IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL

advertisement
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)
POTENSIAL KATEGORI KETIDAKTEPATAN DOSIS PADA
PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT
INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
TIRANIA WIDIANINGRUM
K 100050251
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
i
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)
POTENSIAL KATEGORI KETIDAKTEPATAN DOSIS PADA
PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT
INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
di Surakarta
Oleh :
TIRANIA WIDIANINGRUM
K 100050251
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2009
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)
POTENSIAL KATEGORI KETIDAKTEPATAN DOSIS PADA
PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT
INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Oleh :
TIRANIA WIDIANINGRUM
K 100050251
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal :
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan,
(Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt.)
Pembimbing utama
Pembimbing pendamping
(Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt.)
(dr. EM Sutrina, M.Kes.)
Penguji :
1. Zakky Cholisoh, M. Clin. Pharm., Apt
___________________
2. Tri Yulianti, M.Si., Apt
___________________
3. Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt.
___________________
4. dr. EM Sutrisna, M.Kes.
___________________
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
!
iv
DEKLARASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 6 Juli 2009
Peneliti,
(Tirania Widianingrum)
v
KATA PENGANTAR
Penuh ucapan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Yang Maha
Pemurah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Identifikasi
Drug
Related
Problems
(DRPs)
Potensial
Kategori
Ketidaktepatan Dosis Pada Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak, maka perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada yang terhormat:
1. Ibu Dra. Nurul Mutmainah, M.Si. Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UMS
dan pembimbing utama yang telah memberikan
banyak waktu dalam
membimbing, mengarahkan dan membantu penulis dengan penuh kesabaran,
keikhlasan hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak dr. EM Sutrisna, M.Kes., selaku pembimbing pendamping yang telah
berkorban waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan, mendorong
dan mengarahkan penulis dari awal sampai akhir hingga skripsi ini selesai.
3. Ibu Zakky Cholisoh, M. Clin. Pharm., Apt dan Ibu Tri Yulianti, M. Si., Apt
selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran yang amat berguna
bagi penulis.
4. Bapak Aziz Saefudin, M. Si., Apt dan Ibu Ratna Yuliani, M. Biotech., Apt
pembimbing akademik yang selalu sabar memberi pengarahan.
5. Bapak Triyono dan Bapak Joko beserta staf rekam medis Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta yang telah memberi ijin serta bantuan selama
penelitian.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Farmasi UMS, terima kasih atas ilmu
pengetahuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.
7. Bu’e dan Pa’e, yang sudah mengajarkan banyak hal.
vi
8. Keluarga besar Boyolali, Kartasura, Solo, Madiun, Jambi dan Manggung
Kendal. Kakak dan adikku, Mas widi, Galih dan Isti.
9. Teman seperjuangan Richo dan Ayu terima kasih atas perjalanan Bali dan
Ceremei di meja makan siang.
10. Keluargaku di Wisma Putri, Mita, Lia, Maya, Iin, Niluh, Rika, Pi’ah, Maryati,
Wa’i, Fajar, De’ lala dan Tyas.
11. Semua sahabat BEM ‘05, Sa’ad, Iqbal, Heru, Sari, Rizka, Lusi, Kun, Mbak
Mufid, Mbak Eni, Maul, Budi, Ahmad Husein, dan BEM angkatan 2003,
2004, 2006, 2007.
12. Teman-teman angkatan ’05 kelas E dan F
13. Semua teman-teman angkatan 2005.
Semua pihak yang telah tersebut diatas maupun yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih tak
terhingga dan kiranya Allah senantiasa membalas dengan yang terbaik.
Penulis
menyadari
bahwa
hasil
penelitian
ini
masih
banyak
kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga menuju kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang farmasi.
Surakarta, 6 Juli 2009
Penulis
(Tirania Widianingrum)
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
DEKLARASI ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xiii
INTISARI ............................................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
C. Tujuan Peneliti ............................................................................................. . 3
D. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………….. 3
BAB II METODE PENELITIA……………………………………………….…...19
A. Rancangan Penelitian …………………………………………………….....19
B. Definisi Operasional…………………………………………………………19
C. Bahan dan Alat………………………………………………………………19
D. Subyek Penelitian……………………………………………………………20
E. Pengumpulan Data…………………………………………………………...21
F. Tempat Penelitian…………………………………………………………….21
G. Jalannya Penelitian………………………………………………………......22
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………...........25
A. Karakteristik Pasien…………………………………………………………25
viii
B. Pola Peresepan Berdasarkan Golongan dan Jenis Obat ............................. 29
D. Identifikasi Drug Related Problems ........................................................... 33
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 40
B. Saran ........................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 45
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII…….................................. 3
Tabel 2. Klasifikasi DRPs dan penyebabnya……………………………………. 7
Tabel 3. Tingkat penurunan fungsi ginjal………………………………..…….. 17
Tabel 4. Nilai normal ALT dan AST………………………………………....... 18
Tabel 5. Distribusi usia pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat inap RS PKU
Muhammadiyah Surakarta…………………………………………….. 25
Tabel 6. Distribusi jenis kelamin pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat inap
RS PKU Muhammadiyah Surakarta………………………………….. 26
Tabel 7. Distribusi lama pasien hipertensi geriatri dirawat di instalasi rawat inap
RS PKU Muhammadiyah Surakarta………………………………….. 27
Tabel 8. Penyakit penyerta pasien hipertensi geriatri dirawat di instalasi rawat
inap RS PKU Muhammadiyah Surakarta………………..…………… 28
Tabel 9. Jumlah pasien yang mengalami penurunan fungsi hati…..…….…….. 29
Tabel 10. Jumlah pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal….….…….. 29
Tabel 11. Jumlah penggunaan obat antihipertensi pada penderita hipertensi
geriatri RS PKU Muhammadiyah Surakarta……..……………..…….. 30
Tabel 12. Jumlah penggunaan obat selain antihipertensi pada penderita hipertensi
geriatri RS PKU Muhammadiyah Surakarta……………..…………… 31
Tabel 13. Kasus besaran tinggi pada pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat
inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta……..………...…... 33
x
Tabel 14. Dosis standar amlodipine pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
dan hipertensi…………………………………………………………. 35
Tabel 15. Kasus besaran rendah pada pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat
inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta……..………..…... 36
Tabel 16. Kasus frekuensi tinggi pada pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat
inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta…………………... 38
Tabel 17. Kasus frekuensi rendah pada pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat
inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta……..…..………... 39
Tabel 19. Data pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal berdasarkan
tingkat kerusakan ……………………………………………..……. 46
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 . Penentuan Nilai Klirens Kreatinin................................................... 46
Lampiran 2.
Data Obat yang Digunakan pada Pasien Hipertensi
Geriatri di Instalasi Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah
Surakarta tahun 2008 ..................................................................... 47
xii
DAFTAR SINGKATAN
ACEI
: Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
ALT
: Aspartate Aminotransferase
ARB
: Angiotensin II Receptor Blockers
AST
: Alanine Aminotransferase
CLcr
: Creatinin clearance
CVA
: Cerebrovaskuler Accident
DM
: Diabetes Melitus
DRPs
: Drug Related Problems
ESO
: Efek samping obat
GFR
: Glomeruler Filtration Rate
HCT
: Hidroklorotazid
LDL
: Low Density Lipoprotein
ICH
: Intracranial Haemorrhage
JNC VII
: The Seventh Report of Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure
mmHg
: millimeter air raksa
NSAID
: Non Steroidal Anti-Infamatory Drugs
OD
: Over dosis
SeCr
: Serum Kreatinin
SGOT
: Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT
: Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
ß-Blocker
: Beta Blockers
TDD
: Tekanan Darah Diastolik
TDS
: Tekanan Darah Sistolik
xiii
INTISARI
Perubahan fisiologik akibat proses menua, multipatologik, presentasi
penyakit tidak spesifik, dan penurunan status fungsional seperti penurunan fungsi
ginjal dan hati dapat berpengaruh terhadap terapi obat yang berujung pada
problem yang berkaitan dengan obat (Drug Related Problems). Pada usia diatas
50 tahun prevalensi hipertensi meningkat hingga 50%. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi DRPs kategori ketidaktepatan dosis pada penatalaksanaan pasien
hipertensi geriatri di instalasi rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara
retrospektif, sampel diambil dengan metode purposive sampling. Analisis data
dilakukan secara deskriptif dan disimpulkan dengan persentase meliputi dosis
tinggi dan dosis rendah. Ketidaktepatan dosis adalah pemberian besaran dan
frekuensi yang lebih tinggi atau lebih rendah dari dosis standar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaktepatan dosis terjadi pada 21
pasien (55,26%) dari 38 pasien sebanyak 27 kasus. Jumlah obat yang diberikan
sebanyak 337 obat. Total kejadian DRPs kategori dosis adalah 23 kasus pada 24
pasien. Ketidaktepatan dosis kategori dosis tinggi sebanyak 14 kasus (51,85%)
meliputi besaran tinggi sebanyak 13 kasus (48,15%) dan frekuensi tinggi
sebanyak 1 kasus (3,7%). Ketidaktepatan dosis kategori dosis rendah sebanyak 13
kasus (48,15%) meliputi besaran rendah sebanyak 10 kasus (37,04%) dan
frekuensi rendah sebanyak 3 kasus (11,11%). Obat antihipertensi yang paling
banyak mengalami ketidaktepatan dosis (besaran tinggi) adalah amlodipine
sebanyak 6 kasus besaran tinggi (22,22%) dan nifedipine sebanyak 6 kasus
besaran rendah (22,22%). Obat selain antihipertensi yang paling banyak
mengalami ketidaktepatan dosis adalah digoksin, sebanyak 4 kasus besaran tinggi
(14,8%).
Kata kunci : DRPs, dosis, hipertensi, geriatri, RS PKU Muhammadiyah Surakarta
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan usia lanjut adalah khas yang timbul akibat interaksi
proses menua dan penyakit pada satu individu. Perubahan fisiologik akibat
proses menua, multipatologik, presentasi penyakit tidak spesifik, dan
penurunan status fungsional dapat berpengaruh terhadap terapi obat yang
berujung pada problem yang berkaitan dengan obat (Drug Related Problems)
(Pramantara, 2007).
Perubahan paling berarti dalam usia lanjut ialah berkurangnya fungsi
ginjal dan menurunnya creatinin clearance, walaupun tidak terdapat penyakit
ginjal atau kadar kreatininnya normal. Hal ini menyebabkan ekskresi obat
sering berkurang, dengan akibat perpanjangan atau intensitas kerjanya
(Darmansjah, 2006).
Munculnya DRPs dapat dipicu dengan semakin meningkatnya jenis
dan jumlah obat yang dikonsumsi pasien untuk mengatasi berbagai penyakit
yang diderita seperti pada pasien lanjut usia (Rahmawati et al., 2007). Dengan
masalah medik yang kompleks (complex medicine) yang umumnya ditemui
pada pasien lanjut usia, menyebabkan golongan usia ini rentan terhadap
timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dengan obat (Drug Related
Problems) (Pramantara., 2007).
Penelitian selama tiga tahun oleh Minnesota Pharmaceutical Care
Project terhadap 9399 pasien, dan dari jumlah 5544 kasus DRPs yang terjadi
1
2
23% membutuhkan terapi obat tambahan, 15% diidentifikasi dari pasien yang
menerima obat salah, 8% karena obat tanpa indikasi yang valid, 6% di
antaranya karena dosis yang terlalu tinggi dan dosis yang terlalu rendah 16%,
sedangkan penyebab umum lainnya Adverse Drug Reaction (ADRs) sebanyak
21%. Pemberian dosis yang tidak tepat menyebabkan tujuan terapi tidak
tercapai, sehingga memperlama waktu rawat inap dan menghambat
kesembuhan (Cipolle et al., 1998).
Dalam penelitian di Norwegia, di laporkan kejadian DRPs terjadi
1,9% di instalasi kardiologi; 2,0% dari instalasi geriatri; 2,1% dari instalasi
pengobatan; dan 2,3% dari instalasi rheumatology. DRPs paling sering terjadi
dalam kelompok pasien adalah dosis non optimal (kardiologi, respiratori, dan
geriatri) dan membutuhkan obat tambahan (rheumatology) (Anonim, 2004).
Tingginya angka kejadian hipertensi di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta yaitu menempati nomor 8 (143 pasien) dari 10
besar peringkat penyakit yang diderita pasien di rumah sakit tersebut, menjadi
salah satu alasan dipilihnya
Rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
sebagai tempat penelitian. Hasil penelitian tentang medication errors di Rumah
sakit PKU Muhammadiyah Surakarta menunjukkan angka kejadian prescribing
error meliputi penulisan obat dengan dosis yang lebih besar (4,35%) dan
penulisan obat dengan dosis yang lebih kecil (1,45%) (Mutmainah, 2004).
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan, berapa besarkah kejadian Drug Related Problems (DRPs)
kategori ketidaktepatan dosis pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta selama tahun 2008?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah Drug Related
Problems (DRPs) kategori ketidaktepatan dosis yang berkaitan dengan
penggunaan obat pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah selama tahun 2008.
D. Tinjauan Pustaka
1. Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Sedangkan
definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg atau tekanan
darah diastolik > 90 mmHg (Anonima, 2006).
Tabel 1. Kriteria penyakit hipertensi menurut JNC 7 Report (The Seventh Report
of Joint National Committee on Prevention, Evaluation, and Treatment
of High Blood Pressure)
Kategori
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi
Hipertensi Stage 1
Hipertensi Stage 2
Sistolik (mmHg)
120
120-139
140-159
160
Diastolik (mmHg)
80
80-89
90-99
100
(Chobanian, et al., 2004)
4
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu:
a. Hipertensi Primer
Merupakan hipertensi yang tidak jelas etiologinya (suatu kajian
tentang penyebab penyakit), lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam
kelompok hipertensi primer. Penyebab hipertensi seperti ini adalah adalah
multifaktor, terdiri atas faktor genetik dan lingkungan (Anonim, 2000).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Hipertensi ini sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi kebiasaan (life style),
10% dari penderita hipertensi di Indonesia adalah disebabkan oleh hipertensi
sekunder. Penyebab hipertensi sekunder dapat diketahui antara lain kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan tiroid (hipertiroid), dan penyakit kelenjar
adrenal. Hipertensi sekunder juga dapat disebabkan penyakit kardiovaskuler
seperti pembuluh darah arteri, serangan jantung dan stroke (Karyadi, 2002).
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap munculnya hipertensi
dan meningkatnya tekanan darah, baik reversible ataupun irreversible.
a. Faktor yang tidak dapat dikontrol (irreversible)
1) Usia
Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian normal
dari ketuaan, insiden hipertensi pada usia lanjut adalah tinggi. Setelah umur 69
tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50% (Kuswardhani, 2005).
5
2) Keturunan (Genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi, mempertinggi
resiko penyakit hipertensi primer. Faktor genetik yang berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel (Siaw, 1994).
b. Faktor yang dapat dikontrol (reversibel)
1) Kegemukan
Berat badan yang berlebihan akan menyebabkan bertambahnya
volume darah, sehingga beban jantung untuk memompa darah juga bertambah
(Marvyn, 1995).
2) Dislipidemia
Merupakan kelainan kadar lemak dalam darah, misalnya kenaikan
kadar kolesterol (Marvyn, 1995).
3) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang sistem syaraf simpatik sehingga pada
ujung syaraf tersebut melepaskan hormon stress dan segera meningkat dengan
reseptor alfa. Hormon ini mengalir dalam pembuluh darah keseluruh tubuh
oleh karena itu jantung akan berdenyut lebih cepat (Tjay dan Raharja, 2002).
4) Konsumsi alkohol
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah disebabkan adanya
peningkatan kortisol dan meningkatkan volume sel darah merah (Marvyn,
1995).
6
5) Stress
Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu
akibat pelepasan noreadrenalin yang bersifat vasokonstriktif. Sedangkan
bentuk stress yang membuat tekanan darah naik selama beberapa bulan atau
tahun mengakibatkan kondisi yang harus diobati (Marvyn, 1995).
2. Geriatri
Menurut WHO, pembagian terhadap populasi usia meliputi tiga
tingkatan, yaitu lansia (elderly) dengan kisaran umum 60-75 tahun, tua (old)
75-90 tahun dan sangat tua (very old) dengan kisaran umur > dari 90 tahun
(Setianto, 2005).
Penuaan selalu menyebabkan berbagai perubahan fisiologis yang dapat
merubah proses absorbsi, distribusi, ikatan protein, metabolisme, dan ekskresi
obat sehingga terapi obat yang optimal pada usia lanjut sangat perlu
memperhatikan perubahan-perubahan ini (Walker dan Edwards, 2003).
Dampak lain adanya penurunan berbagai kemampuan dan fungsi tubuh
tersebut adalah pasien geriatri rentan terhadap berbagai macam penyakit dan
problem yang berkaitan dengan terapi obat yang disebut Drug Related
Problems (DRPs) (Sumartono dan Aryastami, 1999).
3. Drug Related Problems
Drug Related Problems (DRPs) dapat juga dikatakan sebagai suatu
pengalaman atau kejadian yang tidak menyenangkan yang dialami oleh pasien
yang melibatkan atau diduga berkaitan dengan terapi obat dan secara aktual
maupun potensial mempengaruhi outcome terapi pasien (Cipolle et al., 1998).
7
DRPs ada dua yaitu DRPs aktual dan potensial. Keduanya memiliki
perbedaan, tetapi pada kenyataannya problem yang muncul tidak selalu terjadi
dengan segera dalam prakteknya. DRPs aktual adalah suatu masalah yang
telah terjadi dan farmasis wajib mengambil tindakan untuk memperbaikinya.
Sedangkan potensial, karena resiko yang sedang berkembang jika farmasis
tidak turun tangan (Rovers, et al., 2003).
Tabel 2. Kategori DRPs dan penyebabnya
Kategori DRPs
Indikasi yang tidak diterapi
Pemilihan obat tidak tepat
Penggunaan
indikasi
Dosis kurang
obat
tanpa
Penyebab DRPs
a. Pasien membutuhkan terapi obat baru
b. Pasien
menderita
penyakit
kronis
sehingga
membutuhkan terapi obat lanjutan.
c. Pasien
membutuhkan
kombinasi
obat
untuk
memperoleh efek sinergis.
d. Pasien beresiko mengalami kejadian yang tidak
diharapkan akibat terapi obat yang dapat dicegah
dengan terapi profilaksis.
a. Pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat yang
diterima.
b. Obat yang diterima pasien bukan merupakan obat yang
paling efektif.
c. Pasien mempunyai kontra indikasi terhadap obat yang
diterima.
d. Pasien menerima obat efektif tetapi bukan yang paling
murah.
e. Obat yang diterima pasien tidak efektif terhadap bakteri
penyebab infeksi (bakteri bersifat resisten terhadap
obat).
f. Pasien menerime kombinasi obat yang sebenernya tidak
perlu.
a. Pasien menerima obat tanpa indikasi medis yang jelas.
b. Adanya duplikasi terapi.
c. Pasien menerima obat untuk mengatasi efek samping
obat lain yang sebenarnya dapat dicegah.
d. Terapi non obat (misalnya perubahan pola hidup) lebih
baik untuk pasien.
a. Dosis obat yang diberikan terlalu rendah untuk
menghasilkan respon yang diharapkan.
b. Kadar obat dalam darah pasien dibawah kisaran terapi.
c. Frekuensi pemberian, durasi terapi, dan cara pemberian
obat pada pasien tidak tepat.
d. Waktu pemberian profilaksis tidak tepat (misalnya
profilaksis pembedahan diberikan terlalu awal)
8
Tabel 2. Lanjutan
Kategori DRPs
Penyebab DRPs
Dosis Lebih
Adverse Drug Reaction (ADR)
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kegagalan dalam menerima
obat
a.
b.
c.
d.
Dosis obat yang diberikan terlalu tinggi.
Kadar obat dalam darah pasien melebihi kisaran terapi.
Dosis obat dinaikkan terlalu cepat.
Frekuensi pemberian, durasi terapi dan cara
Pemberian obat pada pasien tidak tepat.
Pasien mengalami reaksi alergi terhadap obat.
Pasien mempunyai resiko mengalami efek samping
obat.
Pasien mengalami reaksi idiosinkrasi terhadap obat.
Biavailabilitas obat berubah akibat interaksi obat
dengan obat lain atau dengan makanan.
Efek obat berubah akibat inhibisi atau induksi enzim
oleh obat lain.
Efek obat berubah akibat penggantian ikatan antara
obat dengan protein aleh obat lain.
Pasien gagal menerima obat yang tepat karena adanya
medication errors.
Pasien tidak mampu membeli obat (obat terlalu mahal
untuk pasien).
Pasien tidak memahami petunjuk penggunaan obat.
Pasien tidak mau minum obat (misalnya karena rasa
obat tidak enak).
(Cipolle, et al., 1998)
4. Pengobatan Hipertensi
a. Pengobatan non farmakologi
Mengubah pola hidup non farmakologis pada penderita hipertensi
lanjut usia, seperti halnya pada semua penderita, sangat menguntungkan untuk
menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang harus diperbaiki
adalah: menurunkan berat badan jika kegemukan, mengurangi minum alkohol,
meningkatkan
aktifitas
fisik
aerobik,
mengurangi
asupan
garam,
mempertahankan asupan kalium adekuat, mempertahankan asupan kalsium
dan magnesium yang adekuat, menghentikan merokok, mengurangi asupan
lemak jenuh dan kolesterol. Seperti halnya pada orang yang lebih muda,
intervensi non farmakologis ini harus dimulai sebelum menggunakan obatobatan (Kuswardhani, 2005).
9
b. Pengobatan farmakologi
Umur
dan
mempengaruhi
dipertimbangkan
adanya
metabolisme
dalam
penyakit
dan
merupakan
distribusi
memberikan
obat
obat,
faktor
yang
karenanya
antihipertensi.
akan
harus
Hendaknya
pemberian obat dimulai dengan dosis kecil dan kemudian ditingkatkan secara
perlahan (Nafrialdi, 2007).
Adanya penyakit penyerta lainnya akan menjadi pertimbangan dalam
pemilihan obat antihipertensi. Pada penderita dengan penyakit jantung
koroner, penyekat beta mungkin sangat bermanfaat, namun demikian terbatas
penggunaannya pada keadaan-keadaan seperti penyakit arteri tepi, gagal
jantung atau kelainan bronkus obstruktif. Pada penderita hipertensi dengan
gangguan fungsi jantung dan gagal jantung kongestif, diuretik, penghambat
ACE (Angiotensin Converting Enzyme) atau kombinasi keduanya merupakan
pilihan terbaik (Kuswardhani, 2005).
Obat-obatan yang menyebabkan perubahan tekanan darah postural
(penyekat adrenergik perifer, penyekat alfa dan diuretik dosis tinggi) atau
obat-obatan yang dapat menyebabkan disfungsi kognitif (agonis alfa 2 sentral)
harus diberikan dengan hati-hati. Karena pada lanjut usia sering ditemukan
penyakit lain dan pemberian lebih dari satu jenis obat, maka perlu
diperhatikan interaksi obat antara antihipertensi dengan obat lainnya.
(Kuswardhani, 2005).
10
c. Obat-obat Hipertensi
1) Diuretik
Biasanya golongan diuratik merupakan obat pertama yang diberikan
dan efektif dalam waktu 3-4 hari. Obat golongan ini dapat membantu ginjal
mengeliminasi garam dan air, sehingga jumlah cairan dalam tubuh berkurang
dan tekanan darah turun. Banyak garam dan air yang dikeluarkan, efek
samping yang timbul adalah ikut terbuangnya kalium. Pemberian obat diuretik
biasanya disertai dengan suplemen kalium untuk menahan kalium agar tidak
terjadi kekurangan kalium (hipokalemia) (Karyadi, 2002).
Obat ini juga mempunyai efek samping seperti menahan asam urat,
sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat, mengurangi
metabolisme glukosa serta hiperkalemia (meningkatkan trigliserida dan
kolesterol) golongan obat ini efektif diberikan pada orang obesitas, orang tua,
penderita gagal jantung. Golongan obat diuretik antara lain furosemid,
hidroklorotiazid, spironolakton (Karyadi, 2002).
2) Penghambat adrenergik
Jenis obat ini bekerja dengan mekanisme yang berlainan, ada yang
bekerja sentral (berhubungan dengan susunan syaraf pusat) dan ada yang
bekerja di syaraf tepi. Golongan yang bekerja sentral seperti klonidin,
metildopa, dengan mekanisme feedback negative ke sentral, menurunkan
aktifitas saraf simpatis dan menyebabkan turunnya tekanan darah (Karyadi,
2002).
11
Golongan yang bekerja di syaraf tepi, termasuk penghambat ganglion
(pempidin), penghambat neuron (guenitidin, reserpin) dan penghambat syaraf
adrenoreseptor (alfa bloker, beta bloker, alfa dan beta bloker). Golongan
penghambat adrenoreseptor bekerja menghambat efek sistem syaraf simpatis
yang merespon stress dengan menaikkan tekanan darah. Obat ini memblokir
reseptor-reseptor sehingga terjadi vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah)
dan terjadi penurunan tekanan darah. alfa bloker antara lain pentolamin,
prazosin, dan golongan beta bloker antara lain (propanolol, atenolol, pinolol)
sedangkan golongan alfa dan beta bloker antara lain labetolol (Karyadi, 2002).
Beta bloker adalah golongan obat antihipertensi yang dapat
menurunkan tekanan darah, karena dapat memperlambat denyut jantung
sekalipun tubuh dalam keadaan istirahat sehingga jumlah darah yang dipompa
juga akan berkurang. Jenis yang paling sering dipakai pada umumnya efektif
untuk usia penderita yang lebih muda, pada penderita yang terkena serangan
jantung, denyut jantung yang cepat, angina pectoris (nyeri dada) dan migrain.
Beta bloker tidak dapat diberikan pada penderita dengan riwayat asma,
bronchitis kronik alergi berat dan efek samping lain yang mungkin timbul
seperti peningkatan trigliserida, asam urat, kolesterol Low Density
Lipoprotein, serta impoten (Karyadi, 2002).
3) Calcium Channel Blokers
Mekanisme kerjanya adalah mencegah atau menghambat masuknya
ion-ion kalsium ke dalam sel-sel otot polos pembuluh darah dan tekanan darah
menurun. Golongan obat ini efektif untuk perbaikan aliran darah, turunnya
12
daya tahan dinding pembuluh darah, serta menurunkan denyut jantung.
Golongan obat ini efektif pada penderita dengan angina pektoris, migrain,
vertigo, dan denyut jantung cepat. Nifedipin lebih sering dipakai untuk
pengobatan hipertensi dibandingkan antagonis kalsium lainnya Efek samping
yang umum terjadi pada penggunaan golongan obat ini antara lain gangguan
lambung, usus, hipotensi (penurunan tekanan darah akibat vasodilatasi)
(Karyadi, 2002).
4) Agiotensin Converting Enzyme Inhibitor
Golongan obat ini antara lain kaptopril dan enalapril. Mekanisme kerja
obat ini adalah menghambat pembentukan Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Golongan obat ini sering
digunakan pula untuk pengobatan terapi awal hipertensi ringan sampai sedang.
Efek samping yang mungkin timbul adalah batuk kering, pusing, dan lemas
(Nafrialdi, 2007).
5) Penghambat reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah menghalangi penempelan Angiotensin II
pada reseptor yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obat
yang termasuk dalam golongan ini adalah valsartan (diovan). Efek samping
yang mungkin timbul adalah sakit kepala, lemas dan mual (Nafrialdi, 2007).
6) Vasodilator
Golongan obat ini antara lain hidralazin, nitrogliserin, minoksidil,
diazoksida, natrium niroprusid. Obat vasodilator bekerja secara langsung
merelaksasi otot polos pembuluh darah arteri, sehingga terjadi dilatasi
13
pembuluh darah, peningkatan denyut dan curah jantung. Obat vasodilator juga
menahan natrium dan air, tapi dapat diatasi dengan pemberian diuretik,
sehingga pemberian vasodilator tidak pernah tunggal, namun ditambahkan
pada obat lain yang tidak dapat menurunkan tekanan darah. Biasanya obat
golongan ini ditambahkan pada pengobatan diuretik dan beta bloker. Efek
samping yang timbul dari pemberian obat ini antara lain penahanan (retensi)
cairan tubuh, gangguan saluran cerna, serta tidak boleh diberikan pada
penderita dengan gangguan pembuluh darah aorta dan gangguan ginjal berat
(Karyadi, 2002).
7) Obat-obat darurat (emergensi)
Pemberian obat dengan suntikan vena biasanya dilakukan untuk
menurunkan tekanan darah secara cepat pada kasus maligna. Obat yang biasa
diberikan antara lain golongan vasodilator (nitrogliserin, diazoksida, natrium
nitroprusid), penghambat adrenergik (labetolol), golongan antagonis kalsium
(nifedipine) dapat diberikan secara oral dan bekerja sangat cepat. Pemberian
obat-obatan ini bisa mengakibatkan hipotensi, oleh karena itu harus disertai
dengan pemantauan yang ketat (Karyadi, 2002).
5. Dosis
a. Definisi
Kecuali dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis adalah
sejumlah obat yang memberikan efek terapetik pada penderita dewasa; juga
disebut dosis lazim atau dosis medicinalis terutama obat yang tergolong racun
ada kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxica. Dosis
14
toksik ini dapat sampai mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letalis
(Joenoes, 2004).
Macam-macam dosis:
1) Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan.
2) Dosis maksimal adalah dosis yang terbesar yang dapat diberikan kepada
orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan
(Joenoes, 2004).
Metabolisme hati dan ekskresi ginjal adalah mekanisme penting yang
terlibat dalam pemindahan obat dari tempat kerjanya. Efek dosis obat tunggal
akan diperpanjang dan konsentrasi keadaan jenuh (steady state) akan
meningkat jika kedua proses tersebut menurun (Prest, 2002).
Terdapat reduksi massa hati sebanyak 35% mulai usia 30 tahun sampai
dengan usia 90 tahun, sehingga menurunkan kapasitas metabolisme intrinsik
hati pada pasien lanjut usia. Keadaan tersebut bersama-sama dengan
penurunan aliran darah hati, menjadi penyebab utama dalam peningkatan
bioavailabilitas obat yang mengalami metabolisme lintas pertama. Contohnya
adalah efek hipotensif dari nifedipin yang meningkat secara bermakna pada
pasien usia lanjut (Prest, 2002).
Penurunan aliran darah ginjal, ukuran organ, filtrasi glomeruler dan
fungsi tubuler, semuanya merupakan perubahan yang terjadi dengan tingkat
berbeda pada lanjut usia. Kecepatan filtrasi glomeruler menurun sekitar 1%
pertahun dimulai pada usia 40 tahun. Perubahan tersebut mengakibatkan
15
beberapa obat dieliminasi lebih lambat pada pasien lanjut usia. Pada
prakteknya, fungsi ginjal sangat bervariasi pada lanjut usia. Oleh karena itu,
dosis obat-obatan yang diekskresi secara primer oleh ginjal harus disesuaikan
untuk masing-masing individu (Prest, 2002).
Perubahan paling berarti dalam usia lanjut ialah berkurangnya fungsi
ginjal dan menurunnya creatinine clearance, walaupun tidak terdapat penyakit
ginjal atau kadar creatininnya normal. Hal ini menyebabkan ekskresi obat
sering berkurang, dengan akibat perpanjangan atau intensitas kerjanya. Dalam
setiap keadaan perlu memakai dosis lebih kecil atau bila dijumpai penurunan
fungsi ginjal, khususnya bila menggunakan obat yang mempunyai batas
keamanan sempit (Darmansjah, 2006).
b. Penyesuaian dosis untuk pasien geriatri
Perubahan respon pasien geriatri disebabkan oleh banyak faktor, antara
lain:
1) Penurunan fungsi ginjal (filtrasi glomerulus dan sekresi tubuli) merupakan
faktor farmakokinetik yang terpenting. Penurunan glomerulus sekitar 30%
pada usia 65 tahun. Perubahan farmakokinetik lainnya adalah penurunan
kapasitas metabolisme beberapa obat, berkurangnya kadar albumin plasma
(sehingga dapat meningkatkan kadar obat bebas) pengurangan berat badan
dari cairan tubuh, serta penambahan lemak tubuh (sehingga dapat mengubah
distribusi obat) dan berkurangnya absorbsi aktif. Hasil dari semua perubahan
ini adalah kadar obat yang lebih tinggi dan bertahan lebih lama dalam darah
dan jaringan. Waktu paruh obat dapat meningkat sampai 50%.
16
2) Perubahan faktor farmakodinamik, yaitu peningkatan sensitivitas reseptor,
terutama reseptor di otak (terhadap obat-obat bekerja sentral) dan penurunan
mekanisme homeostatik kardiovaskuler (terhadap obat-obat antihipertensi).
3) Adanya berbagai penyakit pada usia lanjut, yang menyebabkan pasien
mendapatkan banyak obat sehingga meningkatkan adanya interaksi obat.
(Setiawati dan Muchtar, 2007)
Oleh karena itu, dalam memberikan terapi pada pasien geriatri harus
memperhatikan prinsip penggunaan obat pada geriatri yaitu: Memberikan obat
yang benar-benar diperlukan. Memberikan regimen dosis yang sederhana
(idealnya 1x/hari) dan sediaan obat yang mudah ditelan untuk memelihara
kepatuhan pasien. Memilih obat yang memberikan rasio manfaat paling
menguntungkan bagi pasien usia lanjut dan tidak berinteraksi dengan obat lain
atau pada penyakit lain pada pasien yang bersangkutan. Memulai pengobatan
dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis dewasa (Setiawati dan Muchtar,
2007).
Dosis obat disesuaikan dengan respon klinik pasien, dan bila perlu
dengan memonitor kadar obat dalam plasma darah pasien. Dosis pemeliharaan
yang tepat pada umumnya lebih rendah dari dewasa. Memeriksa secara
berkala semua obat yang dimakan pasien dan hentikan bila diperlukan. Pada
pasien dengan gangguan ginjal serius dapat dilakukan penyesuaian regimen
dosis pemeliharaan dengan cara: besar dosis perkali tetap tetapi frekuensi
dosis diperpanjang, frekuensi dosis tetap besar dosis per kali diperkecil, atau
gabungan keduanya, yaitu dosis per kali diperkecil dan frekuensi diperpanjang
17
(Setiawati dan Muchtar, 2007). Besar dosis dapat ditentukan berdasarkan
besar klirens kreatinin dan ditentukan dosis yang diberikan berdasarkan buku
standar.
c. Perhitungan fungsi ginjal
Anjuran dosis didasarkan pada tingkat keparahan gangguan ginjal,
umumnya diperkirakan dengan mengukur klirens kreatinin. Perhitungan
klirens kreatinin biasa dihitung dengan rumus Cockcroft dan Gault, tetapi
pada pasien hipertensi geriatri lebih sesuai dihitung dengan rumus Jellife,
karena biasanya pada pasien usia lanjut berat badannya turun sehingga kurang
valid untuk pengukuran fungsi ginjal pada pasien geriatri (Dowling dan
Comstock, 2005).
Jellife: Laki-laki : CLcr =
Wanita : CLcr × 0,9
Berdasarkan perhitungan klirens kreatinin tersebut dapat ditentukan
tingkat keparahan penurunan fungsi ginjal dan pemberian dosis dapat
disesuaikan berdasarkan anjuran buku standar.
Tabel 3. Tingkat penurunan fungsi ginjal
No
1
2
3
Tingkat
Ringan
Sedang
Berat
Klirens kreatinin
20-50 ml/min/1,73 m2
10-20 ml/min/1,73 m2
<10 ml/min/1,73 m2
(Anonim, 2000)
d. Pengukuran fungsi hati
Hati merupakan organ metabolisme yang terbesar dan terpenting
dalam tubuh. Tes fungsi hati adalah petunjuk untuk mengetahui kapasitas hati
18
dalam memetabolisme obat. AST (paling tidak spesifik untuk hati) dan ALT
adalah salah satu indikator yang sensitif terhadap kerusakan sel hati (Kenward
dan Tan, 2002).
Tabel 4. Nilai normal ALT dan AST
Nilai normal (U/L)
Perempuan
Laki-laki
<31
< 35
<31
<41
(Anonim, 1997)
ALT
AST
e. Ketidaktepatan dosis
Menurut Cipolle et al (1998), DRPs kategori dosis terbagi menjadi dua
bagian yaitu dosis rendah dan dosis tinggi. Keduanya dikategorikan tidak tepat
jika dosis dan frekuensi yang diberikan lebih rendah atau lebih tinggi dari
buku standar.
19
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental
dengan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai
kemungkinan adanya Drug Related Problems (DRPs) kategori ketidaktepatan
dosis pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta.
B. Definisi Operasional Penelitian
1. Rumah sakit tempat penelitian dilaksanakan adalah Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta.
2. Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang lebih dari 140/90 mmHg
yang diderita pasien rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta.
3. Pasien hipertensi geriatri adalah pasien yang didiagnosa hipertensi dengan
usia diatas 60 tahun yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Surakarta.
4. DRPs yang diidentifikasi mencakup dosis tinggi dan dosis rendah. Obat
dikatakan mengalami ketidaktepatan dosis apabila besaran dan frekuensi
yang diberikan lebih besar atau lebih rendah dari yang dianjurkan oleh
buku standar.
5. Durasi tidak dihitung karena obat-obat untuk pasien hipertensi geriatri tidak
ada yang memberi standar durasi secara khusus.
20
6. Obat yang diidentifikasi adalah obat pada pasien hipertensi yang tepat
indikasi, dan obat lain yang diberikan kepada pasien hipertensi geriatri
selama dirawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta.
7. Dosis kurang adalah dosis yang lebih rendah dari yang telah ditetapkan dari
buku standar.
8. Dosis lebih adalah dosis yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan dari
buku standar.
C. Alat dan Bahan
Alat penelitian yang digunakan adalah lembar pengumpul data untuk
rekam medik yang meliputi nomor registrasi, jenis kelamin, umur, diagnosa
utama, lama perawatan, terapi (nama obat, dosis, aturan pakai, rute pemberian,
dan sediaan), data laboratorium ALT, AST dan SeCr.
Bahan penelitian yang digunakan adalah catatan rekam medik pasien
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta bulan
Januari sampai Desember 2008.
D. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah pasien rawat inap di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta bulan Januari sampai Desember 2008 dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Menderita sakit hipertensi
b. Geriatri (>60 tahun)
21
c. Merupakan pasien rawat inap
d. Data minimal yang ada dalam rekam medik antara lain nomor registrasi,
jenis kelamin, umur, diagnosa utama, lama perawatan, terapi (nama obat,
ALT, AST dan SeCr.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan melakukan penelusuran terhadap catatan
pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien yang dirawat di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta selama tahun 2008.
Data yang akan diambil meliputi nomor registrasi, jenis kelamin, umur,
diagnosa utama, lama perawatan, terapi (nama obat, dosis, aturan pakai, rute
pemberian, dan sediaan), data laboratorium ALT, AST dan SeCr.
F. Jalannya Penelitian
1. Perizinan
Surat izin penelitian dari Fakultas ditujukan kepada Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan
pengambilan data.
2. Penelusuran Data
Proses penelusuran data dimulai dari observasi (mencari tahu jumlah
rekam medik) laporan unit rekam medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta, berdasarkan laporan unit rekam medik di Instalasi rawat inap
diperoleh buku register harian dan kemudian dilakukan pencatatan dan
22
pengelompokan maka dapat diketahui jumlah pasien hipertensi geriatri yang
dirawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.
Pencatatan data dilakukan dalam lembar laporan. Data meliputi nomor
registrasi, jenis kelamin, umur, diagnosa utama, lama perawatan, terapi (nama
obat, dosis, aturan pakai, rute pemberian, dan sediaan), data laboratorium
ALT, AST dan SeCr. Hasil penelitian ini kemudian disajikan dalam bentuk
diagram dantabel. Skema jalannya penelitian dapat dilihat dari gambar berikut
ini
Pembuatan proposal
Perizinan
Pengambilan data rekam medik
Identifikasi Drug Related Problems
Pembahasan
Kesimpulan dan saran
Gambar 1. Skema jalannya penelitian
3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua pasien hipertensi geriatri yang
dirawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
selama bulan Januari sampai Desember 2008.
23
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling,
yaitu dengan mengambil sampel dengan karakteristik tertentu data semua
pasien hipertensi geriatri (>60 tahun) yang menggunakan obat antihipertensi
baik dengan atau tanpa penyakit penyerta yang menjalani rawat inap di rumah
sakit PKU Muhammadiyah Surakarta sebagai sampel dalam penelitian ini.
4.
Analisis Data
Buku-buku standar yang digunakan untuk analisis Drug Related
Problems (DRPs) menggunakan:
a. Drugs For The Geriatric Patient
b. Informatorium Obat Nasional Indonesia
c. British National Formulary
Data yang diperoleh diidentifikasi dan dianalisis meliputi karakteristik
pasien, karakteristik obat, dan Drug Related Problems kategori ketidaktepatan
dosis yang potensial.
1) Karakteristik pasien meliputi jenis kelamin, umur, lama perawatan.
2) Karakteristik obat menurut jenis obat dan pengelompokan obat tiap
golongan.
3) Identifikasi Drug Related Problems kategori ketidaktepatan dosis meliputi
dosis, frekuensi dan durasi.
Cara perhitungan angka kejadian sebagai berikut:
a) Persentase dosis tinggi di hitung dari jumlah obat yang mengalami dosis
terlalu tinggi, dibagi jumlah total obat yang mengalami DRPs selama satu
periode dikalikan 100%.
24
b) Persentase dosis rendah dihitung dari jumlah obat yang mengalami dosis
terlalu rendah, dibagi jumlah total obat yang mengalami DRPs selama satu
periode dikalikan 100%.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan data-data dari kartu rekam medik
penderita hipertensi dengan usia >60 tahun yang dirawat di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta selama tahun 2008. Dari jumlah 143 kasus pasien
hipertensi yang di rawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
selama tahun 2008, diambil 60 kasus yang memenuhi kriteria hipertensi
geriatri, kemudian diambil 38 kasus (sebagai bahan penelitian) yang
mempunyai data rekam medik lengkap. Data rekam medik lengkap yaitu yang
mencantumkan nomor registrasi, jenis kelamin, umur, diagnosa utama, lama
perawatan, terapi (nama obat, dosis, aturan pakai, rute pemberian, dan
sediaan), data laboratorium ALT, AST dan SeCr.
A. Karakteristik Pasien
1. Distribusi pasien berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Tabel 5. Distribusi Usia Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Inap RS
PKU Muhammadiyah Surakarta tahun 2008
No.
Usia (tahun)
Tingkatan
1
2
3
60-75
75-90
>90
Total
Elderly
Old
Very old
Jumlah
(Orang)
29
6
3
38
Persentase
(%)
76,31
15,79
7,89
100
Pasien hipertensi geriatri hasil penelitian mempunyai kisaran umur
antara 60 tahun sampai yang paling tua adalah 92 tahun. Pada usia lanjut
sering ditemukan menderita sakit hipertensi karena TDS maupun TDD
meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. TDS meningkat secara
25
26
progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan TDD meningkat sampai umur
50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun.
Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya pengkakuan
pembuluh darah dan penurunan kelenturan arteri dan mengakibatkan
peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur (Kuswardhani, 2005).
Efek utama dari ketuaan secara normal terhadap sistem kardiovaskuler
meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding
aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah
menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan elastisitas aorta
dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan peningkatan TDS. Penurunan
elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler
perifer. Sensitivitas baroreseptor juga berubah dengan umur (Kuswardhani,
2005).
Tabel 6. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat
Inap RS PKU Muhammadiyah Surakarta tahun 2008
No.
1
2
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total
Jumlah (Orang)
23
15
38
Persentase (%)
60,53
39,47
100
Sedangkan berdasarkan tabel 6 terdapat 15 pasien laki-laki dan 23
pasien perempuan. Secara umum di Indonesia wanita mempunyai usia
harapan hidup tiga sampai empat tahun lebih tinggi dari usia harapan hidup
pria (Sumartono dan Aryastami, 1999). Dari data di atas dapat dilihat bahwa
ternyata pasien perempuan lebih dari 50 % yang menderita hipertensi. Hal ini
kemungkinan dapat terjadi karena adanya pengaruh sindrom withdrawal
27
estrogen pada wanita yang telah mengalami menopause yang menghasilkan
produksi hormon pituitary dan hormon saraf lain yang berlebihan. Namun
demikian hubungan antara tingginya resiko hipertensi dengan masa
menopause pada wanita belum terlalu jelas (Kaufmann, 2005).
2. Lama pasien dirawat
Kisaran lama rawat inap pasien hipertensi geriatri di rumah sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta antara 3 sampai 17 hari. Frekuensi masuk rumah
sakit lebih dari satu kali dalam satu tahun dengan keluhan yang sama
ditemukan pada 2 pasien.
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sulit dikembalikan
menjadi normal jadi untuk mengontrol tekanan darah pasien harus minum obat
sepanjang hidupnya (Nafrialdi, 2007). Komplikasi terjadi akibat tekanan darah
yang tidak terkontrol dalam jangka waktu yang lama. Lama rawat inap
berhubungan dengan penyakit penyerta pasien atau seberapa parah hipertensi
yang di derita pasien dan keefektifan obat yang diberikan kepada pasien yang
ditunjukkan dengan penurunan tekanan darah dan perbaikan kondisi pasien.
Tabel 7. Distribusi lama pasien hipertensi geriatri dirawat di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.
No
Lama Rawat Inap (hari)
1
1-7
2
8-14
3
>14
Total
Jumlah pasien
22
13
3
38
Persentase (%)
57,9
34,21
7,9
100
3. Penyakit penyerta
Pasien hipertensi geriatri mempunyai riwayat penyakit dan penyakit
penyerta yang berbeda. Riwayat penyakit pasien semuanya adalah penderita
28
hipertensi, dan yang lain menderita diabetes mellitus, stroke. Adanya
hipertensi, baik hipertensi maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan
faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia. Hipertensi
masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung dan penyakit
koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada
orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2005).
Tabel 8. Penyakit penyerta pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat inap
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
No
Penyakit
Frekuensi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Stroke
Myalgia
Hiperkolesterolemia
Polineuropathy
Decomp cordis
DM
Ichialgia sinistra (gagal badan kiri)
ICH
Sifilis
Tanpa penyakit penyerta
Total
28
2
1
1
1
1
1
1
1
1
38
Persentase
(%)
73,68
5,26
2,63
2,63
2,63
2,63
2,63
2,63
2,63
2,63
100
Dalam penelitian ini tampak penyakit penyerta yang paling banyak
adalah stroke (73,68%). Stroke adalah terganggunya suplai darah ke otak,
mengakibatkan kerusakan jaringan otak. Gangguan dapat disebabkan oleh
gumpalan yang menghambat aliran darah, atau oleh pendarahan dalam otak
dari pecahnya pembuluh darah (Anonima, 2006).
Pada kebanyakan pasien lanjut usia hipertensi merupakan penyakit
kronis dan menahun. Hipertensi lama dan atau berat dapat menimbulkan
komplikasi berupa kerusakan organ (target organ damage) pada jantung, otak,
29
ginjal, mata dan pembuluh darah perifer. Pada otak dapat terjadi stroke karena
pecahnya pembuluh darah serebral (Nafrialdi, 2007).
Dalam penelitian, terdapat pasien yang mengalami penurunan fungsi
ginjal dan hati. Penurunan fungsi ginjal diukur dengan SeCr yang kemudian
dihitung dengan rumus Jellife untuk mengetahui klirens kratinin dan
pengukuran fungsi hati dengan AST dan ALT. Jumlah pasien yang mengalami
penurunan fungsi ginjal dan hati dapat dilihat dalam tabel 9 dan 10.
Tabel 9. Jumlah pasien yang mengalami penurunan fungsi hati
No
1
2
Status organ
Penurunan fungsi hati
Fungsi hati normal
Total
Jumlah pasien
13
25
38
Persentase (%)
34,21
65,79
100
Tabel 10. Jumlah pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal
No
1
2
Status organ
Penurunan fungsi ginjal
Fungsi ginjal normal
Total
Jumlah pasien
27
11
38
Persentase (%)
71,05
28,95
100
B. Pola Peresepan Berdasarkan Golongan dan Jenis
1. Penggunaan Antihipertensi
Golongan obat yang digunakan adalah antihipertensi, antiangina,
antiasma dan bronkodilator, antitukak, obat gout, antihiperlipidemia, diuretik,
kortikosteroid, antidiabetik, homeostatik, nootropik, pencahar, hipnotik dan
ansiolitik, pencahar, cairan dan elektrolit, suplemen dan vitamin karena
berbagai kondisi yang diderita pasien hipertensi sehingga banyak obat yang
diberikan kepada pasien.
30
Tabel 11. Jumlah penggunaan obat antihipertensi pada penderita hipertensi
geriatri di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
No
Golongan
1
ACEI
2
Jumlah
Diuretik
3
Jumlah
CCB
5
Jumlah
Antihipertensi
sentral
ARB
6
7
Jumlah
Beta bloker
Kombinasi
4
Jumlah
Total
Nama generik
Kaptopril
Ramipril
Enalapril
Lisinopril
Furosemid
Spironolakton
HCT
Indapamide
hemihidrat
Diltiazem
Amlodipine
Nifedipine
bekerja
Klonidin
Valsartan
Losartan
Carvedilol
Amlodipine+valsartan
Ibesartan+HCT
Jumlah
15
3
3
1
22
12
4
2
2
Persentase
(%)
17,65
3,53
3,53
1,18
25,88
14,12
4,7
2,4
2,4
20
10
9
6
25
6
23,53
11,76
10,59
7,06
29,41
7,06
3
3
6
2
3
1
4
85
3,53
3,53
7,06
2,4
3,53
1,18
4,7
100
Dari tabel 11 diatas dapat obat antihipertensi yang paling banyak
diberikan adalah kaptopril (17,65%) dari golongan ACEI (25,88%). ACEI
dianggap sebagai terapi lini kedua setelah diuretik pada kebanyakan pasien
dengan hipertensi. Pada studi dengan lansia, ACEI sama efektifnya dengan
diuretik dan penyekat beta, dan pada studi yang lain ACEI malah lebih efektif.
Selain itu, ACEI mempunyai peranan lain pada pasien dengan hipertensi
dengan kondisi lainnya, seperti penyakit ginjal karena ACEI dapat
memperlambat progress penyakit ginjal kronis (Anonima, 2006).
31
Sedangkan antihipertensi lain yaitu CCB (29,41%), diuretik (23,5%),
antihipertensi bekerja sentral (7,6%), ARB (7,6%), beta bloker (2,35%), dan
antihipertensi kombinasi (4,7%).
2. Penggunaan obat lain
Tabel 12. Jumlah penggunaan obat selain antihipertensi pada penderita
hipertensi geriatri di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
No
1
Kelas terapi
Nootropik
2
Vitamin dan mineral
3
4
Hemostatik
Hipnotik dan ansiolitik
5
Antitukak
6
Antibiotik
sefalosporin
7
Analgesik non opioid
8
9
Glikosida jantung
Antihiperlipidemia
10
Antiplatelet
11
Antibiotik golongan penisilin
12
13
Diuretik osmotik
Antiaritmia
14
16
Obat gout
Obat batuk dan mukolitik
17
Kortikosteroid
golongan
Nama generik
Citicolin
Piracetam
Flunarizine
Cinnarizine
Vit B kompleks
Cernevit
Na bikarbonat
Asam tranexamat
Diazepam
Alprazolam
Estazolam
Chlordiazepoksid
Ranitidine
Simetidin
Cefazolin Na
Sefotaxim
Ceftriaxone
Metampiron
Asam mefenamat
Parasetamol
Ketorolak tromethamin
Metampiron+diazepam
Dexketoprofen
Meloxicam
Na diclofenac
Digoksin
Simvastatin
Atorvastatin
Gemfibrozil
Asetosal
Clopidogrel
Amoksilin
Ampicillin
Manitol
Amiodaron
ATP
Trimetazidine HCL
Allopurinol
Ambroksol
Bromheksin
Acetylsistein
Acetylsistein+parasetamol
Codein+Phebyltholoxamine
Dekstromethorfan
Metylprednisolon
Jumlah pasien
27
11
3
1
15
6
4
14
9
9
3
1
9
1
9
7
7
8
4
4
4
4
4
1
1
6
6
1
1
5
2
4
1
4
3
2
2
3
3
3
2
2
1
1
2
Persentase (%)
10,71
4,37
1,19
0,34
5,95
2,38
1,6
5,56
3,57
3,57
1,19
0,34
3,57
0,34
3,57
2,78
2,78
3,17
1,59
1,59
1,59
1,59
1,59
0,34
0,34
2,38
2,38
0,34
0,34
1,98
0,79
1,59
0,34
1,59
1,19
0,79
0,79
1,19
1,19
1,19
0,79
0,79
0,34
0,34
0,79
32
Tabel 12. Lanjutan
No
Kelas terapi
18
Antidiabetik
19
20
Bronkodilator
Antineurodegeneratif
Antikonvulsan
Pencahar
Antirhinitis
Antispasmodik
Obat saluran kemih
Obat migren
Antiemetik
21
22
23
24
25
26
27
28
Antibiotik kombinasi
TOTAL
Nama generik
Insulin
Glimepirid
Akarbosa
Glibenklamid
Aminofilin
Donepezil
Gabapentin
Bisakodil
Pseudoefedrin
Hyosine-N-butylbromide
Finasterid
Ergotamine
Metoklopramid
Ondansentron
Sulbactam+ampicillin
Jumlah pasien
2
2
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1
Persentase
(%)
0,79
0,79
0,79
0,34
0,79
0,79
1
1
2
0,34
0,34
0,34
0,34
0,34
0,34
0,34
0,34
0,79
252
100
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui jumlah macam obat yang
digunakan adalah 27 macam golongan obat. Jenis obat yang paling sering
digunakan adalah Citicoline yang merupakan obat golongan vasodilator
perifer dan aktivator serebral yaitu sebesar 10,71%, vitamin B komplek 5,95%
dan asam tranexamat dari golongan hemostatik dengan persentase sebesar
5,56%. Citicolin dapat mempercepat rehabilitasi setelah trauma kepala atau
apopleksi otak, dan membantu mengatasi penurunan kognitif pada usia lanjut
(Anonim, 2009). Oleh karena itu penggunaanya pada penelitian ini banyak,
karena digunakan untuk terapi penyakit penyerta pasien terbesar yaitu stroke.
Asam tranexamat adalah analog asam aminokaptroat, mempunyai
indikasi dan mekanisme kerja yang sama dengan asam aminokaptroat tetapi
10 kali lebih poten dengan efek samping yang lebih ringan (Dewoto, 2007).
Golongan obat lain yang banyak diberikan antara lain hipnotik dan ansiolitik
33
(8,3%) yang diberikan jika pasien mengalami gangguan kecemasan atau sulit
tidur, hal tersebut biasa terjadi pada pasien usia lanjut (Wiria, 2007).
Pasien hipertensi geriatri menerima obat-obat tersebut ditujukan untuk
mendukung pengobatan hipertensi yang sebagian besar sudah parah dan
mengalami penyakit lain akibat hipertensi seperti stroke, gagal jantung, dan
penurunan fungsi ginjal akibat penuaan dan penggunaan obat. Dengan kondisi
fisiologis geriatri yang mengalami penurunan fungsi organ maka obat-obat
yang metabolismenya di hati dan ginjal harus dilakukan penyesuaian dosis
(Prest, 2002).
C. Identifikasi Drug Related Problems
1. Besaran tinggi
Tabel 13. Kasus besaran tinggi pada pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat
inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
Nama obat
(Merk
dagang)
Amlodipine
(Tensivask,
divask)
Amlodipine
(Exforge)
Estazolam
(Esilgan)
ATP
(ATP
Kyowa)
Digoksin
(Digoksin)
TOTAL KASUS
Dosis yang diberikan kepada pasien
Potensi Frekuensi Dosis 1x, 1
hari
Rute
10
mg/tab
1x1
10 mg, 10 mg
p.o
5
mg/tab
2
mg/tab
10
mg/ml
1x1
5 mg, 5 mg
p.o
1x1
2 mg, 2 mg
p.o
3x1
10 mg, 30 mg
i.v
1x1
0,25 mg, 0,25
mg
i.v
0,25 mg
Dosis standar
(menurut Drugs For
The Geriatric
Patients)
p.o
2,5
mg/hari
sebagai dosis tunggal.
p.o
2,5
mg/hari
sebagai dosis tunggal
p.o 0,5 -1 mg saat
akan tidur
i.v dosis awal 6 mg
diberikan dalam 1-2
detik,
jika
tidak
tercapai selama 1-5
menit diulangi 12 mg
dalam 1-2 menit jika
respon tidak tercapai.
i.v 6,25 mcg-187,5
mcg/hari
(Shorr,
2007)
*total kasus DRPs kategori ketidaktepatan dosis sebanyak 27 kasus.
No
kasus
(%)
n=27*
11,
12,27,
33, 14
8
18,51
4
3,7
28, 11
7,4
4, 8,
10, 12
14,8
13
48,15
3,7
34
Berdasarkan tabel 13, ketidaktepatan dosis kategori besaran tinggi
paling banyak terjadi pada amlodipine. Amlodipine yang over dosis diberikan
kepada pasien dengan nomor kasus 11, 12, 14, 27, 33, 8. Pasien - pasien
tersebut mengalami gangguan fungsi ginjal kecuali pada pasien dengan nomor
kasus 14, penggunaan amlodipine dapat menyebabkan peningkatan t ½
eliminasi amlodipine yang dapat menyebabkan peningkatan vasodilatasi
pheripheral dan hipotensi ortostatik dengan reflek tachycardia, sehingga
dalam penggunaanya perlu penyesuaian dosis yaitu untuk pasien dengan
gangguan fungsi ginjal adalah 2,5 mg/hari sebagai dosis tunggal, regimen
dosis yang sama untuk pasien hipertensi pada geriatri (Shorr, 2007).
Pemberian dosis untuk pasien-pasien diatas adalah 5 mg-10 mg 1x/hari, dosis
yang lebih besar dari anjuran buku standar, sehingga dikategorikan dalam
dosis tinggi.
Tabel 14. Standar dosis amlodipine pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
dan hipertensi
Nomor
kasus
11
12
27
33
8
CLcr (ml/min/1,73 m2)
45,23
50,73
52,2
32,63
Tingkat
kerusakan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Standar dosis
2,5 mg/hari sebagai
dosis tunggal (Shorr,
2007).
16,32
Efek samping penggunaan amlodipine dosis tinggi antara lain adalah
hipotensi ortostatik dengan reflek tachycardia. Hipotensi ortostatik yaitu
berkurangnya tekanan darah yang bermakna bila melakukan perubahan posisi
tubuh seperti berdiri dari posisi duduk, bangun dari posisi tidur dan
sebagainya, dapat diikuti dengan pusing dan atau hilang kesadaran.
35
Berkurangnya tekanan darah sistolik >20 mmHg atau tekanan darah diastolik
>10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi berdiri lebih sering dijumpai pada
lansia dengan hipertensi sistolik, diabetes, dan yang menggunakan diuretik,
venodilator , dan beberapa obat-obat psikotropik (Anonima, 2006). Sedangkan
reflek tachycardia adalah peningkatan denyut jantung, menyebabkan
mempermudah terjadinya angina (Nafrialdi, 2007).
Menurut Shorr (2007), pada pasien geriatri terjadi peningkatan
sensitivitas terhadap obat-obat antipsikosis terutama golongan benzodiazepine
(diazepam, alprazolam dan estazolam). Estazolam yang diberikan pada pasien
dengan nomor kasus 4, adalah 2 mg 1x/hari, sedangkan menurut Drugs For
The Geriatric Patient, dosis yang dianjurkan adalah 0,5-1 mg/hari. Saat
memulai terapi benzodiazepine, peningkatan dosis harus dilakukan dengan
hati-hati untuk menghindari over sedasi. Penggunaan yang overdosis
menyebabkan somnolence, kebingungan, diminished reflexes (penurunan
reflek) dan koma (Shorr, 2007).
Untuk obat dengan indeks terapi sempit seperti digoksin juga
diperlukan penyesuaian dosis. Digoksin mengalami ketidaktepatan dosis
tinggi sebanyak 4 kasus. Penggunaan digoksin harus hati-hati karena pada
pasien geriatri terjadi peningkatan t ½ eliminasi digoksin karena penurunan
fungsi ginjal. Pada pasien dengan nomor kasus 4, 8, 10, 12, semuanya
mengalami penurunan fungsi ginjal. Standar dosis digoksin untuk pasien
dengan penurunan fungsi ginjal adalah 25-75% dosis normal (6,25 mcg-187,5
mcg/hari). Penggunaan diatas 125 mcg/hari dapat meningkatkan resiko efek
36
samping (Shorr, 2007). Selain itu kadar dalam darah harus dijaga <1 nano/ml,
karena kadar yang lebih tinggi dapat meningkatkan resiko kematian (Setiawati
dan Nafrialdi, 2007).
Menurut Shorr (2007), pemberian ATP intravena adalah dosis awal 6
mg diberikan dalam 1-2 detik, jika pada dosis awal respon tidak tercapai
dalam 1-5 menit diulangi 12 mg dalam 1-2 menit jika respon tidak tercapai.,
sedangkan pada kasus nomor 11 dan 28 ATP diberikan secara intravena 1x1.
Pemberian ATP i.v dengan cepat menyebabkan peningkatan ESO seperti
mual, muntah, sesak nafas (Anonim, 2000).
2. Besaran rendah
Tabel 15. Kasus besaran rendah pada pasien hipertensi geriatri di instalasi
rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
Nama obat
(Merk dagang)
Nifedipine
(Adalat oros)
Dosis yang diberikan kepada pasien
Potensi
Frekuensi
Dosis 1x, 1
hari
20 mg/tab
1x1
20 mg, 20
mg
Rute
p.o
Nifedipine
(Nifedin)
10 mg/tab
2x1
10 mg, 20
mg
p.o
Diltiazem
(Diltiazem)
30 mg/tab
2x1
30 mg, 60
mg
p.o
Diltiazem
(Herbesser)
30 mg/tab
1x1
30 mg, 60
mg
p.o
Gemfibrozil
(Gemfibroil)
TOTAL KASUS
300 mg/tab
1x1
300
mg,
300 mg
p.o
Dosis standar
(menurut Drugs For
The Geriatric Patients)
p.o dosis awal 30-60
mg/hari,
max
120
mg/hari
p.o dosis awal 30-60
mg/hari,
max
120
mg/hari
p.o dosis awal 180-240
mg/hari range 180-420
mg/hari
p.o dosis awal 180-240
mg/hari range 180-420
mg/hari
p.o 1200 mg/hari dalam
dosis terbagi.
*total kasus DRPs kategori ketidaktepatan dosis sebanyak 27 kasus.
No
kasus
(%)
n=27*
3, 4,
16, 35
14,82
21, 38
7,4
20
3,7
9, 10
7,4
26
3,7
10
37,04
Besaran rendah adalah pemberian dosis obat pada pasien hipertensi
geriatri yang lebih kecil dari dosis lazim yang tercantum dalam buku standar.
Menurut tabel 15, dosis yang lebih rendah diberikan kepada 10 pasien dengan
persentase sebesar 37,04%. Nifedipine adalah obat yang paling banyak
37
diberikan dengan dosis yang lebih rendah dari anjuran dosis standar. Nifedipine
yang diberikan pada pasien dengan nomor kasus 3, 4, 16, 35 adalah 20 mg
1x/hari, sedangkan pada pasien dengan nomor kasus 21 dan 38 diberikan
dengan dosis 10 mg 2x/hari. Menurut Drugs For The Geriatric Patient, dosis
nifedipine yang dianjurkan adalah dosis awal 30-60 mg/hari, dosis pemeliharaan
maksimal 120 mg/hari (Shorr, 2007), sehingga termasuk dalam dosis rendah.
Pemberian terapi diperlukan dosis awal dan dosis pemeliharaan yang
sesuai berdasarkan pada efek terapetik yang diinginkan. Dosis awal adalah dosis
untuk memulai terapi sehingga dapat mencapai konsentrasi terapetik obat dalam
tubuh yang menghasilkan efek klinik. Sedangkan dosis pemeliharaan adalah
dosis obat yang diperlukan untuk mempertahankan efek klinik yang sesuai
dengan dosis awal (Joenoes, 2004). Dosis awal bisa lebih besar atau kecil dari
dosis pemeliharaan, hal tersebut tergantung pada t ½ eliminasi, interval dosis
dan konsentrasi obat dalam plasma yang ingin dicapai (Joenoes, 2004).
Jika dosis awal dan dosis pemeliharaan yang diberikan lebih rendah
dari dosis yang dianjurkan maka tujuan mempertahankan efek klinik tidak
tercapai. Hal tersebut banyak terjadi pada penelitian ini, yaitu pemberian dosis
awal dan dosis pemeliharaan yang lebih rendah dari dosis yang dianjurkan yaitu
sebesar 10 kasus. Hal tersebut menyebabkan tujuan pengobatan tidak tercapai,
obat tidak efektif, dan akhirnya meningkatkan lama rawat inap dan
meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh pasien (Cipolle, et al., 1998).
38
3. Frekuensi tinggi
Tabel 16. Kasus frekuensi tinggi pada pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat
inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
Nama obat
Amlodipine
(Exforge)
Dosis yang diberikan kepada pasien
Potensi
Frekuensi Dosis 1x,
1 hari
5 mg/tab
TOTAL KASUS
3x1
5 mg, 15
mg
Rute
p.o
Frekuensi
standar
(menurut Drugs
For The Geriatric
Patients)
p.o 2,5 mg/hari
sebagai dosis
tunggal.
*total kasus DRPs kategori ketidaktepatan dosis sebanyak 27 kasus.
No
kasus
(%)
n=27*
10
3,7
1
3,7
Frekuensi tinggi adalah frekuensi pemberian obat yang diberikan lebih
dari frekuensi pemberian yang sudah dianjurkan dalam buku standar. Pemberian
amlodipine frekuensi yang berlebih diberikan kepada pasien dengan nomor
kasus 10. Menurut Drugs For The Geriatric Patients amlodipine pada pasien
hipertensi geriatri adalah 2,5 mg sebagai dosis tunggal, sedangkan pada pasien
tersebut diberikan 5 mg 3x1, sehingga termasuk dalam frekuensi tinggi. dan
kemungkinan terjadi akumulasi obat lebih besar dan meningkatkan toksisitas
klonidin. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya hipotensi ortostatik, yang
terjadi karena penurunan resistensi perifer dan curah jantung (Nafrialdi, 2007).
39
4. Frekuensi rendah
Tabel 17. Kasus frekuensi rendah pada pasien hipertensi geriatri di instalasi
rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
Nama obat
Dosis yang diberikan kepada pasien
Potensi
Frekuensi Dosis 1x,
1 hari
Rute
Asam
mefenamat
(Ponstan)
250 mg
2x1
250 mg,
500 mg
p.o
Parasetamol (Sanmol)
500 mg
1x1
500 mg
p.o
Carvedilol (V-block)
25 mg
1x1
25 mg
i.v
TOTAL KASUS
Frekuensi standar
(menurut Drugs
For The Geriatric
Patients)
p.o dosis awal 500
mg kemudian 250
mg 4x/hari max 7
hari
p.o 325-650 mg,
max 4g/hari, 46x/hari
i.v 6,25 mg 2x/hari
dapat digandakan
pada hari ke 7-14
max 50 mg
*total kasus DRPs kategori ketidaktepatan dosis sebanyak 27 kasus.
No
kasus
(%)
n=27*
1
3,7
19
3,7
6
3,7
3
11,11
Frekuensi pemberian kurang adalah frekuensi pemberian obat yang
diberikan kurang dari frekuensi pemberian yang sudah dianjurkan dalam buku
standar. Dari tabel 17 diatas, obat dengan frekuensi yang lebih rendah dari
frekuensi stándar adalah asam mefenamat, parasetamol, dan carvedilol.
Tujuan diberikan aturan frekuensi adalah agar kadar obat dalam darah tetap
dalam konsentrasi yang diinginkan sehingga dapat mempertahankan efek
klinik. Hal ini dapat terjadi jika obat yang diberikan dengan interval waktu
yang lebih pendek dari waktu untuk eliminasi obat yang diberikan pada dosis
sebelumnya (Joenoes, 2004). Jika frekuensi yang diberikan lebih rendah dari
anjuran, maka obat akan dieliminasi dan kadar obat dalam darah lebih rendah
sehingga efek yang diinginkan tidak tercapai.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian identifikasi Drug Related Problems
potensial Kategori ketidaktepatan dosis pada pasien hipertensi geriatri di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tahun 2008
dapat diambil kesimpulan:
1. Ketidaktepatan dosis terjadi pada 21 pasien (55,26%) dari 38 pasien.
2. Total kejadian DRPs kategori dosis adalah 27 kasus pada 21 pasien.
3. Ketidaktepatan dosis kategori dosis tinggi sebanyak 14 kasus (51,85%)
meliputi besaran tinggi sebanyak 13 kasus (48,15%) dan frekuensi tinggi
sebanyak 1 kasus (3,7%).
4. Ketidaktepatan dosis kategori dosis rendah sebanyak 13 kasus (48,15%)
meliputi besaran rendah sebanyak 10 kasus (37,04%) dan frekuensi rendah
sebanyak 3 kasus (11,11%).
5. Obat antihipertensi yang paling banyak mengalami ketidaktepatan dosis
(besaran tinggi) adalah amlodipine sebanyak 6 kasus besaran tinggi
(22,22%) dan nifedipine sebanyak 6 kasus besaran rendah (22,22%)
6. Obat selain antihipertensi yang paling banyak mengalami ketidaktepatan
dosis adalah digoksin, sebanyak 4 kasus besaran tinggi (14,8%).
40
41
B. Saran
1. Kepada rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta perlu ditetapkan
standar dosis khususnya untuk pasien usia lanjut dengan penurunan fungsi
ginjal dan hati.
2. Perlu dilakukan penelitian prospektif lebih lanjut mengenai DRPs potensial
kategori dosis pada pasien hipertensi geriatri sehingga dapat dilihat efek
yang terjadi.
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta, hal 17, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal 38-95, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia dan Dirjen POM, Jakarta.
Anonim, 2004, Comparison of Drug Related Problem in Different Patient
Groups,
(online),
(http://www.theannals.com/cgi/content/abstract/38/6/942,
diakses
tanggal 10 Juli 2008).
Anonima, 2006, Pharmaceutical Care untuk Hipertensi, hal 17-23, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Anonimb, 2006, British National Formulary 14th edition march 2006, British
Medical Association Royal Pharmaceutical Society of Great Britain,
London
Anonim, 2009, MIMS Indonesia, Petunjuk Konsultasi, edisi 2008-2009, hal 24,
CMP Medica Indonesia.
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., Cushman, W.C., Green, L.A.,
Izzo,J.L.,Jones, D.W., Materson, B.J., Oparil, S., and Wright, J.T.,
2004, The Seventh Report of The Joint National Comittee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure, National Institute of US Departement of Health and Human
Service, New York.
Cipolle, R.J, Strand, L.M., Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice,
75, 82-83, 90-95, 101-105, Mc Graw Hill, New York.
Darmansjah,
I.,
2006,
Polifarmasi
Usia
Lanjut.
(online),
(http://www.iwandarmansjah.web.id, diakses tanggal 10 Juli 2008)
Dewoto, H.R., dan Wardhini, B. P., 2007, Antikoagulan, Antitrombotik,
Trombolitik dan Hemostatik, S.G., Farmakologi dan Terapi edisi 5,
794-803, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Dowling, T.C., dan Comstock, T.J., Quantification of Renal Function dalam
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G. C., Matzke, G.R., Wells, B.C., and
43
Posey, L.M., 2005, Parmacotheraphy: A Pathophysiologic Approach,
6th edition, hal 771, Appleton & Lange Stamford.
Joenoes, Z. N., 2004, ARS Prescibendi, Resep yang Rasional, Edisi I, 49-66,
Airlangga Univercity Press, Surabaya.
Karyadi, E., 2002, Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung
Koroner, 1 – 25, Penerbit PT Intisari Media Utama, Jakarta.
Kaufmann, G.R., 2005, Epidemiology of Hypertension, dalam Battegay, E.J.,
Lip, G.Y.H., Bakris, G.L., Hypertension Principles and Practice,
29, Taylor and Francis Group, Boca Raton.
Kenward, C.I., Tan, C.K., 2002, Penggunaan Obat pada Gangguan Hati dalam
Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A., Farmasi Klinis, 155, PT. Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
Kuswardhani, R.A.T., 2005, Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia,
Jurnal Penyakit Dalam Volume 7 Nomor 2 Mei 2005.
Marvyn, L, 1995, Hipertensi Pengendalian lewat Vitamin, Gizi dan Diet, 27-28,
alih bahasa Budiyanto, Arian, Jakarta.
Mutmainah, N., 2004, Kajian Medication Error pada Kasus Stroke di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta Tahun 2004, Tesis, Fakultas Farmasi
UGM, Yogyakarta.
Nafrialdi, 2007, Antihipertensi dalam Gunawan, S.G., Farmakologi dan Terapi
edisi 5, 341-343, Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Pramantara, I.D.P., 2007, Kekhususan Masalah Kesehatan Usia Lanjut yang
Terkait Terapi Obat, Makalah Seminar Nasional: Menyiapkan
Strategi Terpadu untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Obat
pada Pasien Geriatri, Fak. MIPA Jur. Farmasi, UII Yogyakarta,
16 Juni 2007.
Prest, M., 2002, Penggunaan Obat pada Lanjut Usia dalam Aslam, M., Tan,
C.K., Prayitno, A., Farmasi Klinis, 203-215, PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
Rahmawati, F., Wardaningsih, W., Pramantara, I.D.P., Wasilah, R.,2007,
Problem Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Sepsis di Instalasi
44
Rawat Inap Bangsal Bougenvil RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas Vol. III No. 1, Yogyakarta.
Rovers, J.P., Curie, J.D., Hagel, H.P., McDonough, R.P., Sobotka, J.L., 2003, A
Practical to Pharmaceutical Care, 2nd., 21-22, American
Pharmaceutical Association, Washington DC.
Setianto
B,
2005,
Pengetahuan
Fisik
Usia
Lanjut,
(online),
(http://www.pjnhk.go.id/berita-artikel, diakses tanggal 10 Juli
2008).
Setiawati, A., dan Muchtar, A., 2007, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Respon Pasien Terhadap Obat dalam Gunawan, S.G., Farmakologi
dan Terapi edisi 5, 886-896, Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Shorr, R.I., 2007, Drugs For The Geriatric Patient, hal xxxi-1075, Saunders
Elseveir, USA
Siaw, I. S., 1994, Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi), Edisi 1, hal 17, Penerbit
Dabara, Solo.
Sumartono, W.R., dan Aryastami, N.K., 1999, Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah pada Usia 55 Tahun Menurut Survai Kesehatan Rumah
Tangga 1992, Cermin Dunia Kedokteran No. 123, 5-9.
Suyatna, F.D., 2007, Hipolipidemik dalam Gunawan, S.G., Farmakologi dan
Terapi edisi 5, 380, Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Tjay, T H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, 5–9, PT. Kimia Farma,
Jakarta.
Walker, R., dan Edwards, C., 2003, Clinical Pharmacy and Therapeutics, 3rd
Edition, Churchill Livingstone, Philadhelphia.
Watters, J.M., Facs, M.C, JC.,Hing, M.S., 2005, The Elderly Surgical Patient,
(online), (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1886321, diakses
28 Juni 2008)
Wiria, M.S.S., 2007, Hipnotik Sedatif dan Alkohol dalam Gunawan, S.G.,
Farmakologi dan Terapi edisi 5, 139-160, Departemen Farmakologi
dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
45
46
Lampiran 1. Penentuan Nilai Klirens Kreatinin (CLcr)
Rumus yang digunakan adalah rumus Jellife :
Laki-laki : CLcr =
Wanita : CLcr × 0,9
Tabel 19. Data pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal berdasarkan tingkat
kerusakan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
No rekam
medik
11-28-23
12-00-22
14-90-43
14-92-51
14-90-72
14-95-06
14-98-15
15-15-60
12-00-22
15-59-14
05-08-79
15-33-76
15-33-56
12-00-22
15-63-86
15-70-35
13-67-56
15-76-69
01-22-71
15-83-55
15-99-19
05-70-76
16-17-15
Usia
(tahun)
61
92
71
75
67
60
69
60
92
75
70
61
67
92
74
65
61
80
66
75
65
81
68
Jenis
kelamin
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
SeCr
(mg/dL)
1,5
1,0
1,4
1,4
3,7
1,2
1,3
1,5
1,0
1,2
1,2
1,4
1,4
1,0
1,1
1,1
2,1
1,2
1,2
1,2
1,9
0,9
2,1
CLcr
(ml/min/1,73
m2)
43,67
36,36
40,86
48,6
16,32
49,5
45,23
44
36,36
40,5
43,5
46,57
43,14
36,36
44,84
50,73
31,05
37,5
51
45
32,63
49,2
25,54
Tingkat
kerusakan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
47
Lampiran 2. Data obat yang digunakan pada pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi
Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Surakarta 2008
N
o
1
2
No
rekam
medik
11-0120
11-0120
JK/u
mur/
BB
L/60/
-
L/
60/-
SG0T
(U/L)/
SGPT
(U/L)/
serum
kreatinin
29/46/1,1
44/39/1,0
Status
fungsi
ginjal
& hati
Fungsi
hati
turun
Fungsi
ginjal
normal
Clcr=
60
ml/min
Fungsi
hati
turun
Fungsi
ginjal
normal
Clcr=
66
ml/min
Resep
14-7129
P/ 60/-
44/39/1,0
Fungsi
hati
turun
Fungsi
ginjal
normal
Clcr=
59,4
ml/min
Dosis resep
Sekali
Atura
n
pakai
Pem
akai
an
obat
(har
i)
1-3
Zat aktif & dosis
Elektrolit
Sitikolin 500 mg
Ring as
i.v
20 tpm
Brain act
i.v
500/12
2x1
1-3
Analsik
p.
o
1 kap
3x1
2-3
Ponstan
p.
o
250 mg
2x1
2-3
Asam mefenamat
250 mg
Acepress
p.
o
25 mg
2x1
2-3
Kaptopril 25 mg
Dosis standar
2-10 mg diulang tiap 3-4 jam (Shorr,
2007)
Dosis awal 500 mg kemudian 250 mg
4x/hari max 7 hari (Shorr, 2007)
i.v
20 tpm
2x1
1-5
Elektrolit
i.v
1A/ 12
2x1
1-5
Sefotaxim 1 g
1 g/12 jam (Shorr, 2007)
Rantin
i.v
1A/ 12
2x1
1-5
Ranitidine Hcl 50 mg
50 mg 3-4x/hari, max 400 mg/hari
(Shorr, 2007)
Rhemapain
i.v
1A/ 12
2x1
1-5
Ketorolac
trometamine 10 mg
15 mg tiap 4 jam Max 60 mg/hari
(Shorr, 2007)
Zypraz
p.
o
p.
o
1 mg
1-5
Alprazolam 1mg/tab
Tidak tepat obat
1
Na-lauril sulfoasetat
45 mg, na sitrat 450
mg, asam sorbet 5
mg, PEG 400 625
mg, sorbitol 4,465
mg.
1
Metamizole Na 1g/2
ml
Amlodipine 10
mg/tab
Dosis awal 2,5 mg/hari dosis tunggal
(Shorr, 2007)
Mecobalamin 500
mcg/
Karvedilol 50 mg/tab
Tidak tepat obat
1x1p
1x1
Antrain
i.v
1A
Divask
p.
o
10 mg
3-5
Lapibal
i.v
1A/ H
3-5
V block
50 mg
4
Ring as
p.
o
i.v
Nicholin
i.v
1A/ 12
N-5000
i.v
1A
Kalfoxim
i.v
4 gr/12
Neuromec
i.v
12 gr/ H
Neurotam
i.v
Acepress
p.
o
25mg
Adalat oros
p.
o
20 mg
Tensicap
p.
o
25 mg
20 tpm
1-6
Elektrolit
1-3
Sitikolin 100 mg
1
Vit b1 100 mg, vit b6
100 mg, vit b12 5000
mcg
2x1
1-6
Natrium sefotaxim
4g
2x1
1-5
Metampiron 500 mg,
tiamin hidriklorida
50 mg, piridoksin
hidriklorida 10 mg,
sianokobalamin 10
mg
2x1
keter
angan
DR
1g/12 jam, dapat ditingkatkan hingga
12 g/hari 2-3x/hari (Shorr, 2007)
1-6
Piracetam 12 g
Tidak tepat obat
3-6
Kaptopril 25 mg
Dosis awal 12,5 mg-25 mg 2-3x/hari
dapat ditingkatkan hingga 50 mg 23x/hari (Shorr, 2007)
1x1 si
4-6
Nifedipine GITS
20mg
30-60 mg/hari max 120 mg (Shorr,
2007)
2x1
1-6
Kaptopril 25 mg
Dosis awal 12,5 mg-25 mg 2-3x/hari
dapat ditingkatkan hingga 50 mg 23x/hari (Shorr, 2007)
2x1
Freku
-ensi
«
»
Awal 12,5 mg 2x/hari, dosis
pemeliharaan 25 mg 2x/hari max 50
mg 2-3x/hari (Shorr, 2007)
Inf.asering
1x1
Besar
-an
«
»
Metampirom 500 mg
diazepam 2mg
Biocef
Microlac
3
R
ut
e
DR
48
4
11-2823
L/ 61/
-
41/37/1,5
Fungsi
hati
turun
Fungsi
ginjal
turun
Clcr
43,47
ml/min
Asering
i.v
20 tpm
1-10
Elektrolit
Cefazol
i.v
3 gr/ 12
1-10
Sefazolin Na 3g
Neurotam
i.v
400 mg
1-10
Piracetam 400 mg
Fluimucil
sach
p.
o
3x1 kap
3x1
2-10
N-acetylcystein 200
mg
200 mg 3x/hari (Shorr, 2007)
Aspilet
p.
o
p.
o
500 mg
1x1
3-10
Asetosal 500 mg
Tidak tepat obat
5 mg
1x1
4-10
Lisinopril 5 mg
2,5-5 mg/hari, max 80 mg 1x sehari
(Shorr, 2007)
Alprazolam
p.
o
0,25 mg
1x1
3-10
Alprazolam 0,25 mg
0,25 mg/hari 2-3x/hari (Shorr, 2007)
Adalat oros
p.
o
20 mg
1x1
3-10
Nifedipine GITS 20
mg
30-60 mg/hari max 120 mg (Shorr,
2007)
DR
Digoksin
p.
o
i.v
0,25 mg
1x1
0,0625-0,1875mg (Shorr, 2007)
DT
Bisolvon
Esilgan
DT
Cardiospiri
n
Noperten
5
14-7769
L/
76/-
26/16/0,8
Fungsi
hati
normal
Fungsi
ginjal
normal
Clcr=
66,5
mg/min
25/14/1,0
Fungsi
hati
normal
Fungsi
ginjal
turun
Clcr
36,36
ml/min
Bromhexin 4 mg
i.v
2 mg
5-10
Estazolam 2 mg
0,5-1 mg 1x1 mlm (Shorr, 2007)
p.
o
100 mg
6
6
As.asetilsalisilat 100
mg
80-325 mg(Shorr, 2007)
i.v
20 tpm
1-6
Elektrolit
i.v
500/ 8
1-3
0,5-1 g, 3x/hari (Dewoto dan
Wardhani, 2007)
Brain act
i.v
500/12
2x1
2-6
As.tranexamat 500
mg
Citicolin 500 mg
Acepress
p.
o
i.v
12,5 mg
1x1
6
Kaptopril 12,5 mg
12,5 mg-25 mg
400 mg
1x1
6
Piracetam 400 mg
Max 7,2 g/hari, 1-5x sehari (Anonimb,
2006)
p.
o
p.
o
80 mg
1x1
6
Asetosal 80 mg
80-325 mg (Shorr, 2007)
5 mg
6
Amlodipine 5 mg
5 -10 mg/hari, 1x1 sehari (Shorr,
2007)
i.v
1g/12
2-6
Sefotaxim 1g
1g/12 jam (Shorr, 2007)
1
Elektrolit
1
Furosemid 80 mg
1
Metampiron 250 mg
Neurotam
Boicef
P/92/-
Digoksin 0,25 mg
4-10
Asering
Tensivask
12-0022
4-10
1A/12
Kalnex
Aspilet
6
Untuk infeksi ringan 0,5-1g, tiap 612 jam (tidak masuk DR/DT karena
tidak ada keterangan indikasi pada
pasien) (Shorr, 2007)
Tidak tepat obat
RL
i.v
Lasix
i.v
2A
Novalgin
I.v
1A
1A/12
Valium
i.v
1A
1A/12
1
Diazepam 2 mg
Brain act
i.v
1-17
Citicolin 500 mg
Kalnex
i.v
1-8
As.tranexamat 500
mg
Na. seftriakson 1g
Terfacef
i.v
Rantin
p.
o
Asering
Lapibal
Blopress
p.
o
1-0-0
Vit c
p.
o
i.v
Norvask
1-17
1-17
Ranitidine Hcl 150
mg
i.v
1-17
Elektrolit
p.
o
2-17
Mecobalamin 500
mcg
2-16
Kandesartan
sileksetil 8 mg
1x1 m
1-16
Vit c 100 mg
0-1-0
2-16
Amlodipine 10 mg
3-16
Kalsium atorvastatin
10 mg
3-16
Karvedilol 25 mg
4-16
Retinol,
Cholecalciferol,
Tocopherol,
Ascorbic acid,
Cocarboxylase
Lipitor
p.
o
V-Block
i.v
Cernevit
p.
o
2x1
1x1
1 fi/H
Dosis awal 40 mg, dosis pemeliharaan
20-80 mg/hari (Shorr, 2007)
2-10 mg diulang tiap 3-4 jam (Shorr,
2007)
1g/hari (Shorr, 2007)
150 mg, 4x sehari (Shorr, 2007)
Dosis awal 4 mg/hari dosis
pemeliharaan 8 mg/hari (Shorr, 2007)
2,5 mg/hari sbg dosis tunggal max 10
mg (Shorr, 2007)
10 mg 1x/hari (Shorr, 2007)
6,25 mg 2x/hari dapat digandakan
pada hari ke 7-14 max 50 mg (Shorr,
2007)
DT
49
Microlac
i.v
1x1
Xanax
p.
o
p.
o
p.
o
0,5 mg
Braxidin
p.
o
3x1
Ring as
i.v
20 tpm
Brain act
i.v
250 mg
1A/H
Citicolin 500 mg
Tromboaspi
let
p.
o
80 mg
1x1
As.asetil salisilat 80
mg
80-325 mg(Shorr, 2007)
Pycin
i.v
750/12
Sulbactam 250 mg
0,5-3g 3-4x/hari (Shorr, 2007)
Buscopan
8
14-9043
14-9072
L/71/-
P/67/-
23/17/1,4
27/13/3,7
Fungsi
hati
normal
Fungsi
ginjal
turun
Clcr
40,86
ml/min
Fungsi
hati
normal
Fungsi
ginjal
turun
Clcr
16,32
ml/min
11
Esilgan
Mucopect
7
p.
o
tetrahydrat,
Thiamine,
Riboflavin,
Pyridoxine,
Cynocobalamin,
Folic acid,
Dexphanthenol,
Biotin, Nicotinamide,
Glycine, Glycoholic
acid, Soya lecithin,
NaOH
Na lauril sulfoacetat,
Na citrate, sorbic
acid, PEG 400,
sorbitol
3x1
CI
Estazolam 1mg
0,5-1 mg 1x1 mlm(Shorr, 2007)
7-16
Alprazolam 0,5 mg
0,25 mg, 2-3x/hari (Shorr, 2007)
1316
1316
Ambroksol
1316
Hyosine-Nbutylbromide
Chlordiazepoksid
5mg clidinium Br 2,5
mg/ 10 mg tab
Elektrolit
Ampicillin 500 mg
RL
i.v
20 tpm
1-6
Elektrolit
Aminophilli
n
i.v
½A
1
Aminophillin 24 mg
Indexon
i.v
1A
1
Dexamethasone 5 mg
Lanoxin
i.v
1A
1
Digoksin 50 mcg
Lasix
i.v
1A/8
1-8
Furosemid 40 mg
p.o Dosis awal 40 mg, dosis
pemeliharaan 20-80 mg/hari(Shorr,
2007)
Remopain
i.v
1A/12
1-8
Ketorolac
trimetamine 10 mg
Max 60 mg/hari (Shorr, 2007)
Kalmoxillin
i.v
1A/8
1-8
Amoxillin 125 mg
250-500 mg/8 jam (Shorr, 2007)
Spirola
p.
o
1 g/8
1x1
pagi
1-7
Spironolakton 25 mg
25-50 mg/hari, 1-2x/hari(Shorr, 2007)
Digoksin
p.
o
p.
o
25 mg
1x1
pagi
1-0-0
1-7
Digoksin 0,25 mg
0,0625-0,1875 mg/hari (Shorr, 2007)
DT
1-7
Amlodipine 5 mg
p.o 2,5 mg/hari sebagai dosis tunggal
(Shorr, 2007)
p.o dosis awal 80 mg -160 mg max
320 mg (Shorr, 2007)
DT
Exforge
5 mg
Valsartan 80 mg
Meylan
Amaryl
V block
9
14-92-
P/75/-
24/22/1,0
Fungsi
p.o 5 mg 2-4x/hari (Shorr, 2007)
10/160
p.
o
p.
o
1
Na bikarbonat
0-1-0
2-7
Glimepirid 1 mg
Tidak tepat obat
1x1
2x1
2-7
Karvedilol 25 mg
6,25 mg 2x/hari dapat digandakan
pada hari ke 7-14 max 50 mg (Shorr,
2007)
Tidak tepat obat
Rhinofed
p.
o
1 mg
25 mg
1x1
mlm
3-9
Triatec
p.
o
5 mg
0-0-1
4-7
Pseudoefedrin 30
mg,
terfenadin 40 mg
Ramipril 5 mg
D 40%
10 mg
66
tpm
7
Glukosa 40%
D 10%
III hes
7
Glukosa 10%
20 tpm
1-5
Elektrolit
Asering
i.v
5 mg/kg bolus kemudian 0,2
mg/kg/jam (Shorr, 2007)
Tidak ada keterangan berat badan
pasien sehingga tidak termasuk
DT/DR
Antiinflamasi dosis awal 10 mg
kemudian 4 mg (Shorr, 2007)
Tidak ada keterangan indikasi
sehingga tidak termasukDT/DR
0,0625-0,1875 mg/hari (Shorr, 2007)
Dosis awal 1,25 mg dosis
pemeliharaan 2,5-5 mg (Shorr, 2007)
50
51
hati
normal
Fungsi
ginjal
turun
Clcr
48,6
ml/min
Kalnex
i.v
500
mg/12
1-5
As.tranexamat 500
mg
Nicholin
i.v
1-4
Citikolin 500 mg
Pycin
i.v
500mg/
12
7,5/8
1-5
Subactam 250 mg,
500 mg-1 g/hari (Dewoto dan
Wardhani, 2007)
0,5-3g 3-4x/hari (Shorr, 2007)
ampicillin 500 mg
1
0
14-9506
P/60/-
29/69/1,2
Fungsi
hati
turun
Fungsi
ginjal
turun
Clcr
49,5
ml/min
Catapress
i.v
0,075 g
Herbesser
p.
o
50 mg/8
Amoksan
250 mg
RL
p.
o
i/v
16 tpm
1-9
Elektrolit
Kalmoxillin
i.v
1g
1-9
Amoxillin 1 g
1 mg/hari (Shorr, 2007)
Cordaron
i.v
1A
1
Amiodarone 150 mg
Max 1050 mg/hari (Shorr, 2007)
Herbesser
i.v
50 mg
Digoksin
i.v
1 fi
Spirola
p.
o
p.
o
0,25 g
Trizedon
MR
Zypras
Fungsi
hati
turun
Fungsi
ginjal
turun
Clcr
45,23
ml/min
2
Diltiazem Hcl 50 mg
Dosis awal 180-240 mg/hari range
180-420 mg (Shorr, 2007)
4-5
Amoksillin 250 mg
250-500 mg/8 jam (Shorr, 2007)
DR
Diltiazem Hcl 50 mg
180-420 mg/hari(Shorr, 2007)
DR
0,0625-0,1875 mg/hari (Shorr, 2007)
DT
1-0-0
1-9
Spironolakton 0,25 g
25-50 mg/hari 1-2x/hari(Shorr, 2007)
1,5 mg
1x25
1-9
Indapamide
hemihidrat 1,5 mg
1,25 - 2,5 mg/hari (Shorr, 2007)
p.
o
35 mg
2x1
1-9
Trimetazidine di Hcl
35 mg
p.
o
p.
o
0,5
k/p
1-6
Alprazolam 0,5 g
0,25-0,5 mg/hari (Shorr, 2007)
1x20
1-0-0
2-9
Kalsium atorvastatin
10 mg
10 mg 1x/hari (Shorr, 2007)
p.
o
5 mg
3x1
3-6
30 mg
Lasix
p.
o
p.
o
i.v
Meylon
i.v
Lasix tab
i.v
Neurotam
i.v
1 gr
Nuerosanbe
i.v
1A/H
Metyl
predisolon
p.
o
4 mg
Na
diclofenac
Forneuro
p.
o
i.v
Brain act
i.v
Ketese
i.v
Cefazole
p.
o
p.
o
Laxadyn
syr
Mucopect
14/81/1,3
Dosis awal 0,1 mg dapat ditingkatkan
max 0,6 mg (Shorr, 2007)
Digoksin 0,25 mg
Exforge
L/69/-
10
ml/jm
5 ml/
8 jm
Klonidine Hcl 0,075
mg
1-2
Lipitor
14-9815
2x1
1-2
1-9
Natrilix
1
1
½
A/12
Tensivask
3x1
Amlodipine 5 mg
5 mg/hari (Shorr, 2007)
Valsartan 80 mg
p.o dosis awal 80 mg -160 mg max
320 mg (Shorr, 2007)
3-9
Fenolftaleina 55 mg
30 mg
6-9
1A/12
1-6
Ambroksol Hcl 30
mg
Furosemid 40 mg
1lash
1
Na bikarbonat
7-9
Furosemid 40 mg
Dosis awal 40 mg dosis pemeliharaan
20-80 mg/hari (Shorr, 2007)
12&7
Pirasetam 1 g
Max 7,2 g/hari, dalam 2-3 dosis
terbagi (Anonimb, 2006)
1-6
Vit B1 100 mg, vit
B6 200 mg, vit B12
200 mcg
3x1
1-2
Metyl predisolon 4
mg
1A/8
25 mg
3x1
1-8
Na diclofenac 25 mg
25 mg
1x1
1-8
Vit B1 100 mg, vit
B6
50 mg, vit B12 100
mcg, vit E 200 iu,
folic acid 400 mcg
500mg/
12
25 mg
1A/12
2-8
Citicolin 500 mg
2-5
Dextroprofen
trometamol 25 mg
1 g/12
1x1
10 mg
DT
Dosis awal 40 mg dosis pemeliharaan
20-80 mg/hari (Shorr, 2007)
2-60 mg/hari (Shorr, 2007)
2-5
Sefazolin natrium 1 g
1g/12 jam (Shorr, 2007)
3-8
Amlodipine 10 mg
5 mg 1x/hari (Shorr, 2007)
DT
51
1
2
14-5514
P/65/-
62/34/1,1
Fungsi
hati
turun
Fungsi
ginjal
turun
Clcr
50,73
ml/min
Benadril
DMP
p.
o
5 mg
3x1
CI
3-8
Dekstrometorfan 10
mg/5 ml
ATP
i.v
10 mg
3x1
6-8
Adenosine tri
phospat 10 mg
Asering
i.v
20 tpm
1-8
Elektrolit
N 5000
i.v
500 mg
7-8
Vit B1 100 mg, vit
B6 100 mg, vit B12
5000 mcg,
1A/H
RL
i.v
20 tpm
1-9
Elektrolit
Brain act
i.v
1-6
Citicolin 500 mg
Kalnex
i.v
500mg/
12
1A/12
1-2
As.tranexamat 500
mg
500 mg-1 g (Dewoto dan Wardhani,
2007)
Trijec
i.v
1g
1-3
Ceftriaxone disodium
1g
1-2 g dosis tunggal/terbagi (Shorr,
2007).
Lasix
i.v
1A/8
2-8
1
Furosemid 40 mg
Dosis awal 40 mg dosis pemeliharaan
20-80 mg/hari (Shorr, 2007).
Meylan
i.v
Bokes
1A
2A drip
1
Na bikarbonat
Meylan
i.v
Lanoxin
i.v
Lasix
i.v
1A
Herbesser
i.v
2A
Actrapid
p.
o
p.
o
20 mg
1x1
1
Insulin 20 mg
25 mg
1-0-0
1-9
Spironolakton 25 mg
Max 25-50 mg/hari, 1-2x sehari
(Shorr, 2007).
Digoksin
i.v
0,25 mg
2-9
Digoksin 0,25 mg
0,0625-0,1875 mg/hari (Shorr, 2007).
Rantin
i.v
1A
1-9
Ranitidine 150 mg
150 mg, 4x sehari max 400 mg/hari
(Shorr, 2007).
Lapibal
i.v
1A/H
2-9
Trizedon
p.
o
35 mg
2-9
Mecobalamin 250
mg
Trimetazidine di Hcl
35 mg
Exforge
p.
o
10/160
Spirola
2x1
0-1-0
1
Na bikarbonat
1
Digoksin 0,25 mg
0,0625-0,1875 mg/hari (Shorr, 2007).
1-2
Furosemide 40 mg
Dosis awal 40 mg dosis pemeliharaan
20-80 mg/hari (Shorr, 2007).
Diltiazem Hcl 10 mg
Dosis awal 180-240 mg/hari range
180-420 mg (Shorr, 2007).
2-9
Amlodipine 5 mg
Valsartan 80 mg
15-0394
L/61/-
13/13/1.1
Fungsi
hati
normal
Fungi
ginjal
turun
Clcr
59,27
ml/min
2,5 mg/hari dosis tunggal (Shorr,
2007).
Dosis awal 40 mg/hari, dosis lazim 80
mg/hari (Shorr, 2007).
Natrilix
p.
o
2,5 mg
1x10
m
2-9
Indapamine
hemihidrat 2,5 mg
Dosis awal1,25 mg/hari, dosis lazim
2,5 mg/hari dapat ditingkatkan sampai
5 mg(Shorr, 2007).
Triatec
p.
o
10 mg
1-0-0
3-9
Ramipril 10 mg
Dosis awal 1,25 mg/hari dosis dapat
ditingkatkan hingga kebutuhan pasien
(Shorr, 2007).
Glucobion
p.
o
i.v
50 mg
7-9
500/12
7-9
Citicolin
1
3
i.v dosis awal 6 mg diberikan dalam
1-2 detik, jika tidak tercapai selama 15 menit diulangi 12 mg dalam 1-2
menit jika respon tidak tercapai
(Shorr, 2007).
Citicolin 500 mg
Asering
i.v
20 tpm
1-5
Elektrolit
Nicholin
i.v
1A
1-5
Nicholin 100 mg
Novalgin
i.v
1A
1
Metampiron 500 mg
N 5000
i.v
1A
1
Vit B1 100 mg, vit
B6 100 mg, vit B12
5000 mcg
Catapress
i.v
½A
1-3
Klonidin 0,075 mg
50-100 mcg 3x/hari (Shorr, 2007).
Cefazol
i.v
1g/ 12
1-5
Cefazolin Na 1g
Infeksi sedang 250-500 mg setiap 12
jam, (Shorr, 2007).Tidak ada
DT
DR
DT
DT
52
1
4
1
5
15-0824
15-1560
P/65/-
L/60/-
19/18/0,7
54/50/1,5
Fungsi
hati
normal
Fungsi
ginjal
normal
Clcr
79,71
ml/min
Fungsi
hati
turun
parah
Fungsi
ginjal
turun
Clcr 44
ml/min
Acepress
p.
o
12,5 mg
Lasix
i.v
Ulceranin
4-5
Kaptopril 12,5 mg
1A
1-3
Furosemide 40 mg
i.v
1A/12
1-3
Ranitidine Hcl 25 mg
Vomceran
i.v
8 mg
1A/12
1
Ondansentron 8 mg
Dimulai dg dosis kecil (Anonimb,
2006)
Amlodipin
p.
o
10 mg
0-0-1
1-2
Amlodipine 10 mg
2,5 mg/hari, sebagai dosis tunggal
(Shorr, 2007).
Tenazid
p.
o
5 mg
1x1
1-3
Enalapril 5 mg
5 mg, max 40 mg/hari (Shorr, 2007).
Piralen
p.
o
5 mg
1A/12
2-3
Metoklopramid Hcl 5
mg
Zypraz
p.
o
1 mg
2x1
1-3
Alprazolam 1 mg
10 mg/hari (Shorr, 2007) tidak ada
keterangan indikasi sehingga tidak
termasuk DR/DT
0,25 mg/hari 2-3x sehari max 4
mg/hari (Shorr, 2007).
Simvastatin
p.
o
1x10
mg
1-2
Simvastatin 10 mg
20-40 mg 1x/hari range 5-80 mg
(Shorr, 2007).
Dulcolac
supp
5 mg
2
Bisacodil 5 mg
5-10 mg/hari (Shorr, 2007).
Asering
int
ra
re
cta
l
i.v
20 tpm
1-5
Elektrolit
N 5000
i.v
1A/H
1-4
Vit B1 100 mg, vit
B6 100 mg, vit B12
5000 mcg
Kalnex
i.v
250
ekstra
1
As.tranexamat 250
mg
Brain act
i.v
1A/12
1
Citicolin 250 mg
Cefotaxim
i.v
1 gr/12
1-4
Sefotaksim 1 g
D 40%
i.v
2
Glukosa 40%
Lasix
i.v
Ekstra 2
fi
Ekstra
2
Furosemide 40 mg
D 10%
i.v
20 tpm
2x1
2-4
Glukosa 10%
Bisolvon
p.
o
i.v
1k/12
1x1
2-4
Bromheksin 8 mg
Neurotam
1
6
15-1610
L/60/-
30/27/1,1
Fungsi
hati
normal
Fungsi
ginjal
turun
Clcr 60
ml/min
Forneuro
p.
o
Kaptopril
p.
o
2x1
keterangan indikasi sehingga tidak
termasuk DT/DR
Dosis awal 12,5 mg-25 mg 2-3x/hari
dapat ditingkatkan 50 mg 2-3x/hari
(Shorr, 2007).
Dosis awal 40 mg dosis pemeliharaan
20-80 mg/hari (Shorr, 2007).
50 mg, max 400 mg/hari, 3-4x
sehari(Shorr, 2007).
800mg
Piracetam 800 mg
2x1
25 mg
5
Vit B1 100 mg, vit
B6 50 mg, vit B12
100 mcg, vit E 200
iu, folic acid 400
mcg
5
Kaptopril 25 mg
RL
i.v
20 tpm
1-4
Elektrolit
Ulceranin
i.v
1A
1-4
Ranitidine 25 mg
Novalgin
i.v
1A
1
Metampiron 500 mg
Piralen
i.v
1A
1x1
1
Metoklopramid 5 mg
Adalat oros
p.
o
20 mg
1x1
1-3
Nifedipine 20 mg
Lapibal
i.v
1A/H
2-3
Mecobalamin 250
mcg
2-4
Metampiron 500 mg
Analsik
3x1
DT
500 mg-1 g (Dewoto dan Wardhani,
2007)
Infeksi ringan sampai sedang 1-2g
tiap 8 jam
Dosis awal 40 mg/hari dosis
pemeliharaan 20-80 mg/hari (Shorr,
2007).
Tidak tepat obat
Dosis awal 12,5 mg dosis
pemeliharaan 25-50 mg/hari 2-3x/hari
(Shorr, 2007).
i.v 50 mg/dosis, 3-4x/hari, max 400
mg/hari (Shorr, 2007). Tidak ada
keterangan indikasi sehingga tidak
termasuk DT/DR
i.v 10 mg/hari (Shorr, 2007). Tidak
ada keterangan indikasi sehingga
tidak termasuk DR/DT
30-60 mg/hari (Shorr, 2007).
DR
Diazepam 2 mg
1
7
12-0022
P/92/-
25/16/1,0
Fungsi
hati
normal
Fungsi
ginjal
turun
Clcr
36,36
ml/min
Ring as
i.v
20 tpm
Brain act
i.v
500 mg
2x1
Citicolin 500 mg
Kalnex
i.v
250 mg
3x1
As.tranexamat 250
mg
500 mg-1 g (Dewoto dan Wardhani,
20007)
Biocef
i.v
1 gr
2x1
Sefotaksim 1g
1 g/12 jam (Shorr, 2007).
Lovask
p.
o
p.
o
10 mg
1x1si
AmlDTipine 10 mg
25 mg
2x1
Kaptopril 25 mg
Dosis awal 2,5 mg max 10 mg/hari
(Shorr, 2007).
Dosis awal 18,75 mg, max 337,5 mg
(Shorr, 2007).
5 mg
1x1
Donepezil Hcl 5 mg
Asering
p.
o
i.v
Brain act
i.v
500 mg
Neurotam
i.v
12 g/H
Kalnex
i.v
250 mg
Manitol
p.
o
p.
o
125 cc
i.v
1g
Acepress
Fordesia
1
8
15-5914
P/75/-
19/32,9/1,
2
Fungsi
hati
turun
Fungsi
ginjal
turun
Clcr
55,2
ml/min
Gliben
Broadced
1
9
2
0
05-0879
15-3109
P/70/-
L/61/-
19/18/1,2
51/55/0,9
Fungsi
hati
normal
fungsi
ginjal
turun
Clcr
43,5
ml/min
Fungsi
hati
turun
fungsi
ginjal
normal
Clcr
72,44
ml/min
2-10 mg diulang tiap 3-4 jam (Shorr,
2007).
Elektrolit
20 tpm
5 mg/hari, 1x/hari (Shorr, 2007).
1
Elektrolit
1-2
Citicolin 500 mg
1
Piracetam 12 g
3x1
1-2
Citicolin 250 mg
3x1
1-2
Manitol 125 cc
1-1-0
1-2
Glibenklamid 5 mg
Dosis awal 2,5 mg max 15 mg
1x1(Shorr, 2007).
2x1
1-2
Na ceftriaxone
1-2 g dosis tunggal/terbagi (Shorr,
2007).
2x1
2-3x/hari max 7,2 g dalam dosis
terbagi (Anonimb, 2006)
Asering
i.v
20 tpm
1-6
Elektrolit
Kalnex
i.v
250/8
1-6
As.tranexamat 250
mg
500 mg-1 g
Brain act
i.v
500/12
1-6
Citicolin 500 mg
0,5-1 g/6-12 jam (Anonim, 2000)
Cefazol
i.v
1 gr/12
1-4
Sefazolin natrium 1g
Piralen
i.v
1A
2
Metoklopramid Hcl 5
mg
1g/hari (Shorr, 2007). Tidak ada
keterangan indikasi sehingga tidak
termasuk DT/DR
10 mg/hari (Shorr, 2007) tidak ada
keterangan indikasi sehingga tidak
termasuk DT/DR
Catapress
i.v
½A
2
Klonidine
hidroklorida 0,075
mg
0,1 mg max 0,6 mg/hari (Shorr, 2007).
Biocef
i.v
1gr/12
4-5
Sefotaksim 1g
Sanmol
p.
o
1x1
4-6
Parasetamol 500 mg
1g/12 jam (Anonim, 2000), tidak ada
keterangan indikasi sehingga tidak
termasuk DT/DR
325-650 mg/dosis, max 4g/hari, 46x/hari (Shorr, 2007).
1x1
Asering
i.v
20 tpm
1-6
Elektrolit
Manitol
i.v
1-7
Manitol 20%
Brain act
i.v
125 cc
iv
250 mg
1-7
Citicolin 250 mg
Neurotam
i.v
3 gr
1-7
Piracetam 3 g
Tidak tepat obat
Captopril
p.
o
3x25
mg
1-4
Kaptopril 25 mg
Dosis awal 12,5-25 mg/dosis, 23x/hari, max 450 mg/hari (Shorr,
2007).
Diltiazem
p.
o
30 mg
2x1
1-5
Diltiazem 30 mg
Dosis awal 180-240 mg/hari range
180-420 mg(Shorr, 2007).
HCT
p.
o
25 mg
1-0-0
3-5
Hidroklorotiazid 25
mg
12,5-25 mg/hari, 1x/hari(Shorr, 2007).
Blopress
p.
o
16 mg
0-1-0
2-5
Kandesartan
sileksetil 16 mg
Ceftriaxone
i.v
1g
2x1
2-5
Natrium seftriakson
1g
Dosis awal 4 mg/hari dosis
pemeliharaan 8 mg/hari ,max 16
mg(Shorr, 2007)
1-2g dosis tunggal/terbagi (Shorr,
2007)
2x1
DR
DR
DR
54
Perifas
Frego
Herbesser
Rantin
2
1
15-3376
L/61/-
57/55/1,4
Fungsi
hati
turun
fungsi
ginjal
turun
Clcr
46,57
ml/min
P/92/-
19/17/1,0
Fungsi
hati
normal
fungsi
ginjal
turun
Clcr
36,36
ml/min
5-7
Flunarizine 5 mg
100 mg
0-0-1
5-7
Diltiazem Hcl 100
mg
Dosis awal 180-240 mg/hari range
180-420 mg (Shorr, 2007)
i.v
1A
5-7
Ranitidine Hcl 50 mg
50 mg/dosis,max 400 mg/hari,34x/hari (Shorr, 2007)
Biotriax
i.v
N 5000
i.v
Cetoros
i.v
Nifedin
p.
o
p.
o
p.
o
i.v
Rhinofed
12-0022
2x1
20 tpm
Benadril
DMP
2
3
5 mg
250/12
Harnal
Fungsi
hati
turun
fungsi
ginjal
turun
Clcr
43,14
ml/min
Cinnarizine 25 mg
i.v
Proscar
57/55/1,4
2-6
i.v
Kalnex
L/67/-
2x1
Asering
Ketese
15-3356
25 mg
Nicholin
Romila
2
2
p.
o
p.
o
p.
o
1-11
Elektrolit
1-11
Citicolin 250 mg
1g/12
1-11
Na cefriaxone 1g
1A/H
1-4
Vit B1 100 mg, vit
B6 100 mg, vit B12
5000 mcg
2x1
1-10
Piracetam 1g
1-3x/hari max 7,2 g dosis terbagi
(Anonimb, 2006)
2x1
1-11
Nifedipine 10 mg/tab
30-60 mg/hari (Shorr, 2007)
3-4
Dextromethorfan
1A/12
2x1
5-10
Dexketoprofen
500/12
6-10
As tranexamat 500
mg
p.
o
p.
o
p.
o
p.
o
i.v
1A
Citicolin
i.v
250 mg
Piracetam
i.v
Cefotaxim
As.tranexa
mat
1A/12
1x1
8-11
Finasteride
2x1
9-11
Tamsulosin
3x1
9-11
3x1
9-11
Dextromethoefan
Hbr 7,5 mg,
difenhidramin Hcl,
fenilefrin,
ammonium clorida
Pseudoefedrin 30
mg, terfenadin 40 mg
As.tranexamat 500
mg
2-11
1A/12
1-2 g/hari dalam dosis terbagi (Shorr,
2007)
Citicolin 250 mg
3 g/12
1
Piracetam 3g
Tidak tepat obat
i.v
1 g/12
1-6
Sefotaxime
1g/12-24 jam2
Kaptopril
p.
o
2x25
mg
1-12
Kaptopril 25 mg
Dosis awal 6,25 mg 2-3x/hari
kemudian 12,5 mg 3x/hari max 450
mg/hari (Shorr, 2007)
Piracetam
i.v
3 gr/12
2-12
Piracetam 3g
1-3x/hari max 7,2 g dosis terbagi
(Anonimb, 2006)
RL
i.v
20 tpm
2-12
Elektrolit
Ulsikur
i.v
1A
3x1
3-12
Semetidine 200 mg
300 mg 4x/hari (Shorr, 2007)
Parasetamol
p.
o
500 mg
3x1
3-12
Parasetamol 500 mg
325-600 mg 4-6x/hari max 4g (Shorr,
2007)
Manitol
i.v
50 cc
p.
o
75 mcg
3x50
cc
2x1
4-12
Klonidine
4-12
Klonidine 75 mcg
0,1 mg 1x/hari (Shorr, 2007)
Ketorolac
i.v
1A/12
6-12
Ketorolac 10 mg
Max 60 mg/hari (Shorr, 2007)
Ring as
i.v
20 tpm
1-15
Elektrolit
Brain act
i.v
500 mg
1A/12
1-2
Citicolin 500 mg
Kalnex
i.v
500 mg
1A/8
1-2
As tranexamat 500
mg
Cefazol
i.v
1gr/12
1A/12
2-6
Sefazolin natrium 1 g
Nicholin
i.v
100 mg
1A/12
2-18
Citicolin 100 mg
Ketese
p.
o
50 mg
1x1
sore
2-12
Dexketoprofen
trometama 25 mg
Blopress
p.
o
16 mg
1x1
pagi
2-18
Kandeartan sileksetil
16 mg
DR
30-60 mg/hari (Shorr, 2007)
1-2
3x1
DR
0,5-1 g/6-12 jam (Shorr, 2007)
16 mg/hari (Shorr, 2007)
DR
Hyperil
p.
o
2,5 mg
1x1
sore
Fordesia
p.
o
p.
o
5 mg
1x1
sore
k/p
Valisanbe
i.v
2 mg
Valium
i.v
5 mg
Catapress
i.v
0,075
mg
Catapress
i.v
Diazepam
Nepatic
p.
o
i.v
0,075
mg
2 mg
2 mg
Kalfoxim
i.v
Esilgan
2
5
15-6386
15-6918
P/74/-
P/65/-
36/19/1,1
17/13/0,8
Fungsi
hati
normal
Fungsi
ginjal
turun
44,84
ml/min
Fungsi
hati
normal
Ramipril 2,5 mg
Max 1,25-2,5 mg/hari, 2x/hari (Shorr,
2007)
5 mg/hari,1x/hari (Shorr, 2007)
3-18
Donepezil Hcl 5 mg
3-9
Vit B1 100 mg, vit
B6 50 mg, vit B12
100 mcg, vit E 200
iu, folic acid 400
mcg
½A
Ekstra
2
Diazepam 2 mg
2-10 mg diulang tiap 3-4 jam (Shorr,
2007)
1A
ekstra
½A
4
Diazepam 5 mg
4
Klonidina
hidroklorid 0,075 mg
2-10 mg diulang tiap 3-4 jam(Shorr,
2007)
Max 0,1 mg/hari, 1x/hari (Shorr,
2007)
2x1
4-6
2x1
4-8
Klonidina
hidroklorid 0,075
Diazepam 2 mg
2x1
9-18
Gabapentin 300 mg
0,5 g
7-14
Natrium sefotaxim
0,5 g
1g/12 jam (Shorr, 2007)
i.v
1g
Estazolam 1g
0,5-1g/hari (Shorr, 2007)
Cernevit
i.v
1 fi/H
11&
18
1318
Valium
i.v
10 mg
11
Retinol,
Cholecalciferol,
Tocopherol,
Ascorbic acid,
Cocarboxylase
tetrahydrat,
Thiamine,
Riboflavin,
Pyridoxine,
Cynocobalamin,
Folic acid,
Dexphanthenol,
Biotin, Nicotinamide,
Glycine, Glycoholic
acid, Soya lecithin,
NaOH
Diazepam 10 mg
RL
i.v
10 tpm
1-3
Elektrolit
Lasix
i.v
1A
ekstra
1
Furosemid 40 mg
Dosis awal 40 mg, dosis pemeliharaan
20-80 mg/hari (Shorr, 2007)
Tenace
i.v
1A estra
1
Enalapril maleat 5
mg
Dosis awal 2,5 mg sehari dosis
pemeliharaan 10-20 mg sekali sehari
(Shorr, 2007)
N 5000
i.v
1A/H
1-3
Vit B1 100 mg, vit
B6 100 mg, vit B12
5000 mcg
Kaptopril
p.
o
25 mg
3x25
mg
1-2
Kaptopril 25 mg
9,375 mg/dosis, max 37,5 mg/hari, 23x/hari (Shorr, 2007)
Diltiazem
p.
o
30 mg
3x30
mg
1-2
Diltiazem 30 mg
60 mg 3x/hari max 360 mg (Shorr,
2007)
Forneuro
2
4
3-17
1 kap
1A
ekstra
Max 0,1 mg/hari, 1x/har (Shorr, 2007)
2-10 mg diulang tiap 3-4 jam (Shorr,
2007)
Dosis diturunkan (Anonim, 2000)
2-10 mg diulang tiap 3-4 jam (Shorr,
2007)
Lancolin
i.v
2x1A
1-3
Citicolin 250 mg
Plavix
75 mg
1x1
1-3
Clopidogrel 75 mg
75 mg/hari, 1x/hari (Shorr, 2007)
Cholestat
p.
o
i.v
10 mg
1x1
1&3
Simvastatin 10 mg
10 mg/hari tiap malam (Shorr, 2007)
Zypraz
i.v
0,5 mg
ekstra
1&3
Alprazolam 0,5 mg
0,25 mg/hari, 2-3x/hari max 4 mg/hari
(Shorr, 2007)
Tenace
p.
o
10 mg
1x1
2
Enalapril maleat 10
mg
Herbesser
CD
i.v
100 mg
1x1
2-3
Diltiazem Hcl 100
mg
dosis awal 2,5 mg sehari dosis
pemeliharaan 10-20 mg 1x/hari
(Shorr, 2007)
60 mg 3x/hari max 360 mg (Shorr,
2007)
RL
i.v
10 tpm
1-4
Elektrolit
Novalgin
i.v
1A
ekstra
1
Metampiron 500 mg
56
Fungsi
ginjal
normal
69,75
ml/min
2
6
15-7035
P/65/-
22/18/1,1
Fungsi
hati
normal
fungsi
ginjal
turun
Clcr
50,73
ml/min
Piralen
i.v
1A
ekstra
1
Metoklopramid Hcl
10 mg
Citicolin
i.v
1A/12
1-4
Citicolin
N 5000
i.v
1A/H
1-4
Vit B1 100 mg, vit
B6 100 mg, vit B12
5000 mcg
Divask
p.
o
5 mg
1x1
sore
1-4
Amlodipine besilate
5 mg
2,5 mg/hari max 10 mg (Shorr, 2007)
Angioten
i.v
50 mg
1x ½
1-4
Kalsium losartan 50
mg
Dosis awal 25 mg/hari dosis lazim 50
mg/hari (Shorr, 2007)
Degrium
p.
o
5 mg
2x1
1-4
Flunarizine 5 mg
Piracetam
i.v
3 g/8
1-5
Piracetam 3g
Max 7,2 mg/hari, 2-3x/hari (Anonimb,
2006)
Gemfibrozil
p.
o
i.v
300 mg
1-3
Gemfibrozil 300 mg
1200 mg/hari dalam dosis terbagi.
20 tpm
2-5
Elektrolit
Captopril
p.
o
2x25
mg
2-5
Kaptopril 25 mg
9,375 mg/dosis, max 37,5 mg/hari, 23x/hari (Shorr, 2007)
Aspilet
p.
o
p.
o
80 mg
1x1
2-5
Asetosal 80 mg
80-325 mg/hari (Shorr, 2007)
2x50
2-5
Na diklofenac 50 mg
75-150 mg/hari (Shorr, 2007)
RL
Na
diclofenac
2
7
15-7379
P/70/-
20/10/1,0
Fungsi
hati
normal
fungsi
ginjal
turun
Clcr
52,2
ml/min
RL
i.v
20 tpm
1-7
Elektrolit
Lasix
i.v
1A/H
1-5
Furosemid 40 mg
Kalnex
i.v
500/12
1-6
As tranexamat 500
mg
Piracetam
i.v
3 g/6
1-7
Piracetam 3g
Brain act
i.v
250/12
2x1
1-7
Citicolin 250 mg
Divask
p.
o
50 mg
2x1
1-3
Amlodipine besilate
50 mg
2,5 mg/hari dosis tinggi (Shorr, 2007)
Angioten
i.v
1A/12
2x1
1-3
Kalsium losartan 50
mg
Dosis awal 25 mg/hari dosis lazim 50
mg/hari (Shorr, 2007)
Alprazolam
p.
o
p.
o
0,25 mg
3
Alprazolam 0,25 mg
0,25 mg 2-3x/hari (Shorr, 2007)
3-4
Ranitidine 150 mg
150 mg 4x/hari (Shorr, 2007)
3-7
Parasetamol 500 mg
325-650 mg 4-6x max 4g/hari (Shorr,
2007)
Ranitidine
Sisterol
Manitol
13-6756
L/61/-
18/22/2,1
Fungsi
hati
normal
Fungsi
ginjal
turun
Clcr
31,05
ml/min
p.
o
i.v
3x1
125 cc
4-6
Manitol 4%
Ekstra
5
Bisacodil 10 mg
Asering
Int
rar
ect
al
i.v
20 tpm
1-10
Elektrolit
Brain act
i.v
250/8
1-10
Citicolin 250 mg
N 5000
i.v
1A/H
1-10
Vit B1 100 mg, vit
B6 100 mg, vit B12
5000 mcg
Zyloric
p.
o
p.
o
300
1x1
1-14
Allopurinol 300 mg
10 mg
1x1
1-14
Simvastatin 10 mg
Kalnex
i.v
500 mg
1A/12
1-10
As tranexamat 500
mg
Bisolvon
i.v
1A/12
2x1
2-13
Kaptopril
p.
o
25 mg
2x1
3-10
Bromheksin Hcl 4
mg
Kaptopril 25 mg
Dulcolac
2
8
1x1
10 mg/hari (Shorr, 2007)
Cholestat
DR
Dosis awal 40 mg dosis pemeliharaan
20-80 mg (Shorr, 2007)
Max 7,2 g/hari,2-3x/hari, dosis terbagi
(Anonimb, 2006)
10 mg/hari (Shorr, 2007)
100-200 mg/hari atau 300 mg/hari
(Shorr, 2007)
Max 100 mg/hari
10 mg/hari tiap malam (Shorr, 2007)
Dosis diturunkan (Shorr, 2007)
9,375 mg/dosis 2-3x/hari, max 37,5
mg/hari (Shorr, 2007)
DT
2
9
3
0
15-7669
01-2271
P/80/-
L/66/-
29/19/1,2
17/10/1,2
Fungsi
hati
normal
fungsi
ginjal
normal
Clcr
37,5
ml/min
Fungsi
hati
normal
Fungsi
ginjal
normal
Clcr 51
ml/min
Divoltar
p.
o
Forneuro
15-8355
L/75/-
17/10/1,2
Fungsi
hati
normal
fungsi
ginjal
normal
Clcr 45
ml/min
1-14
Diclofenac Na 50 mg
i.v
1x1
9-14
Vit B1 100 mg, vit
B6 50 mg, vit B12
100 mcg, vit E 200
iu, folic acid 400
mcg
ATP
i.v
3x1
1114
Adenosine tri
phosphate 10 mg
i.v dosis awal 6 mg diberikan dalam
1-2 detik, jika tidak tercapai selama 15 menit diulangi 12 mg dalam 1-2
menit jika respon tidak tercapai
(Shorr, 2007).
Neurotam
i.v
80 mg
2x1
Tidak tepat obat
i.v
20 tpm
1114
1-2
Pirasetam 400 mg
Asering
Brain act
i.v
500 mg
2x1
1-2
Citicolin 500 mg
Kalnex
i.v
250 mg
3x1
1
As tranexamat 250
mg
Cefazole
i.v
1g
2x1
1-2
Sefazole natrium 1g
RL
i.v
10 tpm
1-3
Elektrolit
i.v
1A/8
1-2
Furosemid 40 mg
i.v
1
Metampiron 500 mg
Spirola
i.v
1A
ekstra
25 mg
1x1
1-3
Spironolakton 25 mg
25-50 mg/hari, 1-2 dosis terbagi
(Shorr, 2007)
Diltiazem
p.
o
30 mg
3x1
1-3
Diltiazem 30 mg
60 mg 3x/hari max 360 mg (Shorr,
2007)
Kaptopril
p.
o
25 mg
3x1
1-3
Kaptopril 25 mg
12,5-25 mg/dosis 2-3x/hari max 450
mg/hari (Shorr, 2007)
Simvastatin
p.
o
p.
o
40 mg
1x1 m
2-3
Simvastatin 40 mg
20-40 mg malam hari (Shorr, 2007)
40 mg
1x1 p
3
Furosemid 40 mg
Dosis awal 40 mg dosis pemeliharaan
20-80 mg (Shorr, 2007)
RL
i.v
20 tpm
7-11
Elektrolit
i.v
1A
1
Metampiron 250 mg
Piracetam
i.v
1A
1
Pirasetam 1g
Citicolin
i.v
1A/12
2x1
1-12
Citicolin
Captopril
p.
o
25 mg
3x1
3-11
Kaptopril 25 mg
9,375 mg/dosis max 337,5 mg/hari, 23x/hari (Shorr, 2007)
Ponstan
p.
o
250 mg
3x1
3-12
Asam mefenamat
250 mg
250 mg/dosis, 4x/hari (Shorr, 2007)
Vit B1
p.
o
p.
o
p.
o
p.
o
5 mg
3x1
3-12
Vit B1 5 mg
10 mg
3x1
3-12
Vit B6 10 mg
3x1
3-12
Vit B12
1x1/2
3-12
Belladonna 0,1 mg,
ergotamine tartrat 0,3
mg, Phenobarbital 20
mg
p.
o
25 mg
3x1
3-6
Hidroklorotiazid 25
mg
1-3
Elektrolit
2x1
1-2
As tranexamat 200
mg
HCT
35/16/0,9
Fungsi
hati
turun
fungsi
Dosis awal 40 mg, dosis pemeliharaan
20-80 mg/hari (Shorr, 2007)
Antalgin
Bellapheen
P/70/-
0,5-1 g/6-12 jam (Shorr, 2007).
Novalgin
Vit B12
14-4858
Elektrolit
Lasix
Vit B6
3
2
Tidak tepat obat
1x1
Lasix
3
1
50 mg
RL
i.v
20 tpm
Kalnex
i.v
200 mg
ekstra
Max 7,2g/hari 1-2x/hari dalam dosis
terbagi (Anonimb, 2006)
12,5-25 mg/hari dalam dosis
tunggal/terbagi (Shorr, 2007)
DT
58
ginjal
turun
Clcr 58
ml/min
3
3
15-9919
L/65/-
32/27/1,9
Fungsi
hati
normal
fungsi
ginjal
turun
Clcr
32,63
ml/min
Nicholin
i.v
1A/ekstr
a
3x1
1
Citicolin
Neurotam
i.v
160
2x1
1-3
Pirasetam 160 mg
Max 7,2 g/hari, 1-3x/hari (Anonimb,
2006)
Ulceranin
i.v
1A
2x1
1-3
Ranitidine 25 mg
50 mg/dosis, max 400mg,3-4x/hari
(Shorr, 2007)
Novalgin
i.v
1A
3x1
1-3
Metampiron 500 mg
Manitol
i.v
100 cc
4x1
1-3
Manitol 4% 100 cc
D 5%
i.v
20 tpm
1
Glukosa
Cefazole
i.v
1 g/12
1-9
Sefazolin natrium 1g
Cernevit
N 5000
i.v
i.v
1 g/H
1A
ekstra
1-9
1
D 40%
i.v
5 fial
1
Glukosa 40%
Lasix
i.v
1A
ekstra
30
mg/H
10 mg
1
Furosemid 40 mg
05-7076
P/81/-
25/19/0,9
Fungsi
hati
normal
fungsi
ginjal
turun
Clcr
49,2
ml/min
16-0345
P/69/-
24/23/0,7
Fungsi
hati
normal
fungsi
ginjal
normal
Clcr
75,6
ml/min
Nifedipin 30 mg
1-9
Amlodipine 10 mg
2,5 mg/hari (Shorr, 2007)
75 mg, 1x/hari (Shorr, 2007)
i.v
D 10%
p.
o
p.
o
i.v
20 tpm
Zypraz
i.v
0,5 g
RL
i.v
RL
i.v
20 tpm
1-5
Elektrolit
Broadced
i.v
1g/12
1-5
Ceftriaxone disodium
1g
1-2 g dosis tunggal/terbagi (Shorr,
2007)
Cernevit
i.v
1g/H
2-5
Adalat oros
p.
o
p.
o
p.
o
30 mg
1x1 p
1-5
Retinol,
Cholecalciferol,
Tocopherol,
Ascorbic acid,
Cocarboxylase
tetrahydrat,
Thiamine,
Riboflavin,
Pyridoxine,
Cynocobalamin,
Folic acid,
Dexphanthenol,
Biotin, Nicotinamide,
Glycine, Glycoholic
acid, Soya lecithin,
NaOH
Nifedipin 30 mg
30-60 mg/hari (Shorr, 2007)
1x1 s
1-5
Clopidogrel 75 mg
75 mg/1x/hari (Shorr, 2007)
50 mg
1x1 m
2-5
Kalsium losartan 50
mg
Dosis awal 25 mg 1x/hari, dosis lazim
50 mg 1x/hari (Shorr, 2007)
Angioten
3
5
1-9
Dosis awal 40 mg dosis pemeliharaan
20-80 mg (Shorr, 2007)
30-60 mg/hari (Shorr, 2007)
Divask
CPG
1x1
Vit B1 100 mg, vit
B6 100 mg, vit B12
5000 mcg
Adalat oros
CPG
3
4
1x1
0,5-1g/6-12 jam (Shorr, 2007)
1x1
1xekst
ra
1-9
Clopidogrel 75 mg
1-6
Glukosa 10%
3
Alprazolam 0,5 mg
7-9
Elektrolit
RL
i.v
20 tpm
1-5
Elektrolit
Lasix
i.v
1
Furosemid 40 mg
Adalat oros
p.
o
p.
o
1A
ekstra
20 mg
1x1
1-6
Nifedipin 20 mg
0,5 mg
1x1
1-6
Allopurinol 0,5 mg
3x1
2-6
Amiodaron Hcl 200
mg
2-5
Retinol,
Cholecalciferol,
Tocopherol,
Ascorbic acid,
Cocarboxylase
tetrahydrat,
Thiamine,
Riboflavin,
Pyridoxine,
Cynocobalamin,
Folic acid,
Dexphanthenol,
Zypraz
Cordaron
p.
o
200 mg
Cernevit
i.v
1 fi/hari
DT
0,25 mg/dosis,2-3x/hari (Shorr, 2007)
tidak ada keterangan indikasi
sehingga tidak termasuk DR/DT
Dosis awal 40 mg dosis pemeliharaan
20-80 mg (Shorr, 2007)
30-60 mg/hari (Shorr, 2007)
100-200 mg/hari atau 300 mg/hari
(Shorr, 2007) tidak ada keterangan
indikasi sehingga tidak termasuk
dalam DT/DR
800-1600 mg/hari,2-3x/hari dosis
terbagi dosis pemeliharaan 200-600
mg (Shorr, 2007)
DR
59
Rantin
3
6
16-0588
P/73/-
29/24/0,6
Fungsi
hati
normal
fungsi
ginjal
normal
Clcr
83,4
ml/min
P/65/-
23/17/0,8
Fungsi
hati
normal
fungsi
ginjal
normal
Clcr
69,75
ml/min
i.v
500 mg
2
Citicolin 500 mg
ekstra
2-6
Forneuro
i.v
1A/12
1x1
3-6
Dexketoprofen 25
mg
Vit B1 100 mg, vit
B6 50 mg, vit B12
100 mcg, vit E 200
iu, folic acid 400
mcg
Lipitor
p.
o
10 mg
1x1
3-6
Kalsium atorvastatin
10 mg
10 mg 1x/hari (Shorr, 2007)
Terfacef
i.v
1g/H
5-6
Natrium sefriakson
1g
1-2 g dosis tunggal/terbagi (Shorr,
2007)
500
mg/12
1A
ekstra
50 mg
1-3
Citicolin 500 mg
1-3
Furosemid 40 mg
1-3
Kalsium losartan 50
mg
Dosis awal 40 mg dosis pemeliharaan
20-80 mg (Shorr, 2007)
50 mg/hari Dosis awal 40 mg dosis
pemeliharaan 20-80 mg (Shorr, 2007)
2,5 mg 1x/hari max 10 mg/hari (Shorr,
2007)
Brain act
i.v
Lasix
i.v
Angioten
p.
o
Divask
p.
o
10 mg
2x1
1-3
Amlodipine besilat
10 mg
Moxam
p.
o
p.
o
7,5 mg
3x1
2-3
Meloxicam 7,5 mg
250 mg
3x1
2-3
Collagenase,
fibrinolysin,
provibinolysin
activator
i.v
1A
ekstra
1
Metoclopramid HCl
5 mg
P/68/-
20/19/2,1
Fungsi
hati
normal
fungsi
ginjal
Clcr
25,54
ml/min
1x1
RL
i.v
20 tpm
1-3
Elektrolit
Terasic
i.v
1
Ketorolac 10 mg
Co aprovel
p.
o
1A
ekstra
150 mg
1-2
Ibesartan 150 mg,
1x1
10 mg tiap 6-8 jam max 40 mg/hari
(Shorr, 2007)
12,5-25 mg/hari, dosis tunggal
terbagi (Shorr, 2007)
0,25 mg 2-3x/hari (Shorr, 2007) tidak
ada keterangan indikasi sehingga
tidak termasuk DR/DT
p.
o
0,5
2x1
1-3
Alprazolam 0,5 mg.
Cordaron
p.
o
200 mg
2x1
1-3
Amiodaron Hcl 200
mg
Frego
p.
o
p.
o
2 mg
2x1
1-3
Flunarizine 2 mg,
1 tab
3x1
1-3
Metampiron 500 mg
i.v
1 fi/H
diazepam 2 mg
1-3
10 mg/hari (Shorr, 2007) tidak ada
keterangan indikasi sehingga tidak
termasuk DR/DT
HCT 12,5 mg
Zypras
Cernevit
16-1715
50 mg/dosis,max 400 mg/hari, 34x/hari (Shorr, 2007)
i.v
Analsik
3
8
2-6
Ketesse
Piralen
16-1451
1A/12
Brain act
Plasmin
3
7
i.v
Biotin, Nicotinamide,
Glycine, Glycoholic
acid, Soya lecithin,
NaOH
Ranitidine Hcl 50 mg
2-10 mg diulang tiap 3-4 jam (Shorr,
2007)
Retinol,
Cholecalciferol,
Tocopherol,
Ascorbic acid,
Cocarboxylase
tetrahydrat,
Thiamine,
Riboflavin,
Pyridoxine,
Cynocobalamin,
Folic acid,
Dexphanthenol,
Biotin, Nicotinamide,
Glycine
Elektrolit
Asering
i.v
20 tpm
1-8
Kalnex
i.v
250
ekstra
1
As tranexamat 250
mg
N 5000
i.v
1A
ekstra
1
Vit B1 100 mg, vit
B6 100 mg, vit B12
5000 mcg
Neurotam
i.v
3 g/8
1-6
Pirasetam 3g
Tidak tepat obat
DT
60
Keterangan:
Acepress
p.
o
12,5 mg
Biocef
i.v
1 g/12
Nifedipin
p.
o
10 mg
Parasetamol
p.
o
1 tab
ekstra
Sistenol
p.
o
Dextroport
syr
2-3
Kaptopril 12,5 mg
9,375 mg/dosis, max 37,5 mg/hari, 23x/hari max 337,5 mg (Shorr, 2007)
2-8
Sefotaksim 1g
1 g 2-3x/hari1
4-8
Nifedipine 10 mg
Dosis awal 30-60 mg dosis lazim
hingga 120 mg/hari (Shorr, 2007)
4
Parasetamol 500 mg
3x1
5-6
Parasetamol 500 mg,
120 mg/hari
325-650 mg 4-6x max 4 g/hari (Shorr,
2007)
max 4g/hari
325-650 mg 4-6x max 4g/hari (Shorr,
2007)
p.
o
3x1
CI
5-6
n-asetylsystein 200
mg
Codipront
syr
p.
o
4x1
CI
6-8
Codein anhydrat 30
mg,
Stazol
p.
o
3x1
6-8
phenyltholoxamine
10 mg.
Brain act
i.v
6-8
Citicolin 500 mg.
1A/12
2x1
2x1
p.o= per oral
mg= miligram
mcg= microgram
SGOT (AST)= Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT (ALT)= Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
1A/12= 1 ampul setiap 12 jam
1g/12= 1 gram/12 jam
CLcr= klirens kreatinin
i.v= intravena
DT= dosis tinggi
DR= dosis rendah
DR
Download