33 A. Keanekaragaman Serangga Pengunjung dan Penyerbuk pada H. multiflora Total serangga yang mengunjungi tumbuhan H. multiflora yang diamati adalah 952 individu (681 individu di Darmaga dan 271 individu di Bodogol). Kedua lokasi diamati 15 spesies serangga yang mengunjungi bunga H. multiflora (8 spesies di Bodogol dan 9 spesies di Darmaga) yang termasuk dalam 7 famili (6 famili di Bodogol dan 4 famili di Darmaga) (Tabel 2). Perbedaan jumlah spesies di Darmaga dan Bodogol dipengaruhi oleh tipe habitat yaitu Bodogol mempunyai karakteristik hutan hujan tropis sedangkan di Darmaga berupa perumahan. Beberapa spesies hanya ditemukan di Bodogol, yaitu Cremtogaster sp., Diacamma sp. (Formicidae), Vesipula velutina (Vespidae), Trigona sp. (Apidae), Tabanus sp. (Tabanidae), dan Sarcophaga sp. (Sarcophagidae). Tujuh spesies yang hanya ditemukan di Darmaga, yaitu Prenolepis sp., Amblyopone sp. (Formicidae), Vespa analis, R. fasciata, V. Flaviceps (Vespidae), T. gana gana dan P. Guttata (Hesperiidae). Enam spesies yang hanya ditemukan di Bodogol yaitu Cremtogaster sp., Diacamma sp., Vesipula velutina, Trigona sp., Tabanus sp., dan Sarcophaga sp. Dua spesies ditemukan di kedua lokasi, yaitu Myrmicaria sp. dan Drosophyla sp. Dominansi yang tinggi dari semut (Formicidae) pada tumbuhan H. multiflora berpengaruh terhadap nilai indeks keanekaragaman dan kemerataan serangga. Keanekaragaman serangga di Darmaga (H=0,4369) termasuk kategori rendah (H’<1) sedangkan nilai indeks keanekaragaman di Bodogol (H=1,5427 ) termasuk kategori sedang (1<H’<3) (Magurran 2003). Kesamaan serangga yang ditemukan di Darmaga dan Bodogol rendah (Cs=0,333) (Tabel 2). Semakin kecil nilai kemerataan spesies maka kelimpahan serangga tidak merata dan terjadi dominansi yaitu semut. Nilai indeks kesamaan Sorensen (Cs) di kedua lokasi adalah rendah (0,333). Keanekaragaman serangga penyerbuk disuatu habitat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber pakan dan faktor lingkungan. Beberapa serangga pengunjung dapat dikategorikan sebagai serangga penyerbuk, yaitu dari ordo Hymenoptera, Diptera, dan Lepidoptera (Banjo et al. 2006). Lebah 34 Trigona sp. dan Apis sp. (Apidae) memiliki corbicula, rambut pada tubuh dan probosis yang panjang. Struktur tubuh ini mendukung serangga sebagai penyerbuk pada banyak spesies tumbuhan berbunga (Triplehorn & Johnson 2005). Semut Prenolepis sp. ditemukan dominan pada tumbuhan H.multiflora. Ciri-ciri spesies ini adalah antena 12 segmen, abdomen bagian depan dengan sternit 1 terbuka, kepala menghadap ke depan dengan letak mata agak ke tengah, mandible dengan 6 gigi, mesothorak disamping pronotum (Bolton 1994). Pada bunga H. multiflora, Prenolepis sp. kemungkinan hanya mengambil nektar dan dari pengamatan spesies ini tidak ditemukan polinia pada tubuhnya. Namun tidak menutup kemungkinan semut Prenolepis sp sebagai pengunjung sekaligus sebagai penyerbuk pada bunga H. multiflora. Prenolepis sp. pada tanaman jarak pagar dilaporkan sebagai penyerbuk. Semut ini dikenal sebagai semut madu karena memiliki abdomen yang transparan (Rianti 2009). Semut Crematogaster sp. pada penelitian ini diamati, mengambil nektar pada tumbuhan H. multiflora sebagai sumber pakannya. Crematogaster sp. pada H. multiflora, ditemukan dengan jumlah individu tinggi dan kemungkinan dikategorikan hanya sebagai pengunjung bunga karena hanya mengambil nektar saja. Semut ini diamati keluar masuk pada payung bunga yang dikurung dan hasil pengamatan menunjukan tidak terjadi pembentukan buah. Semut Crematogaster sp. merupakan spesies yang memiliki postpetiole bersambung pada segmen pertama gaster bagian dorsal dan tidak memiliki alur pada antena (Bolton 1994). Semut lain yang ditemukan mengunjungi bunga H. multiflora adalah Myrmicaria sp. Pada penelitian ini Myrmicaria sp. diamati mengambil nektar pada tumbuhan H. multiflora sebagai sumber pakannya dan hanya dikategorikan sebagai sebagai pengunjung bunga. Kunjungan semut ini pada payung bunga yang dikurung, ternyata tidak menyebabkan terjadinya pembuahan. Semut ini memilliki antena dengan 7 segmen, petiole dibagian pertama segmen gastral, tidak memiliki alur di bawah antena (Bolton 1994). 35 Dua spesies semut lain, yaitu Amblyopone sp. dan Diacamma sp. ditemukan pada bunga H. multiflora. Semut Amblyopone sp. diamati hanya mengambil nektar pada tumbuhan H. multiflora sebagai sumber pakannya. Semut Amblyopone sp. memiliki jumlah kunjungan pada bunga paling sedikit dan dikategorikan sebagai serangga pengunjung bunga. Amblyopone sp. adalah semut yang memiliki ciri-ciri: petiole dekat dengan segmen pertama gastral, antena 12 segmen, mandible linier dengan lebih dari tiga gigi, spatula seta tidak ada, dan panjang mandible tidak sama dengan panjang kepala (Bolton 1994). Pengamatan pada semut Diacamma sp. spesies ini hanya mengambil nektar dan pada tubuhnya tidak ditemukan polinia. Jumlahnya individu dari spesies ini yang cukup banyak dan struktur tubuh yang mendukung memungkinkan semut Diacamma sp. dikategorikan sebagai pengunjung dan penyerbuk pada bunga H. multiflora. Diacamma sp. adalah semut yang memiliki ciri petiole lebih dekat dengan segmen pertama gastral, mandible panjang dan triangular, terdapat premesontal sutura, pada bagian kepala tanpa scrobes antena, ruas petiole bagian dorsal dengan satu pasang duri (Bolton 1994). Lebah Trigona sp. diamati mengambil nektar sebagai sumber pakannya. Trigona sp. dapat dikategorikan sebagai serangga pengunjung dan penyerbuk pada tumbuhan H. multiflora. Lebah ini memiliki jumlah kunjungan yang tinggi pada bunga. Lebah ini dilaporkan sebagai penyerbuk dominan pada tanaman jarak pagar (Atmowidi et al 2008). Trigona sp. adalah lebah dengan ukuran tubuh kecil, panjang tubuh 4-6 cm, kepala, thorak dan abdomen hitam dengan sayap transparan, tidak mempunyai penyengat (Michener 2000; Triplehorn & Johnson 2005). Penelitian ini ditemukan empat spesies tabuhan (Vespidae), yaitu V. velutina, V. analis, R. fasciata dan V. flaviceps. Kelimpahan spesies tabuhan yang tinggi pada bunga disebabkan banyak ditemukan sarang disekitar tumbuhan H. multiflora. Spesies tabuhan ini mengambil nektar dari bunga sebagai sumber pakannya. Ukuran tubuh dan kelimpahan yang tinggi dari spesies tabuhan ini,sehingga tabuhan dikategorikan sebagai serangga 36 pengunjung dan berpotensi sebagai penyerbuk. Meskipun pada penelitian ini tidak ditemukan polinia pada tubuh tabuhan. Famili tumbuhan Asclepiadaceae, tabuhan (Vespidae) merupakan serangga penyerbuk yang penting dan dapat meningkatkan hasil buah (Ollerton & Liede 1997). Spesies tabuhan V. velutina dengan ciri-ciri: ukuran tubuh 14-17 mm, kecil, atau sama dengan ukuran lebah, bagian kepala dan thorak hitam, bagian pertama dan kedua sterna memiliki sabuk kuning, bagian keempat dan keenam sterna dengan zona kuning. Tabuhan V. analis memiliki ciriciri: ukuran tubuh sekitar 25 mm, ukuran tubuh lebih kecil dari lebah. Tabuhan R. fasciata dengan ciri-ciri: ukuran tubuh 9–10 mm, segmen metasomal kedua berbentuk seperti bel, bagian lateral dan dorsal berwarna kuning. Spesies yang keempat adalah V. flaviceps dengan ciri-ciri: ukuran tubuh 8–9 mm, ukuran tubuh kecil, didominasi warna hitam pada tubuhnya dan terdapat sabuk warna kuning pada bagian posterior sampai segmen metasomal (Barthelemy 2008). Hasil penelitian ini diamati tiga spesies lalat (Diptera) yaitu Tabanus sp., Sarcophaga sp., dan Drosophyla sp. Berdasarkan pengamatan, ketiga spesies lalat tersebut mengambil nektar sebagai sumber pakannya. Tabanus sp. dan Sarcophaga sp. memiliki kelimpahan yang cukup tinggi pada H. multiflora dan dapat dikategorikan sebagai serangga pengunjung dan berpotensi sebagai penyerbuk, sedangkan Drosophyla sp. dikategorikan sebagai serangga pengunjung. Lalat Tabanus sp adalah lalat dengan ciri-ciri: ukuran tubuh sedang atau besar, panjang 6–20 mm, warna tubuh cokelat,mata besar, membran sayap lebih gelap dari pada warna tubuh (Pechuman & Teskey 1981). Lalat Sarcophaga sp. dengan ciri ukuran tubuh kecil sampai besar, panjang 3–18 mm, pada thorak terdapat 3 garis hitam dengan latar belakang abu-abu, abdomen bergaris, berpita atau berbintikbintik (Shewell 1987). Lalat Drosophyla sp. ukuran tubuh kecil, panjang 2– 5 mm, warna tubuh putih dengan mata berwarna merah, sayap transparan (Wheeler 1987). Bunga H. multiflora juga dikunjungi oleh dua spesies kupu-kupu (Hesperiidae) yaitu P. guttata dan T. gana gana. Kedua kupu-kupu diamati 37 mengambil nektar bunga dan berpotensi sebagai penyerbuk. Hansen et al. (2007) melaporkan bahwa penyerbukan pada tumbuhan Hoya dilakukan oeh serangga dari Ordo Lepidoptera. P. guttata ukuran tubuh kecil, dengan rentang sayap 15-17 mm, kupu-kupu jantan dan betina hampir sama ukurannya, warna cokelat hingga cokelat gelap dengan totol-totol putih pada sayap. Kupu T. gana gana dengan ukuran tubuh sedang, rentang sayap 60– 90 mm, warna tubuh putih, abu-abu dan hitam dengan bintik-bintik putih di pinggir sayap, pola warna bagian atas hampir sama dengan bagian bawah (Sola et al. 2005). Keanekaragaman serangga pada bunga di Bodogol lebih tinggi dibandingkan di Darmaga. Habitat yang masih alami di Bodogol sehingga keanekaragaman serangganya tinggi. Habitat di Darmaga ditemukan banyak pemukiman penduduk dan tidak alami lagi. Selain tipe habitatnya keanekaragaman serangga juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya (Amano et al. 2000). Berdasarkan analisis, suhu udara dan intensitas cahaya berpengaruh positif terhadap jumlah individu serangga, sedangkan kelembaban berpengaruh negatif terhadap jumlah individu serangga. Serangga-serangga yang mengunjungi bunga di Bodogol banyak ditemukan di pagi hari, terutama tabuhan (Vespidae). Vespidae merupakan serangga poikiloterm dan berukuran besar yang mampu memanaskan suhu torak dengan cara mengepakan sayapnya (warming up) sampai suhu 260C (Schoonhoven et al. 1998). Suhu tersebut merupakan kisaran serangga untuk terbang. Serangga di Darmaga banyak ditemukan pada siang hari,terutama semut. Jumlah individu serangga berkaitan dengan jumlah bunga mekar. Jumlah individu serangga dan jumlah bunga mekar frekuensi tinggi pada hari 3-4. Jumlah individu serangga ditemukan tinggi pada saat seluruh bunga mekar yaitu pada hari 3-4. Jumlah bunga mekar tumbuhan H. multiflora di Darmaga dan di Bodogol tidak jauh berbeda yaitu hari kedua dan ketiga. Pengamatan bunga H. multiflora di Darmaga mekarnya bunga terbagi dua tahap, yaitu sebagian kecil bunga mekar (3-4 bunga) yaitu dihari pertama dan hari kedua bunga mekar seluruhnya. Mekar bunga di Bodogol 38 terjadi dalam tiga tahap yaitu hari pertama bunga mekar sebagian (1-2 bunga) kemudian bunga mekar 3-4 bunga (hari kedua) dan bunga mekar seluruhnya (hari ketiga). Volume nektar tertinggi pada bunga H. multiflora di Darmaga dan Bodogol terjadi pada hari 3-4 yaitu pada saat bunga mekar seluruhnya. Keanekaragaman serangga berkaitan dengan banyaknya bunga yang dihasilkan oleh tumbuhan (Gilman 1999). Salah satu ketertarikan serangga pada bunga adalah kandungan nektar (Kearns & Inouye 1997). Nektar merupakan larutan gula yang disekresikan oleh kelenjar nektar (Dafni 1992). Selain nektar, serbuk sari juga merupakan faktor penarik bagi serangga penyerbuk. Kemampuan serangga dalam membawa polen memungkinkan terjadinya penyerbukan silang pada tumbuhan (Bolat & Pirlak 1999). Tumbuhan famili Asclepiadaceae (M. japonica), serangga penyerbuk yaitu Vespidae, Apidae, dan Tabanidae dilaporkan membawa polinia pada tungkai atau pada alat mulut (mandibel). Sedangkan pada kupu-kupu polinia dapat ditemukan pada probosisnya (Tanaka et al. 2006). B. Frekuensi Kunjungan Serangga Menurut Dafni (1992) efektivitas serangga penyerbuk dapat diukur dari frekuensi kunjungan pada bunga. Frekuensi kunjungan serangga penyerbuk dapat diamati dari jumlah kunjungan per menit, banyak bunga yang dikunjungi, lama kunjungan per bunga, dan total kunjungan. Berdasarkan jumlah bunga yang dikunjungi dan total kunjungan diduga bahwa Prenolepis sp, R. fasciata, Trigona sp., Tabanus sp., V. analis adalah serangga yang efektif sebagai penyerbuk tumbuhan H. multiflora (Tabel 3). Pada tumbuhan M. japonica, serangga yang efektif sebagai penyerbuk adalah tabuhan (wasp) (Tanaka et al. 2006). Keefektifan Vespidae ini didukung struktur tubuh yang besar. Lalat Tabanus sp. (Tabanidae) memiliki rambut-rambut untuk tempat menempelnya polinia (Raw 2000). Semut Prenolepis sp. merupakan semut yang berukuran sedang sampai besar dan tubuh berambut halus dikenal sebagai semut madu yang berpotensi sebagai penyerbuk. Semut tersebut juga ditemukan pada tanaman 39 jarak (Rianti 2009). Semut Myrmicaria sp. dan Crematogaster sp. kurang efektif sebagai serangga penyerbuk pada tumbuhan Hoya. Pengamatan pada bunga, semut ini hanya mengambil nektar, ukuran tubuh yang kecil membuat semut Myrmicaria sp. dan Crematogaster sp. dapat masuk ke dalam payung bunga H. multiflora yang dikurung, tetapi dari bunga tersebut tidak terbentuk buah. Rianti (2009) melaporkan bahwa semut tersebut kurang efektif dalam penyerbukan tanaman jarak pagar. Aktivitas serangga dalam mencari pakan memberi keuntungan bagi bunga karena dapat terjadi penyerbukan. Bunga H. multiflora serangga dari famili (Vespidae, Apidae dan Tabanidae), pada saat mengambil nektar tungkai seperti “mencongkel” bagian bunga. Perilaku ini dapat menyababkan polinia yang terlindungi korpuskulum dapat terbawa oleh tungkai serangga. Polinia yang terbawa tungkai serangga sampai di kepala putik dan polinia akan berkecambah sehingga terjadilah pembuahan. C. Pembentukkan Buah Perlakuan dengan pengurungan bunga H. multiflora di kedua lokasi diperoleh bahwa masing-masing payung tidak menghasilkan buah. Hal ini mendukung pernyataan bahwa serangga diperlukan sebagai agen penyerbuk banyak spesies tumbuhan seperti pada Hoya. Bunga yang mempunyai letak putik yang lebih tinggi dari benang sari diperlukan serangga sebagai agen penyerbuk (Barth 1991). Tumbuhan H. multiflora di Darmaga terbentuk buah dari bunga yang tidak dikurung dengan persentase 5,77%. Pengamatan tumbuhan H. multiflora yang dilakukan di Bodogol tumbuhan dengan payung bunga tanpa kurungan tidak terbentuk buah. Data tersebut diketahui bahwa pembentukan buah dipengaruhi adanya kunjungan serangga. Persentase pembentukan buah pada tumbuhan M. japonica juga rendah yaitu 11 % untuk bunga hermaprodit dan 6,5% untuk total bunga. Rendahnya persentase pembentukan buah pada bunga famili Asclepiadaceae berkaitan dengan frekuensi kunjungan serangga, morfologi bunga, perbandingan polinia per ovule (P/O) (Tanaka et al. 2006). Keberhasilan 40 penyerbukan juga bergantung pada polinia yang sampai ke kepala putik. Pembentukan buah pada tumbuhan juga dipengaruhi faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya (Amano et al. 2000; Rianti 2009). Efek dari penyerbukan silang selain dapat meningkatkan jumlah buah yang terbentuk juga berpengaruh terhadap kualitas (Atmowidi et al. 2007; Rianti 2009). KESIMPULAN DAN SARAN