EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL KOOPERATIF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) KELAS VII SMP ISLAM KOTA PEKALONGAN TAHUN 2009/2010 MATERI SEGIEMPAT The Effectiveness Of Mathematics Learning Using The Teams Games Tournament (Tgt) Cooperative Model Of The Seventh Grade Students Of Smp Islam Kota Pekalongan In The Academic Year Of 2009/2010 In Quadrilateral Course Muchamad Subali Noto (Prodi Matematika FKIP Universitas Pekalongan) Abstract This is an experimental research, and the research question is that will the Teams Games Tournament (TGT) Cooperative Model in learning quadrilateral at SMP Islam Pekalongan be effective?, Field study is chosen to find out the populations of SMP Islam Pekalongan that consists of 8 classes, using the random technique sampling and determined that class VII(8) as the control class and class VII(3) as the experiment class. The variables; students’ activeness is as the independent variable and process skill is as the dependent variable. The data is derived from the learning test achievement and experiment sheets. The research method is descriptive, the analysis of the t test sample and regression. The hypothesis tests using simultaneous study too find out the students’ achievement in classical or individual, and the influence of students’ activeness and the skill process to the learning achievement. The results of the research are that the learning is considered to be effective, signed by 3 indicators, they are; (1) the students’ achievement is up to the classical criteria that is 69,33 more than KKM 65, and the individual achievement is 75%, (2) the students’ activeness and skill process have positive influences to the students’ achievement, the activeness has an influence to the learning achievement to 80,30%, the influence of the skill process is 69,00%, and both of them are 81,50%, (3) the experiment class’s achievement is 69,33 better than the control class in average 61,60%. Key words: Learning effectiveness, TGT, Quadrilateral yang PENDAHULUAN Belajar merupakan kegiatan dimilikinya untuk dapat mengetahui kemampuannya. yang tidak terpisahkan dari manusia agar dapat memenuhi kebutuhan dan Belajar selalu melibatkan perubahan dalam dirinya. Dengan adanya perubahan di dalam diri belajar dapat orang yang belajar (Dimyati dan potensi-potensi Mujiono 1989: 121). Perubahan itu manusia mengembangkan 167 bisa terjadi dengan sengaja bisa juga modalitas kinestetik merujuk gerakan tidak sengaja, bisa lebih baik juga besar dan kecil (Istiadi 2006: 6). bisa lebih buruk. Belajar Hasil belajar dipengaruhi oleh mengandung dua berbagai faktor, baik faktor dari pokok pengertian yaitu proses dan dalam (internal) maupun faktor dari hasil belajar. Proses belajar di sini luar dimaknai sebagai suatu kegiatan dan antara usaha untuk mencapai perubahan (kesehatan dan cacat tubuh) dan tingkah psikologis laku, sedang perubahan (eksternal). lain Faktor faktor (misalnya internal fisiologis kecerdasan, tingkah laku tersebut merupakan motivasi, prestasi, dan kemampuan hasil belajar. Hasil belajar harus kognitif), sedangkan faktor eksternal dapat antara lain faktor lingkungan dan diukur diamati (measurable) (achievable) menggunakan dan dengan instrumenal (misalnya guru, indikator-indikator kurikulum, termasuk di dalamnya tertentu. Hasil belajar pada umumnya perangkat pembelajaran, dan media ditunjukkan dengan prestasi belajar, pembelajaran). Apabila faktor-faktor artinya bahwa keberhasilan siswa tersebut tidak terpenuhi maka proses mencapai prestasi yang baik pada pembelajaran menjadi tidak efektif, pembelajaran matematika merupakan akibatnya hasil belajar siswa menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan rendah (Slameto 2003: 54). proses belajar mengajar matematika pula. Pembelajaran adalah Salah satu efektif pembelajaran yang yang menekankan pada bagaimana agar mempengaruhi cara belajar siswa peserta didik mampu belajar cara adalah persepsi, yaitu bagaimana belajar (learning how to learn), siswa Melalui memperoleh faktor yang makna dari kreatifitas lingkungan. Persepsi diawali lima pembelajaran indera yaitu: mendengar, melihat, sebuah mengecap, menyenangkan Modalitas mencium,dan visual merasa. menyangkut Untuk di guru, kelas menjadi aktivitas/keaktifan (joyfull mendapatkan yang learning). hasil yang penglihatan dan bayangan mental, optimal, persiapan merupakan hal modalitas pendengaran merujuk pada yang pendengaran dan pembicaraan, dan bagaimana paling penting, persiapan materi dikemas, 168 bagaimana setting pembelajaran dan seorang alat peraga apa yang diperlukan mengajarkan (Marpaung 2006: 6). mengimplementasikan teori tersebut Proses pembelajaran yang desainer kepada yang dapat teori peserta dan didik dalam efektif merupakan harapan semua pembelajaran untuk mencapai tujuan pihak terkait dengan pendidikan. pembelajaran (Joyce 2000: 34). Untuk mencapai hal tersebut, Salah satu bentuk diperlukan adanya partisipasi aktif pembelajaran yang digunakan untuk dari pendidik, peserta didik dan membangun keterlibatan mental dan suasana fisik kelas yang mendukung dalam belajar matematika (kondusif). Proses pembelajaran pun adalah harus berorientasi pada peserta didik. pembelajaran yang didasarkan pada Dengan kegiatan aplikasi dunia nyata. Kurangnya benar-benar pemahaman konsep yang dimiliki demikian, pembelajaran harus mengembangkan direncanakan untuk meningkatkan peserta pemahaman peserta didik yang pada distorsi informasi yang diterima dari akhirnya pendidik berdampak pada hasil didik disebabkan atau oleh karena belajar yang baik. Dalam hal ini ketidakmampuan Jacobsen, menangkap atribut, struktur, dan (1989: Eggen, 9) dan Kauchak menyatakan sebelum bahwa memulai pembelajaran, seorang keabstrakan peserta didik dari suatu konsep Hasil dari proses kegiatan tersebut. pendidik pemahaman konsep, peserta didik haruslah bertanya pada dirinya “what dapat do I want the students to know, panjang understand, appreciate, and able to melalui keterlibatan yang aktif dalam do?”. Untuk dapat menjawab semua mengaitkan pertanyaan tersebut maka seorang diterima dengan pengetahuan yang pendidik harus mampu memilih dan dimiliki untuk membina pengetahuan menggunakan yang baru. model, strategi, pendekatan, teknik, dan sarana pembelajaran yang tepat untuk mencapai Pendidik tujuan harus pembelajaran. dapat menjadi membina ingatan jangka tentang sesuatu konsep pengetahuan Secara empiris, hasil analisis yang berdasarkan penelitian tentang rendahnya hasil belajar peserta didik, antara lain disebabkan proses 169 pembelajaran yang didominasi oleh penguasaan materi geometri oleh pembelajaran konvensional (Trianto siswa adalah karena sukar mengenali 2007: dan 1). tersebut Model pembelajaran menempatkan pendidik memahami geometri, juga bangun-bangun metode yang sebagai sumber informasi utama digunakan guru kurang melibatkan yang berperan dominan dalam proses aktivitas/keaktifan siswa. pembelajaran. Dalam pembelajaran Beberapa konvensional pendidik bertindak tentang hasil penelitian pembelajaran geometri sebagai pentransfer ilmu kepada menunjukkan masih banyak siswa peserta SMP didiknya, dianggap peserta sebagai didik penerima yang belum memahami konsep-konsep geometri. Gambaran pengetahuan yang pasif (Suparman kemampuan 1997: 198). Di awal pembelajaran, segiempat peserta didik tidak diberi kesempatan berdampak pada hasil belajar yang untuk berinteraksi dan berapresiasi belum memuaskan. Kondisi tersebut dengan ada terjadi di SMP Islam Pekalongan. disekitarnya dapat berfungsi sebagai Melalui pembelajaran dengan model sumber belajar, sehingga peserta konvensional, didik tidak mampu merelevansikan mampu meningkatkan hasil belajar pengetahuan siswa. Hal tersebut bisa dilihat dari benda-benda yang yang diterimanya dengan kehidupan sehari-hari. matematika, yang masih ternyata rendah belum materi segiempat hanya mencapai 60 sudah dengan ketuntasan klasikal sebesar mempunyai 65%. Pembelajaran yang selama ini diajarkan sejak SD, posisi strategis yang yang materi rata-rata hasil belajar siswa untuk Geometri sebagai salah satu cabang penguasaan untuk dilaksanakan juga belum mampu menumbuhkembangkan kemampuan menumbuhkan keaktifan nalar siswa dan dapat dipandang keterampilan proses yang sebagai latihan untuk menata nalar memuaskan. Kenyataan tersebut atau memerlukan perhatian dan kreatifitas wawasan keruangan Namun keadaan menunjukkan di lapangan guru untuk mencoba model penguasan pembelajaran yang menjadikan siswa materi geometri oleh siswa masih lebih aktif, kreatif dan efektif serta lemah. mampu meningkatkan pemahaman Salah bahwa siswa. dan satu kelemahan 170 konsep siswa terhadap materi segiempat. dan sederhana untuk diterapkan di kelas. Pembelajaran Agar segi mudah proses empat pembelajaran menjadi bermakna, kooperatif Teams Tournament (TGT) Games sesuai bila kontekstual dan tidak membosankan diterapkan dalam diperlukan model pembelajaran yang matematika pada berorientasi pada peserta didik, yang segiempat karena pada materi pokok melibatkan aktif, ini banyak menuntut siswa untuk sehingga mereka dapat menggunakan dapat memahami sifat-sifat serta pengetahuan yang telah dimilikinya menghitung untuk mengkonstruk pengetahuan segiempat. Sedangkan siswa banyak yang baru, mengalami mereka secara pendekatan yang pembelajaran materi luas dan kesulitan pokok keliling dalam demikian akan menuntun peserta mempelajari materi tersebut dan didik dalam mengkonstruk kebanyakan siswa kurang aktif untuk pengetahuannya, sehingga bertanya kepada guru mereka tentang pembelajaran menarik minat peserta kesulitan yang didik dan menyenangkan. Sehingga dengan Penggunaan mereka alami. diterapkannya model model pembelajaran kooperatif TGT pembelajaran kooperatif merupakan diharapkan siswa dapat aktif dalam salah satu alternatif untuk dapat memahami materi yang disampaikan meningkatkan dan dengan aktif berdiskusi dan saling model bertukar pengetahuan dengan teman aktifitas pemahaman siswa. Pada pembelajaran kooperatif diperlukan sekelompok. keterampilan dan kerjasama siswa Efektif artinya dan kelompoknya, melatih siswa membawa dalam Keefektifan berarti berpikir kritis sehingga hasil, berhasil dapat guna. keberhasilan kemampuan siswa dalam memahami usaha materi pelajaran yang disampaikan 130). Pembelajaran dikatakan efektif, dapat meningkat. jika tujuan yang diharapkan minimal tindakan (Jamarah, 2000: Pembelajaran TGT merupakan mencapai kategori efektif. Indikator pembelajaran kooperatif yang cukup yang digunakan untuk menentukan 171 keefektifan model pembelajaran Sehubungan dengan hal adalah: (1) mencapai ketuntasan tersebut, dalam penelitian ini penulis prestasi belajar individu dan klasikal, maknai sebagai perlunya mengetahui (2) ada pengaruh positif variabel efektifitas independent kooperatif TGT materi segiempat dependent terhadap (Clark, variabel Guskey dan model pembelajaran kelas VII. Benninga 1983: 213), (3) variabel dependent kelas eksperimen lebih METODE PENELITIAN baik daripada variabel dependent Populasi yang digunakan kelas kontrol (Patriciah dan Johnson dalam penelitian ini adalah siswa 2008: 293). Dalam penelitian ini kelas VII SMP Islam Pekalongan. pembelajaran dikatakan efektif jika : Sampel dalam penelitian ini adalah (1) rata-rata prestasi belajar siswa siswa kelas VII.3 SMP Islam pada materi segiempat mencapai Pekalongan kriteria ketuntasan minimal (KKM) eksperimen dan kelas VII.8 sebagai yaitu kelas kontrol. Pemilihan sampel 65, mencapai kriteria ketuntasan kelas yaitu 75% siswa sebagai kelas dilakukan dengan teknik random tuntas belajar individu (BSNP 2006: sampling, 12); (2) ada pengaruh positif populasi bersifat homogen. Asumsi keaktifan terhadap prestasi belajar ini didasarkan pada ciri-ciri relatif siswa, keterampilan proses terhadap karena diasumsikan sama yang dimiliki populasi, antara prestasi belajar siswa, dan keduanya lain : secara bersama-sama terhadap berdasarkan kurikulum yang sama, prestasi belajar siswa, pengukuran (2) Siswa yang menjadi obyek keaktifan siswa dan keterampilan (1) Siswa mendapat materi penelitian duduk pada kelas paralel proses diukur berdasarkan pada hasil yang sama, (3) Siswa mendapat pengamatan terhadap siswa dalam waktu pelajaran yang sama. proses pembelajaran; (3) rata-rata prestasi belajar kelas Variabel penelitian bebas ini dalam adalah eksperimenlebih baik dari pada kelas aktivitas/keaktifan kontrol. kelas VII.3 SMP Islam Pekalongan belajar siswa 172 (X1) dan keterampilan proses siswa Untuk mengetahui seberapa kelas VII.3 SMP Islam Pekalongan besar (X2). Sedangkan variabel terikat keterampilan proses terhadap prestasi adalah prestasi belajar siswa kelas belajar siswa, maka dilakukan uji VII.3 SMP Islam Pekalongan pada statistik regresi linear. Berdasarkan materi segiempat (Y). Metode yang pengaruh keaktifan dan hasil pengamatan keaktifan peserta digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengamatan/ observasi dan metode didik dan nilai tes prestasi belajar untuk kelas eksperimen, dilakukan uji test pengaruh keaktifan terhadap prestasi belajar siswa menggunakan bantuan HASIL DAN PEMBAHASAN 5% Berdasarkan nilai tes prestasi belajar dilakukan uji beda rerata satu sampel. Kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan adalah 65. Diperoleh nilai t = 3.558 dan sig = 0,001 kurang dari 5 %, artinya ratarata hasil ketuntasan minimal belajar yang diperoleh siswa tidak sama dengan 65. Karena rerata tes prestasi siswa adalah 69,33 kelas eksperimen melebihi 65, dan ketuntasan individual mencapai lebih dari 75%, maka hasil belajar pada materi segiempat dari siswa yang memperoleh matematika pembelajaran model TGT 17. Hasil menunjukkan pada nilai sig 0,000 < Hasil Penelitian belajar SPSS dapat mencapai kriteria ketuntasan belajar sehingga H0 ditolak maka persamaan regresi linear, artinya keaktifan terhadap Diperoleh siswa prestasi berpengaruh belajar bentuk regresinya siswa. persamaan adalah Yˆ 41,449 1,759 X 1 . Berdasarkan hasil pengamatan keterampilan siswa dan nilai tes prestasi belajar untuk kelas eksperimen, dilakukan uji pengaruh ketrampilan terhadap prestasi belajar siswa menggunakan bantuan SPSS 17. Hasil menunjukkan pada nilai sig 0,000 < 5% sehingga H0 ditolak maka, ini berarti persamaan regresi linear. Diperoleh bentuk persamaan minimal. 173 regresinya adalah Y 77,304 2,352 X 2 . maka 1 2 ini berarti terdapat perbedaan rata-rata nilai prestasi hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan dengan kelas kontrol. Rata-rata nilai ketrampilan siswa dan nilai tes prestasi belajar kelas eksperimen prestasi yaitu 69,33 lebih besar dari rata-rata Berdasarkan pengamatan keaktifan belajar untuk kelas eksperimen, dilakukan uji pengaruh keaktifan dan ketrampilan siswa terhadap prestasi belajar siswa menggunakan bantuan SPSS 17. Hasil menunjukkan pada nilai sig 0,000 < 5% sehingga H0 ditolak maka, ini berarti persamaan regresi linear. Diperoleh bentuk persamaan regresinya adalah Y 55,180 0,604 X 1 1,396 X 2 . nilai prestasi belajar kelas control yaitu 61,60. Ini berarti rata-rata nilai prestasi belajar kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Dari ketiga kriteria model pembelajaran efektif terpenuhi, sehingga dapat bahwa model disimpulkan pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran yang efektif. Pembahasan Untuk melihat pengaruh atau kontribusi keaktifan (X1) dan keterampilan proses (X2) terhadap prestasi belajar (Y) dapat dilihat nilai R square sebesar 0,815 = 81,5 %. Hal ini berarti 81,5 % keaktifan dan keterampilan proses peserta didik bersama-sama berpengaruh terhadap tes prestasi belajar siswa. Uji banding dilakukan untuk membandingkan rata-rata prestasi semuanya Data digunakan hasil untuk penelitian mengetahui efektifitas model pembelajaran tipe TGT. Tingkat efektifitas diukur melalui tiga uji statistika, yaitu (1) Uji ketuntasan prestasi belajar, (2) Uji pengaruh, dan (3) Uji perbedaan (uji banding). Hasil ketiga uji tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: belajar dari kelas eksperimendan kelas kontrol. Dilihat dari t-test for Equality of Means diperoleh sig = 0,000 < 5% sehingga Ho ditolak, Uji Ketuntasan Prestasi Belajar Menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT di 174 kelas membantu guru untuk menyenangkan. meningkatkan keterlibatan di antara Ketercapaian siswa (Hurt 2008: 1). Siswa belajar individual dalam karena kelompok kecil yang ketuntasan tersebut disebabkan pembelajaran dengan kemampuannya heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT menyelesaikan telah tugas kelompok, berhasil meningkatkan setiap anggota saling bekerjasama kemampuan individual siswa melalui membantu dalam memahami suatu peningkatan bahan ajar. Selama kerja kelompok, keterampilan siswa. tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan ketuntasan. dan Uji pengaruh (1) Uji Pengaruh Keaktifan Siswa saling membantu teman sekelompok mencapai aktivitas terhadap Prestasi Belajar Telah Hasil perhitungan yang dinyatakan dalam uji ketuntasan dilakukan diperoleh R square sebesar klasikal kelas eksperimen mencapai 80,30% dan persamaan estimasi tuntas. Hal ini menunjukkan secara nyata keberhasilan pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif model TGT. Keberhasilan ini disebabkan karena Variabel X1 menyatakan keaktifan belajar dan variabel Y menyatakan prestasi belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model TGT berhasil meningkatkan kemampuan dan kecakapan yang dimiliki siswa kearah positif terutama kemampuan membantu teman dan memperhatikan kesulitan orang lain. Model ini juga memberi kesempatan lebih luas berdiskusi pada siswa memecahkan Yˆ 41,449 1,759 X 1 . regresi proses untuk masalah sampai dengan ditemukan solusinya serta pembelajaran yang berlangsung nilai prestasi belajar dipengaruhi oleh keaktifan belajar sebesar 80,30% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti minat yang mempengaruhi belajar, kebiasaan belajar, keadaan sosial, iklim sosial dalam kelas, karakteristik belajar, tingkat intelegensi, persepsi siswa terhadap guru dan lain sebagainya. Persamaan regresi yang diperoleh 175 Y juga menunjukkan bahwa rata-rata variabel skor belajar siswa. prestasi belajar meningkat sebesar 1.413 untuk peningkatan satu skor keaktifan belajar. menyatakan Dalam prestasi penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar Hasil di atas sejalan dengan dipengaruhi oleh ketrampilan proses penelitian pendapat Dick dan Carey sebesar (dalam yang dipengaruhi oleh faktor lain yang proses mempengaruhi prestasi belajar siswa Uno, 2009: menyatakan 6) bahwa 69,00% dan sisanya pembelajaran akan lebih berhasil seperti apabila siswa secara aktif melakukan belajar, keadaan sosial, iklim sosial latihan secara langsung dan relevan dalam kelas, karakteristik belajar, dengan tujuan pembelajaran. Jadi tingkat intelegensi, persepsi siswa upaya meningkatkan aktivitas siswa terhadap guru dan lain sebagainya. dalam proses pembelajaran harus selalu dilakukan agar keinginan minat belajar, kebiasaan Hasil menunjukkan bahwa keterampilan proses berpengaruh untuk meningkatkan prestasi belajar terhadap prestasi belajar. Persamaan siswa regresi dapat penggunaan terwujud yang diperoleh juga pembelajaran menunjukkan bahwa rata-rata skor TGT dapat menjadi alternatif penting prestasi belajar meningkat sebesar untuk meningkatkan aktivitas belajar 2,352 untuk peningkatan satu skor siswa. keterampilan proses. (2) Uji model dan Pengaruh Ketrampilan Proses terhadap Prestasi Belajar Berdasarkan perhitungan yang hasil (3) Uji Pengaruh Keaktifan Belajar dan Keterampilan Belajar terhadap Prestasi Belajar dilakukan, Berdasarkan hasil diperoleh bahwa r square sebesar perhitungan 69,00% dan persamaan estimasi square sebesar 81,50% persamaan regresi yang diperoleh persamaan regresi estimasi Y 55,180 0,604 X 1 1,396 X 2 . regresi yaitu diperoleh yang bahwa diperoleh R adalah Y 77,304 2,352 X 2 . Variabel X2 Variabel X1 menyatakan keaktifan menyatakan ketrampilan proses dan belajar, variabel X2 menyatakan 176 ketrampilan proses, dan variabel Y diperoleh juga menunjukkan bahwa menyatakan prestasi belajar siswa. rata-rata Hal ini menunjukkan bahwa skor meningkat prestasi sebesar 0,604 peningkatan keaktifan dan ketrampilan proses belajar dan diperkirakan meningkat siswa sebesar 81,50% saja, berarti sebesar 1,396 untuk peningkatan satu ada skor ketrampilan proses. lain mempengaruhinya. yang Jadi selain skor untuk prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor satu belajar keaktifan Uji Perbedaan/ Uji Banding keaktifan belajar dan ketrampilan Dalam hal ini kelas eksperimen belajar masih ada hal-hal lain yang mempunyai nilai rata-rata prestasi mempengaruhi prestasi belajar siswa belajar lebih tinggi yaitu 69,33 diantaranya minat belajar, kebiasaan dibandingkan nilai rata-rata prestasi belajar, keadaan sosial, iklim sosial belajar kelas kontrol yaitu sebesar dalam kelas, karakteristik belajar, 61,60. tingkat intelegensi, persepsi siswa perbedaan yang signifikan antara terhadap guru dan lain sebagainya. pembelajaran dengan menggunakan Berdasarkan analisis Berarti dapat dilihat uji pembelajaran kooperatif tipe TGT pengaruh, telah dapat dibuktikan dengan pembelajaran konvensional, bahwa keterampilan dan keaktifan dari nilai rata-ratanya menunjukkan berpengaruh secara linear terhadap bahwa pembelajaran kooperatif tipe prestasi belajar siswa. Simpulan ini TGT lebih baik dari pembelajaran sejalan dengan pendapat Hamalik konvensional. (2008: 150), yang menyatakan pembelajaran bahwa keterampilan merupakan pengejawantahan aktivitas kreatifitas dalam siswa dan Ini menunjukkan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang lebih menekankan pada proses aktivitas dan pembelajaran sosial pembelajaran yang mengarah pada terbukti lebih baik dari pembelajaran pengembangan kemampuan fisik dan individual dengan metode ceramah mental sebagai pendorong untuk yang selama ini dilakukan. Hal ini mengembangkan kemampuan yang sejalan lebih tinggi. Persamaan regresi yang (1977: 1) yang menyatakan bahwa dengan pendapat Banks 177 pembelajaran sosial tidak membantu siswa hanya pembelajaran kooperatif model TGT menyelesaikan secara nyata dapat meningkatkan masalah pribadinya, namun juga prestasi masalah-masalah pengaruh melalui sosial mereka tindakan-tindakan sosial yang rasional. belajar yang siswa tinggi. dengan Besarnya pengaruh keaktifan dan keterampilan secara bersama-sama terhadap prestasi sebesar 81,50%. Prestasi belajar siswa akibat pelaksanaan SIMPULAN Hasil pembelajaran pembelajaran indikator pelaksanaan TGT model menunjukkan efektif sebagai pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model TGT lebih tinggi dengan dibandingkan prestasi belajar siswa berikut: yang diajar dengan pembelajaran pembelajaran kooperatif model TGT konvensional. berhasil menuntaskan prestasi belajar siswa baik secara individual maupun DAFTAR PUSTAKA secara klasikal pada batas KKM = 65 Banks, dan batas ketuntasan individu sebesar 75%, Keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model TGT secara nyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Besarnya pengaruh keaktifan terhadap prestasi sebesar 80,30%. Keterampilan siswa dalam pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model TGT secara nyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Besarnya keterampilan terhadap pengaruh prestasi J.A. 1977. Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry and DeisionMaking2th. Philiphina: Addition-Wesley Publishing Company. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Satuan Nasional Pendidikan. Clark, C., Guskey, T., & Benninga, J. 1983. The effectiveness of Mastery Learning Strategies in Undergraduate Education Courses. Journal of Educational Research, Vol. 76(4), 210-214. 69,00%. Keaktifan dan keterampilan siswa dalam pembelajaran dengan 178 Dimyati dan Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rhineka Cipta. Hamalik, O. 2008a. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hamalik, O. 2008b. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hamalik, O. 2008c. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Hurt, F. 2008. “Improving Student Engagement and Achievement through the Use of Teams-GamesTournament,” Leadership for Learning Journal. Vol. 7(2), 1–4. Istiadi, I. 2006. Mendidik dengan Cinta. Bekasi: Pustaka Inti. Jacobsen, D., Eggen, P., dan Kauchak, D. 1989. Methods For Teaching A Skill Approach. Third Edition. Melbourne. London: Merril Publishing Company. Jamarah, B., Syaiful dan Aswan. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Joyce, B. and Weil, M. 2000. Models of Teaching. Massachussetts: Allyn and Bacon Publishing Company. Pendidikan, Karangmalang, 1 2006. Yogyakarta. UNY, Oktober Patriciah, W.W and Johnson, M.C. 2008. Effects of Mastery Learning Approach on Secondary School Students’ Physics Achievement. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 4(3), 293-302. Slameto. 2003. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Soedjoko, E. 2001. Pembelajaran Geometri di SLTP Berbasia Konstruktivis Realistik. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional ”Matematika, Pemodelan, dan Pembelajarannya” di FMIPA UNNES pada tanggal 27 Agustus 2001. Suparman. 1997. Desain Instruksional. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. Uno, H.B. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara. Marpaung, Y. 2006. Metode Pembelajaran Matematika untuk Anak SD/MIN. Makalah disampaikan pada Sarasehan Pengembangan Pembelajaran di SD dan TK Fakultas Ilmu 179