I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sedikitnya terdapat 66% dari 1500 spesies tanaman budidaya di dunia ini dipolinasi oleh binatang (Roubik 1995 dalam Kremen et al. 2002) diantaranya adalah berbagai jenis serangga, burung-burung penghisap madu, dan kelelawar (Meffe 1998; Ghazoul 2005). Diantara ketiga kelompok penyerbuk tersebut, serangga merupakan kelompok yang paling banyak berperan sebagai agen penyerbuk. Serangga memiliki potensi besar untuk dipelajari karena jumlah angka tertinggi dari semua spesies binatang di dunia ini diwakili oleh filum Arthropoda, yaitu sekitar 84% dari keseluruhan spesies binatang di dunia (Groombridge 1992), dan 56% dari semua spesies bintang yang telah dikenal secara global di dunia ini merupakan golongan kelas serangga (MacDonald 2003). Keanekaragaman spesies dari seluruh grup taksonomi meningkat dengan signifikan dari daerah kutub ke daerah khatulistiwa (Groombridge 1992; Steven 1989). Dengan demikian, Indonesia sebagai negara tropis diperkirakan menyimpan keanekaragaman serangga yang sangat tinggi, termasuk diantaranya adalah serangga penyerbuk. Sebagian besar habitat alami di Indonesia berupa hutan yang memiliki banyak manfaat bagi kesejahteraan umat manusia, terutama fungsi hutan sebagai penyedia jasa lingkungan (Kremen et al. 2002; Daily 1997), terlebih lagi sebagian besar masyarakat di Indonesia masih sangat tergantung dari hutan. Salah satu jasa lingkungan yang disediakan oleh hutan alam yang penting namun kurang mendapat perhatian adalah jasa penyerbukan bagi tanaman pertanian dan perkebunan (Klein et al. 2003). Namun dengan terus meningkatnya pemanfaatan sumberdaya alam yang tak lestari mengancam keanekaragaman hayati sebagai imbas dari kerusakan, fragmentasi, dan isolasi ekosistem alami (Kruess & Tscharntke 2000; StefanDewenter & Tscharntke 1999; Kruess & Tscharntke 1994). Hal tersebut erat kaitannya dengan pernyataan Schowalter (2000) bahwa kondisi lingkungan seperti kesehatan ekosistem, kualitas air dan udara, kebakaran hutan, serta perubahan iklim memberi pengaruh pada serangga. Serangga memiliki keanekaragaman yang lebih tinggi pada lokasi yang dekat dengan hutan daripada lokasi yang lebih jauh dari hutan (Klein et al. 2003). Penggunaan herbisida dan pestisida juga berpengaruh negatif pada kelimpahan serangga (Kremen et al. 2002). Isu menurunnya keberadaan binatang penyerbuk di habitat alaminya, pernah dideklarasikan dalam Fifth Conference of Parties to the Convention on Biological Diversity pada tahun 2000 (Ghazoul 2005), semakin menarik perhatian dunia akan fungsi ekosistem hutan sebagai penyedia jasa penyerbuk bagi intensifikasi pertanian. Lahan bekas hutan sebagai ekosistem yang telah termodifikasi dan terkonversi menjadi lahan pertanian seperti yang terdapat di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) merupakan tempat yang tepat untuk mempelajari pengaruh jarak hutan terhadap komunitas serangga penyerbuk. Lokasi penelitian ini dianggap mewakili kondisi di sebagian besar pinggiran kawasan hutan di Indonesia yang umumnya berupa lahan pertanian tradisional, yang salah satu hasil komoditasnya adalah sayuran caisin (Brassica rapa L.). Dalam penelitian ini, caisin menjadi model tanaman yang tepat untuk menarik serangga penyerbuk karena memiliki bunga berwarna kuning terang, penghasil nektar, dan serbuksari yang lengket sehingga peran serangga sebagai agen penyerbuk sangat penting. Warna hijau kekuning-kuningan dengan panjang gelombang antara 5330 – 5350 Å merupakan warna yang sangat efektif untuk memikat jenis-jenis lebah (Sunjaya 1970). Dengan menempatkan titik-titik pengamatan yang semakin menjauhi tepi hutan pada hari yang bersamaan, maka akan dapat terlihat perubahan komposisi jenis serangga peyerbuk seiring bertambahnya jarak dari hutan. 1. 2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk: 1. Mengidentifikasi dan mengelompokan fungsi-fungsi ekologis dari bermacam spesies serangga pengunjung bunga caisin. 2. Menganalisa komposisi dan struktur komunitas serangga penyerbuk di tiaptiap jarak yang beragam dari tepi hutan dengan menggunakan pendekatan indeks-indeks keanekaragaman. 3. Menganalisa penyebaran serangga penyerbuk dan kemiripan struktur komunitas di antara beragam tipe habitat dan jarak dari tepi hutan. 4. Membuktikan besar-kecilnya pengaruh jarak dari tepi hutan terhadap komposisi dan struktur komunitas serangga penyerbuk. 1. 3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan pentingnya keberadaan hutan sebagai penyedia jasa penyerbuk yang memberi manfaat pada pertanian masyarakat di sekitar hutan. Selain itu, dengan mengetahui spesies-spesis serangga yang paling berperan dalam penyerbukan, dapat dijadikan rekomendasi dalam menentukan prioritas bila diperlukan upaya konservasi spesies.