BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Definisi Perilaku Diet Diet banyak diartikan dalam konteks yang berbeda, namun diet lebih sering diinterpretasikan sebagai pengurangan makanan atau kalori yang dikonsumsi terutama untuk menurunkan berat badan (Tan & Yew, 2012). McFarlance dkk (dalam Banks, 2008) mendefinisikan diet sebagai sebuah pembatasan asupan makanan tertentu dengan efek yang diinginkan dari mengurangi berat badan. Kim dan Lennon (2006) menyatakan bahwa diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangi berat badan. Menurut Hawks, dkk (2008) perilaku diet adalah usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan yang akan dikonsumsi dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan. Dengan demikian dari beberapa definisi yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa perilaku diet adalah perilaku membatasi dan mengontrol makanan yang akan dikonsumsi untuk mengurangi berat badan. 2.1.2 Perilaku Diet pada Wanita Dewasa Awal Usia dewasa awal menurut Erik Erikson adalah orang-orang yang berada pada jenjang usia 20 – 30 tahun (Papalia, 2009). Wanita pada usia dewasa awal lebih mungkin untuk mengadopsi nilai - nilai yang berdasar pada penampilan luar http://digilib.mercubuana.ac.id/ (Harper, 2009). Wanita biasanya lebih identik dengan permasalahan tubuh yang ideal, wanita lebih mungkin berpikir bahwa mereka terlalu gemuk dibandingkan para lelaki (Cash, 2004). Pada masa dewasa awal, 37.6 – 46.3% dari para wanita mencoba untuk menurunkan berat badan mereka dengan diet. Dibandingkan dengan para lelaki, para wanita lebih banyak memiliki sejarah tentang diet dan usaha mengurangi berat badan (Gillen, Markey & Markey, 2011). Selain untuk mendapatkan tubuh yang ideal, para wanita juga lebih memiliki kesadaran akan kesehatan dibandingkan laki-laki sehingga mereka melakukan diet yang sehat. United States Departement of Health & Human Services (2004) menyebutkan bahwa para wanita lebih mungkin untuk mengidentifikasikan nutrisi sebagai hal yang penting dan juga lebih mungkin mengadopsi perilaku makan yang sehat dibandingkan dengan para lelaki. Banyak wanita yang melaporkan bahwa mereka ikut serta dalam beberapa tipe dari perilaku diet yang sehat, dan memanfaatkan lebih banyak perilaku diet sehat dibandingkan laki-laki (Boyes, fletcher, & Latner, 2007). Hal ini karena wanita lebih menaruh perhatian terhadap kesehatan mereka (Gillen, Markey & Markey, 2012). 2.1.3 Jenis Perilaku Diet Berikut ini akan dijabarkan beberapa perilaku diet sehat dan tidak sehat menurut Kim dan Lennon (2006): a. Diet sehat http://digilib.mercubuana.ac.id/ Diet dapat diasosiasikan dengan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat, seperti mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan rendah kalori atau rendah lemak, dan menambah aktivitas fisik secara wajar. Diet sehat dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh. Seseorang yang melakukan diet untuk alasan kesehatan akan melakuan cara yang sehat pula, misalnya mengikuti pola makan yang dianjurkan (Kim & Lennon, 2006). Adapun pola makan sehat yang dianjurkan agar seseorang senantiasa mendapatkan nutrisi yang seimbang bagi tubuh mereka adalah: 1. Berbagai macam variasi dari buah-buahan dan sayuran sebaiknya dikonsumsi paling sedikit lima porsi sehari. 2. Beberapa makanan yang mengandung karbohidrat sebaiknya dikonsumsi, khususnya yang mengandung serat tinggi seperti roti, pasta, sereal, dan kentang. 3. Daging, ikan, dan sejenisnya dikonsumsi dalam jumlah sedang dan lebih dianjurkan untuk memilih yang rendah lemak. 4. Susu dan produk-produk olahan dari susu sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah sedang dan mengandung kadar lemak yang rendah. 5. Cemilan dan makanan yang mengandung gula seperti keripik kentang, permen, dan minuman yang mengandung gula sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah kecil dan jarang. b. Diet tidak sehat http://digilib.mercubuana.ac.id/ Diet jenis ini dapat diasosiasikan dengan perilaku yang membahayakan kesehatan dapat dilakukan dengan berpuasa (diluar niat ibadah) atau melewatkan waktu makan dengan sengaja, penggunaan obat penurun berat badan, penahan nafsu makan, muntah dengan disengaja, dan binge eating. Orang-orang yang berdiet semata-mata bertujuan untuk memperbaiki penampilan akan cenderung menempuh cara-cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan mereka (Kim & Lennon, 2006). 2.2 Diet Sehat Menurut French, Perry, Leon dan Fulkerson (1995) menjelaskan bahwa metode penurunan berat badan atau diet yang sehat yang mencerminkan pola makan sehat dan olahraga. Selanjutnya mengungkapkan diet sehat mencerminkan pola makan dan aktifitas fisik yang menggunakan strategi yang sehat untuk mempertahankan berat badan seperti memakan lebih banyak sayur dan olahraga (Gillen, 2012). Dariyo (2004) diet merupakan suatu perencanaan atau pengaturan pola makan dan minum yang bertujuan untuk menurunkan berat badan atau menjaga kesehatan. Pendapat Dariyo sejalan dengan pendapat Papalia yang menyatakan diet adalah cara membentuk atau mencapai proporsi berat badan dan taraf kesehatan yang seimbang melalui pengaturan pola makan, minum dan aktifitas fisik. Kim dan Lennon (2006), mendefinisikan diet sebagai “Reduction in caloric intake to loseweight”. Dalam penjelasan literature sesuai dengan yang diteliti peneliti mengunakan definisi diet yang lebih mengarah kepada Kim dan Lennon, bahwa diet merupakan perubahan perilaku kearah yang lebih sehat, seperti mengubah pola makan dengan mengkonsumsi nutrisi, makanan rendah kalori atau rendah lemak, dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ menambah aktivitas fisik secara wajar. Diet sehat dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal, tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh dan mendapat bentuk tubuh yang lebih kurus. Dengan demikian dari beberapa definisi yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa perilaku diet sehat adalah metode penurunan berat badan dengan mengubah pola makan untuk menurunkan berat badan atau menjaga kesehatan. 2.2.1 Dampak Perilaku Diet Sehat Diet yang ekstrim biasanya berhubungan dengan faktor resiko yang berat.Berita baiknya adalah bahwa merubah diet seseorang dapat meningkatkan kesehatan. Sebagai contohnya, diet tinggi serat dapat mencegah obesitas dan penyakit jantung dengan mengurangi kadar insulin (Tayrol, 2006). Diet yang tinggi akan buah-buahan, sayuran, sedikit gandum, kacang-kacangan, ayam dan ikan dan mengurangi gandum, kentang dan daging telah menunjukan dapat mengurangi resiko penyakit jantung coroner pada wanita (Taylor, 2006). Diet dengan mengonsumsi ikan salmon, brokoli, bayam, buah beri dan the hijau sangat dianjurkan karena makanan tersebut mengandung konsentrasi dari nutrisi yang tinggi dan rendah kalori. Banyak hal yang harus diketahui mengenai keseimbangan energi dalam diet.Diet sebaiknya meliputi dari berbagai macam jenis makanan, dengan maksud energi yang dibutuhkan dari banyak sumber yang berbeda. Jenis makanan yang berbeda akan memberikan energi yang berbeda dan dapat membantu diet sehat secara keseluruhan. Karbohidrat misalnya merupakan pemegang peranan yang penting dalam pemeliharaan kesehatan dan juga merupakan hal yang terpenting http://digilib.mercubuana.ac.id/ dalam diet.Selulosa dan serat dapat mencegah terjadinya konstipasi atau sembelit (Aston et. al., 2010). Selain berdampak bagi kesehatan dan keseimbangan energi, diet sehat juga memberikan keuntungan pada perilaku diet. Dalam bukunya Lucy Danziger, penulis buku The Drop 10 Diet, mengungkapkan bahwa ketika ia menjalani diet dengan mengonsumsi makanan super yang terdiri dari kacang-kacangan, buah beri, dan gandum yang mengandung serat, protein dan nutrisi penting serta menambah aktivitas seperti berlari, berenang dan bersepeda, setelah enam bulan ia berhasil mengurangi 25 pon dari berat badannya (CNNhealth, 2012). 2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Diet Ireland (2015) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku diet adalah sebagai berikut: 1. Waktu Jadwal yang padat dapat membuat seseorang melakukan pilihan diet yang tidak sehat, mengorbankan makanan yang sehat untuk lebih cepat dan tidak menyusahkan. 2. Sejarah Jika orang tua kita selalu memasak makanan yang berlemak, hal tersebut adalah kesempatan yang baik yang akan membuat kamu menyukai dan nyaman dengan makanan tersebut. Orang tua dan kebiasaan makan dalam keluarga dapat mengantarkan kita untuk melakukan diet.Kemungkinan http://digilib.mercubuana.ac.id/ obesitas karena kebiasaan makan dalam keluarga menjadi faktor seseorang melakukan diet. 3. Pendidikan Penelitian yang dilakukan di Universitas Cambridge menemukan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan diet.Faktanya, 59% remaja yang berpendidikan melakukan diet sehat, sedangkan hanya 47% dewasa yang sedikit berpendidikan makan secara sehat. Pendidikan secara khusus yang berhubungan dengan ilmu kesehatan dan pemilihan makanan, penting untuk mempelajari tentang diet yang sehat dan menjaga kesehatan badan. 4. Usia Ketika masih muda, seseorang mungkin untuk diet makanan yang mengandung gula yang tinggi, yang penuh dengan lemak, dan perasa makanan; meskipun begitu, orang yang lebih tua makan lebih sedikit makanan cepat saji. Studi dari Universitas di Minnesota menemukan bahwa semakin tua seseorang, diet yang lebih baik adalah diet keseluruhan. Beberapa ahli menyatakan bahwa perilaku diet dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet adalah sebagai berikut: a. Jenis kelamin Perilaku diet secara umum lebih banyak dilakukan oleh wanita dibandingkan dengan laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Mueller (2010) menyatakan bahwa banyak wanita yang dilaporkan merasa kurang puas dengan tubuh http://digilib.mercubuana.ac.id/ mereka dan menggunakan perilaku pengurangan berat badan yang tidak perlu atau tidak sehat. b. Status berat badan Penelitian yang dilakukan oleh Harring dkk. (2010) menemukan bahwa mayoritas mahasiswi dengan berat badan normal dan gemuk (83%) melaporkan bahwa mereka telah secara sadar mencoba untuk menurunkan berat badan. c. Kelas sosial Secara umum, orang dari kelas sosial I dan II berusaha untuk makan lebih banyak makanan sehat dan orang yang kelas sosialnya berada di bawah makan lebih sedikit buah dan sayur-sayuran dan lebih banyak lemak, makanan yang mengandung banyak gula (Ashton et. al., 2010). d. Pengaruh teman sebaya Pengaruh teman sebaya dapat mempengaruhi pemilihan makanan yang kita buat, terutama pada anak-anak dan remaja. Banyak anak muda yang berkembang dalam pandangan orang yang makan makanan sehat dan orang yang tidak makan makanan sehat dan banyak dari mereka memilih makanan seperti fast food supaya terlihat sama seperti teman-temannya karena mereka cenderung tidak ingin terlihat berbeda (Ashton et. al., 2010). 2.3 Body Image 2.3.1 Definisi Body Image Slade (dalam Banfield dan McCabe, 2002) mendefinisikan body image sebagai representasi mental yang longgar mengenai bentuk tubuh, ukuran, dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ bentuk yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sejarah, budaya dan sosial, individu dan biologis, yang beroperasi selama rentang waktu yang berbeda-beda. Menurut Cash dan Pruzinsky (2002) body image adalah sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif atau negatif. Definisi lain dari body image adalah sebagai suatu gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang (Papalia, Olds, & Feldam, 2004). Cash (2004) body image adalah konstruk multi-dimensional yang mencakup persepsi individu tentang sebuah atau seleruh aspek dari tubuh termasuk berat dan bentuk tubuh, bentuk wajah, bakat atlentis dan kesehatan fisik. Cash (dalam Seawell & Danoff-Burg, 2005) menyebutkan bahwa body image adalah konstruk multidimensional yang mencakup persepsi diri, kognisi, emosi, dan perilaku yang berhubungan dengan atribut fisik seseorang. Dengan demikian dari beberapa definisi yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa body image adalah konstruk multidimensional yang mencakup persepsi, kognisi, emosi, dan sikap yang dapat berupa penilaian positif atau negatif. 2.3.2 Dimensi Body Image Menurut Cash (2002) mengemukakan ada lima dimensi dalam pengukuran body image, yaitu: 1) Appearance evaluation (evaluasi penampilan fisik) Evaluasi penampilan yaitu mengukur penampilan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan atau tidak memuaskan. 2) Appearance orientation (orientasi penampilan fisik) http://digilib.mercubuana.ac.id/ Orientasi penampilan yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan diri. 3) Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh) Kepuasaan terhadap bagian tubuh, yaitu mengukur kepuasaan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, tubuh bagian atas (dada, bahu lengan), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian bawah (pinggul, paha, pantat, kaki), serta bagian tubuh secara keseluruhan. 4) Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk) Kecemasan menjadi gemuk yaitu mengukur kewaspadaan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan, dan membatasi pola makan 5) Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh) Pengkategorian ukuran tubuh, yaitu mengukur bagaimana individu menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dimensi body image sebagai berikut :Appearance evaluation, Appearance orientation, Body area satisfaction, Overweight preoccupation, Self-classified weight. 1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Body Image Menurut Cash dan Pruzinsky (2002) body image dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Jenis kelamin http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menurut Cash dan Pruzinsky (2002) jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan body image seseorang ketidakpuasan terhadap tubuh lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Pada umumnya wanita, lebih kurang puas dengan tubuhnya dan memiliki body image yang negatif. Sebuah penelitian (Cash dan Pruzinsky, 2002) menjelaskan bahwa sekitar 4070% wanita remaja tidak puas dengan dua atau lebih aspek dari tubuh mereka. Ketidakpuasan biasanya berfokus pada jaringan adipose substansial dalam tubuh bagian tengah atau bawah, seperti pinggul, perut dan paha. Di bagian Negara maju, antara 50-80% wanita remaja ingin menjadi kurus langsing dan melakukan diet bervariasi dari 20% hingga 60%. 2. Media massa Tiggeman (Cash dan Puzinsky, 2002) mengatakan bahwa media massa yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figure wanita dan laki-laki yang dapat mempengaruhi body image seseorang. Tiggeman (Cash dan Puzinsky, 2002) menyatakan bahwa media massa menjadi pengaruh kuat dalam budaya sosial. 2.4 Dukungan Sosial 2.4.1 Definisi Dukungan Sosial Individu adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Mereka membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mereka dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi. Keberadaan orang lain membuat individu merasa lebih mudah dalam menyelesaikan masalah yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ dihadapi. Dukungan sosial dibutuhkan oleh individu pada usia berapapun agar dapat berkembang secara optimal. Baron dan Bryne (1997) menyatakan bahwa social support adalah pemberian perasaan nyaman baik secara fisik maupun psikologis atau keluarga kepada seseorang untuk menghadapi masalah. Individu mempunyai perasaan aman karena mendapatkan dukungan akan lebih efektif dalam menghadapi masalah daripada individu yang mendapatan penolakan dari orang lain. Menurut Cohen (Papalia, 2009) social support refers to material, informational, and psychological resources derived from the social network, on which a person can rely for help in coping with stress. In highly stressful situations, people who are in touch with other may be more likely to eat and sleep sensibly, get enough exercise, and avoid substance abuse and less likely to be distressed, anxious, or depressed or even to die. Dukungan sosial mengacu pada sumber materi, informasi, dan psikologi yang diperoleh dari jaringan sosial, dimana seseorang dapat mengandalkannya untuk membantu menanggulangi stress. Pada situasi stress yang tinggi, seseorang yang dekat dengan orang lain mungkin lebih mudah makan dan tidur, mendapat olahraga yang cukup dan jauh dari kekerasan dan sedikit memiliki kemungkinan untuk menderita, cemas atau depresi atau bahkan meninggal. Menurut Sarafino (2011) dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima individu dari orang lain. Dukungan bisa datang dari banyak sumber-orang itu pasangan atau kekasih, keluarga, teman, dokter, atau organisasi masyarakat.Individu yang mendapatkan dukungan sosial percaya bahwa mereka dicintai, dihargai, dan bagian dari http://digilib.mercubuana.ac.id/ jaringan sosial, seperti keluarga atau organisasi masyarakat, yang dapat membantu pada saat dibutuhkan.Jadi, dukungan sosial mengacu pada tindakan yang benarbenar dilakukan oleh orang lain, atau mendapat dukungan. Menurut Taylor (2003) Dukungan sosial adalah informasi dari orang lain yang dikenal atau dikasihi, dihargai dan bernilai, serta bagian dari jaringan komunikasi dan memiliki peranan. 2.4.2 Dimensi Dukungan Sosial Sarafino (2011) mengemukakan bahwa terdapat empat dimensi dalam dukungan sosial, yaitu: 1. Dukungan emosi atau penghargaan yaitu dukungan yang mencakup empati, kepedulian, perhatian, hal positif dan dorongan terhadap individu tersebut. Hal ini meliputi kenyamanan dan kepastian dengan rasa memiliki dan mencintai pada saat stress. 2. Dukungan nyata atau dukungan instrument yaitu dukungan melibatkan bantuan langsung dengan tindakan nyata, seperti memberikan atau meminjamkan uang atau membantu dengan tugas-tugaspada saat stres. 3. Dukungan informasi yaitu mencakup pemberian nasihat, arah, saran atau umpan balik / feedback tentang apa yang harus dilakukan individu tersebut. Contohnya, seseorang yang mendapatkan informasi dari keluarga atau dokter untuk mengatasi penyakit yang dideritanya. 4. Dukungan persahabatan yaitu mengacu pada ketersediaan orang lain untuk menghabiskan waktu dengan individu, sehingga memberikan perasaan bahwa individu tersebut merupakan bagian dari kelompok yang memiliki minat yang sama dan aktivitas sosial. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial Sarafino (2002) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menerima dukungan sosial, diantaranya: 1. Potensi penerimaan pendukung Seseorang tidak mungkin menerima dukungan sosial jika mereka tidak ramah, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang lain tahu bahwa mereka membutuhkan bantuan. Namun, beberapa orang tidak terlalu assertive untuk meminta bantuan pada orang lain atau adanya perasaan bahwa mereka harus mandiri, tidak membebani orang lain atau perasaan tidak nyaman menceritakan kepada orang lain maka akan sulit bagi individu untuk mendapatkan dukungan sosial. 2. Penyedia dukungan Seseorang yang harusnya menjadi penyedia dukungan mungkin saja tidak mempunyai sesuatu yang dibutuhkan orang lain atau mungkin mengalami stress sehingga tidak memikirkan orang lain atau bias saja sadar akan kebutuhan orang lain. 3. Faktor komposisi dan struktur jaringan sosial Hubungan yang dimiliki individu dengan orang-orang dalam keluarga dan lingkungan. Seseorang yang memiliki jaringan sosial yang luas maka orang tersebut akan mendapatkan dukungan sosial dengan mudah, karena adanya ikatan yang kuat dengan banyak orang. Dukungan sosial ini yang diterima seseorang juga terkait dengan ukuran, frekuensi hubungan, komposisi dan intimasi. Semakin banyak jumlah orang yang berhubungan dengan individu, http://digilib.mercubuana.ac.id/ semakin sering individu berhubungan dengan orang tersebut dan semakin erat kedekatan dan besarnya kepercayaan individu dengan orang lain maka dukungan sosial yang diterima individu tersebut semakin berkualitas. Dari penjelasan di atas untuk mendapatkan dukungan sosial biasanya seseorang memiliki hubungan atau saling merasa keterlibatan satu sama lain, seberapa berpengaruhnya individu bagi pemberian dukungan sosial hal ini terlihat dari hubungan baik atau interaksi individu terhadap individu lain sehingga ada rasa kepercayaan, empati, dan saling memberikan pertolongan. 2.5 Penelitian Sebelumnya Penelitian yang diteliti oleh Raisa Andea (2010) dengan judul Hubungan antara body image dan perilaku diet pada remaja.Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara body image dengan perilaku diet dengan nilai r = .554, ρ (two tailed) < 0.01. Artinya semakin positif body image maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin rendah, dan sebaliknya, semakin negatif body image maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin tinggi. Penelitian yang diteliti oleh Nur Lailatul Husna (2013) dengan judul Hubungan antara body image dengan perilaku diet. Hasil koefisien korelasi (r) sebesar -0,447 dengan taraf signifikan p = 0,013 dimana p < 0,05 hal ini menunjukkan ada hubungan negatif antara body image dengan perilaku diet pada wanita di Sanggar Senam “Rita” Pati Artinya semakin negatif body image maka perilaku diet yang dilakukan akan semakin tinggi, begitupun juga sebaliknya semakin positif body image maka perilaku diet yang dilakukan akan semakin rendah. Sebagian besar wanita memiliki perilaku diet sedang yaitu sebesar 80% dan body image pada taraf positif yaitu sebesar 56,67%. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Penelitian yang diteliti oleh Septian Dini Irawan Safitri (2014) dengan judul Hubungan antara body image dan perilaku diet Mahasiswa Universitas Esa Unggul. Analisa data menggunakan perhitungan korelasi Pearson Product Moment diperoleh korelasi sebesar 0,251 dengan nilai sig, 0,017 (p < 0,05), artinya terdapat hubungan positif dan signifikan antara body image dan perilaku diet mahasiswi Universitas Esa Unggul. Mahasiswi yang memiliki body image positif lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswi yang memiliki body image negatif. Sedangkan perilaku diet sehat pada mahasiswi Universitas Esa Unggul lebih banyak daripada diet tidak sehat.Sebagian besar mahasiswi yang melakukan diet sehat ataupun diet tidak sehat memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) normal. Penelitian yang diteliti oleh Kartika Yuniarti (2013) dengan judul Prediksi perilaku diet pada remaja akhir melalui analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara appearance evaluation,appearance orientation, body area satisfaction, overweight preoccupation, self-classified weight, sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap perilaku diet. Penelitian yang diteliti oleh Dick Hurry Maulana (2015) dengan judul Pengaruh dukungan sosial dan health belief model terhadap perilaku diet sehat pada wanita dewasa awal. Kesimpulan yang dapatdiambil dari penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan dari variabel dukungan sosial dan health belief model terhadap perilaku diet sehat pada wanita dewasa awal. Dimana health belief model terdiri dari perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to action, danself-efficacy. kemudian dukungan sosial terdiri dari dukungan emosi atau dukungan http://digilib.mercubuana.ac.id/ penghargaan, dukungan nyata atau instrumen, dukungan informasi dan dukungan persahabatan. Berdasarkan proporsi varian seluruhnya, perilaku diet dipengaruhi oleh variabel independen sebesar 68,2%, sedangkan 31,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Penelitian yang diteliti oleh Anastasia Lintang, Yudi Ismanto, Franly Onibala (2015) dengan judul Hubungan citra tubuh dengan perilaku diet pada remaja putrid di SMA Negeri 9 Manado. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan antara citra tubuh dengan perilaku diet dan pola makan diet yang sesuai dengan remaja putri. Dari uji statistik didapatkan nilai p = 0.000 <α = 0,05. 2.6 Kerangka Pemikiran Seseorang yang berada pada usia dewasa awal, sekitar 20-30 tahun, terutama wanita, biasanya memberikan perhatian pada penampilannya. Wanita pada usia dewas awal lebih mungkin untuk mengadopsi nilai-nilai yang berdasarkan pada penampilan luar (Harper, 2009). Banyak wanita memutuskan untuk mengurangi berat badan untuk mencapai berat badan yang ideal supaya terlihat menarik didepan pasangan, teman maupun rekan kerja.Inilah salah satu pemicu perilaku yang disebut diet. Selain karena masalah bentuk tubuh, kesadaran seseorang akan kesehatan juga meningkat. Pengaturan pola makan yang sesuai aturan dengan tujuan untuk menjaga kesehatan dan mencapai berat badan yang ideal disebut diet yang sehat. Diet sehatmenurut French, Perry, Leon dan Fulkerson (1995) menjelaskan bahwa metode penurunan berat badan atau diet yang sehat yang mencerminkan pola makan sehat dan olahraga. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Seorang yang melakukan diet, biasanya berawal dari pemikiran tentang body image yang dimilikinya.Cash (2004)body image adalah konstruk multi-dimensional yang mencakup persepsi individu tentang sebuah atau seleruh aspek dari tubuh termasuk berat dan bentuk tubuh, bentuk wajah, bakat atlentis dan kesehatan fisik. Seseorang akan berpersepsi dan memikirkan mengenai penampilan, kebugaran dan kesehatan tubuhnya yang kemudian dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan diet terutama diet sehat. Selain body image, hal yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan diet adalah dukungan sosial. Dukungan sosial berupa dukungan emosi atau penghargaan, dukungan informasi, dukungan nyata, instrument dan dukungan persahabatan dapat mempengaruhi seseorang untuk memutuskan melakukan diet karena seseorang yang memiliki berat badan yang lebih atau memiliki pola makan tidak sehat membutuhkan perhatian dan informasi tentang diet sehingga yang bersangkutan dapat menjalankan diet tanpa mengesampingkan masalah kesehatan. Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa body image dan dukungan sosial akan berkorelasi positif dengan perilaku diet, dalam hal ini diet yang sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh body image dan dukungan sosial terhadap perilaku diet sehat pada wanita dewasa awal. Adapun rancangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: Gambar 1 Kerangka Pemikiran Body Image (X1) Perilaku Diet Sehat (Y) Dukungan Sosial (X2) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.7 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H1 : Body Image dan Dukungan Sosial berpengaruh terhadap Perilaku Diet Sehat pada Wanita Dewasa Awal. http://digilib.mercubuana.ac.id/