IMPLEMENTASI SERVICE DESIGN PADA TATA KELOLA LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN IT INFRASTRUCTURE LIBRARY FRAMEWORK (Studi Kasus : PT PLN (Persero) UPJ Rajapolah) Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi Tasikmalaya Email : [email protected] ABSTRACT Increasing the role of IT is directly proportional to the increase in investment is accompanied by a substantial increase in expenditure. The indicator for successfull of the IT implementation is good communication and information technology services like reliable, available, quickly and accurately. With the maturity of planning IT governance is expected the implementation of good IT services and good IT Governance. The purpose of writing is to make improvements in Service Design against IT service management based on ITIL v3 framework, increase productivity of a business and IT operational to support the business requirements in PT PLN UPJ Rajapolah. PT PLN UPJ Rajapolah is one unit of PT PLN APJ Tasikmalaya that focuses on the field of electricity where needed a reliable infrastructure so that business can be run well and can provide service to customers continuously, so that with the application of Service Design and convert strategic objectives of business and IT organization into a portfolio into service assets. The results of this application will be the reference of the management in improving stability and success in IT services at PT PLN UPJ Rajapolah that focuses on service catalogue management, service level management, capacity management, availability management, IT continuity management, information security management, and supplier management using metrics on ITIL v3 framework. Keywords : Information Technology Service Management (ITSM), Information Technology Infrastructure Library version 3 (ITIL V3) framework, Service Design, Service Level Agreement (SLA) ABSTRAK Peningkatan peran TI berbanding lurus dengan peningkatan investasi yang diiringi dengan peningkatan pengeluaran biaya yang besar. Indikator keberhasilan implementasi TI berupa layanan yang prima yaitu handal, available, cepat, dan akurat. Dengan perencanaan tata kelola TI yang matang diharapkan pelaksanaan layanan TI dapat dilakukan dengan baik dan perwujudan good IT Governance. Tujuan penulisan adalah untuk melakukan perbaikan Service Design terhadap Manajemen Layanan IT berdasarkan framework ITIL v3, meningkatkan produktifitas suatu operasional IT maupun bisnis untuk menunjang kebutuhan bisnis pada PT PLN UPJ Rajapolah. PT PLN UPJ Rajapolah merupakan salah satu unit dari PT PLN APJ Tasikmalaya yang berfokus pada bidang jasa ketenagalistrikan dimana dibutuhkan sebuah infrastruktur yang handal agar bisnis dapat berjalan secara baik dan dapat memberikan pelayanan kepada pelanggan secara terus menerus, sehingga dengan penerapan Service Design serta mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi IT dan bisnis menjadi sebuah portofolio menjadi aset layanan. Hasil penerapan ini menjadi acuan para manajemen dalam meningkatkan stabilitas serta kesuksesan dalam layanan IT pada PT PLN UPJ Rajapolah yang menitik beratkan pada service catalogue management, service level management, capacity management, availability management, IT continuity management, information security management, dan supplier management pada PT PLN UPJ Rajapolah, dengan menggunakan metrik pada framework ITIL v3. Kata kunci : Information Technology Service Management (ITSM), Information Technology Infrastructure Library version 3 (ITIL V3) framework, Service Design, Service Level Agreement (SLA) I. PENDAHULUAN Mengacu pada framework manajemen layanan teknologi informasi memberikan panduan penting dalam menyusun serta memelihara kualitas layanan dari proses desain, transisi dan pengoperasiannya, sehingga tercapai tingkat pelayanan IT yang stabil. Manajemen layanan teknologi informasi itu sendiri merupakan suatu kumpulan kejadian dalam penerapan service manajemen IT yang terjadi dalam dunia nyata, serta memberikan para praktisi pengetahuan untuk menerapkan manajemen service IT terbaik. Sebagai salah satu BUMN yang bergerak dibidang strategis, PT PLN merupakan organisasi publik yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. PT PLN (Persero) UPJ Rajapolah saat ini belum mempunyai standar tata kelola layanan TI yang baik. Temuan audit menyebutkan kurangnya dukungan layanan TI dalam mendukung kebijakan yang dibuat perusahaan. Permasalahan pengelolaan TI telah mengalami peralihan dari permasalahan teknologi menjadi permasalahan manajemen dan pengelolaan TI. 1 Berdasarkan latar belakang di atas maka dengan menerapkan Service Design pada tata kelola layanan TI PT PLN (Persero) UPJ Rajapolah dengan menggunakan ITIL V3 framework diupayakan dapat meningkatkan kinerja operasional IT secara internal untuk mencapai kapabiltas dan akuntabilitas yang telah diputuskan bersama dengan para manajemen. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Domain penelitian yang dijadikan tempat studi kasus adalah PT. PLN (Persero) Rajapolah. b. Kerangka kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah ITIL V.3. c. ITIL V.3 yang digunakan hanya pada tahap Service Design yang menitikberatkan pada perbaikan proses Manajemen Layanan IT. Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya : a. Mengidentifikasi kondisi layanan TI PT PLN UPJ Rajapolah menurut proses-proses yang terdapat dalam service design. b. Menentukan tingkat kematangan pada setiap proses layanan TI menurut service design. c. Memberikan rekomendasi penyesuaianpenyesuaian desain layanan TI perusahaan sesuai dengan ITIL V3. II. 2.1 LANDASAN TEORI Tata Kelola Teknologi Informasi Tata kelola teknologi informasi adalah penilaian kapasitas organisasi oleh dewan direksi, manajemen eksekutif, manajemen teknologi informasi untuk mengendalikan formulasi dan implementasi strategi teknologi infomasi dalam rangka mendukung bisnisnya (Van Grembergen, 2002). 2.2 ITIL (Information Technology Infrastructure Library) ITIL adalah suatu rangkaian konsep dan teknik pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta operasi teknologi informasi (TI). Nama IT Infrastructure Library merupakan merek dagang terdaftar dari Office of Government Commerce (OGC) Britania Raya. ITIL memberikan deskripsi detail tentang beberapa praktik TI penting dengan daftar cek, tugas, serta prosedur yang menyeluruh yang dapat disesuaikan dengan segala jenis organisasi TI. Pada 30 Juni 2007, OGC menerbitkan versi ketiga ITIL (ITIL v3) yang intinya terdiri dari lima bagian dan lebih menekankan pada pengelolaan siklus hidup layanan yang disediakan oleh teknologi informasi. Kelima bagian tersebut adalah Service Strategy, Service Design, Service Transition, Service Operation, dan Continual Service Improvement. Gambar 2.1 Siklus Layanan ITIL V.3 (OGC, 2007) 2.3 Service Design Service Design memberikan panduan kepada organisasi TI untuk dapat secara sistematis dan best practice mendesain dan membangun layanan TI maupun implementasi service design itu sendiri. Service Design berisi prinsip-prinsip dan metodemetode desain untuk mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi TI dan bisnis menjadi portofolio /koleksi layanan TI serta aset-aset layanan, seperti server, storage dan sebagainya. Ruang lingkup Service Design tidak melulu hanya untuk mendesain layanan TI baru, namun juga proses-proses perubahan maupun peningkatan kualitas layanan, kontinyuitas layanan maupun kinerja dari layanan. Proses-proses yang dicakup dalam Service Design yaitu Service Catalog Management, Service Level Management, Supplier Management, Capacity Management, Availability Management, IT Service Continuity Management, Information Security Management III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Penelitian Studi Literatur Mulai Metode Pengumpulan Data Observasi Studi Lapangan Metodologi Analisis Analisis Layanan TI Service Level Management Capacity Management IT Service Continuity Management Service Catalog Management Supplier Management Availability Management Wawancara Quesioner Tatakelola TI Pengukuran Proses Manajemen Tingkat Kematangan Information Security Management Hasil Selesai Gambar 3.1 Kerangka Penelitian Adapun penjelasan dari kerangka penelitian sebagai berikut : 2 3.1.1 Metode Pengumpulan Data a. Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan membaca bukubuku, jurnal referensi yang berkaitan dengan penelitian ini. b. Studi lapangan Studi lapangan dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara, dan penyebaran kuesioner untuk dilakukan proses penilaian tingkat kematangan terhadap kondisi layanan TI saat ini dan yang diharapkan. 3.1.2 Metode Analisis a. Analisis layanan TI Analisis terhadap kondisi layanan TI PT PLN UPJ Rajapolah dengan menggunakan prosesproses yang dicakup dalam service design pada lifecycle ITIL V.3. b. Analisis Tata Kelola TI Analisis terhadap kondisi tata kelola TI di PT PLN UPJ Rajapolah khususnya terkait dengan proses manajemen dengan menggunakan pengukuran RAG Matrix dan tingkat kematangan dengan model kematangan ITGI. 3.2 Analisis Layanan TI 3.2.1 Service Catalogue Management a. Katalog layanan bisnis PT PLN UPJ Rajapolah Katalog layanan bisnis menggambarkan rincian layanan terutama hubungan antara unit bisnis dan proses bisnis. Katalog layanan bisnis mewakili pandangan pelanggan pada katalog layanan. b. Katalog layanan teknis PT PLN UPJ Rajapolah Katalog layanan teknis mendefinisikan hubungan antara layanan yang didukung, aplikasi dan komponen teknis. Katalog layanan teknis mendasari katalog layanan bisnis, tetapi bukan bagian dari hubungan dengan pelanggan. E-Procurement PLN sebagai salah satu aplikasi yang merupakan implementasi dari IT Governance yang mendukung GCG. Dalam ruang lingkup eProc PLN tersebut salah satunya adalah Cataloging Information System yang merupakan pemenuhan kebutuhan atas terbentuknya database katalog material (MDU, sparepart, SCADA, pembangkit, bahan bakar, dan lain-lain) sharing informasi dari persediaan, bursa, harga satuan, HPS, daftar pemasok, menyusun daftar rencana pengadaan material. 3.2.2 Service Level Management Seksi Informasi di unit PLN Rajapolah belum menerapkan proses SLM TI dan belum terdapat target tingkat layanan yang harus diberikan oleh seksi Informasi kepada pengguna layanan TI. Namun untuk di tingkat pusat SLM sudah diterapkan dengan cukup baik yaitu salah satunya dengan adanya board manual tata laksana kerja direksi dan dewan komisaris yang merupakan panduan bagi direksi dan dewan komisaris yang menjelaskan tahapan aktivitas secara terstruktur, sistematis, mudah dipahami dan dapat dijalankan dengan konsisten, sehingga dapat menjadi acuan bagi direksi dan dewan komisaris dalam melaksanakan tugas masing-masing untuk mencapai Visi dan Misi Perseroan. 3.2.3 Capacity Management Berikut kapasitas hardware komputer yang terdapat di PT PLN UPJ Rajapolah : Tabel 1. Kapasitas hardware komputer di kantor PLN UPJ Rajapolah Jenis Jumlah Komputer Server 1 unit Komputer klien 25 unit Printer/Scanner 10 unit Spesifikasi Processor: Intel core i3; Memory: 4GB RAM DDR3; HDD : 500 GB Monitor : LCD 19” 1280×1024; Keyboard : standar; Mouse : standar Processor: Intel core i3; Memory: 2GB RAM; HDD : 320 GB; Monitor : LCD 19” 1280×1024; Keyboard : standar; Mouse : standar Berikut adalah deskripsi aplikasi utama yang digunakan PT PLN UPJ Rajapolah: Tabel 2. Aplikasi utama yang digunakan di PT PLN UPJ Rajapolah. Aplikasi Utama Ms.Office AP2T APKT B-M@x online AMS (Aplikasi Manajemen Surat) Deskripsi Aplikasi ini yang digunakan disetiap proses rencana kerja. Merupakan aplikasi yang digunakan PT PLN untuk menangani pelayanan pelanggan secara terpusat, seperti catat meter, hitung rekening, tagihan, dan lain-lain. Merupakan aplikasi yang digunakan untuk menangani masalah pengaduan dan keluhan dari pelanggan melalui contact center 123. Merupakan aplikasi yang digunakan untuk menangani pembacaan meter, Penataan Data Pelanggan dan Jaringan, dan pengendalian tunggakan. Aplikasi Manajemen Surat (AMS) berfungsi sebagai sarana untuk pengelolaan administrasi kesekretariatan yang bukan bersifat rahasia, kelancaran penerimaan surat, pendistribusian surat, pengeluaran surat, pencarian surat baik surat masuk, surat keluar, produk hukum, surat bentuk khusus maupun nota dinas. 3.2.4 Availability Management Ketersedian terhadap ketahanan gangguan PT.PLN memiliki aplikasi khusus untuk menangani gangguan, yaitu Aplikasi Pengaduan Keluhan Terpadu (APKT). Aplikasi tersebut merupakan sistem informasi berbasis web dan diakses secara online. Aplikasi APKT terdapat beberapa konten, diantaranya untuk menangani keluhan pelanggan, gangguan, gangguan listrik, dan lain-lain. 3.2.5 IT Service Continuity Management IT Service Continuity Management bertujuan untuk mengelola risiko yang dapat mempengaruhi layanan TI. Evaluasi risiko dari hasil penilaian risiko yang meliputi identifikasi dan analisis risiko, diperoleh hasil evaluasi sebagai berikut : Tabel 3. Evaluasi Risiko berdasarkan mapping Risiko dengan Frekwensi-Dampak Identifikasi Risiko Peretasan Aplikasi Aplikasi crash (down) Aplikasi diserang virus Lemahnya maintenance aplikasi Hilangnya data terkini Database rusak/error Penyalahgunaan/pencurian data Kerusakan hardware Server diserang virus Koneksi jaringan putus/rusak Kegagalan Sistem Operasi Bencana alam Penyalahgunaan kedudukan Melemahnya loyalitas SDM Pembeberan data dan informasi rahasia Evaluasi Risiko Medium Medium Medium High High High Medium Medium High Medium Medium Medium Medium Medium Medium 3 3.2.6 Information Security Management Penerapan IT Security Management pada PT PLN UPJ Rajapolah memiliki kapabilitas yang kurang baik. Karena tools yang digunakan untuk melakukan monitoring terhadap beberapa pelanggaran layanan masih kurang detail, belum ada dokumentasi secara menyeluruh tentang komunikasi, implementasi, dan pelaksanaan aturan keamanan atau security policy untuk kebutuhan informasi bagi proses bisnis. PT PLN UPJ Rajapolah juga belum memiliki standar manajemen keamanan informasi seperti ISO 17799 atau ISO/IEC 27001. 3.2.7 Supplier Management Supplier management pada PT PLN dikelola dengan professional. Semua ketentuan dan persyaratan telah terdokumentasi dengan baik dalam keputusan direksi PT PLN (persero) tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero). Pedoman tersebut berisi tentang ketentuan pengadaan barang/jasa, proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa, pengadaan khusus, pengadaan barang/jasa melalui media elektronik (eProcurement PLN), pendayagunaan produksi dalam negeri, perjanjian kontrak, pelaksanaan kontrak, dan pembinaan dan pengawasan. 3.3 Analisis Tata Kelola TI PT PLN 3.3.1 Identifikasi Proses Manajemen Data hasil kuesioner yang didapatkan dipetakan ke dalam RAG (Red Amber Green) matriks untuk mengetahui tingkatan setiap proses manajemen berdasarkan ITIL V.3 Service Design proccess. Berikut hasil perspektif proses manajemen yang didapat: Table 4. Perspektif Proses Manajemen Service Design SCM SLM CP AM ITSCM ISM SM Proses Bisnis RED RED RED AMBER RED AMBER AMBER Ruang Lingkup Audit Aplikasi Infrastruktur AMBER AMBER RED RED AMBER AMBER AMBER AMBER AMBER AMBER AMBER AMBER GREEN GREEN Capacity Management Nilai As-is = 2:repeatable To-be = 4:managed Penyebab a. Perawatan/maintenance dilakukan hanya ketika menyadari ancaman akan terjadi atau masalah telah terjadi. b. Kurangnya ketersediaan kapasitas saat terjadi insiden masalah. Availability Management Nilai As-is = 2: repeatable To-be = 4:managed Penyebab a. Ketersediaan layanan TI belum maksimal karena perjanjian tingkat layanan belum terbentuk secara tertulis. b. Ketersediaan belum sepenuhnya terukur dan dicapai dalam seluruh area. IT Service Continuity Management Nilai As-is = 2: repeatable To-be = 4:managed Penyebab Identifikasi risiko belum dilakukan dengan maksimal. Information Security Management Nilai As-is = 2:repeatable To-be = 4:managed Penyebab a. Masih rentan terhadap serangan virus karena tidak memiliki software antivirus yang berlisensi resmi. b. Kurangnya pengujian keamanan disetiap aspek dan komponen. Supplier Management Nilai As-is = 3: defined To-be = 4:managed Penyebab Masih rentan terhadap pelanggaran kontrak yang telah disepakati dengan pemasok. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Tata Kelola Layanan TI Tabel 6. Pemetaan hasil analisis kondisi PT PLN UPJ Rajapolah Proses SD SCM SLM CP AM ITSC M Ket: Red=kurang; Amber=cukup; Green=baik; ISM 3.3.2 Pengukuran Tingkat Kematangan Hasil perhitungan kuesioner untuk tingkat kematangan kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan serta penyebab kesenjagannya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Hasil temuan tingkat kematangan beserta penyebabnya. SM Service Design Service Catalogue Management Nilai As-is = 2:repeatable To-be = 4:managed Penyebab a. Kurangnya kesadaran dari karyawan TI mengenai pentingnya informasi layanan TI untuk meningkatkan keakuratan data pada layanan katalog. b. Katalog layanan bisnis dan katalog layanan teknik telah diketahui namun belum terdokumentasi dengan baik. Service Level Management Nilai As-is = 2:repeatable To-be = 4:managed Penyebab a. Dokumen SLA tidak berjalan sesuai dengan prosedur yang ada. b. Operational Level Agreement belum mencakup semua layanan dan belum terdokumentasi secara lengkap Kondisi (as-is) Kondisi (to-be) Pentingnya informasi layanan TI SCM terdokumentasi, dimonitor dan kurang disadari oleh karyawan dan diukur secara berkala. Proses belum mendokumentasikan layanan dikembangkan dengan baik dan katalog bisnis dan teknik. memberikan hasil yang baik. Dokumen SLA hanya terdapat pada SLA, OLA, dan UC telah terstandarisasi manajemen tingkat atas, sedangkan dan didokumentasi. Memonitor dan pada tingkat unit hanya sekedar mengukur kepatuhan terhadap prosedurdiketahui belum terstandarisasi dan prosedur layanan yang tercantum pada didokumentasi. Begitu juga dengan SLA dan melakukan tindakan jika prose OLA yang belum mencakup semua tidak berjalan efektif. layanan dan belum terdokumentasi. Kapasitas saat ini mencapai standar Memungkinkan untuk memonitor dan yang diperlukan, namun proses mengukur kepatuhan terhadap prosedur, perawatan hanya dilakukan ketika serta mengambil tindakan atas terjadi insiden masalah. ketidakefektifan proses yang terjadi. Ketersediaan layanan TI telah Ketersediaan layanan TI dimonitoring tersedia namun belum maksimal secara berkala, dan melakukan evaluasi karena perjanjian tingkat layanan terhadap aktivitas-aktivitas dalam belum terdokumentasi. manajemen ketersediaan. Penanganan risiko untuk Risiko setiap layanan telah kelangsungan layanan TI belum diidentifikasi dan dievaluasi untuk diidentifikasi secara maksimal. mencegah terjadinya masalah yang Proses telah dikelola pada tahapan lebih besar. Memonitor setiap layanan yang dipakai oleh setiap orang, dan melakukan aktivitas-aktivitas menggunakan prosedur yang serupa menurut standar tata kelola TI. dalam melakukan tugas yang sama. Keamanan setiap aspek dan Menggunakan tools untuk komponen kurang disadari oleh memonitoring beberapa pelanggaran manajemen. Belum memiliki tools layanan untuk lebih detail, dam keamanan yang berlisensi resmi. mendokumentasikan seluruh aktivitas Terdapat kepercayaan yang tinggi mulai dari komunikasi, evaluasi, pada kemampuan individu, sehingga implementasi dan pelaksanaan aturan kesalahan sangat mungkin terjadi. keamanan. Prosedur telah distandarisasi dan Pemantauan secara rutin terhadap UC didokumentasi. Manajemen dengan atau perjanjian kontrak dengan pemasok pemasok telah terkelola dengan dan mengevaluasi kembali seluruh adanya prosedur pengadaan barang perjanjian-perjanjian yang telah dan jasa. Namun masih rentan disepakati dengan pemasok. terhadap pelanggaran kontrak yang telah disepakati dengan pemasok. 4.2 Rekomendasi Tatakelola Service Design 4.2.1 Service Catalogue Management Untuk mencapai tingkat yang diharapkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan antara lain: a. Memberikan pengarahan untuk meningkatkan kesadaran dari karyawan IT mengenai pentingnya informasi layanan IT, untuk meningkatkan keakuratan data pada Service Catalogue. b. Menjelaskan secara keseluruhan layanan IT yang digunakan. 4 c. Melakukan sinkronisasi antara portofolio pada layanan IT dengan Service Catalogue sehingga data lebih akurat. Adapun proses output dari Service Catalogue Management adalah sebagai berikut : a. Dokumentasi dan kesepakatan dari 'definisi layanan'. b. Pembaruan portofolio layanan : harus berisi status semua layanan dan kebutuhan untuk layanan. c. Katalog layanan: harus berisi rincian dan status setiap layanan langsung yang disediakan oleh penyedia layanan atau jasa yang dialihkan ke lingkungan hidup. 4.2.2 Service Level Management Berikut merupakan penjabaran dari aktivitas Service Level Management untuk PT PLN sesuai dengan ITIL V3, antara lain: a. Identification: Melakukan analisa layanan disesuaikan dengan kebutuhan bisnis, serta mencatat penyediaan layanan pada Service Catalogue. b. Definition: Melakukan pencocokan dari penyediaan layanan terhadap pelanggan terhadap biaya yang tepat, seperti kebutuhan pelanggan dan pelayanan layanan katalog. c. Agreement: Melakukan penandatangan SLA (Service Level Agreement) sebagai persetujuan yang didukung oleh kontrak dan OLA. d. Monitoring: Melakukan peninjauan apakah tingkat pelayanan saat ini sudah sesuai dengan yang disepakati (yang ingin dicapai). e. Reporting: Melakukan pelaporan mengenai penyediaan layanan kepada bagian IT. f. Evaluation: Melakukan evaluasi mengenai penyediaan layanan terhadap pelanggan dan melakukan rencana peningkatan pelayanan apabila diperlukan. 4.2.3 Capacity Management Kegiatan proaktif manajemen kapasitas mencakup: a. Menyiasati masalah kinerja dengan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum terjadi. b. Memproduksi penggunaan komponen yang tren saat ini dan memperkirakan kebutuhan masa depan, menggunakan komponen yang paling terbaru dan spesifikasi yang cukup untuk perencanaan upgrade beserta perangkat tambahan lainnya. c. Pemodelan dan tren perubahan diprediksi dalam layanan TI, dan mengidentifikasi perubahan yang perlu dibuat untuk semua layanan dan komponen infrastruktur TI dan aplikasi untuk memastikan bahwa sumber daya yang tepat tersedia d. Memastikan bahwa upgrade telah dianggarkan, direncanakan dan dilaksanakan sebelum SLA dan target layanan dilanggar atau masalah kinerja terjadi. e. Secara aktif berusaha untuk meningkatkan kinerja pelayanan dimanapun itu dengan biaya yang dipertanggungjawabkan. f. Mengoptimalkan kinerja pelayanan dan komponen. Kegiatan reaktif Manajemen Kapasitas mencakup: a. Pemantauan, pengukuran, pelaporan dan mengkaji kinerja saat ini dari layanan dan komponen. b. Menanggapi semua kapasitas yang berhubungan dengan 'threshold' peristiwa dan mengundang tindakan korektif. c. Menanggapi dan membantu dengan masalah kinerja tertentu. Sebagai contoh, Service Desk dapat mengacu insiden kinerja yang buruk untuk manajemen teknologi, yang akan menggunakan teknik manajemen kapasitas untuk mengatasinya. 4.2.4 Availability Management Berikut ini merupakan aktivitas perbaikan pada Availability Management dengan menggunakan aturan ITIL: a. Reactive Activities Pada proses ini, dilakukan proses monitoring, measuring analysis, investigasi availability atas kecelakaan, pengecekkan komponen dan analisa permasalahan-permasalahan yang mempengaruhi layanan yang ada. Selain dari itu, PT PLN menambahkan tools NMS. Dimana NMS ini memiliki beberapa service, yaitu : 1) NPM (Network Performance Management) NPM ini digunakan untuk melakukan monitoring terhadap keseluruhan perangkan network yang telah di-install. Dengan begitu, maka NPM ini juga dapat digunakan sebagai measuring analysis jika suatu availability service terjadi sebuah kecelakaan. 2) NTA (NetFlow Traffic Analyzer) NTA berfungsi untuk mengetahui, mengukur, dan mengidentifikasi service availability yang sedang berlangsung. Dengan menggunakan NTA ini, dapat dilakukan pengukuran (measure analysis) sejak awal, sebelum adanya gangguan atau masalah pada Availability Services. b. Proactive Activities Pada aktivitas ini melibatkan planning, design, dan quality improvement dari availability service. Pengembangan ketersediaan layanan pada PT PLN adalah meningkatkan layanan teknologi informasi dari segi layanan aplikasi. Pengembangan layanan aplikasi untuk ke depan adalah aplikasi kelompok Corporate Management Application Group dan Customer Application Group yang dikelola terpusat diharapkan telah terintegrasi secara realtime-online antara modul yang satu dengan modul lainnya, sedangkan aplikasi kelompok Engineering, Design, Contruction Application Group dan Automation Application Group diperlukan untuk mendukung kegiatan operasional unit sebagai langkah antisipasi penyediaan sarana bantu pelengkap aplikasi terpusat dimana masing-masing aplikasi secara bertahap dikembangkan untuk dapat diintegrasikan antara 5 aplikasi yang satu dengan aplikasi lainnya untuk menghindari adanya redundant proses dan database. 4.2.5 IT Service Continuity Management Berikut merupakan penjabaran dari aktivitas IT Service Continuity Management yang dilakukan dari ITIL V3, antara lain: a. Initiation: Melakukan perencanaan terhadap bisnis kontinuitas dimana rencana untuk kelangsungan bisnis, mengatur kebijakan, dan ruang lingkup. b. Requirement and Strategy: Menerima masukan kebutuhan dari manajemen lain, melakukan analisa dari dampak bisnis, dan melakukan diskusi mengenai perbaikan. c. Implementation: Mengembangkan rencana IT Service Continuity Management, IT, dan perbaikan/recovery. Selain itu, melakukan perencanaan organisasi serta mengembangkan dan menetapkan prosedur dan instruksi kerja. d. Ongoing Operation: Memastikan manajemen tetap sesuai dengan perencanaan, melakukan perbaikan terus-menerus, serta karyawan IT harus terlatih dalam melakukan suatu rencana yang akan dilakukan. 4.2.6 Information Security Management Berikut aktivitas IT Security Management berdasarkan ITIL V3: a. Melakukan proses produksi, review, dan revisi kebijakan keamanan informasi secara keseluruhan. b. Melakukan komunikasi, implementasi, dan penegakkan kebijakan keamanan. c. Evaluasi yang dilakukan dengan cara melakukan penilaian dan klarifikasi terhadap semua aset informasi dan dokumentasi. d. Melakukan implementasi, review, revisi, dan penilaian terhadap resiko maupun respon terhadap musibah yang terjadi. e. Melakukan kontrol dan pengelolaan terhadap semua pelanggaran security dan insiden keamanan. f. Melakukan penjadwalan dan penyelesaian tinjauan keamanan, audit, serta uji penetrasi 4.2.7 Supplier Management Penerapan manajemen pemasok sebenarnya sudah terkelola dengan baik oleh PT PLN. Tingkat kematangan kondisi saat ini pun sudah hampir mencapai tingkat yang diharapkan. Namun, dalam konteks yang seharusnya, semua proses aktivitas supplier management harus didorong dengan strategi pelayanan dan kebijakkan perusahaan. Oleh karena itu, untuk mencapai konsistensi dan efektivitas dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, Supplier and Contract Database (SCD) harus ditetapkan. Pada umumnya, SCD digunakan untuk membentuk wadah terpadu dari sistem knowledge management yang memiliki layanan yang lebih luas, melakukan record seluruh supplier, dan rincian kontrak, jenis layanan yang diberikan, dan produkproduk yang disediakan oleh setiap supplier, serta semua informasi lainnya. Hal ini juga akan memberikan keterlibatan pada informasi yang dimiliki dalam portofolio layanan dan catalog layanan. Informasi dalam SCD ini memnyediakan satu package lengkap mengenai informasi referensi untuk semua prosedur supplier management. 4.3 Service Design Package Service Design Package atau SDP harus diproduksi selama tahap design untuk setiap layanan baru, perubahan besar ke layanan atau penghapusan layanan atau perubahan pada Service Design Package itu sendiri. Paket ini kemudian diteruskan dari service design ke service transition dan rincian semua aspek layanan dan persyaratan melalui semua tahapan berikutnya dari siklus hidup. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dengan dilakukannya analisis tata kelola layanan teknologi informasi di PT PLN UPJ Rajapolah menggunakan ITIL V3 tahap service design, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Telah melakukan analisis terhadap layanan teknologi informasi di PT PLN Rajapolah dengan hasil bahwa di PT PLN Rajapolah masih memiliki banyak kekurangan terutama dari segi proses yang ada dalam service design. 2. Memberikan rekomendasi-rekomendasi tata kelola layanan teknologi informasi dengan proses-proses service design yang sesuai dengan standar ITIL V3. 3. Diperoleh gap atau kesenjangan yang terjadi yang mengakibatkan proses manajemen layanan teknologi informasi di PT PLN UPJ Rajapolah masih belum maksimal. 5.2 Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan terkait dengan pelaksanaan maupun isi dari tugas akhir ini adalah: 1. Hasil penelitian ini dapat dikembangkan lagi secara lebih luas atau mencakup semua tahapan yang ada dalam siklus hidup ITIL V3. 2. Rekomendasi perencanaan tata kelola teknologi informasi ini sebaiknya dilakukan evaluasi secara berkala dan dilakukan pengembangan sesuai kemajuan teknologi. DAFTAR PUSTAKA Bernard, Pierre. 2009, An Introductory Overview of ITIL v.3 : A High Level overview of the IT Infrastructure Library, http://ilmukomputer.org, diakses tanggal 24 Mei 2014. Exist Pro. 2010. Service Catalogue. Jakarta: Author. IT Governance Institute and the Office of Governance Commerce. 2005. Aligning COBIT, ITIL and ISO 17799 for Business Benefit. Author. 6 Jogiyanto, & Abdillah, W 2011. Sistem Tatakelola Teknologi Informasi. Yogyakarta:Andi. Malone, T. M. 2010. ITIL V3 foundation complete certification kit : study guide book and online course. Sine Nomine Office of Government Commerce. 2007. ITIL Version 3 Service Design. United Kingdom : Author. PT PLN (Persero). 2003. Pedoman Good Corporate Governance PT PLN (Persero). Jakarta. PT PLN (Persero). PT PLN (Persero). 2008. Pedoman Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero). Jakarta. PT PLN (Persero). PT PLN (Persero). 2010. Tata Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris (Board Manual) PT PLN (Persero). Jakarta. PT PLN (Persero). Surendro, K. 2009. Implementasi Tata Kelola Teknologi Informasi. Bandung: Informatika Van Grembergen, W. 2002. Introduction to the Minitrack: IT Gevernance and its mechanisms. Proceedings of the 35th Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS) : IEEE. Vetanusi, E. et al 2014. Evaluasi It Infrastucture Library V3 pada Kompas.Com. Makalah Binus University. Jakarta. 7