / I
Alokasi Waktu
: 3 X 45 Menit
A. Kompetensi Inti
KI.1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 : Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI.3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96
KI.4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
KD 1.1 : Mengagumi, menjaga, melestarikan keteraturan dan kompleksitas
ciptaan Tuhan tentang ruang lingkup, objek dan permasalahan
Biologi menurut agama yang dianutnya.
KD 2.1 : Berperilaku ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif
dan proaktif dalam melakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas
maupun di luar kelas.
KD 3.2 : Mengidentifikasi ruang lingkup biologi berdasarkan objek dan
permasalahannya pada berbagai tingkat organisasi kehidupan.
KD 4.2 : Membuat desain penelitian tentang suatu objek biologi dan
permasalahannya pada tingkat organisasi kehidupan tertentu.
C. Indikator
1.1.1
: Mengagumi ruang lingkup, objek dan permasalahan biologi
2.1.1
: Berperilaku ilmiah dalam melakukan percobaan baik di dalam kelas
maupun di luar kelas
2.1.2
: Bekerjasama dalam kelompok
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97
3.2.1
: Mengidentifikasi ruang lingkup biologi berdasarkan objek biologi
dan permasalahan pada tingkat organisasi tertentu
3.2.2
:Menjelaskan langkah-langkah metode ilmiah dalam suatu eksperimen
4.2.1
:Membuat
desain
penelitian
tentang
objek
biologi
dan
permasalahannya pada tingkat organisasi kehidupan
4.2.2
:Melakukan eksperimen biologi sederhana terkait objek, permasalahan
dan prodak biologi dengan menyajikannya dalam bentuk fortofolio
D. Tujuan
1.1.1.1 : Siswa dapat mengagumi ruang lingkup biologi, objek dan
permaslahan biologi yang ada dilingkungan sekitar
2.1.1.1 : Melalui observasi lingkungan siswa dapat menjadi lebih proaktif
2.1.1.2 : Melalui persentasi siswa dapat bertanggungjawab
2.1.2.1 : Melalui diskusi kelompok siswa dapat mampu bekerja sama
3.2.1.1 : Melalui observasi lingkungan siswa mampu mengidentifikasi
permasalahan biologi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan.
3.2.1.2 : Melalui video siswa mamahami permasalahan yang ada di
lingkungan sekitar.
3.2.2.1 : Setelah membaca literatur siswa mampu menjelaskan langkahlangkah metode ilmiah.
4.2.1.1 : Siswa dapat merancang desain penelitian dengan observasi
lingkungan sekitar
4.2.2.1 : Siswa menyajikan hasil penelitian dalam bentuk portofolio.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98
E. Materi Pembelajaran
Bab
: Ruang Lingkup Biologi
Sub bab
:
-
Ragam Permasalahan Biologi
-
Metode Ilmiah
F. Model Dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik
Model Pembelajaran
: Pembelajaran Kooperatif
Metode Pembelajaran
: Diskusi , Eksperimen
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
Kegiatan
Stadia
Kegiatan guru dan siswa
(waktu )
Salam pembukaan
dan ceking persiapan
1. Guru mengucapkan salam dan
mencek kesiapan siswa untuk
mengikuti pembelajaran
Pembukaan
Melakukan
(10 menit)
apersepsi,
pertanyaan
menyampaikan
-
2. Guru mengajukan suatu
Bagaimana cara menjawab
tujuaan dan
masalah penelitian secara
memotifasi siswa
lebih terarah dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99
terencana? ( dengan metode
ilmiah)
-
Apa itu metode ilmiah?
-
Sebutkan beberapa sikap
ilmiah yang dibutukan
dalam suatu penelitian?
3. Menyampaikan tujuan
pembelajran yang akan dicapai
4. Membentuk kelompok (1
kelompok 4 orang )
Mengamati
5. Siswa melakukan observasi
lingkungan sekitar sekolah
(LKS).
Menanya
6. Mengajukan pertanyan terkait
langkah-langkah metode
Inti
ilmiah?
( 60 menit )
Mengumpulkan
informasi,
7.
Guru menjelaskan langkah
metode ilmiah yang belum
dipahami oleh siswa.
8. Membaca atau mengkaji buku
sumber terkait metode ilmiah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100
dan penelitian eksperimen.
Menalar dan
Mencoba
9. Siswa membuat rancangan
atau desain penelitian yang
sederhana yang akan diteliti.
Mengkomunikasikan
10. Mempersentasikan hasil
diskusi
Evaluasi
11. Melakukan evaluasi dengan
meminta beberapa kelompok
mempersentasikan hasil
diskusinya dan kelompok lain
menanggapinya
Penghargaan
12. Memberikan apresiasi kepada
kelompok yang maju persentasi
13. Guru mengajukan suatu
pertanya kepada siswa;
-
Sebutkan variabel bebas
Penutup
dan variabel terikat pada
( 20 menit )
judul berikut “Uji
Efektivitas Daun Sirsak
(Annona Muricata L.)
Sebagai Bahan Pestisida
Organik Terhadap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101
Mortalitas Hama Walang
Sangit.
-
Untuk mengkomunikasikan
suatu hasil penelitian di
butuhkan format laporan
penelitian, sebutkan format
laporan penelitian ?
14. Membimbing siswa untuk
merangkum butir- butir
pembelajaran
15. Mengajak siswa untuk
merefleksikan hasil belajarnya
16. Guru memberi tugas kepada
siswa :
-
Melakukan eksperimen
terkait desin penelitian
yang telah dibuat.
-
Hasil penelitian dibuat
dalam bentuk fortofolio.
-
Hasil penelitian akan
dibahas pada pertemuan
berikutnya dengan
persentasi beberapa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102
kelompok beserta
pengumpulan fortofolio.
-
Belajar materi metode
ilmiah karena minggu
depan ada tes
17. Salam penutup
Pertemuan II
Kegiatan
Stadia
Kegiatan guru dan siswa
(waktu )
Salam pembukaan
dan ceking persiapan
1. Guru mengucapkan salam dan
mencek kesiapan siswa untuk
mengikuti pembelajaran
Melakukan
Pembukaan
(5 menit)
2. Guru mengajukan suatu
apersepsi,
pertanyaan
menyampaikan
-
Memberikan salah satu
tujuaan dan
kasus pertanian terkait
memotifasi siswa
penggunaan pestisida
sintetik
3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103
4. Masuk dalam kelompok
eksperimen
Mengamati
5. Menayangkan video terkait
dampak penggunaan pestisida
sintetik
Menanya
6. Setelah melihat video apa yang
bisa anda lakukan ?
Mengumpulkan
informasi,
7.
Membaca atau mengkaji buku
sumber terutama jurnal ilmiah
terkait pertanian
Menalar, Mencoba
8. Mempersentasikan hasil
Inti
dan
eksperimen
( 30 menit )
Mengkomunikasikan
9. Membahas apa yang belum
dimengerti
10. Tes terkait materi metode
ilmiah
Evaluasi
11. Melakukan evaluasi dengan
meminta beberapa orang
untuk menjelaskan terkait
melakukan suatu eksperimen
dan yang lain menanggapi
Penutup
( 5 menit )
Penghargaan
12. Memberikan apresiasi kepada
kelompok yang maju persentasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104
13. Guru mengajukan suatu
pertanya kepada siswa;
-
Dalam melakukan
penelitian sikap ilmiah apa
saja yang harus dimiliki
oleh peneliti?
14. Membimbing siswa untuk
merangkum butir- butir
pembelajaran
15. Mengajak siswa untuk
merefleksikan hasil belajar
16. Guru memberi tugas kepada
siswa :
-
Belajar materi keselamatan
kerja
17. Salam penutup
H. Media dan Sumber belajar
Media :
-
Leptop
-
Viewer
-
Video
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105
-
Papan tulis
Sumber belajar :
-
Buku biologi kelas X,
-
Jurnal ilmiah
-
LKS
-
Lingkungan
I. Penilaian
Jenis Penilaan
: Tes (pilihan ganda, LKS) dan non tes (portofolio)
Instrumen
: Soal, kunci jawaban, kisi-kisi soal , rubrik penalaan , dan
pedoman skoring ( terlampir)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
106
LKS
(Lembar Kerja Siswa)
Judul : Ruang Lingkup Biologi
Tujuan :
-
Melalui
observasi
lingkungan
siswa
mampu
mengidentifikasi
permasalahan biologi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan.
-
Siswa dapat merancang desain penelitian dengan observasi lingkungan
sekitar.
Cara kerja:
1. Amatilah lingkungan sekitar terutama tentang hama dan penyakit pada
tanaman beserta tumbuhan yang dapat dijadikan pestisida !
2. Tuliskanlah 3 ragam permasalahan biologi yang kamu temuakan!
3. Buatlah rancangan penelitian sederhana terkait hasil observasi!
a. Judul
b. Rumusan masalah
c. Tujuan
d. Hipotesis
e. Metodologi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107
Kunci jawaban LKS
1. Contoh permasalahan biologi :
a. Penyakit pada tanaman yang disebabkan oleh bakteri dan virus misalnya
bercak kuning pada daun tanaman
b. Tanaman kerdil
c. Hama pada tanaman budidaya
2. Contoh rancangan eksperimen penelitian :
A. Judul
”Uji Efektifitas Ekstrak Daun Sirsak Sebagai Pestisida Alami Terhadap
Mortalitas Hama Wereng”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) dapat berpengaruh
terhadap mortalitas wereng?
2. Manakah dari pengenceran ekstrak daun sirsak( Annona muricata L.)
yang lebih efektif terhadap mortalitas wereng?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap
mortalitas wereng.
2. Mengetahui pengenceran
ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.)
yang lebih efektif terhadap mortalitas hama wereng.
D. Hipotesis
1. Penyemprotan ekstrak daun sirsak dapat membunuh atau menghentikan
serangan wereng.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
108
2. Pengenceran ekstrak daun sirsak yang lebih efektif terhadap mortalitas
wereng adalah pada pengenceran 30%.
E. Metodologi
a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di laboratorium sekolah
b. Jenis Penelitian dan Variabel
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan
untuk mengetahui efektifitas daun sirsak sebagai pestisida alami untuk
hama wereng. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel antara lain
variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas
: Konsentrasi ekstrak daun sirsak.
Variabel terikat
: Tingkat mortalitas hama wereng
c. Alat dan Bahan
Alat :
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Sprayer
2. Blender
3. Timbangan
4. Saringan
5. Ember
6. Kandang
7. Pisau
8. Gelas ukur 100 ml
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109
9. Senter
10. Kamera
11. Alat tulis-menulis.
Bahan :
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Daun sirsak
2. Air
3. Wereng
d. Prosedur Kerja
Langkah-langkah penelitian adalah:
1. Menangkap wereng
2. Memelihara wereng untuk adaptasi
3. Membuat ekstrak daun sirsak dan membuat menjadi beberapa
pengenceran berdasarkan perlakuan
4. Pengujian ekstrak daun sirsak pada hewan uji “wereng”.
5. Penyemprotan ekstrak daun sirsak dilakukan pada sore hari.
6. Amatilah mortalitas wereng pada setiap 4 jam sekali pada setiap
pengulangan dan perlakuan.
7. Penelitian berlangsung selama selama 3 hari dan ekstrak daun sirsak
dibuat setiap hari.
8. Hitunglah persentase mortalitas wereng.
9. Data yang dibuat dalam bentuk tabel dan histogram.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KISI – KISI SOAL
Bentuk Soal
: Essay
Jumlah Soal
:5
Soal
Indikator
C1
(Ingatan)
C2
(Pemahaman)
C3
(Penerapan)
C4
(Analisis / sintesis)
C5
(Evaluasi)
Jumlah
1. Mengidentifikasi ruang
lingkup biologi berdasarkan
objek biologi dan
3
1
permasalahan pada tingkat
organisasi tertentu
2. Menjelaskan langkahlangkah metode ilmiah
2
1, 5
4
4
dalam suatu eksperimen
110
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111
SOAL
Materi Pelajaran
: Biologi
Bentuk Soal
: Essay
Kelas/Semester
: X/1
1.
Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan: ( 25 poin)
a. Kerja ilmiah
b. Sikap ilmiah
c. Hipotesis
2.
Sebutkan apa saja langkah - langkah metode ilmiah saat melakukan suatu
penelitian! (10 poin)
3.
Dalam suatu budidaya tanaman, petani banyak menemukan masalah baik itu
pemulihan tanaman, penggunaan pupuk, penanggulangan hama dan
penyakit tanaman atau penggunaan pestisida. Dari permasalahan tersebut
buatlah satu judul penelitian eksperimen (karyamu sendiri) ! (25 poin)
4.
Judul
penelitian: “Uji Efektivitas Daun Sirsak
Sebagai Bahan Pestisida Organik
(Annona Muricata L.)
Terhadap Mortalitas Hama Walang
Sangit”. Dari judul diatas sebutkan variabel bebas dan variabel terikat ! (20
poin)
5.
Dalam suatu penelitian data yang didapat ada yang berupa data kuatitatif
dan data kualitatif. Jelaskanlah perbedaan data kualitatif dan data kuantitatif
! (20 poin)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112
Kunci Jawaban Essay
1.
a. Kerja ilmiah adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh orang
yang
memiliki
sikap
ilmiah,
dengan
menggunakan
pendekatan
keterampilan proses dan melalui langkah-langkah metode ilmiah.
c. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus dimiliki oleh seorang peneliti
antara lain sikap peka dan kritis, tidak percaya pada takhayul, memiliki
rasa ingin tahu, tekun, jujur, tidak mudah putus asa, optimis, bersikap
hormat dan menghargai hasil penelitian dan penemuan orang lainnya,
d. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah.
2.
Langakah –langkah metode ilmiah yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah
b. Mengumpulkan informasi
c. Menyususn hipotesis
d. Melakuakan percobaan
e. Mengelola hasil percobaan
f. Membuat kesimpulan
g. Mengkomunikasikan hasil penelitian kepada khalayak.
3. Judul penelitian: “ Uji Efektifitas Ekstrak Daun Sisrsak Sebagai Pestisida
Alami Terhadap Mortalitas Walang Sangit Pada Semua Stadiaa (Telur, Nimfa
Dan Imago)”.
4. Dari judul penelitian : “Uji Efektivitas Daun Sirsak (Annona Muricata L.)
Sebagai Bahan Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit”.
Variabel bebas dan variaber terikatnya adalah :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113
Veriabel bebas
: Konsentrasi ekstrak daun sirsak
Variabel terikat
: Tingkat mortalitas walang sangit
5. Perbedaaan data kuantitatif dan data kualitatif adalah :
Data kuantitatif adalah data yang tidak dapat dinyatakan dengan angka,
data kuantitatif biasa diperoleh dari pengamatan menggunakan pancaindra,
contoh data kualitatif : warna air danau atau air laut, bunga mawar merah
lebih harum dari pada bunga warna putih.
Data kualitatif adalah data yang dapat dinyatakan dengan angka. Data
kualitataif biasa diperoleh dengan menggunakan alat ukur misalanya
penggaris, timbangan dan termometer.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
114
Rubrik Penilaian Kognitif
Soal
Skor
21-25
11-20
6-10
5
0
6-10
1-5
0
11-20
6-10
5
0
11-20
6-10
5
0
11-20
6-10
5
0
1
2
3
4
5
Aspek
Menjawab dan menjawab sangat tepat
Menjawab dan jawabab tepat
Menjawab tetapi kurang tepat
Menjawab tapi tidak benar
Tidak menjawab sama sekali
Menjawab dan jawaban tepat
Menjawab tapi kurang tepat
Tidak menjawab sama sekali
Menjawab dan jawabab tepat
Menjawab tetapi kurang tepat
Menjawab tapi tidak benar
Tidak menjawab sama sekali
Menjawab dan jawabab tepat
Menjawab tetapi kurang tepat
Menjawab tapi tidak benar
Tidak menjawab sama sekali
Menjawab dan jawabab tepat
Menjawab tetapi kurang tepat
Menjawab tapi tidak benar
Tidak menjawab sama sekali
Penilaian Kognitif
Butiran Soal
No.
Nama
Siswa
1
2
3
4
Skor
1.
2.
Dst.
Jumlah skor maksimum = 100
Nilai yang dicapai:
Jumlah skor
X 100%
Skor maksimal
5
Jumlah
Skor
Nilai
Siswa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115
Penilaian Afektif
Materi
: Metode Ilmiah
Kelas/semeter : X/1
No.
Aspek Yang Mau Dinilai
Tanggung Kerja
Nama Disiplin
Menghargai
Jawab
Sama
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2
3
Partisipasi
1
2
Skor
Nilai
3
1.
2.
3.
Dst.
Keterangan:
Skor 1 = Tidak Konsisten (Disiplin / tanggung jawab / kerja sama / menghargai /
partisipasi)
Skor 2 = Cukup Konsisten (Disiplin / tanggung jawab / kerja sama / menghargai /
partisipasi)
Skor 3 = Sangat Konsisten (Disiplin / tanggung jawab / kerja sama / menghargai /
partisipasi)
Jumlah skor maksimum = 15
Nilai yang dicapai:
Jumlah skor
X 100%
Skor maksimal
Kriteria nilai: 76 - 100 = A
51 - 75
= B
26 - 50 = C
1 - 25 = D
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
116
Penilaian Psikomotor
Materi
: Metode Ilmiah
Kelas / semester
:X/1
No.
Aspek Yang Mau Dinilai
Nama Bertanya Mengidentifikasi Merancang Presentasi
1 2 3
1
2
3
1 2 3 1 2 3
Skor
Nilai
1.
2.
3.
Dst.
Keterangan:
Skor 1 = Tidak Konsisten (Bertanya/ Mengidentifikasi / Merancang/ Persentasi)
Skor 2 = Cukup Konsisten (Bertanya/ Mengidentifikasi / Merancang/ Persentasi)
Skor 3 = Sangat Konsisten (Bertanya/ Mengidentifikasi / Merancang/ Persentasi)
Jumlah skor maksimum = 12
Nilai yang dicapai:
Jumlah skor
X 100%
Skor maksimal
Kriteria nilai: 76 - 100 = A
51 - 75
= B
26 - 50 = C
1 - 25 = D
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
117
Rubrik Penilaian portofolio
Materi : Metode Ilmiah
Kelas : X
Kriteria
Judul
Skor
Tujuan
Landasan Teori
10
Menarik dan mudah untuk diteliti
10
Sesuai dengan permasalahan
20
Hasil
20
Pembahasan
30
Kesimpulan
Indikator
10
Mencakup aspek yang ada di judul
Penulisan benar dan menggunakan sumber
yang jelas (buku dan jurnal ilmiah)
Penyajian data (tabel dan grafik)
Sesuai dengan apa yang diteliti
Analisi secara kualitatif
Mencakup semua hasil penelitian
Mampu mengkaitakan antara hasil dengan
kajian pustaka
Sesuai dengan tujuan
Keterangan:
Jumlah skor sesuai dengan indikator, dimana setiap indikoator memiliki skor 10
Jumlah skor maksimal adalah 100
Nilai yang dicapai:
Jumlah skor
X 100%
Skor maksimal
Kriteria nilai: 76 - 100 = A
51 - 75
= B
26 - 50 = C
1 - 25 = D
Download