Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

advertisement
UPAYA MENANAMKAN NILAI-NILAI SILA KEMANUSIAAN YANG
ADIL DAN BERADAB PADA ANAKNYA YANG MENJADI SISWA DI
SMAN 2 KOTA BATU
Hary Masrukin
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK: pemahaman orang tua mengenai nilai-nilai sila kemanusiaan
yang adil dan beradab adalah cukup paham dengan Pancasila sila kemanusiaan
yang adil dan beradab dan nilai-nilai yang terkandung dalam sila kemanusiaan
yang adil dan beradab. Karena orang tua mengetahui dan bisa menjelaskan makna
Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab, serta bisa menjelaskan nilainilai yang terkandung dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Kedua
bentuk pendidikan yang dilakukan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai sila
kemanusiaan yang adil dan beradab adalah ceramah, memberi contoh-contoh yang
baik atau suri tauladan, cerita, memberi kebebasan, bentuknya pendidikan itu
adalah memberi pendidikan sejak dalam kandungan dengan pembiasaanpembiasaan, membiarkan/hanya melihat jika salah baru baru ditegur. Ketiga
mengetahui cara orang tua siswa menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil
dan beradab kepada anaknya, caranya yaitu menunggu anak melakukan kesalahan
baru dinasehati, kumpul makan bersama, saling adanya keterbukaan dan
kebebasan dalam komunikasi dan berpendapat, nonton tv, dengan nasehat-nasehat
yang terdapat pada nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab, isi pesanya
yaitu motivasi untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin, memberi arahan-arahan
untuk hidup dengan masyarakat, jangan suka bohong dan diusahakan jujur,
waktunya yaitu nonton tv, makan bersama, menunggu anak pulang dari kegiatan,
habis selesai sholat maghrib pukul (18.00 wib), berkumpul pukul (20.00 wib).
Keempat Kendala orang tua dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil
dan beradab adalah dari anak, anak masih labil mudah terpengaruh, malas, ego,
komunikasi kurang, cuek atas nasehat dari orang tua, kurang bisa memahami
maksud orang tua, pelupa, salah paham, orang tua yaitu terlalu galak, sifat anak,
perhatian ke anak kurang, membatasi ruang gerak, masyarakat atau teman yaitu
pengaruh atau hasutan. Kelima upaya orang tua untuk mengatasi kendala dalam
menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah lebih mengerti
anak, memberikan nasehat-nasehat dengan penuh kasih sayang, memberikan
perhatian yang lebih, memberikan kepercayaan kepada anak, tidak membatasi
ruang gerak anak dalam mencapai keinginannya, menghukum anak yang sesuai,
memberi perhatian, sabar, telaten, berbahasa yang baik, memberi petunjuk tentang
kewajiban dan hak, setiap pada waktunya pulang ditelfon.
Kata kunci: Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Pendidikan
Orang Tua dan Perilaku Siswa
1
Pendidikan secara filsafati merupakan usaha sadar, sistematis untuk
memanusiakan manusia. Suatu bangsa menjadi bangsa karena sejarah, manusia
hanya akan menjadi manusia lantaran pendidikan. Jadi pendidikan segala-galanya
bagi manusia dan kemanusiaan, agar manusia secara sadar mengenal diri dan
menjadi diri. Kemudian secara sadar pula untuk mau dan mampu menjadi
manusia dalam arti yang sesungguhnya. Kesadaran akan jati diri melalui usaha
sadar menuntut instrument: pesan, metode, penilaian, kejelasan tujuan dan lainlain.
Proses mewujudkan tujuan itulah pembelajaran, pembelajaran untuk
mengetahui, untuk mampu melakukan (action), mengenal diri sendiri dan mampu
mandiri. Lebih jauh lagi menjadi insan yang mampu hidup dalam kebersamaan
terutama di Indonesia yang masyarakatnya Bhinneka Tunggal Ika. Pendidikan
berlangsung dalam “ tripusat” pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pendidikan yang didapat pertama kali adalah dari keluarga, orang tua merupakan
pendidik pertama untuk anaknya. Dengan demikian maka bentuk pertama dari
pendidikan terdapat di dalam kehidupan keluarga. Antara keluarga dan pendidikan
merupakan dua hal yang tidak terpisah, sebab mustahil dalam keluarga tidak ada
pendidikan. Pendidikan dalam keluarga dilaksanakan oleh orang tua sebagai
bagian tanggung jawabnya mendidik. Jika ditelusuri lebih jauh pendidikan adalah
usaha sadar orang dewasa dalam pergaulanya dengan anak-anak untuk
membimbing perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Isi
dalam keluarga, maka orang dewasa yang dimaksud di sini adalah orang tua yang
secara sadar mendidik anak-anaknya untuk mencapai kedewasaan. Sebagai
lembaga pendidikan (informal), maka pendidikan yang berlangsung dalam
keluarga bersifat kodrati karena adanya hubungan darah antara orang tua dan anak
(Djamarah, 2004: 2).
Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu institusi pendidikan yang
utama dan bersifat kodrati. Sebagai komunitas masyarakat terkecil, keluarga
memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan komunitas masyarakat
yang lebih luas. Oleh karena itu, kehidupan keluarga yang harmonis perlu
dibangun di atas dasar sistem interaksi yang kondusif sehingga pendidikan dapat
berlangsung dengan baik. Pendidikan awal yang baik harus diberikan kepada
2
anggota keluarga sedini mungkin dalam upaya memerankan fungsi pendidikan
dalam keluarga yaitu menumbuhkembangkan potensi anak, sebagai tempat untuk
menanamkan nilai-nilai ideal Pancasila, cara hidup dan kehidupan yang berakar
pada kebudayaan yang ada (Djamarah, 2004: 3). Pendidikan keluarga mutlak
membutuhkan komunikasi, karena komunikasi adalah kegiatan yang pasti terjadi
dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi tidak ada kegiatan seperti
berbicara, berdialog, bertukar pikiran dan sebagainya (Djamarah, 2004: 38).
Hubungan harmonis anggota keluarga ditandai adanya komunikasi. Oleh
karena itu, komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara ayah, ibu dan
anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak dan
komunikasi antara anak dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam rangka
membangun kehidupan selaras dalam keluarga.
Menurut Djamarah (2004: 24) komunikasi sangat bermanfaat karena
dibuat orang tua untuk melakukan pola asuh terhadap anak-anaknya. Pendidikan
dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan kepribadian anak,
sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang tuanya melalui
keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik tidaknya
keteladanan yang diberikan dan bagaimana kebiasaan hidup orang tua sehari-hari
dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Memberi contoh
suri tauladan lebih efektif dari sejuta kata-kata belaka.
Meniru kebiasaan hidup orang tua adalah suatu hal yang selalu dilakukan
anak, karena pada masa perkembanganya anak selalu mengikuti apa yang
dilakukan orang tua. Di dunia pendidikan yang dikenal dengan istilah proses
imitasi. Seorang anak diharapkan menjadi orang baik di dalam keluarga, baik di
dalam pergaulan sosial dan menjadi warga negara yang baik. Pendidikan keluarga
adalah pendidikan yang dilakukan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung
jawabnya dalam mendidik anak didiknya dalam keluarga. Ini berarti dalam
membimbing anak orang tua harus melihat dan mencerminkan nilai-nilai
Pancasila karena Pancasila merupakan ideologi negara yaitu pandangan hidup
bangsa. Jadi bertindak maupun bertutur diharapkan mencerminkan nilai-nilai yang
terdapat dalam Pancasila (Djamarah 2004: 24).
3
Pancasila sebagai dasar negara terdiri dari lima sila sebagaimana yang
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 alinea keempat yaitu: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menurut Undang-Undang 1945 yaitu nilai-nilai yang terdapat di sila
kemanusiaan yang adil dan beradab antara lain (1) saling mencintai sesama
manusia, (2) sikap tenggang rasa, (3) persamaan hak dan kewajiban, (4) sikap
tolong menolong (5) sikap adil terhadap sesama, (6) sikap hormat-menghormati.
SMAN 2 Batu di Kota Batu, berlokasi di dekat Mapolres Kota Batu yaitu
di Jalan Hassanuddin 01 Junrejo Kota Batu sekolah yang menjadi favorit di Batu.
Berdasarkan hasil observasi dengan studi eksplorasi di SMA Negeri 2 Batu masih
ditemukan beberapa siswa maupun siswi yang perilakunya kurang mencerminkan
Pancasila khususnya pada sila kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu
menghargai orang lain, mencintai sesama manusia, tenggang rasa, persamaan hak
dan kewajiban, sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Contohnya ada
siswi yang bergaul atau berteman membeda-bedakan yang kaya atau miskin, ada
juga setiap piket kelas tidak ada yang peduli, kelas menjadi kotor. Penjaga
sekolah terpaksa kerja dua kali, ada anak yang mengganggu agama lain yang
sedang beribadah, berteman dengan memilih se-agama saja dan ada juga siswa
yang pernah bertengkar sesama teman, ada temanya mempunyai penyakit lalu
penyakitnya kambuh tidak di tolong malah menjadi objek tertawa, berbicara sama
guru tidak mempunyai sopan santun atau tidak menghormati guru. Kemudian
peneliti supaya lebih jelasnya dalam mencari informasi mengenai siswa yang
dimaksud, peneliti bertanya ke Kepala Sekolah, Guru Bimbingan Konseling dan
Guru Tatib. Berdasarkan informasi dari Guru Bimbingan konseling dan Guru
Tatib, siswa masih ada yang kurang sopan dalam berbicara sama guru, berbicara
kotor sama sesama teman dan ada juga yang rutin terlambat masuk sekolahan itu
termasuk siswa yang kurang bisa melaksanakan kewajiban mematuhi perintah
sekolah, dari perilaku yang disebutkan sudah jelas bahwa tidak mencerminkan
nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Maka peneliti ingin
4
mengetahui dan menjelaskan upaya orang tua menanamkan nilai-nilai
kemanusiaan yang adil dan beradab pada siswa SMA Negeri 2 Kota Batu.
Dikarenakan pendidikan dalam keluarga sangat penting dalam membentuk
karakter anak dalam berperilaku. Kalau orang tua kurang mengetahui dan
memahami Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab berarti anak juga
tidak diajarkan nilai-nilai dalam Pancasila. Oleh karena itu peneliti ingin
mengetahui pemahaman orang tua siswa tentang nilai-nilai kemanusiaan yang adil
dan beradab, bentuk pendidikan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, cara yang dilakukan orang tua dalam
menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, kendala dalam orang
tua siswa menanamkan nilai-nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab pada anak,
upaya orang tua untuk mengatasi kendala dalam menanamkan kemanusiaan yang
adil dan beradab pada anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman orang tua tentang
sila kemanusiaan yang adil dan beradab, bentuk pendidikan yang dilakukan orang
tua, cara yang dilakukan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, kendala yang dialami orang tua dalam
menanamkan nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab dan bagaimana
mengatasi kendala tersebut.
METODE
Penelitian mengenai Upaya Orang Tua Menanamkan Nilai-Nilai
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Pada Anaknya Yang Menjadi Siswa Di
SMAN 2 Kota Batu, menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Karena dalam
penelitian ini menyebutkan dan menjelaskan pemahaman orang tua mengenai
nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab, bentuk pendidikan yang
dilakukan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil
dan beradab, cara yang dilakukan orang tua menanamkan nilai-nilai sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, kendala orang tua dalam menanamkan nilainilai kemanusiaan yang adil dan beradab dan upaya orang tua untuk mengatasi
kendala dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
a) Observasi
5
Menurut Sugiono (2011: 145) observasi adalah teknik pengumpulan data
yang mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik wawancara dan
kuesioner, hal ini dikarenakan observasi ruang geraknya tidak hanya berlingkup
pada manusia sebagai objek penelitian akan tetapi juga menyangkut objek-objek
alam atau objek sosial yang dijadikan pusat penelitian.
Metode pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan langsung memungkinkan
peneliti merasakan apa yang dirasakan, di lihat dan di hayati oleh subjek peneliti.
Peneliti melihat ada beberapa siswa dan siswi perilakunya kurang begitu
mencerminkan Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu
menghargai orang lain, mencintai sesama, bersikap adil. Contohnya ada siswi
yang bergaul atau berteman membeda-bedakan yang kaya atau miskin, ada juga
setiap piket kelas tidak ada yang peduli jadinya kelas kotor dan penjaga sekolah
terpaksa kerja dua kali, berteman dengan memilih sama agama saja dan ada juga
siswa yang pernah bertengkar sesama teman, ada temanya mempunyai penyakit
lalu penyakitnya kambuh tidak di tolong malah menjadi objek tertawa, berbicara
sama guru tidak mempunyai sopan santun atau tidak menghormati guru dan tujuan
observasi adalah melihat tingkah laku siswa yang belum mencerminkan nilai-nilai
sila kemanusiaan yang adil dan beradab.
b) Wawancara
Pengumpulan data kedua yang dilakukan oleh peneliti yakni dengan
memanfaatkan metode wawancara. Menurut Moleong (2010: 186) wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua orang yakni
pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan terwawancara (pihak yang
diberi pertanyaan dan menjawab pertanyaan).
Maksud dari pada melakukan wawancara menurut Moleong (2010: 186)
untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan
demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan
sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang,
6
memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang
lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) dan memverifikasi,
mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai
pengecekan anggota.
Metode wawancara menurut Sugiyono (2010: 233) mengemukakan
beberapa macam wawancara yaitu (a) wawancara terstruktur (b) wawancara
semistruktur (c) wawancara tidak terstruktur.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan metode wawancara
terstruktur dalam mencari data yang berhubungan dengan pengetahuan dan
pemahaman orang tua siswa SMAN 2 Kota Batu mengenai nilai-nilai sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, bentuk pendidikan yang dilakukan orang tua
SMAN 2 Kota Batu dalam menanamkan nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil
dan beradab, cara orang tua SMAN 2 Kota Batu menanamkan nilai-nilai sila
kemanusiaan yang adil dan beradab kepada anaknya, kendala orang tua SMAN 2
Kota Batu dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab
pada anak dan upaya orang tua SMAN 2 Kota Batu untuk mengatasi kendala
dalam menanamkan nilai nilai kemanusiaan yang adil dan beradab pada anak,
ditujukan pada orang tua SMA Negeri 2 Batu. Selain orang tua siswa peneliti juga
bertanya kepada Kepala Sekolah, Guru Tatib dan Guru Bimbingan Konseling.
Untuk mengetahui informasi siswa yang perilakunya kurang mencerminkan nilainilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal yang akan ditanyakan dalam
wawancara dengan apakah anda pernah mendengar kata Pancasila, Pertama kali
mendengar dari siapa, berapa jumlah sila-sila Pancasila, sebutkan lima sila
Pancasila, Pancasila yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu sila
ke berapa, apa yang anda ketahui tentang sila Kemanusiaan yang adil dan
beradab, sebutkan nilai-nilai apakah yang terkandung dalam sila Kemanusiaan
yang adil dan beradab, apakah anda tahu tentang tenggang rasa, dan jelaskan apa
itu tenggang rasa, sebutkan contoh dari perilaku tenggang rasa, apakah anda tahu
tentang kata adil dan jelaskan pengertian dari kata adil, sebutkan contoh dari
perilaku adil, apakah anda suka tolong menolong dan kegiatan apa yang sering
anda lakukan dalam menolong sesama manusia apakah anda tahu pengertian dari
Hak dan jelaskan pengertian dari hak dan beri contoh, apakah anda tahu tentang
7
kewajiban dan jelaskan pengertian kewajiban dan beri contoh, sebutkan contoh
perilaku menghormati sesama manusia, sebutkan manfaat menerapkan nilai-nilai
sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, bagaimanakah bentuk pendidikan yang
dilakukan orang tua siswa SMAN 2 Batu dalam menanamkan nilai-nilai sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, bagaimanakah cara orang tua siswa SMAN 2
Batu menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab kepada anak
(isi pesan, cara/model, waktu), apakah kendala orang tua siswa SMAN 2 Batu
dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab pada anak,
bagaimanakah upaya orang tua siswa SMAN 2 Batu untuk mengatasi kendala
dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab dan bertanya
kepada Kepala Sekolah, Guru Bimbingan Konseling dan Guru Tatib yaitu apakah
siswa SMAN 2 Batu berperilaku sesuai dengan tata tertib sekolah, apakah banyak
siswa di SMAN 2 Batu yang melanggar tata tertib, apakah bapak atau ibu
mempunyai data siswa di SMAN 2 Batu yang sering melanggar tata tertib atau
siswa-siswi yang perilakunya kurang mencerminkan nilai-nilai sila kemanusiaan
yang adil dan beradab.
c) Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk melengkapi data yang
telah didapatkan melalui wawancara ataupun metode pengumpulan data lainnya,
hali ini diharapkan dapat memenuhi dan melengkapi data penelitian hingga
menjadi data yang valid.
Menurut Sugiyono (2011: 240) dokumentasi adalah catatan peristiwa yang
sudah berlalu, dapat berupa gambar, karya-karya monumental (memberikan kesan
peringatan sesuatu yang penting).
HASIL
1. Pemahaman Orang Tua Siswa SMAN 2 Kota Batu Mengenai Nilai-Nilai
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Orang tua dianggap peneliti cukup paham karena bisa mengetahui dan
menjelaskan tentang nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu
orang tua pernah mendengar dan ingat dengan Pancasila.
8
2. Bentuk Pendidikan Yang Dilakukan Orang Tua Siswa SMAN 2 Kota Batu
Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Berdasarkan arah uraian yang telah dijabarkan oleh peneliti dengan
mencari data dari orang tua dan mencari data dari anak diatas dapat ditarik
kesimpulan, bahwa pendapat yang di berikan ke peneliti melalui wawancara
ternyata benar karena peneliti mewawancarai anak juga dan hasil wawancaranya,
bentuk pendidikan orang tua berbeda-beda, bentuk ceramah yang berisikan
nasehat-nasehat baik, melalui perilaku-perilaku yang baik atau memberi suri
tauladan yang baik, orang tua hanya melihat perkembangan anak tetapi kalau anak
melakukan kesalahan atau tidak sesuai norma, maka orang tua langsung menegur
dan membenarkan, bentuk pendidikan itu adalah memberi pendidikan sejak dalam
kandungan dengan pembiasaan-pembiasaan, cerita atau dongeng yaitu dengan
agama yang dibuat dasar dan memberi kebebasan.
3. Cara Orang Tua Siswa SMAN 2 Kota Batu Menanamkan Nilai-Nilai Sila
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Pendapat dari hasil wawancara dengan anak dan orang tua ternyata sama,
karena peneliti mengecek dengan anak melalui wawancara.Mengenai cara orang
tua menanamkan nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab dengan
berbagai cara dan tiap orang tua mempunyai cara atau model, isi pesan dan waktu
yang berbeda-beda untuk memberikan pendidikan ke anak, caranya yaitu
menunggu anak melakukan kesalahan baru di nasehati, memberikan pendidikan
dengan memasukan nilai-nilai Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab,
saling adanya ketebukaan dan kebebasan dalam berkomunikasi dan berpendapat,
nonton tv dan makan bersama.
Kemudian isi pesan dalam memberikan pendidikan ke anak yaitu ada
orang tua memberi motivasi untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin, memberi
arahan-arahan untuk hidup dengan masyarakat, selalu memotivasi, memberi pesan
yang mencerminkan nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu
jangan suka bohong dan di usahakan jujur.
Waktu yang digunakan orang tua untuk memberikan pendidikan yaitu
dengan nonton tv, makan bersama keluarga, menunggu anak pulang dari kegiatan,
habis selesai sholat maghrib jam (18.00 wib), berkumpul bersama keluarga jam
9
(20.00 wib). Dengan cara, isi pesan dan waktu yang di rancang orang tua untuk
membentuk perilaku yang diharapkan orang tua dan mencerminkan Pancasila.
4. Kendala Orang Tua Siswa SMAN 2 Kota Batu Dalam Menanamkan NilaiNilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Pendapat orang tua dan anak sama hasil pendapat dari wawancaranya
karena peneliti membuktikan dengan memintai wawancara kepada keduanya yaitu
orang tua dan anak, mengenai kendala orang tua dalam menanamkan nilai-nilai
sila kemanusiaan yang adil dan beradab ialah dari anak, masyarakat dan orang tua.
Dari anak kendalanya anak malas, anak masih labil (sering terpengaruh), ego,
komunikasi antara orang tua kurang terjalin dengan baik, cuek atas nasehat dari
orang tua, pergaulan anak yang jelek, anak kurang bisa memahami pendidikan
dari orang tua, anak lupa, anak salah tangkap dari pendidikan yang diberikan
orang tua. Kendala dari orang tua yaitu komunikasi antara orang tua dan anak
yang tidak terbuka dan tidak terjalin dengan baik, orang tua terlalu galak terhadap
anaknya, sifat anak ada yang penurut dan ada yang tidak penurut, perhatian anak
kurang, orang tua terlalu membatasi ruang gerak dan kendala dari teman ataupun
masyarakat adalah terkadang anak terkena hasutan dari teman-teman yang
mengakibatkan berpindahnya pemikiran atau pendidikan yang di berikan orang
tua dari rumah berpindah atau melanggar.
5. Upaya Orang Tua Siswa SMAN 2 Kota Batu Untuk Mengatasi Kendala
Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Berdasarkan data wawancara mengenai upaya orang tua untuk mengatasi
kendala dalam menanamkan nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab
yaitu hasil wawancara dari orang tua dan anak ternyata sama, jadi orang tua tidak
berbohong kepada peneliti, mengenai upaya orang tua untuk mengatasi kendala
dalam menanamkan nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu
orang tua juga harus bisa lebih mengerti dan tahu akan anak, memberikan nasehatnasehat dengan penuh kasih sayang, memberikan perhatian yang lebih kepada
anak, tidak membatasi ruang gerak anak dalam mencapai keinginannya,
menghukum anak, memberi perhatian yang sabar, telaten, berbahasa yang baik ke
anak, selalu mengingatkan, memberi petunjuk tentang kewajiban dan hak, di kasih
10
tau atau setiap pada waktunya pulang di telfon atau di sms dan mengajak
komunikasi antara ayah dan anak, ayah dan ibu dan bersama, karena anak juga
mempunyai hak untuk mengeluarkan pendapat selain itu komunikasi sangat
penting dalam menjalin ataupun membangun sesuatu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemahaman orang tua mengenai nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan
beradab yaitu orang tua cukup paham dengan sila kemanusiaan yang adil dan
beradab dan bisa mejelaskan serta menyebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam
sila.
2. Bentuk pendidikan yang dilakukan orang tua siwa dalam menanamkan nilainilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu ceramah dengan nasehat yang
isinya tentang nilai-nilai yang ada di Pancasila terutama sila kemanusiaan yang
adil dan beradab, memberi contoh-contoh yang baik atau suri tauladan, bentuknya
pendidikan itu adalah memberi pendidikan sejak dalam kandungan dengan
pembiasaan-pembiasaan, cerita yang berisikan perilaku yang mencerminkan nilainilai sila Pancasila, memberi kebebasan anak, membiarkan/hanya melihat jika
salah baru hanya melihat ditegur
3. Cara orang tua dalam menanamkan nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan
beradab yaitu Caranya yaitu menunggu anak melakukan kesalahan baru di
nasehati, memberikan pendidikan dengan memasukan nilai-nilai Pancasila sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, saling adanya ketebukaan dan kebebasan
dalam berkomunikasi dan berpendapat, nonton tv dan makan bersama. Kemudian
isi pesan dalam memberikan pendidikan ke anak yaitu ada orang tua memberi
motivasi untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin, memberi arahan-arahan
untuk hidup dengan masyarakat, memberi pesan yang mencerminkan nilai-nilai
sila kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu jangan suka bohong dan di
usahakan jujur. Waktu yang digunakan orang tua untuk memberikan pendidikan
yaitu dengan nonton tv, makan bersama keluarga, menunggu anak pulang dari
kegiatan, habis selesai sholat maghrib jam (18.00 wib), berkumpul bersama
keluarga jam (20.00 wib) dengan cara, isi pesan dan waktu yang di rancang orang
11
tua untuk membentuk perilaku yang diharapkan orang tua dan mencerminkan
Pancasila karena anak yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas itu
perilakunya masih mencari jati diri atau masih imitasi yaitu sering meniru perilaku
orang lain atau gampang terpengaruh.
Saran-saran
1. Sebagai Orang tua harus bertanggung jawab mendidik anak di keluarga,
masyarakat dan sekolah, orang tua juga harus mengontrol perkembangan anak,
komunikasi sama anak juga harus baik serta perhatian ke anak juga ditingkatkan
dan kalau mendidik juga berdasarkan Pancasila yaitu sila kemanusiaan yang adil
dan beradab.
2. Sebagai anak didik harus bisa melaksanakan kewajiban dan menuntut hak
sebagai anak atau siswa. Ketika orang tua memberikan pendidikan anak juga
harus mendengarkan dan menerapkan di lingkungan manapun serta harus bisa
membedakan antara yang baik dan yang kurang baik.
3. Guru yang berperan sebagai sutradara pendidikan haruslah memberikan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan mengupayakan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Selain sebagai pemberi pembelajaran
siswa, guru dalam kegiatan pembelajaran dituntut untuk menjadi motivator
pembelajaran yang akan senantiasa menemani siswa dalam kegiatan pembelajaran
dan guru adalah pengganti orang tua di dalam sekolahan untuk mendidik anak
didiknya supaya terbentuk perilaku yang baik serta mendapat pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN
Ali mohammad & Asrori muhammad. 2010. Pskologi Remaja. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Darmodiharjo, Darji. 1984. Pancasila Suatu Orientasi Singkat Di Lengkapi
Dengan Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila. Jakarta:
Aries S Lima
Djamarah Bahri S. 2004. Pola Komunkasi orang tua dan anak dalam keluarga.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Farozin M & Fathiyah N. 2004. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: PT Adi
Mahasatya
12
Hurlock, Elizabeth B.1978. Perkembangan Sosial Anak. Jakarta: Erlangga
Indra kusuma,A.D. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang: IKIP MALANG
Kaelan.2002. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Yogyakarta: Paradigma
Moleong, Lexy J.2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Indonesia
Paulus, Wahana. 1993. Filsafat Pancasila Konsep Manusia Dalam Pancasila.
Yogyakarta: Kanisius
Poerwadarminta. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Online),
(http://siris_libraries.si.edu/ipsc.jsp?uri=full), diakses 17 Januari 2012
Salam, Burhanuddin H. 2000. Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Sjarkawi.2008. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1988. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Tim UM. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Kelima. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Undang-Undang Dasar 1945. Surabaya: Apollo Lestari
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika
13
Download