14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori A. Diabetes

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Tinjauan Teori
A. Diabetes Mellitus tipe II
1. Definisi
Diabetes Mellitus tipe II adalah suatu penyakit kronis yang
disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh menggunakan insulin
atau memproduksi insulin (Riyadi, 2007). Seseorang dikatakan
menderita Diabetes Mellitus jika memiliki kadar gula darah puasa
>126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL.
Diabetes Mellitus tipe II atau yang biasa juga disebut Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), lebih sering terjadi
pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan
penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar,
mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres
(Riyadi, 2007).
2. Etiologi
Diabetes Mellitus tipe II dapat terjadi tanpa gejala sebelum
hasil diagnosis, Diabetes Mellitus tipe II awalnya diobati dengan
cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet
(umumnya
pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat
14
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
15
badan. Langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan dengan
lisan antidiabetic drugs (Askandar, T. 1999)
Penyebab-penyebab tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya Diabetes Mellitus tipe II menurut Guyton & Hall
(2002) yaitu :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia
diatas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
3. Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe II
Menurut
Ehsa
(2010)
Faktor-faktor
resiko
yang
berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus tipe II
dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
(1) Riwayat keluarga Diabetes Mellitus
Seorang anak dapat mewarisi gen penyebab
Diabetes Mellitus orang tua. Biasanya seseorang
yang menderita Diabetes Mellitus mempunyai
anggota keluarga yang juga terkena penyakit
tersebut.
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
16
(2) Ras atau latar belakang etnis
Resiko Diabetes Mellitus tipe II besar pada
hispanik, kulit hitam, penduduk asli Amerika dan
Asia.
(3) Riwayat Diabetes Mellitus pada kehamilan
Mendapatkan Diabetes Mellitus selama kehamilan
atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat
meningkatkan risiko Diabetes Mellitus tipe II.
b. Faktor resiko yang dapat diubah :
(1) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia
diatas 65 tahun.
(2) Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar
kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu
timbulnya Diabetes Mellitus tipe II, hal ini karena
pankreas
tidak
mempunyai
kapasitas
yang
disebabkan oleh jumlah/kadar insulin oleh sel
maksimum untuk disekresikan. Oleh karena itu,
mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan
tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah
memadai dapat menyebabkan Diabetes Mellitus.
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
17
(3) Gaya hidup
Makanan cepat saji dan olahraga tidak teratur
merupakan salah satu gaya hdup jaman sekarang
yang dapat memicu terjadinya Diabetes Mellitus
tipe II.
(4) Obesitas
Seseorang dikatakan obesitas apabila indeks masa
tubuh (IMT) lebih besar dari 25 HDL (“baik” kadar
kolesterol)
dibawah
trigliserida
lebih
35mg/dL
dari
dan
tingkat
250mg/dL
dapat
meningkatkan resiko Diabetes Mellitus tipe II.
(5) Hipertensi
Tekanan darah >140/90 mmHg dapat menimbulkan
resiko Diabetes Mellitus tipe II
(6) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
(7) Penyakit dan infeksi pada pankreas
(8) Dislipedimia:
keadaan
yang
ditandai
dengan
kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida >250
mg/dL). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma
insulin dengan rendahnya HDL (<35 mg/dL) sering
didapat pada pasien Diabetes Mellitus.
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
18
4. Patofisiologi
Pada Diabetes Mellitus tipe II ini terdapat dua masalah
utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel, sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Mellitus tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa
akan
dipertahankan
pada
tingkat
yang
normal/sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes Mellitus tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri
khas Diabetes Mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin
dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, karena itu
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
19
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada Diabetes Mellitus tipe
II.
5. Manifestasi Klinik
Menurut Riyadi (2007), manifestasi klinik yang sering
dijumpai pada pasien Diabetes Mellitus, yaitu :
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin
yang sangat besar dan keluarnya air menyebabkan
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel. Dehidrasi intra sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang
hipertonik (sangat peka). Dehidrasi intra sel merangsang
pengeluaran
ADH
(Anti
Diuretik
Hormone)
dan
menimbulkan rasa haus.
c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran
darah pada pasien Diabetes Mellitus lama, katabolisme
protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel
untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein
sebagai
bahan
pembentukan
antibodi,
peningkatan
konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
20
imun dan penurunan aliran darah pada penderita Diabetes
Mellitus kronik.
f. Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul.
Kelainan kulit
berupa gatal-gatal,
biasanya terjadi
didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah
payudara, biasanya akibat timbulnya jamur.
g. Kelainan ginekologis.
h. Keputihan dengan penyebab tersering yaitu
jamur
terutama jamur candida.
i.
Kesemutan / rasa baal akibat terjadinya neuropati.
Pada penderita Diabetes Mellitus regenerasi sel persarafan
mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar
utama yang berasal dari unsur protein, akibatnya banyak
sel persarafan terutama perifer mengalami kerusakan.
j.
Kelemahan tubuh.
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi
metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses
glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
k. Luka/bisul yang tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar
utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada
penderita Diabetes Mellitus bahan protein banyak
diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
21
yang dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rusak
mengalami gangguan. Selain itu, luka yang sulit sembuh
juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme
yang cepat pada penderita Diabetes Mellitus.
l.
Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi.
Penderita
Diabetes
Mellitus
mengalami
penurunan
produksi hormone seksual akibat kerusakan testosteron
dan sistem yang berperan.
m. Mata kabur.
Disebabkan
oleh
katarak/gangguan
refraksi
akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia, mungkin juga
disebabkan kelainan pada korpus vitreum.
6. Komplikasi
a. Komplikasi akut
(1) Ketoasidosis diabetik
Adalah
keadaan
dekompensasi
kekacauan
metabolik yang ditandai oleh trias, terutama
diakibatkan oleh defisiensi insulin absolut atau
insulin relatif.
(2) Hipoglikemi
Adalah penurunan kadar glukosa dalam darah.
Biasanya disebabkan peningktan kadar insulin
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
22
yang kurang tepat atau asupan karbohidrat
kurang.
(3) Hiperglikemia hiperosmolar non ketolik
Adalah suatu dekompensasi metabolik pada
pasien Diabetes Mellitus tanpa disertai adanya
ketoasidosis. Gejalanya pada dehidrasi berat,
tanpa
hiperglikemia
berat
dan
gangguan
neurologis.
b. Komplikasi kronis
(1) Mikroangiopati
a) Retinopati diabetikum disebabkan karena
kerusakan pembuluh darah retina. Faktor
terjadinya retinopati diabetikum: lamanya
menderita Diabetes Mellitus, umur penderita,
kontrol
gula
darah,
faktor
sistemik
(hipertensi, kehamilan).
b) Nefropati diabetikum yang ditandai dengan
ditemukannya kadar protein yang tinggi
dalam
urin
kerusakan
yang
pada
disebabkan
glomerulus.
adanya
Nefropati
diabetikum merupakan faktor resiko dari
gagal ginjal kronik.
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
23
c) Neuropati diabetikum
biasanya
ditandai
dengan hilangnya reflex, selain itu juga bisa
terjadi poliradikulopati diabetikum yang
merupakan suatu sindrom yang ditandai
dengan gangguan pada satu atau lebih akar
saraf dan dapat disertai dengan kelemahan
motorik, biasanya dalam waktu 6-12 bulan.
(2) Makroangiopati
a) Pemyakit jantung koroner dimana diawali
dari
berbagai
bentuk
dislipidemia,
hipertrigliseridemia dan penurunan kadar
HDL. Pada Diabetes Mellitus sendiri tidak
meningkatkan kadar LDL, namun sedikit
kadar LDL pada Diabetes Mellitus tipe II
sangat bersifat atherogeni karena mudah
mengalami glikalisasi dan oksidasi.
b) Kaki diabetik
Terdapat 4 faktor utama yang berperan pada
kejadian kaki Diabetes Mellitus:
(a) Kelainan
vaskular:
angiopati,
contoh:
aterosklerosis
(b) Kelainan saraf : Neuropati otonom dan
perifer
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
24
(c) Infeksi
(d) Perubahan biomekanika kaki
7. Penatalaksanaan
Tujuan umum terapi Diabetes Mellitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam
upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe Diabetes
Mellitus adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan
serius pada pola aktivitas pasien.
Menurut Brunner & Suddart (2002), ada empat komponen
dalam pelaksanaan Diabetes Mellitus, yaitu :
a) Diet dan pengendalian berat badan
Merupakan
Mellitus.
dasar
dari
penatalaksanaan
Penatalaksanaan
nutrisi
pada
Diabetes
penderita
Diabetes Mellitus diarahkan untuk mencapai tujuan
berikut ini:
1) Memberikan
semua
unsur
makanan
essensial
(misalnya vitamin, mineral).
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang
sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
25
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap
harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah
mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan
praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini
meningkat.
Standar makanan yang dianjurkan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein,
lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik, seperti:
Karbohidrat
: 60 – 70%
Protein
: 10 – 15%
Lemak
: 20 – 25
b) Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes
Mellitus karena efeknya dapat menurunkan kadar
glukosa darah dan mengurangi resiko kardiovaskuler.
Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan
tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
c) Edukasi
Menurut Waspaji (2002), Pengelolaan mandiri Diabetes
Mellitus secara optimal membutuhkan partisipatif aktif
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
26
pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim
kesehatan harus mendampingi pasien dalam perubahan
perilaku tersebut, yang berlangsung seumur hidup.
Keberhasilan dalam mencapai perubahan perilaku,
membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan
(skill), dan motivasi yang berkenaan dengan:
1) Makan makanan sehat
2) Kegiatan jasmani secara teratur
3) Menggunakan obat Diabetes Mellitus secara aman,
teratur, dan pada waktu-waktu yang spesifik.
4) Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan
memanfaatkan berbagai informasi yang ada.
5) Melakukan perawatan kaki secara berkala.
6) Mengelola Diabetes Mellitus dengan tepat.
7) Mengembagkan sistem pendukung dan mengajarkan
keterampilan.
8) Dapat
mempergunakan
fasilitas
perawatan
kesehatan.
Edukasi
pendekatan
(penyuluhan) secara individual dan
berdasarkan
penyelesaian
masalah
merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil.
Perubahan perilaku hampir sama dengan proses
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
27
edukasi dan memerlukan penilaian, perencanaan,
implementasi, dokumentasi dan evaluasi.
d) Terapi farmakologis (jika diperlukan)
Pada Diabetes Mellitus tipe II insulin mungkin
diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk
mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat
hipoglikemia
oral
tidak
berhasil
mengontrolnya.
Disamping itu, sebagai pasien Diabetes Mellitus tipe II
yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah
dengan diet dan obat kadang membutuhkan insulin
secara temporer selama mengalami sakit, infeksi,
kehamilan pembedahan atau beberapa kajadian stres
lainnya.
8. Beda Diabetes Mellitus tipe I dan Diabetes Mellitus Tipe II:
Menurut Arisman (2011), perbedaan pertama terletak pada
usia pasien saat pertama kali didiagnosis. Diabetes Mellitus
tipe I lebih banyak menyerang pasien di bawah umur 20 tahun
sehingga sering disebut juvenile onset, sebaliknya Diabetes
Mellitus tipe II lebih banyak menyerang pasien pada usia 35
tahun ke atas atau disebut adult onset. Penggunaan istilah
juvenile onset dan adult onset saat ini sudah dihilangkan, sebab
pada kenyataannya Diabetes Mellitus tipe I dan Diabetes
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
28
Mellitus tipe II bisa menyerang usia berapapun. Hanya saja,
kecenderungannya masih sama yakni Diabetes Mellitus tipe I
lebih banyak menyerang di usia muda dan Diabetes Mellitus
tipe II di usia tua. Selanjutnya adalah postur dan perawakan
pengidapnya. Pasien Diabetes Mellitus tipe I umumnya
memiliki perawakan kurus, sedangkan Diabetes Mellitus tipe II
lebih banyak menyerang orang-orang bertubuh besar yang
dikategorikan kelebihan berat badan (overweight) ataupun
obesitas.
Diabetes Mellitus tipe I dan Diabetes Mellitus tipe II juga
dibedakan berdasarkan penyebabnya. Diabetes Mellitus tipe I
disebabkan oleh kerusakan pankreas sehingga produksi insulin
berkurang, sementara Diabetes Mellitus tipe II disebabkan oleh
resistensi insulin dalam arti insulinnya cukup tetapi tidak
bekerja dengan baik dalam mengontrol kadar gula darah,
karena penyebabnya berbeda, pengobatan kedua tipe Diabetes
Mellitus ini juga tidak sama. Pengidap Diabetes Mellitus tipe I
membutuhkan insulin dalam bentuk suntikan maupun pompa
insulin sedangkan pasien Diabetes Mellitus tipe II cukup
mengkonsumsi obat oral atau obat telan. Diabetes Mellitus tipe
I susah diprediksi dan dicegah, sebab merupakan kelainan
genetik yang dibawa sejak lahir. Lain halnya dengan Diabetes
Mellitus tipe II yang sangat bisa dicegah, karena biasanya
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
29
menyerang orang-orang dengan pola makan tidak sehat dan
jarang berolahraga.
Tabel 2.1 Diabetes Mellitus tipe I dan Diabetes Mellitus tipe II
Letak
Diabetes Mellitus tipe I
Diabetes Mellitus tipe II
Onset
Anak/dewasa muda
Biasanya setelah usia
(<25 tahun)
pertengahan
Proporsi
<10% dari semua penyandang DM
>90% dari semua
penyandang DM
Riwayat Keluarga
Tidak lazim
Sangat lazim
Gejala
Akut/sub-akut
Lambat
Ketoasidosis
Sering sekali
Jarang, kecuali jika
sakit/stress
Antibodi ICA,
Sangat sering positif
Biasanya negative
GAD
Obesitas saat onset Tidak obes
Obes sebelum onset
Kaitan dengan
Ada
Tidak ada
HLA tipe tertentu
Kaitan dengan
Kadang-kadang ada
Tidak ada
penyakit autoimun
C-peptida
Sangat rendah
Rendah/normal/tinggi
darah/urin
Kegunaan insulin
Penyelamat nyawa
Kadang-kadang diperlukan
sebagai pengawasan gula
darah
Penyebab
Pankreas tidak mampu membuat
Produksi insulin masih ada,
insulin
tetapi sel target tidak peka
Kegunaan diet
Mengawasi gula darah (makan/jajan Menurunkan BB (jadwal
harus diatur seputar pemberian
tidak harus ketat, kecuali
insulin agar tidak terjadi
kalau insulin juga
hipoglisemia)
diberikan)
(Sumber : Arisman, 2011)
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
30
B. Kadar Gula Darah
1.
Definisi
Kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau
tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh.
Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang
sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl), tingkat ini meningkat
setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi
hari, sebelum orang makan (Henrikson J. E., 2009).
Ada beberapa tipe pemeriksaan glukosa darah yaitu
pemeriksaan gula darah puasa mengukur kadar glukosa darah
selepas tidak makan setidaknya 8 jam lalu pemeriksaan gula darah
postprandial 2 jam mengukur kadar glukosa darah tepat selepas 2
jam makan. Pemeriksaan gula darah adalah random mengukur
kadar glukosa darah tanpa mengambil kira waktu makan terakhir
(Henrikson J. E., 2009).
Tingginya kadar gula darah pada penderita Diabetes
Mellitus disebabkan oleh terganggunya organ pankreas sehingga
hormon insulin yang dihasilkan menjadi kurang maksimal,
akibatnya, insulin yang dihasilkan jumlahnya bisa sedikit bahkan
tidak mencukupi untuk menurunkan kadar gula darah atau jumlah
insulin mencukupi tetapi kualitasnya rendah sehingga tetap tidak
bisa menurunkan kadar gula darah, sebab insulin disini berperan
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
31
dalam mendorong glukosa darah ke sel tertentu untuk diubah
menjadi energi dan mengubah kelebihan glukosa darah menjadi
glikogen yang disimpan di hati dan otot sebagai timbunan energi
(Abuaqila, 2008).
2.
Meknisme Pengaturan Gula Darah
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif
untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level
glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas, bila konsentrasi
glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan
energi tubuh, pankreas akan melepaskan glukagon, hormon yang
menargetkan sel-sel di lever (hati), kemudian sel-sel ini mengubah
glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis).
Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan
level gula darah.
Apabila level gula darah meningkat, entah karena
perubahan glikogen atau karena pencernaan makanan, hormon
yang lain akan dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di
dalam pankreas, hormon ini yang disebut insulin dan akan
menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi
glikogen, proses ini disebut glikogenosis, yang mengurangi level
gula darah.
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
32
Diabetes Mellitus tipe I disebabkan oleh tidak cukup atau
tidak dihasilkannya insulin, sementara Diabetes Mellitus tipe II
disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang
dilepaskan (resistensi insulin), kedua jenis Diabetes Mellitus ini
mengakibatkan terlalu banyak glukosa yang terdapat di dalam
darah.
Panduan federasi Diabetes International (IDF) tentang
pengelolaan gula darah sesudah makan, merekomendasikan pasien
Diabetes Mellitus untuk menjaga kadar gulanya agar tidak lebih
dari 140mg/dL pada dua jam sesudah makan. Panduan IDF ini
menekankan pentingnya menjaga gula darah sesudah makan agar
terhindar dari resiko komplikasi Diabetes Mellitus. (Triyono &
Heru, 2009)
Kadar glukosa darah prepardial 90-130mg/dL, kadar
glukosa darah postpradial <180 mg/dL (Yunir. E., 2007).
3.
Pengaruh Langsung Dari Masalah Gula Darah
Bila
level
gula
darah
menurun
terlalu
rendah,
berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia.
Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang
menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila
levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan
akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
33
jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan
yang berkepanjangan yang berkaitan dengan Diabetes Mellitus,
termasuk kerusakan pada mata, ginjal dan saraf (Yunir. E., 2007).
4.
Cara Mengontrol Kadar Gula Darah
Kadar gula darah dapat di kontrol dengan 3 cara yakni
menjaga berat badan ideal, diet makanan seimbang dan melakukan
olah raga/latihan fisik. Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga
cara tersebut, kadar gula darah mungkin tidak terkontrol dengan
baik, pada keadaan seperti inilah baru diperlukan obat anti diabetes
(OAD), pada dasarnya obat baru diperlukan jika dengan cara diet
dan olahraga gula darah belum terkontrol dengan baik. (Ramdhani.
R., 2008).
5.
Cara Menurunkan Kadar Glukosa Darah (Susatyo, JP., 2010)
a. Diet
Diet rendah karbohidrat merupakan cara yang paling dikenal
dalam menurunkan kadar gula darah. Makanan yang rendah
karbohidrat termasuk susu kedelai, selai, dan ikan kering bisa
menjadi pilihan. Selain itu, makanan tinggi serat seperti
kacang kedelai, oatmeal, bran/sekam atau sereal dengan
kismis, roti whole bread dan kacang-kacangan bisa
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
34
membantu mengontrol diabetes. Disamping itu, menambah
asupan buah dan sayur-sayuran segar.
b. Olahraga
Tetap aktif dan berolahraga setiap hari. Jalan kaki dan bentuk
olahraga ringan lainnya dapat membantu membakar gula
didalam tubuh. Jalan cepat, memotong rumput dan aktivitas
rumah tangga lainnya merupakan pilihan olahraga yang tepat
untuk mengatur kadar glukosa darah.
c. Turunkan berat badan
Berat badan normal akan membantu mengontrol kadar glukosa
darah. Berkonsultasi dengan ahli nutrisi dan mengikuti anjuran
diet dengan benar.
d. Suplemen
Penderita diabetes lebih beresiko mengalami kekurangan seng.
Mengkonsumsi suplemen atau memperbanyak asupan makanan
yang mengandung seng untuk menurunkan kadar gula darah.
Ayam dan sarden merupakan makanan yang kaya akan seng.
e. Istirahat cukup
Kurang tidur akan mengurangi kemampuan tubuh untuk
mengolah glukosa darah agar efektif. Anda bisa membantu
menurunkan kadar gula darah dengan istirahat yang cukup.
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
35
f. Obat-obatan
Penggunaan insulin dan obat-obatan penurun kadar gula darah
harus sesuai dengan dosis dan waktu penggunaan yang
dianjurkan karena apabila tidak sesuai atau lupa, dapat
mengakibatkan, efek samping yang tidak diharapkan seperti
hipoglikemik dan hiperglikemik.
Tabel 2.2 : Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus.
Kriteria
Baik
Sedang
Buruk
Glukosa darah puasa (mg/dL)
80-109
110-125
≥126
Glukosa darah 2 jam (mg/dL)
110-144
145-179
≥180
Glukosa sewaktu
80-144
145-179
≥180
A1C
< 6,5
6,5-8
>8
Kolesterol total (mg/dL)
< 200
200-239
≥240
Kolesterol LDL (mg/dL)
< 100
100-129
≥130
Kolesterol HDL (mg/dL)
> 45
TrigliKersenda (mg/dL)
< 150
150-199
≥200
IMT (kg/m2)
18,5-22,9
23-25
>25
Tekanan darah (mmHg)
<130/80 130-140/80-90
>140/90
Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Mellitus tipe II Perkeni di Indonesia : 2006
6.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Kadar
Glukosa Darah
a. Faktor Internal
1) Penyakit dan Stres
Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau
bakteri tertentu akan merangsang produksi hormone tertentu
yang secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah
(Tandra, 2008). Adapun menurut Leslie (1999), kadar gula
darah dipengaruhi oleh stress seseorang.
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
36
Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik
mengharuskan individu untuk berespon atau melakukan
tindakan. Stress muncul ketika ada ketidakcocokan antara
tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki,
(Selye, 2005). Diabetesi yang mengalami stress dapat merubah
pola makan, latihan, penggunaan obat yang biasanya dipatuhi
diabetesi dan hal ini menyebabkan terjadinya hiperglikemia
(Smeltzer & Bare, 2002).
Selain itu, stress memicu terjadinya reaksi biokimia dalam
tubuh melalui 2 jalur, yaitu netral dan neuro endokrin. Reaksi
pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi dalam saraf
simpatis yang
norepinefrin
menyebabkan ujung saraf mengeluarkan
untuk
meningkatkan
frekuensi
jantung.
Peningkatan frekuensi jantung bertujuan untuk memperoleh
perfusi yang baik, kondisi ini menyebabkan glukosa darah
meningkat guna sumber energi untuk perfusi (Guyton, 1996).
Bila stress menetap, respon stress akan melibatkan
hipotalamus pituitari. Hipotalamus mensekresi corticotropinreleasing factor, yang menstimulasi pituitari anterior untuk
memproduksi glukokartikoid, terutama kortisol. Peningkatan
kortisol akan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah
(Smeltzer & Bare, 2002). Selain itu kortisol juga dapat
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
37
menginhibisi pengambilan glukosa oleh sel tubuh (Guyton,
1996).
2) Obesitas
Obesitas artinya berat badan yang berlebih minimal
sebanyak 20% dari berat badan idaman. Rumus untuk
menentukan berat badan idaman adalah sebagai berikut : (TB
dalam cm – 100) – 10%. Hal ini berarti indeks masa tubuh lebih
dari 25 kg/m2 (Sukarji, 2007). Individu dengan Diabetes
Mellitus tipe II diketahui sebanyak 80% diantaranya adalah
obesitas. Obesitas menyebabkan reseptor insulin pada target di
seluruh tubuh kurang sensitif dan jumlahnya berkurang
sehingga insulin dalam darah tidak dapat dimanfaatkan (Ilyas,
2007).
3) Makanan / Asupan Makan
Makanan
diperlukan
sebagai
bahan
bakar
dalam
pembentukan ATP. Selama pencernaan, banyak zat gizi yang
diabsorpsi untuk memenuhi kabutuhan energi tubuh sampai
makanan berikutnya. Di dalam makanan yang dikonsumsi,
terkandung karbohidrat, lemak dan protein (Tandra, 2008).
Kadar gula darah sebagian tercantum pada apa yang dimakan
dan oleh karenanya sewaktu makan diperlukan adanya
keseimbangan diet. Mempertahankan kadar gula darah agar
mendekati nilai normal dapat dilakukan dengan asupan
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
38
makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan (Sukardji,
2002).
Makanan yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang
berbeda pula terhadap kadar gula darah. Faktor-faktor penting
dalam diri karbohidrat terhadap kenaikan kadar gula darah
(Rimbawan, 2004) adalah sebagai beikut :
a) Kandungan serat dalam makanan
b) Proses pencernaan
c) Cara pemasakannya
d) Ada atau tidaknya zat anti terhadap penyerapan
makanan sebagi zat anti nutrient
e) Waktu makan dengan kecepatan lambat atau cepat
f) Pengaruh intoleransi glukosa
g) Pekat atau tidaknya makanan
Pasien Diabetes Mellitus memiliki kemampuan tubuh
yang terbatas untuk mengatur metabolisme hidrat arang dan
jika toleransi hidrat
arang dilampaui, pasien akan
mengalami glikosuria dan ketonuria yang pada akhirnya
dapat menjadi ketoasidosis, maka pembatasan kandungan
hidrat arang dalam diet pasien Diabetes Mellitus harus
dilakukan (PERKENI, 1998).
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
39
4) Jumlah latihan fisik / Olahraga yang dilakukan
Manfaat latihan fisik atau olahraga sebagai terapi Diabetes
Mellitus telah cukup lama dikenal sebagai salah satu upaya
penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus, disamping obat
dan diet (Darmono, 2002). Latihan fisik dapat meningkatktan
sensitifitas jaringan terhadap insulin. Pada Diabetes Mellitus
tipe I peningkatan sensitifitas jaringan terhadap insulin tersebut
dapat mengurangi kebutuhan insulin, sedangkan pada Diabetes
Mellitus tipe II peningkatan sensitifitas jaringan tersebut sangat
penting dalam regulasi kadar glukosa darah (Ilyas, 2007).
5) Perawatan baik dengan Tablet maupun Insulin
Cara kerja obat
hipoglikemk oral pada umumnya
merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin atau
mengurangi absorpsi glukosa dalam usus, sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Pencegahan
dengan
mengatur
pola
makan
masih
merupakan pengobatan utama, tetapi bila hal ini bersama
latihan jasmani ternyata gagal, maka diperlukan penambahan
obat oral. Obat hipoglikemik oral diberikan agar Diabetes
Mellitus dapat terkontrol dengan baik (Soegondo, 1995).
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
40
b. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran
kepada masyarakat agar mau melakukan tindakan-tindakan
untuk memelihara atau mengatasi masalah-masalah dan
meningkatkan kesehatannya. Pendidkan bagi pasien Diabetes
Mellitus berhubungan dengan perilaku pasien dalam melakukan
pengendalian terhadap kadar glukosa darah agar tetap stabil.
Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini membutuhkan
waktu yang lama, namun hasil yang dicapai bersifat tahan lama
karena didasari oleh kesadaran sendiri (Notoadmodjo, 2005).
2) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan penampakan dari hasil “tabu” dan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
obyek tertentu. Pengetahuan adalah hasil pengetahuan manusia
yang sekedar menjawab pertanyaan “what” (Notoatmodjo,
2002).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebelum orang
mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga
terjadi suatu proses berurutan (Rogers, 1994).
Jadi, pengetahuan merupakan tingkatan terendah dalam
domain kognitif. Pengetahuan merupakan hasil dari tingkah
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
41
laku, hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
pada suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 1993). Pasien Diabetes
Mellitus akan mampu melakukan pengendalian kadar glukosa
darah dengan baik jika didasari dengan pengetahuan mengenai
penyakit Diabetes Mellitus baik tanda dan gejala maupun
penanganannya.
3) Kedekatan dan Keterpaparan terhadap Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi
perantara dalam menyampaikan informasi, mempengaruhi
kemampuan, semakin banyak sumber informasi yang diperoleh
maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki
(Notoatmodjo, 2003).
Salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang
dalam
meningkatkan
kualitas
kesehatannya
adalah
terjangkaunya informasi yaitu tersedianya informasi-informasi
terkait dengan tindakan yang akan diambil seseorang. Pada
pasien Diabetes Mellitus, dengan adanya kemudahan untuk
memperoleh informasi mengenai pengendalian kadar gula
darah dapat memfasilitasi terjadinya tindakan untuk melakukan
pengendalian kadar gula darah mereka.
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
42
C. Daun Kersen (Muntingia calabura L.)
1. Definisi
Daun Kersen (Muntingia calabura L.) atau biasa disebut
ceri Indonesia ini adalah nama sejenis pohon yang memiliki buah
kecil yang manis. Nama-nama lainnya di beberapa negara adalah:
datiles, aratiles, manzanitas (Filipina), khoom somz (Laos),
krakhob barang (Kamboja), dan kerukup siam (Malaysia). Juga
dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, niguito (bahasa
Spanyol). Jamaican cherry, yang lalu nama tersebut diambil
menjadi kersen dalam bahasa Indonesia. Ditambahkan oleh
Rahman dkk (2010), nama latin buah kersen adalah Muntingia
calabura L. yang dikenal sebagai China cherry. Disebutkan oleh
Soepomo. T. (1991),
Tanaman kersen memiliki kedudukan taksonomi sebagai berikut:
Kerajaan
: Plantae (tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (Tumbuhan biji)
Anak Divisi
: Angiospermae (Tumbuhan biji tertutup)
Kelas
: Dicotyledoneae (Tumbuhan biji belah)
Anak Kelas
: Dialypetalae
Bangsa
: Malvales / Columniferae
Suku
: Elaeocarpaceae
Genus
: Muntingia
Species
: Muntingia calabura L.
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
43
Gambar 2.1. Pohon dan Daun Kersen (Muntingia calabura L.)
Kersen (Muntingia calabura L.) merupakan tanaman buah tropis termasuk
family Elaeocarpaceae yang mudah dijumpai. Kersen (Muntingia calabura L.)
berkhasiat sebagai antioksidan, obat sakit kuning, memelihara kesehatan hati dan
ginjal, mencegah kanker, dan meningkatkan kebugaran tubuh serta antidiabetes
(Sentra Informasi IPTEK, 2005).
Daun kersen (Muntingia calabura L.) mengandung senyawa atau lignan
antara lain falvonoid, tannin, triterpene, saponin, dan polifenol yang menunjukan
aktivitas antioksidatif (Priharyanti & Zakaria, 2007). Antioksidan tersebut diduga
mampu melindungi sel hati dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas.
Pengambilan zat kimia dalam daun kersen (Muntingia calabura L.) dilakukan
dengan ekstraksi prinsip maserasi dengan pelarut aqua disyillated (Zakaria ZA.
Mat A.M, Mastura M, Mat S.H, Mohamed A.M, Moch Jamil N.S, Rofiee M.S and
Sulaiman M.R., 2007).
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
44
2. Morfologi Tumbuhan kersen (Muntingia calabura L.)
Tumbuhan kersen (Muntingia calabura L.) merupakan
tumbuhan perdu atau pohon kecil yang tingginya hanya sampai 12
meter, meski umumnya hanya sekitar 3-6 m saja. Selalu hijau dan
terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun, cabangcabang mendatar, menggantung di ujungnya membentuk naungan
yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan
rambut kelenjar, demikian pula daunnya, daun-daun terletak
mendatar, berseling, helaian daun tidak simetris, bundar telur
lanset, tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 x 4-14 cm sisi
bawah berambut kalabu rapat, bertingkai pendek. Daun penumpu
yang sebelah meruncing berbentuk benang lk 0,5 cm, agak lama
lalu mengering dan rontok. Bunga dalam berkas berisi 1-3 (-5)
kuntum, terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun.
Bertangkai panjang, berkelamin dua dan berbilangan lima, kelopak
berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut halus,
mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis gundul lk 1
cm. Benang sari berjumlah banyak, 10 sampai lebih dari 100 helai.
Bunga yang mekar menonjol keluar, ke atas helai daun. Umumnya
hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap berkasnya.
Bertangkai panjang, bulat hampir sempurna, diameter 1-1,5 cm,
hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa
tangkai putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
45
lima. Berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil halus, putih dan
kekuningan, terbenam dalam daging dan sari buah yang manis
sekali (Purwonegoro, 1997).
3. Kandungan
Tabel 2.3 : Kandungan Kersen (Muntingia Callabura L.)
Nama Zat
Kegunaan
Flavonoid
Bersifat antioksidan, menyekresi hormon insulin yang
bekerja untuk metabolisme gula.
Tannin
Sebagai anti hama untuk mencegah serangga dan fungi
pada tanaman.
Triterpene
meningkatkan fungsi mental lebih baik dan memberi
efek menenangkan, mempelancar peredaran darah
menuju otak.
Saponin
mengurangi populasi protozoa, meningkatkan populasi
bakteri pancerna serat kasar.
Polifenol
memiliki kemampuan melindungi tubuh dari efek
berbahaya radikal bebas.
Kalsium
Melancarkan peredaran darah, Melenturkan otot,
Menormalkan tekanan darah
Tiamin
Dapat mengendapkan protein sehingga digunakan
sebagai antiseptik.
Ribofalin
membantu mencegah berbagai kondisi penyakit umum
seperti sakit kepala migrain, katarak, jerawat, dermatitis,
rheumatoid arthritis, dan eksim.
Niasin
membantu fungsi sistem pencernaan manusia yang
normal, mempromosikan nafsu makan yang sehat,
berfungsi nya saraf, dan kulit bersinar.
Mineral
Memberikan ketahanan tubuh terhadap penyakit, dan
berinteraksi dengan vitamin untuk fungsi tubuh.
Vitamin A, B1, Bahan Penting untuk menjalankan fungsi tubuh secara
B2, B6, B12, C, E normal dan sehat
dan Asam Folat
Kromium
Memfungsikan hormon insulin lebih efisien dengan jalan
membantu ambilan glukosa dari aliran darah ke dalam
sel.
Sumber : Dwi & Istikhomah, (2010).
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
46
Dituliskan oleh Ujianto (2011), kandungan gizi buah kersen (Muntingia
calabura L.) tidak kalah dengan buah yang lain misalnya mangga. Kandungan
vitamin C buah mangga 30mg sedangkan pada buah kersen (Muntingia calabura
L.) 80,5 mg, selain kandungan kalium pada buah kersen (Muntingia calabura L.)
124,6 mg jauh lebih dari buah mangga yang hanya 15 mg. Di Indonesia secara
tradisional buah kersen (Muntingia calabura L.) digunakan untuk mengobati asam
urat dengan cara mengkonsumsi buah kersen (Muntingia calabura L.) sebanyak 9
butir 3 kali sehari dan terbukti dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan dari
penyakit asam urat (Ujianto, 2011).
Daun Kersen (Muntingia calabura L.) telah lama dimanfaatkan sebagai
tanaman obat tradisional yang digunakan sebagai obat sakit kepala dan anti
radang oleh masyarakat Peru (Wiwied, 2009).
Daun Kersen (Muntingia calabura L.) mengandung sekelompok senyawa
atau lignan antara lain flavonoid, tannin, triterpene, saponin, dan polifenol yang
menunjukan aktivitas antioksidan (Priharyanti dan Zakaria, 2007).
Flavonoid
merupakan
kandungan
khas
tumbuhan
hijau
dengan
mengecualikan alga dan hornwort. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua
bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kulit , tepung sari, nectar, bunga, buah
buni, dan biji. Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang
difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid. Sebagian besar tanin pun
berasal dari flavonoid. Jadi, flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau
sehingga pastilah ditemukan pula pada setiap ekstrak tumbuhan. (Markham,
1981).
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
47
Hasil penelitian terdahulu menemukan bahwa kulit batang tumbuhan
Kersen (Muntingia calabura L.) berkhasiat sebagai obat yaitu untuk peluruh
dahak, dan untuk menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih. Sementara
penggunaan tumbuhan Kersen (Muntingia calabura L.) secara tradisional
digunakan untuk penyembuhan asam urat, antiseptik, antiflamasi, dan antitumor,
dimana penggunaannya untuk obat-obatan dilakukan dengan meminum air
rebusan dari kulit batang dan daun tumbuhan Kersen (Muntingia calabura L.).
Sedikit berbeda penggunaannya untuk penyembuhan antiseptik dari tumbuhan
Kersen (Muntingia calabura L.), yaitu air rebusan daun dan batang tumbuhan
Kersen (Muntingia calabura L.) digunakan bukan dengan cara dikonsumsi,
melainkan dioleskan ke daerah luka yakni untuk membunuh bakteri C. Diptheriea,
S. Aureus, P Vulgaris, S Epidemidis dan K Rizhophil. (Verdayanti T.E., 2009).
Penelitian juga pernah dilakukan terhadap tumbuhan Kersen (Muntingia
calabura L.) yakni bagian daunnya, dimana daun kersen (Muntingia calabura L.)
mengandung kelompok senyawa antara lain flavonoid, tannin, triterpen, saponin
dan polifenol yang menunjukkan aktifitas antioksidatif. Antioksidan tersebut
diduga mampu melindungi sel hati dari kerusakan yang diakibatkan radikal bebas.
Pengambilan zat kimia daun kersen (Muntingia calabura L.) dilakukan dengan
ekstraksi prinsip maserasi dengan pelarut aqua distillated. Dalam penelitiannya
digunakan karbon tetraklorida (CCl4) sebagai induktor terjadinya hepatotoksik.
CCl4 merusak hampir semua sel tubuh termasuk sistem saraf pusat, hati, ginjal,
dan pembuluh darah. Adanya efek merusak CCl4 ini terhadap hati dapat dihambat
dengan pemberian ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.), yaitu antioksidan
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
48
yang terdiri dari flavonoid, triterpene, saponin dan polifenol menyebabkan
peroksida lipid yang ditimbulkan oleh radikal bebas CCl4 berkurang, sehingga
fungsi membran sel tetap terjaga. (Haki, 2009)
Secara kualitatif diketahui bahwa senyawa yang dominan dalam daun
Kersen (Muntingia Callabura L.) adalah flavonoid, flavonoid sendiri dalam tubuh
manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan
kanker dan anti diabetes. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi
struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah keropos
tulang, antibiotic dan sebagai antidiabetes (Zakaria et al. 2007).
Beberapa ilmuwan yang meneliti daun kersen (Muntingia calabura L.)
mengetahui daun kersen (Muntingia calabura L.) mengandung senyawa kimia
golongan saponin dan flavonoid. "Senyawa golongan flavonoid dapat bekerja
sebagai antioksidan, sehingga bisa menyekresi hormon insulin yang diperlukan
untuk metabolisme gula. Daun kersen (Muntingia calabura L.) juga berkhasiat
melindungi fungsi otot jantung. Sebuah penelitian membuktikan kerja aktif
kandungan daun kersen (Muntingia calabura L.) dalam melindungi fungsi otot
jantung. Minum rebusan daun kersen (Muntingia calabura L.) baik untuk
melindungi fungsi jantung dan kemungkinan kerusakan akibat racun yang masuk
ke dalam tubuh (Suhardjono, 2013).
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
49
Menurut Suhardjono (2013) Khasiat Kersen (Muntingia calabura L.)
selain sebagai obat diabetes juga sebagai, antara lain :
(1) Hipertensi
Jemur daun kersen (Muntingia calabura L.) sampai kering, seperti kita
membuat teh. Setelah daun kering seduh secukupnya dengan air putih
panas untuk satu gelas kecil. Tunggu beberapa saat hingga air putih
berubah seperti air teh. Minum satu kali sehari.
(2) Asam Urat
Makan buah sembilan butir buah kersen tiga kali sehari. Itu terbukti
dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan oleh penyakit asam
urat.
(3) Kolesterol
Rebus 1-2 genggam daun Kersen (Muntingia Callabura L.) segar
dengan tiga gelas air. Sisakan air rebusan hingga tinggal satu gelas dan
minum ramuan itu secara teratur tiga kali sehari.
(4) Komposisi Rebusan Daun Kersen (Muntingia calabura L.) sebagai
Antidiabetes
Gunakan 100 gram (10 lembar) daun kersen (Muntingia calabura L.)
yang telah dicuci bersih dan rebus dengan menggunakan panci ukur
dengan rebusan 200cc air hingga mendidih dan tersisa separuhnya.
Hasil rebusan itu diminum satu kali sehari dengan takaran sebanyak 1
gelas, lalu diminum baik dalam kondisi dingin ataupun hangat. Jika
menggunakan ekstrak daun kering, 2-5 gram seduh dalam 200 ml air.
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
50
Keterkaitan antara Rebusan Daun kersen (Muntingia calabura L.) dengan
Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II yaitu terletak pada penatalaksanaan, karena penatalaksanaan Diabetes Mellitus
terdiri dari empat komponen, yaitu pendidikan kesehatan, diet, latihan dan therapy
non farmakologi, pendidikan kesehatan sangat penting dalam penatalaksanaan
Diabetes Mellitus karena penyuluhan tentang teraphy non farmakologis efeknya
dapat menurunkan kadar gula darah, juga dapat memanfaatkan tumbuhan herbal
tanpa campur tangan obat-obatan kimia (Sudjono,2003).
Pendidikan kesehatan tentang therapy non farmakologis yaitu pemanfaatan
daun kersen (Muntingia calabura L.). Daun Kersen (Muntingia calabura L.)
merupakan salah satu tanaman yang diduga memiliki substansi aktif sebagai
antidiabetes yaitu flavonoid, tannin, triterpene, saponin, dan polifenol.
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
51
II.
Kerangka Teori
Kerangka Teori adalah kesimpulan dan tinjauan pustaka yang
berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan
dengan penelitian yang akan dilakukan (Syarifudin, 2010).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Diabetes
Diabetes
mellitus tipe II:
Mellitus tipe II
1. Usia
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
4. Kelompok etnik
5. Aktivitas fisik
kurang
6. Penyakit lain
Terapi penurunan kadar gula
darah :
1. Diet
2. Alternatife/herbal dengan
rebusan daun kersen
(Muntingia calabura L.)
3. Therapy
4. Obat-obatan
5. Suplemen
Gambar 2.2 Kerangka Teory Penelitian
Sumber : Guyton & Hall (2002), Ehsa (2010) dan Susatyo J.P. (2010).
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
52
III.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran yang dirumuskan
dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka (Syarifudin, 2010).
Kerangka konseptual penelitian ini adalah :
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Pemberian rebusan daun kersen
Kadar Gula Darah Pasien
(Muntingia calabura L.)
Diabetes Mellitus tipe II
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
IV.
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian
rebusan daun Kersen (Muntingia calabura L.) terhadap penurunan kadar
gula pada pasien Diabetes Mellitus tipe II.
Pengaruh Pemberian Rabusan..., Nindy Nuraeni, S1 Keperawatan UMP, 2015
Download