BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakekat Pembelajaran 2.1.1 Pengertian pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Syaiful Sagala (2011: 61). Pengertian pembelajaran menurut corey dalam Syaiful Sagala (2011: 61) menegaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Sedangkan pengertian pembelajaran secara khusus menurut Syaiful Sagala (2011: 42) adalah sebagai berikut: 1. Menurut teori behaviorisme pembelajaran adalah suatu usaha guru menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. 2. Menurut Teori Kognitif pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. 3. Menurut teori Gestalt pembelajaran adalah usaha guru memberikan mata pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu Gestalt (pola bermakna), bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi mengorganisir yang terdapat dalam diri siswa. 4. Menurut Teori Humanistik pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajari sesuai dengan minat dan kemampuannya.(Sugandi 2002: 24). 6 7 Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa sebagai wahana bagi guru memberikan materi pelajaran dengan sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengoorganisasikannya menjadi pola yang bermakna serta memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dalam lingkungannya. 2.1.2 Ciri-ciri Pembelajaran Menurut Darsono (2002: 24) ciri-ciri pembelajaran adalah: a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar. c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa. d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menyenangkan bagi siswa. e. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis. Ada tiga cirri khas yang terkandung dalam siste pembelajaran menurut Oemar Hamalik yaitu: 1. Rencana , ialah penataan ketenagaan, material dan prosedur yang merupakan unsur-unsur system pembelajaran dalam suatu rencana khusus. 2. Saling ketergantungan (independence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran. 3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak di capai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang di buat oleh manusia dan sistem yang alami (natural). 8 Ciri-ciri pembelajaran adalah rencana atau usaha yang dilakukan secara sadar dengan menyiapkan bahan belajar yang ditata secara khusus agar dapat menarik perhatian serta memotivasi agar siswa siap meneriman pelajaran baik secara fisik maupun psikologi agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan . 2.1.3 Komponen-komponen Pembelajaran Pembelajaran bila ditinjau dari pendekatan sistem maka dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut adalah: 1. Pencapaian Kompetensi Kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Pendapat senada juga diungkapkan Soemarsono dalam Arikunto (2005: 133), bahwa kompetensi merupakan tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur. Istilah kompetensi dalam kurikulum berbasis kompetensi dimaksudkan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Secara umum, pengertian kompetensi dikaitkan dengan pengetahuan,keterampilan, perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki peserta didik sesudah mengikuti pendidikan 2. Materi pelajaran Materi pelajaran merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran,karena materi pelajaran akan member warna dan bentuk dari kegiaatan pembelajaran. Materi pelajarn yang komprehensip, terorganisasi secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses pembelajaran. 9 3. Subjek Belajar Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek belajar. Untuk itu dari pihak siswa diperlukan partisifasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. 4. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran pembelajaran yang merupakan diyakini pola umum efektifitasnya mewujudkan untuk mencapai proses tujuan pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran guru perlu memilih, model-model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat guru mempertimbangkan akan tujuan, karakteristik siswa, materi pelajaran dan sebagainya agar strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal. 5. Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan peranan strategi pembelajaran. Sebab media pembelajaran menjadi salah satu komponen pendukung strategi pembelajaran disamping komponen waktu dan metode mengajar. 6. Komponen Penunjang Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya. Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran. Sehingga sebagai salah satu komponen pembelajaran memanfaatkannya. guru perlu memperhatikan, memilih dan 10 2.2 Hakekat Pembelajaran Kontekstual 2.2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupannya mereka menurut Wina Sanjaya (2011: 255). Pembelajaran kontekstual adalah sebuah metode pembelajaran melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. (Chaedar Alwasilah, 2011: 35) . Pembelajaran kontekstual dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofi konstruktivisme yaitu filisofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan dibenak pikiran mereka, karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan (Sugandi, 2004: 41). Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja , dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan pembalajaran kontekstual cukup mudah. Secara garis besar langkahnya yaitu mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, antara lain: a. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuri untuk semua topic b. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya c. Ciptakan masyarakat belajar d. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran e. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan 11 Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan lain dan dari konteks yang lainnya, sehingga siswa memahami makna dari materi tersebut dengan konteks keseharian mereka. 2.2.2. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Menurut Sofan Amri dkk (2011:83). Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum, bidang studi apapun, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan pembelajaran kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya berikut ini: kembangkan bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 1. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik 2. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan jalan bertanya 3. Ciptakan komunitas belajar 4. Hadirkan model senbagai contoh pembelajaran 5. Lakukan refleksi diakhir pertemuan 6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Sedangkan penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual menurut mudiastuti dalam Wina Sanjaya (2011: 256). Terbagi menjadi beberapa rangkaian kegiatan yaitu: a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran/interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar . Kegiatan perencanaan pembelajaran oleh guru meliputi penyusunan perangkat pembelajaran antara lain: Progam Tahunan (PROTA), Program Semester (PROMES), Silabus, Rencana Pembelajaran, Buku Siswa serta Instrumen Evaluasi, yang mengacu pada format pembelajaran kontekstual. 12 b. Evaluasi Pembelajaran Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran kontekstual mengacu pada prinsip penilaian yanga sebenarnya (authentic assessment). Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber yang mengukur semua aspek pembelajaran, yaitu: proses, kinerja dan produk. c. Prinsip Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dalam penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual guru harus memegang beberapa prinsip pembelajaran berikur ini. 1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental. 2. Membentuk kelompok belajar yang saling bergantung. 3. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri. 4. Mempertimbngkan keragaman siswa (disfersity of student) . 5. Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelegence) siswa. 6. Melakukan teknik-teknik bertanya (questioning). 7. Menerapkan penilaian authentic (authentic assessment). 8. Strategi Pembelajaran yang Berasosiasi dengan Pembelajaran Kontekstual 1. Pengajaran Berbasis Masalah Pengajaran berbasis masalah (Problem-based learnin) adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah , serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. 2. Pengajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. 13 3. Pengajaran Berbasis Inkuiri Merupakan pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk melakukan percobaan yang memungkinkan siswa untuk menemukan sendiri prinsip-prinsip atau konsep-konsep. 4. Pengajaran Berbasis Proyek/tugas Merupakan strategi pembelajaran komperhensif dimana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah authentik (Nurhadi dkk, 2003: 55-78). 2.3. Pengertian Inquiri Inquiri dapat diartikan sebagai proses bertanya , menyelidiki dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang telah diajukan. Pertanyaan ilmiah dalam hal ini adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Melalui penyelidikan tersebut akan diperolah data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan. Tentunya, penyelidikan yang dilakukan harus relevan dengan pertanyaan atau masalah yang akan dijawab. Menurut Sofan Amri (2011: 84) menyatakan inquiri merupakan begian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri, guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan yang menemukan. Inquiri adalah pembelajaran yang membiasakan siswa untuk membuktikan sesuatu mengenai materi pelajaran dilakukan dengan penyelidikan oleh siswa itu sendiri dengan bimbingan guru. (Syaiful Sagala 2011: 198). Sund and Trowbridge (1973) mengemukakan ada tiga macam metode inquiri sebagai berikut: 1. Inquiry terpimpin (quide inquiry), peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman – pedoman tersebut biasanya berupa 14 pertanyaan –pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman, guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencanaan dibuat guru dan siswa tidak merumuskan permasalahan. 2. Inquiry bebas (free inquiry) , pada metode ini siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan brbagai topik permasalaahn yang hendak diselidiki. 3. Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry) pada metode ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Metode inquiri adalah sebuah metode pembelajaran yang mampu menciptakan siswa yang cerdas dan berwawasan . Dengan metode ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan suatu masalah secara ilmiah. Dalam proses inquiri guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan, dan bukan dijejali dengan pengetahuan. Tujuan utama pembelajaran melalui metode inquiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Menurut Wina Sanjaya (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inquiri, yaitu: 1. Metode inquiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya metode inquiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran ,peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, 15 tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pembelajaran itu sendiri. 2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief) . Guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan teknik bertanya, karena dalam proses pembelajaran dilakukan melalui proses Tanya jawab antara guru dan siswa. 3. Tujuan dari penggunaan metode inquiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis ,logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inquiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Beberapa pengertian inkuiri dapat diketahui bahwa para ahli memiliki cara yang berbeda-beda dalam mendefinisikan pengertian inkuiri. Tetapi secara umum dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi melalui obsevasi atau eksperimen untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis. 2.3.1 Tahapan-Tahapan Pembelajaran Inquiri Gulo dalam Wina Sanjaya (2007) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inquiri adalah sebagai berikut. a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. 16 b. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyaakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. c. Mengumpulkan Data Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik. d. Analisis Data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran yang ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukan. e. Membuat kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa. Tabel 2.1 Pembelajaran Inquiri Fase 1. Menyajikan pertanyaan atau masalah 2. Membuat hipotesis Perilaku Guru Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru 17 3. 4. 5. 6. membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. Merancang percobaan Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkahlangkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. Melakukan percobaan untuk Guru membimbing siswa memperoleh informasi mendapatkan informasi melalui percobaan. Mengumpulkan dan menganalisis data Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. Sedangkan Menurut Syaiful Sagala (2011: 89) 1. Observasi Guru mengkondisikan siswa mengidentifikasi agar siap untuk melaksanakan proses pembelajaran 2. Bertanya Guru dan siswa melakukan tanya jawab terhadap materi pembelajaran untuk mengajukan hipotesis sementara. 3. Mengajukan dugaan Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 4. Pengumpulan data Guru memberikan kesempatan kepada siswa untukmmenentukan langkahlangkah percobaan yang sesuai dengan hipotesis. 18 5. Penyimpulan Guru membimbing siswa menyimpulkan inti dari pembelajaran Tujuan dari penggunaan metode inquiri adalah untuk mengembangkan sikap , keterampilan dan kepercayaan diri siswa dalam memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara cermat, tanggap dan nalar, mengembangkan sikap ingin tahu yang lebih dalam dan meningkatkan pengetahuan kognitif, afektif serta psikomotorik. 2.3.2 Prinsip-Prinsip Penggunaan Inquiri Menurut wina sanjaya (2007) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan seorang guru dalam menggunakan metode inquiri yaitu: a. Berorintasi pada pengembangan intelektual Maksudnya adalah dalam model pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar. Karena itu kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode inquiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. b. Prinsip interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi , baik interaksi antara siswa dengan siswa , interaksi siswa dengan guru, maupun interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar peserta didik bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. 19 c. Prinsip bertanya Peran guru yang harus dilakukan dalam mengembangkan model inquiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inquiri sangat diperlukan. d. Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta ,akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsure estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan mengairahkan. e. Prinsip keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan . Segala sesuatu munkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya. 20 2.3.3. Langkah Pembelajaran Kontekstual Dengan Metode Inquiri Pembelajaran kontekstual dengan menggunakan metode inquiri terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut: Langkah pertama Orientasi 1. Guru menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan 2. Guru menyampaikan gambaran kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode inquiri. 3. Guru melakukan motivasi/apersepsi yaitu mengaitkan materi yang hendak dipelajari dengan contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Langkah kedua Merumuskan masalah 1. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak di kaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa. 2. Masalah yang yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong siswa agar dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawabannya sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawaban tersebur secara pasti. 21 Langkah ketiga Merumuskan hipotesis 1. Guru mengajukan berbagai pertanyaan yang mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Langkah keempat Mengumpulkan data 1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. 2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi bertukar pendapat. Langkah kelima Menguji hipotesis 1. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasionalnya yaitu membuktikan kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Langkah keenam Merumuskan kesimpulan 1. Akhir dari pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. 2.3.4 Kesulitan –Kesulitan Implementasi metode Pembelajaran Inquiri Metode pembelajaran inquiri merupakan salah satu metode pembelajaran yang dianggap baru khususnya di Indonesia. Sebagai suatu metode baru, dalam penerapannya terdapat beberapa kesulitan. Pertama ,metode pembelajaran inquiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya ,yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru yang sudah 22 terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai proses menyampaikan informasi yang lebih menekankan kepada hasil belajar, banyak yang merasa keberatan untuk mengubah pola mengajarnya. Bahkan ada guru yang menggangap metode pembelajaran inquiri sebagai metode yang tidak mungkin dapat diterapkan karena tidak sesuai dengan budaya dan sistem pendidikan di Indonesia . Memang untuk mengubah suatu kebiasaan bukanlah pekerjaan mudah, apalagi sifat guru yang cenderung konvensional, sulit untuk menerima pembaharuan-pembaharuan. Kedua , sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar semacam itu sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir . Mereka akan sulit manakala diajak memecahkan suatu persoalan. Mereka akan sulit manakala disuruh bertanya . demikian juga dengan menjawab pertanyaan. Mereka akan mengalami kesulitan untuk menjawab setiap pertanyaan , walaupun pertanyaan itu sederhana. Biasanya siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk merumuskan jawaban dari suatu pertanyaan. Ketiga ,berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan student active earning atau yang kita kenal dengan CBSA, atau melalui anjuran penggunaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), namun di lain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem ujian akhir nasional (UAN) berorientasi pada pengembangan aspek kognitif. Tentu saja hal ini bisa menambah kebingungan guru sebagai pelaksana dilapangan. Guru akan mendua hati, apakah ia akan melaksanakan pola pembelajaran dengan mengunakan inquiri sebagai metode pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, atau akan mengembangkan pola pembelajaran yang diarahkan agar siswa dapat mengerjakan atau menjawab soal-soal hafalan. 23 2.3.5 Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inquiri 1. Keunggulan Metode pembelajaran inquiri merupakan metode pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena metode ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: a. Metode pembelajaran inquiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afekrif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna. b. Metode pembelajaran inquiri dapat memberi ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c. Metode pembelajaran inquiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menggangap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. 2 Kelemahan Disamping memiliki keunggulan, metode pembelajaran inquiri juga mempunyai kelemahan, diantaranya: a. Jika metode pembelajaran inquiri digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. b. metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikanya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 24 d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode pembelajaran inquiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. 2.4 Pengertian Minat Belajar Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik berupa studi, kerja hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Hal ini karena dengan tumbuhnya minat dalam diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajari. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri degan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Crowe and Crowe dalam Djali(2008: 121) mengatakan bahwa minat berhubugan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsan oleh kegiatan itu sendiri. Jadi, minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanipestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas Menurut Slameto (2003: 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. “ Definisi secara sederhana lainnya Hillgard dalam Slameto (2010: 57) memberi rumusan tentang minat sebagai berikut” interst is persisting to pay attention to and enjoy some activity or content” yang berarti bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. 25 Menurut Getzel dalam Djemari Mardapi (2008: 106), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk tujuan perhatian atau perhatian. Pemaparan para ahli terhadap minat, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah ketertarikan dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan atau terlibat terhadap sesuatu hal karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal tersebut. Dengan demikian minat belajar dapat kita definisikan sebagai ketertarikan dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan terlibat dalam aktivitas belajar karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal yang ia pelajari. Jika dikaitkan dengan aktivitas belajar, minat belajar merupakan salah satu alat motivasi atau alasan bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Tanpa adanya minat dalam diri siswa terhadap hal yang akan dipelajari, maka ia akan raguragu untuk belajar sehingga tidak menghasilkan hasil belajar yang optimal atau seperti yang diharapkan. 2.4.1. Indikator Minat Belajar Pada umumnya minat seseorang terhadap sesuatu akan diekspresikan melalui kegiatan kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan minatnya. Sehingga untuk mengetahui indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatankegiatan yang dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang dipelajari dan mendorong individu untuk aktif dalam kegiatan tertentu. Dengan demikian untuk menganalisa minat belajar dapat digunakan beberapa indikator minat sebagai berikut: Menurut Slameto (2010: 180) ” suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanipestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. 26 Selain itu menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 132) mengungkapkan bahwa minat dapat diekspresikan anak didik melalui: 1. Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya 2. Partisipasi dalam aktif dalam suatu kegiatan 3. Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus) Pendapat dari kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa dapat dilihat dari bagaimana minatnya dalam melakukan aktivitas yang mereka senangi dan ikut terlibat atau berpartisipasi dalam proses pembelajaran serta perhatian yang mereka berikan. Indikator minat yang digunakan sebagai acuan penelitian untuk mengetahui, apakah siswa yang diajarkan berminat untuk mempelajari suatu pelajaran dalam artian belajar atau tidak berminat untuk belajar, jika siswa tidak berminat maka gurunya hendaknya memberi motivasi atau membangkitkan minat siswa tersebut, diantaranya dengan menggunakan variasi gaya mengajar. 2.4.2. Cara Menumbuhkan Minat Belajar Dalam hal belajar apabila seseorang siswa mempunyai minat terhadap pelajaran tertentu maka siswa tersebut akan merasakan senang dan dapat memberi perhatian pada materi pelajaran sehingga menimbulkan sikap keterlibatan ingin belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 81) “Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sunguh dalam belajar” Dengan demikian, minat belajar memiliki peranan dalam mempermudah dan memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, membantu untuk berkonsentrasi serta dapat mengurangi rasa bosan dalam belajar. Dalam upaya memperkuat atau menumbuhkan minat dan untuk memelihara minat yang telah dimiliki siswa, pihak di luar siswa khususnya guru pun dapat 27 membantu hal tersebut. Tanner & Tanner (dalam Slameto, 2010: 181) mengungkapkan bahwa: Para pengajar disarankan untuk berusaha memanfaatkan minat siswa yang telah ada ataupun membentuk minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaanya bagi siswa di masa yang akan datang. Selain itu menurut Rooijakkers dalam Slameto (2010: 181) “Menumbuhkan minat-minat baru dapat pula dicapai dengan cara mengghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.” Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 133) ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik, diantaranya sebagai berikut : 1. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan. Contoh dalam pembelajaran akuntansi yaitu guru dapat menjelaskan manfaat dari akuntansi dalam kehidupan sehari-hari, serta gambaran akan masa depan yang cerah profesi akuntan. 2. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan pelajaran. Contoh dalam pembelajaran akuntansi yaitu guru dapat menghubungkan materi tentang bukti transaksi dengan aktivitas siswa dalam kehidupan sehari-hari. 3. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif. Contoh dalam pembelajaran akuntansi yaitu guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengutarakan pendapatnya dalam pembelajaran akuntansi. 4. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik. Contohnya: Guru dapat menggunakan 28 strategi belajar yang bervariasi dan penggunaan media pembelajaran akuntansi yang tepat. Betapa pentingnya untuk menumbuhkan minat belajar pada siswa. Minat belajar harus ditumbuhkan dengan cara memberi motivasi pada saat guru melaksanakan pelajaran agar masing-masing individu merasa senang untuk mengikuti pelajaran sampai selesai. Ada pun pihak lain yang memperkuat menumbuhkan minat dan untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang. 2.5 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar yang masih tersembunyi masih berupa harapan-harapan perilaku atau sikap . Hal ini akan diamati bila siswa sudah menunjukkan perilaku sesuai dengan kompetensi/tujuan pembelajaran yang diinginkan . Bloom, menggemukakan pendapatnya bahwa hasil belajar bisa berupa pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Ketiga ranah tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan sebagai wujud kompetensi seseorang. Berikut perincian ketiga ranah diatas: a. Ranah kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. b. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab, atau reaksi, menilai, organisasi dan karaterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. c. Ranah psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Sedangkan menurut Arikunto (1990: 133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur” Oemar Hamalik (2010: 159) 29 mengemukakan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Perubahan yang dimaksud tidak hanya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian dan penghargaan diri pada individu tersebut. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil berciri sebagai berikut. 1. Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa. 2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk perilakunya , bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainnya. 4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Menurut Djemari Mardapi (1990: 3), evaluasi dalam pendidikan adalah penafsiran atau penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa menuju kearah tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang ditetapkan dalam kurikulum. Hasil penilaian ini pada dasarnya adalah hasil belajar yang diukur. Hasil penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik untuk mengetahui sampai dimana proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Hasil belajar menurut Tu’u (2004: 75) adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Selain itu hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya 30 ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru kepada siswa. Berdasarkan hal itu, hasil belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa adalah hasil yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. 2. H a s i l belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi. 3. H a s i l belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya. Biasanya hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku daftar nilai dan wali kelas serta arsip yang ada dibagian administrasi. Selain itu, hasil evaluasi juga disampaikan kepada siswa dan orang tua melalui buku rapor yang disampaikan pada waktu pembagian rapor akhir semester atau kenaikan/ kelulusan. Dalam kaitannya dengan ukuran prestasi belajar, Mahmud (1989 : 280) menegaskan bahwa untuk mengetahui harga dari standar bahan pelajaran suatu mata pelajaran dan tingkat prestasi yang dimiliki siswa maka guru menilai hasil belajar siswa dengan menggunakan suatu kriteria, guru dan sekolah menggunakan nilai huruf. Berdasarkan pengertian di atas hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai melalui usaha belajar di sekolah yang dalam bentuk nilai akhir yang disampaikan pada waktu kenaikan kelas, diterima di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf. 2.5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar, kadang-kadang lancar dan kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami . Dalam hal ini semangat pun kadang-kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar. 31 Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap siswa dalam kehidupan sehari-hari didalam aktivitas belajar mengajar. Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan individual ilmiah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa, sehingga menyebabkan perbedaan perbedaan dalam hasil belajar.hasil belajar merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa tergantung. Menurut Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar sebagai berikut: A. Faktor dalam (Faktor Internal) Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar meliputi: 1. Kondisi fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Seorang siswa dalam keadaan segar jasmaninya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya, sebaliknya siswa yang fisiknya lelah juga akan mempengaruhi hasil belajarnya. Di samping kondisi tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi adalah kondisi panca indera, terutama penglihatan dan pendengaran . sebagian besar yang dipelajari manusia adalah dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah orang lain. Jadi jelaslah diantara seluruh panca indera mata dan telinga mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu sangat benar apa yang dikemukakan oleh ahli pendidikan Edgar Dale yang mengatakan bahwa pengalaman belajar manusia itu 75% diperoleh melalui indera lihat, 13% melalui indera dengar, dan 12% melalui indera lainnya (Sutrisno dalam Tu’u, 1990: 40). Sebagai penjelasannya digambarkan dalam kerucut pengalaman. Salah satu yang membuktikannya pada puncak kerucut, adalah tertulis lambang kata. Hal ini dapat diketahui dan dijumpai pada tulisan-tulisan dalam buku, majalah dan media cetak lainny. 32 Contoh : kalau siswa dapat membaca sopan santun, maka kita mengetahui bahwa kata tersebut berarti norma sebagai pedoman bertingkah laku dalam pergaulan hidup di rumah, di sekolah dan di masyarakat. 2. Kondisi Psikologis Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang juga bersifat psikologis. Beberapa factor yang mempengaruhi terhadap proses dari hasil belajar yaitu a. Kecerdasan Telah terjadi hal cukup terkenal bahwa kecerdasan besar peranannya dalam berhasil atau tidaknya seorang siswa mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan. Seorang siswa yang cerdas umumnya akan lebih cepat mampu belajar jika dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan waktu yang diperlukan untuk mempelajari materi atau bahan pelajaran sama. Hasil pengukuran kecerdasan dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang dikenal dengan istilah IQ (Intelligence Quotion). Berbagai hasil penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara IQ dengan hasil belajar di sekolah. Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasinya lain sesuai macam-macam kecerdasan yang menonjol yang ada pada dirinya. Hal itu dapat kita ketahui umumnya tingkat kecerdasan yang sangat baik cenderung lebih baik angka nilai yang dicapai siswa. b. Bakat Disamping Intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisan dari orang tua. Bagi seorang siswa bakat itu berbeda dengan siswa 33 lain. Ada siswa yang berbakat dalam bidang ilmu social, dan ada yang ilmu pasti. Karena itu, seorang siswa yang berbakat di ilmu social akan sukar berprestasi tinggi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya. Bakat-bakat yang dimiliki siswa tersebut apabila diberi kesempatan dikemabgngkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sebaliknya, seorang siswa ketika akan memilih bidang pendidikannya, sebaiknya memperhatikan aspek bakat yang ada padanya. Untuk itu, sebaliknya bersama orang tuanya meminta jasa layanan psikotes untuk melihat dan mengetahui bakatnya. Sesudah ada kejelasan, baru menentukan pilihan . c. Minat dan Perhatian Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan perhatian biasanya berkaitan erat. Apabila seorang siswa menaruh minat pada pada satu pelajaran tertentu biasanya cenderung memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang siswa harus menaruh minat dan perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaranpembelajaran di sekolah. Dengan minat dan perhatian yang tinggi, kita boleh yakin akan berhasil dalam pembelajaran. d. Motivasi Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam belajar, kalau siswa mempunyai motivasi yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang kehilangan motivasi dalam belajar dalam belajar akan member dampak kurang baik bagi prestasi belajarnya. 34 e. Emosi Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses belajar seorang siswa akan terbentuk suatu kepribadian tertentu, atau tipe tertentu, misalnya siswa yang emosional dalam belajar, akan mudah putus asa. Hal ini mau tidak mau akan mempengaruhi bagaimana siswa menerima, menghayati pengalaman yang didapatnya dalam suatu pembelajaran. Sebagai contoh Amat siswa SLTA kelas II mempunyai emosi labil, cepat marah, mudah tersinggung, tertekan dan merasa tidak aman, hal ini dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Sebaliknya Tuti yang merasa aman, gembiradan bebas,ia dapat dengan mudah menerima, menghayati pembelajaran di kelas. f. Kemampuan kognitif Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif yaitu kemampuan berpikir menalar yang dimiliki siswa. Jadi kemampuan kognitif berkaitan erat dengan ingatandan berfikir seorang siswa. Sebagai sesuatu yang harus diketahui guru adalah bagaimana mengatur factor-faktor itu, berpengaruh dan membantu siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal. B. Faktor luar ( Eksternal) Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Salah satu faktor yang tergolong dari faktor luar ini adalah gaya belajar yang dilakukan oleh guru, antaralain pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan model pembelajaran. Istilah pendekatan dan strategi sering diartikan sama, dan dalam model biasanya termasuk di dalamnya ada metode, strategi dan pendekatan yang digunakan. Pendekatan (Approach) dapat dipandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasar filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis), yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian pola tindakan tersebut dibangun di atas prinsip-prinsip yang telah terbukti kebenarannya 35 sehingga tindakan-tindakan yang terorganisir dapat berjalan secara konsisten ke arah tercapainya tujuan atau teratasinya suatu masalah. Pendekatan mengandung sejumlah komponen yaitu tujuan, pola tindakan, metode atau teknik, sumbersumber yang digunakan, dan prinsip-prinsip. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa antara lain adalah faktor dalam yang diterapkan oleh guru, yaitu pendekatan, strategi , metode, dan model pembelajaran. Dan dalam penelitian ini ,peneliti memilih metode pembelajaran sebagai variabel yang terdiri dari kondisi fisiologis dan kondisi psikologis, sedangkan faktor luar dipengaruhi oleh gaya mengajar akan diteliti, yaitu variabel yang mempengaruhi hasil belajar IPA siswa. Disamping mempengaruhi prestasi / hasil belajar siswa, metode pembelajaran juga akan mempengaruhi minat belajar siswa. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti tiga variabel penelitian, yaitu metode pembelajaran, minat belajar, dan hasil belajar. Adapun metode pembelajaran yang akan diteliti adalah metode inquiri 2.6 Kajian Penelitian Yang Relevan Nelasari,Dita (2011), dengan judul penelitian “ Peningkatan Pemahaman Konsep Masalah Sosial Melalui Metode Inkuiri Sosial pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SDN IV Sumberagung Kabupaten Tulungagung”. Hasil analisisnya menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penerapan metode inkuiri terhadap pemahaman konsep masalah sosial meningkat sebanyak 16%. Safi,Imam (2011), dengan judul penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Pkn Melalui Model Inkuiri Yurisprudensi Pada Siswa Kelas V SDN Sidodadi 02 Kabupaten Blitar. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan anatara penggunaan model inkuiri terhadap hasil belajar siswa meningkat sebanyak 97%. 36 2.7 Kerangka Berpikir Pembelajaran IPA menggunakan pendekatan pembelajaran pendekatan kontekstual dengan Metode Inquiri sangat memungkinkan siswa dapat terlibat langsung dalam proses belajar mengajar sehingga siswa lebih tertarik dengan mata pelajaran IPA. Selain itu dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan Metode Inquiri siswa juga terlibat aktif pada proses pembelajaran ,sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode Inquiri pembelajaran yang tepat,akan mengurangi kondisi monoton bagi siswa, kondisi yang demikian juga mempengaruhi minat siswa terhadap pembelajaran yang hendak diajarkan kepada siswa sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya . Salah satu yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kentekstual dengan Metode Inquiri. Pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode Inquri ini, siswa tidak hanya belajar menerima apa yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan dapat belajar melalui pengalaman dari siswa itu sendiri . Berdasarkan uraian yang telah di paparkan .maka pelaksanaan pembelajaran mengunakan metode pendekatan pembelajaran kontekstual dengan Inquiri pada mata pelajaran IPA pada dasarnya adalah untuk melihat efektivitas penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode Inquiri terhadap minat dan hasil belajar siswa. Penelitian ini akan membandingkan kelas kontrol dan kelas eksperimen dimana kelas kontrol menggunakan pembelajaran langsung atau konvesional dengan metode ceramah yang sudah biasa digunakan dalam kelas. Sedangkan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran pendekatan kontekstual dengan metode Inkuiri. Dalam alat ukur hasil evaluasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol harus dipertimbangkan kesetaraan kemampuannya . Untuk pretest diambil 37 dari alat evaluasi dan angket minat belajar pada kelas uji coba dan hasil pretest kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir Kelas kontrol pretest Angket minat Hasil pretest dan angket minat tidak boleh ada perbedaan yang signifikan Kelas ekperimen pretest Angket minat Pembelajaran menggunakan pelajaran konvensional postest Angket minat Uji beda hasil posttest dan angket minat apakah ada pengaruh yang signifikan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode inquiri Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dengan metode inquiri postest Angket minat 38 2.8. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian, maka hipotetis penelitian ini adalah sebagai berikut: “Pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode inquiri, efektif terhadap peningkatan minat dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Salatiga 12.