11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan

advertisement
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional.
Kepesertaan masyarakat dalam program JKN sebagai bentuk adanya
perubahan perilaku dalam pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut merupakan
interaksi dari dua faktor yaitu faktor internal yang merupakan faktor yang ada
dalam diri orang itu sendiri dan faktor eksternal yang ada di luar diri individu
tersebut. Dalam penelitian ini yang merupakan faktor internal adalah
sosiodemografi (umur, pendidikan, penghasilan) dan persepsi masyarakat.
Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.
Perilaku merupakan suatu perwujudan dari hasil interaksi antara pengalaman
dengan interaksi di lingkungan sekitar. Perilaku tersebut dapat diwujudkan dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam setiap individu. Perilaku
merupakan faktor kedua terbesar yang dapat mempengaruhi kesehatan dari
individu, kelompok, maupun masyarakat setelah faktor lingkungan (Notoatmodjo,
2009).
a. Respondent response atau reflexive, merupakan tanggapan yang ditimbulkan
oleh rancangan stimulus tertentu yang dapat menimbulkan respon relatif tetap.
Keberadaan dari respon ini sangat terbatas dan susah untuk dimodifikasi.
b. Operant response atau instrumental response, merupakan timbulnya suatu
respon yang dapat berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang
tertentu.
12
Dalam
bidang
kesehatan,
terkait
perilaku
manusia,
Becker
mengklasifikasikan dalam tiga kelompok perilaku seperti di bawah ini.
a. Perilaku sehat (health behavior) yaitu semua bentuk perilaku yang berkaitan
dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Seperti olah
raga teratur, tidak merokok, imunisasi, kepesertaan dalam jaminan kesehatan,
kebiasaan mencuci tangan, dan sebagainya.
b. Perilaku sakit (illness behavior) yaitu perilaku yang berkaitan dengan upaya
yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan seperti
berkunjung ke puskesmas.
c. Perilaku peran sakit (the sick behavior) yaitu berbagai tindakan yang dilakukan
berkaitan dengan peran sosial dari individu yang sedang sakit seperti tindakan
untuk memperoleh kesembuhan, mengetahui sarana kesehatan yang layak atau
bermutu, dan sebagainya.
Bentuk kepesertaan tersebut dapat berawal dari suatu partisipasi
masyarakat. Aryenti (2000), berpendapat bahwa partisipasi adalah keterlibatan
secara keseluruhan terhadap satu tekad yang sudah menjadi kesepakatan bersama,
sehingga partisipasi sangat menuntut keterlibatan secara penuh dari para
pelakunya. Menurut Wardani, (2004) partisipasi masyarakat merupakan suatu
proses dimana masyarakat mempunyai hak dan peran serta dalam pengambilan
keputusan. Partisipasi tidak hanya ditunjukkan dari keikutsertaan, tetapi juga
faktor keterlibatan secara emosional seseorang atas kegiatan yang diikuti dan
adanya keinginan untuk mencapai tujuan bersama dengan menjalankan kewajiban
yang telah ditetapkan dalam kelompok
13
Partisipasi langsung memiliki karakteristik yang paling tinggi untuk hal –
hal yang diharapkan (favourable) dari suatu partisipasi. Dengan adanya partisipasi
maka dapat mencapai hasil yang lebih baik dan akan mewujudkan rasa tanggung
jawab setiap individu, sehingga dapat menumbuhkan tanggung jawab dalam
kehidupan bermasyarakat. Dengan partisipasi diharapkan dapat menimbulkan
kesadaran setiap manusia terhadap pencegahan penyakit, sehingga setiap manusia
dapat berusaha untuk mengatasinya dengan mengandalkan semua kemampuan
keahlian yang dimilikinya. Segala jenis pengetahuan yang terdapat di masyarakat
dapat dimanfaatkan untuk menciptakan adanya perpaduan pengetahuan dari
berbagai keahlian yang dimiliki masyarakat, sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Partisipasi masyarakat adalah salah satu pendekatan yang
dipergunakan di negara berkembang untuk memecahkan masalah kesehatan
dengan daya dan dana pemerintah yang minimal (Notoatmodjo, 2007).
2.2 Faktor Sosiodemografi yang Berhubungan dengan Kepesertaan
Kepesertaan dipengaruhi faktor demografi yaitu umur, pendidikan dan
penghasilan. Umur adalah lama waktu hidup yang ada, sejak dilahirkan atau
ditiadakan. Dalam berbagai penelitian faktor umur mempunyai peran yang
penting. Dalam penelitian ini, katagori dibedakan dua yaitu umur di atas 40 tahun
dan umur di bawah 40 tahun.
Tingkat pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pembelajaran dan pelatihan yang formal. Menurut Lofgren dkk., tingkat
pendidikan mempengaruhi kesadaran individu melakukan tindakan perencanaan
14
dan pengendalian untuk memahami risiko atas kesehatan dirinya. Dikatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin bertambah pengetahuan
dan semakin bertambah pula kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Hal ini akan
meningkatkan keinginan untuk menjadi peserta asuransi kesehatan.
Tingkat pendapatan yang dimaksud adalah penghasilan yang diperoleh
individu atau masyarakat dari aktiiftasnya setiap bulannya. Tingkat kesejahteraan
masyarakat dapat diukur dari pendapatan perkapita, Hal ini berdampak pada
keinginan masyarakat tersebut berpartisipasi dalam asuransi kesehatan. Penelitian
Gunistiyo (2006) tentang kesadaran berasuransi menemukan bahwaterdapat
hubungan yang signifikan antara besaran pendapatan dengan kesadaran
berasuransi. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka kesadarannya dalam
berasuransi kesehatan akan semakin tinggi, demikian juga sebaliknya.
2.3
Health Belief Model
2.3.1 Konsep Health Belief Model
Menurut pendapat Becker & Rosenstock (dalam Sarafino, 2006)
menyatakan bahwa health belief model adalah suatu perilaku pencegahan yang
mau dilakukan oleh setiap individu dalam bentuk perilaku yang sehat. Dalam hal
ini terdapat dua penilaian perilaku sehat, yaitu perceived threat (perceived
seriousness, perceived susceptibility, cuesto action), dan perceived benefits and
barriers.
Berdasarkan penjelasan dari Rosenstock pada tahun 1966 dan Becker &
koleganya (dalam Odgen, 2004), Health Belief Model ini biasanya dipakai untuk
memperkirakan adanya perilaku pencegahan atau perilaku preventif dalam bentuk
15
suatu perilaku yang sehat serta respon dari perilaku terhadap pengobatan yang
dapat dilakukan oleh masyarakat. Selain itu, Health Belief Model juga dapat
dipergunakan untuk memperkirakan adanya perilaku adalah kumpulan dari core
belief yang artinya suatu persepsi individu yang mempunyai kaitan dengan
susceptibility to illness, the severity of illness, the cost involved in carrying out the
behavior dan cues to action.
Health Belief Model menurut Rosenstock, Strecher dan Becker (dalam
Family Health International, 2004) adalah sebuah model perilaku yang dapat
menjelaskan dan memperkirakan adanya perilaku yang sehat yang berfokus pada
sikap dan keyakinan (belief) pada setiap individu. Teori sikap yang sangat
berpengaruh untuk menjelaskan alasan mengapa setiap individu melakukan
perilaku yang sehat menurut Hocbaum pada tahun 1958 dan Rosenstock (dalam
Taylor, 2009) adalah Health Belief Model. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Health Belief Model adalah sebuah model kognitif yang dapat menjelaskan dan
memperkirakan adanya health behavior terhadap apa yang akan dilakukan dan
berfokus pada belief dari setiap individu terhadap perceived seriousness,
perceived susceptibility, cues to action, dan perceived benefits and barriers.
2.3.2
Komponen Health Belief Model
Berdasarkan pendapat dari Becker & Rosenstock (dalam Sarafino, 2006)
mengungkapkan bahwa komponen health belief model dibagi menjadi dua
komponen.
16
1. Perceived Threat
Perceived threat merupakan suatu penilaian perilaku dari individu tentang
adanya perasaan dari sebuah ancaman yang sangat berkaitan dengan permasalahan
kesehatan. Perceived threat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sebagai berikut:
a. Perceived Seriousness of The Health Problem
Pada faktor ini setiap manusia akan memikirkan tingkat keparahan dari
risiko suatu penyakit yang bisa terjadi apabila membiarkan masalah
kesehatan yang dialaminya terus berkembang dan tidak ditangani secara
medis. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dari setiap
manusia, jika tingkat kepercayaannya tinggi terhadap kemungkinan resiko
yang akan terjadi semakin buruk, maka hal tersebut akan dirasakan sebagai
suatu ancaman terhadap kesehatannya sehingga mereka akan melakukan
tindakan pencegahan atau preventif.
b. Perceived Susceptibility to the Health Problem
Dalam faktor ini manusia mulai mengevaluasi setiap jenis masalah
kesehatan lainnya yang kemungkinan bisa berkembang dan dapat
mengancam kesehatannya. Faktor ini dipengaruhi oleh adanya persepsi
terhadap risiko dari suatu penyakit. Semakin tinggi persepsi manusia
terhadap risiko penyakit yang dialaminya, maka mereka akan menganggap
hal itu sebagai sebuah ancaman yang dapat membahayakan kesehatannya
sehingga mereka akan melakukan tindakan untuk pengobatannya.
17
c. Cues To Action
Cues to action adalah sebuah peringatan terhadap suatu masalah kesehatan
yang mempunyai potensi untuk meningkatkan keyakinan manusia agar
mereka mempersepsikan hal tersebut sebagai sebuah ancaman yang dapat
membahayakan kesehatannya, sehingga dapat mendorong mereka untuk
melakukan tindakan pencegahan. Cues to action dapat berbentuk kegiatan
sosialisasi atau pemberian informasi kepada masyarakat seperti media atau
iklan bahaya merokok, maupun sejenis artikel yang terdapat di koran.
2. Perceived Benefits and Barriers
Perceived benefits and barriers merupakan salah satu komponen dari
Health Belief Model yang ada kaitannya antara keuntungan maupun hambatan
yang akan didapat jika mereka melakukan tindakan pencegahan atau preventif
terhadap suatu masalah kesehatan. Pada perceived benefits setiap manusia akan
melakukan penilaian terhadap keuntungan yang akan diperoleh mereka apabila
memanfaatkan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Keuntungan yang
dimaksud seperti mereka dapat mengurangi resiko dari penyakit yang dialaminya
sehingga tubuhnya menjadi semakin sehat. Perceived barriers adalah suatu
hambatan yang dapat dirasakan oleh setiap orang untuk mendapatkan layanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhannya, seperti misalnya masalah biaya, resiko
secara psikologis seperti adanya ketakutan jika melakukan cek–up akan dikatakan
tambah tua. Selain itu, mereka juga mempertimbangkan secara fisik seperti jarak
untuk mengakses pelayanan kesehatan (rumah sakit atau puskesmas) yang jauh
dari rumahnya, sehingga sangat sulit mencapainya.
18
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep
Health Belief Model (HBM) adalah suatu model kognitif yang dapat digunakan
untuk memprediksi adanya perilaku dalam meningkatkan kesehatan. Menurut
Maulana, (2009) menyatakan terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi
faktor tingkat ancaman dari suatu penyakit, tingkat keseriusan terhadap masalah
kesehatan, kerentanan tubuh terhadap suatu penyakit, pertimbangan dari
keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Variabel tersebut adalah : variabel demografi, seperti umur, jenis
kelamin dan latar belakang budaya setiap individu yang berbeda – beda ; variabel
sosio – psikologis, seperti kepribadian, kelas sosial,dan tekanan sosial; serta
variabel struktural, misalnya pengetahuan dan pengalaman dari setiap individu
yang berbeda – beda. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa
adanya perbedaan perubahan perilaku terhadap suatu objek, dimana variasi dan
perubahan perilaku tersebut sangat tergantung dari perilaku di sekitarnya
(Kandera, 2004).
2.4
Sosialisasi tentang Jaminan Kesehatan Nasional
Sosialisasi tentang JKN dapat berupa pemberian informasi atau edukasi
untuk mengubah perilaku dengan cara mempengaruhi, membujuk, menghimbau,
mengajak, memberi informasi dan kesadaran melalui kegiatan yang disebut
pendidikan kesehatan.
Dalam bidang kesehatan sering disebut promosi kesehatan, yang
merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk mengubah persepsi setiap
individu. Promosi kesehatan merupakan kegiatan memperbaiki kesehatan,
19
memajukan, mendukung dan mendorong serta menempatkan kesehatan lebih
tinggi pada agenda perorangan maupun masyarakat umum (Ewles & Simnett,
1994). Dalam konsep promosi kesehatan, baik individu maupun masyarakat tidak
hanya menjadi untuk sasaran saja, tetapi juga sebagai pelaku dalam perilaku sehat,
dan secara aktif menjaga kesehatannya, kemudian ikut berperan aktif untuk
mencegah terjadinya penyakit, dan melindungi dirinya dari berbagai macam
penyakit yang bisa mempengaruhi tingkat kesehatannya.
Download