PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN DI

advertisement
PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN DI KANTOR
PERTANAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh:
Sandra Septiani
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN DI KANTOR
PERTANAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
OLEH
SANDRA SEPTIANI
Pengelolaan sumber daya alam (agraria) yang berlangsung selama ini telah
menimbulkan penurunan kualitas lingkungan, ketimpangan struktur penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatannya serta menimbulkan berbagai konflik.
Oleh karena itu, Presiden mengeluarkan kebijaksanaan bidang pertanahan yang
dikenal dengan Catur Tertib Pertanahan sebagaimana dimuat dalam Keppres
Nomor 07 Tahun 1979 tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga
(REPELITA III) yang salah satunya meliputi Tertib Administrasi Pertanahan.
Ditentukannya agar pembangunan dibidang pertanahan diarahkan kembali untuk
menata kembali penggunaan, penguasaan, dan pemilikan. Timbulnya masalah
penatagunaan pertanahan di Kabupaten Lampung Selatan karena alih fungsi lahan
belum berjalan dengan baik dan masalah penataan penguasaan tanah itu dalam
redistribusi tanah belum sesuai peraturan, pembagian luas tanahnya masih ada
yang mendapat dibawah batas minimum.
Permasalahan dalam penelitian yaitu (1) bagaimana pelaksanaan tertib
administrasi pertanahan di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan? (2)
apa sajakah faktor penghambat dalam pelaksanaan tertib administrasi pertanahan
di kantor pertanahan Kabupaten Lampung Selatan? Ruang lingkup penelitian ini
dibatasi pada penatagunaan tanah dan penataan penguasaan tanah.
Pendekatan masalah dilakukan secara normatif dan empiris dengan menggunakan
jenis data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi
kepustakaan dan studi lapangan yang kemudian dianalisis secara deskripsi
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan tertib administrasi pertanahan di
Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan dalam lingkup penatagunaan
tanah belum tertib, alih fungsi lahan belum berjalan dengan baik, walaupun sudah
ada Perda Nomor 1 Tahun 2004 tetapi belum berlaku. Tim teknis belum
terbentuk, jadi SK dari Bupati belum dikeluarkan. Pelaksanaan tertib administrasi
pertanahan dalam lingkup penataan penguasaan tanah juga belum tertib.
Sandra Septiani
Redistribusi tanah yang pelaksanaannya belum sesuai peraturan, dalam pembagian
luas tanah untuk seorang petani masih ada yang mendapat dibawah batas
minimum 2 Ha, diatur dalam pasal 8 Perpu Nomor 56 Tahun 1960 tentang
Penetapan Luas Tanah Pertanian bahwa Pemerintah mengadakan usaha-usaha
agar setiap petani memiliki tanah pertanian minimum 2 Ha. Jadi pembagian tanah
tersebut belum adil dan merata.
Kata kunci : Tanah, Tertib Administrasi pertanahan.
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF LAND ADMINISTRATION IN LAND
REGISTRY OFFICE OF SOUTH LAMPUNG REGENCY
By
Sandra Septiani
The management of natural resources (agrarian) has led to environmental
degradation, inequality control structure,ownership, use and utilization and it
causes various conflicts. Therefore, the President issued a policy of land known as
the The Four Land Code as stipulated in Presidential Decree No. 07 of 1979 on
the Third Five-Year Development Plan (Repelita III), one of which includes the
Land Administration. It determines that the land development routed back to
reorganize the use, possession and ownership of land. The issue of land
stewardship in South Lampung regency occured since the implementation of land
conversion has not ran well and the problem of land tenure arrangement in the
redistribution of land does not meet the regulations and also the land division is
still below the minimum limit.
The problems in this research are formulated as : (1) how is the implementation of
the land administration in the Land Registry Office of South Lampung Regency?
(2) what are the inhibiting factors to the implementation of land administration in
South Lampung Regency? The scope of this research is limited on land
stewardship and land tenure arrangement.
This research used normative and empirical approaches with primary and
secondary data. The data were collected through literature studies and field studies
which then being analyzed using qualitative description.
The results showed that the implementation of land administration in South
Lampung Land Registry Office in terms of land stewardship has not run
effectively, the land conversion has not gone well, despite the existing law No. 1/
2004. The technical team is not yet formed, so the decree of the Regent has not
been issued. The land administration in terms of land tenure arrangement has not
been implemented properly. The distribution of land for a farmer was still below
the minimum limit of 2 hectares. However, in Article 8 of Government Regulation
No. 56/1960 on Agricultural Land Size Arrangement, it has been stated that the
Government should try to make efforts so that every farmer has a minimum of 2
hectares of agricultural land. Therefore, the inequality of such land distribution
division was unfair and unequitable.
Keywords: Land, Land Administration
PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN DI KANTOR
PERTANAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Sandra Septiani
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung, pada tanggal 01 September
1994. Anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Muhammad Nurhasan dan Ibu Tora.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak Al-Amanah Serpong pada
tahun 1999. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan tahun 2006 di
SD Negeri 1 Serpong. Sekolah Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2009 di
MTs 1 Serpong. Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2012 di SMA
Negeri 7 Kota Tangerang Selatan.
Pada tahun 2012, penulis terdaftar dan diterima sebagai mahasiswi Fakultas Hukum
Universitas Lampung Bagian Hukum Administrasi Negara melalui jalur SNMPTN
Tertulis. Penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Purwa
Negara- Way Kanan, periode Januari 2015 selama 40 hari.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi kemahasiswaan
Fakultas Hukum Universitas Lampung yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa “Mahasiswa
Pengkaji Masalah Hukum” (UKM Mahkamah).
MOTTO
“MAKA SESUNGGUHNYA BERSAMA KESULITAN ADA KEMUDAHAN.
SESUNGGUHNYA BERSAMA KESULITAN ADA KEMUDAHAN. MAKA
APABILA ENGKAU TELAH SELESAI (DARI SATU URUSAN), TETAPLAH
BEKERJA KERAS (UNTUK URUSAN LAIN), DAN HANYA KEPADA
TUHANMULAH ENGKAU BERHARAP.”
(Q.S AL-INSYIRAH 5-8)
“SESUATU YANG ADA DALAM AKALKU, MENGUASAI PIKIRANKU,
HIDUP DIHATIKU, DAN MENGALIR BERSAMA SEL-SEL DARAHKU
HARUS KELUAR MENJADI NYATA DALAM KEHIDUPAN.”
(LOUIS BRAILLE)
PERSEMBAHAN
Aku persembahkan skripsi ini kepada :
1. Allah SWT
2. Bapak dan ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang selama ini
kepada anak-anaknya, yang selalu memberikan doa untuk keberhasilan anakanaknya dimasa sekarang maupun yang akan datang, yang tidak pernah lelah
memberikan dukungan moril dan materiil.
3. Saudaraku, keluarga besarku dan orang-orang terdekat yang selalu
mendukung, mendoakan dan menjadi inspirasi serta penyemangat aku dalam
perkuliahan hingga skripsi ini dibuat.
4. Bangsa dan Negara
5. Almamaterku
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pelaksanaan Tertib
Administrasi Pertanahan Di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan”,
yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana dibagian
Hukum Administrasi Negara pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penulis menyadari dengan segala kesederhanaan hati bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya kemampuan peneliti,
karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini
dimasa mendatang.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua
Bagian Hukum Administrasi Negara yang dengan penuh kebijaksanaan serta
kesabaran untuk meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan
peneliti dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
2. Ibu Ati Yuniati, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan penuh
kebijaksanaan serta kesabaran untuk meluangkan waktunya membimbing dan
mengarahkan peneliti dalam penelitian ini.
3. Bapak Dr.FX.Sumarja, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah
memberikan arahan serta masukan yang membangun dalam skripsi ini.
4. Bapak Satria Prayoga, S.H.,M.H., Selaku Dosen Pembahas II yang telah
memberikan kritik dan saran dalam skripsi ini.
5. Armen Yasir,S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
6. Bapak Nikolas Palinggi, S.SIT., selaku Kepala Urusan Umum dan
Kepegawaian yang telah memberi pengarahan selama penilitian di Kantor
Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan yang berkaitan dengan skripsi ini.
7. Bapak Harpin, S.P. selaku Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan
di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan yang telah memberikan
informasi yang berkaitan dengan skripsi ini.
8. Bapak R.Dadak Manik, S.H. selaku Kepala Subseksi Penatagunaan Tanah dan
Kawasan Tertentu di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan yang
telah memberikan data mengenai hal yang berkaitan dengan skripsi ini.
9. Bapak Jeje Fakhrudin, S.ST. selaku Kepala Subseksi Landreform dan
Konsolidasi Tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan yang
telah memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan skripsi
ini.
10. Guru-Guru Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama serta Sekolah
Mengengah Atas yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
11. Para Orang Tua ku yang terkasih yang selalu memberikan doa terbaiknya,
menjadi penyemangat, serta memberi dukungan moril dan materiil, terhadap
penulis demi mencapai kesuksesan sekarang dan masa mendatang.
12. Elsa Nurani Maulida, adik tercinta yang selalu mendoakan dan menjadi
penyemangat dalam mencapai kesuksesan penulis.
13. Ruliadi Ferdian yang selalu membantu penulis dalam setiap waktu dan
memberikan dukungan demi mencapai kesuksesan.
14. Keluarga Besar, saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan dan
semangat bagi penulis untuk mencapai kesuksesan.
15. Wayan Ayu AD, S.H., Selly Sunia, S.H., Ricky Hidayat,S.Pd., sahabat yang
selalu memberikan doa, semangat dan dukungan saat penulis merasa lelah
dalam mencapai kesuksesan.
16. Shintia Dwi D, S.H., Sanna Glessika N, S.H., selaku teman yang selalu
memberikan semangat dan dukungan demi mencapai kesuksesan.
17. Nazar Algifari, Amelia Virgiyani Sofyan, Dini Ari Murti, S.P., Eka Novia
Harningsih, S.AB., Grace Selia Sintia Ulfa,S.Pd., teman seperjuangan dari
awal perkuliahan yang telah menjadi penyemangat serta memberikan doanya
sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.
18. Teman-teman kampus dan KKN yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
19. Segenap staff pengajar Fakultas Hukum dan segenap Karyawan Fakultas
Hukum Universitas Lampung.
20. Almamater Tercinta Universitas Lampung.
Penulis berharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini
dimasa yang akan datang, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pihak yang membutuhkan.
Bandar Lampung,………..2016
Penulis
Sandra Septiani
DAFTAR ISI
ABSTRAK
COVER DALAM
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
SANWACANA
DAFTAR ISI
BAB I
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................
Rumusan Masalah ...........................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Kegunaan Penelitian .......................................................................
BAB II
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Tertib Administrasi Pertanahan .......................................................
2.1.1 Pengertian Pelaksanaan Tertib Administrasi Pertanahan ....
2.1.2 Tertib Administrasi Pertanahan Bagian dari Catur Tertib
Pertanahan ...........................................................................
Administrasi Pertanahan ..................................................................
2.2.1 Pengertian Tanah .................................................................
2.2.2 Pengertian Administrasi Pertanahan ....................................
2.2.3 Ruang Lingkup Administrasi Pertanahan ............................
2.2.4 Konsep Dasar Administrasi Pertanahan ..............................
2.2
1
7
8
8
8
9
9
11
14
14
18
30
35
BAB III
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
METODE PENELITIAN
Pendekatan Masalah ......................................................................
Sumber Data ....................................................................................
Prosedur Pengumpulan Data ...........................................................
Prosedur Pengolahan Data ...............................................................
Analisis Data .................................................................................
37
38
40
40
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan .............................
42
4.2 Pelaksanaan Tertib Administrasi Pertanahan di Kantor Pertanahan
Kabupaten Lampung Selatan ...........................................................
46
4.2.1 Pelaksanaan Tertib Administrasi Pertanahan Dalam Lingkup
Penatagunaan Tanah ............................................................
46
4.2.1.1 Pengumpulan Data (Inventarisasi) dan Informasi
Penatagunaan Tanah ................................................
49
4.2.1.2 Penyajian Neraca Penatagunaan Tanah ...................
58
4.2.1.3 Pola Penyesuaian/Kebijakan Penatagunaan Tanah .
65
4.2.2 Pelaksanaan Tertib Administrasi dalam Lingkup Penataan
Penguasaan Tanah ...............................................................
68
4.2.2.1 Konsolidasi Tanah ...................................................
70
4.2.2.2 Redistribusi Tanah ...................................................
71
4.3 Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Tertib Administrasi
Pertanahan di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan ....
73
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .....................................................................................
5.2 Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
75
76
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia ialah karena kehidupan manusia
sama sekali tidak bisa dipisahkan dari tanah. Manusia hidup diatas tanah dan
memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah.1Dinamika
masalah pertanahan memiliki muatan kerumitan yang tinggi, hal ini disebabkan
oleh realitas yang menunjukkan bahwa kebutuhan manusia akan tanah senantiasa
meningkat seiring dengan laju pertumbuhan dan pembangunan di segala bidang.
Di lain pihak secara kuantitas jumlah tanah tidak bertambah luas (relatif tetap).
Oleh karena itu permasalahan di bidang pertanahan dituntut agar dapat mengelola
tanah yang tersedia secara optimal, sehingga secara profesional masing-masing
kepentingan dapat diakomodir secara proposional sebagai pencerminan dari citacita pembangunan nasional di segala bidang.
Tanah merupakan sarana untuk melaksanakan pembangunan. Kedudukan tanah
yang penting ini kadang tidak diimbangi dengan usaha untuk mengatasi berbagai
1
Kertasapoetra, dkk., Hukum Tanah Jaminan UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah,
Bina Aksara, Jakarta,1984, hlm. 1.
2
permasalahan yang timbul dalam bidang pertanahan. Fakta memperlihatkan
bahwa keresahan di bidang pertanahan mendatangkan dampak negatif di bidang
sosial, politik dan ekonomi.
Untuk
itu
berdasarkan
TAP
MPR
No.IV/MPR/1978
ditentukan
agar
pembangunan di bidang pertanahan diarahkan untuk menata kembali penggunaan,
penguasaan, dan pemilikan tanah.Atas dasar TAP MPR No. IV/MPR/1978,
Presiden mengeluarkan kebijaksanaan bidang pertanahan yang dikenal dengan
Catur Tertib Bidang Pertanahan sebagaimana dimuat dalam Keppres No. 7 Tahun
1979, meliputi:2
a. Tertib Hukum Pertanahan
b. Tertib Administrasi Pertanahan
c. Tertib Penggunaan Tanah
d. Tertib Pemeliharaan Tanah Dan Lingkungan Hidup
Tanah telah berkembang menjadi masalah lintas sektoral yang mempunyai
dimensi ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan, sekaligus sebagai
pengejawantahan dari kelima sila dalam Pancasila. Dalam kaitan itu Garis-Garis
Besar Haluan Negara Tahun 1993 Bab VI Sub F No. 15 menegaskan, bahwa :
“Tanah dan lahan yang mempunyai nilai ekonomi dan fungsi sosial,
pemanfaatannya perlu diatur dan dikembangkan dalam pola tata ruang yang
terkoordinasi bagi sebesar-besar kesejahteraan masyarakat.” Kemudian dipertegas
kembali melalui garis kebijaksanaan yang dituangkan dalam GBHN Tahun 1999
Bab IV Sub B No. 16 : “Mengembangkan kebijakan pertanahan untuk
2
Ismaya Samun, Hukum Administrasi,Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013, hlm.22-24.
3
meningkatkan pemanfaatan dan penggunaan tanah secara adil, transparan dan
produktif dengan mengutamakan hak-hak setempat, termasuk hak ulayat dan
masyarakat adat, serta berdasarkan tata ruang wilayah yang serasi dan seimbang”.
Munculnya UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) dan sekaligus sebagai dampak dari empat kali amandemen UUD
1945, dokumen dan kata-kata GBHN tidak dipergunakan dan tidak diberlakukan
lagi di Indonesia. Saat ini, dokumen yang menggantikan GBHN adalah dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang
ditetapkan dengan UU Nomor 17 Tahun 2007.Tercantum dalam Pasal 5 UU
Nomor 17 Tahun 2007 “Dalam rangka menjaga kesinambunganpembangunan dan
untuk menghindarkan kekosongan rencana pembangunan nasional. Presiden yang
sedang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan memyusun
Rencana Kerja Pemerintah (RKP)untuk tahun pertama periode Pemerintahan
Pemerintahan Presiden berikutnya”.3
Majelis Permusyawaratan Rakyat melalui Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001
tanggal 9 November 2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber
Daya Alam, dalam konsiderannya mempertimbangkan, “Bahwa pengelolaan
sumberdaya alam (agraria) yang berlangsung selama ini telah menimbulkan
penurunan kualitas lingkungan, ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatannya serta menimbulkan berbagai konflik”.
Penegasan tersebut di atas semakin jelas bahwa administrasi pertanahan
mempunyai peranan penting yang perlu mendapatkan penanganan yang lebih
3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
4
serius dan sungguh-sungguh agar dapat mendukung terlaksananya tugas-tugas
pemerintah dalam pemerataan pembangunan sejak perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan, sampai kepada pengendaliannya. Berkenaan dengan hal tersebut
dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA) angka II butir 2 disebutkan negara bukan pemilik
tanah tetapi lebih tepat sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat (bangsa)
yang bertindak sebagai badan penguasa.Dari sudut pandang inilah harus dilihat
ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUPA yang menyatakan bahwa, “Bumi, air, dan ruang
angkasa, termasuk dikuasai oleh negara”.
Tanah juga berperan bagi kehidupan bangsa Indonesia ataupun dalam pelaksanaan
pembangunan nasional yang diselenggarakan sebagai upaya berkelanjutan untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu, pengaturan penguasaan, pemilikan
dan penggunaan tanah perlu lebih diarahkan bagi semakin terjaminnya tertib di
bidang hukum pertanahan, administrasi pertanahan, penggunaan tanah, ataupun
pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup, sehingga adanya kepastian hukum di
bidang pertanahan pada umumnya dapat terwujud.
Kantor Pertanahan yang merupakan salah satu kantor “public service” yang
bersifat tunggal harus mampu memberikan kepuasan pada masyarakatdengan
tugas utamanya yaitu pelayanan masyarakat di bidang administrasi pertanahan
yang meliputi fungsi-fungsi sebagai berikut : pengaturan penguasaan tanah,
penatagunaan tanah, hak-hak atas tanah, pengukuran dan pendaftaran tanah,
informasi pertanahan.
5
Saat ini, dalam rangka mewujudkan kinerja yang lebih baik, Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia (BPN RI) telah membentuk kebijakan-kebijakan
mengenai sistem administrasi pertanahan yang seharusnya dapat terlaksana
dengan baik secara menyeluruh pada setiap kantor pertanahan-kantor pertanahan
di seluruh Indonesia sesuai dengan kedudukan BPN RI dalam Perpres No. 10
Tahun 2006.
Berdasarkan Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan
Daerah
disebutkan
bahwakegiatan
pelayanan
pertanahan
merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota”.Selanjutnya oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan hal
ini diterjemahkan dengan membuat Peraturan Daerah Kabupaten Lampung
Selatan Nomor 04 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten
Lampung Selatan dimana pada Pasal 2 ayat (4) disebutkan bahwa urusan
pertanahan merupakan urusan yang wajib diselenggarakan oleh Pemerintah
Kabupaten Lampung Selatan. Adapun yang termasuk urusan pelayanan
pertanahan di Kabuapten Lampung Selatan meliputi : izin lokasi, pengadaan tanah
untuk kepentingan umum, penyelesaian sengketa tanah garapan, penyelesaian
masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan, penetapan
subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan
maksimum dan tanah absente, penetapan tanah ulayat, pemanfaatan dan
penyelesaian masalah tanah kosong, izin membuka tanah dan perencanaan
penggunaan tanah wilayah daerah.4
4
http://digilib.unila.ac.id/13197/6/TESIS.pdf
6
Bidang administrasi pertanahan menurut Rusmadi Murad ada 4 (empat), yaitu :5
a. Penatagunaan tanah
b. Penataan penguasaan tanah
c. Pengurusan hak tanah
d. Pengukuran dan pendaftaran tanah
Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas 210.974
ha.Sebagian wilayahnya merupakan areal persawahan dengan luas 455,75 Km2
(20,71 %).Penggunaan tanah di Kabupaten Lampung Selatan yaitu meliputi:
Irigasi teknis 3.110 ha(1,93%), Irigasi sederhana 4.009 ha (2,74%), Tadah hujan
33.217 ha (20,66%),Tegal/kebun 40.973 ha (25,48%),Ladang/huma 40.531 ha
(25,21%), Perkebunan 31.115 ha(19zz,35%), Lain-lain 7.838 ha (4,88%).6
Berdasarkan Pasal 1 huruf f Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan
Nomor 01 Tahun 2004 tentang Perubahan Penggunaan Lahan Sawah ke Non
Pertanian dalam bahwa “Alih fungsi lahan sawah adalah perubahan lahan
pertanian menjadi non pertanian untuk kepentingan selain dapat menunjang
ketahanan pangan daerah dan nasional antara lain untuk bangunan industry,
bangunan perumahan, usaha jasa, perdagangan dan bangunan lainnya.” Pasal 2
“Setiap perubahan penggunaan lahan sawah wajib mendapat izin Bupati.”7
Adanya sengketa pertanahan di Kabupaten Lampung Selatan merupakan
permasalahan yang cukup rumit apalagi jika permasalahan tersebut melibatkan
berbagai pihak atau masyarakat secara masal.Timbulnya permasalahan pertanahan
5
Rusmadi Murad, Administrasi Pertanahan, Mandar Maju, Bandung, 1997.
http://digilib.unila.ac.id/2994/12/BAB%204.pdf
7
Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 01 Tahun 2004 tentang Perubahan
Penggunaan Lahan Sawah ke Non Pertanian
6
7
merupakan ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah antara pemerintah,
perkebunan negara maupun swasta dengan masyarakat petani atau penggarap.
Permasalahan
penatagunaan
tanah
di
Kabupaten
Lampung
Selatan
ketidaksempurnaan akses tanah sebagai salah satu sarana yang belum terkelola
dengan baik dan alih fungsi lahan belum berjalan dengan baik. Permasalahan
penguasaan tanah adalah dengan kurangnya proporsionalitas penguasaan dan
kepemilikan tanah, pemerintah lebih memihak kepada penguasa daripada petani
dalam hal pengelolaan lahan pertanian.Lahan yang dikuasai oleh petani kini
sangat kecil bila dibandingkan dengan luas lahan yang dikuasai pengusaha yang
tidak memiliki batasan dalam kepemilikan dan penguasaantanah.Maka dari itu
dilakukan reditribusi tanah untuk para petani, tetapi dalam pelaksanaannya belum
sesuai peraturan, pembagian luas tanahnya ada yang mendapat dibawah batas
minimum.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitiandalam bentuk skripsi dengan judul: “PELAKSANAAN TERTIB
ADMINISTRASI
PERTANAHAN
DI
KANTOR
PERTANAHAN
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan pokok
permasalahan berkenaan dengan pelaksanaan tertib administratif pertanahan,
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah pelaksanaan tertib administrasi pertanahan di kantor
pertanahan Kabupaten Lampung Selatan?
8
b. Apa sajakah faktor penghambat dalam pelaksanaan tertib administrasi
pertanahan di kantor pertanahan Kabupaten Lampung Selatan?
1.3
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini, yaitu:
a. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Kantor Pertanahan Kabupaten
Lampung Selatan.
b. Ruang lingkup waktu penelitian yaitu tahun April-Juni 2016 dengan data
yang diperoleh tahun 2013.
c. Ruang lingkup ilmu penelitian adalah Penatagunaan Tanah dan Penataan
Penguasaan Tanah.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan tertib administrasi pertanahan di kantor
pertanahan Kabupaten Lampung Selatan.
b. Untuk
mengetahui
faktor
penghambat
dalam
pelaksanaan
tertib
administrasi pertanahan di kantor pertanahan Kabupaten Lampung Selatan.
1.5
Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang penulis lakukan
ini antara lain adalah sebagai berikut:
9
a. Kegunaan Teoretis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan
ilmu pengetahuan dibidang Hukum Administrasi Negara dalam lingkup
hukum tata guna tanah khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tertib
administrasi pertanahan.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan studi,
literature, tambahan ilmu pengetahuan dan bahan informasi bagi semua
kalangan yang berkaitan dengan tertib administrasi pertanahan dalam lingkup
hukum tata guna tanah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tertib Administrasi Pertanahan
2.1.1
Pengertian Pelaksanaan Tertib Administrasi Pertanahan
Menurut Nurdin Usman, implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan,
atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi
suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.8
Menurut Guntur Setiawan, implementasi atau pelaksanaan adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan
untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.9
Sedangkan menurut Hanifah Harsono, implementasi atau pelaksanaan adalah
suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari
politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka
penyempurnaan suatu program.10
8
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,
hlm.70.
9
Guntur Setiawan, Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2004, hlm.39.
10
Harsono Hanifah, Implementasi Kebijakan dan Politik, Mutiara Sumber Wijaya, Bandung, 2002,
hlm.67.
11
Tertib administrasi pertanahan adalah upaya memperlancar setiap usaha dari
masyarakat yang menyangkut tanah terutama dengan pembangunan yang
memerlukan sumber informasi bagi yang memerlukan tanah sebagai sumber daya,
uang dan modal.Menciptakan suasana pelayanan di bidang pertanahan agar lancar,
tertib, murah, cepat dan tidak berbelit-belit dengan berdasarkan pelayanan umum
yang adil dan merata.11
Jadi, pelaksanaan tertib administrasi pertanahan adalah suatu tindakan guna
mempermudah dan memperlancar masyarakat dalam segala proses pelayanan di
bidang pertanahan yang bertujuan supaya tidak terjadi ketimpangan sosial
masyarakatagar prosedur pelayanan tertib, lancar, murah, cepat dan tidak berbelitbelit.
2.1.2
Tertib Administrasi Pertanahan Bagian dari Catur Tertib Pertanahan
Atas dasar Tap MPR No. IV/MPR/1978, Presiden mengeluarkan kebijaksanaan
bidang pertanahan yang dikenal dengan Catur Tertib Bidang Pertanahan
sebagaimana dimuat dalam Keppres No. 7 Tahun 1979, meliputi:12
a. Tertib Hukum PertanahanDiarahkan pada program:
1) Meningkatkan tingkat kesadaran hukum masyarakat;
2) Melengkapi peraturan perundangan di bidang pertanahan;
3) Menjatuhkan sanksi tegas terhadap pelanggaran yang terjadi;
4) Meningkatkan pengawasan dan koordinasi dalam pelaksanaan
hukum agraria.
11
12
Nandang Alamsyah, Administrasi Pertanahan, Universitas Terbuka, Jakarta, 2002, hlm 114.
Samun Ismaya, Hukum Administrasi,Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013, hlm.22-24.
12
b. Tertib Administrasi PertanahanDiarahkan pada program:
1) Mempercepat
proses
pelayanan
yang
menyangkut
urusan
pertanahan;
2) Menyediakan peta dan data penggunaan tanah, keadaan sosial
ekonomi
masyarakat
perencanaan
sebagai
penggunaan
bahan
tanah
dalam
bagi
penyusunan
kegiatan-kegiatan
pembangunan.Penyusunan data dan daftar pemilik tanah, tanahtanah kelebihan batas maksimum, tanah-tanah absente dan tanahtanah Negara;
3) Penyusunan data dan daftar pemilik tanah, tanah-tanah kelebihan
batas maksimum, tanah-tanah absente dan tanah-tanah negara;
4) Menyempurnakan daftar-daftar kegiatan baik di Kantor Agraria
maupun di kantor PPAT;
5) Mengusahakan pengukuran tanah dalam rangka pensertifikatan hak
atas tanah.
Dengan adanya tertib administrasi pertanahan dimaksud bahwa data-data
setiap bidang tanah tercatat dan diketahui dengan mudah, baik mengenai
riwayat, kepemilikan, subjek haknya, keadaan fisik serta ketertiban
prosedur dalam setiap urusan yang menyangkut tanah.13
Adapun yang berkaitan dengan tertib administrasi adalah :14
a. Prosedur permohonan hak tanah sampai terbit sertifikat tanda
bukti.
13
14
http://adm-pertanahan.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-administrasi-pertanahan.html
http://iyasyusuf.blogspot.co.id/2012/06/catur-tertib-pertanahan.html
13
b. Penyelesaian tanah-tanah yang terkena ketentuan peraturan
landreform.
c. Biaya-biaya mahal dan pungutan-pungutan tambahan.
PP No. 24 Tahun 1997 mengenai tujuan Pendaftaran Tanah untuk
terselenggaranya tertib administrasi pertanahan sebagaimana dimaksud
Pasal 3 huruf c, setiap bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk
peralihan, pembebanan, dan hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik
atas satuan rumah susun wajib didaftarkan.
c. Tertib Penggunaan TanahDiarahkan pada usaha untuk:
1) Menumbuhkan pengertian mengenai arti pentingnya penggunaan
tanah secara berencana dan sesuai dengan kemampuan tanah;
2) Menyusun rencana penggunaan tanah baik tingkat nasional
maupun tingkat daerah;
3) Menyusun petunjuk-petunjuk teknis tentang peruntukan dan
penggunaan tanah;
4) Melakukan survey sebagai bahan pembuatan peta penggunaan
tanah, peta kemampuan dan peta daerah-daerah kritis.
d. Tertib Pemeliharaan Tanah Dan Lingkungan HidupDiarahkan pada usaha:
1) Menyadarkan masyarakat bahwa pemeliharaan tanah merupakan
kewajiban setiap pemegang hak atas tanah.
Kewajiban memelihara tanah tidak saja dibebankan kepada
pemiliknya atau pemegang haknya yang bersangkutan, melainkan
menjadi beban setiap orang, badan hukum, atau isntansi yang
mempunyai suatu hubungan dengan tanah;
14
2) .Memberikan fatwa tata guna tanah dalam setiap permohonan hak
atas tanah dan perubahan penggunaan tanah;
3) Melakukan analisa dampak lingkungan (AMDAL) sebelum usaha
industri/pabrik didirikan;
4) Melakukan pemantauan terhadap penggunaan tanah.
Yang erat kaitannya dengan bidang tata guna tanah adalah terting
penggunaan tanah dan tertib pemeliharaan tanah.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agraria/ KBPN Nomor 5 Tahun1995 tentang
Gerakan Nasional Tertib Pertanahan dicanangkanlah suatu gerakan nasional
dengan nama Gerakan Nasional Pemasangan Tanda Batas Pemilikan Tanah, yaitu
gerakan kesadaran masyarakat untuk mensukseskan Catur Tertib Pertaanahan.
Pemasangan tanda batas pemilikan tanah dilakukan oleh pemilik tanah yang
berdampingan secara bersama-sama yang tergabung dalam wadah Kelompok
Mayarakat Sadar Tertib Pertanahan (POKMASDARTIBNAS ).15
2.2
Administrasi Pertanahan
2.2.1
Pengertian Tanah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan tanah adalah:16
a. Permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali;
b. Keadaan bumi di suatu tempat;
c. Permukaan bumi yang diberi batas;
d. Daratan;
15
SamunIsmaya, Hukum Administrasi,Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013, hlm.24-25.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
16
15
e. Permukaan
bumi
yang
ditempati
suatu
bangsa
yang
diperintahsuatu negara/menjadi daerah negara;
f. Bahan-bahan bumi.
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria, tanah merupakan permukaan bumi. Penggunaan tanah untuk
mengambil manfaatnya tidak hanya terbatas pada permukaan bumi saja, tetapi
juga tubuh bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang angkasa yang ada di
atasnya. Sedalam apa tubuh bumi itu boleh digunakan dan seberapa tinggi ruang
yang ada diatasnya boleh digunakan, ditentukan oleh tujuan penggunaanya dalam
batas-batas kewajaran, perhitungan teknis kemampuan tubuh buminya sendiri,
kemampuan pemegang haknya serta ketentuan peraturan per-undangan yang
bersangkutan.
Dalam ketentuan penggunaan tubuh bumi itu, harus ada hubungan secara
langsung dengan gedung yang dibangun diatas tanah yang berangkutan, misalnya
untuk memasang tiang-tiang pondasi, untuk ruang parkir, dan lain-lain
keperluan yang langsung berhubungan dengan pembangunan dan penggunaan
gedung yang dibangun. Sedangkan tanah merupakan faktor yang sangat penting
dan yang paling utama dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan manusia
tidak dapat dipisahkan daritanah dan juga merupakan kehidupan manusia yang
paling mendasar. Bagisebagian masyarakat Indonesia, tanah merupakan harta
kekayaan yang luar biasa yang memiliki nilai jual yang semakin waktu
semakin bertambah,
dan
juga
fungsinya sebagai
sumber
kehidupan
manusia. Begitu pula dalam rangka Pembangunan Nasional, nasional juga
16
merupakan salah satu modal utama sebagai wadah pelaksanaan pembangunan
untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Kebutuhan masyarakat akan tanah dari hari ke hari terus meningkat,searah dengan
lajunya pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan oleh Bangsa Indonesia.
Dengan demikian fungsi tanahpun mengalami perkembangan sehingga kebutuhan
masyarakat akan hak atas tanah juga terus mengalami perkembangan yang
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan yang beranekaragam. Dalam berbagai
aspek kehidupan manusia pasti membutuhkan tanah. Begitu pentingnya tanah bagi
manusia, dapat dilihat dari kenyataan bahwa manusia tidak mungkin hidup
terlepas dari tanah. Berbagai aktivitas manusia selalu berhubungan dengan tanah
dan segala aktifitas tersebut selalu dilakukan diatas tanah.
Manusia berkembang biak dan hidup serta melakukan segala aktifitas
di atas tanah, sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan
tanah. Manusia hidup di atas tanah (bermukim) dan memperoleh bahan pangan
dengan cara mendayagunakan tanah. Setiap manusia memerlukan tanah bukan
hanya dalam kehidupannya
saja,
untuk
meninggalpun
manusia
masih
memerlukan tanah, sebagai tempat pemakaman. Manusia memerlukan rumah
sebagai tempat berlindung, begitu pula gedung bertingkat, kantor, pabrik,
perusahaan, pusat perbelanjaan, sekolah, tempat peribadatan, dan sebagainya
didirikan di atas tanah. Bahan makanan yang dibutuhkan manusia juga ditanam di
atas tanah. Manusia juga membutuhkan tanah untuk melakukan eksploitasi bahan
tambang yang ada di dalam/di bawah permukaan tanah, untuk pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.
17
Tanah juga merupakan komoditas pemenuhan kebutuhan hidup pokok yang harus
dipenuhi selain makanan dan pakaian, atau dengan kata lain sandang,
pangan, papan. Papan yang dimaksud di sini sebagai satu dari tiga kebutuhan
dasar manusia yang paling penting, karena digunakan sebagai tempat berlindung
dari terik panas sinar matahari dan hujan. Dalam hal ini tidak hanya menunjuk
pada bangunan rumahnya saja, tetapi yang dimaksudkan adalah tanah tempat
bagunan rumah tersebut berdiri. Selain sebagai salah satu sumber produksi, tanah
juga dapat berarti simbol status yang penting untuk menunjukan seseorang.
Semakin banyak bidang tanah yang dimiliki dan semakin luas tanah yang dimiliki
seseorang, maka dapatmenunjukan orang tersebut semakin “berada” dan
dihormati orang lain.
Tanah sebagai simbol status ini, merupakan salah satu motif yang mendorong
manusia untuk menguasai tanah bahkan lebih dari satu bidang tanah. Tanah
menjadi suatu kebutuhan, dimana setiap orang pastimembutuhkannya. Hal
ini mendorong setiap orang untuk selalu memilikitanah dan menguasainya.
Karena pentingnya tanah bagi manusia, terutama dalam kelangsungan hidupnya,
maka manusia akan selalu berusaha keras untuk memiliki tanah dan menguasai
tanah. Penguasaan tersebut diupayakan semaksimal mungkin untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan hidupnya
Berbagai upaya dilakukan oleh manusia untuk dapat menguasai tanah dan
tentunya mempertahankannya dari pihak lain. Hubungan antara manusia dengan
tanah bersifat relatif, artinya kekuasaan manusia terhadaptanah tidak dapat
tanpa batas, atau dengan perkataan lain tidak semua manusia dapat berhubungan
dengan tanah, akan tetapi semua orang pasti membutuhkan tanah untuk hidupnya.
18
Jadi berdasarkan hidupnya, meskipun manusia tidak mempunyai hubungandengan
tanah akan tetapi manusia mempunyai hak untuk menerima manfaat dari tanah.17
2.2.2
Pengertian Administrasi Pertanahan
Secara etimologi, administrasi berasal dari bahasa Yunani "Administrare"
atau administer yang berarti mengendalikan, mengelola atau menangani urusan
urusan seperti negara, pemerintahan, rumah tangga ataupun pengelolaan suatu
bisnis/usaha.Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan
penyelenggaraan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan.18
Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi: catat-mencatat,
surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda, dan sebagainya yang
bersifat teknis ketatausahaan.Administrasi dalam arti luas adalah seluruh proses
kerja sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan dengan
memanfaatkan sarana prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna.
Pengertian Administrasi Menurut Para Ahli berikut.19
1) Menurut Arthur Grager, pengertian administrasi adalah fungsi tata
penyelenggaraan terhadap komunikasi dan pelayanan warkat suatu
organisasi.
2) Menurut George Terry, pengertian administrasi adalah perencanaan,
pengendalian,
dan
pengorganisasian
pekerjaan
perkantoran,
serta
penggerakan mereka yang melaksanakan agar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
17
http://damsikyanjui.blogspot.co.id/2010/03/tanah-dan-fungsinya-bagi-manusia.html
Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, Tim Reality Publisher, Surabaya, 2008
19
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Administrasi
18
19
3) Menurut Sondang P.Siagian, administrasi adalah keseluruhan dari proses
kerja sama antara dua orang atau lebih yang didasarkan dari atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
4) Menurut Ulbert, pengertian administrasi secara luas didefinisikan sebagai
penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis baik
internal maupun eksternal dengan maksud menyediakan keterangan serta
memudahkan untuk memperoleh kembali baik sebagian maupun
menyeluruh. Sedangkan pengertian administrasi dalam arti sempit dikenal
dengan istilah tata usaha.
5) Menurut
William
Leffingwell
dan
Edwin
Robinson,
pengertian
administrasi adalah cabang ilmu manajemen yang berkenaan dengan
pelaksanaan pekerjaan perkantoran secara efisien, kapan, dan dimana
pekerjaan tersebut harus dilakukan.
Administrasi
Pertanahan
merupakan
bagian
dari
Administrasi
Negara
yangbertujuanuntuk memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang
pertanahan.Penyelenggaraan administrasi ini merupakan tugas Badan Pertanahan
Nasional.
Rusmadi Murad di dalam bukunya Administrasi Pertanahan Pelaksanaannya
Dalam Praktek, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pertanahan, adalah:
“Suatu kebijakan yang digariskan oleh Pemerintah di dalam mengatur hubunganhubungan hukum antara tanah dengan orang sebagaimana yang ditetapkan oleh
UndangUndang Dasar 1945 dan dijabarkan dalam Undang Undang Nomor 5
Tahun 1960 yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).”
20
Sedangkan pengertian Administrasi Pertanahan menurut Murad, adalah:20
“Suatu usaha dan kegiatan suatu organisasi dan manajemen yang berkaitandengan
penyelenggaraan kebijakan-kebijakan Pemerintah di bidang Pertanahan dengan
menggerakan sumber daya untuk mencapai tujuan seseuai dengan Per-UndangUndangan yang berlaku.
Administrasi pertanahan merupakan suatu usaha dan manajemen yang berkaitan
dengan penyekenggaraan kebijaksanaan pemerintah di bidang pertanahan dengan
mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sesuai dengan ketentuan
perundangan-perundangan yang berlaku. Dengan demikian maka administrasi
pertanahan merupakan bagian dari Administrasi Negara.
Tujuan pembangunan di bidang pertanahan adalah menciptakan kemakmuran dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pencapaian tujuan tersebut dilaksanakan
dengan pengelolaan pertanahan dan pengembangan administrasi pertanahan.
Untuk itu dibuatlah Keputusan Presiden No. 7 tahun 1979 tentang Catur Tertib
Pertanahan. Masalah paling mendasar yang dihadapi bidang pertanahan adalah
suatu kenyataan bahwa persediaan tanah selalu terbatas sedangkan kebutuhan
manusia akan tanah selalu meningkat.
Factor-faktor yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan tanah adalah:
a. Pertumbuhan penduduk
b. Meningkatnya kebuuhan akan ruang sebagai akibat peningkatan kualitas
hidup.
c. Meningkatnya fungsi kota terhadap daerah sekitarnya.
20
RusmadiMurad, Administrasi Pertanahan ,Bandung : CV. Mandar Maju,1997. hlm. 1
21
d. Terbatasnya persediaan tanah yang langsung dapat dikuasai atau
dimanfaatkan.
e. Meningkatkan pembangunan.
Mengingat pentingnya masalah pertanahan tersebut, langkah-langkah untuk
memperbaiki administrasi pertanahan harus diambilyaitu :21
1) Memperjelas dasar hukum atas kepemilikan tanah.
Ada banyak peluang bagi Indonesia untuk memecahkan berbagai hambatan yang
menyebabkan para pelaku ekonomi tidak dapat memperoleh hak yang pasti atas
tanah mereka. Penyelesaian masalah ini akan membuat masyarakatdapat
memanfaatkan secara penuh keuntungan dari tanah yang mereka miliki, dan
memberikan insentif atas penggunaan tanah secara berkelanjutan.
Memperkenalkan pengakuan hukum atas kepemilikan, serta memperbolehkan
bukti non-dokumenter sebagai basisnya.Masyarakat yang telah mengelola suatu
lahan dalam waktu yang lama, umumnya telah menginvestasikan waktu dan
sumber daya mereka pada tanah tersebut.Tetapi, hanya pemilik tanah yang
mempunyai bukti kepemilikan yang dapat menerima perlindungan hukum,
walaupun sertifikasi pertanahan Indonesia hanya mencakup 20% dari lahan yang
ada.Pengakuan atas kepemilikan berdasar penempatan lahan, serta berbagai bukti
informal lainnya, seperti bukti pembayaran pajak ditambah dengan pengakuan
dari para tetangga, misalnya, dapat meningkatkan jaminan terhadap kepemilikan
oleh masyarakat miskin.
21
http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/2800161106130305439/617331-1110769011447/810296-1110769073153/Landpolicy.pdf
22
Hal ini juga dapat menjadi dasar untuk memformalisasikan jutaan pengalihan
lahan secara informal, sehingga dapat mengurangi sumber konflik dan
meningkatkan insentif dalam mendukung investasi pada sumber daya tanah yang
tersedia. Jika dijalankan, program ini akan memberikan hasil yang jauh lebih
tinggi daripada program pendataan tanah secara formal yang berlangsung saat ini.
2) Menciptakan sistem pertanahan yang lebih memenuhi kebutuhan masyarakat
ekonomi modern.
Bersamaan dengan pembangunan ekonomi di Indonesia, banyak tuntutan yang
tidak
lagi
dapat
dipenuhi
oleh
sistem
pengelolaan
pertanahan
yang
ada.Memisahkan pemberian hak atas tanah dengan penggunaan lahan.Penggunaan
tanah di Indonesia harus sesuai dengan izin yang ditetapkan pada hak atas tanah
yang diberikan. Perubahan penggunaan lahan membutuhkan pengurusan hak baru
yang melibatkan proses birokratis yang panjang dan dapat menjadi sumber
korupsi dan salah kelola. Untuk menanggulangi masalah ini, diperlukan
pemisahan fungsi-fungsi teknis, seperti pencatatan, dari aspek politis seperti
alokasi pertanahan.
Perubahan terhadap masalah ini juga harus memasukan provisi yang
memperbolehkan perusahaan untukmemiliki tanah, sehingga dapat membantu
pengembangan pasar untuk pinjaman dan surat berharga lainnya, seperti hipotek.
Memperbaiki fasilitas hipotek dan surat berharga lainnya, seperti dengan cara
menampilkan suku bunga hipotek pada sertifikat tanah serta memperbarui praktik
pelaksanaanya,
akan
membantu
perubahan
budaya
pembayaran
tanah,
23
menjadi basis untuk pemberian fasilitas hipotek sekunder dan berbagai jenis hak
pemilikan lainnya yang lebih komplek. Pada akhirnya perkembangan tersebut
akan memperbaiki kinerja sistem keuangan, yang akan membuat penanam modal
lebih mudah dalam mengakses modal yang lebih murah.
Memperbaiki efisiensi sistem registrasi dan mengurangi biaya yang tidak perlu.
Jika biaya pendaftaran tanah menjadi terlalu tinggi, biasanya pemilik lahan akan
merujuk pada cara-cara informal, yang dapat menurunkan tujuan dari pendaftaran
tersebut, yaitu memberikan informasi yang otoritatif dan tersedia untuk umum.
Prosedur yang tidak efiesien dan berulang, seperti tidak digunakannya informasi
yang dikumpulkan oleh badan pengelola PBB,telah menaikkanbiaya pendaftaran
dan menghambat keberlangsungan administrasi pertanahan.Untuk memecahkan
hal ini, penetapan standar pelayanan dalam pengelolaan pertanahan menjadi
penting. Begitu pula tersedianya informasi yang terbuka mengenai skema biaya
pelayanan dan kinerja kantor-kantor pertanahan, diterapkannya audit independen,
serta dimungkinkannya partisipasi sektor swasta, akan dapat meningkatkan
efisiensi pelayanan.
3) Meningkatkan kualitas dan kredibilitas pencatatan pertanahan.
Pencatatan pertanahan merupakan sesuatu yang patut dilaksanakan hanya jika
proses itu dapat memberikan informasi yang berharga dan terpercayasehingga
dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan investasi dan pengalihan lahan
yang mendorong produktifitas.
24
Menciptakan mekanisme yang efisien dan terdesentralisasi bagi pengalihan lahan.
Biaya pengalihan lahan di Indonesia tercatat sebagai yang tertinggi di kawasan
ini, sehingga berbagai aktifitas pemanfaatan lahan yang berguna menjadi
terhambat atau proses pengalihan mengambil bentuk informal, dengan berbagai
konsekuensi negatifnya.
Aturan perundangan yang jelas dapat membantu masalah ini dan menjadikan
proses pencatatan sebagai aktifitas yang berdasarkan hukum, dengan menetapkan
standar dan aturan yang harus dijalankan di dalam proses transaksi, dengan
mengendalikan pemalsuan dan dengan mengurangi kesempatan untuk melakukan
korupsi. Peraturan tersebut harus memungkinkan terbentuknya prosedur yang
sederhana dan cepat dalam berbagai
urusan seperti masalah pewarisan dan
pembagian lahan.
Harus memungkinkan tersedianya informasi pencatatan dan transaksi atas lahan,
seperti mengharuskan adanya saksi untuk mengesahkan pengalihan lahan dan
menjadikan hasil survey sebagai bagian dari catatan publik, serta secara terbuka
menjelaskan bahwa pemalsuan pencatatan akan dibatalkan dan pencatatan hak
kepemilikan palsu secara formal tidak dapat diterima.
Memperluas cakupan pencatatan dengan berbagai mekanisme. Lebih dari 50%
sertifikat pertanahan di Indonesia diperkirakan bermasalah dalam satu dan lain
aspek, yang dapat menjadi sumber konflik. Mengurusi permasalahan ini secara
terpusat tampaknya merupakan suatu hal yang mustahil. Sebaliknya menerapkan
proses yang dapat mengurangi kesalahan seiring dengan waktu merupakan pilihan
yang lebih memungkinkan.Cara yang banyak diterapkan adalah menetapkan
25
kualifikasi tertentu untuk berbagai lahan yang bermasalah secara hukum atau
belum disurvey, dan mengembangkan mekanisme yang memungkinkan
kualifikasi tersebut dapat diperbaiki, baik dengan seiring waktu maupun dengan
melengkapi survey yang diperlukan.
Ini dapat dilengkapi dengan meningkatkan proses pendaftaran secara sistematik di
sisi penawaran, maupun dengan meningkatkan insentif di sisi permintaan.
Berbagai mekanisme tersebut dapat memperbaiki kondisi masyarakat miskin dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat pada proses pencatatan, dan insentif untuk
melakukan pencatatan.
4) Perencanaan penggunaan lahan yang transparan dan partisipatif.
Cara yang saat ini digunakan pemerintah dalam menyusun rencana penggunaan
ataupun pengelolaan tanah, sering tidak mendukung tercapainya tujuan yang
ditetapkan.Bahkan lahan yang bernilai tinggi sering tidak digunakan atau hanya
menjadi elemen spekulasi yang tidak produktif.Pemecahan masalah ini
membutuhkan pendekatan bottom-up.
Mendefinisikan status tanah milik pemerintah dan mengusahakan pendataan
lahan-lahan tersebut.Meskipun negara pada prinsipnya memiliki seluruh tanah
yang ada, lingkup dari klaim tersebut maupun hak dan kewajiban dalam masalah
yang berkaitan tidaklah terdefinisikan dengan baik.Langkah pertama adalah
memperbolehkan pemerintah di berbagai tingkatan untuk memiliki dan
mendapatkan lahan serta mendefinisikan tanggung jawab masing-masing
pemerintah untuk mengelola lahan-lahan tersebut, termasuk kewajiban untuk
melindungi, merawat dan melestarikan sumber daya alam dan infrastruktur publik
26
di daerah tersebut. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan
pendataan dan pencatatan lahan-lahan milik pemerintah, serta memperkenalkan
proses administrasi yang transparan dalam pemberian, penjualan serta pemberian
hak guna untuk lahan tersebut. Dengan begitu perlidungan, pengelolaan dan
pendayagunaan dapat ditingkatkan, dalam rangka memisahkan proses pencatatan
dan alokasi lahan.
Mengusahakan perencanaan tata guna lahan secara transparan dan dilaksanakan
pada tingkatan lokal.Tingginya intervensi dan kontrol terhadap tanah yang
dilakukan oleh negara telah menyebabkan berbagai ketidakpuasan di antara
masyarakat lokal.Untuk mengatasi masalah ini, sangatlah penting untuk mengakui
wewenang seluruh pemilik untuk menggunakan lahan mereka berdasarkan
peraturan tata guna tanah yang berlaku dan menjamin konsultasi kepada
masyarakat, serta menyebarluaskan informasi mengenai rencana tersebut hingga
tingkat kecamatan. Hal ini akan membantu pelaksanaan undang-undang otonomi,
memperbaiki proses dan akuntabilitas alokasi lahan.
Mengembangkan pendekatan perencanaan nasional dan mengkoordinasi rencana
tata ruang yang ada. Hirarki yang ada dalam perencanaan tata guna lahan
menyebabkan proses tersebut menjadi berbiaya tinggi atau tidak dapat dijalankan.
Dengan memusatkan aktifitas pemerintah pusat pada usaha mendefinisikan
kriteria yang jelas atas penggunaan tanah, sementara perencanaan secara terinci
dilakukan pada tingkat pemerintah lokal, dapat menciptakan sistem perencanaan
yang terkoordinasi dan terkonsolidasi yang lebih efisien dan efektif. Ini juga dapat
diiringi dengan memperkenalkan sistem zoning, di berbagai lokasi dimana peta
pertanahan kadastral belum tersedia dan tidak akan tersedia di waktu dekat.
27
5) Pengelolaan lahan di area kehutanan secara berkesinambungan.
Ketidakmampuan dalam memberikan hak penggunaan ataupun kepemilikan,
seperti dijabarkan pada UU Kehutanan 1967, membatasi besarnya modal yang
dapat dikumpulkan oleh industri kehutanan, serta membuat pemegang konsesi
tidak memperhatikan keberlangsungan dalam jangka panjang dan membuat
komunitas lokal tidak dapat turut merasakan pendapatan yang didapatkan dari
sumber daya kehutanan.
Selain diberlakukannya hukum tradisional sebagai bukti untuk klaim atas lahan,
perlu pula diakui pola penggunaan dan pemukiman lahan (seperti adat sebelum
dan sesudah konsesi diberikan, ketika aktifitas pemotongan hutan selesai, dalam
proses konversi kehutanan, dan lain-lain) sebagai bukti alternatif untuk
memperkuat peran adat. Hal ini akan memperkuat basis atas peraturan mengenai
penggunaan tanah, misalnya dengan mengharuskan lahan tertentu tetap menjadi
lahan hutan, dengan menghubungkan hak kepemilikan dan tanggung jawab bagi
pengelolaan pertanahan dan kehutanan yang berkesinambungan, serta dengan
mendefinisikan hak kepemilikan lahan bagi sumber daya perkayuan ketika
konsesi yang diberikan berakhir. Pemegang konsesi juga mendapat kesempatan
untuk menjadi pemilik lahan, melalui pembelian tanah dimana tidak terdapat hak
penggunaan atas lahan tersebut. Perjanjian standar antara pemegang konsesi dan
komunitas lokal akan memberikan kesempatan bagi komunitas tersebut dalam
mendapatkan bagian yang lebih besar atas pendapatan dari sumber daya
kehutanan tersebut.
28
Mengganti pemberian izin dengan hak penggunaan atas lahan hutan negara,
swasta dan komunal. Pada satu sisi pemberian hak ini akan memberikan penduduk
dan komunitas lokal di wilayah hutan kepastian yang lebih tinggi dibandingkan
pemberian konsesi yang tidak memperhitungkan para penduduk lokal tersebut. Di
sisi yang lain, dengan mengurangi prosedur formal dalam pengurusan konsesi
maka akan lebih banyak modal yang ditanamkan untuk menggiatkan proses
sekuritisasi. Untuk itu, hak swasta atas penggunaan lahan hutan dapat
diperkenalkan ketika konsesi yang diberikan telah habis dan didasarkan atas
kajian dalam penggunaan konsesi sebelumnya.
Memperbaiki pengelolaan konflik dan meningkatkan proses kesinambungan di
daerah
kehutanan.
Tingginya tingkat
ketidakpastian akan
menyuburkan
perselisihan, yang ditambah dengan tidak tersedianya fasilitas pengadilan secara
cukup, akan membuat proses peradilan tidak dapat merespon dengan cepat dan
efektif. Ini akan menghambat investasi. Sementara konflik yang ada dapat
dipercepat dengan mengusahakan berbagai sarana alternatif penyelesaian konflik,
kemungkinan terciptanya konflik baru juga dapat diturunkan dengan memetakan
sumber daya dengan melibatkan partisipasi komunitas dan staf teknis pada
berbagai dinas di tingkat kecamatan dan pemerintahan lokal. Informasi tersebut
dapat diintegrasikan dengan rencana tata ruang di tingkat kabupaten untuk
mengidentifikasi berbagai wilayah dimana dapat terjadi konflik dan perlu
mendapat perhatian.
29
6) Memperkuat berbagai lembaga independen dan memberikan insentif fiskal
dalam pelaksanaan aturan pertanahan.
Mendayagunakan
pajak
pertanahan
untuk
meningkatkan
pelayanan
pertanahan.Dengan basis pajak yang begitu besar, sekitar 75 juta lahan
pertanahan, maka pendayagunaan pajak pertanahan yang progresif dapat
menunjang aktifitas pemerintahan lokal.Hal ini dapat dilakukan dengan menaikan
pajak pertanahan ke tingkat yang lebih realistis, ditetapkan oleh pemerintahan
lokal, berdasarkan biaya pelayanan pertanahan dan kebutuhan pajak lokal.Pajak
yang lebih tinggi dapat ditetapkan pada lahan yang tidak digunakan, sementara
keringan pajak diberikan pada pemilik lahan kecil dan miskin.Pada saat
bersamaan pemerintah pusat dapat menentukan tingkat pajak maksimum dan
minimum, mengurangi beban pajak dari pemerintah lokal dan mengelola
redistribusi horizontal. Pajak atas proses konversi tanah serta pajak keuntungan
penjualan juga dapat diberlakukan.
Memberikan
hukuman
memperkenalkan
sistem
atas
tindakan
penanganan
penipuan
berbagai
dan
pemalsuan,
keluhan.Meskipun
serta
bukan
merupakan hal yang spesifik terjadi atas pertanahan, jumlah pelanggaran yang
besar dalam kasus-kasus pertanahan, membuat pemberian hukuman atas penipuan
dalam masalah petanahan menjadi penting.Begitu pula sikap menghormati hak
dari si korban untuk melakukan tuntutan balik atas kerugian yang ditimbulkan
oleh si pelaku, serta mengumumkan aktifitas pencatatan yang tidak sah dan
penipuan tersebut. Disamping itu juga diperlukan tindakan tegas, termasuk
kemungkinan pemecatan, terhadap para pegawai pemerintah atas kesalahan dan
penipuan yang terjadi di depan mata mereka. Hasil dari usaha ini dapat
30
disebarluaskan secara terbuka untuk menurunkan biaya transaksi, perselisihan dan
ketegangan atas berbagai masalah pertanahan.
Menciptakan sistem administrasi pertanahan nasional dalam satu atap.Dalam
jangka panjang, mengelola administrasi pertanahan di bawah satu atap, termasuk
untuk lahan milik pemerintah, lahan hutan, pertambangan dan lahan bukan hutan,
merupakan suatu rencana yang patut dipertimbangkan.Dengan begitu duplikasi
dapat dikurangi serta meningkatkan skala ekonomis dengan menggabungkan
administrasi pertanahan dan pajak pertanahan.Ini juga dapat menghilangkan
permasalah antara BPN dengan Departemen Kehutanan dan membuat aktifitas
monitoring dan pemberlakuan peraturan menjadi lebih mudah.
Dengan kondisi tersebut maka pengaturan terhadap tanah sangat dibutuhkan dan
disinilah administrasi pertanahan memegang peranan yang sangat penting.
Tujuan
administrasi
pertanahan
adalah
untuk
menjamin
terlaksananya
pembangunan yang ditangani oleh pemerintah maupun swasta, yaitu:
a. meningkatkan jaminan kepastian hukum hak atas tanah.
b. meningkatkan kelancaran pelayanan kepada masyarakat.
c. meningkatkan daya hasil guna tanah lebih bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat.
2.2.3
Ruang Lingkup Administrasi Pertanahan
Diselenggarakan tertib administrasi pertanahan dalam pendaftaran tanah supaya
dapat menumbuhkan ketentraman kepada pemilik yang telah memiliki sertifikasi
sebagai alat pembuktian yang kuat.Dengan demikian,sertifikat tanah merupakan
keputusan tata usaha Negara.Sertifikat tanah yang tumpang tindih (overlapping)
31
sehingga
membawa
ketidakpastian
hukum
pemeganghak
atas
tanah
mengakibatkan sertifikat dapat dibatalkan karena mengalami cacat hukum
administrasi di dalam penerbitannya. Sertifikat sebagai alat pembuktian yang kuat
maksudnya bahwa sertifikat tersebut akan memberikan jaminan kepastian hukum
apabila tidak ada pihak lain yang merasa memiliki atas sertifikat tersebut.
Menurut soeprapto bahwa kepastian hukum tersebut harus meliputi:22
a. Kepastian hukum mengenai subjek hukum yang menjadi pemegang hak
hak atas tanah
b. Kepastian hukum mengenai lokasi, batas serta luas bidang tanah hak
(objek hak)
c. Kepastian hukum mengenai hak yang melekat atas tanah tersebut.
Rusmadi Murad mengemukakan tujuan pembangunan dibidang pertanahan adalah
menciptakan kemakmuran dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.Ruang lingkup
administrasi pertanahan yaitu :23
1) Penatagunaan tanah.
Menurut Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah, penatagunaan tanah adalah sama
dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui
pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu
kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil.24
22
23
R. Soeprapto, Undang-Undang Pokok Agraria dalam Praktek, Jakarta, 1986, hlm 323.
http://gheronisme.blogspot.co.id/2010/06/administrasi-pertanahan.html
32
Penjelasan Pasal 13 ayat (5) PP No. 16 Tahun 2004 bahwa pedoman teknis
penatagunaan tanah bertujuan untuk menciptakan penggunaan dan pemanfaatan
tanah yang lestari, optimal, serasi dan seimbang (LOSS) diwilayah pedesaan serta
aman, tertib, lancar dan sehat (ATLAS) di wilayah perkotaan yang menjadi
persyaratan penyelesaian administrasi pertanahan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah tujuan dari penatagunaan tanah ialah pemanfaatan tanah sebagai satu
kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Secara rinci
penatagunaan tanah bertujuan untuk:
a.
Mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai
kebutuhan agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
b.
Mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah serta pengendalian pemanfaatan tanah.
c.
Menjamin kepastian hukum untuk memanfaatkan tanah bagi masyarakat yang
mempunyai hubungan hukum dengan tanah.
Sesuai dengan uraian diatas maka dalam kegiatan penatagunaan tanah ada tiga
kegiatan pokok yang perlu dilaksanakan yaitu:25
a. Pengumpulan data (inventarisasi) dan informasi penatagunaan tanah.
Kegiatan pengumpulan data dan informasi penatagunaan tanah ini berfungsi
untuk mengetahui:
a) Sebaran hak tanah
24
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah
http://prokum.esdm.go.id/pp/2004/pp_16_2004.pdf
25
33
b) Sebaran kelembagaan pengelolaan tanah
c) Sebaran penggunaan tanah
d) Sebaran pemanfaatan tanah, dll.
b. Penyusunan
Neraca
Penatagunaan
Tanah,
dilaksanakan
Analisa
PenatagunaanTanah yang meliputi :
a) Analisa Perubahan Penggunaan Tanah
Dalam analisa ini, dilaksanakan inventarisasi luas dan letak perubahan
penggunaan tanah pada kurun waktu tertentu dalam fungsi kawasan pada
rencana tata ruang wilayah. Analisa ini dilaksanakan dengan overlay peta
penggunaan tanah terbaru dan peta penggunaan tanah sebelumnya;
selanjutnya hasilnya dioverlay terhadap peta rencana tata ruang wilayah.
Hasil dari analisa ini adalah Peta Perubahan Penggunaan Tanah.
b) Analisa Kesesuaian Penggunaan Tanah Terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah
Dalam analisa ini, dilihat kesesuaian penggunaan tanah saat ini terhadap
fungsi kawasan dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) melalui
overlay penggunaan tanah dengan RTRW. Sebagai alat bantu dalam
menentukan kesesuaian, disusun matrik kesesuaian penggunaan tanah
terhadap fungsi kawasan dalam rencana tata ruang wilayah. Hasil dari
analisa ini adalah Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah.
c) Analisa Prioritas Ketersediaan Tanah
Dalam analisa ini, dilihat prioritas ketersediaan tanah berdasarkan kondisi
penggunaan dan penguasaan tanah serta arahan fungsi kawasan dalam
RTRW. Melalui overlay peta penggunaan tanah dan peta gambaran umum
34
penguasaan tanah, diidentifikasi tanah-tanah yang dapat dikategorikan
masih tersedia, yaitu pada penggunaan tanah non-budidaya dan belum ada
penguasaan tanah skala besar. Selanjutnya tanah-tanah yang tersedia
tersebut dioverlay dengan RTRW, sehingga diperoleh ketersediaan tanahtanah untuk kegiatan budidaya sesuai dengan fungsi kawasan serta tanahtanah yang tersedia terbatas untuk kegiatan yang berfungsi lindung.
c.
Pola penyesuaian/kebijakan penatagunaan tanah
Pola penyesuaian merupakan langkah-langkah yang diambil sesuai dengan
hasil analisis yang telah dilaksanakan.
2) Penataan penguasaan tanah.
Kegiatan penataan penguasaan tanah merupakan suatu upaya untuk mengatur
pemberian status hukum atas tanah yang diarahkan agar pemanfaatannya dapat
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kegiatan pendataan
penguasaan dan pemilikan tanah yang meliputiidentifikasi tanah negara dan
identifikasi penguasaan dan pemilikan tanah pertanian. Untuk membantu
masyarakat golongan ekonomi lemah telah dilaksanakan perombakan struktur
penguasaan tanah melalui landreform.
3) Pengurusan hak tanah.
Untuk memperoleh kepastian hak dan kepastian hukum atas tanah yang
dimilikinya, telah dilakukan kegiatan pemberian sertifikat tanah secara masal
melalui kegiatan Proyek Operasi Nasional Pertanahan (Prona) yang dibiayai
melalui dana APBN ataupun swadaya masyarakat. Untuk mempercepat kegiatan
35
pelayanan administrasi pertanahan, telah mulai dilakukan pemotretan udara
kawasan kota dalam upaya menunjang pengadaan data dasar pertanahan bagi
penghi-tungan pajak bumi dan bangunan (PBB) di daerah perkotaan. Pada akhir
kegiatan pelayanan ini ditingkatkan dengan dukungan sistem informasi
pertanahan.
4) Pengukuran dan pendaftaran tanah.
Pelayanan kegiatan penataan pertanahan ditambah lagi cakupannya dengan
melaksanakan
pengukuran: pendaftaran dan penerbitan sertifikat tanah
transmigran, dan tanah yang diperuntukkan bagiperkebunan, peternakan,
perikanan, perumahan, dan tanah wakaf. Peta pendaftaran tanah yang pengukuran
dan pemetaannya dilaksanakan melalui kegiatan terestris dan fotogrametris.
2.2.4
Konsep Dasar Administrasi Pertanahan
Konsep dasar ini membahas tentang pengertian administrasi secara umum,
kemudian mengaitkan dengan administrasi pertanahan, sebagai suatu konsep
tersendiri, juga mengkaji pentingnya administrasi pertanahan serta ruang lingkup
administrasi pertanahan.Pada awal periode pembangunan jangka panjang tahap
pertama, masalah pertanahan tidak begitu menonjol karena tanah yang diperlukan
untuk pembangunan masih tersedia. Namun dewasa ini, sejalan dengan laju
pembangunan dan pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan tanah semakin
meningkat. Kegiatan pembangunan misalnya pembangunan gedung-gedung
pemerintah dan swasta, kawasan industri, jalan raya, pemukiman, dan prasarana
kehidupan lainnya yang juga memerlukan tanah sebagai sarana utamanya.Oleh
36
sebab itu pengelolaan tanah dalam arti pengaturan penguasaan tanah,
penatagunaan tanah, pengurusan hak-hak tanah, serta pengurusan hak-hak tanah,
pengukuran dan pendaftaran tanah perlu didata dan diatur sedemikian rupa
sehingga tanah dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat
seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945 dalam pasal 33 ayat 3.
Konteks seperti itulah maka tanah dalam tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara,
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Istilah “dikuasai“ bukanlah berarti
dimiliki, tetapi Negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia diberi
wewenang untuk mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan tanah. Oleh
sebab itu, maka administrasi pertanahan menjadi penting untuk menjamin tertib
pembangunan khususnya di bidang pertanahan.26
26
http://gheronisme.blogspot.co.id/2010/06/administrasi-pertanahan.html
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian hukum merupakan kegiatan illmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
beberapa gejala hukum tertentu, dengan menganalisisnya.
3.1
Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
normatif dan pendekatan empiris.
a. Pendekatan normatif adalah pendekatan melalui studi kepustakaan dengan
cara membaca, mengutip, dan menganalisis teori – teori hukum dan peraturan
perundangundangan
yang
berhubungan
dengan
permasalahan
dalam
penelitian.
b. Pendekatan empiris adalah upaya untuk memperoleh kejelasan dan
pemahaman dari permasalahan berdasarkan hasil penelitian di lokasi
penelitian.
38
3.2
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lokasi
penelitian.Teknik penelitian untuk mengumpulkan data primer adalah dengan cara
penelitian, dokumen yang terkait, wawancara, dan diskusi terfokus. Pihak yang
akan diwawancarai merupakan narasumber, meliputi:
1) Bapak Harpin, S.P. selaku Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan
Pertanahan
2) Bapak R.Dadak Manik, S.H. selaku Kepala Subseksi Penatagunaan Tanah
dan Kawasan Tetentu
3) Bapak Jeje Fakhrudin, S.ST. selaku Kepala Subseksi Landreform dan
Konsolidasi Tanah
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan
mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum, dan dokumen
yang berhubungan dengan permasalahhan yang dibahas. Data sekunder terdiri
dari:
1) Bahan hukum primer, yaitu hukum yang mengikat berupa :
a) Undang – Undang Dasar 1945
b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria
39
c) Undang-Undang
Nomor
17
Tahun
2007
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
2) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang mendukung bahan
hukum primer yang terdiri dari :
a) TAP MPR No. IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara
b) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
c) Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan
Nasional
d) Keputusan Presiden No. 7 Tahun 1979 tentang Rencana Pembangunan
Lima Tahun Ketiga (REPELITA III)
e) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan
f) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 01 Tahun 2004
tentang Perubahan Penggunaan Lahan Sawah ke Non Pertanian
g) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 15 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2011-2031
3) Bahan hukum tersier
Bahan hukum yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap
bahan primer dan bahan sekunder meliputi kamus hukum dan kamus besar
bahasa Indonesia.
40
3.3
Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperoleh dalam penelitian ini digunakan dengan
dengan cara :
a. Studi Kepustakaan
Studi
Kepustakaan
dengan
cara
menelaah,
membaca
buku-buku,
mempelajari, mencatat, dan mengutip buku-buku, peraturan perundangundangan yang ada kaitannya dengan hal yang dibahas.
b. Studi Lapangan
Studi lapangan adalah prosedur yang dilakukan dengan kegiatan wawancara
kepada responden penelitian sebagai usaha mengumpulkan berbagai data dan
informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian.
Tehnik
wawancara
yang digunakan
yaitu dengan cara
mempersiapkan daftar pertanyaan dan akan dikembangkan pada saat
wawancara berlangsung.
3.4
Prosedur Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah
diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pengolahan data dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
a.
Seleksi
data,
adalah
kegiatan
pemeriksaan
untuk
mengetahui
kelengkapan data, selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan
yang diteliti dalam penelitian ini.
41
Klasifikasi data, adalah kegiatan penempatan data menurut kelompok –
b.
kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang
benar – benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.
c.
Penyusunan data, adalah kegiatan menyusun data yang saling
berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada
sub pokok bahasan sehingga mempermudah interpretasi data.
3.5
Analisis Data
Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara
sistematis, jelas, dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk
memperoleh suatu kesimpulan.
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskiptif
kualitatif yaitu dengan memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data yang
diperoleh sehingga menjadi lebih jelas dan bermakna dibandingkan dengan
sekedar
angka-angka
dan
penarikan
kesimpulan
dilakukan
dengan
metodeinduktif, yaitu mengurangi hal – hal yang bersifat khusus lalu menarik
kesimpulan yang bersifat umum sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam
peneliti.
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
a. Pelaksanaan tertib administrasi pertanahan dalam lingkup penatagunaan tanah
di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan sudah sesuai tata ruang
(RT/RW). BPN melakukan control melalui hasil neraca dan mengarahkan
penggunaan saat ini sesuai RT/RW. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Selatan Pasal 6
huruf a dan b dijelaskan ”Strategi pengembangan kawasan budidaya berbasis
sumber
daya
alam
dan
pengembangan
agropolitan
dengan
tetap
mempertimbangkan dan mengindahkan kondisi daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup meliputi: meningkatkan produktivitas hasil
pertanian melalui intensifikasi lahan, dan mengintegrasikan pengembangan
kawasan–kawasan pertanian dengan mengoptimalkan fungsi kawasan
agropolitan.
76
Kegiatan penatagunaan tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung
Selatan meliputi inventarisasi dan pembaruan data penatagunaan tanah, yang
terdiri dari data dan peta penggunaan tanah lama dan baru, gambaran umum
penguasaan tanah dan RTRW. Analisa yang terdiri dari Analis perubahan
penggunaan tanah, Analisa kesesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW,
dan Analisa ketersediaan tanah. Pelaksanaan penatagunaan tanah belum tertib
karena alih fungsi lahan belum berjalan dengan baik, walaupun sudah ada
Perda Kabupaten Lampung Selatan Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perubahan
Penggunaan Lahan Sawah ke Non Pertanian. Sedangkan kegiatan penataan
penguasaan tanah meliputi Konsolidasi tanah dan Redistribusi tanah.
Penataan penguasaan tanah juga belum tertib karena pelaksanaan redistribusi
tanah belum sesuai aturan, dalam pembagian luas tanah ke petani masih ada
yang dibawah batas minimum 2 Ha, tidak sesuai dengan pasal 8 Perpu Nomor
56 Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian.
b. Faktor penghambat dalam pelaksanaan tertib administrasi pertanahan di kantor
pertanahan Kabupaten Lampung Selatan, yaitu: Perda Nomor 1 Tahun 2004
belum berlaku, karena tim teknis yang melaksanakan belum ada. Tidak
terbentuknya tim teknis kerena belum dikeluarkannya SK jadi tidak
terkendalinya alih fungsi lahan.
5.2 Saran
Berdasarkan
kesimpulan
yang
telah
dikemukakan,
selanjutnya
peneliti
menyarankan karena dilihat dari keluhan masyarakat, pemerintah seharusnya
mengeluarkan Perda yang dalam pelaksanaannya sesuai dengan isi pasal yang
77
dibuat. Karena, jika terdapat isi pasal yang belum terealisasi, maka
pelaksanaannya tidak akan berjalan dengan baik.Pemerintah jugaharus lebih
peduli terhadap keadaan masyarakat, mampu melihat situasi dan kondisi
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alamsyah, Nandang. 2002. Administrasi Pertanahan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Buku Neraca Penatagunaan Tanah Lampung Selatan Tahun 2013.
Sumarja, F.X. 2008. Hukum Tata Guna Tanah Di Indonesia. Bandar Lampung :
Universitas Lampung.
Harsono, Hanifah. 2002. Implementasi Kebijakan dan Politik. Bandung: Mutiara
Sumber Wijaya.
Ismaya, Samun. 2013. Hukum Administrasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. 2008. Surabaya: Tim Reality Publisher.
Kertasapoetra, dkk., 1984. Hukum Tanah Jaminan UUPA bagi Keberhasilan
Pendayagunaan Tanah, Jakarta: Bina Aksara.
Murad, Rusmadi. 1997. Administrasi Pertanahan. Bandung: Mandar Maju.
Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Soeprapto, R. 1986. Undang-Undang Pokok Agraria dalam Praktek, Jakarta.
Suandra, I Wayan. 1991. Hukum Pertanahan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada.
UNDANG UNDANG
Undang – Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
TAP MPR No. IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional
Keputusan Presiden No. 7 Tahun 1979 tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun
Ketiga (REPELITA III)
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan Kantor Pertanahan
Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 01 Tahun 2004 tentang
Perubahan Penggunaan Lahan Sawah ke Non Pertanian
Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 15 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011-2031
SUMBER LAIN
http://digilib.unila.ac.id/13197/6/TESIS.pdf
http://digilib.unila.ac.id/2994/12/BAB%204.pdf
http://adm-pertanahan.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-administrasipertanahan.html
http://iyasyusuf.blogspot.co.id/2012/06/catur-tertib-pertanahan.html
http://damsikyanjui.blogspot.co.id/2010/03/tanah-dan-fungsinya-bagi-manusia.html
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Administrasi
http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/2800161106130305439/617331-1110769011447/810296-1110769073153/Landpolicy.pdf
http://gheronisme.blogspot.co.id/2010/06/administrasi-pertanahan.html
http://prokum.esdm.go.id/pp/2004/pp_16_2004.pdf
Download