penentuan massa optimal gom akasia sebagai surface active agent

advertisement
PENENTUAN MASSA OPTIMAL GOM AKASIA SEBAGAI
SURFACE ACTIVE AGENT PADA PENCAMPURAN
MINYAK GORENG DENGAN AIR DAN
SOLAR DENGAN AIR
Tamzil Aziz, Sevrina Nuryanti Tambunan
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Program Ekstensi Universitas Sriwijaya
Abstract
The mixed of oil with water can be found in daily life, mainly in industrial pharmacy products. In
pharmacy industry, we can find mixing process between vegetable oil with water, that is in process of making
compound medicine either as outside medicine or inside medicine. But, how much surfactan mass which will
be used to decrease the surface tension between water mixture with oil so that oil and water decrease the
surface tension between water mixture with oil and the water can be well – mixed by doing research.
In this research, was done mixing between vegetable oil with water and diesel fuel with water, and
adding acasia gom as surfactan for breaking surface of layer between oil with the water. Variation of
vegetable oil or diesel fuel, water and acasia gom composition is done for getting optimal mass from acasia
gom mixing of vegetable oil/diesel fuel with water.
Mixing analysis was done by qualitatif analysis, that is by seeing layer which is formed in mixture
and seeing mixture of changing color. The layer which is formed in mixture between vegetable oil/diesel oil
with water only one layer and the colour will change into cream – coloured. From variation of vegetable
oil/diesel fuel, water, acasia gom composition which is done in this research, is got optimal acasia gom mass
in comparison 1 : 1 : 1 and 4 : 2 : 1.
Keywords : Vegetable oil/diesel fuel, water, mixing, acasia gom.
Abstrak
Tercampurnya minyak dengan air banyak kita temukan dalam kehidupan sehari – hari, terutama
dalam produk-produk industri farmasi. Dalam industri farmasi dapat kita temukan proses pencampuran
antara minyak nabati dengan air, yaitu dalam proses pembuatan racikan obat baik itu sebagai obat dalam
maupun sebagai obat luar. Namun, berapa massa surfaktan yang digunakan untuk dapat menurunkan
tegangan permukaan antara campuran air dengan minyak sehingga minyak dan air tersebut dapat
tercampur dengan baik perlu dilakukan penelitian.
Pada penelitian ini dilakukan pencampuran antara minyak goreng dengan air dan solar dengan air
serta penambahan gom akasia sebagai surfaktan untuk memecah lapisan permukaan antara minyak dengan
air tersebut. Variasi komposisi minyak goreng/solar, air, dan gom akasia dilakukan untuk mendapatkan
massa gom akasia optimal dalam pencampuran minyak goreng/solar dengan air.
Analisa campuran dilakukan dengan analisa kualitatif, yaitu dengan melihat lapisan yang terbentuk
pada campuran dan melihat perubahan warna campuran. Lapisan yang terbentuk pada campuran antara
minyak goreng/solar dengan air hanya satu lapis dan warnanya akan berubah menjadi warna krem (putih).
Dari variasi komposisi minyak goreng/solar : air : gom akasia yang dilakukan pada penelitian ini,
maka diperoleh massa gom akasia optimal adalah pada perbandingan 1 : 1 : 1 dan 4 : 2 : 1.
Kata kunci : Minyak goreng/solar,air, pencampuran , gom akasia.
Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009
59
I. PENDAHULUAN
Minyak dan air jika tercampur akan
membentuk lapisan pemisah atau lapisan
permukaan di antara kedua zat tersebut. Hal ini
disebabkan karena perbedaan densitas antara
minyak dan air, minyak berada di lapisan atas
karena memiliki densitas yang lebih ringan dan air
ada di lapisan bawah densitasnya lebih besar.
Tercampurnya minyak dengan air banyak
kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari,
misalnya dalam industri farmasi. Dalam industri
farmasi dapat kita jumpai proses pencampuran
antara minyak nabati dengan air, yaitu dalam
proses pembuatan racikan obat baik itu sebagai
obat dalam maupun sebagai obat luar.
Namun, kita belum tahu berapa besar
perbandingan antara minyak, air serta surfaktan
yang digunakan untuk menurunkan tegangan
permukaan antara air dengan minyak tersebut
sehingga minyak dan air tersebut dapat tercampur
dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian dalam hal penentuan komposisi
penggunaan surfaktan optimal dalam pembuatan
campuran minyak dengan air.
II. FUNDAMENTAL
2.1 Campuran Minyak dengan Air
Jenis campuran antara minyak dengan air
yang banyak kita jumpai adalah dalam bentuk
emulsi. Minyak dengan air tersebut dapat
tercampur dengan penambahan surfaktan.
Surfaktan tersebut akan menurunkan tegangan
permukaan antara campuran minyak dengan air,
sehingga minyak dengan air tersebut dapat
tercampur dengan baik.
2.1.1 Pengertian Emulsi
Emulsi adalah suatu sistem heterogen
yang tidak stabil secara termodinamika, yang
terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang
tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi
dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan
kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang
distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang
cocok.
2.1.2 Komponen Emulsi
Komponen
dari
Emulsi
dapat
digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
A. Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus
terdapat didalam emulsi, terdiri dari :
1.Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu
2. Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar
3. Emulgator
60
B. Komponen Tambahan
Bahan
tambahan
yang
sering
ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil
yang
lebih
baik.
Misalnya
corrigen
saporis,odoris,colouris, preservatif (pengawet),
antoksidant.
2.1.3 Teori Terjadinya Emulsi
1.Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
2.Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
3. Teori Interparsial Film
4.Teori Electric Double Layer (lapisan listrik
ganda)
2.1.4 Bahan Pengemulsi (Emulgator)
A. Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa
proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi
tiga golongan :
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
Contohnya : Gom arab,Tragacanth, agar-agar ,
chondrus, emulgator lain (Pektin, metil selulosa,
CMC 1-2 %).
2. Emulgator alam dari hewan
Contohnya : kuning telur, adeps lanae
3. Emulgator alam dari tanah mineral
Contohnya : veegum, bentonit
B. Emulgator buatan
Contohnya : sabun, tween 20; 40; 60; 80, dan
span 20; 40; 80.
2.2 Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang
berasal dari lemak tumbuhan yang dimurnikan dan
berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak
goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari
tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacangkacangan, jagung, kedelai, dan kanola.
Minyak goreng merupakan hasil akhir
(refined oils) dari sebuah proses pemurnian
minyak nabati/tumbuhan (golongan yang bisa
dimakan) dan terdiri dari beragam jenis senyawa
trigliserida.
Minyak goreng biasanya bisa digunakan
hingga 3 - 4 kali penggorengan. Jika digunakan
berulang kali, minyak akan berubah warna.
2.3 Minyak Solar
Minyak solar adalah bahan bakar jenis
distilat berwarna kuning kecoklatan yang jernih.
Minyak solar adalah campuran kompleks
hidrokarbon C15 – C20 , yang mempunyai trayek
didih antara 260–315 oC. Mutu minyak solar yang
baik adalah bahwa minyak solar harus memenuhi
Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009
batasan sifat – sifat yang tercantum pada
spesifikasi dalam segala cuaca. Secara umum
minyak solar adalah mudah teratomisasi menjadi
butiran – butiran halus, sehingga dapat segera
menyala dan terbakar dengan sempurna sesuai
dengan kondisi dalam ruang
bakar
mesin.
Penggunaan minyak solar pada umumnya
adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin
diesel dengan putaran tinggi (diatas 1.000 RPM),
yang juga dapat dipergunakan sebagai bahan bakar
pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur
kecil, yang terutama diinginkan pembakaran yang
bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas
Oil, Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel.
2.4 Gom Akasia (Gom Arab)
Gom akasia adalah eksudat yang
mengeras di udara seperti gom, yang mengalir
secara alami atau dengan penorehan batang dan
cabang tanaman Acacia senega L. Willdenow
(familia Leguminosae) dan spesies lain Acacia
yang berasal dari Afrika.
Klasifikasi Gom Akasia (Gom Arab) :
Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
: Spermatophyta
(menghasilkan
Superdivisio
biji)
Divisio
: Magnoliophyta (berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua /
Kelas
dikotil)
Sub-kelas : Rosidae
Ordo
: Fabales
Familia
: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus
: Acacia
Spesies
: Acacia arabica
Gom akasia memiliki sifat – sifat, yaitu larut
hampir sempurna dalam air, tetapi sangat lambat,
praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter,
bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru,
tidak berwarna atau kekuningan. Gom akasia
(gom arab) sangat baik untuk emulgator tipe O/W
dan untuk obat minum. Kestabilan emulsi yang
dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu
kerja gom sebagai koloid pelindung dan
terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga
laju pengendapan cukup kecil sedangkan massa
mudah dituang (tiksotropi).
2.5 Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus
kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua
atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada
satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and
temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang
memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak
zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,
asam, beberapa jenis gas dan banyak macam
molekul organik.
Sifat-sifat kimia dan fisikaAir
Nama sistematis : air
Rumus molekul : H2O
Massa molar
: 18.0153 g/mol
Densitas dan fase : 0.998 g/cm³ (cairan pada 20
°C), 0.92 g/cm³ (padatan)
Titik lebur
: 0 °C (273.15 K) (32 ºF)
Titik didih
: 100 °C (373.15 K) (212 ºF)
Kalor jenis
: 4184 J/(kg·K) (cairan pada 20
°C)
2.6 Campuran Minyak Goreng dengan Air dan
Solar dengan Air dengan Surfaktan Gom
Akasia (Gom Arab)
2.6.1 Tipe Campuran
Berdasarkan macam zat cair yang
berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal,
maka tipe campuran yang biasanya terjadi pada
pembuatan campuran antara minyak dengan air
adalah :
a. Tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak
dalam air).
b. Tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam
minyak).
2.6.2 Tujuan Pemakaian
Campuran (emulsi) antara minyak goreng
dengan air dan antara solar dengan air dibuat
untuk memperoleh suatu preparat yang stabil dan
rata dari campuran dua cairan yang saling tidak
bisa bercampur.
Tujuan pemakaian campuran adalah :
1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroal.
Umumnya campuran tipe O/W.
2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W
maupun W/O tergantung banyak faktor
misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang
dikehendaki.
Untuk pemakaian dalam meliputi peroral atau
injeksi intravena sedangkan untuk pemakaian luar
Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009
61
digunakan pada kulit atau membran mukosa yaitu
liniment, lotion, krim dan salep. Surfaktan
merupakan film penutup dari minyak obat agar
menutupi rasa obat yang tidak enak. Campuran ini
juga berfaedah untuk menaikkan absorpsi lemak
melalui dinding usus. Campuran jenis parental
banyak digunakan pada makanan dan minyak obat
untuk hewan dan juga manusia.
Campuran (emulsi) yang dipakai pada kulit
sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi O/W
atau W/O, tergantung pada berbagai faktor seperti
sifat zat terapeutik yang akan dimasukkan ke
dalam emulsi, keinginan untuk mendapatkan efek
emolient atau pelembut jaringan dari preparat
tersebut dan dengan keadaan permukaan kulit. Zat
obat yang mengiritasi kulit umumnya kurang
mengiritasi jika ada dalam fase luar yang
mengalami kontak langsung dengan kulit.
( Ansel , 377 ).
2.6.3 Metode Pembuatan Campuran
Campuran (emulsi) dibuat dengan jumlah
komposisi minyak, air dan surfaktan tertentu
berdasarkan variabel yang ditetapkan. Pertamatama surfaktan (gom akasia) didispersikan
kedalam minyak, lalu ditambahkan air sekaligus
dan diaduk /digerus dengan cepat dan searah
hingga terbentuk korpus emulsi.
2.6.4 Proses Terjadinya Campuran (emulsi)
Tegangan yang terjadi pada permukaan
tersebut dinamakan tegangan permukaan. Semakin
tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada
bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu
semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang
terjadi pada air akan bertambah dengan
penambahan garam-garam anorganik atau
senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang
dengan penambahan senyawa organik tertentu
antara lain sabun.
Penambahan surfaktan (gom akasia) akan
menurunkan dan menghilangkan tegangan
permukaan yang terjadi pada bidang batas
sehingga antara kedua zat cair tersebut akan
mudah bercampur. Setiap molekul surfaktan
terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok
hidrofilik, yakni bagian dari surfaktan yang suka
pada air dan kelompok lipofilik, yakni bagian
yang suka pada minyak.
Minyak (solar dan minyak goreng)
berikatan dengan kelompok lipofilik dari
emulgator (gom akasia) sedangkan air berikatan
dengan bagian hidrofilik dari gom akasia,
sehingga minyak dengan air tercampur. Gom
akasia akan diserap pada batas antara air dan
62
minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang
akan membungkus partikel fase dispers. Dengan
terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara
partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi
terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi
stabil.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan adalah :
- Tabung erlenmeyer - Gelas ukur
- Beker gelas
- Pengaduk
- Pipet tetes
- Neraca analitis
Bahan – bahan yang digunakan adalah :
- Gom akasia
- Minyak goreng
- Solar
- Air
3.2 Prosedur Penelitian
a. Penentuan massa gom akasia optimal dengan
variasi volume minyak goreng/ solar dan air
konstan (volume air 50 ml dan
minyak
goreng/solar 50 ml)
- Gom akasia (gom arab) ditimbang sebanyak 10
gr, 15 gr, 17,5 gr, 20 gr, 25 gr, 30 gr, 40 gr dan
50 gr.
- Gom akasia dimasukkan ke dalam beker gelas
500 ml yang berbeda. Lalu pada masing-masing
beker gelas berisi gom akasia tersebut
ditambahkan minyak goreng 50 ml untuk
pembuatan emulsi minyak goreng dengan air
dan tambahkan solar 50 ml untuk pembuatan
emulsi dari solar dengan air sambil diaduk
dengan cepat dan searah.
- Setelah gom akasia terdispersi dalam minyak,
lalu masukkan air sebanyak 50 ml sekaligus ke
dalam beker gelas tersebut sambil diaduk
dengan cepat dan searah, sehingga terbentuk
emulsi.
b. Penentuan massa gom akasia optimal dengan
variasi volume minyak goreng/solar lebih kecil
dari air (volume minyak goreng/solar 25 ml dan
air 50 ml)
- Gom akasia (gom arab) ditimbang sebanyak
10 gr, 20 gr, 30 gr, 40 gr, 50 gr dan 60 gr.
- Gom akasia dimasukkan ke dalam beker gelas
500 ml yang berbeda. Lalu pada masingmasing beker gelas berisi gom akasia tersebut
ditambahkan minyak goreng 25 ml untuk
pembuatan emulsi minyak goreng dengan air
dan tambahkan solar 25 ml untuk pembuatan
emulsi dari solar dengan air sambil diaduk
dengan cepat dan searah.
Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009
- Setelah gom akasia terdispersi dalam minyak,
lalu masukkan air sebanyak 50 ml sekaligus
ke dalam beker gelas tersebut sambil diaduk
dengan cepat dan searah, sehingga terbentuk
emulsi.
c. Penentuan massa gom akasia optimal dengan
variasi volume minyak goreng/solar lebih besar
dari air (volume minyak goreng/solar 50 ml dan
air 25 ml)
- Gom akasia (gom arab) ditimbang sebanyak 1 gr,
2 gr, 3 gr, 4 gr, 5 gr, 10 gr, 20 gr, 30 gr, 40 gr,
50 gr dan 60 gr.
- Gom akasia dimasukkan ke dalam beker gelas
500 ml yang berbeda. Lalu pada masing-masing
beker gelas berisi gom akasia tersebut
ditambahkan minyak goreng 50 ml untuk
pembuatan emulsi minyak goreng dengan air
dan tambahkan solar 50 ml untuk pembuatan
emulsi dari solar dengan air sambil diaduk
dengan cepat dan searah.
- Setelah gom akasia terdispersi dalam minyak,
lalu masukkan air sebanyak 25 ml sekaligus ke
dalam beker gelas tersebut sambil diaduk
dengan cepat dan searah, sehingga terbentuk
emulsi.
3.4 Analisa Campuran
Dalam penelitian ini yang dilakukan hanya
analisa kualitatif yang dilakukan secara kasat mata
saja, yaitu dengan melihat bentuk hasil penelitian
(campuran yang sudah dibuat) jika sudah
terbentuk satu lapisan saja dan warna yang terlihat
adalah warna krim, maka campuran minyak
dengan air (emulsi) telah terbentuk.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari rangkaian percobaan yang telah
dilakukan diperoleh data hasil pengamatan yang
ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan dengan
Variasi Volume Minyak Goreng dan Air
Kostan (Volume air dan minyak goreng 50 ml)
Perbandingan
Minyak Goreng, air, Hasil Pengamatan
dan Gom Akasia
5:5:1
Campuran terpisah
5:5:2
Campuran terpisah
5:5:3
Campuran terpisah
5: 5: 4
Campuran terpisah
5 : 5 : 1,5
Campuran terpisah
5 : 5 : 1,75
Campuran terpisah
5 : 5 : 2,5
Campuran terpisah
1:1:1
Tercampur
Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009
Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan dengan
Variasi Volume Solar dan Air
Konstan
(Volume air dan Solar 50 mL)
Perbandingan Solar,
Hasil Pengamatan
air, dan Gom Akasia
5:5:1
Campuran terpisah
5:5:2
Campuran terpisah
5:5:3
Campuran terpisah
5: 5: 4
Campuran terpisah
5 : 5 : 1,5
Campuran terpisah
5 : 5 : 1,75
Campuran terpisah
5 : 5 : 2,5
Campuran terpisah
1:1:1
Tercampur
Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan dengan
Variasi Volume Minyak Goreng lebih kecil dari
Air (Volume minyak goreng 25 ml dan air 50
mL)
Perbandingan
minyak goreng,
Hasil Pengamatan
air, dan Gom
Akasia
5 : 10 : 1
Campuran terpisah
5 : 10 : 2
Campuran terpisah
5 : 10 : 3
Campuran terpisah
5 : 10 : 4
Campuran terpisah
5 : 10 : 5
Campuran terpisah
5 : 10 : 6
Campuran terpisah
Tabel 4.4 Data Hasil Pengamatan dengan
Variasi Volume Solar lebih kecil dari Air
(Volume solar 25 ml dan air 50 mL)
Perbandingan
solar, air, dan
Hasil Pengamatan
Gom Akasia
5 : 10 : 1
Campuran terpisah
5 : 10 : 2
Campuran terpisah
5 : 10 : 3
Campuran terpisah
5 : 10 : 4
Campuran terpisah
5 : 10 : 5
Campuran terpisah
5 : 10 : 6
Campuran terpisah
63
Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan dengan
Variasi Volume Minyak Goreng lebih besar
dari Air (Volume minyak goreng 50 ml dan air
25 mL)
Perbandingan
minyak goreng,
Hasil Pengamatan
air, dan Gom
Akasia
10 : 5 : 1
Campuran terpisah
10 : 5 : 2
Campuran terpisah
10 : 5 : 3
Campuran terpisah
10 : 5 : 4
Campuran terpisah
10 : 5 : 5
Campuran terpisah
10 : 5 : 6
Campuran terpisah
20 : 10 : 1
Campuran terpisah
20 : 10 : 2
Campuran terpisah
20 : 10 : 3
Campuran terpisah
20 : 10 : 4
Campuran terpisah
20 : 10 : 5
Tercampur
Tabel 4.6 Data Hasil Pengamatan dengan
Variasi Volume Solar lebih besar dari Air
(Volume solar 50 ml dan air 25 mL)
Perbandingan
solar, air, dan
Hasil Pengamatan
Gom Akasia
10 : 5 : 1
Campuran terpisah
10 : 5 : 2
Campuran terpisah
10 : 5 : 3
Campuran terpisah
10 : 5 : 4
Campuran terpisah
10 : 5 : 5
Campuran terpisah
10 : 5 : 6
Campuran terpisah
20 : 10 : 1
Campuran terpisah
20 : 10 : 2
Campuran terpisah
20 : 10 : 3
Campuran terpisah
20 : 10 : 4
Campuran terpisah
20 : 10 : 5
Tercampur
4.2 Pembahasan
4.2.1 Variasi volume minyak goreng/solar
dengan volume air konstan (volume air 50 ml
dan minyak 50 ml).
Dari Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dapat dilihat
bahwa pada perbandingan 1 : 1 : 1 minyak
(minyak goreng atau solar) dengan air tercampur
dengan baik, sedangkan pada perbandingan
lainnya minyak (minyak goreng atau solar) dan air
tidak tercampur. Hal ini terjadi karena pada
perbandingan 1 : 1 : 1, jumlah gom akasia sudah
dapat menghilangkan tegangan permukaan antara
minyak goreng dengan air dan solar dengan air,
sehingga minyak goreng dengan air dan solar
dengan air tersebut dapat tercampur dengan baik.
64
4.2.2 Variasi volume minyak goreng/solar lebih
kecil dari volume air (volume minyak sayur 25
ml dan air 50 ml)
Dari Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 dapat dilihat
bahwa pada perbandingan minyak (minyak goreng
atau solar) yang lebih sedikit dari air, minyak
(minyak goreng atau solar) dengan air tidak
tercampur walaupun massa gom akasia lebih besar
dari massa minyak (minyak goreng atau solar).
Pada perbandingan ini, gom akasia tidak dapat
menghilangkan tegangan permukaan antara
minyak (minyak goreng atau solar).
4.2.3 Variasi volume minyak goreng/solar lebih
besar dari volume air (volume minyak sayur 50
ml dan air 25 ml)
Dari Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 dapat dilihat
bahwa pada perbandingan 4 : 2 : 1 (20 : 10 : 5),
minyak (minyak goreng atau solar) dengan air
tercampur dengan baik, sedangkan pada
perbandingan lainnya minyak (minyak goreng
atau solar) dan air tidak tercampur. Hal ini terjadi
karena pada perbandingan 4 : 2 : 1, jumlah gom
akasia sudah dapat menghilangkan tegangan
permukaan antara minyak goreng dengan air dan
solar dengan air, sehingga minyak goreng dengan
air dan solar dengan air tersebut dapat tercampur
dengan baik.
V. KESIMPULAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1) Minyak (minyak goreng dan solar) dengan air
tercampur dengan baik pada perbandingan
minyak, air, dan gom akasia 1 : 1 : 1 dan pada
perbandingan 4 : 2 : 1.
2) Minyak (minyak goreng dan solar) dengan air
tercampur
semakin
baik
dengan
bertambahnya massa gom akasia.
3) Minyak (minyak goreng dan solar) dengan
air yang sudah tercampur dengan baik tidak
memisah lagi.
4) Massa gom akasia optimal pada pencampuran
minyak goreng dengan air sama dengan
massa gom akasia optimal pada pencampuran
solar dengan air.
5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian ini dan untuk
perbaikan di masa yang akan datang, maka
peneliti menyarankan agar diadakan penelitian
lebih lanjut dengan variasi perbandingan minyak,
air, dan surfaktan lainnya serta jenis surfaktan
yang lain.
Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan
DEPKES RI : Jakarta.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi. Edisi IV. Universitas Indonesia
Press: Jakarta
www.google.com (Emulsi, Lotion, Shampo,
Clensing Cream).
www.google.com/ Taksonomi Gom Arab (Gom
akasia)
www.google.com/ Minyak Goreng
www.google.com/ (Solar)
www.google.com/ Surfactant and Bioenergi
www.google.com/ Surfaktan
www.id.wikipedia.org/ Air
Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009
65
Download