BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1
Investasi
Investasi adalah suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang
akan datang (Tandelilin, 2010:2). Menurut Hartono (2013:7) tipe-tipe investasi
dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung
dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di
pasar uang, pasar modal atau pasar turunan. Macam-macam investasi langsung
adalah sebagai berikut (Hartono, 2013:9):
1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjual-belikan seperti tabungan dan
deposito.
2. Investasi yang diperjual-belikan.
a. Investasi langsung di pasar uang seperti T-bill dan deposito yang
dapat di negosiasi
b. Investasi langsung di pasar modal
c. Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed income securities)
seperti T-bond, federal agency securities, municipal bond,
corporate bond dan convertible bond.
d. Saham-saham (equity securities) yaitu saham preferen (preferred
stock) dan saham biasa (common stock).
3. Investasi langsung di pasar turunan seperti opsi (warrant, opsi put, opsi
call) dan futures contract.
Investasi tidak langsung dapat dilakukan dengan membeli surat-surat
berharga dari perusahaan investasi dengan membentuk portofolio (diharapkan
portofolionya optimal) dan menjualnya eceran kepada publik dalam bentuk
saham-sahamnya (Hartono, 2013:10).
2.1.2
Return
Investor yang membeli sekuritas di pasar modal mengharapkan return atau
imbalan atas investasinya (Tandelilin, 2010:51). Risiko juga harus diperhatikan
dalam melakukan suatu investasi karena return dengan risiko mempunyai
hubungan yang positif yaitu semakin investor mengharapkan tingkat keuntungan
yang tinggi maka semakin tinggi pula risiko yang ditanggung (Husnan, 2005:47).
Risiko sering diasosiasikan dengan variabilitas atau dispersi. Semakin besar
variabilitas return suatu aset, semakin besar kemungkinan berbeda dengan hasil
yang diharapkannya. Pengukur variabilitas return yang paling umum digunakan
adalah varians (variance) dan deviasi standar (standart deviation) (Tandelilin,
2010:54-55).
Menurut Hartono (2013:235) return dapat berupa return ekspektasi
(expected return) dan return realisasi (realized return). Expected return adalah
return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. Beberapa cara
mengukur expected return yaitu berdasarkan nilai ekspektasi masa depan,
berdasarkan nilai-nilai return historis dan berdasarkan model return ekspektasi
yang ada. Realized return adalah return yang telah terjadi. Beberapa pengukuran
realized return yang banyak digunakan adalah return total, relatif return,
kumulatif return dan return disesuaikan.
Secara umum return total dari suatu investasi dapat dihitung dengan
(Tandelilin, 2010:102):
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 + 𝑐𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑎𝑖𝑛 ............................................... (1)
Tandelilin (2010:102) mengatakan sumber-sumber return investasi terdiri
dari dua komponen yaitu yield dan capital gain. Yield merupakan komponen
return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara
periodik dari suatu investasi.
Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat
berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa
memberikan keuntungan atau kerugian bagi investor. Jika harga investasi
sekarang (𝑃𝑡 ) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (𝑃𝑡−1 ) ini berarti terjadi
keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss).
Dalam penelitian ini return saham yang digunakan adalah capital gain
(loss) yaitu selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga
sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya.
Dividen tidak dimasukan karena dividen hanya dibagikan pada periode tertentu,
jika perolehan laba dianggap kurang oleh perusahaan maka dividen tidak akan
dibagikan.
2.1.3
Saham
Menurut Wiagustini (2010:210), saham adalah tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Ada dua bentuk
saham yaitu:
1. Saham Biasa (common stock)
Menurut Tandelilin (2010:32), saham biasa adalah sertifikat yang
menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Sebagai pemilik,
pemegang saham biasa suatu perusahaan mempunyai hak suara
proporsional pada berbagai keputusan penting perusahaan antara lain
pada persetujuan keputusan dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS).
2. Saham Preferen (preferred stock)
Menurut Tandelilin (2010:37), saham preferen merupakan saham yang
memiliki karakteristik gabungan (hybird) antara saham biasa dengan
obligasi. Saham preferen adalah serupa dengan saham biasa karena
merupakan ekuitas yang menyatakan kepemilikan, membayar dividen
dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo. Di sisi lain, saham preferen
juga serupa dengan obligasi karena merupakan sekuritas yang
menghasilkan pendapatan tetap dari dividen tetapnya.
Investor biasanya memilih untuk berinvestasi saham untuk tujuan
mendapatkan keuntungan. Terdapat beberapa keuntungan bila memiliki saham
(Fahmi, 2012: 88), antara lain:
1. Memperoleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun.
2. Memperoleh keuntungan modal (capital gain), yaitu keuntungan pada
saat saham yang dimiliki tersebut dijual kembali pada harga yang lebih
mahal.
3. Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis saham biasa (common
stock).
2.1.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal
dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Alwi (2008:87), faktor-faktor
yang mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu:
1. Faktor Internal
a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,
rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan
produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman
yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director
announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen,
dan struktur organisasi.
d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,
investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakusisian dan diakuisisi.
e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.
f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi
baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning Per
Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), price earning ratio, net profit
margin, return on assets (ROA), dan rasio keuangan lain.
2. Faktor Eksternal
a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan
deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi
ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan
terhadap manajernya.
c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham
perdagangan, pembatasan/penundaan trading.
d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga
saham di bursa efek suatu negara.
e. Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.
2.1.5
Analisis Fundamental
Analisis penilaian saham dapat dilakukan melalui analisis fundamental
secara top-down. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan analisis terhadap
faktor makro ekonomi, yaitu analisis ekonomi dan pasar modal. Kedua,
melakukan analisis industri yang menguntungkan. Ketiga, melakukan analisis
terhadap perusahaan (Tandelilin, 2010:338).
Analisis fundamental merupakan analisis penilaian terhadap saham
perusahaan berdasarkan data keuangan seperti pendapatan, penjualan, risiko dan
lainnya (Tandelilin, 2010:303). Alasan penelitian ini melakukan analisis
perusahaan karena informasi yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan
informasi yang cukup untuk dapat menggambarkan bagaimana kondisi
perusahaan selama ini (Tandelilin, 2010:364).
Kelebihan analisis fundamental adalah dapat mengidentifikasi perusahaan
yang dijalankan dengan baik dan mempunyai prospek yang baik dimasa
mendatang. Kekurangan analisis fundamental adalah tidak mudah menemukan
data yang tidak tersedia di laporan keuangan karena data perusahaan bersifat
rahasia (Bordie dkk, 2006:486).
2.1.6
Rasio Penilaian Pasar
Penilaian/Pasar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
pengakuan pasar terhadap kondisi keuangan yang dicapai oleh suatu perusahaan.
Rasio penilaian pasar merupakan salah satu rasio keuangan perusahaan selain
rasio solvabilitas, rasio likuiditas, rasio rentabilitas dan rasio aktivitas usaha.
Rasio penilaian pasar mengindikasikan mengenai bagaimana pandangan investor
terhadap risiko dan prospek perusahaan di masa depan (Brigham, 2010:150).
Rasio ini mencerminkan kombinasi pengaruh rasio risiko (risk ratio) dan return
ratio (Sartono, 2009:66). Semakin tinggi rasio pasarnya, maka semakin tinggi
pula pengakuan pasar terhadap posisi keuangan perusahaan. Hal ini juga
menunjukkan semakin mahal harga saham perusahaan tersebut (Wiagustini,
2010:77).
Jenis-jenis rasio penilaian pasar:
1. Earning per share (EPS)
2. Price to Earning Ratio (PER)
3. Price/ market to book value ratio (PB / MBV)
4. Price to Cash Flow ratio
5. Devidend Payout ratio
Pada penelitian ini rasio pasar yang digunakan adalah Price to Earning
Ratio (PER) dan Market to Book Value (MBV). Masalah yang timbul dengan
analisis rasio adalah tidak terdapat suatu rasio yang optimal untuk mencapai
tujuan memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Kamaruddin, 2012:48).
Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengatasi permasalahan pada
analisis rasio tersebut.
2.1.7
Price Earning Ratio (PER)
Menurut Sartono (2013:176) salah satu pendekatan yang populer yang
menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan
PER (price earning ratio). Teknik menggunakan PER dipilih apabila perusahaan
tidak mengadopsi kebijakan payout ratio yang konstan dan/atau analisis
mengalami kesulitan untuk menggunakan model berdasar atas cash flow, terutama
model konstan (Husnan, 2005:333). Menurut Halim (2005:27) Pada dasarnya
PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada
suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan
investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba
perusahaan.
2.1.8
Market to Book Value (MBV)
Pendekatan lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah market to
book value (MBV). Rasio ini memberikan pandangan investor atas perusahaan.
Market to Book Value (MBV) adalah rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai
bukunya (Brigham dan Houston, 2010:151). Husnan dan Pudjiastuti (2012:96)
semakin tinggi rasio market to book value semakin besar tambahan kekayaan
yang dinikmati oleh pemilik perusahaan. Hal ini karena investor bersedia
membayar harga pasar saham lebih tinggi dari nilai buku akuntansinya yang
menyebabkan
harga
saham
meningkat.
Harga
saham
yang
meningkat
menyebabkan return saham yang meningkat (Wibowo, 2015).
2.1.9
Market Value Added (MVA)
Menurut Brigham dan Houston (2010:111), MVA adalah perbedaan antara
nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku, nilai pasar dihitung
dengan mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang beredar. Makin
tinggi nilai MVA, makin baik pekerjaan yang telah dilakukan manajemen bagi
pemegang perusahaan. Dewan direksi sering memperhatikan MVA ketika
memutuskan kompensasi yang layak diterima oleh manajer perusahaan.
Sedangkan menurut Manurung (2007:133) MVA adalah perbedaan
nantara nilai pasar dari perusahaan (hutang dan ekuitas) dengan total modal yang
diinvestasikan ke dalam perusahaan. Nilai pasar dari perusahaan merupakan nilai
perusahaan (enterprise value) dari perusahaan yang bersangkutan. Dimana nilai
ini merupakan hasil jumlah seluruh nilai pasar yang diklaim oleh pihak lain
terhadap perusahaan pada suatu waktu tertentu. Total modal yang diinvestasikan
kedalam perusahaan adalah seluruh investasi yang dilakukan semua pihak kepada
perusahaan pada suatu waktu tertentu.
2.2
Hipotesis Penelitian
Menurut Kuncoro (2009:59) hipotesis berupa pernyataan mengenai konsep
yang dapat dinilai benar atau salah jika menunjuk pada suatu fenomena yang
diamati dan diuji secara empiris. Fungsi dari hipotesis adalah sebagai pedoman
untuk dapat mengarahkan penelitian agar sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Berdasarkan rumusan masalah serta penelitian-penelitian terdahulu, maka
rumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
2.2.1
Pengaruh Price Earning Ratio terhadap Return Saham
Price Earning Ratio (PER) merupakan indikator perkembangan atau
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (prospects of the firm).
Semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi
oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang
semakin tinggi juga menunjukkan semakin tinggi return saham. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2012), Ardiansyah (2013), Fitriati (2010),
Aono dan Tokuo (2011), Malintan (2013), Ferreira dan Pedro (2011), dan
Siqueira (2012) Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap return
saham. Hal ini berarti jika price earning ratio meningkat maka harga saham juga
akan semakin besar, begitu juga tingkat pengembalian investasi saham, dan
sebaliknya.
H1: Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap return saham.
2.2.2
Pengaruh Market to Book Value terhadap Return Saham
Market to Book Value (MBV) merupakan rasio pasar yang digunakan
untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Semakin
tinggi rasio market to book value semakin besar tambahan kekayaan yang
dinikmati oleh pemilik. Hal ini karena investor bersedia membayar harga pasar
saham lebih tinggi dari nilai buku akuntansinya yang menyebabkan harga saham
meningkat. Harga saham yang meningkat menyebabkan return saham yang
meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Shourvarzi dan Morgan (2011),
Siqueira et al. (2012), Padan (2012), Schabek (2013), dan Anita dan Pavitra
(2014) menunjukkan hasil bahwa Market to Book Value (MBV) memiliki
pengaruh positif terhadap return saham. Hal ini berarti semakin tinggi MBV
menandakan semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor.
H2: Market to book value berpengaruh positif terhadap return saham.
2.2.3
Pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham
Market Value Added (MVA) adalah salah satu indikator eksternal yang
dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan telah diciptakan untuk
investornya. Semakin besar MVA semakin berhasil pekerjaan manajemen
mengelola perusahaan sehingga perusahaan berhasil menciptakan kekayaan bagi
investornya menyebabkan semakin besar peningkatan return saham. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kristiana dan Untung (2012), Husniawati (2012),
Widiati (2013) dan Roze et al. (2013) yang menemukan bahwa Market Value
Added (MVA) memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap return
saham. MVA yang positif berarti perusahaan telah berhasil menciptakan kekayaan
pemegang sahamnya, sedangkan MVA yang negatif mengindikasikan hilangnya
kekayaan pemegang saham.
H3 : Market Value Added (MVA) berpengaruh positif terhadap return saham
Download