BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi di definisikan sebagai
tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
(Shep, 2010).
Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg (milimeter air raksa) dan bisa juga disertai tekanan
diastoliknya yang diatas 90 mmHg pada dua atau tiga kali pemeriksaan
(Prince & Wilson, 1995).
2. Klasifikasi
a. Hipertensi Esensial (primer)
Hipertensi esensial disebut hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya, biasanya merupakan kombinasi antara berbagai
faktor genetik dan lingkungan yang menyebabkan fenotipe
hipertensif. Tercatat 13.353 kasus hipertensi esensial pada tahun
2010 di Rumah Sakit Panti Rapih (RS Panti Rapih, 2013).
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder mempunyai prevalensi berkisar antara 58% dari seluruh penderita hipertensi. Hipertensi sekunder
disebabkan oleh penyakit endokrin, penyakit renal dan penyakit
lainnya yaitu stress berat, penyempitan aorta, obat-obatan seperti
hormon, kokain, siklosporin (Aziz, S., 2009).
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula dari saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut
saraf
pasca
ganglion
ke
pembuluh
darah,
dimana
dengan
dilepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi
respon
pembuluh
darah
terhadap
rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang,
Medulla
mengakibatkan
adrenal
tambahan
mensekresi
aktivitas
epinefrin
yang
vasokonstriksi.
menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer
pada lansia yaitu perubahan pada tekanan darah. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2000).
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4. Tanda dan gejala
Dalimartha, S., Purnama, B.T., Sutarina, N., Mahendra, B., &
Darmawan, R., (2008) mengemukakan bahwa gejala dari hipertensi
adalah sebagai berikut:
a. Sakit kepala
Darah mengalir lebih cepat di dalam pembuluh darah di kepala
sehingga kerja dari otak untuk memenuhi kebutuhan oksigennya
juga lebih besar. Sehingga akibat yang di timbulkan adalah sakit
kepala.
b. Leher kaku
Pembuluh darah yang ada di sekitar leher menjadi menyempit
dengan berkala sehingga leher akan mengalami pengerutan baik
oleh otot leher maupun pembuluh darahnya.
c. Perdarahan dari hidung (Epistaksis)
Menurut Budiman B.J., & Hafidz, A (2012) menjelaskan bahwa
mimisan atau epistaksis terjadi karena lesi lokal di hidung yang
menyebabkan pembuluh darah infeksi atau penyebab lainnya yang
menghancurkan pembuluh darah, sementara hipertensi hanyalah
faktor pemberat dari epistaksis itu sendiri. Hipertensi berat dapat
menyebabkan epistaksis masif, biasanya dibagian posterior hidung
dengan tekanan diatas konka media. Dapat disertai oleh pusing,
kepala seperti ditusuk-tusuk, ansietas, edema perifer, nokturia,
mual, muntah, letargi (Kowalak, 2002).
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
d. Wajah kemerahan dan kelelahan
Kerja jantung semakin cepat dan aliran darahnya juga cepat maka
akan
mempengaruhi
sistem
saraf
pusat
sehingga sebagai
kompensasinya tubuh akan mengalami kelelahan dan aliran darah
akan mengumpul di daerah wajah.
e. Mual
Pada saat darah masuk ke dalam organ lambung maka lambung
akan mendapatkan suplai darah yang banyak dan lambung juga
akan meningkatkan asam lambung. Sementara asam lambung harus
seimbang dengan keadaan volume makanan yang masuk. Pada
pasien hipertensi terjadi penurunan nafsu makan, sehingga
produktifitas asam lambung meningkat dan akan menimbulkan
gejala mual.
f. Muntah
Muntah merupakan tanda umum gangguan saluran cerna dan
jantung. Muntah disebabkan oleh suatu rangkaian kontraksi otot
abdomen terkoordinasi dan gerakan peristaltik esofagus yang
terbalik, khasnya didahului mual (Kowalak, 2002).
g. Gelisah
Pada saat keadaan ini sistem saraf simpatis yang merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. Saat itu juga akan
mengakibatkan tambahan aktivitas yaitu muncul perasaan gelisah.
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
h. Pandangan kabur
Otot siliaris pada mata akan melemah akibat tekanan intraokuler.
Otot ini akan merangsang daya akomodasi pada lensa sehingga
letak bayangan tidak bisa sampai ke dalam titik buta retina,
sehingga bayangan tidak jelas pada saat di proyeksikan.
5. Faktor-faktor resiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya hipertensi menurut
Martuti (2010) & Sutomo, B (2009) antara lain:
a. Faktor yang tidak dapat diubah
1) Usia
Hampir tiap survei yang dilakukan para ahli menemukan
terjadinya kenaikan tekanan darah dengan naiknya umur diatas
45 tahun. Pada orang lanjut usia (usia > 60 tahun) terkadang
mengalami peningkatan tekanan nadi dikarenakan arteri lebih
kaku akibat terjadinya arteriosklerosis sehingga menjadi tidak
lentur (Guyton, 2008).
2) Ras
Suku berkulit hitam berisiko lebih tinggi terkena
hipertensi. Di Amerika, penderita hipertensi berkulit hitam
40% lebih banyak dibandingkan penderita berkulit putih.
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3) Jenis kelamin
Penelitian di Jawa Tengah dan daerah lain di Indonesia
menunjukkan kejadian hipertensi lebih tinggi pada wanita
dibandingkan dengan pria karena pada wanita mengalami
menopause sehingga terjadi penurunan jaringan perifer dan
hormon. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lopoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL
yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause (Anggraini, A.D., 2009).
Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa
muda dan paruh baya. Sebaliknyan hipertensi sering terjadi
pada sebagian besar wanita setelah berusia 55 tahun atau yang
sudah menopause (Sutomo, B., 2009).
4) Keturunan
Suatu pendapat memperkirakan 3% dari anak yang lahir
dari ayah-ibu normotensif (tekanan darah normal) mungkin
akan menderita hipertensi, sedangkan kemungkinan ini naik
menjadi 45% jika kedua orang tuanya menderita hipertensi.
Jadi seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi (Marliani, 2007).
b. Faktor yang dapat diubah
1) Obesitas
Penelitian
membuktikan
bahwa
curah
jantung
(kemampuan memompa darah oleh jantung) dan sirkulasi
volume darah penderita hipertensi dengan obesitas lebih tinggi
dibandingkan penderita hipertensi dengan berat badan normal.
Obesitas di anggap sebagai salah satu faktor yang dapat
meningkatkan prevalensi hipertensi, intoleransi glukosa, dan
penyakit jantung koroner aterosklerotik pada pasien-pasien
yang kegemukan (Alwi, 2009).
2) Sindroma resistensi insulin atau sindroma metabolik
Faktor ini dipercaya para dokter sebagai faktor
keturunan. Glukosa hasil sintesa makanan akan diangkut oleh
darah ke seluruh tubuh lalu diubah menjadi sumber energi.
Agar glukosa bisa masuk ke dalam sel-sel tubuh dibutuhkan
insulin. Namun, ada beberapa orang yang kurang mampu
merespon insulin sehingga tubuh memproduksi lebih banyak
insulin. Dalam jangka waktu yang lama, pankreas tidak mampu
lagi mengatasi resistensi insulin. Kondisi ini akan mengarah ke
diabetes tipe II.
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3) Lingkungan dan faktor geografi
Faktor lingkungan dan geografi dapat mempengaruhi
kemungkinan tinggi rendahnya tekanan darah seseorang.
Lingkungan di pinggir pantai, kebiasaan akan mengkonsumsi
makanan dengan tinggi garam sangat menonjol karena
sebagian besar mata pencaharian penduduk di daerah pantai
adalah sebagai nelayan. Faktor tersebut yang mempengaruhi
tingkat hipertensi semakin tinggi (Martuti, 2009).
4) Stress
Pekerjaan yang memiliki tekanan tinggi bisa menimbulkan
stress. Menurut Anggraini (2009) mengatakan stress akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung melalui aktifasi saraf simpatik sehingga akan
menyebabkan tekanan darah mengalami kenaikan.
5) Konsumsi garam
Mengkonsumsi garam ≤ 3 gram perhari kemungkinan
akan terjadi hipertensi beberapa persen saja, namun jika
konsumsi garam antara 5-15 gram perhari maka kemungkinan
hipertensi menjadi 15-20%.
6) Konsumsi minuman beralkohol berlebihan
Sekitar 5-20% kasus hipertensi disebabkan oleh alkohol.
Hubungan alkohol dan hipertensi memang belum jelas. Tetapi
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
penelitian menyebutkan, risiko hipertensi meningkat dua kali
lipat jika mengonsumsi alkohol tiga gelas atau lebih.
7) Merokok
Merokok
merupakan
suatu
kegiatan
yang
sangat
berbahaya bagi kesehatan tubuh khususnya pada sistem
pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Zat-zat kimia tembakau
seperti nikotin dan karbonmonoksida dari asap rokok, membuat
dinding pembuluh darah arteri menjadi tebal dan semakin
menyempit sehingga jantung akan bekerja lebih keras untuk
memompa darah (Elsanti, 2009).
8) Kurangnya aktivitas fisik
Jika seseorang kurang gerak, frekuensi denyut jantung
menjadi lebih tinggi sehigga memaksa jantung bekerja lebih
keras setiap kontraksi. Meskipun tekanan darah meningkat
secara
tajam
ketika
sedang
berolahraga,
namun
jika
berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan mungkin
memiliki tekanan darah yang lebih rendah dari pada mereka
yang tidak melakukan baik dari pada olahraga berat tetapi
hanya sekali (Beever, 2002).
9) Kalium yang rendah
Kalium membantu tubuh menjaga keseimbangan jumlah
natrium di dalam cairan sel. Apabila tubuh kekurangan kalium,
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
natrium yang berlebihan di dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan
sehingga risiko hipertensi meningkat.
Arief,
I
(2013)
menyebutkan
bahwa
faktor-faktor
yang
menyebabkan hipertensi adalah sebagai berikut:
1) Obesitas
Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum
diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas,
namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada
penderita hipertensi dengan berat badan normal.
2) Stress
Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja
pada saat kita beraktifitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis
mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu).
3) Faktor keturunan (genetik).
Apabila riwayat hipertensi didapati pada kedua orang tua,
maka dugaan hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian
pula dengan kembar monozigot (satu sel telur) apabila salah
satunya adalah penderita hipertensi.
4) Jenis Kelamin (gender)
Wanita lebih banyak mengalami kemungkinan menderita
hipertensi daripada pria. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali
dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan),
depresi, dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria
lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang
nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.
5) Usia
Dengan
semakin
bertambahnya
usia,
kemungkinan
seseorang menderita hipertensi juga semakin besar.
6) Asupan garam
Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan
tekanan darah yang akan diikuti oleh peningkatan ekskresi
kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik
(sistem perdarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial
mekanisme inilah yang terganggu.
7) Gaya hidup yang kurang sehat
Walaupun
tidak
terlalu
jelas
hubungannya
dengan
hipertensi namun kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol
dan kurang olah raga dapat pula mempengaruhi peningkatan
tekanan darah.
Menurut Armilawaty, Amalia, H., & Amiruddin, R., (2007), dalam
mengatur menu makanan yang sangat dianjurkan bagi penderita
hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan
darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.
Makanan yang harus di hindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,
minyak kelapa).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium
(biskuit, craker, kripik, dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned,
sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur atau buah, abon,
ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi
atau kambing) kuning telur, kulit ayam.
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi saus tomat, saus
sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan
tape.
6. Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak
endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari
hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal,
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama
untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack),
penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal,
dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktorfaktor resiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan mortalitas
dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut
Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan
resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri
perifer, dan gagal jantung (Muchid, A., 2006).
Kerusakan pada serebrovaskuler yaitu stroke trombotik dan
hemoragik. Kerusakan jantung mengakibatkan penyakit jantung
koroner. Hipertensi menyebabkan kerusakan renovaskuler dan
kerusakan glomerulus (Davey, P, 2005).
Menurut Sutomo, B (2009), dampak yang ditimbulkan dari
penyakit hipertensi adalah sebagai berikut:
a. Jantung
Selain diabetes melitus dan kolesterol tinggi, hipertensi
merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung. Sekitar
75% penderita hipertensi akan terkena penyakit jantung. Kondisi
ini biasanya baru disadari saat penderita berusia lanjut, yaitu ketika
jantung telah menurun daya memompa darah dengan tekanan
berat. Tekanan darah tinggi yang akan menyebabkan pembesaran
ventrikel kiri dan mempercepat timbulnya aterosklerosis.
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
b. Diabetes
Penderita diabetes melitus harus mengendalikan tingkat gula
darahnya, karena diabetes dan hipertensi saling berkaitan. Kedua
penyakit ini bisa menyerang bersama-sama. Bila tidak segera
diobati, akibatnya resiko berkembangnya aterosklerosis (dinding
pembuluh darah menjadi kaku dan sempit). Komplikasi baru
sangat mungkin terjadi berupa serangan jantung, stroke dan
penyakit ginjal.
c. Penyakit ginjal
Hipertensi berkaitan erat dengan kesehatan ginjal. Penyakit
ini merupakan faktor pemicu utama terjadinya penyakit ginjal dan
gagal ginjal. Begitu pula sebaliknya, tekanan darah akan meningkat
hingga menyebabkan hipertensi ketika fungsi ginjal terganggu.
Kondisi ini disebabkan rusaknya organ-organ yang dilewati
pembuluh darah akibat tekanan darah tinggi, salah satunya adalah
ginjal. Akibat terparah, terjadi gagal ginjal progresif yaitu fungsi
ginjal berhenti sama sekali. Pada stadium akhir, penderita
menggantungkan hidup pada dialisis (cuci darah) dan transplantasi
ginjal.
d. Stroke
Tekanan darah tinggi merupakan faktor utama penyebab
stroke dan penyakit jantung. Di Amerika, satu dari empat orang
dewasa atau sekitar 50 juta orang menderita hipertensi. Sementara,
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
angka kejadian stroke akibat darah tinggi di indonesia mencapai
36% pada lansia diatas 65 tahun.
Stroke dibagi menjadi dua yaitu stroke hemoragik dan stroke
non hemoragik. Stroke hemoragik adalah perdarahan otak yang
disebabkan sobeknya pembuluh dinding darah (akibat tekanan
darah yang tinggi dan mendadak). Stroke non hemoragik adalah
menyumbatnya aliran darah pada jaringan otak yang akibatnya
jaringan yang tidak dialiri darah akan mati dan terjadi kematian
jaringan diotak.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan
farmakologis atau dan penatalaksnaan non farmakologis. Pengobatan
hipertensi juga dapat dilakukan dengan terapi herbal.
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan
farmakologis
adalah
penatalaksanaan
hipertensi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis
obat anti hipertensi. Ada bebagai macam jenis obat anti hipertensi
pada penatalaksanaan farmakologis menurut Klodas, E (2012) &
Davey, P (2005) hal 130 yaitu:
1) Diuretik
Obat-obatan ini bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh
(melalui kencing). Membuang kandungan garam yang berlebih
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dan cairan dalam ginjal untuk membantu menurunkan tekanan
darah sehingga kerja jantung untuk memompa lebih ringan.
Contoh obat diuretik adalah bendrofluazid. Obat ini efektif dan
aman.
2) β Blocker
Beta Blocker adalah obat yang digunakan untuk mengobati
tekanan darah tinggi. Obat ini menghambat atau mengeblok
sistem saraf simpatik di dalam jantung.
Atenolol dan metropolol, menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah dengan bekerja secara antagonis terhadap sinyal
adrenegik. Sangat efektif untuk jangka panjang pada penyakit
jantung koroner. Efek samping β blocker diantaranya adalah
letargi, impotensi, perifer dingin, eksaserbasi diabetes dan
hiperlipidemia. Kontra indikasi adalah pada penyakit asma dan
penyakit vaskuler perifer.
3) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor adalah
obat untuk tekanan darah tinggi yang dapat melebarkan
pembuluh darah untuk memenuhi volume darah pada saat
jantung memompa sehingga tekanan darah menjadi turun.
Kaptopril, enalapril, lisinopril, dan ramipil, memberikan
efek
anti hipertensi
dengan menghambat
pembentukan
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
angiotensin II. Efek samping di antaranya adalah batuk kering
dan angioedema.
4) Angiotensin II Receptor Blocker (ARBs)
Angiotensin II Receptor Blocker (ARBs) memiliki efek
yang sama dengan ACE Inhibitor walaupun data penelitian
yang mendukung penggunaannya kurang komprehensif.
Losartan dan valsartan, bekerja sebagai antagonis terhadap
aksis angiotensin II-renin. Indikasinya pada gagal jantung atau
gangguan fungsi ventrikel kiri jika batuk akibat inhibitor ACE
terasa mengganggu. Efeknya dalam fungsi ginjal pada
hipertensi renovaskuler sama.
5) Antagonis α
Seperti Doksazosin. Vasodilator yang menurunkan
tekanan darah dengan bekerja antagonis terhadap reseptor α
adrenegik pada pembuluh darah perifer.
6) Calsium Channel Blocker
Obat ini digunakan untuk menurunkan tekanan darah.
Cara kerjanya ialah melambatkan pergerakan kalsium di dalam
sel di jantung dinding pembuluh darah untuk memudahkan
kerja jantung dan melebarkan pembuluh darah. Nifedipin,
amlodipin, felodipin, nisoldipin yaitu untuk menurunkan kerja
jantung,
meningkatkan
myocardium,
Diltiazem
pengiriman
oksigen
hydrochloride
ke
(Cardizem
dalam
SR,
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Cardizem CD, Dilacor XR, Tiazac) yaitu untuk menghambat
kekakuan arteri koroner yang tidak terkontrol oleh beta
blocker. Kontra indikasi AV block Hipotensi, gagal jantung
(Brunner & Suddart, 2000).
b. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Pengobatan non farmakologis saat ini adalah pilihan utama
untuk menurunkan tekanan darah karena selain tidak memiliki efek
samping yang membahayakan bagi kesehatan. Pengobatan non
farmakologis yang saat ini banyak digunakan untuk penderita
hipertensi adalah terapi menggunakan seduhan teh karena dianggap
murah dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Salah satu pengobatan
yang pernah dilakukan adalah dengan menggunakan bunga rosella.
B. Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)
1. Deskripsi Tanaman
Tanaman rosella sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak
tahun 1922 sebagai tanaman hias, tanaman pagar dan tanaman
penghasil serat. Rosella saat ini menjadi tanaman yang diminati oleh
masyarakat karena berbagai produk yang dapat dihasilkan dari bunga
dan seratnya sehingga mengalami peningkatan budidaya yang cukup
tinggi (Astuti, 2010).
Rosella merupakan tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5
sampai 3 meter. Batangnya bulat, tegak, berkayu, dan berwarna
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
merah. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari,
ujung tumpul, tepi bergerigi dan pangkal berlekuk. Panjang daun 6
sampai 15 cm dan lebarnya 5 sampai 8 cm. Tangkai daun bulat
berwarna hijau dengan panjang 4 sampai 7 cm.
Bunga rosella mempunyai 8 sampai 11 helai kelopak yang
berbulu, panjangnya 1 cm, pangkalnya saling berlekatan dan berwarna
merah. Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai bunga oleh
masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan
makanan dan minuman. Bunga rosella telah dibudidayakan di India,
Hindia Timur, Nigeria, dan ke Amerika untuk diambil serat raminya
(Morton, 1987). Sudan, Egypt Thailand, Meksiko, dan China adalah
negara yang di import bunga rosella terbanyak dari daerah Angola
(Bisset, N.G., & Wichtl, M., 2001).
(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) Tanaman bunga rosella
(b) Kelopak bunga rosella yang sudah dikeringkan
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2. Sifat Botani Tanaman
Rosella mempunyai nama ilmiah Hibiscus Sabdariffa Linn,
merupakan anggota famili malvaceae. Rosela dapat tumbuh baik di
daerah beriklim tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat
asli di daerah yang terbentang dari India hingga Malaysia. Namun
sekarang tanaman ini telah tersebar luas di daerah tropis dan subtropis
di seluruh dunia. Karena itu, tidak heran jika tanaman ini mempunyai
nama umum yang berbeda-beda di berbagai negara.
Di Inggris dan di negara berbahasa inggris lainnya, tanaman ini
dikenal dengan nama roselle, rozelle, sorrel, red sorel, white sorrel,
jamaica sorrel, indian sorrel, guinea sorrel, sour-sour, queensland
jelly plant, jelly okra, lemon bush, dan florida cranberry. Di Perancis,
rosela juga disebut dengan nama oseille rouge atau oseille de guinee.
Di Spanyol dikenal dengan nama quimbombo chino,sereni, rosa de
jamaica, flor de jamaica, jamaica, agria, agrio de guinea, quetmia
acida, vina, dan venuela. Di Malaysia, rosela dikenal sebagai asam
susur dan di Thiland disebut kacieb priew (Maryani, H., & Kristiana,
L., 2005).
3. Lingkungan tumbuh
Distribusi bunga rosella hampir seluruh daerah tropis dan
subtropis dengan ketinggian 900 meter diatas permukaan laut dan bisa
bertahan di daerah yang beriklim sedang. Tanah yang cocok untuk
tanaman rosella adalah tanah yang berpasir dan memiliki sedikit
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
lempung.
Cara
perkembangbiakan
tanaman
rosella
yaitu
menggunakan biji, akan tetapi tumbuh dengan mudah melalui stek
(Morton, 1987).
Pada 4 sampai 5 bulan setelah tanam, tanaman ini memerlukan
banyak sinar matahari untuk mencegah munculnya bunga prematur.
Biasanya bunga yang muncul sebelum waktunya mempunyai kualitas
yang rendah. Selain itu, pada awal pertumbuhannya rosela juga
memerlukan curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang diperlukan
selama pertumbuhannya sekitar 182 cm. Jika curah hujan tidak
mencukupi, bisa diatasi dengan pengairan yang baik (Maryani, H., &
Kristiana, L., 2005).
4. Kandungan Kimia dan Nilai Gizi
Tanaman rosella yang mempunyai kelopak bunga tebal (juicy)
diketahui bermanfaat untuk pencegahan penyakit antara lain penyakit
kanker dan radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan
peredaran darah dan melancarkan buang air besar, anti kejang, anti
cacing dan anti bakteri. Manfaat ini disebabkan karena kelopak bunga
rosella mengandung vitamin C, vitamin A, protein, mineral, asam
amino, gossypeptin, anthocyanin, dan glucoside hibiscin, asam
organik, polisakarida dan flavonoid (Suryawati, 2011). Menurut
Mahadevan N, Shivali & Kamboj, P., (2009) menyebutkan bahwa
kelopak kering dari rosella mengandung flavonoid gossypetine,
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
hibiscetine dan sabdaretine. Dan juga mengandung alkaloid, βsitosterol, antosianin, asam sitrat, cyanidin-3-rutinose, delphinidine,
galaktosa, pektin, asam protocatechuic, quercetine, asam stearat dan
mengandung lilin.
Kandungan senyawa dan gizi yang terdapat di dalam bunga
rosella menurut Maryani, H., & Kristiana, L., (2005) adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Kandungan senyawa dalam kelopak Bunga Rosella
(Hibiscus Sabdariffa)
Nama Senyawa
Jumlah
Campuran asam sitrat dan asam malat
13 %
Anthocyanin yaitu gossypetin (hydroxyflavone) dan
2%
hibiscin
Vitamin C
0,004-0,005 %
Protein
•
Berat segar
6,7 %
•
Berat kering
7,9 %
Flavonol glucoside hibiscritin
-
Flavonoid gossypetine
-
Hibiscetine dan sabdaretine
-
Delphinidin 3-monoglocoside
-
Cyanidin 3-monoglucoside (chrysantehnin)
-
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Tabel 2.2 Kandungan gizi rosella
100 g
100 g
100 g
100 g
Buah Segar
Daun Segar
Kelopak Segar
Biji
Kalori
49 kal
43 kal
44 kal
-
Air
84,5 %
85,6 %
86,2 %
7,6 %
Protein
1,9 g
3,3 g
1,6 g
24, 0 %
Lemak
0,1 g
0,3 g
0,1 g
22,3 %
Karbohidrat
12,3 g
9,2 g
11,1 g
-
Serat
2,3 g
1,6 g
2,5 g
15,3 %
Abu
1,2 g
1,6 g
1,0 g
7,0 %
1,72 mg
213 mg
160 mg
0,3 %
Fosfor
57 mg
93 mg
60 mg
0,6 %
Besi
2,9 mg
4,8 mg
3,8 mg
-
Betakaroten
300 ig
4135 ig
285 ig
-
Vitamin C
14 mg
54 mg
14 mg
-
Tiamin
-
0,17 mg
0,04 mg
-
Riboflavin
-
0,45 mg
0,6 mg
-
Niasin
-
1,2 mg
0,5 mg
-
Sulfida
-
-
-
0,4 %
Nitrogen
-
-
-
23,8 %
Kalsium
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Tabel 2.3 Kandungan asam lemak dalam biji rosella
Jenis asam lemak
Jumlah
Asam miristin
2,1 %
Asam palmitin
35,2 %
Asam stearat
2%
Asam oleat
3,4 %
Asam linoleat
34 %
Tabel 2.4 Kandungan sterol dalam minyak biji rosella
Jenis sterol
Jumlah
β-sitosterol
61,3 %
kampasterol
16,5 %
kolesterol
5,1 %
ergosterol
3,2 %
Menurut Bisset, N.G., & Wichtl, M., (2001), kandungan senyawa
dalam bunga rosella adalah 1,5% antosianin diantaranya delphinidin
3-sambubioside, delphinidin, cyanidin 3-sambubioside, dan warna
merah anggur. Ketiga kandungan ini merupakan senyawa antioksidan
aktif yang dapat menangkal radikal bebas. Bunga rosella juga
mempunyai
kandungan
(hexahydroxyflavone)
flavonoid
3-glucoside.
diantaranya
Minyak
Bunga
gossypetin
Rosella
mengandung 15% polisakarida dan 2% pektin. Bunga Rosella
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
berfungsi sebagai obat spasmolitik, antibakterial, kolagogic, diuretik
dan juga mempunyai sifat anthelmintic.
5. Manfaat Teh Rosella
a. Anti Hipertensi
Menurut Mahadevan, N., Shivali & Kamboj, P., (2009)
menyebutkan bahwa teh dari kelopak bunga rosella menunjukkan
penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11,2% dan 10,7% pada
tekanan darah diastolik. Ekstrak dalam bentuk cair dari kelopak
mengandung dosis yang cukup untuk menurunkan tekanan ratarata arteri (MAP) pada hewan percobaan yaitu tikus. Ekstrak
tersebut mempunyai sebuah efek vasodilator di cincin aorta yang
paling kecil pada tikus yang terkena hipertensi. Menurut Ulbricht,
C., & Seamon, E., (2010) menyebutkan bahwa kelopak bunga
rosella mempunyai evidence-based grade B yang berarti aman
untuk dikonsumsi. Praktisioner medis dari Cina sudah lama
menggunakan kelopak bunga rosella untuk mengobati penyakit
hipertensi baik hipertensi ringan dan hipertensi sedang. Dosis yang
digunakan sebanyak 10 gram yang diseduh dengan air panas
selama 4 minggu.
b. Hepatoprotektif
Menurut Mahadevan
N, Shivali & Kamboj, P., (2009)
menyebutkan bahwa efek proteksi dari ekstrak kelopak kering
rosella bisa melawan stress oksidatif pada tikus dengan penyakit
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
hati primer. Ekstrak daun bunga melindungi tikus melawan
induksi cadmium hati, prostat, dan testis peroksidasi.
c. Anti hiperlipidemia
Efek inhibitor pada ekstrak tanaman rosella pada oksidasi LDL
dan anti hiperlipidemia dalam fruktosa dan kolesterol dalam tikus
yang di teliti. Ekstrak daun dan bunga dari tanaman yang berwarna
merah dan hijau dapat menurunkan konsentrasi total plasma pada
tikus
yang
menunjukkan
efek
protektif
kardiovaskuler
(Mahadevan N, Shivali & Kamboj, P., 2009).
d. Antioksidan
Antioksidan yang terkandung di dalam kelopak kering bunga
rosella dapat menghambat radikal bebas sehingga sel-sel yang
abnormal penyebab kanker dapat teratasi dan dapat di cegah.
Cyanidin dan cyanidin 3-glucoside adalah senyawa yang
mempunyai sifat proteksi menangkal radikal bebas (Mahadevan N,
Shivali & Kamboj, P., 2009).
e. Anti kanker
Antosianin yang terkandung di dalam kelopak bunga rosella dapat
menghancurkan sel-sel kanker yang berkembang secara abnormal.
Aktifitas antioksidan dari antosianin tersebut dapat menginhibisi
oksidasi LDL dan oksidasi LDL makrofag pada pembelahan sel
kanker.
Efek
inhibitor
asam
protocatechuic
yang
di
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
demonstrasikan pada kulit tikus menunjukkan bahwa asam
tersebut potensial sebagai agen kemopreventif untuk kanker.
f. Efek vasoprotective
Cyanidine 3-glukoside memberikan efek proteksi melawan induksi
peroksinitrit disfungsi endotel dan kegagalan pembuluh darah
(Galvano, F., Fauci, L.L., Vitaglione, P., Fogliano, V., Vanella, L.,
& Velgines, C., 2007). Jadi pembuluh darah akan tetap terjaga
tingkat elastisitasnnya atau tidak terjadi spasme pembuluh darah.
g. Efek anti inflamasi
Polisakarida pada bunga rosella yaitu fenolik dapat menstimulasi
proliferasi dan diferensiasi dari keratinosit pada manusia. Fenolik
aktif untuk mengobati masalah di dalam ginjal dan perut yang
berguna sebagai efek anti inflamasi (Mungole, A., & Chaturvedi,
A, 2011)
h. Anti obesitas dan Anti diabetes
Implikasi dari Cyanidin 3-glukoside yaitu untuk mencegah
obesitas dan anti diabetes. Antosianin dari bunga rosella adalah
salah satu pigmen yang memberikan warna merah keunguan yang
berguna untuk mencegah hiperglikemia, hiperinsulinemia, dan
hiperletinemia (Galvano, F., Fauci, L.L., Vitaglione, P., Fogliano,
V., Vanella, L., & Velgines, C., 2007)
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
C. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai
berikut:
Faktor yang tidak dapat di
ubah
• Ras
• Umur
• Jenis kelamin
• Riwayat
keluarga/keturunan
•
•
Faktor yang dapat di ubah
• Merokok
• Kegemukan
• Sindroma resistensi
insulin atau sindroma
metabolik
• Kurangnya aktivitas
fisik
• Sensitivitas natrium
• Kalium rendah
• Konsumsi minuman
beralkohol berlebihan
• Stress
• Lingkungan dan faktor
geografi
Primer
sekunder
Hipertensi
Farmakologis
Nonfarmakologis
(seduhan teh rosella)
Gambar 2.2 Kerangka Teori Sintesa dari Sutomo, B (2009), Martuti
(2009)
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.3
sebagai berikut:
Seduhan Teh
Rosella
Hipertensi Primer
Penurunan Tekanan
Darah
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan tekanan darah sistolik antara sebelum dan sesudah
intervensi (ada pengaruh pemberian seduhan teh rosella terhadap
tekanan darah sistolik).
2. Terdapat perbedaan tekanan darah diastolik antara sebelum dan
sesudah intervensi (ada pengaruh pemberian seduhan teh rosella
terhadap tekanan darah diastolik).
Pengaruh Pemberian Seduhan..., Mochamad Aris, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Download