buku ajar (bahan ajar) hak menyatakan pendapat di muka umum

advertisement
BUKU AJAR (BAHAN AJAR)
HAK MENYATAKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM
SECARA BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB
Oleh :
I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
HAK MENYATAKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM
SECARA BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB
Aksi-aksi unjuk rasa atau demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa di
Indonesia adalah salah satu wujud dari kemerdekaan menyatakan pendapat. Dengan
adanya kemerdekaan berpendapat akan mendorong rakyat suatu negara untuk
menghargai perbedaan pendapat. Kemerdekaan berpendapat juga akan menciptakan
masyarakat yang demokratis. Budaya demokrasi akan tumbuh bila suasana hati rakyat
bebas mengemukakan pendapatnya. Namun kebebasan tersebut haruslah sebuah
kebebasan yang bertanggung jawab. Ukurannya adalah kemajuan masyarakat dan
terjaganya rasa persatuan, serta moralitas sosial yang dibangun oleh masyarakat
tersebut. Dengan demikian, kemerdekaan berpendapat merupakan hal yang penting
untuk dipahami apabila negara yang dibentuk bertumpu pada kepentingan rakyat.
Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah pikiran.
Mengemukakan pendapat berarti mengemukakan gagasan atau mengeluarkan pikiran.
Dalam kehidupan negara Indonesia, seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau
mengeluarkan pikirannya dijamin secara konstitusional.1
Dalam menggunakan hak kebebasan mengemukakan pendapat, kita harus
memegang prinsip bebas dan bertanggung jawab. Bebas artinya bahwa segala ide,
pikiran atau pendapat kita, dapat dikemukakan secara bebas tanpa tekanan dari siapa
pun. Bertanggung jawab maksudnya bahwa ide, pikiran atau pendapat kita tersebut
mesti dilandasi akal sehat, niat baik dan norma-norma yang berlaku.2 Seperti
dinyatakan pada bagian Penjelasan dari Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998
Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum yang menyatakan
bahwa perwujudan kehendak warga negara secara bebas dalam menyampaikan
pikiran secara lisan dan tulisan dan sebagainya harus tetap dipelihara agar seluruh
tatanan sosial dan kelembagaan baik infrastruktur maupun suprastruktur tetap
1
http://www.smpn7bgr.com Artikel % 20 Kemerdekaan % 20 mengemukakan % 20 pendapat % 20 di %
20 muka % 20 umum, diakses Jumat 16 November 2012.
2
http://yudhim.blogspot.com / 2008 / 01 / penggunaan- hak- mengemukakan- pendapat.html, diakses
Jumat 16 November 2012.
2
terbebas dari penyimpangan atau pelanggaran hukum yang bertentangan dengan
maksud, tujuan dan arah dari proses keterbukaan dalam pembentukan dan penegakan
hukum sehingga tidak menciptakan disintegrasi sosial, tetapi justru harus dapat
menjamin rasa aman dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, maka
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum harus dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab, sejalan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip hukum internasional sebagaimana tercantum dalam Pasal 29
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, yang antara lain menetapkan sebagai
berikut :
1. Setiap orang memiliki kewajiban terhadap masyarakat yang memungkinkan
pengembangan kepribadian secara bebas dan penuh.
2. Dalam pelaksanaan hak kebebasan, setiap orang harus tunduk pada
pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan dan penghargaan terhadap hak serta kebebasan
orang lain, untuk memenuhi syarat-syarat yang adil bagi moralitas,
ketertiban serta kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yang
demokratis.
3. Hak dan kebebasan ini sama sekali tidak boleh dijalankan secara
bertentangan dengan maksud-maksud dan prinsip-prinsip Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia sebagai permulaan perjuangan
moderen untuk melindungi hak-hak asasi manusia, kita dapat menelusuri asal-usul
hak-hak asasi manusia itu pada teori-teori filsafat tentang ‘hukum kodrat’, suatu
hukum yang lebih tinggi dari pada hukum positif negara. Menurut teori ini, individu
sebagai manusia membawa dalam dirinya sendiri sejak lahir hak-hak asasi tertentu
yang tidak dapat dihilangkan.3
Dalam konteks hukum internasional hak kemerdekaan menyampaikan pendapat
juga diatur pada perjanjian internasional sebagai salah satu instrumen hukum
internasional yaitu pada Pasal 19 Konvenan Hak-Hak Sipil Dan Politik 1966
(International Convenant On Civil And Political Rights 1966), yang menyatakan:
1. Setiap orang harus berhak untuk memiliki opini tanpa intervensi.
3
David Weissbrodt, Hak-Hak Asasi Manusia: Tinjauan Dari Perspektif Kesejarahan, dalam: Peter Davies,
1994, Hak-Hak Asasi Manusia, judul asli: Human Rights, penerjemah: A. Rahman Zainuddin, ed. I,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hal. 2.
3
2. Setiap orang harus berhak atas kebebasan berekspresi; hak ini harus
meliputi kebebasan untuk mencari, menerima serta mengungkapkan segala
jenis informasi dan gagasan, terlepas dari garis perbatasan, secara lisan,
tulisan atau tercetak, dalam bentuk karya seni, atau melalui segala media
lain pilihannya sendiri.
3. Pelaksanaan hak-hak yang dijamin dalam ayat 2 Pasal ini membawa
kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab-tanggung jawab tersendiri.
Karenanya hal ini tunduk pada pembatasan-pembatasan tertentu, tetapi ini
hanya boleh dilakukan sebagaimana yang ditetapkan oleh hukum dan yang
diperlukan:
(a) Untuk menghargai hak atau nama baik orang lain;
(b) Untuk melindungi keamanan nasional atau ketertiban umum, atau
kesehatan atau kesusilaan umum.
Kemerdekaan menyatakan pendapat ini adalah implementasi dari nilai-nilai hak
asasi manusia. Seperti ditulis oleh James W. Nickel dalam bukunya yang berjudul
Making Sense Of Human Rights menyatakan bahwa ketika hak asasi manusia
diimplementasikan didalam hukum internasional, kita masih menyebutnya sebagai
hak asasi manusia; namun manakala itu diimplementasikan didalam hukum domestik,
kita condong menggambarkannya sebagai hak sipil atau hak konstitusional.4 Dalam
konteks hukum nasional Indonesia maka hak konstitusional warga negara tentang hak
kemerdekaan menyampaikan pendapat telah diatur secara jelas dalam konstitusi
negara Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), yaitu
pada Pasal 28, Pasal 28E Ayat (2) dan Ayat (3) UUD 1945.
Pasal 28 UUD 1945 menyatakan:
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28E Ayat (2) UUD 1945 menyatakan:
Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Pasal 28E Ayat (3) UUD 1945 menyatakan:
Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
4
James W. Nickel, 1996, Hak Asasi Manusia, Refleksi Filosofis Atas Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia, judul asli: Making Sense Of Human Rights, Philosophical Reflection on the Universal
Declaration of Human Rights, penerjemah: Titis Eddy Arini, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 55.
4
Demikian juga Pasal 25 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia menyatakan:
Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum, termasuk hak
untuk mogok sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Aksi-aksi unjuk rasa atau demonstrasi mahasiswa sebagai wujud dari hak
kemerdekaan menyatakan pendapat di muka umum yang merupakan implementasi
atau penerapan dari nilai-nilai hak asasi manusia tentu tidak bisa dilaksanakan secara
bebas tanpa batas, namun harus dilakukan secara bertanggung jawab agar aksi-aksi
unjuk rasa mahasiswa tidak menjadi anarkhis atau kerusuhan yang bisa mengganggu
dan merugikan kepentingan dan ketertiban masyarakat umum. Aksi-aksi unjuk rasa
atau demonstrasi mahasiswa harus dilakukan secara bertanggung jawab, makna kata
”bertanggung jawab” adalah bahwa hak kemerdekaan atau kebebasan menyatakan
pendapat di muka umum tersebut ada batasnya yaitu tidak boleh merugikan hak asasi
orang lain dan tidak mengganggu serta tidak merugikan kepentingan dan ketertiban
umum. Pembatasan penggunaan hak kemerdekaan atau kebebasan menyatakan
pendapat di muka umum sebagai implementasi dari pelaksanaan hak asasi manusia
telah diatur secara jelas dalam konstitusi negara Republik Indonesia, yaitu pada Pasal
28J Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan:
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud sematamata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.
Demikian pula pembatasan penggunaan hak kemerdekaan atau kebebasan
menyatakan pendapat di muka umum sebagai implementasi dari pelaksanaan hak asasi
manusia diatur juga pada:
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang
menyatakan:
5
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika, dan
tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung
jawab untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi
tugas Pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan
memajukannya.
Pasal 70 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
menyatakan:
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan oleh Undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Dalam konteks hukum internasional pembatasan penggunaan hak kemerdekaan
atau kebebasan menyatakan pendapat di muka umum sebagai implementasi dari
pelaksanaan hak asasi manusia diatur pada:
Pasal 29 ayat 2 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia 1948 (Universal
Declaration Of Human Rights 1948), yang menyatakan:
Dalam pelaksanaan hak kebebasan, setiap orang harus tunduk pada pembatasan
yang ditentukan oleh undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan dan
penghargaan terhadap hak serta kebebasan orang lain, untuk memenuhi syaratsyarat yang adil bagi moralitas, ketertiban serta kesejahteraan umum dalam suatu
masyarakat yang demokratis.
Pasal 19 ayat 3 Konvenan Hak-Hak Sipil Dan Politik 1966 (International Covenant
On Civil And Political Rights 1966), yang menyatakan:
Pelaksanaan hak-hak yang dijamin dalam ayat 2 Pasal ini membawa kewajibankewajiban dan tanggung jawab-tanggung jawab tersendiri. Karenanya hal ini tunduk
pada pembatasan-pembatasan tertentu, tetapi ini hanya boleh dilakukan
sebagaimana yang ditetapkan oleh hukum dan yang diperlukan:
(a) Untuk menghargai hak atau nama baik orang lain;
(b) Untuk melindungi keamanan nasional atau ketertiban umum, atau kesehatan atau
kesusilaan umum.
Ketika suatu negara menjadi pihak pada perangkat Hak Asasi Manusia (HAM)
internasional, maka Pemerintahnya mempunyai tiga kewajiban yakni menghormati,
melindungi, dan memenuhi hak-hak asasi sebagaimana diatur dalam perangkat HAM
internasional dimaksud. Kewajiban melindungi hak asasi manusia berarti negara
6
berkewajiban untuk melakukan tindakan-tindakan guna mencegah pelanggaran HAM
terhadap warga negara. Dalam kewajiban ini termasuk upaya untuk mendorong warga
negara untuk menghormati HAM orang lain, dan mengatur sanksi terhadap
pelanggaran yang dilakukan individu atau kelompok.5
Hak kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum telah diatur oleh
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat Di Muka Umum. Dasar pertimbangan pentingnya hak kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum ini dirumuskan dalam sebuah undang-undang
terlihat pada bagian Menimbang dari Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum, yang menyatakan:
a. bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak asasi
manusia yang dijamin oleh Undang Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Universal
Hak-hak Asasi Manusia;
b. bahwa kemerdekaan setiap warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka
umum merupakan perwujudan demokrasi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara;
c. bahwa untuk membangun negara demokrasi yang menyelenggarakan keadilan
sosial dan menjamin hak asasi manusia diperlukan adanya suasana yang aman,
tertib, dan damai;
d. bahwa hak menyampaikan pendapat di muka umum dilaksanakan secara
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan
yang berlaku;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan
d, perlu dibentuk Undang-undang tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
Di Muka Umum;
Apa pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan
bertanggung jawab ?, pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas
dan bertanggung jawab dapat dilihat dalam tujuan pengaturan tentang kemerdekaan
mengemukakan pendapat di muka umum seperti dinyatakan pada Pasal 4 UndangUndang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di
5
Jonny Sinaga, 2007, Kewajiban Negara Dalam ICCPR, artikel pada majalah: Jurnal HAM, Vol. 4 No. 4
Th. 2007, ISSN 1693-6027, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jakarta, hal. 39-40.
7
Muka Umum yang selanjutnya disingkat menjadi UU No. 9 Tahun 1998, yang
menyatakan:
1. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
dimaksudkan untuk mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah
satu pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945;
2. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
dimaksudkan untuk mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan
berkesinambungan dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat;
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
dimaksudkan untuk mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya
partisipasi dan kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan
tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi;
4. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
dimaksudkan untuk menempatkan tanggung jawab sosial kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, tanpa mengabaikan kepentingan
perorangan atau kelompok.6
Oleh karena itu, ada beberapa asas yang harus ditaati dalam kemerdekaan
mengemukakan pendapat di muka umum (Pasal 3 UU No. 9 Tahun 1998), yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
asas keseimbangan antara hak dan kewajiban,
asas musyawarah dan mufakat,
asas kepastian hukum dan keadilan,
asas proporsionalitas, dan
asas manfaat.
Dengan demikian maka hakekat kemerdekaan mengeluarkan pendapat adalah:7
a. Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan dan tulisan, serta sikap-sikap lain secara
bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada
hakekatnya kemerdekaan mengeluarkan pendapat sebagai perwujudan hak dan
tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
b. Kemerdekaan mengeluarkan pendapat sangat penting bagi kehidupan demokrasi
karena akan membawa dampak positif antara lain :
6
http://www.artikelbagus.com/2012/05/pentingnya-kemerdekaan-mengemukakan.html, diakses Jumat 16
November 2012.
7
http://pknsmpkebondalem.blogspot.com/2009/03/pkn7-bab-iv-kemerdekaan-mengemukakan.html, diakses
Jumat 16 November 2012.
8
- Kepekaan masyarakat menjadi meningkat dalam menyikapi berbagai
permasalahan sosial yang timbul dalam kehidupan sehari-hari
- Membiasakan masyarakat untuk berfikir kritis dan reponsip
- Merasa ikut memiliki dan ikut bertanggung jawab atas kemajuan bangsa dan
negara
- Meningkatkan demokrasi dalam kehidupan sehari-hari
c. Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum dilaksanakan harus
berasaskan pada:
- asas keseimbangan antara hak dan kewajiban artinya harus terjadi keseimbangan
antara hak dan kewajiban jangan sampai hanya menuntut haknya saja tetapi
tidak bersedia melaksanakan kewajiban
- asas musyawarah dan mufakat artinya segala sesuatu diusahakan melalui
musyawarah mufakat dilandasi semangat kekeluargaan
- asas kepastian hukum dan keadilan artinya harus sesuai hukum yang berlaku dan
menimbulkan kesejahteraan tidak memihak dan tidak menyengsarakan pihak
lain
- asas proporsionalitas yaitu asas yang meletakan segala kegiatan sesuai dengan
konteks atau tujuan kegiatan tersebut, baik yang dilakukan oleh warga negara,
institusi maupun aparatur pemerintah, yang dilandasi oleh etika individual, etika
sosial maupun etika internasional
- asas manfaat, bahwa kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum harus
bisa memberi manfaat untuk kepentingan masyarakat secara umum.
Kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam melaksanakan kemerdekaan
mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di muka umum (Pasal
6 UU No. 9 Tahun 1998) yang terdiri atas:
1.
2.
3.
4.
5.
menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain,
menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum,
menaati hukum dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku,
menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum, dan
menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada sisi lain aparatur pemerintah memiliki kewajiban dan tanggung jawab dalam
melaksanakan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung
jawab di muka umum (Pasal 7 UU No. 9 Tahun 1998), yaitu:
1.
2.
3.
4.
melindungi hak asasi manusia,
menghargai asas legalitas,
menghargai prinsip praduga tidak bersalah, dan
menyelenggarakan pengamanan.
Sedangkan masyarakat berhak berperan serta secara bertanggung jawab agar
penyampaian pendapat di muka umum dapat berlangsung secara aman, tertib, dan
9
damai (Pasal 8 UU No. 9 Tahun 1998). Bentuk penyampaian pendapat di muka
umum dapat dilaksanakan dengan unjuk rasa atau demonstrasi, pawai, rapat umum,
atau mimbar bebas (Pasal 9 Ayat 1 UU No. 9 Tahun 1998). Unjuk rasa atau
demonstrasi sebagai salah satu bentuk penyampaian pendapat di muka umum adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan
lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum.
10
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
David Weissbrodt, Hak-Hak Asasi Manusia: Tinjauan Dari Perspektif Kesejarahan,
dalam: Peter Davies, 1994, Hak-Hak Asasi Manusia, judul asli: Human Rights,
penerjemah: A. Rahman Zainuddin, ed. I, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
James W. Nickel, 1996, Hak Asasi Manusia, Refleksi Filosofis Atas Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia, judul asli: Making Sense Of Human Rights, Philosophical
Reflection on the Universal Declaration of Human Rights, penerjemah: Titis Eddy
Arini, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
B. Perjanjian Internasional Dan Peraturan Perundang-Undangan Nasional
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia 1948 (Universal Declaration Of Human
Rights 1948).
Konvenan Hak-Hak Sipil Dan Politik 1966 (International Convenant On Civil And
Political Rights 1966).
Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
Di Muka Umum.
C. Artikel
Jonny Sinaga, 2007, Kewajiban Negara Dalam ICCPR, artikel pada majalah: Jurnal
HAM, Vol. 4 No. 4 Th. 2007, ISSN 1693-6027, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia,
Jakarta.
http://www.smpn7bgr.comArtikel%20Kemerdekaan%20mengemukakan%20pendapat%2
0di%20muka%20umum, diakses Jumat 16 November 2012.
11
http://yudhim.blogspot.com/2008/01/ penggunaan- hak- mengemukakan- pendapat.html,
diakses Jumat 16 November 2012.
http://www.artikelbagus.com/2012/05/ pentingnya- kemerdekaan- mengemukakan. html,
diakses Jumat 16 November 2012.
http://pknsmpkebondalem.blogspot.com /2009/03/ pkn7mengemukakan.html, diakses Jumat 16 November 2012.
bab-
iv-
kemerdekaan-
12
Hand Out Bahan Ajar
Hak Menyatakan Pendapat
Di Muka Umum Secara Bebas
Dan Bertanggung Jawab
Oleh :
I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
Pasal 29 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB Tahun
1948 (United Nation Universal Declaration Of Human Rights
1948), menyataka:
1.Setiap orang memiliki kewajiban terhadap masyarakat yang
memungkinkan pengembangan kepribadian secara bebas dan
penuh.
2.Dalam pelaksanaan hak kebebasan, setiap orang harus tunduk
pada pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang dengan
maksud untuk menjamin pengakuan dan penghargaan terhadap
hak serta kebebasan orang lain, untuk memenuhi syarat-syarat
yang adil bagi moralitas, ketertiban serta kesejahteraan umum
dalam suatu masyarakat yang demokratis.
3.Hak dan kebebasan ini sama sekali tidak boleh dijalankan secara
bertentangan dengan maksud-maksud dan prinsip-prinsip
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pasal 19 Konvenan Hak-Hak Sipil Dan Politik 1966 (International
Convenant On Civil And Political Rights 1966), yang menyatakan:
1. Setiap orang harus berhak untuk memiliki opini tanpa intervensi.
2. Setiap orang harus berhak atas kebebasan berekspresi; hak ini harus
meliputi kebebasan untuk mencari, menerima serta mengungkapkan segala
jenis informasi dan gagasan, terlepas dari garis perbatasan, secara lisan,
tulisan atau tercetak, dalam bentuk karya seni, atau melalui segala media lain
pilihannya sendiri.
3.Pelaksanaan hak-hak yang dijamin dalam ayat 2 Pasal ini membawa
kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab-tanggung jawab tersendiri.
Karenanya hal ini tunduk pada pembatasan-pembatasan tertentu, tetapi ini
hanya boleh dilakukan sebagaimana yang ditetapkan oleh hukum dan yang
diperlukan:
(a) Untuk menghargai hak atau nama baik orang lain;
(b) Untuk melindungi keamanan nasional atau ketertiban umum, atau
kesehatan atau kesusilaan umum.
Pengaturan Dalam UUD 1945
Pasal 28 UUD 1945 menyatakan:
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28E Ayat (2) UUD 1945 menyatakan:
Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Pasal 28E Ayat (3) UUD 1945 menyatakan:
Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
Pasal 28J Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan:
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
Pasal 25 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
menyatakan:
Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum, termasuk hak untuk
mogok sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
menyatakan:
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika, dan tata
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung
jawab untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas
Pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukannya.
Pasal 70 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
menyatakan:
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan oleh Undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum
Bagian Menimbang dari Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum, yang menyatakan:
a. bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak asasi
manusia yang dijamin oleh Undang Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Universal
Hak-hak Asasi Manusia;
b. bahwa kemerdekaan setiap warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka
umum merupakan perwujudan demokrasi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara;
c. bahwa untuk membangun negara demokrasi yang menyelenggarakan keadilan sosial
dan menjamin hak asasi manusia diperlukan adanya suasana yang aman, tertib, dan
damai;
d. bahwa hak menyampaikan pendapat di muka umum dilaksanakan secara
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan
d, perlu dibentuk Undang-undang tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di
Muka Umum;
Asas-asas pelaksanaan kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum diatur
pada Pasal 3 dari Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum,
menyatakan :
Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka
umum dilaksanakan berlandaskan pada :
a. asas keseimbangan antara hak dan kewajiban;
b. asas musyawarah dan mufakat;
c. asas kepastian hukum dan keadilan;
d. asas proporsionalitas; dan
e. asas manfaat.
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum, menyatakan:
Tujuan pengaturan tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di
muka umum adalah :
a. mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah
satu pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila dan
Undang Undang Dasar 1945;
b. mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan
berkesinambungan dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan
pendapat;
c. mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi
dan kreativitas setiap warga negara sebagai *9134 perwujudan hak
dan tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi;
d. menempatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, tanpa mengabaikan
kepentingan perorangan atau kelompok.
Hak warga negara dalam menyampaikan
pendapat di muka umum, diatur pada Pasal 5
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka
Umum, menyatakan :
Warga negara yang menyampaikan pendapat di
muka umum berhak untuk :
a. mengeluarkan pikiran secara bebas;
b. memperoleh perlindungan hukum.
Kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam
melaksanakan kemerdekaan mengemukakan pendapat di
muka umum, diatur pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor
9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat Di Muka Umum, menyatakan :
1.menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain,
2.menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum,
3.menaati hukum dan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku,
4.menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban
umum, dan
5.menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kewajiban pemerintah (negara) dalam
pelaksanaan penyampaian pendapat di muka
umum, diatur pada Pasal 7 Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum,
menyatakan :
Dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di
muka umum oleh warga negara, aparatur
pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab
untuk :
a. melindungi hak asasi manusia;
b. menghargai asas legalitas;
c. menghargai prinsip praduga tidak bersalah; dan
d. menyelenggarakan pengamanan.
Bentuk-bentuk dan tata cara penyampaian pendapat di muka umum
diatur padaPasal 9 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum, menyatakan :
(1) Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat dilaksanakan
dengan :
a. unjuk rasa atau demonstrasi; b. pawai; c. rapat umum; dan atau d.
mimbar bebas.
(2) Penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dilaksanakan di tempat-tempat terbuka untuk umum,
kecuali :
a. di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer,
rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api, terminal
angkutan darat, dan obyek-obyek vital nasional; b. pada hari besar
nasional.
(3) Pelaku atau peserta penyampaian pendapat di muka umum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilarang membawa bendabenda yang dapat membahayakan keselamatan umum.
Pasal 10 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka
Umum, menyatakan :
(1) Penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 wajib diberitahukan secara
tertulis kepada Polri.
(2) Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) disampaikan oleh yang bersangkutan,
pemimpin, atau penanggung jawab kelompok.
(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
selambat-lambatnya 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat)
jam sebelum kegiatan dimulai telah diterima oleh Polri
setempat.
(4) Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) tidak berlaku bagi kegiatan ilmiah di
dalam kampus dan kegiatan keagamaan.
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998
Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
Di Muka Umum, menyatakan :
Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) memuat :
a. maksud dan tujuan;
b. tempat, lokasi, dan rute;
c. waktu dan lama;
d. bentuk;
e. penanggung jawab;
f. nama dan alamat organisasi, kelompok atau
perorangan;
g. alat peraga yang dipergunakan; dan atau
h. jumlah peserta.
Sanksi atau hukuman diatur dalam Undang-Undang Nomor
9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat Di Muka Umum, yaitu pada pasal-pasal :
Pasal 15
Pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum dapat
dibubarkan apabila tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 9 ayat (2)
dan ayat (3), Pasal 10, dan Pasal 11.
Pasal 16
Pelaku atau peserta pelaksanaan penyampaian pendapat
di muka umum yang melakukan perbuatan melanggar
hukum, dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 17
Penanggung jawab pelaksanaan penyampaian pendapat di
muka umum yang melakukan tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 Undang-undang ini dipidana
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
pidana yang berlaku ditambah dengan 1/3 (satu per tiga)
dari pidana pokok.
Pasal 18
(1) Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan menghalang-halangi hak warga negara untuk
menyampaikan pendapat di muka umum yang telah
memenuhi ketentuan Undang-undang ini dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah kejahatan.
Download