dana pensiun tedkini - Asosiasi Dana Pensiun Indonesia

advertisement
Belajar dari
Kasus Repo
Fiktif
Menggapai
Pertumbuhan
7%
No. 64
l
1 Februari 2015
Tantangan Mengelola
Dana Pensiun Terkini
Cover DP 64 Feb15.indd 3
3/6/2015 8:22:36 PM
Over 20 years of investing experience
Our Product
Mutual Fund
Syailendra Equity Opportunity Fund
Syailendra Balanced Opportunity Fund
Syailendra Fixed Income Fund
Syailendra Midcap Alpha Fund
Syailendra Liberty Fund
Discretionary Fund
Advisory
www.syailendracapital.com
T : 021.51400888
F : 021.51400967
REKSA DANA SAHAM MERUPAKAN PRODUK INVESTASI, DAN BUKAN SEPERTI TABUNGAN ATAU DEPOSITO YANG DAPAT
MEMBERIKAN HASIL YANG PASTI. SEPERTI INVESTASI DALAM BENTUK LAINNYA, INVESTASI DI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO
KERUGIAN. PT SYAILENDRA CAPITAL TIDAK MEMBERIKAN JAMINAN APAPUN DAN TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS SEGALA
KERUGIAN YANG DITIMBULKAN AKIBAT INVESTASI DI REKSA DANA SYAILENDRA EQUITY OPPORTUNITY FUND & REKSA DANA
SYAILENDRA BALANCED OPPORTUNITY FUND. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA MENDATANG. CALON
INVESTOR WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA.
Cover DP 64 Feb15.indd 4
3/6/2015 8:47:41 PM
<<
Salam Redaksi-
Memperkuat Sinergi
REdaksi
Penasihat:
Gatut Subadio
Pemimpin Umum:
Suheri
Pemimpin Redaksi:
Arif Hartanto
Redaktur Pelaksana:
Aloy Tagawai
Sekretaris Redaksi:
Udaya S
Dewan Redaksi:
Suharsono, Bambang Sri,
Inderahadi K., Sujat Siswosudarmo,
Keuangan:
Heru AZ
Pemasangan Iklan :
Widiyanto Fajar
Fotografer:
Subandi
Sirkulasi/Distribusi:
Widiyanto Fajar, Subandi
ALAMAT REDAKSI:
Lt.16, Gd. Artha Loka, Jl Jend. Sudirman Kav. 2
Jakarta 10220
Phone: (021) 251 4050-52 Fax: (021) 251 4051,
E-mail: [email protected]
PENERBIT:
PT JAGATMEDIA & BISNIS
S
eiring berjalannya
waktu, tantangan
mengelola Dana Pensiun semakin kompleks.
Selain harus terus mengupdate pengetahuan dan
pemahaman pengurusnya,
agar mampu mengikuti
perkembangan industri,
masih banyak hal penting
yang patut jadi perhatian. Sasaran pokoknya adalah agar Dana Pensiun tetap
mampu mempertahankan komitmen
memberi manfaat optimal bagi para
peserta.
Akan tetapi, harus disadari, saat ini
pemerintah pun telah memberlakukan
undang-undang lain yang memberi otoritas pengelolaan jaminan sosial bersifat
wajib. Berbeda dengan Dana Pensiun
Pemberi Kerja (DPPK) yang bersifat
sukarela. Pelaku industri dana, baik
pendiri, pengawas, maupun pengurus
mengimbau agar Pemerintah bisa meng­
ambil keputusan bijak, agar
DPPK yang pendirian dan
pengelolaan dalam sesuai
dengan UU No 11 Tahun
1992, tetap diberikan ruang
untuk bersinergi dengan
pengelolaan jaminan sosial
yang dipercayakan pada
BPJS Ketenagakerjaan.
Pada sisi lain, Dana
Pensiun yang selama ini bersatu dalam
wadah Asosiasi Dana Pensiun Indonesia
ditantang untuk terus bersinergi. Tan­
tangan industri yang semakin kompleks
tak bisa dihindari membuat Dana Pensiun secara individual membutuhkan sum­
bangan Dana Pensiun lainnya. Karena itu
sinergi ini perlu dipertahankan. Tema ini
menjadi fokus liputan Info Dapen edisi
ini, selain beberapa informasi menarik
lainnya. Selamat membaca.
Wasallam,
Redaksi
D a f t a r i s i >>
l utama l HAL. 4 - 9
Heboh Repo Fiktif
Triple A
20
Oleh: Bambang Sri Muljadi
- Pelajaran dari Kondisi
‘Commuter Line’
22
Mengenal Transaksi
Repo di Pasar Modal
Tantangan Dana Pensiun
Terkini
24
<< DANA PENSIUN \Edisi 64 \ 1 Februari 2015
Pengantar Feb 15.indd 3
I KOlom I
I ekspose I
-Pak Suheri Pimpin ADPI
Sampai Munas Mendatang
aktual [HAL. 10 - 19]
- ADPI Selenggarakan
‘In-House Training’ di
PT Aneka Tambang Tbk
Dana Asing Masih Akan
Mengalir ke Pasar
Obligasi
- Komisioner OJK Kunjungi BMDP-Layanan Keuangan Mikro
Optimistis Menembus
Pertumbuhan 7%
I KONSULTASI I
Oleh: Sujat Siswosudarmo
- Badan Hukum Perkumpulan ADPI
Menanti Konsep Baru
Perdagangan Derivatif
Gambaran Peta Utang
Emiten BEI
3/6/2015 8:19:51 PM
IutamaI
Heboh Repo Fiktif
Triple A
Kabar tentang Repo fiktif merebak akhir 2014 lalu,
menyeret serta nama AAA Securities. Beberapa saat
sebelum kasus itu merebak, telah terjadi perubahan
kepemilikan saham, yang diikuti perubahan nama
perusahaan.
P
ada masanya, nama PT An­
dalan Artha Advisindo (AAA)
atau beken disebut Triple A
merupakan patron untuk emisi
obligasi. Setiap ada emisi obligasi baru
hasil garapan Triple A sebagai penjamin
emisi, seperti jadi jaminan mutu. Para
investor pasti berebut membeli. Ketika
krisis Eropa dan Amerika merebak ta­
hun 2008 dan imbasnya berlangsung
panjang, nama Triple A pun seperti
redup, bersama redupnya pasar obligasi.
S etelah lama tak terdengar, nama
Triple A kembali jadi hangat diper­
bincangkan,meski dalam konteks yang
jauh berbeda. Namanya kembali ramai
diperbincangkan setelah Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) menemukan transaksi
Utama Feb15.indd 4
repo yang mencurigakan, yang bermula
dari pemeriksaan rutin atas modal
perusahaan sekuritas. Perusahaan ini
masuk daftar pemantauan serius OJK
setelah Modal Kerja Bersih Disesuaikan
(MKBD) tidak memenuhi ketentuan
minimal. Karena ada sejumlah indikasi
yang mencurigakan, OJK memutuskan
memberikan suspensi atas perusahaan
ini sejak awal Desember 2014 lalu.
Mengacu aturan Otoritas Jasa Keuang­
an (OJK), batas minimum MKBD adalah
Rp 25 miliar atau 6,25% dari total kewa­
jiban tanpa utang. Ketika OJK melaku­
kan supervisi pada awal Desember 2014,
AAA Securities dan Harita Kencana Se­
curities kedapatan tak memenuhi standar
minimum MKBD. Keduanya harus me­
nerima risiko disuspen. Harita kemudian
mampu memenuhi tuntutan MKBD dua
hari kemudian setelah disuspen, sehingga
bisa kembali beroperasi. Sedangkan AAA
Securities punya persoalan berbeda.
OJK harus bekerjakeras berupaya
menemukan kejanggalan lain yang mem­
buat perusahaan ini tidak bisa memenuhi
persyaratan modal harian. Sumber ma­
salah akhirnya ditemukan. Ada transak­si
Reverse Repo yang tidak wajar, bernilai
Rp 262 miliar yang ber­kaitan dengan
BPD Maluku, juga pembelian Reverse
Repo Rp 146 miliar dan US$ 1,25 juta
di Bank ANDA. Dua transaksi ber­
sama AAA, ditemukan ti­dak ditopang
underlying transaction sebagaimana
tertera dalam perjanjian. Padahal, AAA
harus menempatkan surat berharga
yang ditransaksikan pada sub account
masing-masing bank yang juga harus
resmi tercatat di Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI), jika proses penerbitan
Repo berjalan sesuai prosedur.
Hal ini mengindikasikan, Repo yang
diterbitkan tidak memenuhi ketentuan
seharusnya, alias bodong. Jika memenuhi
standar, ada record resmi di KSEI. Oto­
ritas pun mengambil tindakan tegas.
Deputi Komisioner OJK Pengawas Pasar
Modal Sarjito mengatakan, pihaknya
langsung menghentikan sementara
kegiatan usaha AAA sebagai Perantara
Pedagang Efek terhitung sejak awal
Desember 2014 karena tidak memenuhi
persyaratan minimum MKBD. Pemicu
utama tidak lain akibat transaksi Repo.
Transaksi repo adalah merupakan
transaksi jual surat berharga (efek)
dengan janji dibeli kembali pada waktu
dan harga yang telah ditetapkan. Se­
dangkan untuk transaksi reverse repo
adalah kebalikan dari transaksi repo,
Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >>
3/6/2015 6:57:23 PM
IutamaI
yaitu transaksi beli surat berharga (efek)
dengan janji dijual kembali pada waktu
dan harga yang telah ditetapkan. Selain
kekurangan modal gara-gara transaksi
repo itu, berdasarkan kabar yang beredar AAA juga menggadaikan (repo) efek
milik nasabah. Namun belum ada pihak
yang bisa mengkonfirmasi atas hal ini.
Setelah melalui proses pemeriksanaan
yang cermat, OJK memastikan,
AAA Sekuritas menerbitkan repo
fiktif untuk BPD Maluku maupun
PT Bank Anda. Lewat aksi ini, OJK
memperkirakan, AAA Sekuritas
mampu memobilisasi dana dari dua
pihak itu sebesar Rp 400 miliar.
Sekuritas yang sebelumnya dikenal piawai menjadi penjamin emisi
obligasi ini juga ditengarai menelikung dana kepunyaan PT Grandpuri Permai sebesar Rp 120 miliar.
Pihak kuasa hukum Grandpuri
menyatakan, dana tersebut sebenarnya hanya dititipkan pada AAA
Sekuritas. Akibat dana tersebut tidak bisa ditarik kembali, Grandpuri
pun memperkarakan perusahaan
yang dipimpin Andri Rukminto
tersebut.
Berpindah Tangan
Di tengah sorotan seputar Repo
fiktif AAA Sekurities, tersiar kabar
bahwa AAA Group yang selama ini
dikenal sebagai pengendali PT Andalan
Artha Advisindo (AAA) Securities yang
telah berganti nama menjadi PT Inti
Kapital Sekuritas, AAA Group disebut
telah melego 60% saham PT Gani Inti
Capital dan 2% lainnya pada Andri
Rukminto.
OJK berjanji mengusut berbagai
persoalan yang membelit perusahaan,
termasuk menelusuri kembali perubah­
an kepemilikan saham AAA Securities.
”Kami tetap sebut kasus ini dilakukan
AAA Securities. Nama yang baru itu
belum terlalu dikenal,” tegas Kepala
Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK
Nurhaida.
Seperti dikutip Investor Daily, AAA
Securities berganti nama menjadi Inti
Kapital Sekuritas setelah AAA Invest-
ment selaku perusahaan holding AAA
Group menjual seluruh kepemilikan
kepada PT Gani Inti Capital dan Andri
Rukminto sejak 19 September 2014.
Pengajuan permohonan pergantian nama
dan perubahan kepemilikan, kabarnya
sudah dilayangkan ke OJK sejak Oktober
2014.
Di tengah pertanyaan seputar peru­
Peluang Investasi
D alam konteks bisnis keuang­an
yang normal, Repo berfungsi seperti
secured loan. Pada konteks ini,
pembeli akan memperoleh instrumen efek sebagai ‘jaminan’ atas
jumlah dana yang diserahkan
kepada pihak penjual. Saat jatuh
tempo, bila penjual membayarkan kewajiban kepada pembeli,
maka instrumen efek ikutpada
penjual. Mekanisme transaksi ini
mirip kegiatan pinjam meminjam.
Akan tetapi, dari sisi hukum,
terjadi perpindahan kepemilikan
saham perusahaan pada transaksi REPO. Instrumen yang
lazim digunakan dalam transaksi
Repo seperti obligasi korporasi,
Obligasi Negara (Surat Utang
Negara), SBI (Sertifikat Bank
Indonesia) maupun Saham.
Transaksi Repo jelas merupakan salah satu alternatif investasi. Pihak pembeli (buyer)
akan memperoleh return untuk
timbunan utang berisiko membuat nilai tukar
rupiah terhadap dolar terus berada dalam
tekanan. Menkeu berjanji mendorong BUMN
untuk menggunakan mekanisme lindung nilai
atas utang.
bahan kepemilikan, proses pemeriksaan
dugaan transaksi repo fiktif terus bejalan.
“Dengan nama AAA Securities atau
tidak, yang jelas Pihak yang akan dikenakan sanksi adalah pihak yang melakukan
pelanggaran,” tegas Nurhaida.
Hasil evaluasi OJK mengindikasikan,
AAA Securities harus mengganti kerugian
BPD Maluku dan Bank Anda. Soal bentuk kerugian, masih akan diteliti lebih
lanjut oleh OJK. Pada sisi lain, OJK juga
menegaskan, lembaga perlindungan dana
investor atau Securities Investor Protection Fund (SIPF) belum dipastikan harus
<< DANA PENSIUN \Edisi 64 \ 1 Februari 2015
Utama Feb15.indd 5
ikut menanggung kerugian BPD Maluku dan Bank Anda. “Untuk mengganti
kerugian nasabah, perlu ada kondisi dan
persyaratan tertentu. SIPF belum ada
kewajiban,” ujarnya.
jangka waktu pendek (short term) de­
ngan tingkat bunga menarik. Investasi
ini relatif aman karena pihak pembeli
akan memegang jaminan berupa aset
atau efek milik penjual. Efek tersebut
juga bisa digunakan untuk menghindari
terjadinya short positions. Sedangkan
pihak penjual bisa memanfaatkannya
sebagai alternatif sumber pendanaan
(cheap funding cost) dan aman. Dengan
menyerahkan atau menjaminkan aset,
penjual bisa mendapatkan dana untuk
berbagai kepentingan bisnis, terutama
untuk pengembangan usaha. [i]
3/6/2015 8:50:59 PM
IutamaI
Mengenal Transaksi
Repo di Pasar Modal
Sesuai ketentuan OJK, penerbitan
Repo harus memenuhi aturan baku.
Jika ada unsur yang tidak dipenuhi,
Anda bisa mendeteksi kemungkinan
terjadi penyimpangan.
T
ema tentang Repurchase
Agreement (REPO) be­
lakangan kembali jadi
perbincangan hangat, seti­
daknya di lingkungan pasar modal.
Pemicunya tidak lain, karena mere­
baknya Repo fiktif yang melibatkan
perusahaan efek, AAA Securities,
yang lama dikenal sebagai penjamin
emisi obligasi yang andal. Lalu, apa
sebenarnya pemahaman tentang
instrumen yang lebih popular denga
singkatan Repo tersebut?
Repo merupakan transaksi pen­
jualan instrumen efek antara dua
belah pihak yang diikuti dengan ke­
sepakatan untuk pembelian kembali
pada tanggal yang telah ditentukan.
Harga pembelian kembali juga ikut disepakati saat transaksi.
Sementara itu, berdasarkan ketentuan OJK, Repo merupa­
kan transaksi jual Efek dengan janji beli kembali pada waktu dan
harga yang telah ditetapkan. Sedangkan Reverse Repo adalah
transaksi beli Efek dengan janji jual kembali pada waktu dan
harga yang telah ditetapkan. Lalu, Re-Repo merupakan Repo
atas Efek yang menjadi obyek Reverse Repo kepada Pihak
lain.
Hutang Repo merupakan kewajiban pembelian kembali
atas Efek portofolio sendiri yang di-Repo-kan. Ada pula Master
Repurchase Agreement (MRA) yang merupakan perjanjian in­
duk yang dipergunakan dalam melakukan transaksi Repo yang
dikeluarkan oleh Pihak yang telah memperoleh izin usaha dari
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan untuk
menyelen ggarakan perdagangan Surat Utang Negara (SUN) di
luar Bursa Efek.
Emiten atau perusahaan efek yang melakukan Repo atas
Utama Feb15.indd 6
efek yang merupakan portofolio sendiri, punya sejumlah ke­
wajiban, mengacu pada ketentuan OJK. Kewajiban itu seperti
mengklarifikasi ulang akun Efek ke akun Efek yang di-Repo-kan,
selanjutnya melakukan marked to market terhadap Efek yang
di-Repo-kan. Utang Repo harus dicatat sebesar harga pembelian
kembali, yang disepakati dalam penrjanjian. Selisih harga jual
dan harga pembelian kembali harus dicatat sebagai beban bunga
Repo.
Emiten dan atau perusahaan efek
yang melakukan Reverse Repo pun
punya sejumlah kewajiban, sesuai
ketentuan OJK. Kewajibannya seperti
mencatat piutang Reverse Repo sebesar
harga penjualan kembali sertA mencatat
selisih harga pembelian dan harga
penjualan kembali sebagai pendapatan
bunga yang ditangguhkan. Kewajiban
ketiga membuat catatan secara rinci
dalam Laporan Keuangan beberapa
halpenting seperti jenis dan jumlah
Efek yang menjadi obyek Reverse Repo
serta nilai Piutang Reverse Repo yang
diklasifikasikan berdasarkan masa jatuh
tempo.
Ketentuan-ketentuan tersebut ide­
alnya juga menjadi kewajiban AAA
Securities jika benar menerbitkan Repo.
Selanjutnya, jika Emiten dan atau Perusahaan Efek yang
melakukan Reverse Repo, maka mereka punya kewajiban
mencatat Hutang Re-Repo sebesar harga pembelian kembali
dengan pihak ketiga. Lalu, mencatat selisih harga jual dan harga
pembelian kembali sebagai beban bunga Re-Repo. Selanjutnya
mengungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan be­
berapa hal pokok seperti jenis dan jumlah Efek yang menjadi
obyek Re-Repo serta nilai utang Re-Repo yang diklasifikasikan
berdasarkan saat jatuh tempo Re-Repo.
OJK juga menetapkan bahwa emiten atau Perusahaan Efek,
yang melakukan transaksi baik Repo maupun Reverse Repo
wajib mencatat bunga Efek yang ditransaksikan selama jangka
waktu penguasaan. Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana
di bidang Pasar Modal, OJK dapat mengenakan sanksi terhadap
setiap Pihak yang melanggar ketentuan peraturan ini termasuk
Pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut. [i]
Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >>
3/6/2015 6:57:23 PM
KOLOMIutamaI
Oleh: Suheri*
Setiap zaman punya
tantangan tersendiri,
pun demikian
dengan kondisi
terkini industri Dana
Pensiun Indonesia.
Kini Dana Pensiun
menanti kepastian
sikap pemerintah
tentang eksistensi
Dana Pensiun setelah
berdirinya BPJS
Ketenagakerjaan.
Tantangan
Dana Pensiun
Terkini
S
eiring perkembangan industri
keuangan, perubahan ke­
bijakan industri, maupun
kesadaran tentang pentingnya
mengelola jaminan hari tua,
tantangan bagi industri Dana Pensiun
pun makin kompleks. Ini merupakan
respons yang normal atas perkembang­an
yang ada. Pada saat yang sama, tantang­
an tersebut juga menjadi bagian yang
tidak bisa dihindari para pengurus Dana
Pensiun, baik dalam wadah organisa­
si Asosiasi Dana Pensiun Indonesia
(ADPI), maupun masing-masing Dana
Pensiun.
Terlepas dari perkembangan industri
tersebut, prinsip dasar dalam penge­
lolaan Dana Pensiun tidak berubah.
Tujuan Dana Pensiun adalah berupaya
seoptimal mungkin untuk memberi­
kan keamanan finansial bagi pendiri,
mitra pendiri, maupun peserta. Sudah
menjadi tugas sekaligus tantangan bagi
pengurus Dana Pensiun untuk meya­
kinkan pendiri, bahwa dalam kaitan
tujuan Dana Pensiun, pengelolaannya
diarahkan pada investasi jangka pan­
jang. Berkaitan dengan investasi jangka
panjang tersebut, yang dibutuhkan
<< DANA PENSIUN \Edisi 64 \ 1 Februari 2015
Tantangan DP Terkini _3 hal.indd7 7
adalah pemilihan instrumen yang secara
fundamental baik dan mempunyai pros­
pek pertumbuhan bagus dalam jangka
panjang.
Pengurus harus bisa meyakinkan
pendiri dalam menetapkan rencana in­
vestasi agar potensi pertumbuhan jangka
pendek tidak menjadi tolak ukur utama.
Sangat penting bahwa Pendiri mema­
hami hal ini. Yang penting bagaimana
kewajiban dalam jangka panjang bisa
tetap dipenuhi dengan pengelolaan
yang baik. Jika investasu Dana Pensiun
berorientasi jangka pendek, bisa diduga
Dana Pensiun tersebut akan menghadapi
masalah dalam jangka panjang.
Tantangan Terdekat
Ini merupakan kondisi ideal yang
berlangsung selama ini. Namun kini
institusi Dana Pensiun Pemberi Kerja
menghadapi tantangan baru. Teru­
tama sejak BPJS Ketenagakerjaan resmi
diberlakukan. Pertanyaan yang kerap
dilontarkan adalah, apakah pendiri
masih akan mempertahankan Dana
Pensiun yang merupakan produk UU No
11 Tahun 1992, yang sifatnya sukarela
tersebut. Jika pendiri merasa tidak
3/6/2015 7:01:37 PM
IutamaIKOLOM
sanggup menjalankan kedua program
tersebut bersamaan, tentu saja Dana
Pensiun yang diselenggarakan secara
sukarela tidak akan bertahan. Andai­
kata Dana Pensiun hanya mengelola
selisih dari iuran BPJS Ketenagakerjaan
dengan iuran yang diberlakukan DPPK
saat ini, tentu saja akumulasi dana ke­
lolaan akan semakin mengecil. Pada sisi
lain pemenuhan kewajiban perusahaan
akan semakin berat, dan efisiensi biaya
pengelolaan akan turun.
Kini tantangannya justru ada pada
pemerintah yang merumuskan kebi­
jakan tentang BPJS Ketenagakerjaan.
Peraturan seperti apa yang akan dipu­
tuskan. Jika keputusan tersebut tidak
tepat maka ke depan Dana Pensiun
yang eksistensinya juga dipayungi Un­
dang-Undang No 11 Tahun 1992 akan
berkurang. Jaminan pensiun yang akan
diterima karyawan hanya jaminan
pen­siun dasar. Konsekuensinya tingkat
kesejahteraan pensiunan akan menurun,
jika DPPK tidak diberikan ruang untuk
bersinergi dengan UU yang baru.
Pertanyaan penting yang terlontar
adalah, apa langkah yang harus di­
tempuh Dapen maupun Pendiri dalam
menghadapi tantangan tersebut. Ada
sejumlah langkah bisa ditempuh. Ta­
hap pertama, mereview kembali semua
program benefit yang diberikan ke­
pada semua karyawan dikaitkan dengan
strategi retensi perushaan terhadap
karyawan, perjanjian kerjasama dengan
karyawan, dan Program Pensiun BPJS
Ketenagakerjaan. Tahap selanjutnya,
berdasarkan hasil evaluasi pada tahap
pertama, Dana Pensiun dan Pendiri
dapat menetapkan langkah yang harus
diambil, menyikapi diberlakukannya
Program Pensiun yang diselenggarakan
BPJS Ketenagakerjaan.
Mengelola Persoalan
Di tengah tantangan mengelola Dana
Pensiun era BJS Ketenagakerjaan, tak
jarang sejumlah Dana Pensiun meng­
hadapi kendala seputar pengelolaan
dana investasi. Beberapa Dana Pensiun
mengalami masalah dengan pilihan in­
Tantangan DP Terkini _3 hal.indd8 8
vestasi yang berujung penyalahgunaan
oleh pihak issuer.
Dalam konteks ini, ADPI sebagai in­
duk organisasi diharapkan bisa berperan
memberikan informasi bagi anggota,
terutana tentang jenis-jenis instrumen
investasi yang relatif aman, issuer yang
tidak bermasalah, dan informasi pen­
ting lain yang berkaitan dengan pilihan
investasi yang akan diambil oleh Dana
Pensiun.
Kalangan anggota ADPI juga bisa
memanfaatkan keterbukaan informasi
antar Dana Pensiun yang difasilitasi
oleh ADPI melalui berbagai sarana,
seperti laporan rutin, seminar-seminar
investasi, self service website yang bisa
secara instan diakses oleh anggota
untuk mendapatkan informasi dari
sesama Dana Pensiun. Berbagai sarana
ini akan memudahkan Dana Pensiun
dalam mengambil keputusan karena
informasi yang didapat cukup mema­
dai, berdasarkan pengalaman semua
anggota ADPI. Secara berkala, para
pengu­rus perlu peningkatan pengeta­
huan melalui penerapan gelar profesi
yang sertifikasinya didapatkan melalui
Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >>
3/6/2015 7:01:37 PM
KOLOMIutamaI
“ADPI sebagai induk
organisasi diharapkan
bisa berperan
memberikan informasi
bagi anggota,
terutana tentang
jenis-jenis instrumen
investasi yang relatif
aman, issuer yang
tidak bermasalah,
dan informasi pen­ting
lain yang berkaitan
dengan pilihan
investasi yang akan
diambil oleh Dana
Pensiun.”
kelulus­an dalam pelatihan-pelatihan
akan membuat para pengelola Dana
Pensiun semakin profesional.
Tantangan Organisasi
Sebagai organisasi, ADPI pun punya
tantangan tersendiri, dalam konteks
menjadi wadah bagi para anggota.
Sebagai organisasi, tantangan pertama
adalah komitmen dari semua dewan
pimpinan dalam berpartisipasi aktif me­
nyumbangkan kontribusinya sehingga
semua program organisasi berjalan
dengan baik. Pengurus yang ditunjuk
<< DANA PENSIUN \Edisi 64 \ 1 Februari 2015
Tantangan DP Terkini _3 hal.indd9 9
sebagai pimpinan organisasi tidak hanya
sekedar masuk daftar pimpinan, tapi
benar-benar ingin berpartisipasi aktif.
Tidak sekedar memberikan komentar,
tapi mau berbuat dan menghasilkan
karya.
Tantangan berikut adalah tingkat
kehadiran pimpinan dalam rapat-rapat
kerja yang masih rendah. Sementara,
dalam beberapa keputusan dibutuhkan
kehadiran nyata, supaya keputusan
yang diambil mendapatkan masukan
memadai dari berbagai sudut pandang.
Tantangan berikut adalah komitmen
anggota untuk secara aktif keputusan
organisasi (ADPI) sehingga program
yang sudah diputuskan terimplementasi
dengan baik.
Peran ADPI ke depan mestinya mem­
perhitungkan semua stakeholder agar
dana pensiun dapat bekerja dengan baik.
Setiap stakeholder harus mendapatkan
perhatian dari ADPI melalui programprogramnya, mulai dari OJK, Pendiri,
Dewan Pengawas, Pengurus, Peserta,
institusi Dana Pensiun dan ADPI sendi­
ri. Program-program ini harus bisa
memberikan nilai tambah kepada semua
stakeholder sehingga masing-masing
dapat memahami dan menjalankan
fungsi dan tugasnya dengan sebaik-baik­
nya. Jika semuanya berjalan dengan
baik, maka dana pensiun akan dapat
berkembang dan berkontribusi dalam
pembangunan di Indonesia.
Pada sisi lain, baik individu dana
pensiun maupun ADPI masih sangat
membutuhkan dukungan dari peme­
rintah. Dukungan yang dibutuhkan
tentunya adalah regulasi yang mem­
berikan kemudahan dan kesempatan
bagi dana pensiun untuk dapat tum­
buh dan berkembang dengan lebih
baik. Termasuk bagaimana koordinasi
diterapkannya Program Pensiun BPJS
Ketenagakerjaan dengan keberadaan
Dana Pensiun.
*) Penulis adalah Presiden Direktur Dana Pensiun
Astra Satu, dan Pelaksana Tugas Ketum ADPI
3/6/2015 7:01:38 PM
IaktualI
Dana Asing Masih
Akan Mengalir ke
Pasar Obligasi
P
erihal masih layaknya daya tarik
pasar oblgasi domestik di mata
investor mungkin bisa ditelu­
suri dari kebijakan pemerintah
yang dikomandani oleh oleh Presiden
Joko Widodo, yang pada tahun lalu me­
ngurangi angka subsidi pada penjualan
bahan bakar minyak (BBM) semisal
premium dan solar sebesar Rp 2.000
per liter. Sejumlah pengamat surat utang
menyebutkan bahwa kebijakan tersebut
menjadi titik awal yang positif untuk
pasar obligasi di Indonesia.
Kenaikan Rp 2000 per liter telah
mendorong inflasi pada tahun 2014
menjadi 8,2%. Peningkatan inflasi
akibat kenaikan harga BBM tersebut
ternyata tidak diikuti oleh peningkatan
tingkat suku bunga acuan (BI-rate)
pada tahun 2015 ini, karena pertum­
buhan ekonomi yang masih mengalami
perlambatan. Banyak pihak memang
memastikan bahwa tekanan inflasi aki­
bat kenaikan BBM akan mereda dalam
tiga bulan. “Sehingga inflasi tahunan
2015 diperkiraan akan turun menjadi
6,5%,” demikian disampaikan oleh Riki
Frindos, Presiden Direktur PT Eastpring
Investments Indonesia dalam kesempat­
an peluncuran buku Market Outlook
2015 Bertajuk “Ready To Take Off di
Jakarta” awal Februari lalu.
Selain tekanan inflasi di awal tahun,
kata Riki, kenaikan harga BBM akan
mengurangi beban struktural subsidi
sehingga postur anggaran menjadi lebih
sehat, dan ekspektasi inflasi di tahun
2016 menjadi lebih rendah.
Sementara itu, suplai obligasi peme­
rintah pada tahun 2015, sesuai anggaran
10
Aktual Feb15.indd 10
Pasar sekunder surat utang domestik diperoyeksikan
tak akan kehilangan daya tariknya di mata investor
lokal maupun asing, mengingat suku bunga acuan
yang ditetapkan oleh Bank Sentral Indonesia masih
menjanjikan selisih bunga yang menarik dibandingkan
oleh tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank
sentral Amerika Serikat, atau The Fed Fund Rate.
‘Pada tahun 2015 penerbitan obligasi akan didominasi oleh perusahaan pembiayaan yang akan
melakukan refinancing di 2015, PT BCA Finance adalah salah satunya.”
volumenya diperkirakan kurang lebih
akan sama dengan suplai yang tersedia
pada tahun 2014. Pada tahun lalu, ken­
dati suplai surat utang meningkat sebe­
sar 33% dibandingkan tahun 2013, pe­
nyerapannya masih relatif baik. Tekanan
atas harga yang diakibatkan oleh suplai
pun relatif masih dapat diatasi.
Pada tahun ini dana investor asing
yang selama ini menjadi penopang pasar
domestik juga diproyeksikan masih akan
terus mengalir karena selisih suku bunga
antara suku bunga bank sentral Amerika
Serikat (The Fed Fund) dengan BI-rate
di Indonesia masih cukup lebar. Sekedar
gambaran, papar Riki, selisih antara
suku bunga acuan 10 tahun Amerika
dengan Indonesia saat ini masih dalam
rentang rata-rata historis.
“Bahkan masih 1% di atas selisih
Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >>
3/6/2015 7:22:42 PM
IaktualI
ketika terjadi gejolak pasar keuangan di
pertengahan tahun 2013 akibat rencana
bank sentral Amerika untuk mengakhiri
stimulus quantitative easing. Di tengah
wacana kenaikan suku bunga Amerika
di semester kedua tahun 2015, selisih
yang lebar akan menjadi penyangga
pergerakan sehingga pelemahan yang
terjadi tidak akan dalam,” ujarnya.
Di sisi lain bila dibandingkan dengan
imbal hasil obligasi negara-negara lain
dengan fundamental ekonomi yang
kurang lebih sama dengan Indonesia,
obligasi Indonesia masih tetap mena­
rik karena secara nominal maupun
riil (selisih antara imbal hasil obligasi
dengan inflasi) nilainya masih cukup
tinggi. Diprediksi likuiditas masih akan
mengalir untuk mengejar imbal hasil
di di pasar negara berkembang seperti
Indonesia, sementara stimulus moneter
Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral
Jepang akan menjadi penyeimbang eks­
pektasi kenaikan suku bunga oleh bank
sentral Amerika.
Dari sisi peringkat investasi, Indo­
nesia di mata lembaga pemeringkat
internasional Moody’s dan Fitch meru­
pakan negara dengan kategori sebagai
negara dengan tingkat investement
grade. Sedangkan S&P tidak menaikkan
peringkat Indonesia ke level investment
grade, sehingga secara umum Indonesia
belum dianggap berada di level layak
investasi.
Sementara itu tanpa mengubah pe­
ringkat kredit, S&P menurunkan outlook indonesia dari positif ke stabil pada
Mei 2013, sejalan dengan memburuknya
beberapa indikator fundamental. “Dari
sisi profil kredit, beberapa indikator
sebenarnya setara dengan negara ber­
peringkat BBB, namun dipandang lemah
pada beberapa indikator kunci seperti
rasio pendapatan negara terhadap PDB
dan PDB per kapita,” imbuh Riki.
Menurut Riki, kenaikan peringkat
menjadi BBB oleh S&P belum tentu
terjadi pada tahun 2015. Namun per­
ubahan outlook menjadi positif bisa
diharapkan bila pemerintahan Jokowi
dapat menunjukkan langkah-langkah
berarti untuk membenahi perekono­
mian. Outlook positif, kata Riki, dapat
mengalirkan dana ke pasar obligasi
pemerintah berdenominasi rupiah mau­
pun US dolar.
Pasar obligasi domestik pada tahun
ini juga dipastikan bakal diramaikan
oleh emisi sejumlah emiten obligasi.
Semester pertama tahun ini diperkirakan
akan menjadi periode 2015 paling ramai
emisi surat utang, menyusul banyaknya
rencana penerbitan obligasi yang di­
tunda pada tahun lalu karena faktor
pemilu 2014. “Deviasinya tergantung
dari situasi suku bunga terutama penga­
ruh tapering the Fed ke pasar kita. Oleh
sebab itu, penerbitan akan lebih banyak
di semester pertama dibanding semester
kedua,” ujar Analis PHEI Fakhrul Aufa
di Jakarta pada Januari lalu (20/1).
Penerbitan obligasi pada tahun ini di­
perkirakan akan didominasi perusahaan
sektor keuangan yang membutuhkan
dana untuk melakukan pembiayaan
kembali atau “refinancing”. Sebut saja
perusahaan multifinance dan perbankan.
Secara umum, kata Fakhrul, besaran
“Semester pertama tahun ini diperkirakan
akan menjadi periode 2015 paling ramai emisi
surat utang, menyusul banyaknya rencana
penerbitan obligasi yang ditunda pada tahun
lalu karena faktor pemilu 2014.”
penerbitan obligasi tahun ini bisa dilihat
dari jumlah yang jatuh tempo.
Adapun obligasi yang jatuh tempo
pada tahun ini adalah sekitar Rp33,74
triliun, atau lebih rendah dibandingkan
tahun 2014 yang sebesar Rp38,78
triliun. Sementara untuk penerbitan obli­
gasi pada tahun 2015 ini diperkirakan
mencapai Rp35-Rp40 triliun.
Hal yang sama juga sempat disam­
paikan oleh Direktur Utama Bursa
Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito, yang
menyebutkan bahwa pada tahun 2015
penerbitan obligasi akan didominasi
oleh perusahaan pembiayaan yang akan
melakukan “refinancing” di 2015.
“Banyak obligasi jatuh tempo, mereka
harus menerbitkan obligasi baru. Kalau
Bank Indonesia menurunkan tingkat
suku bunga (BI rate) maka suku bunga
pasar obligasi turun, tentunya akan
<< DANA PENSIUN \Edisi 64 \ 1 Februari 2015
Aktual Feb15.indd 11
menarik minat emiten-emiten untuk
menerbitkan obligasi,” katanya seperti
dilansir Antara.
BEI lewat Direktur Penilai Efek BEI
Hoesen sempat mengemukakan sudah
ada empat perusahaan yang sedang
mengantre menerbitkan obligasi pada
kuartal I tahun ini. Total nilai emisi obli­
gasi yang akan diterbitkan mencapai Rp
5,8 triliun. Keempat perusahaan tersebut
adalah PT BCA Finance, PT Bank UOB
Indonesia, PT Bank OCBC NISP Tbk.,
dan PT Brantas Abipraya (Persero). Se­
mentara itu sejumlah lembaga yang juga
sudah siap di gars antrian emisi antara
lain PT Bank Negara Indonesia (Bank
BNI) yang siap menerbitkan obligasi va­
las senilai US$500 juta yang rencananya
akan diterbitkan pada semester II-2015.
Perseroan menyatakan, obligasi tersebut
bertujuan untuk pengelolaan likuiditas
di mana sebagian besar untuk meng­
gantikan funding–funding yang jatuh
tempo. Selain itu, penerbitan obligasi
tersebut juga akan memperbaiki struktur
pendanaan valas BNI.
Sementara Bank OCBC NISP Tbk
akan menerbitkan Obligasi Berkelanju­
tan I OCBC NISP Tahap II Tahun 2015
dengan jumlah pokok obligasi sebesar
Rp3 triliun. Obligasi ini terdiri dari
Seri A sebesar Rp1,095 triliun, Seri B
sebesar Rp670 miliar dan Seri C sebesar
Rp1,235 triliun dan akan dicatatkan di
Bursa Efek Indonesia pada tanggal 11
Februari 2015. Pihak yang bertindak
sebagai wali amanat dalam Obligasi
Berkelanjutan I OCBC NISP Tahap II
Tahun 2015 adalah Bank Mega Tbk.
Sedangkan pihak yang bertindak seb­
agai penjamin pelaksana emisi obligasi
adalah PT Indo Premier Securities, PT
Mandiri Sekuritas, PT NISP Sekuritas,
PT OCBC Sekuritas Indonesia, PT Tri­
megah Securities Tbk dan PT RHB OSK
Securities Indonesia. [i]
11
3/6/2015 7:22:42 PM
IaktualI
Bank OCBC NISP Tbk melakukan
penawaran umum berkelanjutan melalui
Obligasi Berkelanjutan I OCBC NISP
dengan target dana yang akan dihimpun
sebesar Rp6 triliun. Obligasi Berkelan­
jutan I OCBC NISP Tahap I Tahun 2013
yang telah dilakukan pendistribusian
pada tanggal 19 Februari 2013 sebesar
Rp3 triliun.
PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR)
justru sudah mulai menggelar penawaran
umum obligasi global senilai US$300
juta, sebelumnya perseroan menargetkan
jumlah target emisi sebesar US$650 juta.
Dana hasil emisi obligasi tersebut akan
digunakan perseroan untuk melunasi
pinjaman jangka panjang, modal kerja,
serta membiayai kebutuhan investasi.
Obligasi global tersebut menawarkan
tingkat kupon sebesar 6,5% dengan
tenor lima tahun.
Di pasar sekunder surat utang, pada
Kamis 12 Februari, obligasi yang ramai
diperdagangkan antara lain FR0068
(jatuh tempo 15/3/34) dengan harga
penutupan bursa 105,6 dan yield to
maturity sebesar 7,8%, diikuti FR0071
(15/3/29) dengan harga penutupan
bursa 112,5 dan yield to maturity sebesar
7,54%), lalu Indosat Berkelanjutan I Ta­
hap I A (12/12/17) dengan harga penu­
tupan bursa 102 dan yield to maturity
sebesar 9,19%. Obligasi lainnya yang
juga ramai diperjualbelikan adalah Bank
Panin Subordinasi I Tahap I (20/12/19)
dengan harga penutupan bursa 96,2 dan
yield to maturity sebesar 10,41%.
Selanjutnya, seperti dilansir informasi
dari Indopremier Securities, harga surat
berharga negara (SBN) dan harga obli­
gasi korporasi masing–masing melemah
dengan rata–rata 0,7% dan 0,01%.
Volume jual-beli obligasi korporasi
membesar menjadi Rp697,7 miliar pada
Kamis (12/2) dari Rp365,6 miliar pada
Rabu (11/2). Frekuensi perdagangannya
terangkat menjadi 95 kali dari 63 kali.
Sementara itu, volume perdagangan SBN
mengecilmenjadi Rp13,69 triliun pada
Rabu (11/2) dari Rp14,83 triliun pada
Rabu (11/2). Namun, frekuensi perda­
gangannya terpangkas menjadi 617 kali
dari 620 kali. [i]
12
Aktual Feb15.indd 12
Menanti
Konsep Baru
Perdagangan
Derivatif
Praktis sejak tahun 2008, aktivitas transaksi
instrumen derivatif di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tidak aktif. BEI pun memanfaatkan
momentum tersebut untuk merumuskan konsep
dan sistem baru yang lebih terintegrasi. Para
investor akan segera berkesempatan berinvestasi
pada produk derivatif dengan konsep
perdagangan model baru.
P
asca krisis ekonomi global mere­
bak tahun 2008, yang dipicu
krisis pasar derivatif sub prime
mortgage, instrumen derivatif di
Bursa Efek Indonesia pun seperti mati
suri. Akibat minat pasar yang minim
serta dukungan sistem perdagangan
yang tidak memadai, BEI akhirnya
me­mutuskan menghentikan sementa­ra
perda­gangan derivatif. BEI berjanji
merumuskan konsep baru sekaligus
mem­buat integrasi sistem, sehingga
likuiditas perdagangan derivatif bisa
terangkat.
Jika dicermati, tidak optimalkanya
pasar derivatif di Pasar Modal Indo­
nesia tidak semata karena meorostnya
kepercayaan pemodal akibat subprime
mortgage. Direktur IT & Risk Manaje­
men Bursa Efek Indonesia (BEI), Adikin
Basirun mengatakan rata-rata transaksi
harian hanya Rp 300 miliar merupakan
kendala utama perkembangan produk
yang didiseain untuk membatasi risiko
dan menghindari masalah finansial ter­
sebut.
Sistem perdagangan yang tidak ter­
koneksi langsung antara sistem Future
Automatic Trading System (FATS) untuk
produk LQ 45 Future yang kala itu di­
tangani Bursa Efek Surabaya, maupun
sistem Bursa Efek Jakarta (BEJ) bernama
Jakarta Option Trading System (JOTS)
yang terpisah dengan sistem perdagang­
an saham (Jakarta Automotic Trading
System/JATS) menghambat penyediaan
dan dan informasi perdagangan secara
cepat. Begitu pula dengan effort dalam
penyediaan transaksi menjadi lebih
lamban. “Kendala lainnya yaitu indeks
LQ 45 yang kala itu masih di level 87,
bandingkan dengan saat ini yang sudah
mencapai 850 atau sudah naik 10 kali
lipat,” Adikin Basirun.
Direktur Perdagangan & Partisipan
BEI, Samsul Hidayat mengatakan dua
produk derivatif yang akan dihidup­
kan kembali yaitu Kontrak Berjangka
Indeks Efek LQ 45 (LQ 45 Future) dan
Kontrak Opsi Saham (KOS). Saat ini,
peraturan untuk reaktivasi pasar deriva­
tif sedang dalam pembahasan Otoritas
Jasa Keuang­an (OJK). BEI menargetkan,
sebelum akhir semester pertama 2015,
perdagangan derivatif dengan konsep
baru sudah bisa diimpementasikan.
Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >>
3/6/2015 7:22:42 PM
IaktualI
S amsul Hidayat yakin, produk
de­­­rivatif dengan konsep baru akan
diminati pemodal karena telah mele­
wa­ti proses penyempurnaan dari sisi
infrastruktur perdagangan maupun me­
kanisme transaksinya. Soal infrastruktur
perdagangan, BEI telah melakukan up
grade pada sistem Jakarta Automatic
Trading System Next Gearation (JATS
Next-G) pada tahun 2009. Berbeda
dengan sistem JATS yang hanya mena­
ngani perdagangan equity, JATS NextG mengusung multiplatform yang bisa
melayani transaksi berbagai produk
investasi baik saham, derivatif maupun
obligasi.
Dengan penggabungan sistem terse­
but, transaksi perdagangan derivatif
diklaim akan makin efisien dan efektif.
Tidak kalah penting, memungkinkan
distribusi data dan informasi perdagang­
an dilakukan secara real time. Pengam­
bangan infrastruktur pasar modal
un­­tuk menopang transaksi derivatif
juga dilakukan dengan membangun
Jaringan Trepadu Pasar Modal (JTPM).
Adikin mengklaim baru industri Pasar
Modal Indonesia di Asia yang memiliki
infratsruktur ini, yang digunakan untuk
transaksi keuangan mulai dari order
sampai dengan settlement, termasuk
mengkoneksikan dengan sistem bankbank pembayaran.
“JTPM adalah standar dalam arti
semua broker mempunyai infratsruk­
tur yang sama sehingga dalam hal
kehandalannya, ketersediaannya, performance-nya tentunya semakin baik,”
ujarnya. Tidak hanya itu dari sisi kliring,
PT Kli­ring Penjaminan Efek Indonesia
(KPEI) juga telah melakukan penyem­
purnaan sistem dari RMOL (real time
monitoring online), menjadi Sistem
Kliring Derivatif (SKT). Dengan begitu
semua sistem pa­sar modal saling meleng­
kapi menjadikan layanan perdagangan
<< DANA PENSIUN \Edisi 64 \ 1 Februari 2015
Aktual Feb15.indd 13
derivatif makin handal.
BEI telah meyiapkan business pack
yang lebih menarik bagi investor untuk
mendukung mekanisme perdagangan.
Di antaranya terkait spesifikasi kontrak
untuk LQ 45 Future, dengan auto likui­
ditas yang diperlebar dari sebelumnya 6
poin indeks menjadi 10%. Mekanisme
perdagangan KOS juga disempurnakan,
terutama terkait mekanisme penyerah­
an, misalnya pihak yang ingin menjadi
writer wajib memiliki saham. Dengan
demikian tidak menyulitkan tatkala
terjadi penyerahan saham saat kontrak
jatuh tempo. Aturan masa kontrak dite­
tap­kan selama 1, 2 & 3 bulan dengan
menganut mekanisme American Style,
artinya transaksi bisa dilakukan kapan
saja di hari bursa.
Manfaat Transaksi
Bagi bursa dan self regulatory organization (SRO), upaya mereaktiviasi
13
3/6/2015 7:22:43 PM
IaktualI
produk derivatif merupakan ba­
gian dari program pendalaman
pasar modal. Sebab semakin
banyak produk yang tersedia
dianggap akan makin menggai­
rahkan transaksi perdagangan.
Adapun bagi Anggota Bursa
yang bertindak sebagai liquidity
provider tentu saja memberikan
peluang bisnis baru untuk me­
ningkatkan pendaparan & basis
investor. Apalagi produk derivatif
diklaim minim biaya dan bisa
jual kapanpun baik dalam kon­
disi pasar sedang bullish, bearish
bahkan saat sideways. Saat ini
dikatakan Samsul tidak kurang
dari 9 AB yang telah mendaftar
sebagai liquidi­ty provider. “Kami
akan seleksi calon liquidity pro­
vider tersebut sesuai dengan per­
syaratan yang telah ditentukan,”
ujarnya.
Sementara bagi investor man­
faatnya tidak kalah banyak.
Se­la­in untuk mendapatkan keun­
tungan transaksi, para investor,
khususnya kalangan institusi, bisa
menggunakan produk ini sebagai
strategi hedging atau lindung Samsul Hidayat. Direktur Perdagangan & Partisipan BEI.
nilai. Dengan mengandalkan
spot market investor tidak punya
sarana melakukan meng-hedge posisi.
akan mendapatkan keuntungan.
Saat pasar berlangsung sideways, pe­
Contohnya saat pasar diprediksi akan
naik, satu-satunya cara memperoleh
luang untung pun tetap terbuka. Dalam
keuntungan melakukan pembelian
konteks KOS, investor pemilik saham
seca­ra penuh, misalnya Rp 100 juta.
bisa bertindak sebagai penjual kontrak
Begitupula saat pasar diprediksi akan
(writer). Caranya dengan meminjamkan
turun, satu-satunya cara adalah menjual
saham yang tersimpan di Kostudian
saham senilai Rp 100 juta. “Konsep ada
Sentral Efek Indonesia (KSEI). Ketimbang
uang ada barang, atau ada barang ada
terkena biaya penyimpanan KSEI, inves­
uang ini berbiaya mahal,” ujarnya.
tor bisa menjadi writer dimana pembeli
Nah, dengan ketersediaan produk de­
kontrak akan membayar sejumlah premi
rivatif, misalnya LQ 45 Future, investor
sebesar 5% dan saham tetap menjadi
bisa mengalihkan risiko pada pihak lain.
milik investor. Tapi tidak perlu khawatir
Contohnya, bila diprediksi terjadi penu­
terjadi exercise sebab dikatakan Adikin
runan harga atas aktiva, maka investor
pada praktik trasaksi derivatif single
melakukan penjualan LQ 45 pada harga
stock option di dunia, 90% saham tidak
tertentu, sehingga kalaupun harga turun,
ditebus pembeli.
Dengan begitu, investor sudah pasti
investor tetap bisa mematok harga pada
level tertentu. Dengan demikian bisa ter­
untung 5%. Kalaupun terjadi exercise,
hindar dari risiko kerugian. Sebaliknya,
writer tentu tetap untung dalam konteks
saat harga diprediksi akan naik, investor
harga saham naik. Sebab, saat menjual
14
Aktual Feb15.indd 14
kontrak, writer akan menulis
harga saham di atas harga
saat kontrak dibuat. “Mi­
salnya harga saham 1.000,
dia tulis straight price 1.100
dengan premium 5%. Jadi
kalau sahamnya tidak di-exercise dia dapat Rp 50. kalau
pun di-exercise tetap sudah
untung 100 karena modalnya
1.000 ditulisnya 1100,” ujar
Samsul.
Keunggulan tidak kalah
penting yang melekat pada
produk derivatif yaitu trans­
aksi atau pembelian satu bun­
del aset lebih cepat dilakukan
di pasar derivatif dibanding
spot market. Dampaknya
terhadap pasar dan harga
juga lebih kecil dari spot market. Hal ini bisa memberikan
efisiensi biaya transaksi yang
harus ditanggung investor.
Melihat berbagai keung­
gulan yang ditawarkan, pro­
duk derivatif tidak hanya
ditujukan pada investor in­
stitusi, dikatakan Samsul
investor individual juga pu­
nya kesempatan yang sama
memanfaatkan produk ini
untuk meraup keuntungan.
Sayangnya manajer investasi pe­nge­
lola reksa dana tidak diperkenankan
mentransaksikan produk derivatif, seba­
gaimana yang diatur oleh Otoritas Jasa
Keuangan. “Kontrak investasi kolektif
tidak dibolehkan melakukan trans­
aksi derivatif mungkin karena berisiko
tinggi,” ujar Direktur PT Sucorinvest
Asset Management, Jemmy Paul. Kendati
begitu, dia menyambut baik rencana peng­
aktifan produk derivatif tersebut karena
akan mendatangkan efek domino bagi
semaraknya transaksi di Pasar Modal
Indonesia. Selain itu para MI juga bisa
memanfatkan produk discretionary
fund (KPD) atau private equity fund
yang mereka kelola untuk masuk pada
produk itu, kendati tetap berharap OJK
bisa merevisi aturan untuk membolehkan
KIK melakukan transaksi derivatif. [i]
Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >>
3/6/2015 7:22:43 PM
IaktualI
Optimistis
Menembus
Pertumbuhan 7%
Pemerintah Presiden Joko Widodo optimistis
perekonomian Indonesia akan tumbuh menembus
7% sebelum tahun 2018. Peluang pertumbuhan kini
terbuka lebar. Tekanan inflasi yang berkurang akan
mendorong penurunan suku bunga secara perlahan,
sehingga akan merangsang pertumbuhan berbagai
sektor. Faktor global akan ikut mendukung, terutama
setelah perekonomian kawasan Eropa diprediksi
melanjutkan pertumbuhan melampaui angka 1%
tahun ini. Pasar modal Indonesia telah merespons
positif peluang pertumbuhan tersebut.
D
i hadapan 94 walikota dari selu­
ruh Indonesia yang berkumpul di
Istana Bogor, pada 20 Februari
2015, Presiden Joko Widodo
menyatakan, perekonomian Indonesia
bisa menembus angka 7% sebelum 2018.
“Target kita pada tahun mendatang harus
di atas 7%,” tegas Joko Widodo.
Para Walikota dikumpulkan untuk
koordinasi memantapkan berbagai
program pemerintah, sekaligus merapat­
kan barisan untuk mencapai target
pertumbuhan yang sudah dicanangkan
sejak masa kampanye Pilpres tersebut.
Sebelumnya, Presiden juga sudah meng­
gelar pertemuan dengan para Gubernur
dan Bupati dari seluruh Indonesia.
Di hadapan para Walikota, Presiden
menan­daskan bahwa tahun 2015 ini
pemerintah menargetkan pertumbuhan
ekonomi 5,7%, atau meningkat 0,6%
dibanding realisasi pertumbuhan 2014.
Indonesia menjadi satu-satunya negara
di Asia Tenggara yang berani mematok
kenaikan yang optimistis.
Dua hari sebelum pertemuan Presi­
den dengan para walikota, Bank Indone­
sia mengumumkan penurunan BI Rate.
Penurunan 25 basis poin menuju 7,5%
ini merupakan penurunan pertama,
setelah selama setahun BI Rate terus
merangkak naik. Dengan kata lain, su­
dah sejak Februari 2014, BI Rate tidak
pernah turun. Selain menurunkan BI
Rate, BI juga menurunkan suku bunga
deposit facility sebesar 0,25% menjadi
5,50%. Sedangkan lending facility tetap
pada level 8%.
<< DANA PENSIUN \Edisi 64 \ 1 Februari 2015
Aktual Feb15.indd 15
Langkah yang ditempuh BI setelah
selama setahun tidak menurunkan BI
Rate, tentu karena ada sinyal pemulihan
berbagai indikator penting. Setidaknya,
tekanan inflasi akan menurun, sehingga
penurunan suku bunga diharapkan bisa
lebih menggerakkan roda perekono­
mian.
D anareksa Riset Institute (DRI)
memperkirakan, inflasi tahunan sam­
pai dengan Oktober 2015 relatif stabil
pada kisaran 7,5-8,0%. Pada November
2015, inflasi akan turun tajam, dan pada
akhir 2015 inflasi tahunan diperkirakan
bisa di bawah 5%. Asumsinya, penu­
runan harga BBM yang diikuti penu­
runan LPG dan tarif angkutan, maupun
penurunan harga semen, bisa menekan
kenaikan harga sacara ekstrim. Pada sisi
lain, komoditas pasar global diperki­
rakan relatif terjaga, sehingga tekanan
eksternal terhadap inflasi akan menurun
dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Ekonom Danareksa Damhuri Na­
sution menambahkan, tekanan krisis
ekonomi Eropa yang selama ini dira­
sakan akan cenrung menurun. Hal ini
memungkinkan karena ekonomi Eropa
diperkirakan tumbuh 1,1% dibanding
tahun lalu sekitar 0,8%. “Dampak
positifnya ke sektor riil memang tidak
langsung terasa, tetapi di pasar modal
akan langsung terasa,” tutur Damhuri.
Bagi DRI, penrunan BI Rate akan
15
3/6/2015 7:22:43 PM
IaktualI
Perkembangan Indikator Ekonomi Indonesia
2010
2011
2012
2013
2014
2015*)
1
Pertumbuhan ekonomi (%)
6.38
6.17
6.03
5.58
5.02
-
2
Laju Inflasi (%)
6.96
3.79
4.30
8.38
8.36
-0.24
3
BI Rate (%)
4
Cadangan devisa (Juta USD)
5
Nilai Tukar (Rp/US$1)
6
6.50
6.00
5.75
7.50
7.75
7.50
96,207
110,123
112,781
99,387
111,862
114,250
8,991
9,068
9,670
12,270
12,440
12,862
Ekspor (Juta USD)
157,779
203,497
190,032
182,552
176,293
13,301
7
Impor (Juta USD)
135,663
177,436
191,691
186,629
178,179
12,592
8
Neraca Perdagangan (Juta USD)
22,116
26,061
(1,659)
(4,077)
(1,886)
709
Ket: *) 2015 posisi Jan, kecuali BI Rate (Feb), dan Nilai tukar (26-Feb)
Sumber: Bank Indonesia, BPS
16
Aktual Feb15.indd 16
berdampak positif pada perekonomian
Indonesia. Sebab, sebagaimana hasil ri­
set Danareksa Research Institute, sejarah
perekonomian Indonesia sangat sensitif
terhadap suku bunga. Saat suku bunga
rendah, ekonomi Indonesia akan selalu
dalam tren positif, dan saat suku bunga
turun, ekonomi Indonesia merambat
naik. Hal ini merupakan kondisi logis
Bank Indonesia menganut inflation targeting framework. Dengan prinsip itu,
BI akan menurunkan suku bunga acuan
bila ekspektaksi inflasi akan cenderung
turun, begitupun sebaliknya.
Tahun 2015 Indonesia sangat ber­
peluang mencapai pertumbuhan lebih
tinggi, seiring dengan pertumbuhan
berbagai indikator ekonomi utama. Me­
lihat tren Karena tren positif itu, peru­
sahaan manajer investasi, PT Eastpring
Investment Indonesia (EII) memberi
tajuk “Ready to Take Off” saat mem­
publikasikan hasil riset tentang outlook
pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015.
“Penurunan harga minyak mentah
dunia berpotensi mengurangi tekanan
CAD dan neraca perdagangan Indo­
nesia berpotensi membaik pada tahun
2015,” demikian penggalan pernyataan
Presiden Direktur EII, Riki Friondos.
Tentang kondisi global, Eastpring
menyebut, ada tiga faktor penting yang
membuat ekonomi dunia masaih cende­
rung bergerak lambat. Tiga persoalan
itu adalah investasi yang rendah, tingkat
inflasi yang yang juga rendah, serta
aktivitas ekonomi yang tidak optimal.
Meski demikian, Indonesia punya dua
faktor penting yang akan mendukung
pertumbuhan. Kedua faktor tersebut
adalah kondisi demografi yang baik dan
tingkat utang yang relatif rendah, yakni
24% terhadap PDB. “Pertumbuhan
ekonomi 2015 masih akan ditopang oleh
tingkat konsumsi,”demikian pendapat
Eastpring.
Optimisme Pemerintah
Perubahan kebijakan subsidi BBM
dinilai akan menentukan arah yang baik
bagi pertumbuhan ke depan. Defisit
anggaran yang selama ini menghantui
perekonomian Indonesia mulai menu­
Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >>
3/6/2015 7:22:43 PM
IaktualI
run, dan pada sisi lain pemerintah punya
ruang fiskal lebih longgar untuk mere­
alisasikan pembangunan infrastruktur.
Dengan demikian, harapan menembus
pertumbuhan di atas 7% bisa dicapai,
minimal pada 2018, sebagaimana di­
ungkapkan Presiden Joko Widodo.
Tanggapan para pengusaha, wakil
rakyat, maupun analis ekonomi relatif
seragam. Target tersebut akan mudah
dicapai sejauh pemerintah konsisten
merealisasikan janji memperbaiki iklim
investasi, merealisasikan pembangunan
infrastruktur, harmonisasi kebijakan an­
tarinstansi, dan tak boleh lupa memberi
stimulus fiskal.
Menurut Ketua Umum Kadin In­
donesia Suryo Bambang Sulisto, target
pertumbuhan 7% akan tercapai jika
pemerintah konsisten memperbaiki
iklim investasi dan menerapkan kebi­
jakan probisnis. Untuk itu, pemerintah
harus berupaya mendorong investasi,
meningkatkan ekspor, dan meningkat­
kan konsumsi domestik. “Kalau iklim
usaha baik, investasi akan mengalir
ke Indonesia, sehingga pertumbuhan
ekonomi terkerek,” ujar Suryo Sulisto,
seperti dikutip Investor Daily.
Iklim investasi yang kondusif, menu­
rut Suryo, menjadi syarat mutlak karena
memberikan rasa aman bagi dunia
usaha, baik untuk untuk investasi baru
maupun perluasan usaha. Untuk itu,
berbagai kebijakan yang diambil peme­
rintah diharapkan tidak membuat panik
pengusaha, termasuk kebijakan yang
sensitif seputar pajak.
Untuk itu, dia menyatakan, diperlu­
kan seorang dirigen yang mampu meng­
harmonisasi semua kebijakan pemerin­
tah. Peran ini bisa diambil Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian yang
dipimpin Sofyan Djalil. Suryo menilai,
apa yang telah dilakukan Pemerintahan
Jokowi sudah bagus. Jokowi berani
memangkas subsidi bahan bakar minyak
(BBM) dan mengalihkannya ke anggaran
infrastruktur. Jokowi juga menetapkan
pola perizinan investasi satu pintu yang
membantu calon investor.
B agi Kadin, keputusan BI menu­
runkan BI Rate merupakan langkah
yang positif karena akan diikuti de­
ngan penurunan bunga kredit. Bahkan,
Presiden Joko Widodo dalam berbagai
kesempatan mengimbau kalangan per­
bankan merespons langkah BI dengan
ikut menurunkan bunga kredit.
Beberapa bank sudah merespons­
nya dengan menyatakan akan segera
melakukan evaluasi untuk penurunan
<< DANA PENSIUN \Edisi 64 \ 1 Februari 2015
Aktual Feb15.indd 17
bunga kredit. Sebagian bank lagi bahkan
sudah menurunkan bunga, di antaranya
Bank BRI yang akan sudah memutuskan
menurunkan bunga kredit maupun bu­
nga deposito. Demikian juga dengan
Bank Tabungan Negara (BTN) yang
memutuskan suku bunga KPR dengan
kisaran 0,75% hingga 2%. Direktur
Utama Bank BTN Maryono menga­
takan, penurunan untuk mendukung
program subsidi yang selama ini menga­
nut model ballooning. Model kredit ini
menjadikan bunga yang harus dibayar­
kan semakin lama makin tinggi.
Selain investasi, infrastruktur pendu­
kung kegiatan ekonomi perlu segera
mendapat sentuhan nyata pemerintah.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Kelem­
bagaan, Universitas Brawijaya Ahmad
Erani Yustika mengatakan, pertumbuh­
an ekonomi 7% hanya bisa tercapai
jika syarat yang dibutuhkan memadai.
Untuk itu pemerintah harus menyiapkan
semua infrastruktur yang dibutuhkan
untuk mendorong roda ekonomi. “Ti­
dak hanya infrastruktur fisik seperti jem­
batan, jalan, pelabuhan, dan bendungan,
pemerintah juga harus menciptakan
kepastian ekonomi, stabilitas politik,
serta meningkatkan kualitas pendidikan
dan kesehatan,” terang Ahmad Erani.
S yarat berikut adalah dukungan
ang­garan. Tahun ini pemerintah telah
mengalokasikan anggaran pembangu­n­
an infrastruktur sebesar Rp 290 triliun.
Melihat kebutuhan riil saat ini, nilai
yang ada sesungguhnya kurang. Menu­
rut asumsi Erani, anggaran yang layak
harus mencapai % dari PDB Indonesia.
Hanya dengan alokasi sebesar itu, do­
rongan terhadap pertumbuhan akan
lebih nyata. “Dengan PDB sekarang
sekitar Rp 10.000 triliun, dibutuhkan
sedikitnya Rp 500 triliun untuk infra­
struktur,” terangnya.
Meski relatif belum memadai, setidak­
nya pemerintah sudah berupaya mem­
beri perhatian pada aspek infrastruktur.
Hal itu dibuktikan dengan alokasi be­
lanja infrastruktur dalam APBN-P 2015
yang mencapai Rp 177,9 triliun. Ini
merupa­kan nilai terbesar dalam sejarah
belanja negara untuk infrastruktur. [i]
17
3/6/2015 7:22:43 PM
IaktualI
Gambaran Peta Utang
Emiten BEI
Ekonomi Indonesia masih saja
mengidap empat ancaman defisit
yang sudah masuk level akut. Utang
emiten disebut-sebut sebagai anasir
penting yang bisa menggiring ekonomi
Indonesia ke tubir krisis.
M
enjelang tutup tahun 2014, kurs rupiah terhadap
dolar Amerika sempat bergerak liar, hingga me­
nyentuh level Rp 12.900 per dolar AS. Tak cuma
bikin panik para petinggi negeri ini, gerakan ru­
piah itu sontak membangkitkan ingatan kita tentang kuartet
defisit yang sempat mengguncang perekonomian Indonesia,
menjelang purna bakti Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
Belum 100 hari Presiden Joko Widodo berkuasa, ancaman
kuartet defisit kembali merebak.
Empat difisit dimaksud berupa defisit neraca perdagangan,
defisit neraca transaksi berjalan, defisit neraca pembayaran,
dan defisit neraca keseimbangan primer. Indonesia mengalami
18
Aktual Feb15.indd 18
defisit neraca perdagangan sejak 2012. Tahun lalu, berdasarkan
data yang dihimpun, selama 11 bulan, defisit neraca perda­
gangan Indonesia mencapai US$ 2,07 miliar. Defisit neraca
perdagangan menggelembungkan defisit neraca transaksi
berjalan. Hingga November 2014, defisit neraca transaksi
berjalan sekitar US$ 7 miliar atau 3,4% dari PDB Indonesia.
Dalam periode yang sama, neraca pembayaran Indonesia
masih surplus, tertolong neraca modal positif. Jika gerakan
liar rupiah sulit terkendali seperti krisis 1998, badai bisa saja
datang. Badai ditimbulkan karena penarikan portofolio a­sing
secara mendadak investasi. Neraca modal akan terkuras,
neraca pembayaran pun minus.
Rongrongan terhadap neraca modal terutama timbul
karena tingginya timbunan utang pemerintah dan swasta.
Data Bank Indonesia menyebut, utang luar negeri Indonesia
per Oktober mencapai USD 294,5 miliar atau lebih dari Rp
3.708. Terjadi peningkatan utang sebesar 10,7% dibanding
posisi Oktober 2013.
Masih menurut BI, porsi swasta terhadap total utang luar
negeri Indonesia mencapai 54,8% dari total utang luar negeri.
Secara prosentase, utang swasta membengkak 15% dibanding­
Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >>
3/6/2015 7:22:43 PM
IaktualI
kan posisi Oktober 2013. Dari jumlah utang swasata tersebut,
utang swasta publik mencapai USD 133,2 miliar atau sekitar Rp
1.677 triliun. Hanya sekitar 13,6% utang swasta yang sudah
menggunakan mekanisme hedging.
Walau rentang utang luar negeri, menurut BI, masih ter­
golong wajar, kalangan korprasi harus tetap waspada. Risiko
lonjakan utang luar negeri terhadap stabilitas makro ekonomi
sesungguhnya tidak ringan.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, dalam beberapa
kesempatan mengingatkan bahwa timbunan utang berisiko
membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar terus berada dalam
tekanan. Apa yang terjadi dengan kurs rupiah akhir Desember
lalu merupakan risiko yang lumrah saat permintaan dolar AS
untuk membayar utang korporasi meningkat, bahkan dividen.
Itu sebabnya Menkeu berjanji mendorong BUMN untuk
menggunakan mekanisme lindung nilai atas utang. “Kita akan
mendorong BUMN untuk implementasi hedging. Intinya kita
ingin memberi kepastian pada ketahanan fiskal kita agar tak
terpengaruh oleh pergerakan nilai tukar atau harga minyak,”
terang Bambang.
timbunan utang berisiko membuat
nilai tukar rupiah terhadap dolar
terus berada dalam tekanan.
Menkeu berjanji mendorong BUMN
untuk menggunakan mekanisme
lindung nilai atas utang.
Utang Emiten
Jika mncermati data keuangan emiten, memang ada sejum­
lah perusahaan yang cukup menonjol dari sisi utang. Nilainya
bahkan hingga jutaan dolar AS. Satu nama yang dalam be­
berapa tahun terakhir kerap jadi perhatian media tentu saja PT
Bumi Resources Tbk. Setelah gonjang-ganjing rupiah kembali
merebak, saham emiten dengan nilai utang dalam porsi besar
kerap jadi perhatian.
Berdasarkan data publikasi per September 2014, Investor
menghimpun data kewajiban sekitar 50 nama emiten. Bumi
Resources tampaknya memang masih menjadi emiten dengan
nilai utang terbesar. Nilainya mencapai US$ 5,02 miliar. Perjan­
jian bisnis perusahaan ini dengan mitra pemegang saham yang
ruwet, membuat investor relatif hati-hati membeli saham ini.
Pada posisi kedua, ada nama PT Astra International Tbk,
dengan nilai kewajiban dalam dolar sekitar US$4,196 miliar.
Jika melihat struktur bisnis Astra Group, tentu saja ini meru­
pakan angka konsolidasi grup, mulai dari bisnis otomotif dan
komponen, agrobisnis, distribusi alat berat, infrastruktur, hingga
pertambangan batubara. Dibanding bisnis grup yang moncer,
utang sebesar itu tidak menjadi halangan bagi Astra Group.
Bandingkan dengan pendapatan bersih grup ini yang mendapai
Rp 150,58 triliun, dengan laba bersih Rp 14,49 triliun per Sep­
tember 2014. Data tentang 50 emiten dengan utang di atas US$
100 juta dapat disimak pada tabel dalam tulisan ini. [i]
<< DANA PENSIUN \Edisi 64 \ 1 Februari 2015
Aktual Feb15.indd 19
50 Emiten dengan Utang Dolar Terbesar
Hutang
(US$ juta)
No
Nama Emiten
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Bumi Resources Tbk
Astra International Tbk
Adaro Energy Tbk
XL Axiata Tbk
Garuda Indonesia (Persero) Tbk
Berau Coal Energy Tbk
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
Indosat Tbk.
Indofood Sukses Makmur Tbk.
United Tractors Tbk.
Tower Bersama Infrastructure Tbk
Barito Pacific Tbk.
MNC Investama Tbk.
Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
Lippo Karawaci Tbk.
Medco Energi International Tbk
Telekomunikasi Indonesia (Per
Gajah Tunggal Tbk.
Bakrie & Brothers Tbk
Sinarmas Multiartha Tbk.
Alam Sutera Realty Tbk.
AKR Corporindo Tbk.
Smart Tbk.
Adira Dinamika Multi Finance Tbk
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
Vale Indonesia Tbk.
Davomas Abadi Tbk
Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Indomobil Sukses Internasional Tbk
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk.
Astra Agro Lestari Tbk.
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
Media Nusantara Citra Tbk.
Holcim Indonesia Tbk.
Pakuwon Jati Tbk.
Global Mediacom Tbk.
Modernland Realty Ltd. Tbk
Kawasan Industri Jababeka Tbk
Indika Energy Tbk.
Asia Pacific Fibers Tbk
Bakrieland Development Tbk.
Indo Tambangraya Megah Tbk.
Truba Alam Manunggal Engineering Tbk
Bayan Resources Tbk.
Energi Mega Persada Tbk.
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
Timah (Persero) Tbk.
H.M. Sampoerna Tbk.
5,020
4,196
2,004
1,754
1,725
1,706
1,340
1,217
1,121
1,085
1,020
918
852
827
819
809
794
707
620
594
560
514
512
483
478
473
462
457
384
338
321
309
303
289
260
258
254
243
242
238
226
205
189
184
160
151
140
135
132
128
Sumber Laporan Keuangan dan BEI
19
3/6/2015 7:22:43 PM
iKOLOMi
Oleh: Bambang Sri Muljadi
[Staf Ahli ADPI]
T
PELAJARAN DARI
KONDISI
‘COMMUTER LINE’
iada satupun di dunia ini yang
tidak dapat berubah. Yang
bersifat tetap itu hanya perubahan. Namun terkadang kita sulit
untuk mengubah kebiasaan yang telah
bertahun-tahun berjalan dan sudah dianggap berjalan dengan baik. Padahal,
kebiasaan tersebut mungkin kurang baik
bahkan sangat tidak baik.
Pada edisi ini penulis tidak akan
membahas mengenai hiruk pikuknya investasi Dana Pensiun dan atau perubah­
an harga efek di Pasar Modal maupun
moncernya harga properti. Yang akan
dibahas adalah perubahan karakter dan
kebiasaan serta sistem yang berlaku di
masyarakat. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.
Para pembaca tentu mengetahui
kondisi PT Kereta Api Indonesia yang
dulu bernama PJKA. Sejak tahun 80an sampai dengan saat ini, khususnya
kereta yang melayani Jakarta, Bogor,
Depok dan Tangerang termasuk Serpong
dan seluruh jurusan pada umumnya.
Kondisinya sempat sangat mempriha­
tinkan; baik manajemen perusahaannya,
kondisi sarana dan prasarana penumpang dan layanan perjalanannya serta
SDM intern PT KAI maupun kharakter
penumpangnya. Tetapi kini, proses per­
ubahan dan perbaikan di segala bidang
sangat menakjubkan. Perlu kita cermati,
apa yang menjadi kunci suksesnya, seka-
20
Commuter Line.indd 20
ligus dapat kita gunakan sebagai bahan
renungan untuk dicontoh.
Kondisi sebelum ada
Sentuhan
Kondisi PT Kereta Api Indonesia sebelumnya sangat meprhatinkan, sedikit
kita simak seperti apa kondisi saat itu
dan seperti apa dampaknya:
Sarana dan Prasarana
Jalan atau rel kereta dan lingkungan sekitarnya, sebagian besar masih
single track. Hanya jalur kereta Jakarta
– Bogor dan Jakarta – Bekasi saat itu
yang telah memilki double track (rel
ganda). Jurusan lainnya masih melalui
single track, seperti Jakarta – Serpong,
Jakarta Tangerang. Di samping itu, lingkungan sekitar rel dipenuhi oleh rumah
penduduk yang berdiri tidak resmi dan
tidak permanen. Memang, hal tersebut
akan memperlambat jalannya kereta api,
antara lain harus mengantri bila akan
melintas dan berhenti di setiap stasiun.
Terlebih lagi kondisi persinyalan saat itu
masih manual dan tergantung seratur
persen oleh kecekatan dan kecepatan
manusia.
Kondisi Stasiun dan lingkungannya
saat itu sangatlah kurang memadai
untuk sarana pelayanan masyarakat
peng­guna jasa kereta. Kumuh, kotor,
dan sumpek karena banyak pedagang
kaki lima yang membuka dagangannya
di dalam stasiun, akses keluar masuk sa­
ngatlah mudah tanpa control dan sarana
lainnya seperti penerangan toilet dan
sarana informasi yang kurang menjadi
pemandangan umum. Akibatnya para
calon penumpang sangat kurang nyaman selama berada di stasiun.
Kondisi kereta/gerbong pun memprihatinkan. Hampir semua gerbong berusia tua dan tidak ber AC, terlebih kereta
yang melayani daerah Tangerang, Bekasi
dan Serpong terdiri dari Kereta Diesel
(KRD) kondisinya sangatlah kotor dan
rusak, jendela tidak berkaca, pintu rusak. Sedangkan kereta yang melayani
Jakarta – Bogor dapat dikatakan sedikit
lebih baik, terdiri dari Kereta Listrik
(KRL) hanya saja kondisinya tidak begitu jauh dibanding KRD yang beroperasi.
Kondisi seperti ini diperparah dengan
dalam perjalanan, banyak pedagang
keliling yang berjualan bahkan ada yang
membuka pasar di salah satu gerbong.
Hal itu sangat mengganggu kenyaman
penumpang di dalam kereta.
Sumber Daya Manusia dan Pelayanan
Yang kita soroti adalah SDM PT
KAI sebelum ada perombakan, baik
yang berada di kantor maupun yang di
lapangan (Stasiun dan Lintasan Jalan/
Rel) sangatlah tidak mumpuni. Bahkan
terkesan bekerja hanya sekenanya, tanpa
Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >>
3/6/2015 7:31:33 PM
iKOLOMi
konsep dan target. Ironisnya banyak oknum yang bekerja hanya mementingkan
diri sendiri dengan menyalahgunakan
jabatan dan wewenangnya. Hal tersebut
terjadi pada semua level, mulai pegawai
paling bawah sampai level tertinggi.
Semua tidak mempunyai komitmen
Service Level Agreement (SLA) terhadap
tugas yang diemban.
Akibatnya sangatlah fatal, karena
masyarakat tidak terlayani dengan baik.
Pada akhirnya mengakibatkan
kondisi keuangan perusahan
sangatlah tidak dapat terkontrol dan merugi terus menerus.
Dampak lain adalah Pemerintah, dalam hal ini Kementrian
BUMN sebagai pemegang saham, harus mengalokasikan
dana untuk menyuntik modal
guna menutup kerugian yang
terus terjadi, dan atau untuk
investasi atau perbaikan sarana
dan prasaran.
Karakter Penumpang
Sadar atau tidak sadar, apabila kondisi kereta api dan
sistem pelayanan yang tidak
baik seperti disinggung akan
mempengaruhi tabiat dan
karak­ter penumpangnya. Antara lain tidak mau membayar
secara resmi karena membayar
kepada kondektur akan lebih
murah. Dan bahkan banyak
penumpang yang tidak mau membeli
tiket dan tidak mau membayar sama
sekali. Mereka menganggap kereta api
adalah fasilitas gratis dari Pemerintah.
Di samping itu, kelakuan penumpangpun sangatlah kurang baik dan tidak
mendidik, seperti membuang sampah
dan meludah, makan dan merokok di
area stasiun dan di dalam kereta.
Bahkan karena kondisi di dalam
sangatlah kurang nyaman maka mereka
suka berada di atas atap kereta, mulai
dari stasiun pemberangkatan sampai
dengan stasiun tujuan. Hal tersebut
menjadi pemandangan yang terjadi
setiap hari disemua kereta berbagai
jurusan, kharakter seperti itu juga ter-
jadi pada kereta jarak menengah dan
sedikit ada perbaikan pada kereta Jarak
jauh khususnya pada kereta bisnis dan
ekskutif.
Kondisi Saat Ini
Situasi dan kondisi seperti tersebut
nampaknya memberikan tantangan
tersendiri pada manajemen PT KAI
periode terakhir, kebetulan mendapatkan Dirut sebagai nahkoda yang me-
miliki kemampuan dan kemauan yang
mumpuni untuk mengubah perusahaan
yang sedang sakit menjadi sehat dan
bermanfaat pada seluruh pemangku
kepentingannya. Salah satu kesuksesnya
antara lain terlihat pada kondisi Commuter Line. Hal ini kami amati selama
kurang lebih 3 bulan terakhir.
Kondisi sarana dan prasarana stasiun
dan jalan telah mengalami perbaikan
yang cukup signifikan, walaupun belum
sempurna. Terlihat dari sudah terpa­
sang jalur/rel ganda (double track) dan
kondisi stasiunnya cukup bersih. Walaupun sedang tahap pembangunan di
sana sini, namun tetap memperhatikan
kebersihan. Begitu pula kondisi kereta
<< DANA PENSIUN \Edisi 64 \ 1 Februari 2015
Commuter Line.indd 21
cukup bersih pula secara periodik pada
stasiun tujuan akhir petugas cleaning
service membersihkannya. Tidak ada
pedagang yang berjualan di area stasiun
dan di dalam kereta. Stasiun hanya
dipergunakan untuk penumpang dan
karyawan PT KAI, dengan sistim akses
masuk menggunakan tiket multi fungsi
yang dikeluarkan oleh bank sebagai
partner bisnis PT KAI. Sistim ticketing
sudah cukup baik dengan menggunakan
uang plastik (card) sebagai
akses masuk dan keluar
stasiun merupakan salah
satu alat pengaman keluar
masuk stasiun juga dapat
mencegah korupsi.
Kesimpulan Awal
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa tiada
suatu apapun di dunia ini
yang tidak dapat berubah,
kecuali perubahan itu sen­
diri. Bila ada kemampuan
dan kemauan serta niat
yang kuat untuk memperbaiki sesuatu yang rusak
dan atau tidak baik menjadi
lebih baik, maka perubahan
itu akan terwujud. Contoh
riil PT KAI baik kondisi
perkereta api yang mela­
yani Jabodetabek maupun
luar kota; yang sebelumnya
sangat memprihatinkan dan
sudah berjalan bertahun-tahun dan terjadi disemua lini; namun berkat komitmen dari top pimpinan dan kerja keras
dari jajaran manajemen maka dalam
waktu yang relative tidak terlalu lama
maka kondisinya dapat diubah menjadi
baik, walaupun belum sempurna. Hal ini
dapat kita ambil inti sari dari proses dan
tahapan perbaikannya untuk dapat kita
terapkan di lingkungan kita berada.
Adapun budaya kerja dan dinamika
penumpang commuter line akan kita
sajikan dan bahas pada edisi yang akan
datang. Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kita yang membacanya,
amin.
Selamat Berkarya.
21
3/6/2015 7:31:33 PM
Iseputar kegiatan adpiI
Pak Suheri Pimpin ADPI
Sampai Munas Mendatang
Tanggal 21 Januari 2015 yang baru lalu, dalam Rapat Pleno
Pengurus ADPI, Pak Gatut Subadio yang telah menjabat
sebagai Ketua ADPI sejak bulan Juli tahun 2013, telah
mengajukan permohonan pengunduran diri, karena dialih
tugaskan dari DP Mandiri ke Mandiri Health Care. Sesuai
dengan ketentuan Anggaran Dasar ADPI, maka setelah tidak
lagi menjabat sebagai Pengurus Dana Pensiun, maka tidak lagi
memenuhi persyaratan sebagai Pengurus ADPI. Berdasarkan
ketentuan Anggaran Dasar ADPI yang baru, dimana ADPI
telah resmi dikukuhkan sebagai sebuah badan hukum, maka
Wakil Ketua secara otomatis akan menjabat sebagai Pelaksana
Tugas Ketua dengan masa jabatan sampai dengan Munas
berikutnya. Saat ini yang menjabat sebagai Wakil Ketua ADPI
adalah Pak Suheri dari Dana Pensiun Astra, karena 2 orang
wakil ketua juga telah tidak lagi menjabat sebagai Pengurus
Dana Pensiun. Pak Azwani Sjech Umar dan pak Toto Subianto
masing-masing sudah tidak lagi menjabat sebagai Direktur
Utama DP PLN dan Direktur DP Telkom. Dengan demikian
maka pak Suheri secara otomatis akan menjabat sebagai
Pelaksana Tugas Ketua ADPI.
Seperti Diketahui, berdasarkan ketentuan Anggaran Dassar ADPI yang telah disyahkan oleh Kementerian Hukum dan
Ham, status ADPI adalah sebagai perkumjpulan berbadan
hukum. Dalam ketentuan Anggaran Dasar ini, selain diatur
tentang organisasi perkumpulan, juga diatur mengenai persyaratan Pengurus dan Pengawas. Dengan pengunduran diri
pak Gatut sebagaimana tersebut diatas, maka kepengurusan
ADPI adalah sbb:
l Ketua dijabat oleh pak Suheri dari Dana Pensiun Astra.
l Sekretaris dijabat oleh pak Sularno dari Dana Pensiun PAMSI.
l Bendahara dijabat oleh bu Roswitha dari Dana Pensiun Perke­
bunan.
Sebagai kelengkapan organisasi telah dibentuk 4 (empat)
Bidang,masing-masing sbb:
l Ketua Bidang Organisasi, dipimpin oleh pak Rasmo Samiun dari
Dana Pensiun Bank Indonesia.
l Ketua Bidang Investasi dipimpin oleh pak ......
l Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan dipimpin oleh pak
Zain Zainudin dari Dana Pensun Angkasa Pura II.
l Ketua Bidang Hubungan Industri dipimpin oleh pak Ibdera Hadi
dari Dana Pensiun Antara.
Para Ketua Bidang dibantu sejumlah anggota sebaimana
dituangkan dalam Surat Keputusan Ketua ADPI tanggal
l Untuk jabatan Direktur Eksekutif dijabat oleh pak Bambang Sri
Mulyadi.
22
Kegiatan ADPI.indd 22
Ir. Suheri MM, PLT Ketua ADPI
Menyelesaikan pendidikan sarjana S-1 di Institut Pertanian
Bogor ( IPB) tahun 1987 dan
Pasca Sarjana Universitas Indonesia dengan konsentrasi
Ekonomi Keuangan Syariah.
Sebelum bergabung dengan
PT Astra Internasional, sempat
berkarya di beberapa profesi, juga sebagai dosen di perguruan
timggi.Saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur Dana
Pensiun Astra Satu, setelah sebelumnya pernah ditugaskan
sebagai Kepala Divisi di Asuransi Astra Buana dan beberapa
divisi lain di PT Astra.
Roswita Nilakurnia SE.M.SM,
Bendahara ADPI
Berlatar belakang pendidik­
an ekonomi, Bu Roswita
merupakan professional yang
direkrut untuk menjabat
sebagai Direktur Utama DP
Perkebunan.
Drs Sularno MM, menyelesaikan pendidik­
an S-1 dan S-2 nya di STIE-IBEK Jakarta.
Berbagai posisi yang diembannya antara
lain sebagai Direktur Umum PT Tirta
Larastama Dinamika Dfinance, Direktur
Keuangan & Kepesertaan DAPENMA
PAMSI dan saat ini sebagai Direktur
Utama DAPENMA PAMSI
Bambang Sri Mulyadi, menyelesaikan
Pendidikan Sarjana Ekonomi Manajemen pada Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama) tahun 1986, Magister
Manajemen pada Sekolah Tinggi Labora
Jakarta th 1995. Bergabung dengan Bank
Dagang Negara tahun 1977, berbagai
posisi pernah dijabatnya, antara lain
sebagai Kepala Cabang Bank Mandiri, sebelum ditugaskan
di Dana Pensiun Mandiri Dua sebagai Direktur Investasi dan
kemudian sebagai Direktur Utama. Sebelum memasuki masa
pension, ditugaskan sebagai Direktur Investasi pada Mandiri
Healthcare.
Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >>
3/6/2015 8:15:41 PM
Iseputar kegiatan adpiI
ADPI Selenggarakan ‘In-House Training’
di PT Aneka Tambang Tbk
Bertempat di Kantor Pusat PT
Aneka Tambang Tbk, jalan TB Simatu­
pang Jakarta Selatan, ADPI telah
me­nyelenggarakan in-house training
bagi peserta dari internal PT Aneka
Tambang Tbk. Peserta sebanyak 10
orang, dari berbagai unit di internal
perusahaan. Pelatihan dilaksanakan
pada hari Rabu dan Kamis tanggal Januari, dan dilanjutkan dengan
ujian sertifikasi Dana Pensiun. Dari
10 peserta, semuanya berhasil lulus.
Seperti diketahui, dalam memberikan
pelayanan kepada anggota, ADPI dapat
menyelenggarakan pelatihan di tempat
insansi yang memerlukan, demikian pula LSPDP dapat menyelenggarakan ujian di luar jadwal bulanan, dengan persyaratan
tertentu. Selamat ya, buat bapak dan ibu peserta, selamat bergabung dengan ADPI bagi yang nantinya ditugaskan sebagai
Pengurus atau Pengawas DP ANTAM.
Komisioner OJK Kunjungi BMDP
Ibu Kusumaningtuti yang akrab di­panggil Ibu
Titu, Komisioner OJK yang membidangi Edukasi
dan Perlindungan Konsumen beserta jajarannya,
diantaranya adalah Direktur Pelayanan baru-baru
ini telah berkunjung ke kantor ADPI dalam rangka
bersilaturahmi sekaligus memantau perkembangan pembentukan BMDP sebagai pelaksanaan dari POJK nomor 1 tahun 2014
tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa. Seperti diketahui, ADPI telah membentuk BMDP sebelum keluarnya POJK
tersebut diatas, oleh karenanya BMDP harus menyesuaikan diri dengan ketentuan yang ada di POJK tersebut, diantaranya
adalah BMDP harus berbentuk badan hukum.Pada kesempatan tersebut, pak Eddy Praptono selaku Ketua BMDP menjelaskan
perkembangan BMDP, yang secara umum sudah hampir memenuhi ketentuan POJK. Yang masih dalam penyelesaian adalah
pengesahan BMDP sebagai badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM.
<< DANA PENSIUN \Edisi 64 \ 1 Februari 2015
Kegiatan ADPI.indd 23
23
3/6/2015 8:15:42 PM
IkONSuLTASI-Dana PensiunI
A n d a B e r t a n y a , Sujat Siswosudarmo M e n j a w a b
BADAN HUKUM
PERKUMPULAN ADPI
Oleh :
Sujat Siswosudarmo,
Asosiasi Dana Pensiun Indonesia
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sebagai salah satu Anggota ADPI, dan mungkin juga Anggota ADPI yg lain yg
tersebar diseluruh wilayah Indonesia dari Aceh sampai Papua, perlu mengetahui
seperti apa itu legal status badan hukum ADPI.
Alangkah baiknya apabila Bapak berkenan berbagi info barang sedikit apa yg
perlu diketahui, dan harus menjadi perhatian Dana Pensiun, terkait dengan peningkatan legal status ADPI menjadi Badan Hukum tsb.
Terima kasih Pak,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
M.B. Muhlison,
Ketua Pengurus Dana Pensiun Pegawai Universitas Islam Indonesia
JAWABAN
Anda dapat berpar­tisipasi
dalam rub­rik ini dengan
mengirimkan perta­nyaan
seputar masa­lah dana
pensiun ke alamat:
REdaksi
info dana pensiun
Gd Artha Loka, Lt 16,
Jl Jend. Sudirman Kav 2,
Jakarta 10220,
Phone: (021) 251 4050 - 52
Fax: (021) 251 4051
24
Badan Hukum ADPI.indd 24
Bapak M.B. Muhlison Yth,
Dalam pelaksanaan ketentuan yang
ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun (PDP), tidak tertutup kemungkinan
terjadi perbedaan pendapat antara
Peserta dengan Pengurus Dana Pensiun.
Penyelesaian perbedaan pendapat tsb
kemungkinan tidak tercapai kesepakatan
antara Peserta dengan Pengurus Dana
Pensiun. Bahkan bisa terjadi perbedaan
pendapat tsb meningkat menjadi sengketa, apabila perbedaan pendapat tsb
tidak secepatnya mendapat penyelesaian
sebaik-baiknya, yg dapat diterima oleh
Peserta dan Pengurus Dana Pensiun.
BADAN MEDIASI DANA PENSIUN
(BMDP)
Dalam rangka untuk membantu penyelesaian perbedaan pendapat (dispute)
antara Dana Pensiun Pemberi Kerja
(DPPK) dengan Peserta DPPK, serta
pihak yg berhak atas Manfaat Pensiun
(MP), maka berdasarkan Keputusan
Dewan Pimpinan Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Nomor 11/KDPADPI/XII/2011 tanggal 29 Desember
2011, telah dibentuk BMDP. BMDP
telah menunjuk 9 (sembilan) mediator
yg bertugas menjalankan mediasi, yg
bertindak untuk dan atas nama BMDP.
Dalam menjalankan mediasi, BMDP
bersifat mandiri dan berpedoman pada
peraturan perundangan yg berlaku.
Pada waktu pendirian, lingkup mediasi yg dilakukan oleh BMDP adalah
membantu mediasi perbedaan pendapat
antara Peserta dengan Pengurus dalam
pelaksanaan PDP. Misal Peserta berpendapat bahwa Pengurus dalam menghitung besarnya Penghasilan Dasar
Pensiun (PhDP) keliru, akibatnya hasil
perhitungan besarnya MP menjadi kecil, sehingga Peserta merasa dirugikan.
Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >>
3/6/2015 7:32:45 PM
IDana Pensiun-kONSuLTASII
Di pihak lain, Pengurus berpendapat
bahwa hasil perhitungan tsb sudah benar,
telah sesuai dengan PDP. BMDP TIDAK
memediasi perbedaan pendapat yg menyangkut kebijakan Pendiri DPPK (misal
besarnya Faktor Penghargaan Per Tahun
Masa Kerja yg ditetapkan oleh Pendiri
dalam PDP sebesar 2%, Peserta menuntut
untuk dinaikkan menjadi 2,5%, agar besarnya MP menjadi maksimal, menuntut
kenaikan MP secara berkala dll).
LEMBAGA ALTERNATIF
PENYELESAIAN SENGKETA (LAPS)
Apabila terjadi perbedaan pendapat
atau sengketa antara Peserta DPPK
dengan Pengurus DPPK dapat diselesaikan secara internal (internal dispute
resolution) dan secara eksternal (external
dispute resolution).
Berdasarkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan (POJK) No 1 Th 2013,
kebijakan OJK mengarah agar apabila
terjadi sengketa antara Peserta dengan
Dana Pensiun, penyelesaian sengketa tsb
dilakukan dalam dua tahap.
TAHAP PERTAMA adalah dilakukan secara internal. Hal ini dapat dilihat
dalam keterangan Pasal 32 ayat (1) POJK
No 1 Th 2013 yang menetapkan bahwa
Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK)
wajib memiliki dan melaksanakan mekanisme pelayanan dan penyelesaian
peng­aduan bagi Konsumen. Yang dimaksud PUJK, salah satunya adalah Dana
Pensiun, dan yg dimaksud Konsumen
salah satunya adalah Peserta Dana Pensiun [UU OJK Psl 1 butir 15, POJK No 1
Th 2013 Psl 1 butir 1 dan butir 2].
Dana Pensiun wajib memiliki unit
kerja dan / atau fungsi untuk menangani
dan menyelesaikan pengaduan yang
diajukan oleh Peserta (POJK No 1 Th
2013 Psl 36).
TAHAP KEDUA yaitu dalam hal
tidak mencapai kesepakatan penyelesaian
pengaduan, Peserta dapat menyelesaikan
sengketa di luar pengadilan atau melalui
pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar
pengadilan tersebut dilakukan melalui
LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA (LAPS).
LAPS ADALAH LEMBAGA YANG
MELAKUKAN PENYELESAIAN SENG­
KETA DI LUAR PENGADILAN SECARA CEPAT, ADIL, DAN EFISIEN.
LAPS di sektor jasa keuangan yang
telah berdiri untuk membantu memediasi
sengketa di bidang Dana Pensiun adalah
Badan Mediasi Dana Pensiun (BMDP).
LAPS yang lain yaitu Badan Arbitrase
Pasar Modal (BAPMI), yang memediasi
sengketa di Pasar Modal, dan Badan
Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI),
yang memediasi sengketa di bidang
perasuransian.
Dalam hal penyelesaian sengketa
tidak melalui LAPS, peserta dapat menyampaikan permohonan kepada OJK
untuk memfasilitasi penyelesaian pengaduan tersebut.
Pemberian fasilitas penyelesaian pe­nga­
duan Peserta oleh OJK harus memenuhi
persyaratan antara lain sebagai berikut:
• Peserta mengalami kerugian paling
banyak Rp 500.000.000,• Dana Pensiun telah melakukan upaya
penyelesaian pengaduan, namun
Peserta tidak dapat menerima penye­
lesian tersebut. Dengan kata lain
bahwa OJK tidak akan memfasilitasi
pengaduan, apabila pengaduan tersebut belum di upayakan penyelesaian
secara internal terlebih dahulu.
• OJK memulai proses fasilitasi setelah
Peserta dan Dana Pensiun sepakat
untuk difasilitasi oleh OJK dalam
perjanjian tertulis yang memuat:
- Kesepakatan untuk memilih penye­
lesaian pengaduan yang difasilitasi
oleh OJK; dan
- persetujuan untuk patuh dan tunduk
pada aturan fasilitasi yang ditetapkan oleh OJK
[POJK No 1 Th 2013 Pasal 39 ayat
(3), Pasal 41, Pasal 44].
LAPS yang dimuat dalam Daftar
LAPS yang ditetapkan oleh OJK, yang
mempunyai pelayanan penyelesaian
sengketa paling kurang berupa:
(1)Mediasi, yaitu cara penyelesaian
sengketa melalui pihak ketiga yang
ditunjuk oleh pihak yang bersengketa
untuk membantu mencapai kesepa­
katan.
<< DANA PENSIUN \Edisi 64 \ 1 Februari 2015
Badan Hukum ADPI.indd 25
25
3/6/2015 7:32:45 PM
IkONSuLTASI-Dana PensiunI
(2)Ajudikasi, serupa dengan mediasi dan
dapat menjatuhkan putusan. Apabila Konsumen, menyetujui putusan
ajudikasi, meskipun Lembaga Jasa
Keuangan (LJK) tidak menyetujui,
LJK wajib melaksanakan putusan
tersebut. Sebaliknya apabila Konsumen tidak menyetujui putusan ajudikasi, walaupun LJK menyetujuinya,
maka putusan ajudikasi tersebut tidak
dapat dilaksanakan.
(3)Arbitrase, yaitu cara penyelesaian
seng­keta perdata di luar peradilan
yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis
oleh para pihak yang bersengketa.
BADAN HUKUM PERKUMPULAN
ADPI
Sesuai dengan arahan OJK, agar keberadaan dan fungsi BMDP lebih kuat
sebagai LAPS di bidang Dana Pensiun
PULAN ADPI.
Agar BMDP dapat membantu memediasi pengaduan / sengketa Peserta Dana
Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK),
seyogyanya BMDP didirikan oleh badan
hukum Perkumpulan ADPI dan badan
hukum Asosiasi DPLK. Pada waktu ini
pendirian badan hukum Asosiasi DPLK
sedang dalam proses. Setelah badan
hukum Asosiasi DPLK disahkan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,
maka akan segera diproses pendirian
badan hukum BMDP.
PERBEDAAN
Ada beberapa perbedaan Anggaran
Dasar (AD) ADPI sebelumnya dengan
AD Badan Hukum Perkumpulan ADPI,
perbedaan tersebut antara lain:
(1)Susunan PENGURUS Perkumpulan
ADPI terdiri dari: a. Ketua, b. Wakil
Ketua, c. Sekretaris, dan d. Bendahara
“Agar BMDP dapat membantu memediasi pengaduan
/ sengketa Peserta Dana Pensiun Lembaga Keuangan
(DPLK), seyogyanya BMDP didirikan oleh badan
hukum Perkumpulan ADPI dan badan hukum
Asosiasi DPLK. “
se­bagaimana dimaksud dalam POJK No 1
Th 2013 Pasal 3 ayat (2), dan POJK No 1
Th 2014, dan setelah beberapa kali dilakukan pertemuan dengan PUJK, Notaris,
dan Pakar Hukum, BMDP seharusnya
berbentuk badan hukum, dan pendiri
BMDP juga berbentuk badan hukum.
Karena ADPI harus berbentuk badan
hukum, konsekuensinya adalah AD
ADPI harus diubah. Perubahan AD ADPI
adalah merupakan kewenangan MUNAS
ADPI. Oleh karena itu, dalam MUNAS
ADPI tanggal 26 September 2014 di Yogyakarta, salah satu keputusan yang telah
ditetapkan adalah disetujuinya pendirian
badan hukum ADPI.
Berdasarkan Akta Nomor 03 tanggal
03 Desember 2014 yang dibuat Notaris Leolin Jayayanti,S.H. telah didirikan badan hukum Perkumpulan ADPI.
Selanjutnya, berdasarkan Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor AHU-00803.60.10.2014 tanggal
04 Desember 2014, per 04 Desember
2014 pendirian badan hukum tersebut
telah disahkan dengan nama PERKUM­
26
Badan Hukum ADPI.indd 26
(AD sebelumnya tidak ada Sekretaris
dan Bendahara)
(2)Susunan Pengurus KOMDA terdiri
dari: a. Ketua, b. Wakil Ketua, dan
c. Sekretaris, dan d. Bendahara (nomenklatur Pengurus KOMDA persis
sama dengan nomenklatur susunan
Pengurus Perkumpulan ADPI)
(3)Susunan PENGAWAS terdiri dari:
a. Ketua, B. Wakil Ketua, dan c.
Anggota (AD sebelumnya tidak ada
Organ Pengawas). Pengawas wajib
mengawasi pengelolaan Perkumpulan ADPI dan berwenang memeriksa
catatan, dan laporan Pengurus, dan
berhak menetapkan Pelaksana Tugas
Ketua Pengurus Perkumpulan ADPI,
apabila Ketua berhenti sebelum masa
jabatannya berakhir, sampai MUNAS
berikutnya.
(4)Dalam AD sebelumnya disebut Rapat
Pleno, AD Perkumpulan ADPI disebut MUNAS TAHUNAN.
(5)Perkumpulan ADPI dapat melakukan
penyertaan atau pendirian dalam
badan usaha atau perusahaan lain
untuk mendukung kegiatan Perkumpulan ADPI (dalam AD sebelumnya
tidak ada ketentuan seperti ini)
Bagaimana dengan Organ Dewan
Penasihat, Staf Ahli, dan Sekretariat yang
keberadaan dan fungsinya masih sangat
diperlukan dalam Organisasi, tetapi Organ
tersebut tidak disebut-sebut keberadaannya
dalam AD Perkumpulan ADPI?
Berdasarkan AD Perkumpulan ADPI
Pasal 12 butir 4, Pengurus diberikan hak
untuk melengkapi Organisasi, Direktur
Eksekutif dan Personalia Sekretariat
Perkumpulan ADPI. Oleh karena itu
dengan Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat ADPI Nomor 02 TH 2015
tanggal 12 Januari 2015 telah ditetapkan
Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan
Personalia Dewan Pimpinan Pusat ADPI
(note: Berdasarkan AD Pasal 11 butir 3),
Pengurus untuk operasionalisasi Perkumpulan ADPI disebut Dewan Pimpinan
Pusat (DPP). Struktur organisasi tersebut selengkapnya disajikan pada forum
tanya jawab ini. Selain itu, sesuai amanat
AD Perkumpulan ADPI Pasal 27, DPP
dengan Surat Keputusan Nomor 01 Th
2015 tanggal 11 Januari 2015 juga telah
menetapkan Anggaran Rumah Tangga
(ART) Perkumpualn ADPI.
Apa yang perlu menjadi per­
hatian KOMDA?
Sebagai konsekuensi telah didirikan
dan disahkannya badan hukum Perkumpulan ADPI, kami berpendapat, paling
tidak ada dua hal yang harus menjadi
perhatian Pengurus KOMDA, yaitu:
(1)Nomenklatur Pengurus KOMDA yang
belum sesuai, semestinya disesuaikan
dengan nomenklatur yang ditetapkan
dalam AD Perkumpulan ADPI.
(2)Laporan Keuangan KOMDA semestinya terintegrasi dalam laporan
keuangan Perkumpulan ADPI.
Pak Mukhlison, demikian yang dapat
kami sampaikan, semoga ada manfaatnya. Kurang lebihnya, kami mohon maaf
lahir batin.
Terima kasih,
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >>
3/6/2015 7:32:45 PM
Cover DP 64 Feb15.indd 5
3/6/2015 8:22:37 PM
Cover DP 64 Feb15.indd 2
3/6/2015 8:22:35 PM
Download