Analisis Geokonomi Masuknya Afrika Selatan dalam BRIC Tahun

advertisement
Analisis Geokonomi Masuknya Afrika Selatan
dalam BRIC Tahun 2011
Nama Mahasiswa : Rizki Yuniarini
Nama Pembimbing: Asra Virgianita
BRIC pertama kali dicetuskan oleh Jim O’Neil untuk memproyeksikan
empat negara emerging market terbesar yang akan menyaingi peringkat PDB
negara-negara maju dalam satu dekade mendatang. Pada tahun 2009, kepala
negara keempat negara bertemu untuk mendiskusikan krisis finansial global
yang saat itu terjadi. Pada perayaan Natal tahun 2010, Afrika Selatan
mendapatkan undangan dari China untuk menghadiri KTT BRIC ketiga di Sanya,
China. Masuknya Afrika dalam BRIC meninggalkan pertanyaan di antara analis
ekonomi yang menyatakan bahwa Afrika Selatan tidak memiliki PDB dan
populasi sebesar negara-negara BRIC.
Penelitian ini akan menjawab pertanyaan yang sama dengan geoekonomi
sebagai kerangka konsep. Metode kualitatif akan digunakan untuk menjelaskan
faktor geoekonomi kasus masuknya Afrika Selatan dalam BRIC dalam dua
tingkatan analisis: negara dan sistem ekonomi politik internasional. Pada
tingkatan negara, penelitian ini akan membahas rivalritas ekonomi Afrika Selatan
dengan negara-negara di kawasan Sub Sahara Afrika dengan kepentingannya
atas status pemimpin Afrika; dan China dengan negara rival negara di luar
kawasan untuk mendapatkan sumber daya alam di Afrika. Terakhir, untuk
mewujudkan sistem multipolar, BRIC menggunakan status Afrika Selatan
sebagai negara berkembang untuk memperkuat posisi BRIC sebagai pendukung
negara berkembang di forum internasional seperti G20.
Latar Belakang Masalah
Kebangkitan ekonomi dari the rest of the world –selain Amerika Serikatmembuat sistem ekonomi politik internasional mencari keseimbangan baru ke
arah yang lebih multipolar. Walaupun Amerika Serikat masih menjadi satusatunya negara superpower dalam bidang militer dan ekonomi, tetapi
berkembangnya ekonomi negara-negara berkembang dan emerging tidak dapat
dibantah. Negara-negara berkembang mulai semakin membangun kekuatan
ekonominya dan memberikan pengaruh dalam pertumbuhan ekonomi dunia
maupun dalam forum internasional seperti negosiasi Putaran Doha, reformasi
Dana Monter Internasional dan sebagainya. Untuk itu, kajian mengenai negara
emerging market mulai berkembang terutama untuk memproyeksikan kekuatan
ekonomi di masa depan.
1
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
Brasil, Rusia, India, dan China (BRIC) merupakan empat emerging market
terbesar dunia yang diproyeksikan akan menyaingi negara-negara G7. Proyeksi
ini diperhitungkan dengan didasarkan pada pertumbuhan PDB dan populasi
yang besar. Dua indikator tersebut merupakan aspek yang membuat BRIC
memiliki posisi tawar yang diperhitungkan oleh negara maju terutama dalam G20
dan G7.
Namun demikian, pada tahun kedua club ini terbentuk, China mengirim
undangan pada Afrika Selatan untuk hadir dalam KTT BRIC tahun 2011. Hal ini
meninggalkan pertanyaan terutama bagi pada analis ekonomi karena Afrika
Selatan dianggap tidak memiliki PDB dan populasi sebesar negara BRIC
maupun emerging market lain seperti Meksiko, Korea Selatan, Turki, dan
Indonesia.
Pernyataan yang dibuat oleh Presiden Afrika Selatan memberikan
perspektif lain. Ia menekankan bahwa BRIC telah merepresentasikan hampir
semua benua di dunia, kecuali Afrika. Menurutnya, kehadiran Afrika Selatan bagi
BRIC adalah sebagai representasi Afrika dalam BRIC dan Afrika Selatan siap
untuk menjalankan peranan tersebut. 1 Dengan demikian BRIC tidak hanya
merepresentasikan sebagian besar ekonomi global dan populasi dunia, tetapi
juga memiliki cakupan geografis yang luas. 2 Analisis dari Leslie Elliot Armijo dan
Sean W. Burges setidaknya memiliki kecenderungan yang sama untuk melihat
keanggotaan Afrika Selatan sebagai representasi dari major regional power yang
juga middle power. Menurut Armijo dan Burges, Afrika Selatan merupakan
pilihan yang dibuat BRIC dengan melihat kesamaan posisi kelimanya sebagai
major regional power dan middle power.
3
Analisis cakupan geografis
1
“South Africa gains entry to Bric club,” Embassy of Republic of South Africa in Lisbon, diakses
September 12, 2012, http://www.embaixada-africadosul.pt/about-south-africa-2/the-goodnews/200-south-africa-gains-entry-to-bric-club
2
Pidato oleh Menteri untuk Kerja sama dan Hubungan Internasional, Ms Maite Nkoana
Mashabane, “South Africa’s role in BRICS, and its benefits to job creation and the infrastructure
drive in South Africa,” New Age Business Briefingon, September 11, 2012, diakses 12 September
2012 http://www.dfa.gov.za/docs/speeches/2012/mash0911a.html
3
Leslie Elliot Armijo dan Sean W. Burges, “Brazil: the Entrepreneurial and Democratic BRIC,”
Northeastern Political Science Association 42, no. 1 (2010): 17,
http://search.proquest.com.libproxy1.nus.edu.sg/docview/210279122/fulltextPDF?accountid=138
76
2
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
berdasarkan konstelasi kekuatan ini menyiratkan penggunaan konsep geopolitik
dalam menganalisis justifikasi masuknya Afrika Selatan dalam BRIC.
Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, terlihat bahwa terdapat
pergeseran antara ‘kriteria keanggotaan’ BRIC yang semula disesuaikan dengan
kekuatan ekonomi dan jumlah populasi yang diprediksikan oleh O’Neil, menjadi
keanggotaan yang juga berdasarkan representasi regional. Penulis kemudian
mengangkat pertanyaan mengapa Afrika Selatan masuk dalam BRIC?
Penelitian ini akan menggunakan geoekonomi sebagai kerangka analisisi.
Konsep ini digunakan karena aspek geopolitik masih kurang mampu
menganalisis lebih dalam mengenai faktor yang melatarbelakangi keinginan dari
Afrika Selatan untuk masuk dalam club ini karena penelitian sebelumnya (Armijo
dan Burges, 2007) hanya memperhitungkan sudut pandang BRIC untuk
menjustifikasi masuknya Afrika Selatan. Hal ini terutama perlu didalami lebih
lanjut karena Afrika Selatan merupakan penggerak ekonomi di Afrika yang bukan
merupakan negara penghasil minyak seperti Nigeria. Untuk itu, penelitian ini
akan menggunakan konsep geoekonomi untuk melihat lebih lanjut bagaimana
pemetaan
ekonomi
regional
dan
internasional
memiliki
peran
dalam
pertimbangan masuknya Afrika Selatan dalam BRIC.
Aspek geostrategis tidak banyak disinggung secara eksplisit dalam tulisan
ini untuk memfokuskan aspek ekonomi dalam penelitian. Hal ini dilakukan karena
geostrategi berkembang dalam cakupan konsep geopolitik yang cenderung
berkaitan dengan militer. Sementara itu, kondisi sistem internasional yang
menuju multipolar sekarng lebih banyak didominasi oleh persaingan ekonomi.
Oleh karena itu, penelitian ini hanya akan menggunakan kata “strategi” untuk
menginterpretasikan strategi yang digunakan oleh negara untuk mencapai tujuan
ekonominya dengan cara non-militer.
Faktor-Faktor Perluasaan Keanggotaan G20
Unsur kemiripan dari G5 – G20 dan BRIC adalah bentuknya sebagai
sebuah club dimana negara lain tidak secara loose dapat begitu saja menjadi
negara anggota. Sejak diinisiasinya G5, telah terjadi empat kali perluasan
3
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
keanggotaan di dalamnya dengan empat faktor yang berbeda. Penggunaan
keempat faktor ini dalam analisis perluasan keanggotan BRIC menjadi BRICS
dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pola serupa yang terjadi.
Secara garis besar, terdapat empat faktor dalam perluasaan keanggotaan
G20 yang dapat dipelajari untuk menganalisis perluasaan keanggotaan BRIC.
1. Usaha keras dari pihak ketiga untuk mempengaruhi keputusan akhir
perluasan keanggotaan. Hal ini dapat dilihat perluasan G5 menjadi G6
dan G7 menjadi G8. Pada perluasan G5, Italia berusaha untuk tidak
melibatkan Partai Komunis Italia dan mengubah persepsinya mengenai
bentuk G5 sebagai institusi informal, dan bukan formal. Sementara pada
aplikasi Rusia untuk masuk dalam G7 di tahun 1989, Presiden Gorbachev
bahkan
mengemukakan
mengenai
rencananya
untuk
melakukan
perubahan politik dan ekonomi di Rusia.4
2. Tuan rumah penyelenggara KTT memiliki pengaruh yang cukup besar
untuk mengundang negara anggota baru. Amerika Serikat merupakan
tuan rumah pada KTT Puerto Rico yang mengundang Kanada untuk hadir
dan disetarakan dengan keenam anggota G6. 5
3. Pemilihan anggota dalam perluasan G5 sampai ke G20 perlu meninjau
tingkat kedekatan relasi negara-negara anggota baru dengan negaranegara anggota inti yang sebelumnya membentuk kelompok ini.
4. Faktor eksternal berupa perubahan sistem internasional. Kondisi lain yang
diakui oleh Hajnal memberi peluang bagi Rusia untuk diterima dalam G8
adalah berakhirnya Perang Dingin. Sejak tahun 1991, Rusia diundang
untuk menghadiri pertemua bilateral dengan anggota G7. 6 Baru pada
tahun 1998, Rusia diundang secara resmi untuk menghadiri KTT G8.
Perluasan ini mengindikasikan bagaimana perubahan sistem internasional
membuat Rusia dianggap pantas menjadi bagian dari G8 untuk
4
Gordon S. Smith, “G7 to the G8 to the G20,” (Washington: Trilateral Meeting Commission,
2011), 1, diakses pada Oktober, 20, 2012,
http://www.trilateral.org/download/file/annual_meeting/G20%20_Backgrounder_Final1.pdf
5
Peter J. Hajnal, The System and The G20 Evolution, Role, and Documentation, (Toronto:
Ashgate, 2007), 39
6
Hajnal, The System and The G20, 41
4
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
menambah diversitas anggota G7 sebelumnya, menambah kekuatan dan
legitimasi dari G7, dan membuat G8 dapat menanggapi isu-isu serius
seperti nuklir.
Keempat faktor yang telah terjadi pada perluasan G5 menuju G20 juga
terlihat terjadi pada perluasan BRIC menjadi BRICS. Untuk itu, faktor-faktor ini
akan menjadi kerangka alur analisis faktor politik. Demi mendapatkan analisis
yang lebih dalam pada aspek ekonomi politik, kerangka alur analisis ini akan
didukung dengan konsep geokonomi.
Geoekonomi
Konsep geoekonomi dapat dikatakan sebagai gabungan dari konsep
geopolitik dan ekonomi. Sebelum konsep ini dikemukakan oleh Edward Luttwak
ditahun 1990an , geopolitik merupakan konsep yang digunakan oleh negara
untuk
mengatur
strategi
mereka
dalam
politik
internasional.
Geopolitik
merupakan konsep untuk memetakan dunia dengan melihat dari kapabilitas
militer dan teritori sebuah negara, atau dapat pula dikatakan sebagai merupakan
geografi
dari
politik.
Geopolitik
juga
menunjukkan
bagaimana
negara
menggunakan kekuatan militer untuk mencapai sebuah tujuan, baik itu tujuan
ekonomi maupun politik.
Pergeseran kekuatan ekonomi merupakan cikal bakal dari perkembangan
konsep geoekonomi. Pergeseran ini terjadi karena mulai memudarnya relevansi
konsep aliansi keamanan dan ancaman keamanan. Prioritas dan modalitas
geoekonomi sebuah negara justru lebih dominan dalam pembentukan keputusan
aksi negara tersebut. Luttwak menyatakan bahwa pergeseran kekuatan militer
menjadi kekuatan ekonomi membuat terjadinya penurunan dalam penggunaan
metode militer yang digantikan oleh metode perdagangan, method of commerce.
Metode perdagangan ini digunakan dalam logika konflik yang menyiratkan
tiga asumsi yaitu adanya lawan (adversaries), zero sum, dan paradoksikal.
Adanya lawan memberikan dorongan terciptanya rivalritas. Zero sum merupakan
keluaran yang diasumsikan bahwa keuntungan di satu pihak merupakan
kerugian di pihak lawan. Sementara Paradoksikal mengisyaratkan adanya
5
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
kontradiksi yang jelas. Contohnya adalah peningkatan kekuatan militer yang
massif secara terus menurus justru menimbulkan overstretch yang pada
akhirnya buruk bagi negara tersebut. Dengan kata lain, Luttwak mengutip
Clausewitz bahwa geoekonomi merupakan logika perang dengan gramatikal
perdagangan, “the logic of war in the grammar of commerce”.
Bagian utama yang membedakan antara geoekonomi dan merkantilisme
adalah penggunaan militer terkait masalah-masalah ekonomi. Dalam konsep
merkantilisme, terdapat kecenderungan subordinasi isu ekonomi di bawah isu
militer-keamanan. Oleh karena itu, konflik ataupun perang dapat terjadi karena
isu ekonomi. Sementara, pada konsep geopolitik yang ditawarkan oleh Luttwak,
jalan ekonomi adalah satu-satunya jalan untuk “mengkonfrontasi”. Dengan
demikian, ekonomi bukanlah isu yang subordinat dari isu apapun. Situasi ini
dapat tercapai dengan asumsi bahwa negara telah melihat ekonomi sebagai isu
yang semakin signifikan dan sama signifikannya dengan isu keamanan-militer.
Perbedaan lain adalah pada tujuan dari masing-masing konsep. Merkantilisme
memiliki tujuan untuk mendapatkan emas sebanyak-banyaknya semata.
Sementara geoekonomi bertujuan tidak meyediakan kemungkinan terbaik dalam
standar hidup untuk masyarakat di dalam negara tersebut melainkan untuk
mendapatkan peran yang diinginkan dalam ekonomi dunia.
Geoekonomi lebih dapat menjelaskan kecenderungan yang terjadi pada
negara-negara dengan kapabilitas ekonomi yang besar seperti China dan
Jerman. Tulisan Cowen dan Smith membahas mengenai kemampuan Jerman
dan China sebagai dua kekuatan negara eksportir. Keduanya menggunakan
logika konflik dalam konteks ekonomi dan cara ekonomi dibandingkan cara
militer. Dalam contoh Jerman misalnya, Jerman memutuskan untuk lebih proaktif
dalam membentuk dan mengarahkan kebijakan-kebijakan ekonomi Uni Eropa
demi kepetingannya.
Konsep geoekonomi digunakan dalam analisis politik dengan beberapa
tingkat analisis. Pembagian tingkat analisis ini didasarkan pada konsep
sebelumnya mengenai faktor-faktor dalam perluasan keanggotaan G5 hingga G8
dan G20. Tingkat analisis yang pertama adalah tingkat negara yang terjadi pada
6
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
dua negara yaitu Afrika Selatan dan China. Faktor yang pertama akan dianalisis
adalah kepentingan Afrika Selatan untuk mengklaim kepemimpinannya menjadi
“wakil” dari Afrika dalam BRICS. Geoekonomi akan menjelaskan rivalritas
ekonomi Afrika Selatan di kawasan Sub Sahara Afrika. Faktor kedua yang akan
dianalisis dalam pada tingkat negara adalah bagaimana geoekonomi dapat
menjelaskan kepentingan China untuk mengundang Afrika Selatan menjadi
bagian dari BRIC sebagai bagian dari upaya memenangkan rivalritas energi,
mineral, dan precious stones dengan negara rivalnya di kawasan Sub Sahara
Afrika.
Terakhir adalah perubahan struktur pasca Perang Dingin di mana terjadi
perkembangan menuju sistem yang lebih multipolar. Dalam hal ini, setelah
runtuhnya Uni Soviet, dunia semakin mencari keseimbangan baru dan
multipolarity mulai terbentuk. Multipolarity yang dimaksudkan dalam konteks ini
terutama adalah multipolarity dalam hal kekuatan ekonomi politik. Analisis pada
tingkat sistem akan dilakukan menggunakan konsep geoekonomi dimana
negara-negara BRIC memerlukan Afrika Selatan sebagai strategi untuk
membentuk polar baru. Argumen ini akan diperkuat dengan menganalisis
hubungan Afrika Selatan dengan Rusia yang berkaitan dengan retorik
“representasi Afrika” dan negara berkembang, dan Afrika Selatan dengan Brasil
dan India dalam IBSA yang dilihat menjadi dapat memperkuat relasi intra-BRIC.
Rivalritas Kepemimpinan Afrika Selatan di Kawasan Afrika: Mewujudkan
Pembangunan Afrika
Kompetisi antara Afrika Selatan dan dua negara eksportir minyak, Nigeria
dan Angola, hanya berpengaruh besar terhadap volume perdagangan bilateral
dengan rekan dagang utama kawasan Afrika. Namun demikian, Afrika Selatan
tidak diam begitu saja menikmati pasar Afrika dengan kondisi pembangunan
yang buruk dengan daya beli yang lemah. Mengintegrasikan kawasan Afrika dan
menginklusikannya dengan ekonomi global merupakan bagian dari strategi
kebijakan perdagangan Afrika Selatan yang outward looking. Dengan secara
konsisten mempromosikan pembangunan Afrika, Afrika Selatan mendapatkan
7
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
keuntuntungan untuk mendapatkan pengakuan sebagai leading economy di
kawasan Sub Sahara Afrika. Dengan demikian, Nigeria dan Angola yang masih
terbelakang dalam hal ini dapat disaingi oleh Afrika Selatan.
Kepentingan Afrika Selatan untuk masuk menjadi bagian dari BRIC
adalah untuk semakin menunjukkan klaim kepemimpinan Afrika Selatan di
kawasan Sub Sahara Afrika. BRIC merupakan potensi channel baru bagi Afrika
Selatan mempromosikan pembangunan kawasan Sub Sahara Afrika. Potensi ini
setidaknya didukung oleh relasi yang semakin baik antara Afrika Selatan dengan
China dan kepentingan Rusia untuk ikut membangun Afrika. Peluang kerja sama
dengan China untuk menaikkan agenda NEPAD dalam BRIC dapat dilihat dari
bagaimana Presiden Zuma dengan China mencoba menginisiasikan New AsianAfrican Strategic Partnership yang dapat meningkatkan kolaborasi kedua
kawasan untuk pembangunan masing-masing kawasan. Lebih lanjut, konteks
hubungan Rusia dengan Afrika Selatan yang ditandai dengan promosi
pembangunan Afrika dalam agenda G8 tahun 2006 (yang saat itu diketuai oleh
Rusia), memungkinkan promosi NEPAD didukung untuk menjadi bagian kerja
sama dalam BRIC. Hal ini terutama dimungkinkan pula dengan gestur Rusia
yang sejak tahun 2006 mulai semakin mendekati Afrika. Selain itu, agenda lain
yang diusung oleh Afrika Selatan adalah untuk bersama dengan BRIC
menyuskseskan Putaran Doha.
Dua
agenda
yang
disampaikan
oleh
Presiden
Zuma
diatas
menggambarkan bagaimana Afrika Selatan mencoba untuk mempromosikan
kepentingan negara-negara berkembang dan negara-negara Afrika dalam forum
internasional. Agenda ini pun sesuai dengan agenda yang diperjuangkan oleh
BRIC dalam upaya negara anggotanya untuk mendapatkan lebih banyak
representasi negara emerging market dan negara berkembang dalam institusi
finansial internasional seperti Dana Moneter Internasional.
Jika dianalisis lebih lanjut, pengajuan keikutsertaan Afrika Selatan dalam
BRIC dapat memberi insentif lebih bagi China dan ketiga negara lainnya untuk
memiliki kerja sama ekonomi politik yang lebih dalam dengan Afrika Selatan.
Kesempatan ini dapat dilihat dari agenda kerja sama intra-BRIC yang mulai
8
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
diinisiasikan pada KTT BRIC di Brasil. KTT ini merupakan KTT pertama BRIC
yang menghasilkan kesepakatan kerja sama dengan rencana aksi. Kerja sama
yang saat itu terlihat adalah kerja sama bidang teknologi dan sains, transfer
teknologi terutama dalam bidang energi terbarukan dan alternatif, dan kerja
sama kemanusian dan mitigasi bencana alam. Selain itu, terdapat pula dialog
untuk membuka kerja sama penggunaan mata uang lokal dalam transaksi
perdagangan intra BRIC. Kerja sama dan inisiatif kerja sama ini merupakan
potensi yang dapat menguntungkan Afrika Selatan untuk meningkatkan
perdagangan dan investasi Afrika Selatan dengan negara-negara BRIC.
Dengan desakan kepentingan untuk mendapatkan pengakuan status
kepemimpinan di kawasan Sub Sahara Afrika, Afrika Selatan menunjukkan
upaya yang cukup banyak untuk mendekati BRIC. Selain Afrika Selatan memang
telah memiliki relasi bilateral yang baik dengan keempat negara BRIC, Afrika
Selatan juga melakukan kunjungan ke keempat negara BRIC pada akhir tahun
2009 dan tengah tahun pertama 2010 dan menyampaikan pengajuan diri untuk
menjadi anggota BRIC pada kunjungan Presiden Zuma ke China dan Rusia.
Rivalritas Kepentingan China dan Rival China di Afrika Selatan: Strategi
China dalam Memenangkan Energi, Mineral, dan Precious Stones
China memiliki dua ciri khas pendekatannya terhadap Afrika Selatan dan
Afrika yang berbeda dari rivalnya yaitu: ‘menyenangkan’ dan ‘memenuhi’
permintaan negara dimana China memiliki kepentingan, sekaligus membuka
peluang
kerja
sama
yang
lebih
banyak
untuk
membangun
Afrika.
‘Menyenangkan’ dan ‘memenuhi’ permintaan dari negara-negara Afrika biasanya
dilakukan China dengan memberikan bantuan tanpa string attached, seperti
yang dilakukan pada Angola.
Namun demikian, pada kasus Afrika Selatan, China mencoba untuk
memenuhi permintaan Presiden Zuma untuk menjadi bagian dari BRIC. Dengan
menambahkan Afrika Selatan dalam BRIC, China dapat membuka lebih banyak
kerja sama kolaboratif untuk mengeksplor Afrika Selatan dan kawasan Afrika
Selatan. Hal ini penting bagi China untuk mengamankan pasokan energi serta
9
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
mineral dan precious stones dari rivalnya. China juga dapat dikatakan memiliki
‘visi’ yang lebih besar untuk menerima permintaan Afrika Selatan, yaitu untuk
China dapat terus melakukan pendekatan multi-pronged melalui Afrika Selatan
pada kawasan Afrika.
Di samping itu, keberadaan Afrika Selatan juga dapat memungkinkannya
pembahasan menjadi lebih komprehensif mengenai potensi ekonomi Afrika dan
memberi peluang bagi BRIC membentuk rencana aksi terkait hal tersebut. Ini
terutama terkait pula dengan agenda BRIC yang mencoba menyuarakan
permasalahan-permasalahan negara berkembang. Pada joint statement tahun
2010, terdapat klausul mengenai negara berkembang yang juga menyebutkan
Afrika sebagai salah satunya. Namun demikian, tidak ada upaya dalam bentuk
rencana aksi khusus terkait hal tersebut.
China
memiliki
dua
keuntungan
untuk
mengambil
kesempatan
memasukkan Afrika Selatan dalam BRIC:
1. China pada tahun 2011 merupakan tuan rumah KTT BRIC yang memiliki
wewenang untuk memberikan undangan pada negara-negara yang
dianggap dapat memperkaya kerja sama BRIC. Untuk mengetahui
mengenai negara mana yang memiliki pengaruh terbesar dalam
keputusan masuknya Afrika Selatan dalam BRIC dapat dianalisis dari
seberapa besar kontribusi negara tersebut dalam proses pengajuan
keanggotaan. Berikut adalah tabel perbandingan peran setiap negara
BRIC dalam proses pengajuan keanggotaan Afrika Selatan dalam BRIC
yang menunjukkan bagaimana China memiliki kontribusi pada setiap
proses pengajuan keanggotaan Afrika Selatan.
Tabel Perbandingan Kontribusi BRIC terhadap Proses Pengajuan
Keanggotaan Afrika Selatan
2. China merupakan negara dengan ekonomi terbesar dalam club BRIC dan
merupakan negara yang memiliki relasi terdekat dengan Afrika Selatan
secara ekonomi. Untuk alasan terakhir, hal ini juga merupakan
keuntungan bagi Afrika Selatan untuk mengajukan diri menjadi anggota
BRIC pada masa keketuaan China, karena dengan demikian Afrika
10
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
Selatan dapat menggunakan kedekatan relasinya sebagai cara untuk
Negara
China
Rusia
India
Brasil
Kunjungan Afrika
Selatan pada tahun
2010
Agustus 2010
Agustus 2010
Juni 2010
Oktober 2009
Penyampaian
Intensi masuk
BRIC
x
x
-
Undangan untuk bertemu
BRIC
KTT BRIC, Sanya, April 2011
Forum Bisnis BRIC-IBSA dan
pertemuan bilateral dengan
BRIC pada April 2010
diterima dalam BRIC.
Perubahan Sistem Internasional Menuju Multipolar: Representasi Afrika
dan Konsolidasi Kekuatan BRIC dengan Afrika Selatan dalam BRICS
Representasi Afrika merupakan aspek yang sekarang cukup signifikan
dalam konteks ekonomi politik internasional terutama dalam isu pembangunan
dan energi. Namun demikian, selama tahun 2009 dan 2010, BRIC baru sekali
menyebutkan “Afrika” dalam joint statement-nya, yaitu pada joint statement 2010.
Afrika secara geografis merupakan salah satu benua terbesar di dunia
dengan potensi sumber daya alam yang melimpah utamanya dalam sumber
energi dan mineral. Kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2000 membuat
Afrika semakin menjadi kawasan yang menarik negara-negara besar dan
negara-negara emerging untuk membuka perdagangan dan investasi dengan
negara-negara di kawasan Sub Sahara Afrika. Sayangnya, Sub Sahara Afrika
juga merupakan kawasan dimana kemiskinan, konflik, dan pandemik terjadi
hampir di setiap negara di kawasan. Untuk itu, penting bagi BRIC untuk memiliki
‘perwakilan’ Afrika untuk memperkuat statusnya dalam klaim “representasi
negara berkembang” ataupun sebagai “pendukung agenda negara berkembang”.
Lebih lanjut, pentingnya representasi kepentingan Afrika pun pernah menjadi
bagian dari agenda Rusia pada forum multilateral yaitu G8.
Dalam hal konsolidasi kekuatan BRIC, Afrika Selatan merupakan negara
yang memiliki posisi strategis untuk kepentingan Brasil, Rusia, India, dan China.
Rusia dan China memiliki hubungan ekonomi yang cukup baik dengan ditandai
sebagai rekan dagang utama Afrika Selatan. Seperti yang telah dianalisis pada
11
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
bagian sebelumnya, China memiliki kepentingan ekonomi politik besar terhadap
Afrika Selatan dalam kaitannya dengan ekspansi ekonomi China di kawasan Sub
Sahara Afrika.
Kepentingan politik Rusia di Afrika Selatan terkait dengan relasinya
sebagai corong utama kepentingan Afrika di G8, dimana Afrika Selatan tidak
memiliki kemampuan untuk melakukan seting agenda seperti halnya Rusia.
Rusia juga secara implisit mengakui Afrika Selatan sebagai ‘pemimpin kawasan
Afrika’ yang ditandai dengan pernyataan pemerintah Rusia bahwa kunjungan
Rusia pada tahun 2006 merupakan landmark kerja sama Rusia dengan kawasan
Afrika. Sementara secara ekonomi, Rusia menganggap Afrika Selatan sebagai
negara tujuan investasi yang baik di kawasan Sub Sahara Afrika.
Sementara itu, bagi Brasil dan India, walaupun keduanya bukan rekan
dagang utama Afrika Selatan, Brasil dan India merupakan rekan dalam
menyuarakan kepentingan-kepentingan negara Selatan dan promosi kerja sama
Selatan-Selatan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
indikasi kemungkinan penolakan Afrika Selatan dalam BRIC yang didasarkan
pada ketidakharmonisan hubungan bilateral Afrika Selatan dan Rusia.
Memiliki representasi kepentingan Afrika dari kawasan Afrika akan
menambah kreditibilitas BRIC sebagai representasi kepentingan negara-negara
berkembang. Terlebih Afrika Selatan juga mendukung terbentuknya multipolarity
dalam forum internasional dan ekonomi politik initernasional yang selaras
dengan ekspektasi bersama BRIC (yang tercantum pada joint statement 2010).
Hal ini terutama dibutuhkan BRIC sebagai upaya ‘pelaksanaan’ mekanisme
BRIC dalam forum internasional seperti G20. Selain itu, sejauh analisis penelitian
ini disusun, terlihat bahwa Afrika Selatan memiliki peran penting di kawasan Sub
Sahara. Posisi Afrika Selatan sebagai ‘pemimpin Afrika’ dapat membuat
keberadaannya dalam BRIC menjadi signifikan dalam konsolidasi kekuatan
BRIC dalam membentuk polar baru.
Konteks geoekonomi dalam hal ini tercermin dari bagaimana BRIC
berusaha untuk mengarahkan forum terkait ekonomi politik internasional yang
lebih multipolar. Kondisi status quo dinilai sebagai ‘kekalahan’ bagi negara
12
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
emerging
dan
negara
berkembang
terutama
dalam
institusi
finansial
internasional seperti Dana Moneter Internasional dan Organisasi Perdagangan
Dunia, pada Putaran Doha. Untuk itu, BRIC, dalam konteks perluasan
keanggotaan, ‘memerlukan’ anggota yang dapat memperkuat posisinya dalam
mekanisme BRIC.
Analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan melihat kuota voting negara
BRIC dan Afrika Selatan di Dana Moneter Internasional. Kuota voting ini
merupakan hal yang menjadi salah satu fokus dari BRIC dalam agendanya
mereformasi institusi ini. Berdasarkan data Dana Moneter Internasional pada
tahun 2010, didapatkan bahwa kuota voting yang dimiliki oleh Afrika Selatan, jika
dibandingkan dengan negara emerging market lainnya cukup jauh lebih kecil dari
Meksiko, Korea Selatan, dan Malaysia. 7 Sementara itu, China merupakan
pemilik kuota voting terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Jepang, dan
Rusia, Brasil, dan India merupakan 30 terbesar kuota voting terbesar.
Data kuota voting yang sama lebih lanjut mengisyaratkan bahwa BRIC
tidak terlalu memperhatikan kuota voting dari Afrika Selatan karena seperti
halnya GDP dan populasi yang kecil, kuota voting Afrika Selatan masih berada di
bawah Meksiko, Korea Selatan, maupun Indonesia. Namun demikian, menarik
bahwa Afrika Selatan merupakan negara yang secara diplomatis terus
mengungkapkan mengenai multipolarity. Dalam konteks geokonomi penguatan
kerja sama BRIC, kesamaan prinsip untuk mencapai multipolarity ini merupakan
bagian penting dalam merekatkan hubungan di antara negara BRIC.
Konteks geoekonomi dalam hal pemetaan kekuatan ekonomi juga dapat
memperkuat alasan BRIC untuk mengikutsertakan Afrika Selatan dalam clubnya.
Ini ditunjukkan dengan adanya pergerseran pusat pertumbuhan ekonomi bagi
negara-negara emerging market seperti BRIC dan Afrika Selatan yang berusaha
untuk lebih independen dari ekonomi negara-negara maju. Tabel berikut
menggambarkan bagaimana BRIC dan Afrika Selatan memiliki kesamaan
7 http://www.imf.org/external/np/sec/pr/2011/pdfs/quota_tbl.pdf
13
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
kekuatan ekonomi dan bagaimana kelima negara terkoneksi oleh hubungan
perdagangan bilateral dan investasi.
Tabel Perbandingan Ekonomi Intra-Kawasan Negara-Negara BRIC dan
Afrika Selatan dan Total Investasi Intra-BRIC (2011)
Negara
Total Investasi
Bilateral BRICS
8
Nomor 5
Rusia
10
Nomor 4
India
Nomor 3
China
Nomor 2
Afrika Selatan
Nomor 1
Brasil
Intra-kawasan
Perdagangan
Memiliki bagian terbesar dalam
9
perdagangan intra-Mercosur
Rekan utama nomor 3 untuk Uni Eropa dan
Nomor 1 untuk negara Commonwealth of
11
Independent States (CIS)
Tidak terdefinisi, tetapi India secara mutual
merupakan rekan dagang utama Uni Emirat
Arab
Rekan utama nomor 1 ASEAN, Korea
Selatan, dan Jepang
Rekan utama nomor 1
FDI
n/a
Nomor 1
(CIS)
n/a
n/a
Nomor 1
Memberi fokus pada data yang tersedia mengenai kontribusi Afrika
Selatan dalam pembentukan new engine of growth, dari data UNCTAD
didapatkan bahwa Afrika Selatan merupakan investor terbesar bagi negara
BRIC. 12 Afrika Selatan merupakan investor terbesar bagi China dibandingkan
negara BRIC lainnya. Di sisi lain, Brasil merupakan negara yang paling sedikit
melakukan investasi di negara anggota BRIC. Sementara itu, dalam hal
perdagangan, walaupun Afrika Selatan tidak menjadi pemain utama dalam
perdagangan dengan negara-negara BRIC, Afrika Selatan cukup penting
perannya dalam volume FDI dengan negara-negara BRIC.
Sementara
itu,
jika
dilihat
dalam
kaitannya
dengan
hubungan
perdagangan dan FDI intra-kawasan masing-masing negara anggota memiliki
peran penting dalam perdagangan intra kawasan. Sebagian negara seperti
Rusia dan Afrika Selatan merupakan investor utama FDI bagi negara CIS dan
kawasan Sub Sahara Afrika secara berturut-turut.
8
Di antara negara Mercosur
“Mercosur: EU Bilateral Trade and Trade with the World,” European Commission, Mei 23, 2013, diakses
pada Juli 3, 2013, http://trade.ec.europa.eu/doclib/docs/2006/september/tradoc_113488.pdf
10
Di Uni Eropa dan negara CIS
11
“Countries and Regions: Russia,” European Commission, diakses pada Juli 3, 2013,
http://ec.europa.eu/trade/policy/countries-and-regions/countries/russia/
12
UNCTAD, “The Rise of BRICS FDI and Africa,” Global Investment Trends Monitor Special Edition
unedited version (2013), diakses pada Juni 5, 2013,
http://unctad.org/en/PublicationsLibrary/webdiaeia2013d6_en.pdf
9
14
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
Peningkatan kerja sama dan hubungan ekonomi antar negara BRIC
merupakan bentuk dari upaya negara-negara ini untuk lebih independen dari
pergerakan ekonomi global yang sebelumnya didominasi oleh negara-negara
maju seperti Eropa dan Amerika Serikat. Kehadiran Afrika Selatan dalam
perluasan keanggotaan BRIC merupakan kesempatan bagi BRIC untuk lebih
memperkuat posisi kekuatan ekonominya. Hal ini terutama didukung oleh
investasi yang cukup banyak disalurkan oleh Afrika Selatan pada dua negara
besar BRIC, yaitu China dan Rusia.
Kesimpulan
Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa geoekonomi
merupakan faktor yang melatarbelakangi masuknya Afrika Selatan dalam BRIC.
Faktor geokonomi ini terlihat dari dua tingkatan, yaitu rivalritas di tingkat negara
dan rivalritas di tingkat sistem.
1.
Pada tingkat negara, rivalritas terjadi pada Afrika Selatan dengan negar
ekspotir minyak, Nigeria dan Angola,
di kawasan Sub Sahara Afrika.
Rivalritas ini merupakan rivalritas perdagangan dengan negara di luar
kawasan terutama negara tujuan ekspor terbesar Afrika, China dan
Amerika Serikat. Rivalritas dalam bidang perdagangan ini sedikit
mengancam status kepemimpinan Afrika Selatan di kawasan Sub Sahara
Afrika. Oleh karena itu, Afrika Selatan menggunakan kapasitasnya untuk
mempromosikan kepentingan Afrika di forum-forum internasional. BRIC
merupakan salah satu potensi channel bagi Afrika Selatan untuk
mencapai hal tersebut. Untuk itu, Afrika Selatan memiliki kepentingan
untuk mengajukan menjadi anggota BRIC.
2.
Masih pada tingkat negara, China memiliki rival untuk mengamankan
pasokan energi, mineral dan precious stones di kawasan Sub Sahara
Afrika. Rivalritas ini membuat Afrika Selatan menjadi signifikan bagi
China. Ini dapat terjadi karena tidak hanya karena Afrika Selatan
merupakan rekan dagang utama China di kawasan Sub Sahara Afrika,
tetapi juga karena Afrika Selatan merupakan salah satu strategi China
15
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
untuk melakukan ekspansi ekonomi di kawasan Sub Sahara Afrika.
Sebagai negara dengan ciri khas ‘menyenangkan’ dan ‘memenuhi’
permintaan dari negara dimana China berkepentingan, China menerima
dan mendukung pengajuan keanggotaan Afrika Selatan dalam BRIC. Hal
ini lebih lanjut dimungkinkan karena menguntungkan China setidaknya
dalam tiga hal:
a. Mengamankan pasokan energi, mineral, dan precious stones dari rival
China di kawasan Sub Sahara Afrika
b. Memungkinkan China untuk terus melakukan pendekatan multi-pronged
melalui Afrika Selatan
c. Membuka lebih banyak kerja sama kolaboratif (dengan negara anggota
BRIC) untuk mengeksplor Afrika Selatan dan kawasan Afrika Selatan
Sebagai tambahan, permintaan Afrika Selatan ini dapat dengan lebih
mudah dipenuhi oleh China karena terdapat dua peluang: (1) China
merupakan tuan rumah KTT BRIC berikutnya (April 2011) setelah Afrika
Selatan melakukan pengajuan keanggotaan (Agustsus 2012). (2) China
merupakan negara dengan ekonomi terbesar dalam club BRIC dan
merupakan negara yang memiliki relasi terdekat dengan Afrika Selatan
secara ekonomi. Dengan demikian, China tidak mengalami kerugian
dengan masuknya Afrika Selatan dalam BRIC dan justru memberi
keuntungan geokonomis.
3.
Pada tingkat sistem, pengajuan keanggotaan Afrika Selatan merupakan
kesempatan baik bagi BRIC untuk memperkuat posisi tawarnya dalam
menjalankan mekanisme BRIC dalam forum internasional seperti G20
demi mencapai ekspektasi bersama BRIC untuk mewujudkan kondisi
multipolar. Posisi tawar ini dapat diperkuat dengan status Afrika Selatan
sebagai representasi kepentingan Afrika yang ‘divalidasi’ dengan peran
signifikan Afrika Selatan dalam ekonomi dan pembangunan Afrika.
Sebagai tambahan, Afrika Selatan juga memiliki posisi strategis bagi
keempat negara BRIC.
16
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
Setelah menganalisis aspek geoekonomi dalam masuknya Afrika Selatan
dalam BRIC, penelitian ini juga menemukan bahwa China dominan dalam usaha
masuknya Afrika Selatan. Analisis faktor geoekonomi dominan terlihat sebagai
motif kepentingan bagi Afrika Selatan dan China di kawasan Sub Sahara Afrika
terkait pengajuan yang dilakukan Afrika Selatan (dari sisi Afrika Selatan) dan
pemberi undangan (dari sisi China) untuk hadir dalam KTT BRIC 2011.
Bagi China, pemetaan ekonomi di Afrika dilihat dari pemetaan kekayaan
alam, yaitu minyak, mineral, dan precious stones, dan posisi rival China dalam
mengeksplorasi sumber daya tersebut. Strategi geoekonomi China paling terlihat
pada ‘penggunaan’ Afrika Selatan sebagai perpanjangantangannya untuk
mengeksplorasi lebih banyak sumber daya di Sub Sahara Afrika. Hal ini
ditunjukkan dengan investasi ICBC di Standard Bank Afrika Selatan. China yang
memiliki ciri khas untuk ‘menyenangkan’ negara dimana China memiliki
kepentingan, akhirnya memenuhi permintaan Afrika Selatan dan mengundang
Afrika Selatan dalam KTT BRIC 2011 di China. Motif geoekonomi dalam hal ini
cukup kental. Namun demikian, terdapat peluang-peluang lain yang akhirnya
juga membuat China mengambil keputuan tersebut.
Analisis geoekonomi yang dilakukan pada tingkat sistem sedikit
dilemahkan dengan kenyataan bahwa masukannya Afrika Selatan tidak begitu
saja dilakukan secara aktif oleh BRIC. Berbeda dengan analisis geoekonomi
Afrika Selatan dan China yang dilakukan secara proaktif sebagai subjek. Analisis
mengenai pentingnya perwakilan kepentingan Afrika, maupun sebagai sarana
memperkuat konsolidasi posisi tawar BRIC merupakan justifikasi yang baru
dapat dirumuskan setelah terdapat pengajuan perluasan keanggotaan. Hal ini
terjadi karena BRIC merupakan sebuah club yang tidak memiliki kriteria khusus
dan kaku untuk anggotanya menjadi bagian dari BRIC. Oleh karena itu, pun
pada akhirnya terjadi perluasan keanggotaan lagi, BRICS (yang sekarang)
sangat mungkinkan menggunakan kriteria yang berbeda.
Simpulan akhir dari penelitian ini dapat digambar dalam tabel berikut.
Tabel 5.2 Simpulan Analisis Geoekonomi dalam Masuknya Afrika Selatan
dalam BRIC tahun 2011
17
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
Faktor
Perluasan
Keanggotaan
G20
Kepentingan
negara pengaju
(applicant)
Kepentingan
tuan rumah
KTT ketika
terjadi
perluasan
Hubungan
bilateral
dengan negara
status quo
Perubahan
sistem menuju
sistem ekonomi
politik
internasional
yang multipolar
Negara/Aktor
Tingkat
kepentingan
geoekonomi
Afrika Selatan
China
Kepentingan
geoekonomi
tingkat
negara
Rusia
Brasil dan
India
-
BRIC
Kepentingan
geoekonomi
tingkat sistem
Analisis
Aksi
Persaingan
perdagangan yang
‘mengancam’ status
kepemimpinan di
Afrika
Persaingan
mendapatkan
minyak dan precious
stones di Afrika
dengan
‘menggunakan’
Afrika Selatan
Melihat pemetaan
ekonomi Afrika,
mengindikasikan
Afrika Selatan
sebagai ‘pemimpin’,
memiliki
kepentingan
ekonomi-politik
terhadap Afrika
Selatan
Memiliki relasi baik
dalam kerangka
kerja sama trilateral
IBSA
Pemetaan ekonomi
dalam tataran
sistem, untuk
mengubahnya
menjadi sistem
multipolar,
representasi Afrika
dapat memperkuat
posisi tawar
Usaha
masuk BRIC
Menerima
permintaan
Afrika
Selatan
Menerima
Arika Selatan
Menerima
Afrika
Selatan
Menerima
Afrika
Selatan
Rekomendasi Akademis
Penelitian ini menyarankan riset lebih lanjut keterkaitan dengan pola perluasaan
keanggotaan BRIC secara khusus, maupun club secara umum, baik itu melalui
pendekatan realis, liberalis maupun strukturalis. Hal ini penting karena potensi
perluasan keanggotaan ini masih dimungkinkan untuk terjadi, terlebih dengan
18
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
kasus undangan Afrika Selatan kepada Mesir untuk hadir dalam KTT BRIC 2013,
pada Maret 2013 lalu.
Rekomendasi untuk Indonesia
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada Indonesia
mengenai strategi geoekonomi Afrika Selatan, China, dan Rusia di kawasan
Afrika. Strategi geoekonomi ini ditunjukkan melalui masuknya Afrika Selatan
dalam BRIC. Beberapa hal yang dapat menjadi perhatian pemerintah terkait
penelitian ini adalah:
1.
Indonesia dapat mempelajari bagaimana Afrika Selatan menggunakan
peluang kepentingan geoekonomi China di kawasan Afrika untuk
mendapatkan kepentingan geoekonominya. Hal ini dapat dilakukan pula di
kawasan Asia Tenggara dengan menganalisis cara pandang China dalam
memetakan ekonomi Asia Tenggara.
2.
Dari analisis pada bab 3 terkait geoekonomi Afrika Selatan dan China,
penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pentingnya Indonesia
untuk memetakan kembali ekonomi Afrika Selatan yang mencakup potensi
sumber daya alam di dalamnya. Indonesia memerlukan pemetaan kekuatan
dan kepentingan aktor-aktor eksternal seperti China dan Amerika Serikat
serta aktor dalam kawasan seperti Afrika Selatan yang memiliki volume
perdagangan dan FDI terbesar di kawasan ini. Dengan demikian, Indonesia
juga dapat mencari peluang kerja sama dengan negara-negara tersebut.
3.
Indonesia dapat mempelajari mekanisme BRIC sebagai cara memperkuat
posisi
tawar
dalam
negosiasi
multilateral.
Mekanisme
ini
mempertimbangkan kekuatan ekonomi dan politik dari negara-negara
anggota BRIC dan ekspektasi bersama yang jelas dan terkoordinasi.
Dengan hal tersebut, Indonesia dapat memperkuat posisinya sesuai
kepentingan nasionalnya dalam masalah pengambilan kebijakan maupun
kesepakatan dalam forum internasional yang multilateral.
Referensi
19
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
“South Africa gains entry to Bric club.” Embassy of Republic of South Africa in
Lisbon. Diakses September 12, 2012. http://www.embaixadaafricadosul.pt/about-south-africa-2/the-good-news/200-south-africa-gainsentry-to-bric-club
“South Africa’s role in BRICS, and its benefits to job creation and the
infrastructure drive in South Africa.” New Age Business Briefingon.
September 11, 2012. Diakses 12 September 2012
http://www.dfa.gov.za/docs/speeches/2012/mash0911a.html
Armijo, Leslie Elliot dan Sean W. Burges. “Brazil: the Entrepreneurial and
Democratic BRIC.” Northeastern Political Science Association 42, no. 1
(2010): 14-37
http://search.proquest.com.libproxy1.nus.edu.sg/docview/210279122/fullte
xtPDF?accountid=13876
Gordon S. Smith, “G7 to the G8 to the G20,” (Washington: Trilateral Meeting
Commission, 2011), 1, diakses pada Oktober, 20, 2012,
http://www.trilateral.org/download/file/annual_meeting/G20%20_Backgrou
nder_Final1.pdf
Peter J. Hajnal, The System and The G20 Evolution, Role, and Documentation,
(Toronto: Ashgate, 2007), 39
“Questions for oral reply by President Jacob Zuma in the National Assembly,”
The Precidency of Republic of Africa, November 10, 2010, diakses pada
Juni 10, 2013, http://www.thepresidency.gov.za/pebble.asp?relid=2522
http://www.imf.org/external/np/sec/pr/2011/pdfs/quota_tbl.pdf
“Mercosur: EU Bilateral Trade and Trade with the World,” European Commission,
Mei 23, 2013, diakses pada Juli 3, 2013,
http://trade.ec.europa.eu/doclib/docs/2006/september/tradoc_113488.pdf
“Countries and Regions: Russia,” European Commission, diakses pada Juli 3,
2013, http://ec.europa.eu/trade/policy/countries-andregions/countries/russia/
UNCTAD, “The Rise of BRICS FDI and Africa,” Global Investment Trends
Monitor Special Edition unedited version (2013), diakses pada Juni 5,
2013, http://unctad.org/en/PublicationsLibrary/webdiaeia2013d6_en.pdf
20
Analisis geokonomi..., Rizki Yuniarini, FISIP UI, 2013.
Universitas Indonesia
Download