perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian bayi di seluruh dunia saat ini setiap tahunnya mencapai 4 juta jiwa. Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) di enam negara berkembang resiko kematian bayi antara usia 9 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48 %. Sekitar 40% kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi1. Di Indonesia, berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia, saat ini tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2008, yang artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun 2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat tidak kurang dari 10 bayi dan 20 anak balita meninggal dunia setiap jam di Indonesia3. WHO merekomendasikan semua bayi perlu mendapat kolostrum (air susu ibu atau ASI di hari pertama dan kedua) untukmelawan infeksi dan mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi. Karena itulah organisasi internasional yang secara khusus menyoroti permasalahan pentingnya 1 http://aimi-asi.org/alasan-medis-pengganti-asi/ diakses pada 20/11/2013/13.20 http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profilkesehatan-indonesia-2008.pdf diakses pada 12/12/2013/09.00 2 3 http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0708/04/000233.htm. 1 Januari 2008-01-03 diakses pada 20/11/2013 pukul 11.00 commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 menyusui untuk kelangsungan hidup bayi, WABA (World Alliance for Breast Feeding) setiap tahunnya menyelenggarakan Pekan ASI Sedunia (PAS) setiap tanggal 1-7 Agustus, untuk mendukung pengkampanyean pentingnya ASI bagi keberlangsungan hidup bayi. Menurut laporan World Breastfeeding Trends Initiative pada tahun 2012 tentang angka pemberian ASI Eksklusif menyatakan bahwa Indonesia berada di peringkat 49 dari 51 negara, yaitu dengan angka cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sebesar 27,5%4. Sedangkan menurut data yang dirilis oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 tentang ASI eksklusif menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif di kabupaten/kota di Jawa Tengah mencapai angka 40,21%, meningkat bila dibandingkan pada tahun 2008 yang hanya 28,96%. Akan tetapi jumlah ini masih dikatakan rendah jika dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif pada tahun 2010 yaitu 80%. Permasalahan berkaitan tentang pemberian ASI ini sendiri bermula dari masa ketika sains, teknologi, dan industri masih serba sederhana, manusia menggantungkan diri pada ASI sebagai sumber utama makanan demi kelangsungan hidup bayi-bayinya. Dalam bukunya Don Jacqueline Wolf menulis bahwa di era agraris, saat manusia tak lagi nomaden dan mulai menetap, para perempuan teredukasi tentang proses kehamilan, melahirkan, dan mengasuh anak lewat partisipasi langsung. Mereka melihat dan membantu perempuan lain melakukannya. Mereka mengamati bagaimana seorang bayi akan 4 http://aimi-asi.org/tenaga-kesehatan-indonesia-perlu-sosialisasi-kebijakan-menyusui/ diakses pada 20/10/2014 pukul 12.13 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 disusui, dan dengan sendirinya menganggap menyusui itu sesuatu yang wajar, penting, dan seharusnya dikerjakan setiap ibu. Sama seperti di masa sekarang, ada sebagian ibu yang menghadapi lebih banyak tantangan untuk bisa menyusui dibanding ibu yang lain. Ada pula bayi yang tak bisa disusui langsung oleh ibunya karena sang ibu sakit parah atau perempuan lain diminta atau disewa untuk menyusui bayi yang bukan anaknya. an terjadi sebagai cara masyarakat untuk menyelamatkan bayi yang Money, and Madness. Meskipun yang menyusui bukan ibunya sendiri, praktek ibu susuan mengisyaratkan bahwa masyarakat masih tetap memandang ASI sebagai sumber utama kehidupan bayi, dan menyusui sebagai praktek yang wajar, penting, dan seharusnya. Kemudian budaya pun bergeser lagi yang ditandai dengan status ibu susuan yang lambat laun menjadi profesi, dan biasanya dijalani oleh perempuan dari kelas sosial rendah. Mereka menyusui bayi dari para perempuan terhormat. Gabrielle Palmer dalam buku The Politics of Breastfeeding menyebutkan bahwa status ibu susuan menjadi suatu identifikasi sosial. Praktek yang tadinya bertujuan untuk menyelamatkan hidup bayi menjadi sarana mencari nafkah. Kaum perempuan kelas atas dididik untuk berpikir bahwa menyusui itu tidak keren, menyusui adalah pekerjaan perempuan miskin. Ada tekanan sosial bagi perempuan bangsawan untuk mendelegasikan semua kerja fisik pada pihak lain commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 dalam rangka memamerkan status tingginya dan keluarganya sendiri. Karena perkembangan cara pandang negatif ini, makin jarang perempuan kaya yang mau menyusui. Kalangan elit pun kemudian makin jarang melihat proses menyusui dan makin tak teredukasi tentang praktek menyusui. Ini terus meluas, sehingga di generasi-generasi muda berikutnya, praktek menyusui terasa asing. Selain masalah status ekonomi, tradisi menyusui juga dihambat oleh perkembangan tabu-tabu sosial. Di era Victoria, kesopanan jadi nilai yang dijunjung tinggi. Perempuan tak lagi melahirkan didampingi oleh banyak perempuan lain, tapi hanya ditunggui oleh ibunya saja. Pengalaman tradisional mengamati proses persalinan dari perempuan lain kini menghilang 5. Menyusui dilakukan secara tertutup. Pengetahuan tentang menyusui pun semakin terkikis. Anak-anak gadis di kemudian hari harus menghadapi proses persalinan dan menyusui tanpa bekal pengetahuan apa pun. Generasi muda tak lagi paham seperti apa sebetulnya menyusui itu, kecuali apa kata mitos-mitos yang disebarkan oleh orang lain, tanpa jelas lagi mana yang benar dan mana yang keliru. Perempuan di era Victoria juga mengalami perubahan persepsi tentang tubuhnya. Citra tentang perkawinan sebagai kisah romansa membuat anak-anak gadis lebih peduli tentang seni bercinta ketimbang tentang melahirkan dan menyusui. Persepsi tentang payudara pun berubah, lebih bermuatan seksual ketimbang reproduktif. Payudara dipandang sebagai kepentingan suami, 5 Jacquelin C Wolf, Dont Kill Your Baby: Public Health and The Decline of Breastf in the 19th and 20th Centuries (Women & Health C&S Perspective), Ohio State University Press; 1 edition (September 7, 2001) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 ketimbang kepentingan bayi dan anak-anak. Maka obsesi menjaga payudara tetap indah kemudian membuat perempuan memilih untuk tidak menyusui. Bisa diduga, kombinasi antara kurangnya pengetahuan dan perubahan persepsi memicu kian menurunnya kegiatan menyusui di masyarakat. Permasalahan dalam perkembangan pemberian ASI berikutnya adalah pengaruh industrialisasi. Tahun 1900, profesi ibu susuan praktis sudah lenyap sebab industri formula dan botol susu bayi makin canggih. Alih-alih menyerahkan anaknya untuk disusui perempuan lain, para ibu baru dikondisikan untuk memilih botol susu berisi formula. Radbill dalam artikel Infant Feeding through the Ages (1981) memaparkan pada tahun 1760, pertama kali dipublikasikan oleh Jean Charles Des-Essarz analisis komparasi ASI manusia dan susu hewan (sapi, domba, keledai, kuda, dan kambing). Menurut karakteristik kimiawinya, Des-Essartz menyimpulkan bahwa ASI manusia adalah sumber nutrisi terbaik bagi bayi. Dengan mematok ASI sebagai contoh ideal, para ilmuwan berupaya membuat formula susu non-manusia untuk meniru ASI. Tahun 1865, ahli kimia Justus von Liebig mengembangkan, mematenkan, dan memasarkan makanan bayi ke bentuk bubuk mula-mula berbentuk cair, lalu dikembangkan yang berbahan susu sapi, tepung gandum, malt, dan potasium bikarbonat. Dia mengklaim jualan Sebelumnya di tahun 1835, teknologi evaporasi susu ditemukan, dan tahun 1853 diproduksilah susu kental manis yang laris dijadikan makanan bayi. Tahun 1885, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 John B. Myerling mengembangkan sejenis susu kental yang tak manis. Produk ini juga laris manis, bahkan direkomendasikan oleh banyak dokter di dekade 1930-an dan 1940-an. Industri makanan bayi terus berkembang. Tahun 1883, sudah ada 27 makanan bayi bermerek paten, termasuk Nestle, tulis Fomon dalam artikel Formula and Beikost (2001), semuanya berbentuk bubuk dengan berbahan susu dicampur berbagai jenis karbohidrat seperti gula atau pemanis, beragam pati dan dekstrin. Dari waktu ke waktu, makin banyak nutrien yang ditambahkan. Terjadinya beberapa tragedi kematian bayi pada periode awal pemasaran rintisan formula-formula ini membuat pihak industri berusaha keras memperbaikinya dengan menjaga mutu susu dari ternak sapi, sampai mendirikan klinik-klinik untuk membagikan formula yang bersih kepada masyarakat. Teknologi pembuatan dot karet yang mudah dibersihkan plus kulkas untuk menyimpan susu terus diperbaharui. Susu khusus untuk bayi yang alergi susu sapi juga diciptakan. Susu soya (kedelai) yang pertama dipasarkan tahun 1929. Sambil terus memperbaiki formula agar setara dengan ASI manusia, sisi pemasaran juga ikut digencarkan. Para pabrikan formula mulai beriklan langsung kepada para tenaga kesehatan. Terjadi relasi yang karib antara tenaga kesehatan dan perusahaan-perusahaan formula. Pemasaran formula yang agresif meluas juga ke negara-negara berkembang. Sejak tahun 1940 dan 1950-an, masyarakat medis maupun awam baik telah memandang formula sebagai produk yang aman dan populer sebagai pengganti ASI. Tentu saja situasi ini berpengaruh pada tradisi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 menyusui. Selama dua atau tiga dekade, hingga tahun 1970-an, persentase ibu menyusui terus menurun. Sisi lain dari proses industrialisasi adalah makin banyak perempuan yang bekerja di luar rumah. Kaum perempuan kelas bawah yang semula menjadi ibu susuan sekarang malah meninggalkan rumah dan anak-anak mereka untuk menjadi buruh pabrik. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan produk formula bayi laris manis. Situasinya sungguh tragis. Gabungan antara persepsi diri sebagai objek seksual yang harus selalu cantik menarik plus kewajiban membantu mencari nafkah bagi keluarga serta makin tak teredukasinya perempuan tentang menyusui, membuat kian banyak ibu yang memasrahkan anaknya pada asupan formula. Menyusui yang dulu dipandang wajar, penting, dan seharusnya lantas menjadi praktek yang kuno, aneh, membingungkan, merepotkan, bahkan hina. Menurunnya persentase ibu menyusui dan anak disusui berarti makin banyak keluarga yang bergantung pada makanan buatan untuk bayi. Namun alam tak bisa dibohongi. Para peneliti kesehatan mencermati bahwa ada kaitan antara meningkatnya pemakaian formula dengan angka kematian bayi. Stevens dkk menyebutkan ada tiga penyakit pada anak yang nyata terkait dengan konsumsi formula atropi (alergi), diabetes mellitus, dan obesitas. Abad ke-19 menjadi abad berbaliknya tren karena makin banyak ahli kesehatan yang mempromosikan praktek menyusui sebagai pilihan sehat dan terbaik bagi bayi. World Health Organization dan asosiasi dokter anak berbagai negara merekomendasikan menyusui eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 sampai minimal anak berusia 2 tahun. Lembaga kesehatan dunia dan pemerintah mengeluarkan berbagai perundangan untuk melindungi hak ibu menyusui, termasuk mengatur kode etik pemasaran produk-produk pengganti ASI. Pemerintah Indonesia sendiri dalam hal ini telah melakukan berbagai upaya, diantaranya dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia 6. Yang berisi hal-hal sebagai berikut: Menetapkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Semua tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar menginformasikan kepada semua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif Tenaga Kesehatan dalam memberikan informasi sebagaimana dimaksud Diktum Ketiga agar mengacu kepada Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM). Adapun Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui sebagaimana yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut: 1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas; 2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan untuk menerapkan kebijakan tersebut; 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasikesulitan menyusui; 4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar; 5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis; 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir; 7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari; 6 http://aimi-asi.org/wp-content/uploads/2013/01/10-kepmenkes-450.pdf diakses pada 20/11/2013 pukul 09.00 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui; 9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI; 10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan. Dari Keputusan Menteri Kesehtan tersebut sebenarnya telah diatur dengan jelas bagaimana seharusnya pemberian asi dilakukan. Namun pada kenyataannya, banyak masalah dalam pengimplementasian peraturan tersebut. Bukan hal baru lagi bahwa banyak tenaga medis justru banyak yang menganjurkan pemberian susu formula kepada bayi baru lahir dengan alasan air susu ibu tidak keluar. Padahal sebenarnya, dalam kajian medis yang disebutkan dalam dokumen Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, bayi sanggup bertahan tidak makan selama 3 hari karena sudah memilik cadangan makanan yang didapatkan selama masih diperut ibunya. Hal ini yang nampaknya kurang dipahami oleh beberapa tenaga medis yang pada beberapa kasus ditemukan fakta mereka dengan mudah menganjurkan pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Parahnya, media pemberiannya pun melalui dot yang mana mempunyai resiko bayi baru lahir dapat mengalami bingung puting. Situasi dimana bayi tidak mau menyusu pada ibunyadan memilih minum dari dot, karena proses minum dari dot lebih mudah daripada menyusu langsung dari payudara ibu. Adapun beberapa peraturan pemerintah lain untuk melengkapi Keputusan Menteri Kesehatan diatas adalah sebagai berikut7 : Konvensi Hak Anak, diratifikasi oleh Keppres No. 36/1990 Aktivitas menyusui sesungguhnya adalah implementasi dari Konvensi Hak Anak - KHA- (Convention on the Rights of the Child) khususnya 7 ibid commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 pasal 6 dan pasal 24 (2.a,2.c), yaitu tentang upaya pemberian makanan yang terbaik, bergizi serta pengasuhan yang optimal ===> Sebagai dasar bagi ibu untuk menyusui; UU No 36/2009 tentang KESEHATAN Pasal 128 (1) setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis; (2) selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus; (3) penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan ditempat kerja dan di tempat sarana umum. Pasal 129 (1) pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif; (2) ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. Usaha lain dari pemerintah untuk menggalakkan program asi eksklusif bagi bayi baru lahir diantaranya melakukan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang fungsi menyusui ASI bagi keberlangsungan hidup bayi. Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan, akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku. Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI 2005-2009 menggariskan bahwa tujuan promosi kesehatan adalah memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mau menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dan melaksanakan dukungan administratif dan operasional pelaksanaan program promosi kesehatan. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media cetak, elektronik maupun media ruang. Dalam hal ini media diposisikan untuk membuat suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan8. Tak hanya pemerintah, sejumlah kepedulian juga lahir dari sejumlah orang yang kemudian mendirikan lembaga yang khusus menangani isu seputar pemberian ASI di Indonesia. Lembaga tersebut adalah AIMI yang merupakan kepanjangan dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. Terbentuknya AIMI didasari kepedulian beberapa ibu yang sangat menyadari bahwa pemberian ASI adalah sangat penting bagi bayi khususnya selama 6 bulan pertama kehidupan bayi atau yang biasa dikenal dengan istilah ASI eksklusif. Tak hanya itu, AIMI juga menggalakkan pemberian ASI selama 2 tahun setelah ASI eksklusif. Inisiatif mendirikan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia ini awalnya lahir disertai keprihatinan atas rendahnya dukungan pemerintah, masyarakat dan instansi swasta terhadap pemberian ASI. Padahal ASI merupakan awal yang baik untuk generasi bangsa yang berkualitas. Selain itu, upaya sosialisasi mengenai pentingnya ASI bagi kesehatan dan imunitas bayi serta penyebaran informasi mengenai ASI dinilai masih sangat kurang. Kondisi ini diperparah pula dengan belum adanya dukungan kepada keluarga Indonesia, terutama ibu-ibu untuk 8 Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 mendapatkan akses informasi selengkap mungkin mengenai ASI baik dari rumah sakit tempat melahirkan maupun dari tenaga kesehatan. Organisasi nirlaba ini memfasilitasi konseling laktasi, mengadakan kelas edukasi juga seminar, melakukan kunjungan home visit, office visit untuk ibu menyusui yang bekerja, dan hospital visit saat ibu melahirkan dan lain lain. AIMI dalam situsnya juga menyebutkan visi dan misi yang jelas dalam menggalakkan pemberian ASI eksklusif dan 2 tahun setelahnya. Adapun misi AIMI adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi, pengetahuan dan dukungan bagi para ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif selama 6 bulan dan meneruskannya sampai 2 tahun atau lebih; 2. Memberikan masukkan untuk pemerintahan, perusahaan dan instansi swasta agar mereka mengetahui pentingnya pemberian ASI, dengan tujuan agar pihak-pihak tersebut dapat memberikan dukungan bagi suksesnya pemberian ASI; 3. Memberikan pendidikan kepada lingkungan masyarakat akan pentingnya ASI dengan terus-menerus memberikan pengetahuan dan informasi terkini mengenai ASI; 4. Mensosialisasikan risiko pemberian susu formula kepada bayi yang berusia kurang dari 2 tahun. Misi tersebut di atas merupakan langkah pasti untuk mewujudkan visi. Adapun visi dari organisasi ini adalah: 1. Untuk menaikkan prosentase angka ibu-ibu menyusui di Indonesia; 2. Untuk menaikkan prosentase bayi yang diberikan ASI eksklusif di Indonesia; 3. Agar setiap ibu di Indonesia memiliki bekal pengetahuan dan informasi yang cukup mengenai pentingnya pemberian ASI kepada bayi mereka; 4. Agar setiap ibu di Indonesia mendapatkan dukungan penuh untuk menyusui bayinya secara eksklusif selama 6 bulan dan meneruskannya sampai 2 tahun atau lebih. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 5. Agar Pemerintah, perusahaan-perusahaan dan pihak ketiga lainnya sadar betul akan pentingnya ASI dengan mendukung penuh pemberian ASI kepada bayi-bayi di Indonesia; 6. Agar masyarakat luas mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang ASI, dan memberikan dukungan dalam rangka mensukseskan pemberian ASI bagi bayi-bayi Indonesia. Realita yang kemudian dihadapi oleh AIMI adalah adanya kesulitan untuk menjangkau keseluruhan wilayah Indonesia dalam mengkampanyekan ASI for Baby. Kesulitan ini mencakup keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau. Sedikitnya tenaga kesehatan yang paham tentang pentingnya ASI dan tentang peraturan pemerintah yang mewajibkan ASI. Iklan susu formula yang gencar baik itu di media maupun di rumah sakit dan fasilitas untuk bersalin lainnya. Belum meratanya cabang-cabang AIMI bahkan sampai sekarang pun turut menjadi permasalahan dalam kampanye AIMI. Dengan berbagai permasalahan yang ada, berbanding dengan semakin tingginya permintaan para ibu menyusui akan informasi seputar menyusui, maka hampir bisa dipastikan bahwa kampanye AIMI belum maksimal. Karenanya, AIMI-ASI kemudian menyadari bahwa untuk menyebarluaskan pesan tentang menyusui diperlukan sarana ataupun media, untuk membantu proses tersebut. Hal ini sesuai dengan konsep promosi kesehatan seperti yang sudah dijelaskan diatas. Sebagaimana menurut Harold D. Lasswell (1960) bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan media apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?)9. Maka proses 9 (2005), hlm. 36 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 pengkomunikasian pesan-pesan oleh AIMI-ASI terhadap ibu menyusui pun menggunakan beberapa media, diantaranya dengan menggunakan internet. Pengertian dari internet atau interconnection networking itu sendiri adalah jaringan komputer dalam skala internasional yang dapat membuat masing-masing komputer saling berkomunikasi. Jaringan ini pertama kali dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat dalam proyek ARPAnet (Advanced Research Projects Agency Network) yang merupakan percobaan untuk membentuk jaringan berskala besar yang menghubungkan komputer di berbagai lokasi yang dapat diakses sebagai sebuah kesatuan untuk dapat saling memanfaatkan resource. Dengan memanfaatkan internet inilah akhirnya dibentuk situs resmi AIMI yaitu aimi-asi.org, facebook dengan nama akun Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, dan twitter dengan id @aimi_asi. Akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, dipilih oleh peneliti untuk dijadikan objek dalam penelitian ini. Adapun alasannya adalah tingginya konsumsi media sosial facebook oleh masyarakat Indonesia, yang mana tembus hingga mencapai angka 41,777,240 pengguna, dari 241.452.952 total penduduk Indonesia yang menempati urutan ke empat sebagai negara berpenduduk terbanyak di dunia. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pengguna facebook terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat. Facebook pulalah yang menjadi 1 dari 5 situs yang paling banyak dikunjungi orang Indonesia. Alasan lainnya adalah didalam facebook AIMI-ASI, para ibu bisa saling share dengan ibu yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 lain berkaitan dengan kegiatan menyusui, kesulitan-kesulitan yang dihadapi ketika menyusui, dan mendapatkan dukungan dari sesama ibu menyusui untuk menyusui kapanpun dan dimanapun. Bahkan bisa pula didapatkan artikel yang ditulis oleh anggota AIMIASI di dokumen facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. Diantaranya : Kontak konseling AIMI pusat, cabang serta ranting Manajemen ASIP (ASI Perah) Media pemberian ASIP (ASI Perah) Menyusui Bayi Kuning Panduan memerah dengan tangan Laktogenesis Donor ASI dan ketentuannya ASI lipase tinggi Berbagai alasan kenapa bayi menolak menyusui Diet aman untuk ibu menyusui Gerakan tutup mulut pada anak Metode KB ibu menyusui Resiko penggunaan dot Berbagai fakta tentang bingung puting Serba serbi IMD dan rawat gabung Serba-serbi BAB bayi Serba-serbi tongue tie Serba serbi relaktasi Serba serbi foremilk dan hindmilk Seputar posisi dan pelekatan menyusui Menyusui saat hamil dan tandem nursing Menyapih dengan cinta Masalah-masalah payudara yang dialami ibu menyusui Kandungan ASI vs kandungan susu formula PP no: 33/2012 tentang ASIX Panduan Pemberian (Susu) Formula Pada Bayi Sesuai Standar WHO dan IDAI Panduan MPASI WHO Tips MPASI WHO Kumpulan Kultwit AIMI tentang MPASI Panduan obat-obatan yang aman untuk ibu menyusui Let Down Reflex (LDR): Si Nyeri yang Dicari ASI Lancar, Puasa pun tak Terlewat Berbagai Fakta tentang Makanan / Minuman Ibu Menyusui Tips Mengatasi Bayi yang Suka Menggigit Putting commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 Menyusui Hingga Lebih dari Dua Tahun: Kenapa Tidak? Memahami Growth Spurts (Percepatan Pertumbuhan) pada Bayi Mitos dan Fakta tentang ASI dan Menyusui Tips Meningkatkan Berat Badan Bayi Tanpa Bantuan Susu Formula Permenkes no. 15 tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Ruang Menyusui dan/atau Memerah ASI Permenkes no. 39 tahun 2013 tentang Susu Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ) Seputar Pemberian MPASI Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ) Seputar Memerah ASI Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ) Seputar Persiapan Menyusui Sejak Masa Kehamilan Kontak Divisi Belanja AIMI Pusat dan Cabang Menyusui Pasca C-section (Cesarian) Panduan Menyusui di hari-hari Awal Kehidupan Bayi Cara Membaca Growth Chart Growth Chart WHO Berat Badan Bayi Perempuan Growth Chart WHO Berat Badan Bayi Laki-Laki Growth Chart WHO Tinggi Badan Bayi Perempuan Growth Chart WHO Tinggi Badan Bayi Laki-Laki Growth Chart WHO Lingkar Kepala Bayi Perempuan Growth Chart WHO Lingkar Kepala Bayi Laki-Laki Cakupan bahasan dalam akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia seperti yang tertulis dalam peraturan akun tersebut adalah : a) Seputar masalah ASI/menyusui; b) MPASI dan makanan anak sampai 24 bulan; c) Masalah kesehatan bayi hingga usia 24 bulan yang bersifat umum dan terkait dengan ASUPAN. Namun demikian, AIMI selalu berpegang pada prinsip bahwa para orang tua harus berkonsultasi dengan tenaga kesehatan yang berwenang. Jika ada unsur kegawatan, diharapkan untuk segera hubungi tenaga medis terdekat dan tidak mencari saran ke media sosial. Dimohon juga agar tidak menanyakan obat apa yang sebaiknya diberikan ke bayi/anak. Pemberian obat untuk bayi/anak harus melalui pemeriksaan langsung dan penegakan diagnosa oleh tenaga medis dan tidak bisa dilakukan lewat konsultasi di media sosial; d) Masalah kehamilan yang terkait dengan menyusui; e) Masalah seputar KB yang relevan dengan menyusui. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 Melalui peranan media komunikasi facebook inilah yang akan diteliti, tentang bagaimana pengaruhnya terhadap persepsi ibu menyusui sehingga menganggap bahwa menyusui ASI eksklusif adalah keharusan bagi ibu dan hak bagi bayi, untuk kemudian mengubah perilaku. Mengingat bahwa akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia ini dianggap cukup menginformasi dan mengedukasi ibu hamil yang sedang mempersiapkan kelahiran maupun ibu menyusui itu sendiri. Mengedukasi dari ketersediaan artikel yang bisa dibaca kapan saja seperti yang sudah disebutkan diatas, dan adanya admin atau mimin (sebutan bagi pengelola akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia yang biasanya merupakan pengurus organisasi AIMI-ASI) yang akan mengelola akun, menjawab pertanyaan dari para pengikut akun, meng-update artikel dan status facebook sesuai dengan kebutuhan kampanye menyusui. Para ibu yang bergabung dengan akun facebook ini bahkan bisa saling tanya jawab ataupun share pengalaman masing-masing berkaitan dengan menyusui, juga kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Jadi dengan ini diharapkan mereka akan teredukasi dari pengalaman ibu-ibu menyusui yang lain. Karena sifatnya yang edukatif dan informatif maka salah satu alat publikasi AIMI-ASI ini (akun facebook) kemudian dipandang mampu untuk mengubah persepsi untuk kemudian mengubah perilaku. Dari yang menganggap menyusui adalah sekedarnya hingga kemudian berpandangan bahwa menyusui adalah hal alamiah yang merupakan kewajiban bagi ibu dan hak bagi bayi. Sebagaimana yang dikatakan Janis & Kelley (1953) bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Komunikasi memiliki andil untuk membentuk / mengubah perilaku seseorang. Berdasarkan uraian tersebut, maka judul ini dipilih untuk mengetahui peran media komunikasi facebook AIMI ASI terhadap persepsi ibu menyusui dalam melaksanakan program ASI eksklusif. Apakah ada pengaruh akun facebook milik AIMI ASI terhadap keberhasilan ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Sejauh mana peran media komunikasi facebook AIMI-ASI terhadap persepsi ibu menyusui dalam melaksanakan program ASI eksklusif. C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui sejauh mana peran media komunikasi facebook AIMIASI terhadap persepsi ibu menyusui dalam melaksanakan program asi eksklusif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 D. KAJIAN TEORI 1. Komunikasi Sebelum membahas lebih dalam mengenai variabel independen (peran media komunikasi) dan variabel dependen (persepsi ibu menyusui) dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu akan mengurai mengenai komunikasi itu sendiri, apakah komunikasi itu, bagaimana proses terbentuknya, bagaimana menurut pandangan dari para ahli. Juga akan peneliti uraikan teori atau pendapat ahli tentang media (sebagai sarana untuk melakukan proses komunikasi). Changara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi (1998) menjabarkan beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli. Beberapa diantaranya yaitu: 1. Everett M. Rogers. Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. 2. Rogers & D. Lawrence Kincaid, 1981. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. 3. Harorl D. Lasswell, 1960. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy10 membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu: 1. Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain, komunikasi adalah proses membuat pesan yang setara bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna). Wilbur Schramm 11 menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni 10 Effendy, Onong Uchjana. (1994). Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Remadja Karya. Bandung hlm 11-19 11 ibid commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan 2. Proses komunikasi sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasi karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.) Lebih mendalam, Deddy Mulyana 12 mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi dalam tiga konseptual yaitu: 1.Komunikasi sebagai tindakan satu arah Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. 2. Komunikasi sebagai interaksi. Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebabakibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. 12 Mulyana. Op. Cit. hlm 61-69 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 3. Komunikasi sebagai transaksi. Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara berkesinambungan mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. 2. Media Lewat pengertian proses komunikasi sekunder seperti yang sudah dijabarkan menurut Lasswel diatas,dalam suatu proses komunikasi, agar menjadi efektif, maka membutuhkan saluran / chanel / media penyampaian pesan.Pengertian media itu sendiri adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, maka media yang paling dominasi dalam berkomunikasi adalah pancaindera manusia seperti mata dan telinga. Pesan pesan yang diterima selanjutnya oleh pancaindera selanjutnya diproses oleh pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Dani Vardiansyah dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi (2004) menyebutkan bahwa media adalah bentuk jamak dari medium medium komunikasi, yang dapat diartikan sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja. Artinya, hal ini mengacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi media komunikasi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 3. Media Sosial Berbicara mengenai teknologi media komunikasi dalam penelitian ini tentu kita akan berbicara mengenai facebook, yang mana merupakan salah satu dari sekian banyak media sosial. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein dalam kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user- Dalam menelaah media sosial, ada teori yang bisa digunakan yaitu teori ekologi media. Konsep dasar teori ini pertama kali dikemukakan oleh Marshall McLuhan (1964). Setidaknya ada 3 asumsi dalam teori ini, yaitu: 1. Media melingkupi setiap tindakan di dalam masyarakat atau dalam sebuah media yang terpenting adalah teknologinya, bukan isinya. 2. Media memperbaiki persepsi kita dan mengorganisasikan pengalaman. Dalam asumsi kedua dari teori Ekologi Media melihat media sebagai sesuatu yang langsung mempengaruhi manusia. Cara manusia memberi penilaian, merasa, dan bereaksi cenderung dipengaruhi oleh media. Dalam asumsi ini McLuhan menilai media cukup kuat dalam membentuk pandangan kita atas dunia. 3. Media menyatukan seluruh dunia. Dalam asumsi ketiga teori ekologi media menyatakan bahwa setiap pertistiwa atau hal yang dilakukan di belahan dunia lain, dapat diketahui atau menjalar ke belahan dunia lain. Akibat dari hal tersebut, McLuhan menyebut, manusia kemudian hidup di sebuah desa global (global village). Media seolah mengikat dunia menjadi sebuah kesatuan sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang besar. Konsep Global Village berarti tidak akan ada lagi batasan antar belahan dunia manapun untuk saling mengetahui kegiatan satu sama lain. Apa yang terjadi di belahan Kutub Utara misalnya dalam hitungan sepersekian detik akan dengan mudah diketahui pula oleh masyarakat di belahan Kutub Selatan. Dengan adanya internet, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 membuat kita mempermudah semua hal itu. Dengan menggunakan social media¸memudahkan kita untuk berinteraksi dengan siapapun dan dimanapun. Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Media sosial mempunyai ciri-ciri, yaitu sebagai berikut : Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper atau penjaga atau aministrasi atau semacam penyensor Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan social media dengan jaringan internet bahkan yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna social media dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya. Menurut Antony Mayfield dari iCrossing, media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling membagi ide, bekerjasama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan, dan membangun sebuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri sendiri. Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah alasan mengapa media sosial berkembang pesat. Jika dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa menyampaikan pendapat secara terbuka karena satu dan lain hal, maka tidak jika kita menggunakan media sosial. Kita bisa menulis apa saja yang kita mau atau kita bebas mengomentari apapun yang ditulis atau disajikan orang lain. Ini berarti komunikasi terjalin dua arah. Komunikasi ini kemudian menciptakan komunitas dengan cepat karena ada ketertarikan yang sama akan suatu hal13 Sedangkan facebook itu sendiri, yang merupakan objek dari penelitian ini, adalah salah satu dari sekian banyak media sosial. Dibuat oleh Mark Zuckerbergh, pada 23 Oktober 2003, facebook pada awalnya bernama Facemash.com. Baru pada tahun 2004 berganti menjadi thefacebook.com yang pada tanggal 30 Desember 2004 pengikutnya tembus hingga 1 juta pengguna. Di Agustus 2005, 13 Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein (2010) "Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media". Business Horizons 53(1): 59 68 diakses pada 15/01/2014 pk.09 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 thefacebook.com berganti nama menjadi facebook.com dengan harga $ 200.000 (200.000 US Dolar). Pada tahun tersebut, Facebook.com mendapatkan berbagai investor dan mulai bekerjasama dengan Apple dan Microsoft. Di akhir 2005, Facebook telah menyebar di US, Canada, Mexico, UK, Australia, New Zealand dan Irlandia. Aplikasi yang terdapat dalam facebook memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan informasi personal, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya, dan facebook juga menampilkan dan menyediakan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya 14. Sheldon (2009) menyatakan bahwa perkembangan facebook begitu pesat, dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh compete.com pada Januari 2009, facebook mendapat peringkat pertama sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan oleh para pengguna aktifnya. Pengguna facebook di Indonesia sendiri termasuk yang terbesar di dunia, di posisi kedua di dunia yaitu sebanyak 41,777,240 pengguna dari 241.452.952 total penduduk Indonesia yang menempati urutan ke empat sebagai negara berpenduduk terbanyak di dunia. Potensi inilah yang menjadi alasan mengapa AIMI pun turut menjadikan facebook sebagai alat kampanye Asi for Baby. 14 Stutzman dalam Limperos dkk, 2008 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 Ada pula teori lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Yaitu Teori Perubahan Sikap atau Attitude Change Theory, yang dikenalkan oleh Carl Iver Hovland, pada awal tahun 1950-an.Teori perubahan sikap Carl Iver Hovland memberikan penjelasan, bagaimana sikap seseorang terbentuk dan bagaimana sikap itu dapat berubah melalui proses komunikasi, dan bagaimana sikap itu dapat mempengaruhi sikap atau tingkah laku seseorang. Menurut Hovland, seseorang akan merasa tidak nyaman bila dihadapkan pada informasi baru yang bertentangan dengan keyakinannya. Teori perubahan sikap, juga disebut sebagai Teori Disonansi, yang berarti ketidakcocokan atau ketidaksesuaian. Untuk mengurangi ketidaknyamanan itu, maka akan ada proses selektif, yaitu penerimaan informasi selektif, ingatan selektif, dan persepsi selektif. 4. Teori Peran Teori peran (role theory role the boundaries and sets of expectations applied to role incumbents of a particular position, which are determined by the role incumbent and the role senders within 15 . Selain itu, Robbins (2001) a set of expected behavior patterns attributed to someone occupying a given position in a social unit Ditinjau dari buku Perilaku Organisasi oleh Suryana Sumantri (2001), peran merupakan salah satu komponen dari sistem sosial organisasi, selain norma 15 Banton, 1965; Katz &Kahn, 1966, dalam Bauer, 2003: 54 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 dan budaya organisasi. expectations subordinate about appropriate behavior in a job position (leader, Ada dua jenis perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan, yaitu (1) role perception: yaitu persepsi seseorang mengenai cara orang itu diharapkan berperilaku; atau dengan kata lain adalah pemahaman atau kesadaran mengenai pola perilaku atau fungsi yang diharapkan dari orang tersebut, dan (2) role expectation: yaitu cara orang lain menerima perilaku seseorang dalam situasi tertentu. Dengan peran yang dimainkan seseorang dalam organisasi, akan terbentuk suatu komponen penting dalam hal identitas dan kemampuan orang itu untuk bekerja. Dalam hal ini, suatu organisasi harus memastikan bahwa peranperan tersebut telah didefinisikan dengan jelas. Scott et al. (1981) 16 menyebutkan lima aspek penting dari peran, yaitu: 1. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan harapannya, bukan individunya. 2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) yaitu, perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu. 3. Peran itu sulit dikendalikan (role clarity dan role ambiguity). 4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa perubahan perilaku utama. 5. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama seseorang yang melakukan satu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran. Meski kata 'peran' sudah ada di berbagai bahasa Eropa selama beberapa abad, sebagai suatu konsep sosiologis, istilah ini baru muncul sekitar tahun 1920an dan 1930-an. Istilah ini semakin menonjol dalam kajian sosiologi melalui karya teoretis Mead, Moreno, dan Linton. Dua konsep Mead, yaitu pikiran dan diri sendiri, adalah pendahulu teori peran. Tergantung sudut pandang umum terhadap 16 dalam Kanfer (1987: 197) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 tradisi teoretis, ada serangkaian "jenis" dalam teori peran. Teori ini menempatkan persoalan-persoalan berikut mengenai perilaku social : Pembagian buruh dalam masyarakat membentuk interaksi di antara posisi khusus heterogen yang disebut peran. Peran sosial mencakup bentuk perilaku "wajar" dan "diizinkan", dibantu oleh norma sosial, yang umum diketahui dan karena itu mampu menentukan harapan. Peran ditempati oleh individu atau sesuatu yang disebut "aktor". Teori peran sangat berkaitan erat dengan sosialisasi. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan teori peran. Teori peran menggambarkan interaksi social dalam terminology aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa yang di tetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini harapanharapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini masyarakat yang dibarengi dengan yang namanya pemahaman tentang peran-peran secara otomatis akan lebih paham dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, karena segala sesuatu yang diajarkan dengan peran adalah salah satu fakor utama dalam mencapai kepuasan tersendiri bagi individu untuk menjalankan sebuah fungsi. Hal ini dikaitkan dengan bagaimana seorang individu atau masyarakat memahami apa yang dilakukan oleh agen sosialisasi. Oleh karena itu diperlukan peran yang aktif dalam proses pensosialisasian atas individu atau masyarakat agar tercapai keinginan yang disepakati. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 Masih menurut teori ini pula, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran social. Kemudian, sosiolog yang bernama Glen Elder (1975) membantu - anggotanya untuk mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian besar warga Amerika Serikat akan menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta pemilu pada usia delapan belas tahun, bekerja pada usia tujuh belah tahun, mempunyai istri atau suami pada usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia enam puluh tahun. Berikut ini adalah pengertian dan definisi peran: 1. Soekanto. Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. 2. R. Linton. Peran adalah the dynamic aspect of status. Dengan kata lain, seseorang menjalankan perannya sesuai hak dan kewajibannya. 3. Soejono Soekamto. Peran adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 4. Biddle dan Thomas. Peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain. 5. Merton. Pelengkap hubungan peran yang dimiliki seseorang karena meduduki status sosial tertentu. 6. W.J.S. Poerwadarminta : 1985. Peran berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama. 5. Teori Persepsi Manusia pada dasarnya merupakan mahkluk individu. Dalam melihat suatu masalah setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Hal ini pula yang menyebabkan persepsi setiap individu memilki perbedaan. Persepsi secara etimologi diartikan sebagai daya untuk mengamati, yang menghasilkan tanggapan, kesan atau penglihatan. Soemanto17 mengartikan persepsi sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Definisi ini menekankan bahwa persepsi merupakan hasil yang ditangkap dari mengamati suatu objek. Hal ini berarti dalam membentuk persepsi harus jelas objek yang dituju. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia yang lainnya, karena adanya perbedaan dari pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal. Persepsi adalah kesadaran yang tidak dapat ditafsirkan yang timbul dari stimuli. Dalam hal ini persepsi itu lahir karena adanya rangsangan sehingga menimbulkan rangsangan yang tidak dapat ditafsirkan. Jadi yang merupakan faktor penyebab adanya persepsi adalah rangsangan / stimuli. 17 Soemanto Wasty. (1990). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Reneka Cipta hlm 23 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 Kimball Young18 menyatakan persepsi merupakan suatu yang menunjukkan aktivitas, merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek baik fisik maupun benda. Hal ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek. Setelah dirasakan kemudian objek tersebut diinterpretasikan. William James 19 menyebutkan ada tiga macam bentuk persepsi yakni : 1. Pesepsi masa lampau disebut dengan persepsi ingatan (tanggapan) 2. Persepsi masa sekarang disebut dengan persepsi tanggapan imajinasi. 3. Persepsi masa mendatang disebut sebagai tanggapan antisipatif. Berdasarkan uraian diatas berarti tanggapan diasosiasikan sebagai suatu reaksi yang dihasilkan stimuli berupa pertumbuhan kesan pribadi yang berorientasi kepada pengamatan masa lampau, masa kini, dan masa mendatang. Fenomena yang muncul dalam kaitannya dengan persepsi adalah atensi (attention). Atensi merupakan suatu proses penyeleksian input yang akan diproses dalam kaitannya dengan pengalaman. Hal ini berarti atensi banyak mendasarkan diri pada proses penyaringan informasi (filtering) yang ada pada lingkungannya. Untuk memperjelas pengertian dari persepsi, di bawah ini dijelaskan mengenai pengertian persepsi menurut beberapa ahli 20 : 1. Persepsi merupakan kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi mengenali lingkungannya, baik lewat penglihatan, pandangan, penghayatan, perasaan, dan penciuman. 18 Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas : Pengantar pada pemikiran dan pendekatan praktis Edisi Revisi 2003). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hlm.102 19 ibid, hlm.105 20 ibid commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 Persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya pencatatan yang benar terhadap situasi. Proses kognitif diatas adalah proses kegiatan mental yang sadar seperti sikap, kepercayaan dan pengharapan yang semuanya merupakan faktor yang menetukan perilaku. 2. Menurut Davidof, persepsi merupakan proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu bersangkutan. Selanjutnya menurut Horovitz, persepsi adalah anggapan yang muncul setelah melakukan pengamatan di lingkungan sekitar atau melihat situasi yang terjadi untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu. 3. Menurut Lindzey dan Aronson, persepsi sosial merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi dan mengevaluasi objek yang dipersepsi, baik sifat, kualitas ataupun keadaan lain yang ada dalam objek tersebut sehingga terbentuk gambaran mengenai objek tersebut. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan persepsi merupakan sebagai suatu proses pemberian makna atau proses pemahaman diri di dalam diri seseorang terhadap suatu objek, baik itu yang berwujud ataupun tidak berwujud. Dalam hal ini persepsi sangat berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internalnya diantaranya : 1. Motif dan kebutuhan. 2. Kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input tertentu, tetapi tidak pada input lainnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 Sedangkan faktor eksternalnya diantaranya adalah : 1. Intensitas dan ukuran dari yang akan diberikan atensi. 2. Kontras dan hal-hal yang baru dari objek yang mendapat perhatian. 3. Pengulangan dari yang diberi persepsi. 4. Gerakan yang diberi persepsi. Berrlyne 21 dalam buku yang sama juga menyebutkan ada empat aspek persepsi yang membedakannya dengan pola pikir kognitif, yaitu pola pikir yang masih berada didalam pemikiran manusia, yakni : 1. Hal- hal yang diamati dari sebuah rangsangan bervariasi, tergantung pola dari keseluruhan dimana rangsangan tersebut menjadi bagiannya. 2. Persepsi bervariasi dari orang ke orang dan dari waktu ke waktu 3. Persepsi bervariasi tergantung dari arah kearah (fokus) alat indra. 4. Persepsi cenderung berkembang kearah tertentu dan sekali terbentuk kecenderungan itu biasanya akan menetap. 21 ibid, hlm.97 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 E. KERANGKA PEMIKIRAN Untuk mempermudah proses penelitian, diperlukan kerangka berpikir yang menjadi rambu-rambu penelitian berdasarkan teori relevan yang mencakup pokok-pokok pikiran yang menggambarkan sudut pandang permasalahan yang akan diteliti. Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen (peran media komunikasi facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) dan variabel dependen (persepsi ibu menyusui). Kerangka teorinya adalah: TABEL I Peran media komunikasi facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia 1. Frekwensi 2. Perhatian 3. Durasi Stimulus berupa penginformasian dan edukasi melalui artikel-artikel tentang ASI, tentang proses menyusui, dan penanganan kesulitankesulitan dalam proses menyusui, serta dukungan untuk ibu menyusui Persepsi Ibu Menyusui 1. Tahu (menyangkut pengetahuan responden tentang AIMI, definisi ASI, ASI eksklusif itu penting) 2. Aktif (menyangkut keaktifan responden mengunjungi akun facebook AIMI) 3. Informasi (responden mendapat informasi tentang menyusui, tentang program ASI eksklusif Sumber : Olahan penulis commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 Salah satu fungsi dibuatnya akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia adalah untuk mengkampanyekan asi eksklusif. Salah satunya dengan memaparkan tulisan-tulisan yang ditulis oleh tenaga medis pro-ASI dan pegiatASI yang berdasarkan pengalaman, dan juga penelitian ilmiah. Juga membiarkan pengikut akun tersebut saling bertukar pikiran dan pengalaman menyusui melalui update status di wall akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. Perubahan perilaku yang dimaksud pada skema diatas adalah dari yang tadinya mengganggap ASI eksklusif tidak penting, kemudian berfikir bahwa ASI eksklusif itu penting, ASI eksklusif adalah keharusan dan kewajaran. Pemberian ASI kepada bayi bisa diusahakan dengan berbagai caranya, bahkan diantaranya dengan donor asi.Hal ini sesuai dengan pendapat Janis & Kelley (1953) bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Mindset yang telah berubah kemudian membuat ibu menyusui membentuk / mengubah perilaku, yaitu melaksanakan asi eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Goal atau hasil akhir yang diharapkan dari peran media komunikasi facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia adalah meningkatnya angka ibu yang menyusui secara eksklusif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 F. HIPOTESA Media komunikasi facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia berperan secara positif terhadap persepsi ibu menyusui dalam melaksanakan program ASI eksklusif. G. DEFINISI KONSEPSIONAL DAN OPERASIONAL 1. Definisi Konsepsional Singarimbun 22 menjelaskan bahwa definisi konsepsional merupakan definisi yang dipakai oleh peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau alami. Studi pada penelitian ini berisi kajian terhadap 2 variabel yaitu variabel independen (peran akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) dan variabel dependen (persepsi ibu menyusui). Secara konseptual dapat didefinisikan, sebagai berikut: a. Variabel Independen (peran akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) Fadli dalam Kozier Barbara (2008) menyatakan peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang / sesuatu sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Sedangkan menurut King, peran merupakan perilaku yang diharapkan dari orang yang memiliki posisi dalam sistem sosial. Peran adalah merujuk pada hal yang harus dijalankan seseorang di dalam sebuah tim (Palan) 22 Singarimbun, Masri. (1989). Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 b. Variabel dependen (persepsi ibu menyusui). Kimball Young23 menyatakan persepsi merupakan suatu yang menunjukkan aktivitas, merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek baik fisik maupun benda. Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur; memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Ibu menyusui adalah wanita yang sedang dalam proses menyusui. Sedang pengertian menyusui itu sendiri adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Sedangkan asi eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Tidak ada asupan makanan atau minuman lain yang diberikan kepada bayi selama masa ini (AIMI-ASI) Berdasarkan pengertian diatas, maka definisi konsepsional dari judul penelitian ini adalah sesuatu yang diharapkan orang-orang dari jejaring sosial facebook milik AIMI ASI, terhadap pemahaman dan penginterpretasian wanita yang sedang dalam proses menyusui, dalam 23 Adi,I.R, Op.Cit hlm.102 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 keberhasilannya untuk memberikan makanan berupa ASI saja kepada bayi selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. 2. Definisi Operasional Definisi Operasional merupakan definisi yang sudah diturunkan derajatnya dan telah disesuaikan dengan tempat dan waktu dimana peneliti mengadakan penelitian. Definisi operasional berfungsi untuk mengukur variabel yang menjadi fokus penelitian. Ada 2 variabel dalam penelitian ini. Yaitu peran facebook yang merupakan variabel independen. Dan persepsi ibu menyusui yang merupakan variabel dependen. Masingmasing variabel diukur dengan sejumlah pernyataan (kalimat positif), yang kemudian responden akan diminta untuk menjawab dengan skala likert untuk menunjukkan persetujuannya atau tidak atas pernyataan yang diajukan tersebut. Adapun item pernyataan atau indikator untuk mengukur yaitu: a. Variabel independen (peranakun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), diukur melalui 3 pointer yaitu frekwensi, perhatian, durasi. Ketiga pointer tersebut akan diturunkan melalui pernyataan-pernyataan berikut ini - Responden mengikuti akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia sejak kapan. Dengan pillihan jawaban khusus yaitu 5 = sebelum hamil ; 4 = ketika hamil ; 2 = sesudah melahirkan ; 1 = masa asi eksklusif akan berakhir commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 - Responden sering mengunjungi akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, - Responden sengaja meluangkan waktu beberapa lama untuk mengunjungi akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, - Responden antusias dalam menggali informasi yang terdapat dalam akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, - Responden membuka akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia tidak sambil melakukan aktifitas lain, - Responden memahami isi pesan yang terdapat dalam akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, - Responden setuju bahwa akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia sudah memenuhi pengharapan responden dalam pemenuhan informasi tentang pemberian asi, dukungan asi eksklusif bagi bayi, juga dalam perannya dalam mengedukasi, - Responden setuju anggapan adanya pertambahan pengetahuan dan perbedaan pandangan responden terhadap asi eksklusif setelah mengikuti akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 - Responden menyadari bahwa mengikuti akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia turut berperan dalam keberhasilan dalam melaksanakan program asi eksklusif. b. Variabel dependen (persepsi ibu menyusui) diukur melalui 3 pointer yaitu tahu (menyangkut pengetahuan responden tentang AIMI, akun facebook AIMI, definisi asi, asi eksklusif adalah penting), aktif (menyangkut keakfifan responden mengunjungi akun facebook AIMI), dan mendapat informasi (menyangkut informasi tentang menyusui, tentang program asi eksklusif). Yang mana ketiga pointer tersebut akan dikonstruksikan melalui pernyataan-pernyataan sebagai berikut : - Responden tahu apakah itu Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI ASI), - Responden tahu tentang akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, - Responden aktif mengikuti akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, - Dari akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia responden mendapat informasi seputar menyusui, - Akun facebook Asosiasi Indonesia menyediakan informasi yang responden butuhkan terkait program asi eksklusif, - Responden tahu mengenai definisi asi eksklusif, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 - Responden menjawab pernyataan bahwa pengertian asi eksklusif adalah memberi asupan makanan pada bayi cukup hanya dengan air susu ibu (ASI) selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, - Responden menganggap bahwa asi ekslusif adalah penting. H. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian penjelasan atau explanatory research yang menurut Masri Singarimbun adalah penelitian yang menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan mengkaji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu dinamakan juga dengan penelitian pengujian hipotesa atau testing research. Walaupun uraiannya juga mengandung deskripsi, tetapi sebagai penelitian relasional fokusnya terletak pada penjelasan hubunganhubungan antar-variabel. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. 3. Populasi dan Sampel Penelitian Masih menurut Singarimbun, yang dimaksud populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 Populasi dalam penelitian ini adalah para ibu menyusui itu sendiri, yang mengikuti akun facebook AIMI-ASI, yang berhasil dalam pelaksanaan program ASI eksklusifnya. Persoalan mengenai batasan populasi kemudian muncul ketika peneliti menyadari bahwa banyaknya akun facebook yang meng-add akun Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, yaitu mencapai angka ribuan, sementara tidak bisa dipastikan apakah semua akun tersebut masih aktif dan menyatakan bersedia untuk menjadi responden. Tidak bisa dipastikan pula bahwa semua akun tersebut adalah ibu menyusui, karena bisa jadi para pemilik akun yang bukan merupakan ibu menyusui pun ikut mengikuti akun facebook Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. Apalagi akun facebook milik AIMI tersebut bebas sifatnya bebas, atau semua bisa meng-add dan semua bisa membaca postingan yang ada. Tidak bisa dipastikan pula bahwa jumlah total pengikut akun facebook AIMI tersebut kesemuanya adalah ibu menyusui yang melaksanakan program ASI eksklusif. Karena itu, peneliti kemudian mengemukakan batasan-batasan dalam penentuan populasi. Adapun ciri-ciri yang diakui sebagai populasi adalah: 1. Merupakan ibu menyusui 2. Meng-add akun facebook milik AIMI yaitu Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia 3. Berhasil melaksanakan program asi eksklusif 4. Akun facebooknya masih aktif sehingga bisa dihubungi 5. Menyatakan bersedia menjadi responden commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 Berdasar batasan populasi diatas maka jumlahnya diperkirakan sebanyak 300 akun. Jumlah ini memang jauh lebih sedikit daripada jumlah para pengikut akun AIMI itu sendiri. Angka 300 ini didapatkan dari batasan populasi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Yaitu yang merupakan ibu menyusui, melaksanakan asi eksklusif, menjadi pengikut akun AIMI, akun facebooknya aktif dan menyatakan bersedia menjadi responden. Dalam bukunya, Jalaluddin Rakhmat (1999) menyatakan sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi obyek penelitian. Untuk menghitung ukuran sampel, besarnya sampel didasarkan pada pendugaan proporsi populasi yang secara sederhana dikenal dengan rumus Yamane sebagai berikut: n= N Nd 2 1 n : Jumlah sampel N : Populasi d : Derajat presisi (perkiraan kesalahan dalam pengambilan sampel) 1 : Bilangan konstan Populasi ibu yang berhasil menyusui secara eksklusif yang mengikuti akun Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia ini, akun facebook nya masih aktif sehingga bisa dihubungi, dan memastikan diri sanggup menjadi responden yaitu diperkirakan sebanyak 300 orang dengan presisinya sebesar 10% dan tingkat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 kepercayaan 90%. Sehingga hasil yang didapat dengan rumus tersebut adalah sebagai berikut : 300 n= 300(0.1²)+1 n = 75 Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling atau penarikan sampel secara acak. Di dalam sampel acak setiap anggota populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Kemungkinan untuk menjadi anggota sampel berlaku bagi semua individu-individu terlepas dari persamaan-persamaan maupun perbedaan-perbedaan diantara mereka sepanjang mereka itu menjadi anggota populasi. 4. Jenis Data Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan peneliti, yaitu : Data primer adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari responden, salah satunya dengan menyebarkan angket kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu. Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung atau dengan cara mengutip dari sumber lainnya guna melengkapi data primer. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 5. Tehnik Pengumpulan Data Untuk pengumpulan data, dalam penelitian ini digunakan teknik: Kuesioner, yaitu dengan cara menyebarkan angket secara langsung kepada responden. Interview, yaitu wawancara dengan berbagai pihak untuk memperoleh dan melengkapi data yang belum terungkap. Kepustakaan, merupakan data tambahan yang digunakan untuk melengkapi data primer melalui literatur. 6. Teknik Analisis Data Pengujian validitas dilakukan baik secara konvensional maupun secara statistik dengan menggunakan bantuan software ANSOFT1.Yaitu aplikasi pengolah data serupa SPSS yang merupakan karya mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang mana aplikasi ini telah diujicoba, diteliti, divalidasi, dan dipublikasikan secara nasional. Validitas instrumen tes tertulis dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi. Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasional Product Moment sebagai berikut. rxy 2 2 2 commit to user 2 ) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 Keterangan: Harga rxy = indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan X = skor item no X Y = skor total Untuk menafsirkan validitas, digunakan acuan sebagai berikut. TABEL II Tabel Interpretasi Nilai r (Korelasi) Besarnya nilai r Tafsiran 0,80 1,00 Sangat tinggi 0,60 0,79 Tinggi 0,40 0,59 Cukup 0,20 0,39 Rendah 0,00 0,19 Sangat rendah (tak berkorelasi) (Sumber: Sukiman, 2012) Karena penelitian ini merupakan studi korelasi, maka tes statistik yang dianggap sesuai untuk menguji hubungan antar variabel yang diteliti adalah dengan Tata Jenjang Spearman. Rumus ini digunakan untuk mengetahui koefisien korelasi atau derajat kekuatan hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan antara variabel. Adapun rumusnya sebagai berikut : commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 X2 rS = Y2 2 d2 X 2. Y2 Keterangan : rs : koefisien korelasi variabel X dan Y d2 : kuadrat kembar pada variabel Y : angka konstanta Sebelum mencari r s dicari dulu kuadrat jumlah ranking yang sama (nilai kembar) dari masing-masing variabel. X2 =n 3 n _ Tx 12 Y2 =n 3 n _ Ty 12 Sedangkan untuk mencari Tx dan Ty (jenjang kembar pada variabel x dan y) adalah: Tx = tx3 tx 12 Ty = ty3 ty 12 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 Keterangan : n : jumlah sampel Tx : jumlah jenjang kembar pada variabel x Ty : jumlah jenjang kembar pada variabel y t : harga kembar 12 : bilangan konstanta Kemudian untuk mencari taraf signifikasi digunakan rumus sebagai berikut : t= n 2 1 rS 2 Keterangan : t = Harga kritik yang dicari rs = Koefisien korelasi Spearman n = Jumlah sampel 1&2 = Bilangan konstan rs2 = Kuadrat koefisien korelasi yang dicari Selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidaknya signifikansi antara variabel independen dan dependen, maka hasil t dikonsultasikan pada tabel kritik t dengan memperhatikan derajat kebebasan (Db) pada batas kepercayaan 90% dan atau pada taraf signifikan 10 %. Jika hasil (t) lebih besar dari nilai kritiknya, maka hipotesa dapat diterima. commit to user