PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SEBAGAI BAHAN PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS HAMA WALANG SANGIT HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh : F. Cyntia E. N. Tasirilotik NIM : 111434009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SEBAGAI BAHAN PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS HAMA WALANG SANGIT HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh : F. Cyntia E. N. Tasirilotik NIM : 111434009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK ( Annona muricata L.) SEBAGAI BAHAN PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS HAMA WALANG SANGIT HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Yang diajukan oleh: F. Cyntia E. N. Tasirilotik NIM : 111434009 Telah disetujui oleh: Pembimbing, ( Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. ) Tanggal: Selasa, 21 Juli 2015 ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI SKRIPSI UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK ( Annona muricata L.) SEBAGAI BAHAN PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS HAMA WALANG SANGIT HALAMAN PENGESAHAN Dipersiapkan dan ditulis oleh : F.Cyntia E.N. Tasirilotik NIM : 111434009 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : Rabu, 29 Juli 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan panitia penguji Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. .............................. Sekertaris : Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc. .............................. Anggota : Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. .............................. Anggota : Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. ............................. Anggota : Luisa Diana Handoyo, S. Si. M.Si ............................. Yogyakarta, Rabu, 29 Juli 2015 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan, Rohandi, Ph.D iii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN “Dalam kelemahan kita, disitulah kita kuat, dan satu keinginan tanpa ada kemauan untuk berlangkah adalah suatu kesia-siaan” Kupersembahkan buat: Ibu-Bapak ku, ungkapan rasa hormat dan baktiku Adik-adikku dan Almamaterku iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, Rabu, 29 Juli 2015 Penulis F. Cyntia E. N. Tasirilotik v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Nama : F. Cyntia E. N. Tasirilotik NIM : 111434009 Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Sebagai Bahan Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit ”. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tampa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Yogyakarta Pada tanggal : Rabu, 29 Juli 2015 Yang menyatakan, F. Cyntia E.N. Tasirilotik vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Sebagai Bahan Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya , khususnya kepada: 1. Kedua orang tua saya Bapak Hijon dan Ibu Kristina Taileleu atas segala pengorbanan, doa serta dukungan yang telah diberikan 2. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 3. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. selaku Dosen Pembimbing 4. Rini Dwi Fernanda, Febriyani dan Jhon Maychel sebagai adik-adik yang selalu memberi semangat 5. Jimmy Taboy yang telah menemani dari awal sampai akhir penelitian 6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf pada Program Pendidikan Biologi Sanata Dharma Yogyakarta 7. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2011 atas kerja sama dan bantuannya, serta semua pihak yang tidak bisa disebukan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca diterima dengan terbuka demi perbaikan skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak. Yogyakarta, Rabu, 29 Juli 2015 F. Cyntia E. N. Tasirilotik vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK “Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Sebagai Bahan Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit” F. Cyntia E. N. Tasirilotik 111434009 Universitas Sanata Dharma Upaya peningkatan hasil produksi padi telah banyak dilakukan, salah satunya adalah pengendalian hama. Salah satu hama yang ada pada tanaman padi adalah walang sangit. Umumnya petani melakukan pengendalian hama dengan menggunakan pestisida sintetik yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Usaha alternatif untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida sintetik yang dapat dilakukan adalah menggunakan pestisida alami yakni daun sirsak. Daun sirsak memiliki keistimewaan sebagai antifeedant dan racun perut yang membuat serangga mati. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap mortalitas walang sangit serta ingin mengetahui tingkat konsentrasi mana yang lebih efektif terhadap mortalitas walang sangit. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan (P1, P2, P3, P4) dengan 1 Kontrol (P0) dan 3 pengulangan pada masing-masing perlakuan. Untuk setiap pengulangan akan ada walang sangit sebanyak 10 ekor pada stadia imago. Data yang diambil adalah tingkat mortalitas walang sangit pada setiap12 jam setelah aplikasi pestisida. Terhadap data tersebut dilakukan perhitungan persentase motalitas walang sangit dan dianalisis dengan uji anova one factor between design dan dilanjutkan dengan uji critical differences (CD). Berdasarkan pengamatan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) pada konsentrasi 15%, 30%, 45%, 60% berpengaruh nyata terhadap mortalitas walang sangit. Konsentrasi ekstrak daun sirsak yang lebih efektif terhadap mortalitas walang adalah perlakuan P2 pada tingkat konsentrasi 30% dengan tingkat mortalitas 73,33%. Kata Kunci : Daun Sirsak, Pestisida Alami, Walang Sangit dan Mortalitas viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT Effectiveness Analysis Of Sirsak (Annona muricata L.)Leaves Exctractas Organic Pisticide Applied To Walang Sangit Pest F. Cyntia E. N. Tasirilotik 111434009 Sanata Dharma University Efforts to increase rice production yield have been widely applied, one of them is pest control. One of the pests that exist on the rice plant is walang sangit. Generally, the farmers control pests by using synthetic pesticides which have a negative effect for the environment. Alternative effort to reduce the impact of the use of synthetic pesticides is using natural pesticides like sirsak leaves. Sirsak leaves have speciallity compound as an antifeedant and stomach poison that could make the insects die. This research aims to know the effect of sirsak (Annona muricata L.) leaves extract on walang sangit mortality and to know the extract dilution which is more effective for mortality of walang sangit. The research conducted at the experimental garden of Biology Education Sanata Dharma University in Yogyakarta. The research design was Completely Randomized Design (CRD), which consists of 4 treatments that is (P1, P2, P3, P4) and without application of pesticide (P0) and 3 repetitions in each treatment. For each repetition, there were 10 walang sangit on imago stage. Data was the mortality rates of walang sangit at every 12 hours after application of pesticides. Data be calculated into percentage of mortality of walang sangit and analyzed by one factor anova test between design and continued with test a critical differances (CD). Based on observations and data analysis can be concluded that concentration of sirsak (Annona muricata L.) leaves extract in 15%, 30%, 45%, and 60% were significantly effect on mortality of walang sangit. Concentration of sirsak leaves extract which the most effective influence on mortality of walang sangit was 30% in P2 treatment with 73.33% mortality rates. Keywords: Sirsak Leaves, Natural Pesticides, walang sangit and Mortality ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vi KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................ vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii ABSTRAK...................................................................................................viii ABSTRACT........... .................................................................................................. ix DAFTAR ISI............. .............................................................................................. x DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5 C. Batasan Penelitian ............................................................................................ 5 D. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5 E. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7 A. Pestisida........................................................................................................ ... 7 1. Pengertian .......................................................................................................... 7 2. Penggolongan Berdasarkan Cara Kerja Pestisida ........................................ 8 3. Resiko Penggunaan Pestisida Pertanian....................................................... 11 4. Pestisida Alami................................................................................................ 14 B. Hama ........................................................................................................ 18 x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI C. Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thunberg) .............................................. 19 1. Morfologi Walang Sangit .............................................................................. 20 2. Biologi dan Ekologi ........................................................................................ 20 3. Tanaman Inang ................................................................................................ 22 4. Musuh Alami ................................................................................................... 23 5. Pengendalian.................................................................................................... 24 6. Kerugian yang Ditimbulkan .......................................................................... 24 D. Sirsak (Annona muricata L.).......................................................................... 25 1. Morfologi Tanaman Sirsak (Annona muricata L.) ..................................... 26 2. Asal -Usul Sirsak (Annona muricata L.) ..................................................... 28 3. Ragam Nama Sirsak (Annona muricata L.) ................................................ 29 4. Habitat atau Syarat Tumbuh .......................................................................... 30 5. Perbanyakan Tanaman ................................................................................... 31 6. Kandungan Kimia ........................................................................................... 31 7. Mekanisme Terhadap Tubuh Walang Sangit .............................................. 32 E. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................................... 34 F. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 35 G. Hipotesis ........................................................................................................ 36 BAB III : METODE PENELITIAN ..................................................................... 37 A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 37 B. Jenis Penelitian dan Variabel ......................................................................... 37 C. Desain Penelitian ........................................................................................... 37 D. Alat dan Bahan ............................................................................................... 38 1. Alat.................................................................................................................... 38 2. Bahan ................................................................................................................ 39 E. Cara Kerja ...................................................................................................... 39 1. Tempat Penangkaran Walang Sangit ........................................................... 39 2. Menangkap Walang Sangit ............................................................................ 40 3. Pemeliharan Walang Sangit .......................................................................... 41 4. Membuat Ekstrak Daun Sirsak...................................................................... 41 xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. Pengujian Ekstrak Daun Sirsak pada Hama Walang Sangit ..................... 42 F. Teknik Pengambilan Data .............................................................................. 43 G. Analisis Data .................................................................................................. 44 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 45 A. Hasil Uji Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Mortalitas Walang Sangit ............. 45 B. Faktor-Faktor Penyebab Mortalitas Walang Sangit ...................................... 52 1. Kandungan Ekstrak Daun Sirsak .................................................................. 53 2. Waktu aplikasi ekstrak daun sirsak .............................................................. 56 3. Siklus Hidup Walang Sangit ......................................................................... 59 4. Hubungan Antara Waktu Terhadap Tingkat Mortalitas Walang Sangit.................... .......................................................................................... 60 C. Perhitungan Statistik ...................................................................................... 62 D. Aplikasi Hasil Penelitian Terhadap Dunia Pendidikan .................................. 64 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 66 A. Kesimpulan .................................................................................................... 66 B. Saran..................... ......................................................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68 LAMPIRAN............... ........................................................................................... 70 xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 4.1 : Rata-Rata Persentase Mortalitas Walang Sangit 12 Jam .................... 46 Tabel 4.2 : Anova Single Factor ........................................................................... 62 Tabel 4.3 : Perbandingan Mean Tiap Perlakuan ................................................... 63 Tabel 4 : Suhu pada Setiap 12 Jam ................................................................... 74 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Walang Sangit ............................................................................... 19 Gambar 2.2 : Daun Sirsak ................................................................................... 25 Gambar 4.1 : Diagram Hubungan Antara Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Mortalitas Walang Sangit........................................... 52 Gambar 4.2 : Diagram Hubungan Antara Waktu Terhadap Tingkat Mortalitas.. 60 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Hasil Observasi ................................................................................ 70 Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Statistik .............................................................. 76 Lampiran 3 : Dokumentasi Penelitian ................................................................... 80 Lampiran 4 : Silabus ............................................................................................. 86 Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................ 95 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia sehingga hampir sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah pertanian. Luasnya daerah pertanian tersebut mengindikasikan bahwa hampir sebagian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Aktivitas pertanian sudah ada sejak dahulu kala yang terus-menerus dan turun-temurun digeluti oleh masyarakat Indonesia. Aktifitas pertanian serta teknologi pertanian pun terus berkembang seiring berjalannya waktu. Berbagai hal dilakukan dan diupayakan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian. Mulai dari pemuliaan tanaman, penggunaan pupuk dan pestisida secara optimal serta peningkatan SDM di bidang pertanian. Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian, produksi tanaman padi dalam skala nasional selalu menempati urutan teratas. Pada tahun 2013 produksi tanaman padi mencapai 71.279.709 ton. Banyaknya hasil produksi ini juga didukung oleh luas lahan yang mencapai 13.835.252 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi merupakan tanaman pangan yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan dibudidayakan secara terus-menerus. Dalam budidaya pertanian, permasalahan yang sering ditemui oleh para petani adalah masalah penyakit dan organisme pengganggu tanaman (OPT) atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan hama tanaman. Penyakit yang 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 sering dijumpai kebanyakan disebabkan oleh jamur dan serangan virus. Sedangkan organisme pengganggu tanaman didominasi oleh organisme jenis serangga. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani desa Tawangharjo, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah hasil panen tanaman padi pada tahun 2014 mengalami penurunan drastis bahkan ada petani yang mengalami gagal panen. Penyebab terjadinya penurunan produktifitas tanaman padi ini disebabkan oleh serangan hama. Salah satu hama penyebab gagalnya produksi pertanian ini adalah walang sangit. Kejadian ini sudah terjadi dua kali dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pada tahun 2011 serangan hama ini juga menyebabkan terjadinya gagal panen dan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi para petani. Walang sangit merupakan hama yang menyerang tanaman padi yang sedang berbunga untuk mengisap bulir padi sehingga menyebabkan penurunan kualitas gabah. Serangan berat dapat menurunkan produksi hingga tidak dapat dipanen. Hama ini juga memiliki kemampuan penyebaran yang tinggi, sehingga mampu berpindah ke tanaman padi lain yang mulai memasuki stadia matang susu. Selain itu juga walang sangit betina mempunyai kemampuan menghasilkan telur lebih dari 100 butir yang memiliki dampak pada sebaran serangan yang semakin luas. Cara pengendalian yang biasanya dilakukan oleh para petani adalah dengan menyemprotkan pestisida sintetik. Namum ternyata pengendalian dengan menyemprotkan pestisida sintetik tidak secara langsung menyelesaikan permasalah hama. Hama yang disemprot biasanya langsung mati namun jumlahnya akan bertambah banyak pada keesokan harinya. Hal ini PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 kemungkinan disebabkan oleh daya tahan hama atau resistensi hama terhadap pestisida sintetik yang disemprotkan. Keadaan ini membuat para petani menambah dosis penyemprotan. Penambahan dosis penyemprotan tidak disertai dengan pengetahuan yang cukup sehingga dapat dikatakan bahwa penambahan dosis mengikuti kemauan petani. Kebiasaan seperti ini jika dilakukan secara terus-menerus, akan menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks lagi. Hal ini akan berpengaruh bagi keberlanjutan pertanian yang mana penggunaan pestisida sintetik secara berlebihan dapat mendatangkan masalah yang lebih berat terutama terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup lain termasuk manusia. Saat ini telah banyak dikembangkan pestisida yang lebih ramah lingkungan yakni pestisida organik. Pestisida ini dikembangkan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh pemberian pestisida sintetik. Eksplorasi pestisida nabati dapat bersumber dari tumbuhan yaitu penggunaan atau pemanfaatan secara tradisional bagian-bagian tumbuhan tertentu untuk tujuan pengendalian hama. Beberapa dari pestisida nabati diantaranya adalah bersifat membunuh, menarik (attractant), menolak (repellant), antimakan (antifeedant), racun (toxicant) dan menghambat pertumbuhan (Santi, 2011). Berdasarkan beberapa literatur, daun sirsak memiliki kandungan bahan kimia beracun yang cukup efektif mengendalikan ataupun membunuh berbagai jenis serangga. Bagian dari tanaman sirsak baik itu daun, akar, batang dan biji dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Menurut Desi (2007) dalam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 Tenrirawe (2011) daun sirsak mengandung senyawa acetogenin antara lain asimisin, bulatasin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedant. Dalam hal ini serangga hama tidak lagi memakan bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang mengakibatkan serangga hama menyebabkan kematian. Tanaman sirsak mudah ditemukan di semua wilayah di Indonesia, dimana tanaman sirsak banyak di temukan di pekarangan rumah. Berdasarkan observasi tanaman sirsak juga banyak ditemukan di daerah Tawangharjo. Tanaman ini dapat ditemukan hampir di semua halaman rumah warga ataupun di perkebunan warga. Penelusuran tumbuh-tumbuhan yang dapat menghasilkan senyawa antimakan untuk mengendalikan hama serangga sangat menarik untuk diteliti. Hal ini karena dalam perlindungan tumbuhan, senyawa antimakan tidak membunuh, mengusir atau menjerat serangga hama, bersifat spesifik terhadap serangga sasaran, tidak mengganggu serangga lain, tetapi hanya menghambat selera makan serangga sehingga tumbuhan dan kelangsungan hidup organisme lainnya terlindungi. Melihat fenomena ini, peneliti memanfaatakan daun sirsak sebagai pestisida nabati tertarik untuk untuk mengatasi permasalahan hama dengan melakukan uji efektifitas pada hama walang sangit. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 B. Rumusan Masalah 1. Apakah ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) dapat berpengaruh terhadap mortalitas walang sangit? 2. Manakah dari konsentrasi ekstrak daun sirsak( Annona muricata L.) yang lebih efektif terhadap mortalitas walang sangit? C. Batasan Penelitian 1. Penelitian ini berfokus pada penggunaan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) untuk mengendalikan hama walang sangit. 2. Ekstrak daun sirsak dibuat menjadi beberapa tingkat konsentrasi yakni 15%, 30%, 45% dan 60%. 3. Daun sirsak yang digunakan adalah campuran antara daun sirsak yang muda dan daun sirsak yang tua. 4. Walang sangit yang digunakan adalah walang sangit pada stadia imago. 5. Mortalitas adalah tingkat kematian (umumnya atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi. D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap mortalitas walang sangit. 2. Mengetahui tingkat konsentrasi ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) yang lebih efektif terhadap mortalitas hama walang sangit. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Menambah pengetahuan terkait pemanfatan daun sirsak sebagai pestisida nabati. b. Dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan pestisida nabati. 2. Bagi Masyarakat a. Menambah pengetahuan bagi masyarakat mengenai manfaat daun sirsak sebagai pestisida nabati. b. Daun sirsak menjadi bahan alternatif bagi petani untuk pengendalian hama walang sangit selain pestisida sintetik . 3. Bagi Dunia Pendidikan a. Sebagai sumber informasi terkait manfaat dari daun sirsak sebagai pengendali hama. b. Dapat menjadi sumber informasi terkait pemanfaatan tumbuhan sebagai pestisida nabati untuk menanggulangi hama pada tanaman. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pestisida 1. Pengertian Pestisida (inggris : pesticide) secara harafiah berarti pembunuh hama (pest: hama; cide: membunuh). Menurut peraturan pemerintah no. 7/1973, pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk: a. Mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian; b. Mengendalikan rerumputan; c. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan; d. Mengendalikan atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak; e. Mengendalikan hama-hama air; f. Mengendalikan atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang. Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah sebagai berikut; a. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, 7 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang. b. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman. Pestisida yang digunakan dibidang pertanian secara spesifik sering disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products). Istilah produk perlindungan tanaman juga digunakan untuk menghindari istilah pestisida yang berkonotasi “Bahan Pembunuh”. Memang kenyataan tidak semua pestisida pertanian bekerja dengan cara membunuh. Repellent, misalnya tidak membunuh melainkan mengusir hama. Aplikasi pestisida di bidang pertanian bertujuan untuk mengendalikan organisme (makhluk, jasad) pengganggu tanaman atau tumbuhan (OPT) oleh karena itu sasaran biologis aplikasi pestisida pertanian adalah organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dikenal sebagai hama tanaman, penyakit tanaman dan gulma (Djojosumarto, 2008). . 2. Penggolongan Berdasarkan Cara Kerja Pestisida Menurut Djojosumarto (2008) beberapa aspek cara kerja pestisida yang perlu diketahui oleh para pengguna agar tidak salah dalam memilih pestisida. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 a. Insektisida Menurut cara kerjanya atau gerakannya pada tanaman setelah diaplikasikan, insektisida secara umum dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1) Insektisida sistemik Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang dan daun. Selanjutnya insektisida sistemik tersebut mengikuti gerakan cairan tanaman dan ditransportasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya baik ke atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Contoh insektisida sistematik adalah furatiokarb, fosfamidon, isolan, karbofuran dan monokrotofos. 2) Insektisida nonsistemik Insektisida nonsistemik setelah diaplikasikan pada tanaman sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di bagian luar tanaman. Insektisida nonsistemik sering disebut insektisida kontak. Namun istilah itu sebenarnya kurang begitu tepat. Istilah kontak lebih tepat digunakan bagi cara insektisida yang berhubungan dengan cara masuknya ke dalam tubuh serangga. Contoh insektisida nonsistemik adalah dioksikarb, diazinon, diklorvos, profenofos, dan quinalfos. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 3) Insektisida sistematik lokal Insektisida sistematik lokal adalah kelompok insektisida yang dapat diserap oleh jaringan tanaman umumnya daun, tetapi tidak ditranlokasikan kebagian tanaman lainnya. Termasuk kategori ini adalah insektisida yang berdaya kerja translaminar atau insektisida yang mempunyai daya penetrasi ke dalam jaringan tanaman. Contohnya dimetan, furatiokarb, pyrolan dan profenofos. b. Fungisida Pestisida untuk mengendalikan cendawan (fungi) menurut efeknya terhadap cendawan sasaran terdiri atas dua macam yaitu ada yang menghentikan perkembangan cendawan dan ada yang mematikan cendawan. c. Herbisida Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma atau tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki. Karena herbisida aktif terhadap tumbuhan maka herbisida bersifat fitotosik. Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2012) cara kerja insektisida dalam tubuh serangga dikenal istilah mode of action dan cara masuk atau mode of entry. Mode of action adalah cara insektisida memberikan pengaruh melalui titik tangkap (target site) di dalam tubuh serangga. Titik tangkap pada serangga biasanya berupa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 enzim atau protein. Beberapa jenis insektisida dapat mempengaruhi lebih dari satu titik tangkap pada serangga. Cara kerja insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor terbagi dalam 5 kelompok yaitu: a. Mempengaruhi sistem saraf b. Menghambat produksi energi c. Mempengaruhi sistem endokrin d. Menghambat produksi kutikula e. Menghambat keseimbangan air. Mode of entry adalah cara insektisida masuk ke dalam tubuh serangga, dapat melalui kutikula (racun kontak), alat pencernaan (racun perut), atau lubang pernafasan (racun pernafasan). Meskipun demikian suatu insektisida dapat mempunyai satu atau lebih cara masuk ke dalam tubuh serangga. 3. Resiko Penggunaan Pestisida Pertanian Pestisida pertanian pada umumnya adalah bahan kimia atau campuran bahan kimia serta bahan-bahan lain (ekstrak tumbuhan, mikroorganisme dan sebagainya) yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Karena itu senyawa pestisida bersifat ionaktif artinya pestisida dengan satu atau beberapa cara mempengaruhi kehidupan misalnya menghentikan pertumbuhan, membunuh hama atau penyakit, menekan hama atau penyakit, membunuh atau menekan gulma, mengusir PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 hama, mempengaruhi atau mengatur pertumbuhan tanaman, merontokkan daun dan sebagainya (Djojosumarto, 2008). Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengendalikan hama walang sangit, telah banyak dilakukan oleh petani di lapangan, misalnya penggunaan bahan-bahan kimia sintetik seperti insektisida. Pengunaan insektisida untuk melindungi tanaman dari serangan hama secara berlebihan dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia serta lingkungan pada umumnya. Menurut Djojosumarto (2008) meskipun sebelum diproduksi secara komersial telah menjalani pengujian yang sangat ketat perihal syarat-syarat keselamatan, namun karena bersifat bioaktif, maka pestisida tetap merupakan racun. Setiap racun selalu mengundang resiko (bahaya) dalam penggunaannya baik resiko bagi manusia maupun lingkungan. Keseluruhan resiko penggunaan pestisida di bidang pertanian: a. Resiko bagi keselamatan pengguna Resiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan. Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak sadar diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. Keracunan kronis PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Akibat yang ditimbulkan oleh keracunan kronis tidak selalu mudah diprediksi. Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubunggkan dengan pestisida, meskipun tidak mudah dibuktikan dengan pasti dan meyakinkan, adalah kanker, gangguan saraf, fungsi hati dan ginjal, gangguan pernafasan, keguguran, cacat pada bayi dan sebagainya. b. Resiko bagi manusia Resiko bagi manusia adalah keracunan residu, pestisida yang terdapat dalam produk pertanian. Resiko bagi manusia dapat berupa keracunan langsung kerena memakan produk pertanian yang tercemar pestisida atau lewat rantai makan. Meskipun bukan tidak mungkin manusia menderita keracunan akut, tetapi resiko konsumen umumnya dalam bentuk keracunan kronis tidak segera terasa dan dalam jangka panjang mungkin menyebabkan gangguan kesehatan. c. Resiko bagi lingkungan Resiko penggunaan pestisida terhadap lingkungan dapat digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut: 1) Resiko bagi orang, hewan dan tumbuhan yang berada ditempat atau di sekitar tempat pestisida digunakan. Drift pestisida misalnya dapat diterbangkan angin dan mengenai orang yang kebetulan lewat. Pestisida dapat meracuni hewan ternak yang masuk ke kebun yang sudah disemprotkan pestisida. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 2) Bagi lingkungan umum, pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan (tanah, udara dan air) dengan segala akibatnya misalnya kematian hewan nontarget, penyederhanaan rantai makanan alami, penyederhanaan keanekaragaman hayati, bioakumulasi dan biomagnifikasi. 3) Khusus bagi lingkungan pertanian (agroekosistem) pengunaan pestisida pertanian dapat menyebabkan beberapa hal-hal berikut: a) Menurunkan kepekaan hama, penyebab penyakit dan gulma terhadap pestisida tertentu yang berpuncak pada kekebalan (resistensi) hama, penyakit dan gulma terhadap pestisida. b) Resurjensi hama, yakni fenomena meningkatnya serangga hama tertentu sesudah perlakuan dengan insektisida. c) Timbulnya hama yang selama ini tidak penting, timbulnya ledakan hama sekunder akibat aplikasi pestisida. d) Terbunuhnya musuh alami hama. e) Perubahan flora, misalnya penggunaan herbisida secara terusmenerus untuk mengendalikan gulma daun lebar akan merangsang perkembangan gulma daun sempit. f) Meracuni tanaman bila salah penggunaan. 4. Pestisida Alami Menurut Desi (2007) dalam Tenrirawe (2011) untuk mengurangi pemakaian insektisida sintetik, maka dilakukan pengendalian dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 penggunaan insektisida nabati. Penggunaan insektisida alami yang berasal dari ekstrak tanaman terbukti lebih aman karena mempunyai umur residu pendek. Setelah aplikasi, insektisida alami akan terurai menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2012) insektisida nabati merupakan kelompok insektisida yang berasal dari tanaman contoh: piretrum atau piretrin, nikotin, rotenon, limonen, azadirachtin, sereh wangi dan lain-lain. Pada umumnya, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut FAO (1988) dan US EPA (2002) pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia karena mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik. Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan metabolitme sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat mencapai 400.000 (Asmaliyah, et al., 2010). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 Menurur Kardinan (2002) dalam Tohir (2010) penggunaan insektisida nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangga hama. Insektisida nabati relatif mudah ditemukan, aman terhadap hewan bukan sasaran dan mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan efek untuk organisme lainnya. Eksplorasi pestisida nabati dapat bersumber dari tumbuhan yaitu penggunaan atau pemanfaatan secara tradisional bagian-bagian tumbuhan tertentu untuk tujuan pengobatan, pengendalian hama dan sebagainya. Beberapa mode of action dari pestisida nabati diantaranya adalah bersifat membunuh, menarik (attractant), menolak (repellant), antimakan (antifeedant), racun (toxicant), dan menghambat pertumbuhan (Santi, 2011). Menurut Syahputra (2001) dalam Tenrirawe (2011) insektisida alami memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetik. Di alam, insektisida alami memiliki sifat yang tidak stabil sehingga memungkin dapat didegradasi secara alami. Selain dampak negatif yang ditimbulkan pestisida sintetik seperti resistensi, resurjensi dan terbunuhnya jasad bukan sasaran. Dewasa ini harga pestisida sintetik relatif mahal dan terkadang sulit untuk memperolehnya. Disisi lain ketergantungan petani akan penggunaan insektisida cukup tinggi. Alternatif yang bisa dilakukan diantara memanfaatkan tumbuhan yang memiliki khasiat insektisida, khususnya tumbuhan yang mudah diperoleh dan dapat diramu petani sebagai sediaan insektisida. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 Menurut Gerrits dan Van Latum, 1988; Sastrosiswojo, 2002; Asmaliyah, et al., 2010 beberapa keuntungan atau kelebihan penggunaan pestisida nabati secara khusus dibandingkan dengan pestisida konvensional adalah sebagai berikut; a. Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak meracuni (non toksik). b. Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah hilang. c. Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah. d. Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. e. Cara pembuatannya relatif mudah. f. Secara sosial-ekonomi penggunaannya menguntungkan bagi petani kecil di negara-negara berkembang. Beberapa spesies tanaman famili Annonaceae ternyata cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida nabati. Annonaceae umum dijumpai di Indonesia. Ekstrak biji tanaman srikaya (Annona squamosa) dan nona seberang (A.glabra) mempunyai kandungan aktivitas insektisida yang tinggi terhadap Crocidolomia binotali. Sementara itu ekstrak biji tanaman A. retikulata, A. montana, A. deliciosa dan Polyalthia littoralis efektif terhadap serangga gudang Callosobruchus chinensis. Salah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 satu tanaman yang memiliki senyawa untuk digunakan sebagai insektisida nabati yaitu daun sirsak (Annona muricata L.) (Pracaya, 2008). B. Hama Hama tanaman adalah makhluk penggagu berupa hewan yang umunnya dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebagian besar hama tanaman adalah serangga (insekta). Hewan lain yang sering menjadi hama disamping serangga adalah tungau (acarinae), binatang lunak atau molluska, vertebrata (babi hurtan, monyet, tikus, burung ) dan sebagainya. Hama merusak tanaman pertanian dengan berbagai cara misalnya memakan daun tanaman (ulat perusak daun, belalang), membuat korok-korok pada daun, melubangi dan membuat korok-korok batang (penggerek batang), penggerek umbi, pengisap cairan tanaman (hama pencucuk dan menghisap seperti Thrips sp. dan Myzus sp.) memakan bunga dan bagian bunga dan sebagainya (Djojosumarto, 2008). Hama adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat dengan pancaindera (mata). Hama tersebut dapat berupa binatang dan dapat merusak tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Hama yang merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya misalnya gerakan dan gigitan sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung bisanya melalui suatu penyakit (Matnawy, 1989). Menurut Rahmawati (2012) ada beberapa penyebab terjadinya hama antara lain perubahan lingkungan, perpindahan tempat, perubahan pandangan manusia dan aplikasi insektisida yang tidak bijaksana atau berlebihan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 C. Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thunberg) Klasifikasi walang sangit ( Leptocorisa acuta Thunberg) Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hemiptera Famili : Alynidae Genus : Leptocorisa Spesies : L. acuta Thunberg Gambar 2.1 : Walang Sangit Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi. Walang sangit merusak tanaman ketika mencapai stadia berbunga sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna, mengapur dan gabah menjadi hampa. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Walang sangit akan mengeluarkan bau sebagai mekanisme pertahanan diri dari serangan predator atau makhluk pengganggu lainnya. Bau yang dikeluarkan juga untuk menarik walang sangit lain (Rahmawati, 2012). Menurut Kalshoven (1981) dalam Efendy et al. (2010) walang sangit (Leptocorisa acuta T.) merupakan hama utama dari kelompok kepik (Hemiptera) yang merusak tanaman padi di Indonesia. Hama ini merusak dengan cara mengisap bulir padi stadia matang susu sehingga bulir menjadi hampa. Serangan berat dapat menurunkan produksi hingga tidak dapat dipanen. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 Hama ini juga memiliki kemampuan penyebaran yang tinggi, sehingga mampu berpindah ke tanaman padi lain yang mulai memasuki stadia matang susu, akibatnya sebaran serangan akan semakin luas. Selain itu, walang sangit betina mempunyai kemampuan menghasilkan telur lebih dari 100 butir. 1. Morfologi Walang Sangit Walang sangit merupakan kelompok hewan invertebrata, filum arthropoda pada kelas insekta. Walang sangit memiliki bentuk tubuh langsing dan memanjang, berukuran sekitar 1,5-2 cm, punggung dan sayap (walang sangit dewasa berwarna coklat dan walang sangit mudah berwarna hijau), badan berwarna hijau, memiliki 3 pasang kaki, memiliki dua pasang sayap (satu pasang tebal dan satu pasang seperti selaput), tipe mulut menusuk dan menghisap, telur berbentuk oval yang berwarna hitam kecoklatan, memiliki “belalai” proboscis untuk menghisap cairan tumbuhan, abdomen jantan terlihat agak bulat atau tumpul sedangkan yang betina terlihat meruncing, metamorfosis tidak sempurna dan memiliki aroma atau bau khas. 2. Biologi dan Ekologi Serangga dewasa walang sangit meletakkan telur pada bagian atas daun tanaman. Telur berbentuk oval dan pipih berwarna coklat kehitaman, diletakkan satu per satu dalam 1-2 baris sebanyak 1-21 butir. Lama stadia telur tergantung dengan suhu, lama periode telur berkisar 5-7 hari. Nimfa yang baru menetas berwarna hijau dan segera memencar mencari bulir padi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 sebagai makannya. Bentuk badan nimfa sama seperti bentuk dewasa, bedanya nimfa berwarna hijau dan tidak bersayap sedangkan dewasa berwarna coklat dan bersayap. Selama periode nimfa terjadi 4 kali pergantian kulit sebelum menjadi dewasa. Lama periode nimfa berkisar 17 hari pada suhu 21-230C. Pada daerah yang lebih dingin, lama periode telur dan nimfa akan lebih panjang, misalnya periode telur dan nimfa masing-masing 13 dan 21 hari. Lama periode prapeneluran berkisar 8 hari. Jadi lama siklus hidup walang sangit berkisar 30-45 hari. Lama hidup dewasa berkisar 16-134 hari dengan menghasilkan telur rata-rata 248 butir per induk (Kartoharjono, 2009). Telur walang sangit berwarna hitam kecoklat-coklatan yang diletakkan dalam barisan di permukaan atas daun padi. Jumlah telur pada setiap kelompok kira-kira 10-20 butir. Setiap walang sangit betina dapat bertelur lebih dari 100 butir telur dan telur akan menetas setelah 6-7 hari. Nimfa mengalami 5 instar selama 17-27 hari. Walang sangit yang dewasa berbentuk langsing dan panjangnya sekitar 16-18 mm. Bagian perut berwarna hijau atau krem dan pada punggungnya berwarna coklat kehijau- hijauan. Daur hidup rata-rata mencapai 5 minggu, kurang lebih 23-34 hari. Bila keadaan ideal daur hidupnya dapat mencapai 115 hari. Bila nimfa dan walang sangit dewasa mengisap cairan daun dan biji padi yang muda, matang susu untuk nutrisi selama daur hidupnya (Pracaya, 2008). Menurut Rajapakse dan Kulasekera (2000) dalam Efendy et al., (2010) siklus hidup walang sangit 35-56 hari dan mampu bertelur 200- 300 butir per induk. Kemampuan bertelur yang tinggi ini dapat menyebabkan peningkatan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 populasi hama walang sangit dengan cepat di tanaman padi sehingga hal ini akan meningkatkan tingkat serangan. Menurut Kartoharjono (2009) walang sangit baik nimfa maupun dewasa aktif mencari makan pada pagi dan sore hari. Pada siang hari bersembunyi pada tempat-tempat yang terlindung. Serangga ini menyerang padi pada stadia generatif dan yang paling disukai adalah stadia matang susu. Jika di lapangan tidak ada tanaman padi, walang sangit dewasa akan pindah ke tanaman rerumputan dan tanaman perdu pada daerah yang terlindungi dan bertahan hidup pada tanaman tersebut sampai ada tanaman padi untuk berkembangbiak. Curah hujan yang berselang seling menyebabkan populasi hama ini meningkat. Walang sangit dewasa tahan dalam keadaan lingkungan yang tidak baik. Dalam keadaan cuaca yang kering, walang sangit mencari tempat yang teduh dan tinggal selama dalam kondisi yang panas secara berkerumunan di antara daun-daun pepohonan. Walang sangit dewasa bertebrangan di area persawahan. Adanya walang sangit dapat diketahui dengan adanya bau khas walang sangit (Pracaya, 2008). 3. Tanaman Inang Tanaman inang utama walang sangit adalah padi, pada beberapa tanaman rerumputan hama ini dapat berkembangbiak walaupun sangat rendah. Beberapa rerumputan yang dapat berfungsi sebagai tanaman inang adalah Paniculum crusgalli L. Scop.dan Paspalum dilatanum Poir., PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 Echinocloa crusgalli dan E. colunum. Tanaman yang menjadi tempat walang sangit berkembang biak ternyata berpengaruh terhadap sifat makan walang sangit. Walang sangit yang berkembang biak pada E. colonum preferensi terhadap padi kurang dibanding dengan yang berkembang biak pada E. crusgalli dan pada padi. Beberapa tanaman lain yang juga sebagai tanaman inang antara lain : Panicum colonum, P. flavidum, P. repens,P. miliore, Andopogon sorghum, Digitaria causanguinaria, Eleusiae coracoma, Setaria ilacica, Cyperus polystachyis, Paspalum spp., Pennesitum typhoidium, tebu dan gadum (Kartoharjono, 2009). 4. Musuh Alami Menurut Kalshoven (1981) dalam Kartoharjono (2009) walang sangit memiliki musuh alami berupa parasitoid, predator dan patogen. Secara alami telur walang sangit diserang oleh dua jenis parasitoid yaitu Gryon nixoni dan Oencyrtus malayensisi. Namun di lapangan jumlah parasitoid ini di bawah 5%. Menurut Pracaya (2008) musuh alami walang sangit adalah parasitoid dan predator. Contoh parsitoid antara lain lebah bungkuk (Gryon nixoni, Oencyrtus malayensis, Chrysonna spp.). Contoh predator antara lain capung, lalat damsel, laba-laba lynx, belalang bertanduk panjang. Menurut CAB International (2004) dalam Kartoharjono (2009) nimfa dan imago walang sangit sering ditemukan terserang oleh jamur Beauveria bassiana. Predator utama berupa laba-laba, juga merupakan musuh alami PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 walang sangit. Serangga Reduviidae, Gryllidae, Tettigonidae, Coccinellidae, Asilidae, Pantatomidae dan belalang conocephalus merupakan predator telur. 5. Pengendalian Ada beberapa cara mengendalikan walang sangit antara lain secara kultur teknik, secara hayati dan seacra kimia. Pengendalian secara kultur teknik lebih menekankan aspek preventif, sanitasi dan kuratif. Pengendalian hayati lebih memanfaatkan parsitoid dan predator sedangkan pengandalian kimia adalah penggunan insektisida baik sintetik maupun alami. Menurut Rahmawati (2012) hama walang sangit dapat dikendalikan melalui beberapa langkah seperti: a. Membuat perangkap walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, daging ayam yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam; b. Menggunakan insektisida jika diperlukan dan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi. 6. Kerugian yang Ditimbulkan Menurut Pracaya (2008) bila tanaman padi tidak pernah dihentikan, maka jumlah hama akan meningkat, diantaranya adalah walang sangit. Baik nimfa maupun walang sangit dewasa mengisap bulir pada padi yang masih pada tingkatan matang susu, sehingga padi menjadi hampa (gabug). Sebelum butiran padi terbentuk, walang sangit menghisap tunas-tunas muda dan daun PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 muda yang empuk serta berair. Nimfa lebih merusak dari pada walang sangit dewasa sebab mereka hidup lebih lama. Serangan walang sangit meningkat bila terjadi hujan merata dalam satu tahun. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan walang sangit dapat mencapai 10-40 %. Serangan walang sangit yang hebat dapat menghancurkan seluruh tanaman padi. Tanaman padi yang terus-menerus di tanam juga mendorong perkembangan populasi hama walang sangit sehingga serangan walang sangit semakin luas (Pracaya, 2008). D. Sirsak (Annona muricata L.) Klasifikasi Tumbuhan Sirsak adalah Gambar 2.2 : Daun Sirsak Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Polycarpiceae Famili : Annonaceae Genus : Annona Spesies : Annona muricata L. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 1. Morfologi Tanaman Sirsak (Annona muricata L.) a. Daun Daun berbentuk bulat lonjong atau lanset, tulang daun menyirip, ujung daun meruncing, tepi daun rata, pangkal daun meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua dan permukaan daun mengkilap, letak daun berhadapan, panjang tangkai daun ± 5 mm. Daun sirsak lebar dan agak tebal dengan bau spesifik langu. b. Batang Batang berwarna coklat, berkayu, bulat, dan bercabang. Tanaman sirsak lebih menyerupai tanaman semak atau perdu dengan batang keras. Tinggi tanaman mencapai 5 - 6 meter. Menurut Suranto (2011) pohon sirsak tingginya bisa mencapai 10 meter, dengan diameter batang 10-30 cm. Batang sirsak dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi maupun sambung pucuk. Batang tanaman sirsak mempunyai banyak cabang dan cabangnya mempunyai banyak ranting sehingga menjadikannya rimbun. Kulit batang sirsak mudah dikupas sehingga memudakan untuk diokulasi. c. Akar Tanaman ini mempunyai akar tunggang, berwarna coklat. Akar tanaman sirsak cukup dalam karena dapat menembus tanah sampai ke dalaman 2 meter. Akar samping cukup banyak dan kuat hingga baik untuk konservasi lahan yang miring karena dapat mencegah erosi (Mardiana dan Juwita, 2014). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 d. Bunga Bunga tunggal, dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga dimanakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara hemicyclis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran dan yang lain spiral atau terpencar. Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas dua lingkaran, bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan dan setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya. Putik dan benang sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). Bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting. Bunga umumnya sempurna (hermaprhodit). Tapi terkadang hanya bunga jantan dan bunga betina saja yang terdapat pada satu pohon. Bunga melakukan penyerbukan silang dengan bantuan serangga, karena umumnya tepung sari matang terlebih dahulu sebelum putiknya reseptif. Pada saat lapisan mahkota luar membuka, yakni pada sore hari, tepung sari matang lebih dulu (protandri) dan berhamburan tertiup angin. Selanjutnya, lapisan makota dalam menyusul membuka. Serangga penyerbuk berpeluang masuk ke dalam bunga yang menyebarkan bau harum, tetapi daya kecambah tepung sari sudah melemah. Oleh karena itu penyerbukan sendiri sangat rendah (sekitar 10%), sedangkan penyerbukan silang cukup besar. Lebah madu dan lalat berperan sebagi penyerbuk. Tanaman sirsak berbunga pada bulan Oktober - November. Buah dapat dipanen pada bulan Januari - Februari. Tanaman tahan kekeringan, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 tetapi pada musim yang sangat kering bunga akan berguguran atau bunga menjadi hitam dan keras. e. Buah Sirsak yang sudah masak hanya mampu bertahan selama 2-3 hari. Buah sirsak termasuk buah semu, daging buah lunak dan lembek, berwarna putih, berserat dan berbiji hitam pipih. Kulitnya berduri, tangkai buah menguning (Mardiana, Lina dan Juwita Ratnasari, 2014). Buah berukuran besar. Umumnya berbentuk lonjong, sering bengkok (melengkung). Buah berduri penuh. Kulit buah berwarna hijau hingga kekuningan. Duri buah agak lunak dan tidak tajam. Bila matang buah menjadi lunak, mudah dibelah dengan tangan dan daging buah tampak berlapis-lapis (dami). Letak daging buah sejajar, tegak lurus pada poros buah (perpanjangan tangkai buah) yang berwarana putih bersih dan berair. Rasa buah masam hingga manis masam. Biji sirsak banyak, berbentuk pipih, berwarna kehitaman dan keras. Biji menyebar keseluruh daging buah sehingga menyulitkan saat dimakan, letak biji sejajar. Menurut Suranto (2011) di dalam buah sirsak terdapat banyak biji dengan jumlah mencapai 100-200 butir. 2. Asal -Usul Sirsak (Annona muricata L.) Menurut Suranto (2011) tanaman sirsak (Annona muricata L.) berasal dari wilayah Amerika Tropis, meliputi Amerika Tengah dan Amerika Selatan yaitu sekitar Peru, Argentina, hutan Amazon, dan kepulauan Karibia. Di wilayah asalnya sirsak (Annona muricata L.) merupakan buah penting. Sirsak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 (Annona muricata L.) adalah salah satu pohon buah yang pertama kali dikenal di dunia setelah Colombus menemukan Amerika. Setelah itu orang Spanyol membawa ke Filipina. Pada abad ke-17, buah ini dibawa ke Benua Afrika dan banyak dijumpai di taman-taman atau pekarangan rumah penduduk di wilayah Afrika Selatan. Diperkirakan sirsak (Annona muricata L.) masuk ke Afrika pada tahun 1686. Kemudian sirsak menyebar hampir seluruh wilayah tropis di dunia, dari Amerika Selatan, Kuba, Meksiko, Sri Langka, Asia Tenggara sampai Indonesia. Di Indonesi sendiri sentra produksi sirsak berada di daerah Raja Mandala di Jawa Barat, kabupaten Karanganyar dan Rambang di Jawa Tengah, serta Malang Selatan. 3. Ragam Nama Sirsak (Annona muricata L.) Menurut Suranto (2011) di berbagai negara, buah sirsak (Annona muricata L.) ini dikenal dengan nama, antara lain graviola (Portugis); guanabana (Spanyol); guanaba (El Salvador); huanaba (Guatemala); zopote de viejas atau cabeza de negro (Meksiko); catoche atau catuche (Venezuela); anona de puntitas atau anona de broquel (Argentina); sinini (Bolivia); brzilian paw paw, araticum do grande, graviola, jaca do para (Brasil); serta sorsaka atau zunrzak (Netherlands Antilles, Suriname). Nama lain sirsak dari berbagai bahasa antara lain adalah sousop (Inggris); zuurzak (Belanda); corossol (Prancis); guyabano (Filipina); togebanreishi (Jepang); sitapal (India); ciguofan lizhi (Cina); srikaya belanda (Malaysia); thurian thet (Thailan); mang cau (Vietnam); serata saua sap (Papua Nugini). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 Di Indonesia, nama lokal sirsak sangat beragam, antara lain nangka londa, nangka manila, nangka sabrang, mulwa londa, srikaya welonda, srikaya welondi, sirsak, sirsat (Jawa); nangka belanda, nangka walanda, kadu walanda (Sunda); nangka buris, nangka moris, nangka englan (Madura); srikaya jawa (Bali); deureuyan belanda (Aceh); terong olanda (Toba); durian betawi (Minangkabau); jambu landa (Lampung); dian blanda (Dayak); nangka walanda (Ternate); nangka lada ( Tidore); durio ulondo (Nias); nahat (Sika); anona (Larantuka); siri kaja balanda (Bugis); lange lo walanda (Gorontalo); naha wolanda (Halmahera); anad walanda (Saram Barat); tafena warata (Seram Selatan); serta ai ota malai (Timor). Menurut Sunarjono (2004) di Indonesia luas tanaman sirsak tidak tercatat, tetapi hampir setiap orang mengenal sirsak (Annona muricata L.) dengan nama nangka belanda, nangka seberang, durian belanda atau buah nona. Sesuai dengan namanya buah sirsak berlapis seperti kantong (zak) yang masam (zuur). 4. Habitat atau Syarat Tumbuh Sirsak (Annona muricata L.) dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan derajat keasaman (pH) antara 5,5 - 7. Jadi tanah yang sesuai adalah tanah yang agak asam sampai agak alkalis. Tanaman sirsak (Annona muricata L.) tumbuh baik pada dataran rendah hingga dataran tinggi yang berkisar antara 100 - 1000 m di atas permukaan laut. Pada daerah dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut tanaman sirsak (Annona muricata L.) tidak dapat tumbuh dengan baik. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman sirsak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 (Annona muricata L.) adalah 22 - 320C. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman sirsak antara 1500- 3000 mm pertahun dengan musim kemarau 4 - 6 bulan (Sunarjono, 2013). 5. Perbanyakan Tanaman Tanaman sirsak dapat diperbanyak dengan cara okulasi atau sambung pucuk. Perbanyakan dengan biji kurang baik karena tanaman mulai berbuah pada umur enam tahun. Sedangkan bibit okulasi, tanaman dapat berbuah pada umur tiga tahun. Okulasi pada tanaman sirsak lebih mudah karena kulit batang mudah di kupas. Biasanya, setelah tanaman berumur delapan tahun lebih, produksinya akan turun. Menurut Suranto (2011) pohon sirsak tumbuh dengan cepat dan sudah mulai berbuah pada umur 3-5 tahun. Sirsak yang di tanam dari biji mulai berbuah setelah berumur 4-5 tahun. Sementara sirsak yang ditanam dari okulasi mulai berbuah pada umur 2-3 tahun setelah ditanam. Hasil buah sirsak rata-rata 20 buah tiap pohon pertahun dengan bobot 10-60 kg. 6. Kandungan Kimia Menurut Asprey dan Thornto (2000) dalam Purwatresana (2012) daun sirsak mengandung flavonoid, alkaloid, asam lemak, fitosterol, mirisil alkohol dan anonol. Sedangkan menurut Wullur, et al., ( 2013) daunnya mengandung senyawa tanin, fitosterol, kalsium oksalat, alkaloid murisin, monotetrahidrofuran asetogenin, seperti anomurisin A dan B, gigantetrosin A, annonasin-10-one, murikatosin A dan B, annonasin dan goniotalamisin PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 Menurut Mulyaman, dkk (2000) dalam Tenrirawe (2011) daun sirsak mengandung senyawa acetogenin antara lain acimicin, bulatacin dan squamocin. Pada konsentrasi tinggi senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedant. Dalam hal ini serangga hama tidak lagi memakan bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang menyebabkan serangga hama mati. Menurut Robinson (1995) dalam Adri dan Wikanastri (2013) kandungan senyawa yang terdapat dalam daun sirsak antara lain steroid atau terpenoid, flavonoid, kumarin, alkaloid, dan tanin. Dimana senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan untuk penyakit kanker, anti mikroba, anti virus, pengatur fotosintetis, dan pengatur tumbuh. Sedangkan menurut Yenie, et al., (2013) tanin diproduksi oleh tanaman, berfungsi sebagai substansi perlindungan dalam jaringan maupun luar jaringan. Selain itu juga tanin bekerja sebagai zat astrigent yang dapat menyusutkan jaringan dan menutup struktur protein pada kulit dan mukosa. Tanin pada umumnya tahan terhadap perombakan atau fermentasi selain itu juga dapat menurunkan kemampuan binatang untuk mengkomsumsi tanaman. Saponin bekerja menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus menjadi korosif dan akhirnya rusak. 7. Mekanisme Terhadap Tubuh Walang Sangit Ekstrak daun sirsak diaplikasikan dengan cara menyemprotkan ke seluruh bagian ruangan secara merata. Ekstrak daun sirsak yang disemprotkan sebagai insektisida masuk ke dalam tubuh serangga melalui kutikula (racun PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 kontak), alat pencernaan (racun perut) dan lubang pernafasan (racun pernafasan). Menurut Mulyaman, dkk., (2000) dalam Tenrirawe (2011) daun sirsak memiliki sifat sebagai antifeedant dan racun perut. Pada konsentrasi tinggi, bersifat antifeedant dimana serangga hama tidak lagi memakan bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang menyebabkan serangga hama mati. Menurut Djojosumarto (2008) jika serangga makan maka pestisida akan masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang mematikan misalnya sistem saraf serangga . Menurut Sastrodiharjo (1979) dalam Ajad (2015) dinding tubuh serangga dapat menyerap pestisida, membran dasar dinding tubuh bersifat semipermeabel. Senyawa aktif yang terdapat pada pestisida dapat masuk melalui sistem pernafasan baik berupa gas maupun dalam butiran gas halus yang masuk melalui stigma atau spirakel yang berakhir ke saluran-saluran trakea dan pada akhirnya akan masuk ke dalam jaringan. Pada organ tanaman juga terdapat stomata yang memungkinkan pestisida masuk sehingga serangga yang makan bagian tanaman akan mati karena masih adanya residu pestisida. Menurut Wilkins (1991) dalam Haryanti dan Tetrinica (2009) stomata ditemukan pada sebagian besar permukaan tanaman misalnya daun, batang dan akar tetapi jumlah stomata yang terbanyak terdapat pada daun. Sebagian besar pohon angiosprermae daunnya mempunyai stomata pada permukaan bawah, sehingga disebut PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 hipostomatus sedangkan pada daun akuatik yang mengapung, stomata hanya terdapat pada permukaan atas daun dan pada tanaman lainnya stomata terdapat pada ke dua permukaan daun. Penyemprotan pestisida lebih efektif dilakukan pada daun, saat stomata membuka maksimal, sehingga pestisida yang terlarut dalam air akan lebih mudah masuk. Maka pestisida akan lebih cepat ditranslokasikan keseluruh bagian tubuh tumbuhan (Moenandir, 1990; Setyowati, 2015; Fatonah, et al., 2013). Pada pagi hari stomata akan mulai membuka lebar karena intensitas cahaya dan temperatur yang tidak terlalu tinggi serta kelembaban yang cukup menyebabkan tugor sel penjaga meningkat. Namun pada saat siang hari, stomata menutup karena tingginya intensitas cahaya dan temperatur serta penguapan air yang berlebihan (Taiz dan Zeiger, 2002; Hopkins, 2004; Fatonah, at al., 2013) E. Hasil Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang relevan terkait penggunaan ekstrak daun sirsak sebagai pestisida nabati. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Tenrirawe yang dilaksanakan di laboratorium Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros. Pengujian ekstrak daun A. muricata dilakukan dengan mencelupkan baby corn yang berukuran 4 cm ke dalam ekstrak daun A. muricata dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan kontrol, yang kemudian diberikan pada larva H. armigera instar III. Data diperoleh dengan mengamati serta menghitung mortalitas larva H. armigera PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 instar III setelah pemberian ekstrak daun A. muricata selama 24 jam dengan interval pengamatan setiap 4 jam sekali setelah aplikasi. Data dianalisis dengan sidik ragam pola RAL, dilanjutkan dengan uji BNT α 0,05. Penentuan nilai LC50 dan LT50 melalui analisis probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengamatan 12-24 jam setelah aplikasi, ekstrak daun A. muricata berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva H. armigera instar III. Ekstrak daun A. muricata konsentrasi 10% menyebabkan mortalitas larva H. armigera 20% dan konsentrasi 20% mortalitas 50%. Pada konsentrasi 30%, mortalitas 45% dan konsentrasi 40% menyebabkan mortalitas 65%. Hasil analisis probit LC50 26,30% dengan kemiringan garis regresi Y = 1,8754x + 0,456. Hasil analisis probit LT50 31,14 jam dengan kemiringan garis regresi Y = 2,5116x – 1,2625. Berdasarkan pengamatan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun A. muricata pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva H. armigera instar III. Konsentrasi ekstrak daun A. muricata yang terbaik terhadap mortalitas larva H. armigera instar III adalah 40% dengan mortalitas 65%. F. Kerangka Berpikir Pada dasarnya hama walang sangit sering menyerang tanaman padi yang sedang berbunga sampai biji padi stadia matang susu. Kerugian yang ditimbulkan oleh walang sangit bervariasi antara 10-40%. Serangan walang sangit yang hebat dapat menghancurkan seluruh tanaman padi. Tanaman padi yang terus-menerus di tanam juga mendorong perkembangan populasi hama walang sangit sehingga serangan walang sangit semakin luas. Untuk itu perlu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 adanya penanganan sebelum terjadinya fluktasi hama walang sangit. Baik itu secara mekanis, hayati maupun kimia. Penangan kimia berupa insektisida alami yaitu ekstrak daun sirsak. Dimana daun sirsak mengandung senyawa kimia yang juga mampu untuk mempengaruhi daya makan, daya reproduksi, pertumbuhan dan pada pengenceran rendah dapat bersifat racun perut sedangkan pada pengenceran yang pekat dapat bersifat antifeedant yang dapat menyebabkan kematian. Maka untuk mengetahui kebenarannya dilakukan uji efektivitas daun sirsak sebagai pestisida alami terhadap hama walang sangit dengan beberapa tingkat konsentrasi. G. Hipotesis 1. Penyemprotan ekstrak daun sirsak dapat membunuh atau menghentikan serangan walang sangit. 2. Ekstrak daun sirsak pada tingkat konsentrasi 60% lebih efektif terhadap mortalitas walang sangit. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2015, bertempat di Kebun Percobaan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang terletak di Dusun Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. B. Jenis Penelitian dan Variabel Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak daun sirsak sebagai pestisida nabati untuk hama walang sangit. Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel antara lain variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. 1. Variabel bebas : Konsentrasi ekstrak daun sirsak. 2. Variabel terikat : Tingkat mortalitas hama walang sangit. 3. Variabel kontrol : Daun sirsak, tanaman padi, volume ekstrak daun sirsak (50 ml). C. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 1 Kontrol dan 3 pengulangan pada masing-masing perlakuan. Untuk setiap perlakuan diujikan walang sangit sebanyak 10 ekor pada stadia imago. 37 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Perlakuan yang dilakukan sebagai berikut : P0 : Kontrol P1 : Perlakuan dengan konsentrasi 15 % ekstrak daun sirsak P2 : Perlakuan dengan konsentrasi 30 % ekstrak daun sirsak P3 : Perlakuan dengan konsentrasi 45 % ekstrak daun sirsak P4 : Perlakuan dengan konsentrasi 60 % ekstrak daun sirsak D. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Sprayer n. Jarum b. Blender o. Bambu c. Timbangan p. Senter d. Termometer q. Plastik e. pH meter r. Kerangka besi f. Saringan s. Pot g. Ember t. Kamera h. Kandang u. Alat tulis-menulis i. Pisau j. Gelas ukur 100 ml k. Tali rafia l. Paranet hitam m. Paranet putih 38 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Daun sirsak b. Air c. Walang sangit d. Tanaman padi e. Tanah f. Pupuk kandang. E. Cara Kerja 1. Tempat Penangkaran Walang Sangit Tempat penangkaran yang digunakan adalah kerangka besi berbentuk rumah dengan ukuran panjang 3 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 1 meter. Kerangka tersebut dibagi 15 ruang sesuai dengan jumlah perlakuan dan pengulangan. Pembatas tiap ruang menggunakan bambu, berdindingkan plastik dan paranet. Plastik digunakan untuk memisahkan tiap perlakuan sedangkan paranet digunakan untuk memisahkan pengulangan tiap perlakuan. Plastik dan paranet yang digunakan, dipotong berdasarkan ukuran ruangan. Plastik yang telah dipotong, langsung dipasang pada setiap perlakuan yang diikat menggunakan tali rafia. Setelah itu paranet pada setiap pengulangan dipasang dan diikat menggunakan tali rafia. Setelah semua dipasang, padi dimasukkan ke dalam ruangan. Padi yang ditanam adalah jenis padi 64 yang baru berbunga “makata” dengan jumlah 15 rumpun dimana ditanam di pot. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 Tanaman padi yang ditanam dapat berasal dari semua jenis padi. Pengambilan jenis padi 64 ini disesuaikan dengan varietas tanaman padi yang kebanyakan ditanam ketika masa penelitian dilakukan. Satu pot ditanami satu rumpun dengan tanah yang sudah dicampurkan pupuk kandang dengan perbandingan 1 pupuk : 2 tanah. Jika semua tanaman padi sudah dimasukkan maka penutup paranet hitam dan penutup paranet putih dipasang untuk menutup bagian atas ruangan dan pinggir ruangan agar setiap perlakuan dan pengulangan tidak terdapat celah antara ruangan. 2. Menangkap Walang Sangit Walang sangit diperoleh dengan cara menangkap secara langsung. Walang sangit mudah ditemukan di area persawahan terutama pada sawah yang tanaman padinya mulai berbuah matang susu. Pengambilan walang sangit dapat dilakukan pada pagi atau sore hari. Walang sangit yang ditangkap adalah sebanyak ± 200 ekor dimasukkan ke dalam beberapa kandang. Setelah tertangkap atau terkumpul semuanya, walang sangit dimasukkan ke dalam penangkaran walang sangit yang telah dibuat berdasarkan perlakuan dan pengulangan. Untuk setiap pengulangan ada 10 ekor walang sangit pada stadia imago. Jadi dalam satu perlakuan ada 30 ekor walang sangit. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 3. Pemeliharan Walang Sangit Walang sangit yang telah ditangkap dan yang telah dimasukkan ke dalam tempat penangkaran yang telah dibuat, pada setiap perlakuan dan pengulangan. Walang sangit dipelihara selama 5 hari untuk proses adaptasi. Proses adaptasi dilakukan sebelum pengujian efektivitas ekstrak daun sirsak. 4. Membuat Ekstrak Daun Sirsak Daun sirsak yang digunakan diambil dari beberapa pohon yang ada di sekitar Paingan. Namun penggunaan daun sirsak setiap kali pembuatan ekstrak, selalu diambil dari pohon yang sama. Daun sirsak yang digunakan adalah campuran daun sirsak mudah dan daun sirsak yang sudah tua. Cara membuat ekstrak daun sirsak dilakukan dengan memetik helaian daun sirsak, lalu dibersihkan sampai bersih. Setelah itu helaian daun digunting kecil-kecil dan ditimbang sebanyak 300 gram. Setelah ditimbang, daun sirsak tersebut dimasukkan ke dalam blender dengan menambahkan air dengan perbandingan 1 daun sirsak : 1 air (gram / volum). Daun yang telah diblender diambil dan disaring untuk memperoleh ekstrak daun sirsak. Hasil saringan ekstrak daun sirsak kemudian diencerkan beberapa tingkat konsentrasi yaitu 15%, 30%, 45% dan 60%. Ekstrak daun sirsak telah diencerkan dapat langsung digunakan. Selama masa penelitian, ekstrak sirsak dibuat sebanyak delapan kali. Ekstrak yang digunakan standarnya tidak sama karena daun sirsak yang digunakan berasal dari beberapa pohon sirsak sehingga setiap pembuatan ekstrak daun sirsak memiliki standar yang berbeda-beda namun PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 pembuatan ekstrak daun sirsak sebaiknya memiliki standar yang sama agar efek yang ditimbulkan sama pada hewan uji “ walang sangit”. Untuk memperoleh ekstrak daun sirsak sesuai perlakuan maka dilakukan pengenceran sebagai beriku: P1 = Konsentrasi 15% (15 ml ekstrak daun sirsak + 85 ml air) P2 = Konsentrasi 30% (30 ml ekstrak daun sirsak + 70 ml air) P3 = Konsentrasi 45% (45 ml ekstrak daun sirsak + 55 ml air) P4 = Konsentrasi 60% (60 ml ekstrak daun sirsak + 40 ml air) 5. Pengujian Ekstrak Daun Sirsak pada Hama Walang Sangit Setelah walang sangit dipelihara selama 5 hari, pengujian ekstrak daun sirsak dapat dilakukan. Ekstrak daun sirsak disemprot sebanyak 50 ml pada masing-masing pengulangan disetiap perlakuan selama 8 hari. Aplikasi ekstrak daun sirsak yang dilakukan setiap hari memiliki efisiensi yang kurang baik bagi petani di lapangan. Namun pada kenyataannya aplikasi pestisida nabati harus lebih sering dilakukan karena efek yang ditimbulkan bekerja lebih lambat dibandingkan dengan pestisida sintetik. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari jam 05.30 WIB. 6. Parameter Pengamatan Dalam penelitian ini yang menjadi parameter pengamatan adalah tingkat mortalitas hama walang sangit. Dimana harus melakukan perhitungan persentase mortalitas walang sangit. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 Cara menghitung pensentase mortalitas dengan walang sangit pada masing-masing pengulangan disetiap perlakuan menggunakan rumus sebagai berikut: a P = × 100% a+b Keterangan : P = Persentase mortalitas walang sangit a = Jumlah walang sangit yang mati b = Jumlah walang sangit yang hidup Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji anova. Untuk melihat perbedaan pengaruh antara perlakuan dilakukan uji lanjut menggunakan uji CD. F. Teknik Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan setiap hari dengan cara mencatat jumlah mortalitas walang sangit. Pengambilan data dilakukan setelah penyemprotan ekstrak daun sirsak pada masing-masing pengulangan disetiap perlakuan. Data yang diambil adalah jumlah mortalitas walang sangit. Data diambil setiap 12 jam setiap hari setelah aplikasi ekstrak daun sirsak. Data diambil 2 kali sehari setelah aplikasi ekstrak daun sirsak yakni pada jam 17.30 WIB dan 05.30 WIB. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 G. Analisis Data Data yang diperoleh merupakan data mentah hasil pengamatan dan perhitungan jumlah walang sangit yang mati, pada setiap pengambilan data untuk setiap perlakuan. Data yang diperoleh akan dilakukan perhitungan persentase tingkat mortalitas walang sangit. Analisis data menggunakan uji anova dan apabila signifikan, dilanjutkan dengan uji CD PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menguji ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) sebagai pestisida alami pada hama tanaman padi yaitu walang sangit. Ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) diaplikasikan dengan cara menyemprotkan pada hewan uji. Penyemprotan ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) pada hama walang sangit merupakan salah satu upaya dalam mengendalikan hama walang sangit yang sering ditemukan pada budidaya tanaman padi. Penelitian ini menggunakan uji anova one factor between design karena faktor yang akan diuji terdiri dari satu faktor yaitu uji ekstrak daun sirsak (A. muricata L.). Percobaan diaplikasikan pada empat kelompok yang terpisah secara independen. Ekstrak daun sirsak yang digunakan terdiri dari empat perlakuan dan kontrol yakni 0 % (P0), 15 % (P1), 30 % (P2), 45 % (P3) dan 60 % (P4). Setiap perlakuan terdiri dari tiga pengulangan. A. Hasil Uji Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Mortalitas Walang Sangit Hasil pengamatan dari pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap mortalitas walang sangit pada tahap imago dilakukan selama 8 hari. Aplikasi penyemprotan pestisida dilakukan setiap pagi pada pukul 05.30 WIB. Pengambilan data dilakukan setiap 12 jam yakni pada pukul 17.30 WIB dan 05.30 WIB. Penelitian yang dilakukan memberikan gambaran data sebagai berikut : 45 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tabel 4.1 : Rata-Rata Persentase Mortalitas Walang Sangit 12 Jam Persentase Mortalitas Walang Sangit (%) No. Jam P0 P1 P2 P3 46 P4 1 0 0 0 0 0 0 2 12 0 6,67 3,33 3,33 10 3 24 0 33,33 26,67 6,67 23,33 4 36 0 50 33,33 26,67 40 5 48 3,33 56,67 50 33,33 50 6 60 6,67 60 66,67 50 56,67 7 72 6,67 63,33 80 56,67 70 8 84 6,67 70 93,33 63,33 76,67 9 96 6,67 86,67 96,67 66,67 83,33 10 108 6,67 90 96,67 70 90 11 120 6,67 96,67 100 83,33 93,33 12 132 6,67 96,67 100 96,67 93,33 13 144 6,67 100 100 100 93,33 14 156 6,67 100 100 100 96,67 15 168 6,67 100 100 100 100 16 180 6,67 100 100 100 100 17 192 6,67 100 100 100 100 Jumlah 83,37 1210,01 1246,67 1056,67 1176,66 Rata-rata 4,90 71,18 73,33 62,16 69,22 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Perlakuan dengan konsentrasi 15% (15 ml ekstrak daun sirsak + 85 ml air) P2 : Perlakuan dengan konsentrasi 30% (30 ml ekstrak daun sirsak + 70 ml air) P3 : Perlakuan dengan konsentrasi 45% (45 ml ekstrak daun sirsak + 55 ml air) P4 : Perlakuan dengan konsentrasi 60% (60 ml ekstrak daun sirsak + 40 ml air) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) yang telah diuji berpengaruh terhadap mortalitas walang sangit. Berdasarkan data pada tabel 4.1 hasil pengamatan pada jam ke-12 menunjukkan bahwa tingkat mortalitas walang sangit pada perlakuan P4 mencapai 10%, P1 mencapai 6,67%, P2 dan P3 mencapai 3,33% dan kontrol (P0) 0%. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) dengan konsentrasi tinggi lebih cepat daya bunuhnya terhadap walang sangit. Hal ini terlihat bahwa pada perlakuan P4 tingkat mortalitas walang sangit lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan lainnya. Sesuai dengan apa yang dikatakan Mulyaman, dkk (2000) dalam Tenrirawe (2011) bahwa ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) pada konsentrasi tinggi memiliki fungsi sebagai antifeedant sehingga mempengaruhi serangga hama tidak lagi memakan bagian tanaman yang disukainya. Dengan disemprotkannnya ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) membuat walang sangit tidak mau makan karena adanya kandungan metabolisme sekunder yang bertindak sebagai pestisida. Didukung dengan apa yang dikatakan oleh Yenie, E.et al., (2013) bahwa tanin yang ada pada daun sirsak umumnya tahan terhadap perombakan atau fermentasi. Selain itu dapat juga menurunkan kemampuan binatang untuk mengkonsumsi tanaman. Hal inilah yang dapat menyebabkan ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) bersifat antifeedant. Dapat diasumsikan bahwa tingkat konsentrasi yang tinggi memiliki jumlah kandungan metabolisme sekunder yang lebih banyak sehingga dapat menyebabkan mortalitas walang sangit lebih cepat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 Penyemprotan juga berpengaruh terhadap mortalitas walang sangit, dimana walang sangit yang mengalami kontak langsung dengan ekstrak daun sirsak dapat masuk melalui dinding tubuh serangga dan juga dapat masuk melalui sistem pernafasan, sehingga perlakuan dengan konsentrasi yang tinggi menyebabkan mortalitas walang sangit jauh lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Hal ini didukung dengan apa yang dikatakan oleh Sastrodiharjo (1979) dalam Ajad, (2015) bahwa dinding tubuh serangga dapat menyerap pestisida karena membran dasar dinding tubuh bersifat semipermeabel. Senyawa aktif yang terdapat pada pestisida dapat masuk melalui sistem pernafasan baik berupa gas maupun dalam butiran gas halus yang masuk melalui stigma atau spirakel yang berakhir ke saluran-saluran trakea dan pada akhirnya akan masuk ke dalam jaringan yang menyebabkan serangga mati. Pengamatan pertama dilakukan pada jam ke-12 setelah diberikan treatment pada hewan uji. Secara keseluruhan, mortalitas walang sangit pada setiap kali pengamatan menunjukkan peningkatan. Peningkatan mortalitas terlihat berbeda antara tiap perlakuannya. Pada kontrol (P0), mortalitas walang sangit baru terlihat pada jam ke- 48 yaitu sebesar 3,33 % dan pada jam ke- 60 mengalami peningkatan menjadi 6,67 %. Selanjutnya pada pengamatan jam ke- 72 sampai pengamatan terakhir pada jam ke- 192 tidak terdapat peningkatan mortalitas lagi. Dilihat dari kecepatan tingkat mortalitas walang sangit, perlakuan P1 lebih cepat mencapai mortalitas sebesar 50 % yakni pada jam ke- 36. Sedangkan pada perlakuan P2 dan P4 mortalitas walang sangit baru mencapai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 50% pada jam ke- 48 dan perlakuan P3 pada jam ke- 60. Perbedaan kecepatan tingkat mortalitas walang sangit pada setiap perlakuannya bisa dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya urutan pemberian atau penyemprotan ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) pada setiap perlakuan, pengaruh arah angin, suhu, pH dan tata letak setiap perlakuan. Tata letak setiap perlakuan juga diduga dapat memberikan pengaruh terhadap kecepatan mortalitas walang sangit. Urutan letak setiap perlakuan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi diletakkan dari arah barat ke arah timur. Mortalitas walang sangit akibat tata letak ini dapat dipengaruhi oleh waktu terbit dan terbenamnya matahari. Aplikasi pestisida diberikan pada pagi hari bersamaan dengan terbitnya matahari dari timur sehingga kemungkinan berpengaruh pada ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) yang disemprotkan pada perlakuan yang terletak dibagian timur yang mana ekstrak yang disemprotkan akan lebih cepat mengalami penguapan. Kecepatan penguapan ini berpengaruh terhadap efektifitas pemberian ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) pada walang sangit sehingga kecepatan mortalitasnya juga lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan mortalitas walang sangit pada perlakuan yang terletak di bagian barat (Lihat lampiran Gambar 1). Berdasarkan tabel 4.1 kecepatan mortalitas mencapai 100% diketahui terjadi pada jam ke - 120 yaitu pada perlakuan P2. Sedangkan pada perlakuan P1 dan P3 kecepatan mortalitas walang sangit mencapai 100 % pada jam ke144 dan pada perlakuan P4 mortalitas walang sangit mencapai 100 % pada jam ke-168. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 Telah dijelaskan di atas bahwa pada pengamatan awal, perlakuan P4 lebih cepat mempengaruhi mortalitas walang sangit. Pada penelitian yang dilakukan ini, setiap perlakuan terdiri dari tiga pengulangan. Tiap pengulangan memberikan hasil mortalitas yang berbeda-beda. Dapat dilihat pada tabel 2 (terlampir), perlakuan P4 pada jam ke- 48, tingkat mortalitas pada pengulangan ke-2 telah mencapai 100%. Hal ini berbeda dengan pengulangan ke-1 dengan tingkat mortalitas 70% dan pengulangan ke-3 dengan tingkat mortalitas 60% pada jam yang sama. Perbedaan tingkat mortalitas walang sangit dapat terjadi juga akibat cara penyemprotan dan arah angin. Cara penyemprotan pada setiap pengulangan memiliki efek yang berbeda-beda. Pada saat penyemprotan terdapat dua kemungkinan yakni efek langsung akibat kontak langsung dan efek tidak langsung akibat tidak kontak langsung. Perbedaan efek dari penyemprotan ini dapat dilihat bahwa setiap ulangan pada tiap perlakuan memiliki tingkat mortalitas yang berbeda-beda. Arah angin juga diduga menjadi faktor penyebab terjadinya perbedaan tingkat mortalitas walang sangit pada setiap pengulangan. Dapat dilihat pada tabel 2 (terlampir) bahwa pada setiap perlakuan untuk pengulangan ke-2 memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengulangan 1 dan 3. Hal yang diduga dapat mempengaruhi perbedaan tingkat mortalitas walang sangit pada masing-masing pengulangan adalah arah angin. Setiap perlakuan pada pengulangan ke-2 terletak di tengah yang diapit oleh pengulangan 1 dan pengulangan 3 sehingga saat melakukan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 penyemprotan, ekstrak daun sirsak akan berkumpul di ruang pengulangan ke2. Sebaliknya pada pengulangan ke-1 dan ke-3 yang letaknya di pinggir, jumlah ekstrak daun sirsak yang disemprotkan, akan lebih sedikit karena pada saat penyemprotan, ekstrak daun sirsak tidak hanya berada pada ruangan tersebut tetapi akan masuk juga ke ruang pengulangan ke- 2 atau akan keluar dari ruang penyemprotan. Sehingga efek yang ditimbulkan akan lebih rendah dibandingkan pada pengulangan ke- 2. Berbeda dengan perlakuan P4 tingkat mortalitas walang sangit pada jam ke 12, 24, 36, 60, 72, 84 dan 96 terlihat mengalami peningkatan yang cukup cepat namun pada jam selanjutnya ternyata mengalami tingkat mortalitas yang lambat. Dapat dianalisis bahwa kemungkinan terjadi peningkatan kekebalan tubuh serangga uji atau yang sering disebut resitensi serangga terhadap pestisida yang disemprotkan, sehingga pada perlakuan P4 tingkat mortalitas walang sangit baru mencapai 100% pada jam ke - 168. Setelah pertama aplikasi perstisida ternyata pada jam ke 12, 24 dan 36 keempat perlakuan (P1, P2, P3, P4) berbeda dengan kontrol dimana keempat perlakuan pada jam tersebut sudah ada walang sangit yang mati sedangkan pada kontrol belum ada walang sangit yang mati. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 B. Faktor-Faktor Penyebab Mortalitas Walang Sangit 80 70 Mortalitas (%) 60 50 40 30 20 10 0 0 15 30 45 60 Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (%) Gambar 4.1 : Diagram Hubungan Antara Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Mortalitas Walang Sangit Dilihat dari gambar 4.1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat mortalitas walang sangit antara tiap perlakuan. Secara keseluruhan rata-rata persentase mortalitas walang sangit pada P0 sebesar 4,90%, perlakuan P1 sebesar 71,18 %, perlakuan P2 sebesar 73,33%, perlakuan P3 sebesar 62,16 % dan perlakuan P4 sebesar 69,22%. Diagram di atas menunjukkan bahwa tingkat mortalitas walang sangit pada setiap perlakuan tidak berbanding lurus dengan tingkat konsentrasi ekstrak daun sirsak. Perbedaan tingkat mortalitas dapat dipengaruhi oleh banyak faktor baik itu faktor internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya siklus hidup walang sangit, sedangkan faktor eksternal antara lain kandungan metabolisme sekunder ekstrak daun sirsak (A. muricata L.), waktu aplikasi ekstrak daun sirsak, tata letak, efek penyemprotan dan arah angin. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 Pada kontrol tingkat mortalitas walang sangit paling rendah jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak diberikan ekstrak daun sirsak sehingga mortalitas yang terjadi tidak dipengaruhi oleh pestisida sedangkan pada perlakuan lainnya dapat dipengaruhi oleh pemberian ekstrak daun sirsak. Pemberian ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) pada perlakuan (P1, P2, P3, P4) menghasilkan tingkat mortalitas walang sangit yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. 1. Kandungan Ekstrak Daun Sirsak Tingkat mortalitas pada tiap perlakuan akibat berikannya ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) ini dapat disebabkan adanya kandungan metabolisme sekunder pada daun sirsak (A. muricata L.) yang dapat menyebabkan mortalitas walang sangit. Hal ini dipengaruhi adanya senyawa aktif dalam ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) yang disemprotkan pada walang sangit dimana bertindak sebagai insektisida. Menurut Robinson, (1995) dalam Adri dan Wikanastri (2013) kandungan senyawa yang terdapat dalam daun sirsak (Annona muricata L.) antara lain steroid atau terpenoid, flavonoid, kumarin, alkaloid, dan tanin. Menurut Yenie, E.et al., (2013) tanin diproduksi oleh tanaman, berfungsi sebagai substansi perlindungan dalam jaringan maupun luar jaringan. Selain itu juga tanin bekerja sebagai zat astrigent yang dapat menyusutkan jaringan dan menutup struktur protein pada kulit dan mukosa. Kandungan tersebut dapat mengakibatkan mortalitas walang sangit. Walang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI sangit yang melakukan kontak langsung 54 dengan ekstrak daun sirsak menyebabkan kandungan metabolisme sekunder berupa tanin masuk ke dalam dinding tubuh walang sangit sehingga tanin yang ada dalam daun sirsak akan menyusutkan jaringan dan menutup struktur protein pada kulit dan mukosa yang mengakibatkan walang sangit mati. Menurut Yenie, E.et al., (2013) kandungan saponin juga bekerja menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus menjadi korosif dan akhirnya rusak. Jika walang sangit makan padi yang telah semprotkan ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) maka kandungan saponin juga ikut masuk dalam sistem pencernaan walang sangit. Sehingga kandungan saponin yang ada pada ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) ini dapat menyebabkan mortalitas pada walang sangit karena selaput mukosa traktus digestivus telah rusak. Selain itu juga menurut Mulyaman, dkk (2000) dalam Tenrirawe (2011) mengatakan bahwa daun sirsak mengandung senyawa acetogenin antara lain acimicin, bulatacin dan squamocin. Pada konsentrasi tinggi senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedant. Dalam hal ini serangga hama tidak lagi memakan bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang mengakibatkan serangga hama menjadi mati. Dilihat dari peningkatan mortalitas walang sangit tidak berbanding lurus dengan tingkat konsentrasi ekstrak daun sirsak (A. muricata L.). Namun berdasarkan kandungannya, daun sirsak yang bersifat antifeedant dan racun perut ini dapat terlihat dari konsentrasi ekstrak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 daun sirsak (A. muricata L.) pada setiap perlakuan dengan tingkat mortalitas walang sangit. Pada perlakuan P1 (15%) dan P2 (30%) tingkat mortalitasnya tidak jauh berbeda dimana P1 (71,18 %) dan P2 (73,33%) sedangkan pada konsentrasi tinggi tingkat mortalitas walang sangit pada perlakuan P3 (62,16 %) dan P4 (69,22%). Dilihat dari hasil mortalitas pada setiap perlakuan diketahui bahwa pada konsentrasi rendah tingkat mortalitas walang sangit jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi tinggi. Melihat hal tersebut ternyata ekstrak daun sirsak lebih efektif membunuh walang sangit pada konsentrasi rendah yang bersifat racun perut dibandingkan pada konsentrasi tinggi yang bersifat antifeedant. Perlakuan P2 memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Melihat hal tersebut perlakuan P4 seharusnya mempunyai tingkat mortalitasnya yang lebih tinggi karena perlakuan P4 tingkat konsentrasi ekstrak daun sirsak lebih tinggi. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh efek masing-masing perlakuan. Ekstrak dengan konsentrasi tinggi mempengaruhi secara langsung dalam arti bahwa jika semprotan mengenai secara langsung pada walang sangit maka efek yang ditimbulkan mempengaruhi daya makan karena bersifat antifeedant. Walang sangit dengan daya tahan tubuh kuat kemungkinan akan bertahan hidup lebih lama sebaliknya walang sangit dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih cepat mati. Hal ini dapat terjadi karena walang sangit yang digunakan sebagai sampel penelitian diadaptasikan selama 5 hari sebelum aplikasi ekstrak daun sirsak sehingga daya adaptasi walang sangit cukup tinggi terhadap perubahan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 lingkungannya. Sedangkan perlakuan dengan konsentrasi rendah lebih bersifat racun perut dan tidak berdampak langsung terhadap kematian walang sangit. Ekstrak yang disemprotkan ke tanaman akan diserap oleh jaringan tumbuhan dan residu pestisida akan diedarkan ke semua organ tanaman. Jika walang sangit memakan bagian organ tanaman padi yang sudah ada senyawa metabolisme sekunder yang bertindak sebagai pestisida mengakibatkan walang sangit akan mati. Walang sangit yang memakan bulir padi dengan cara mengisap cairan bulir padi menyebabkan walang sangit mengalami keracunan dan mati. Dikarenakan aplikasi ekstrak dilakukan setiap hari sehingga semakin banyak ekstrak yang diserap jaringan tumbuhan, memungkinkan walang sangit yang memakan akan lebih cepat mengalami kematian. 2. Waktu aplikasi ekstrak daun sirsak Mortalitas walang sangit juga dapat dipengaruhi oleh waktu aplikasi pestisida dimana dilakukan pada pagi hari. Efek aplikasi ekstrak daun sirsak terdapat dua kemungkinan efek yakni efek langsung karena kontak langsung dan efek tidak langsung akibat kontak tidak langsung. Efek tidak langsung akibat kontak tidak langsung ini bisa meninggalkan residu dibagian organ tanaman padi yang terkena semprotan ekstrak daun sirsak. Bagian organ tanaman padi antara lain batang, daun dan akar. Semua organ tanaman terdapat stomata namun pada daun jumlah stomatanya lebih banyak. Pada daun tanaman padi terdapat banyak stomata yang dapat menjadi tempat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 masuknya metabolisme sekunder yang bertindak sebagai pestisida. Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh Wilkins (1991) dalam Haryanti dan Tetrinica (2009) stomata ditemukan pada sebagian besar permukaan tanaman misalnya daun, batang dan akar tetapi jumlah stomata yang banyak terdapat pada daun. Organ tanaman padi yang terkena semprotan ekstrak daun sirsak baik pada buah, daun dan batang, memungkinkan stomata yang ada pada batang dan daun tanaman menjadi tempat masuknya metabolisme sekunder yang bertindak sebagai pestisida sehingga residu pestisida akan tertinggal pada tanaman padi. Residu pestisida yang tertinggal dalam tanaman akan diedarkan ke semua bagian tanaman bersamanan proses metabolisme tumbuhan yakni transpirasi dan fotosintesis. Sehingga memungkinkan semua organ tamanan padi mengandung senyawa metabolisme sekunder yang bertindak sebagai pestisida. Hal inilah yang membuat walang sangit mati karena memakan buah padi yang mungkin sudah ada kandungan metabolisme sekunder yang bertindak sebagai pestisida. Hal ini didukung oleh Salisbury dan Ross, 1995; Taiz dan Zeiger, 2002; Hopkins, 2004; Fatonah, et al., 2013 permukaan stomata berkaitan dengan proses metabolisme tumbuhan yaitu transpirasi dan fotosintesis. Stomata berperan dalam difusi CO2 pada proses fotosintesis. Selain itu stomata juga berfungsi sebagai pintu keluarnya cairan dari dalam proses transpirasi. Aplikasi ekstrak daun sirsak juga dilakukan pada pagi hari dimana stomata sedang terbuka sehingga ekstrak daun sirsak yang mengenai organ tanaman padi langsung masuk melalui stomata. Senyawa metabolisme PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 sekunder yang ada pada ekstrak daun sirsak akan masuk dalam organ tanaman melalui stomata. Sehingga senyawa metabolisme sekunder yang bertindak sebagai pestisida akan diedarkan ke semua bagian tanaman. Hal inilah yang membuat walang sangit mati jika memakan bagian tanaman padi. Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh Moenandir, 1990; Setyowati, 2015; Fatonah, et al., 2013 penyemprotan pestisida lebih efektif dilakukan pada daun saat stomata membuka maksimal, sehingga pestisida yang terlarut dalam air akan lebih mudah masuk. Maka pestisida akan lebih cepat ditranslokasikan ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Didukung oleh (Taiz dan Zeiger, 2002; Hopkins, 2004; Fatonah, at al., 2013) pada pagi hari stomata akan mulai membuka lebar karena intensitas cahaya dan temperatur yang tidak terlalu tinggi serta kelembaban yang cukup menyebabkan tugor sel penjaga meningkat. Namun pada saat siang hari, stomata menutup karena tingginya intensitas cahaya dan temperatur serta penguapan air yang berlebihan. Hal ini juga yang menjadi alasan pada perlakuan P2 tingkat mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan P4. Karena perlakuan P2 memiliki sifat racun perut sedangkan pada perlakuan P4 bersifat antifeedant. Pada perlakuan P4 senyawa metabolisme sekunder yang ada pada ekstrak daun sirsak akan bertindak sebagai antifeedant jika ekstrak daun sirsak yang disemprotkan kontak langsung dengan walang sangit. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 3. Siklus Hidup Walang Sangit Secara garis besar walang sangit memiliki siklus hidup yang meliputi telur, nimfa dan imago. Penelitian ini menggunakan walang sangit pada tahap imago. Dalam hasil pengamatan baik saat proses adaptasi maupun saat setelah melakukan proses pengujian ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) pada hama walang sangit ditemukan adanya walang sangit yang sedang kawin. Hasil pengamatan tersebut dapat ditemukan pada setiap perlakuan dan pengulangan. Kontrol lebih banyak menghasilkan telur dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada kontrol telur yang dihasilkan sekitar 8-15 butir sedangkan pada perlakuan lainnya sekitar 3-6 butir. Sehingga walang sangit yang menetas jauh lebih banyak pada kontrol dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Telur walang sangit diletakkan pada daun padi di sepanjang ibu tulang daun. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan (Pracaya, 2008) telur walang sangit berwarna hitam kecoklat-coklatan yang diletakkan dalam barisan di permukaan atas daun padi. Jumlah telur pada setiap kelompok kira-kira 10-20 butir. Perbedaan antara hasil telur yang dihasilkan pada kontrol dan yang ada perlakuan ini bisa dipengaruhi oleh ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) yang disemprotkan. Rendahnya telur yang dihasilkan oleh walang sangit dapat dipengaruhi oleh pemberian ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) yang dapat menghambat perkembangan walang sangit. Terjadinya perkawinan dalam setiap perlakuan dan pengulangannya ini menandakan bahwa walang sangit yang diuji sudah beradaptasi dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 tempatnya yang baru. Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi walang sangit untuk berkembangbiak. 4. Hubungan Antara Waktu Terhadap Tingkat Mortalitas Walang Sangit 120 Mortalitas (%) 100 80 P0 60 P1 P2 40 P3 P4 20 0 24 48 72 96 120 144 168 192 Waktu Gambar 4.2 : Diagram Hubungan Antara Waktu Terhadap Tingkat Mortalitas Pada gambar 4.2 menunjukkan tingkat mortalitas setiap 24 jam atau setiap 1 hari masa pengamatan. Aplikasi pestisida berlangsung selama 8 hari. Gambar 4.2 menujukkan bahwa lamanya perlakuan juga berpengaruh pada tingkat mortalitas walang sangit. Secara keseluruhan terlihat bahwa setiap hari pengamatan terdapat peningkatan mortalitas walang sangit. Berbeda dengan kontrol yang baru terlihat adanya mortalitas walang sangit pada jam ke-48 (hari ke-2) dan pada jam ke-72 (hari ke-3). Selanjutnya hingga jam ke- PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 192 (hari ke-8) tingkat mortalitas walang sangit tidak mengalami peningkatan. Pada keempat perlakuan tingkat mortalitas walang sangit pada setiap perlakuannya mengalami peningkatan yang berbeda-beda. Dapat dilihat bahwa pada perlakuan P1 pada hari pertama dan kedua terlihat bahwa tingkat mortalitas walang sangit jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya namun pada hari ketiga sampai hari keenam perlakuan P1 tetap mengalami peningkatan namun perlakuan P2 jauh lebih tinggi. Perlakuan P2 setiap harinya juga mengalami peningkatan namun pada hari pertama dan hari kedua tingkat mortalitasnya tidak setinggi pada perlakuan P1 namun pada hari ketiga sampai hari kelima tingkat mortalitas lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan P2 juga merupakan perlakuan yang tingkat mortalitas walang sangit yang pada hari kelima telah mencapai 100% sedangkan perlakuan lainnya hari keenam dan ketujuh baru mencapai 100%. Perlakuan P3 tingkat mortalitas walang sangit pada hari pertama terlihat rendah dibandingkan perlakuan lainya namun setiap harinya terus mengalami peningkatan. Begitu juga pada perlakuan P4 pada hari pertama sampai hari kelima mengalami peningkatan namun pada hari keenam tidak mengalami peningkatan dan pada hari ketujuh baru mengalami peningkatan lagi mencapai 100%. Pada hari ketujuh keempat perlakuan (P1, P2, P3, P4) tingkat mortalitas walang sangit sudah mencapai 100%. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 C. Perhitungan Statistik Pengujian statistik pada data yang diperoleh pada pengamatan mengenai pengaruh ekstrak daun sirsak terhadap mortalitas walang sangit menggunakan uji anova single factor dengan gambaran sebagai berikut: Tabel 4.2 : Anova Single Factor Source of SS df Variation Between 57018,22 4 135230,84 84 Groups Total MS F P-value F crit 14254,56 14,58 5,49 2,48 Berdasarkan hasil perhitungan statistik menggunakan uji anova satu faktor yang dapat dilihat pada tabel 4.2 yang menunjukkan bahwa nilai F hitung (14,58) > F tabel (2,48) untuk level signifikan 0,05. Karena F hitung lebih besar dari F tabel maka Ho di tolak dan Hi diterima yang berarti terdapat pengaruh permberian ekstrak terhadap mortalitas walang sangit yang berbeda secara nyata. Bila Ho di tolak dan Hi diterima berarti kelima kelompok mean berbeda. Untuk mengetahui kelompok mean mana yang berbeda, dilanjutkan dengan menghitung perbandingan mean tiap perlakuan. Perbandingan mean setiap perlakuan dihitung menggunakan critical differances (CD). Hasil perhitungan CD diperoleh 21,29. Selanjutnya mean tiap perlakuan dibandingkan dan jika terdapat perbedaan 2 mean ≥ CD maka signifikan (Suparno, 2011). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tabel 4.3 : Perbandingan Mean Tiap Perlakuan Means P0 P1 P2 P3 P4 P0 0 66,28 68,43 57,26 64,32 P1 66,28 0 2,15 -9,02 -1,96 P2 68,43 2,15 0 -11,17 -4,11 P3 57,26 9,02 11,17 0 7,06 P4 64,32 1,96 4,11 -7,06 0 63 Berdasarkan tabel diatas terdapat 4 mean lebih besar dari CD. Keempat mean tersebut adalah perbandingan mean pada perlakuan (P1, P2, P3, P4) terhadap kontrol. Dari keempat mean tersebut nilai perbandingan mean yang paling besar terdapat pada perlakuan P2 (68,43). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlakuan P2 memberikan pengaruh paling berbeda dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Data di atas juga dapat menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan tidak memberikan hasil yang berbeda karena mean tiap perlakuan hanya berbeda terhadap kontrol. Tingkat mortalitas walang sangit pada kontrol paling kecil (4,9 %) sedangkan pada perlakuan yang menggunakan ekstrak daun sirsak tingkat mortalitas walang sangit sekitar 62,16 % - 73, 33 %. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun sirsak sungguh memberikan pengaruh yang nyata terhadap kematian walang sangit. Sedangkan pada kontrol, tidak diberikan perlakuan apa-apa sehingga mortalitasnya lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 D. Aplikasi Hasil Penelitian Terhadap Dunia Pendidikan Hasil penelitian uji efektivitas ekstrak daun sirsak (Annona muricata L) sebagai pestisida alami terhadap mortalitas hama walang sangit (Leptocorisa acuta Thunberg) dapat menjadi bahan pengetahuan baru dalam dunia pendidikan. Berbagai aspek dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X pada Bab mengenai hakekat ilmu biologi. Konten dari hakekat ilmu biologi diantaranya ragam permasalahan biologi dan metode ilmiah. Aplikasi dalam materi hakekat ilmu biologi adalah dengan mempelajari tentang metode ilmiah. Isu-isu yang dapat digali menggunakan pendekatan metode ilmiah berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan dapat berupa isu lingkungan mengenai akibat penggunaan pestisida kimia dan pemanfaatan tumbuhan di lingkungan sekitar sebagai pestisida organik. Pembelajaran akan dirancang agar siswa dapat melakukan percobaan berkaitan dengan pemanfaatan tumbuhan di lingkungan sekitar yang dapat digunakan sebagai pestisida terhadap mortalitas hama tumbuhan. Tugas kelompok dapat berupa proyek terkait suatu design penelitian eksperimen yang telah dirancang. Dalam penelitian ini diharapkan siswa mendapat gambaran atau pengetahuan terkait pemanfaatan tumbuhan sebagai pestisida alami untuk menanggulangi hama pada tanaman. Output yang diharapkan juga dapat berupa laporan penelitian yang juga memungkinkan untuk dijadikan jurnal yang bermanfaat sebagai bahan literatur siswa maupun masyarakat terkait pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pestisida alami. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 Acuan kurikulum yang digunakan dalam desain pembelajaran terkait penelitian yang dilakukan menggunakan kurikulum 2013. Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan adalah: KD 3.2 : Mengidentifikasi ruang lingkup biologi berdasarkan objek dan permasalahannya pada berbagai tingkat organisasi kehidupan. KD 4.2 : Membuat desain penelitian tentang suatu objek biologi dan permasalahannya pada tingkat organisasi kehidupan tertentu (lihat lampiran ). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) memiliki pengaruh nyata terhadap mortalitas walang sangit. 2. Penggunaan ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) yang lebih efektif untuk mortalitas walang sangit yakni pada perlakuan P2 konsentrasi 30%. B. Saran 1. Uji efektifitas ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) sebaiknya diaplikasikan pada semua stadia walang sangit agar dapat membandingkan tingkat mortalitas yang paling cepat terdapat pada stadia yang mana antara telur, nimfa atau imago. 2. Uji efektifitas ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) pada hama walang sangit sebaiknya menggunakan berbagai varietas tanaman padi, untuk melihat apakah ada pengaruh varietas padi terhadap mortalitas walang sangit. 3. Untuk mengetahui senyawa dari daun sirsak ( Annona muricata L.) yang paling aktif sebaiknya mengambil senyawa khusus metabolisme 66 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 sekunder untuk dijadikan bahan pestisida yang akan diujikan pada hama walang sangit. 4. Uji efektifitas ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) sebaiknya membandingkan perlakuan fermentasi dan tidak fermentasi pada walang sangit, agar dapat mengetahui perlakuan mana yang paling baik menyebabkan mortalitas walang sangit. 5. Uji efektifitas ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) sebagai pestisida alami pada walang sangit sebaiknya dilakukan dengan membandingkan waktu aplikasi penyemprotan yakni pada pagi dan sore hari. 6. Daun sirsak yang digunakan sebaiknya diambil dari daun sirsak yang muda karena kandungan metabolisme sekundernya lebih banyak dibandingkan daun sirsak yang tua. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Adri, D. dan Wikanastri, H., 2013, Aktivitas Antioksidan dan Sifat Organoleptik Teh Daun Sirsak (Annona muricata L.) Berdasarkan Variasi Lama Pengeringan, Jurnal Pangan dan Gizi, 4 (7). Ajad, A., 2015, Toksisitas Ekstrak Daun sirsak ( Annona muricata L.) terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoftera litura F.), Dalam http: www. academia. edu/6193716/ Toksisitas Ekstrak Daun sirsak (Annona muricata) terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoftera litura F), Diakses pada tanggal 28 Maret 2015. Asmaliyah, et al., 2010, Pengendalian Tumbuhan Penghasil Pestisida dan Pemanfaatannya secara Tradisional. ISBN : 978-602-98588-0-8. Djojosumarto, P., 2008, Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian, Kanisius, Yogyakarta. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012, Pedoman Penggunaan Insectisida (Pestisida) dalam Pengendalian Vektor, 632.95 ind p. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Effendy, Robby, S., Abdullah, S., Abdul, M., 2010, Jamur Entopatogen Asal Tanah Lebak di Sumatra Selatan dan Potensinya sebagai Agens Hayati Walang Sangit, J.HPT Tropika, 10 (2), 154-161. Fatonah, S., Dwijowati, A., Desi, M., Dyah, I., 2013, Penentuan Waktu Pembukaan Stomata Pada Gulma Melastomata malabathricum L. Di Perkebunan Gambir Kampar, Riau, Biospecies, 6 (2), 15-22. Haryanti,S., dan Tetrinica, M., 2009, Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai (Glycine max L.)Pada Pagi Hari dan Sore, Bioma, 10 (1), 11-16. Kartoharjono, A., Denan, K., Tatang, S., 2009, Hama Padi Potensial dan Pengendaliannya, Balai Besar Penelitian Padi, (416-422). Mardiana, L. dan Juwita R., 2014, Ramuan Khasiat Sirsak, Penebar Swadaya, Jakarta. Matnawy, H., 1989, Perlindungan Tanaman, Kanisius, Yogyakarta. Pracaya, 2008, Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara Organik, Kanisius, Yogyakarta . 68 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69 Purwatresana, E., 2012, Aktifitas Anti Diabetes Ekstrak Air dan Etanol Daun Sirsak Secara In Vitro melalui Inhibisi Enzim α Glukosidase, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rahmawati, R., 2012, Cepat dan Tepat Berantas Hama dan Penyakit Tanaman, Pustaka Baru Press, Yogyakarta. Ruliansyah, A., Wawan, R., Asep, J., 2009, Efikasi Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Anonna muricata L.) Terhadap Jentik Nyamuk Culex quinquefasciatus, Aspirator, 1 (1), 46-50. Santi, S., 2011, Senyawa Antimakan Triterpenoid Aldehid dalam Biji Sirsak (Annona muricata L.), Jurnal Kimia, 5 (2), 163-168. Suranto, A., 2011, Dahsyatnya Sirsak Tumpas Penyakit, Pustaka Bunda, Jakarta. Sunarjono, H., 2004, Berkebun 21 Jenis Tanamn Buah, Penebar Swadaya, Jakarta. Sunarjono, H., 2013, Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah, Penebar Swadaya, Jakarta. Suparno, P., 2011, Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tenrirawe, A., 2011, Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L) terhadap Mortalitas Larva (Helicoverpa armigera H) pada Jagung, Balai Penelitian Tanaman Serealis, 521-529. Tohir, A. M., 2010, Teknik Ekstraksi dan Aplikasi beberapa Pestisida Nabati untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr.), Buletin Teknik Pertanian, 15 (1), 37- 40. Wullur, A., et al., 2013, Identifikasi Alkoloid pada Daun Sirsak (Annona muricata L.), Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado, 54-56. Yenie, E., Shinta, E., Anggi, K., dan Muhammad, I., 2013, Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metode Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih, Jurnal Teknik Lingkungan UNAND, 10 (1) : 4659. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN Lampiran 1: Hasil Observasi Tabel 1: Tingkat Mortalitas Walang Sangit 12 Jam No. Jam 1 0 2 12 3 24 4 36 5 48 6 60 Replikasi I II III I II III I II III I II III I II III I II III Kontrol (P0) H M % 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 9 1 10 10 0 0 10 0 0 9 1 10 9 1 10 Tingkat Mortalitas Walang Sangit 15% (P1) 30% (P2) 45% (P3) H M % H M % H M % 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0 9 1 10 10 0 0 10 0 0 9 1 10 9 1 10 10 0 0 10 0 0 10 0 0 9 10 10 8 2 20 8 2 20 9 1 10 6 4 40 7 3 30 10 0 0 6 4 40 7 3 30 9 1 10 5 5 50 8 2 20 8 2 20 5 5 50 6 4 40 9 1 10 5 5 50 6 4 40 5 5 50 4 6 60 6 4 40 7 3 30 4 6 60 4 6 60 8 2 20 5 5 50 5 5 50 5 5 50 4 6 60 4 6 60 7 3 30 3 7 70 4 6 60 4 6 60 5 5 50 2 8 80 4 6 60 H 10 10 10 9 8 10 9 5 9 7 4 7 6 3 6 6 3 4 60% (P4) M % 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 10 5 50 1 10 3 30 6 60 3 30 4 40 7 70 4 40 4 40 7 70 6 40 70 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 72 8 84 9 96 10 108 11 120 12 132 13 144 14 156 15 168 I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III 10 9 9 10 9 9 10 9 9 10 9 9 10 9 9 10 9 9 10 9 9 10 9 9 10 9 9 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 10 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10 4 3 4 4 3 2 3 1 0 2 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 7 6 6 7 8 7 9 10 8 9 10 9 10 10 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 60 70 60 60 70 80 70 90 100 80 90 100 90 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 2 2 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 8 8 9 10 9 9 10 10 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 80 80 80 90 100 90 90 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 6 3 4 6 2 3 6 1 3 6 1 2 3 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 7 6 4 8 7 4 9 7 4 9 8 7 9 9 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 40 70 60 40 80 70 40 90 70 40 90 80 70 90 90 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 4 1 4 3 0 4 3 0 2 1 0 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 0 1 0 0 0 6 9 6 7 10 6 7 10 8 9 10 8 10 10 8 10 10 8 10 10 8 10 10 9 10 10 10 60 90 60 70 100 60 70 100 80 90 100 80 100 100 80 100 100 80 100 100 80 100 100 90 100 100 100 71 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 180 17 192 I II III I II III 10 9 9 10 9 9 0 1 1 0 1 1 0 10 10 0 10 10 0 0 0 0 0 0 10 10 10 10 10 10 100 100 100 100 100 100 0 0 0 0 0 0 10 10 10 10 10 10 100 100 100 100 100 100 0 0 0 0 0 0 10 10 10 10 10 10 100 100 100 100 100 100 0 0 0 0 0 0 10 10 10 10 10 10 100 100 100 100 100 100 Keterangan : H = Walang sangit yang hidup M = Walang sangit yang mati % = Persentase walang sagit yang mati 72 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tabel 2 : Persentase Mortalitas Walang Sangit pada Setiap Pengulangan Tingkat Mortalitas No. Jam Kontrol (P0) 15% (P1) 30% (P2) I II III I II III I II III 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 12 0 0 0 10 10 0 0 10 0 3 24 0 0 0 20 40 40 20 30 30 4 36 0 0 0 50 50 50 20 40 40 5 48 0 10 0 60 60 50 40 60 50 6 60 0 10 10 60 70 50 60 60 80 7 72 0 10 10 60 70 60 80 80 80 8 84 0 10 10 60 70 80 90 100 90 9 96 0 10 10 70 90 100 90 100 100 10 108 0 10 10 80 90 100 90 100 100 11 120 0 10 10 90 100 100 100 100 100 12 132 0 10 10 90 100 100 100 100 100 13 144 0 10 10 100 100 100 100 100 100 14 156 0 10 10 100 100 100 100 100 100 15 168 0 10 10 100 100 100 100 100 100 16 180 0 10 10 100 100 100 100 100 100 17 192 0 10 10 100 100 100 100 100 100 0 130 120 1150 1250 1230 1190 1280 1270 Jumlah Rata-rata 0 7,65 7,06 67,65 73,53 72,35 70,00 75,29 74,71 I 0 0 10 20 30 30 40 40 40 40 70 90 100 100 100 100 100 910 53,53 45% (P3) II 0 0 0 10 20 60 70 80 90 90 90 100 100 100 100 100 100 1110 65,29 III 0 10 10 50 50 60 60 70 70 80 90 100 100 100 100 100 100 1150 67,65 I 0 10 10 30 40 40 60 70 70 90 100 100 100 100 100 100 100 1120 65,88 60% (P4) II 0 20 50 60 70 70 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1360 80,00 III 0 0 10 30 40 60 60 60 80 80 80 80 80 90 100 100 100 1050 61,76 73 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 Tabel 3 : pH Ekstrak Daun Sirsak pada Beberapa Tingkat Pengenceran Pembuatan Ekstrak pH Ekstrak Daun Sirsak No. Daun Sirsak 15% 30% 45% 60% 100% 1 I 6,9 6,7 6,4 6,2 6,1 2 II 6,9 6,7 6,4 6,2 6,1 3 III 6,6 6,5 6,4 6,2 6,1 4 IV 6,9 6,7 6,5 6,4 6,3 5 V 6, 9 6,7 6,6 6,4 6,3 6 VI 6,6 6,5 6,4 6,3 6,0 7 VII 6,8 6,5 6,4 6,3 6,1 8 VIII 6,6 6,5 6,3 6,2 6,1 Jumlah 47,3 52,8 51,4 50,2 49,1 Rata-rata 6,8 6,6 6,4 6,3 6,1 Tabel 4 : Suhu pada Setiap 12 Jam Jam Rata-Rata Persentase Tingkat No . Suhu ( °C ) keMortalitas 1 0 26 0 2 12 28 4,666 3 24 26 13,332 4 36 27 12,002 5 48 26 8,668 6 60 28* 9,334 7 72 25 7,332 8 84 26* 6,668 9 96 24 6 10 108 29* 2,666 11 120 26 5,332 12 132 28* 2,666 13 144 23 1,332 14 156 28* 0,666 15 186 26 0,666 16 180 29* 0 17 192 23 0 o Keterangan : (*) pada siang harinya suhu ≥ 40 C Keterangan Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi pH Air 7,2 7,2 7,0 7,0 7,2 7,0 7,2 7 56,8 7,1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 Tabel 5 : Hubungan Antara pH dengan Mortalitas Walang Sangit No. Perlakuan (%) Ph Mortalitas (%) 1 15 6,8 71,18 2 30 6,6 73,33 3 45 6,4 62,16 4 60 6,3 69,22 Tabel 6 : Hubungan Antara Tingkat Konsentrasi Terhadap Tingkat Mortalitas No. Perlakuan (%) Mortalitas (%) 1 15 71,18 2 30 73,33 3 45 62,16 4 60 69,22 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 Lampiran 2: Hasil Perhitungan Statistik 1. Normalitas Perlakuan P0 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testc Mortalitas N 17 a,,b Normal Parameters Most Differences Mean 4.9041 Std. Deviation 2.91654 Extreme Absolute .433 Positive .272 Negative -.433 Kolmogorov-Smirnov Z 1.787 Asymp. Sig. (2-tailed) .003 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. perlakuan = P0 Perlakuan P1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testc Mortalitas N 17 a,,b Normal Parameters Most Differences Mean 71.1771 Std. Deviation 33.12332 Extreme Absolute .209 Positive .192 Negative -.209 Kolmogorov-Smirnov Z .863 Asymp. Sig. (2-tailed) .445 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. perlakuan = P1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 Perlakuan P2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testc Mortalitas N 17 a,,b Normal Parameters Most Differences Mean 73.3335 Std. Deviation 36.36285 Extreme Absolute .297 Positive .232 Negative -.297 Kolmogorov-Smirnov Z 1.225 Asymp. Sig. (2-tailed) .100 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. perlakuan = P2 Perlakuan P3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testc Mortalitas N 17 a,,b Normal Parameters Most Differences Mean 62.1571 Std. Deviation 36.70346 Extreme Absolute .179 Positive .151 Negative -.179 Kolmogorov-Smirnov Z .740 Asymp. Sig. (2-tailed) .644 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. perlakuan = P3 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78 Perlakuan P4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testc Mortalitas N 17 Normal Parametersa,,b Most Differences Mean 69.2153 Std. Deviation 33.36507 Extreme Absolute .204 Positive .178 Negative -.204 Kolmogorov-Smirnov Z .841 Asymp. Sig. (2-tailed) .479 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. perlakuan = P4 2. Anova single factor SUMMARY Groups Count Sum Average Variance Column 1 17 Column 2 17 1210,01 71,17706 1097,154 Column 3 17 1246,67 73,33353 1322,257 Column 4 17 1056,67 62,15706 1347,144 Column 5 17 1176,66 69,21529 1113,228 Source of Variation Between Groups Total 83,37 4,904118 8,506213 SS df MS F P-value F crit 57018,22 4 14254,56 14,58 5,49 2,48 135230,84 84 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79 3. Critical Differences (CD) Hasil Perhitungan critical differences (CD) CD =(√ t ) (√ =(√ ) (√ = (√ ) (√ ) ) ) = 2,81 x 7,58 = 21,29 Perbandingan Mean Tiap Perlakuan Means P0 P1 P2 P3 P4 P0 0 66,28 68,43 57,26 64,32 P1 66,28 0 2,15 -9,02 -1,96 P2 68,43 2,15 0 -11,17 -4,11 P3 57,26 9,02 11,17 0 7,06 P4 64,32 1,96 4,11 -7,06 0 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80 Lampiran 3: Dokumentasi Penelitian Gambar 1 : Denah Penelitian P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P0 P3 P0 P4 P0 KET. : Kontrol (P0) : Perlakuan P1 (15 ml Ekstrak daun sirsak + 85 ml air) : Perlakuan P2 (30 ml Ekstrak daun sirsak + 70 ml air) : Perlakuan P3 (45 ml Ekstrak daun sirsak + 55 ml air) : Perlakuan P4 (60 ml Ekstrak daun sirsak + 40 ml air) Gambar 2 : Daun Sirsak P4 P4 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81 Gambar 3 : Ekstrak Daun Sirsak (a) (b) Gambar 4 : Proses Pembuatan Ekstrak Daun Sirsak (a) Penimbangan daun sirsak, (b) Penyaringan ekstrak daun sirsak. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82 ( a) (c) (b) (d) Gambar 5 : Proses Pengenceran Ekstrak Daun Sirsak (a) Ekstrak daun sirsak 100%, (b) Penuangan ekstrak daun sirsak pada gelas ukur, (c) Ekstrak daun sirsak 60 ml, (d) Ekstrak daun sirsak 60 ml + 40 ml air. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83 Gambar 6 : Tempat Aplikasi Pestisida Terhadap Mortalitas Walang Sangit (a) (b) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84 (c) (d) Gambar 7 : Aktivitas Walang Sangit (a) Walang sangit yang bertengger di paranet hitam, (b) Walang sangit yang bertengger di daun tanaman padi, (c) Walang sangit yang bertengger di paranet putih,( d) Walang sangit yang berkumpul di sudut ruangan. Gambar 8 : Telur Walang Sangit Pada Ruangan Kontrol PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85 (a) (b) (c) (d) Gambar 9 : Reaksi Aplikasi Pestisida (a) Walang sangit yang sudah mati dan jatuh ke pot dan tanah, (b) Walang sangit yang baru mati jatuh ke tanah, (c) Walang sangit yang mati dan mengambang di air, (d) Walang sangit yang mati dan menempel daun padi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86 Lampiran 4: Silabus SILABUS MATA PELAJARAN BIOLOGI Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester : X/1 Kompetensi Inti : KI.1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI.2 : Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI.3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI.4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN POKOK PENILAIAN ALOKASI WAKTU MEDIA, ALAT BAHAN 1. Ruang Lingkup Biologi, Kerja Ilmiah dan Keselamatan Ilmiah, Serta Karir Berbasis Biologi 1.1. 1.2. Mengagumi Ruang lingkup Mengamati Tugas 2 minggu keteraturan dan biologi: Laporan tertulis x 3JP kompleksitas ciptaan Permasalahan Mengamati kehidupan Laboratorium biologi dan masa kini yang berkaitan tentang sarananya Tuhan tentang biologi pada dengan biologi seperti ilmu permasalahan (peralatan keanekaragaman berbagai objek kedokteran, gizi, biologi dan yang akan hayati, ekosistem dan biologi, dan lingkungan, makanan, cabang-cabang dipakai lingkungan hidup. tingkat penyakit dll di mana semua biologi, serta selama satu Menyadari dan organisasi berhubungan dengan aspek kerja tahun ajaran). mengagumi pola pikir kehidupan. biologi . ilmiah dan ilmiah dalam Cabang-cabang keselamatan Buku panduan kemampuan 87 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1.3. mengamati bioproses. ilmu dalam Menanya Peka dan peduli biologi dan terhadap permasalahan kaitannya kegiatan tersebut dengan Observasi lingkungan hidup, dengan biologi? Sikap ilmiah menjaga dan pengembangan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi 2.1. kerja. kerja lab dalam satu Apakah kaitan kegiatan- tahun (LKS). Artikel Apakah Biologi, apa yang saat mengamati, ilmiah atau karir di masa dipelajari, agaimana melaporkan laporan depan. mempelajari biologi, apa secara lisan dan ilmiah metode ilmiah dan saat diskusi tentang Manfaat pengamalan ajaran mempelajari keselamatan kerja dan karir dengan lembar bagaimana agama yang dianutnya. biologi bagi diri berbasis biologi? pengamatan. ilmuwan Berperilaku ilmiah: sendiri dan teliti, tekun, jujur lingkungan, serta Portofolio (dibahas terhadap data dan masa depan Kompetensi tentang cara fakta, disiplin, peradapan bekerja kerja 88 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tanggung jawab, dan bangsa. Mengumpulkan data membuat ilmuwan, peduli dalam observasi Metode Ilmiah (Eksperimen atau laporan dari sikap dan eksperimen, berani Keselamatan Eksplorasi) format, isi perilaku, dan dan santun dalam Kerja. Melakukan pengamatan laporan, objek yang mengajukan terhadap permasalahan kesesuaian isi, diteliti). pertanyaan dan biologi pada objek biologi dan aspek berargumentasi, peduli dan tingkat organisasi komunikatif dan laporan lingkungan, gotong kehidupan di alam dan berbahasa. tertulis royong, bekerjasama, membuat laporannya. cinta damai, Contoh Daftar Melakukan studi literatur Tes peralatan di berpendapat secara tentangcabang-cabang Tertulis membuat lab biologi. ilmiah dan kritis, biologi, obyek biologi, bagan atau skema Lembar tata responsif dan proaktif permasalahan biologi dan tentang ruang dalam dalam setiap tertib lingkup biologi, 89 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tindakan dan dalam profesi yang berbasis aspek kerja ilmiah keselamatan melakukan biologi (distimulir dengan dan keselamatan kerja pengamatan dan contoh-contoh dan kerja. laboratorium percobaan di dalam diperdalam dengan kelas/laboratorium penugasan atau PR). maupun di luar 2.2. Diskusi tentang kerja biologi. Lembar kesepakatan kelas/laboratorium. seorang peneliti biologi yang Peduli terhadap dengan menggunakan ditandatanga keselamatan diri dan metode ilmiah dalam ni bersama lingkungan dengan mengamati bioproses dan oleh setiap menerapkan prinsip melakukan percobaan siswa aspek keselamatan kerja saat dengan menentukan keselamatan melakukan kegiatan permasalahan, membuat kerja. pengamatan dan 90 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3.1. percobaan di hipotesis, merencanakan laboratorium dan di percobaan dengan lingkungan sekitar. menentukan variabel Memahami tentang percobaan, mengolah data ruang lingkup biologi pengamatan dan percobaan (permasalahan pada dan menampilkannya berbagai obyek biologi dalam tabel, grafik, skema, dan tingkat organisasi mengkomunikasikannya kehidupan), metode secara lisan dengan ilmiah dan prinsip berbagai media dan secara keselamatan kerja tulisan dengan format berdasarkan laporan ilmiah sederhana. pengamatan dalam Diskusi aspek-aspek kehidupan sehari-hari. 91 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI keselamatan kerja 4.1. Menyajikan data laboratorium biologi dan tentang objek dan menyepakati komitmen permasalahan biologi bersama untuk pada berbagai melaksanakan secara tingkatan organisasi tanggung jawab aspek kehidupan sesuai keselamatan kerja di lab. dengan metode ilmiah Mengamati contoh laporan dan memperhatikan hasil penelitian biologi aspek keselamatan dalam jurnal ilmiah kerja serta berbahasa Indonesia atau menyajikannya dalam Bahasa Inggris tentang bentuk laporan tertulis. komponen/format laporan . dan mengamati 92 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI komponennya dan mengaitkannya dengan ruang lingkup biologi sebagai mata pelajaran kelompok ilmu alam. Mengasosiasikan Mendiskusikan hasil-hasil pengamatan dan kegiatan tentang ruang lingkup biologi, cabang-cabang biologi, pengembangan karir dalam biologi, kerja ilmiah dan keselamatan 93 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kerja untuk membentuk/memperbaiki pemahaman tentang ruang lingkup biologi. Mengkomunikasikan Mengkomunikasikan secara lisan tentang ruang lingkup biologi, kerja ilmiah dan keselamatan kerja, serta rencana pengembangan karir masa depan berbasis biologi. 94 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95 Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : X MIA / I Alokasi Waktu : 3 X 45 Menit A. Kompetensi Inti KI.1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI.2 : Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI.3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96 KI.4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar KD 1.1 : Mengagumi, menjaga, melestarikan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang ruang lingkup, objek dan permasalahan Biologi menurut agama yang dianutnya. KD 2.1 : Berperilaku ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun di luar kelas. KD 3.2 : Mengidentifikasi ruang lingkup biologi berdasarkan objek dan permasalahannya pada berbagai tingkat organisasi kehidupan. KD 4.2 : Membuat desain penelitian tentang suatu objek biologi dan permasalahannya pada tingkat organisasi kehidupan tertentu. C. Indikator 1.1.1 : Mengagumi ruang lingkup, objek dan permasalahan biologi 2.1.1 : Berperilaku ilmiah dalam melakukan percobaan baik di dalam kelas maupun di luar kelas 2.1.2 : Bekerjasama dalam kelompok PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97 3.2.1 : Mengidentifikasi ruang lingkup biologi berdasarkan objek biologi dan permasalahan pada tingkat organisasi tertentu 3.2.2 :Menjelaskan langkah-langkah metode ilmiah dalam suatu eksperimen 4.2.1 :Membuat desain penelitian tentang objek biologi dan permasalahannya pada tingkat organisasi kehidupan 4.2.2 :Melakukan eksperimen biologi sederhana terkait objek, permasalahan dan prodak biologi dengan menyajikannya dalam bentuk fortofolio D. Tujuan 1.1.1.1 : Siswa dapat mengagumi ruang lingkup biologi, objek dan permaslahan biologi yang ada dilingkungan sekitar 2.1.1.1 : Melalui observasi lingkungan siswa dapat menjadi lebih proaktif 2.1.1.2 : Melalui persentasi siswa dapat bertanggungjawab 2.1.2.1 : Melalui diskusi kelompok siswa dapat mampu bekerja sama 3.2.1.1 : Melalui observasi lingkungan siswa mampu mengidentifikasi permasalahan biologi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan. 3.2.1.2 : Melalui video siswa mamahami permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. 3.2.2.1 : Setelah membaca literatur siswa mampu menjelaskan langkahlangkah metode ilmiah. 4.2.1.1 : Siswa dapat merancang desain penelitian dengan observasi lingkungan sekitar 4.2.2.1 : Siswa menyajikan hasil penelitian dalam bentuk portofolio. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98 E. Materi Pembelajaran Bab : Ruang Lingkup Biologi Sub bab : - Ragam Permasalahan Biologi - Metode Ilmiah F. Model Dan Metode Pembelajaran Pendekatan Pembelajaran : Saintifik Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif Metode Pembelajaran : Diskusi , Eksperimen G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I Kegiatan Stadia Kegiatan guru dan siswa (waktu ) Salam pembukaan dan ceking persiapan 1. Guru mengucapkan salam dan mencek kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran Pembukaan Melakukan (10 menit) apersepsi, pertanyaan menyampaikan - 2. Guru mengajukan suatu Bagaimana cara menjawab tujuaan dan masalah penelitian secara memotifasi siswa lebih terarah dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99 terencana? ( dengan metode ilmiah) - Apa itu metode ilmiah? - Sebutkan beberapa sikap ilmiah yang dibutukan dalam suatu penelitian? 3. Menyampaikan tujuan pembelajran yang akan dicapai 4. Membentuk kelompok (1 kelompok 4 orang ) Mengamati 5. Siswa melakukan observasi lingkungan sekitar sekolah (LKS). Menanya 6. Mengajukan pertanyan terkait langkah-langkah metode Inti ilmiah? ( 60 menit ) Mengumpulkan informasi, 7. Guru menjelaskan langkah metode ilmiah yang belum dipahami oleh siswa. 8. Membaca atau mengkaji buku sumber terkait metode ilmiah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100 dan penelitian eksperimen. Menalar dan Mencoba 9. Siswa membuat rancangan atau desain penelitian yang sederhana yang akan diteliti. Mengkomunikasikan 10. Mempersentasikan hasil diskusi Evaluasi 11. Melakukan evaluasi dengan meminta beberapa kelompok mempersentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya Penghargaan 12. Memberikan apresiasi kepada kelompok yang maju persentasi 13. Guru mengajukan suatu pertanya kepada siswa; - Sebutkan variabel bebas Penutup dan variabel terikat pada ( 20 menit ) judul berikut “Uji Efektivitas Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Sebagai Bahan Pestisida Organik Terhadap PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101 Mortalitas Hama Walang Sangit. - Untuk mengkomunikasikan suatu hasil penelitian di butuhkan format laporan penelitian, sebutkan format laporan penelitian ? 14. Membimbing siswa untuk merangkum butir- butir pembelajaran 15. Mengajak siswa untuk merefleksikan hasil belajarnya 16. Guru memberi tugas kepada siswa : - Melakukan eksperimen terkait desin penelitian yang telah dibuat. - Hasil penelitian dibuat dalam bentuk fortofolio. - Hasil penelitian akan dibahas pada pertemuan berikutnya dengan persentasi beberapa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102 kelompok beserta pengumpulan fortofolio. - Belajar materi metode ilmiah karena minggu depan ada tes 17. Salam penutup Pertemuan II Kegiatan Stadia Kegiatan guru dan siswa (waktu ) Salam pembukaan dan ceking persiapan 1. Guru mengucapkan salam dan mencek kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran Melakukan Pembukaan (5 menit) 2. Guru mengajukan suatu apersepsi, pertanyaan menyampaikan - Memberikan salah satu tujuaan dan kasus pertanian terkait memotifasi siswa penggunaan pestisida sintetik 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103 4. Masuk dalam kelompok eksperimen Mengamati 5. Menayangkan video terkait dampak penggunaan pestisida sintetik Menanya 6. Setelah melihat video apa yang bisa anda lakukan ? Mengumpulkan informasi, 7. Membaca atau mengkaji buku sumber terutama jurnal ilmiah terkait pertanian Menalar, Mencoba 8. Mempersentasikan hasil Inti dan eksperimen ( 30 menit ) Mengkomunikasikan 9. Membahas apa yang belum dimengerti 10. Tes terkait materi metode ilmiah Evaluasi 11. Melakukan evaluasi dengan meminta beberapa orang untuk menjelaskan terkait melakukan suatu eksperimen dan yang lain menanggapi Penutup ( 5 menit ) Penghargaan 12. Memberikan apresiasi kepada kelompok yang maju persentasi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104 13. Guru mengajukan suatu pertanya kepada siswa; - Dalam melakukan penelitian sikap ilmiah apa saja yang harus dimiliki oleh peneliti? 14. Membimbing siswa untuk merangkum butir- butir pembelajaran 15. Mengajak siswa untuk merefleksikan hasil belajar 16. Guru memberi tugas kepada siswa : - Belajar materi keselamatan kerja 17. Salam penutup H. Media dan Sumber belajar Media : - Leptop - Viewer - Video PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105 - Papan tulis Sumber belajar : - Buku biologi kelas X, - Jurnal ilmiah - LKS - Lingkungan I. Penilaian Jenis Penilaan : Tes (pilihan ganda, LKS) dan non tes (portofolio) Instrumen : Soal, kunci jawaban, kisi-kisi soal , rubrik penalaan , dan pedoman skoring ( terlampir) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106 LKS (Lembar Kerja Siswa) Judul : Ruang Lingkup Biologi Tujuan : - Melalui observasi lingkungan siswa mampu mengidentifikasi permasalahan biologi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan. - Siswa dapat merancang desain penelitian dengan observasi lingkungan sekitar. Cara kerja: 1. Amatilah lingkungan sekitar terutama tentang hama dan penyakit pada tanaman beserta tumbuhan yang dapat dijadikan pestisida ! 2. Tuliskanlah 3 ragam permasalahan biologi yang kamu temuakan! 3. Buatlah rancangan penelitian sederhana terkait hasil observasi! a. Judul b. Rumusan masalah c. Tujuan d. Hipotesis e. Metodologi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107 Kunci jawaban LKS 1. Contoh permasalahan biologi : a. Penyakit pada tanaman yang disebabkan oleh bakteri dan virus misalnya bercak kuning pada daun tanaman b. Tanaman kerdil c. Hama pada tanaman budidaya 2. Contoh rancangan eksperimen penelitian : A. Judul ”Uji Efektifitas Ekstrak Daun Sirsak Sebagai Pestisida Alami Terhadap Mortalitas Hama Wereng”. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) dapat berpengaruh terhadap mortalitas wereng? 2. Manakah dari pengenceran ekstrak daun sirsak( Annona muricata L.) yang lebih efektif terhadap mortalitas wereng? C. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap mortalitas wereng. 2. Mengetahui pengenceran ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) yang lebih efektif terhadap mortalitas hama wereng. D. Hipotesis 1. Penyemprotan ekstrak daun sirsak dapat membunuh atau menghentikan serangan wereng. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108 2. Pengenceran ekstrak daun sirsak yang lebih efektif terhadap mortalitas wereng adalah pada pengenceran 30%. E. Metodologi a. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di laboratorium sekolah b. Jenis Penelitian dan Variabel Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas daun sirsak sebagai pestisida alami untuk hama wereng. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel antara lain variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas : Konsentrasi ekstrak daun sirsak. Variabel terikat : Tingkat mortalitas hama wereng c. Alat dan Bahan Alat : Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Sprayer 2. Blender 3. Timbangan 4. Saringan 5. Ember 6. Kandang 7. Pisau 8. Gelas ukur 100 ml PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109 9. Senter 10. Kamera 11. Alat tulis-menulis. Bahan : Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Daun sirsak 2. Air 3. Wereng d. Prosedur Kerja Langkah-langkah penelitian adalah: 1. Menangkap wereng 2. Memelihara wereng untuk adaptasi 3. Membuat ekstrak daun sirsak dan membuat menjadi beberapa pengenceran berdasarkan perlakuan 4. Pengujian ekstrak daun sirsak pada hewan uji “wereng”. 5. Penyemprotan ekstrak daun sirsak dilakukan pada sore hari. 6. Amatilah mortalitas wereng pada setiap 4 jam sekali pada setiap pengulangan dan perlakuan. 7. Penelitian berlangsung selama selama 3 hari dan ekstrak daun sirsak dibuat setiap hari. 8. Hitunglah persentase mortalitas wereng. 9. Data yang dibuat dalam bentuk tabel dan histogram. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KISI – KISI SOAL Bentuk Soal : Essay Jumlah Soal :5 Soal Indikator C1 (Ingatan) C2 (Pemahaman) C3 (Penerapan) C4 (Analisis / sintesis) C5 (Evaluasi) Jumlah 1. Mengidentifikasi ruang lingkup biologi berdasarkan objek biologi dan 3 1 permasalahan pada tingkat organisasi tertentu 2. Menjelaskan langkahlangkah metode ilmiah 2 1, 5 4 4 dalam suatu eksperimen 110 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111 SOAL Materi Pelajaran : Biologi Bentuk Soal : Essay Kelas/Semester : X/1 1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan: ( 25 poin) a. Kerja ilmiah b. Sikap ilmiah c. Hipotesis 2. Sebutkan apa saja langkah - langkah metode ilmiah saat melakukan suatu penelitian! (10 poin) 3. Dalam suatu budidaya tanaman, petani banyak menemukan masalah baik itu pemulihan tanaman, penggunaan pupuk, penanggulangan hama dan penyakit tanaman atau penggunaan pestisida. Dari permasalahan tersebut buatlah satu judul penelitian eksperimen (karyamu sendiri) ! (25 poin) 4. Judul penelitian: “Uji Efektivitas Daun Sirsak Sebagai Bahan Pestisida Organik (Annona Muricata L.) Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit”. Dari judul diatas sebutkan variabel bebas dan variabel terikat ! (20 poin) 5. Dalam suatu penelitian data yang didapat ada yang berupa data kuatitatif dan data kualitatif. Jelaskanlah perbedaan data kualitatif dan data kuantitatif ! (20 poin) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112 Kunci Jawaban Essay 1. a. Kerja ilmiah adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh orang yang memiliki sikap ilmiah, dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dan melalui langkah-langkah metode ilmiah. c. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus dimiliki oleh seorang peneliti antara lain sikap peka dan kritis, tidak percaya pada takhayul, memiliki rasa ingin tahu, tekun, jujur, tidak mudah putus asa, optimis, bersikap hormat dan menghargai hasil penelitian dan penemuan orang lainnya, d. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. 2. Langakah –langkah metode ilmiah yaitu : a. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah b. Mengumpulkan informasi c. Menyususn hipotesis d. Melakuakan percobaan e. Mengelola hasil percobaan f. Membuat kesimpulan g. Mengkomunikasikan hasil penelitian kepada khalayak. 3. Judul penelitian: “ Uji Efektifitas Ekstrak Daun Sisrsak Sebagai Pestisida Alami Terhadap Mortalitas Walang Sangit Pada Semua Stadiaa (Telur, Nimfa Dan Imago)”. 4. Dari judul penelitian : “Uji Efektivitas Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Sebagai Bahan Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit”. Variabel bebas dan variaber terikatnya adalah : PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113 Veriabel bebas : Konsentrasi ekstrak daun sirsak Variabel terikat : Tingkat mortalitas walang sangit 5. Perbedaaan data kuantitatif dan data kualitatif adalah : Data kuantitatif adalah data yang tidak dapat dinyatakan dengan angka, data kuantitatif biasa diperoleh dari pengamatan menggunakan pancaindra, contoh data kualitatif : warna air danau atau air laut, bunga mawar merah lebih harum dari pada bunga warna putih. Data kualitatif adalah data yang dapat dinyatakan dengan angka. Data kualitataif biasa diperoleh dengan menggunakan alat ukur misalanya penggaris, timbangan dan termometer. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114 Rubrik Penilaian Kognitif Soal Skor 21-25 11-20 6-10 5 0 6-10 1-5 0 11-20 6-10 5 0 11-20 6-10 5 0 11-20 6-10 5 0 1 2 3 4 5 Aspek Menjawab dan menjawab sangat tepat Menjawab dan jawabab tepat Menjawab tetapi kurang tepat Menjawab tapi tidak benar Tidak menjawab sama sekali Menjawab dan jawaban tepat Menjawab tapi kurang tepat Tidak menjawab sama sekali Menjawab dan jawabab tepat Menjawab tetapi kurang tepat Menjawab tapi tidak benar Tidak menjawab sama sekali Menjawab dan jawabab tepat Menjawab tetapi kurang tepat Menjawab tapi tidak benar Tidak menjawab sama sekali Menjawab dan jawabab tepat Menjawab tetapi kurang tepat Menjawab tapi tidak benar Tidak menjawab sama sekali Penilaian Kognitif Butiran Soal No. Nama Siswa 1 2 3 4 Skor 1. 2. Dst. Jumlah skor maksimum = 100 Nilai yang dicapai: Jumlah skor X 100% Skor maksimal 5 Jumlah Skor Nilai Siswa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115 Penilaian Afektif Materi : Metode Ilmiah Kelas/semeter : X/1 No. Aspek Yang Mau Dinilai Tanggung Kerja Nama Disiplin Menghargai Jawab Sama 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Partisipasi 1 2 Skor Nilai 3 1. 2. 3. Dst. Keterangan: Skor 1 = Tidak Konsisten (Disiplin / tanggung jawab / kerja sama / menghargai / partisipasi) Skor 2 = Cukup Konsisten (Disiplin / tanggung jawab / kerja sama / menghargai / partisipasi) Skor 3 = Sangat Konsisten (Disiplin / tanggung jawab / kerja sama / menghargai / partisipasi) Jumlah skor maksimum = 15 Nilai yang dicapai: Jumlah skor X 100% Skor maksimal Kriteria nilai: 76 - 100 = A 51 - 75 = B 26 - 50 = C 1 - 25 = D PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116 Penilaian Psikomotor Materi : Metode Ilmiah Kelas / semester :X/1 No. Aspek Yang Mau Dinilai Nama Bertanya Mengidentifikasi Merancang Presentasi 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Skor Nilai 1. 2. 3. Dst. Keterangan: Skor 1 = Tidak Konsisten (Bertanya/ Mengidentifikasi / Merancang/ Persentasi) Skor 2 = Cukup Konsisten (Bertanya/ Mengidentifikasi / Merancang/ Persentasi) Skor 3 = Sangat Konsisten (Bertanya/ Mengidentifikasi / Merancang/ Persentasi) Jumlah skor maksimum = 12 Nilai yang dicapai: Jumlah skor X 100% Skor maksimal Kriteria nilai: 76 - 100 = A 51 - 75 = B 26 - 50 = C 1 - 25 = D PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117 Rubrik Penilaian portofolio Materi : Metode Ilmiah Kelas : X Kriteria Judul Skor Tujuan Landasan Teori 10 Menarik dan mudah untuk diteliti 10 Sesuai dengan permasalahan 20 Hasil 20 Pembahasan 30 Kesimpulan Indikator 10 Mencakup aspek yang ada di judul Penulisan benar dan menggunakan sumber yang jelas (buku dan jurnal ilmiah) Penyajian data (tabel dan grafik) Sesuai dengan apa yang diteliti Analisi secara kualitatif Mencakup semua hasil penelitian Mampu mengkaitakan antara hasil dengan kajian pustaka Sesuai dengan tujuan Keterangan: Jumlah skor sesuai dengan indikator, dimana setiap indikoator memiliki skor 10 Jumlah skor maksimal adalah 100 Nilai yang dicapai: Jumlah skor X 100% Skor maksimal Kriteria nilai: 76 - 100 = A 51 - 75 = B 26 - 50 = C 1 - 25 = D