BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kajian Pustaka Perbandingan penelitian sejenis terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti dapat dirangkum dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Sejenis Judul Penelitian PERENCANAAN PROYEK PERANCANGAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN (STUDI KASUS: SMK YADIKA CICALENGKA) ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN PADA SMK NEGERI 1 GIRISUBO GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH BERBASIS WEB DI SMK NEGERI 3 AMBON Peneliti Fajar Rizki Swijaya Wuri Dariyati Rendy Usmany Lembaga dan Tahun Universitas Widyatama Bandung Tahun 2013 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM Yogyakarta Tahun 2011 Politeknik TEDC Bandung Tahun 2005 Masalah Penelitian Diotonomikan nya sekolah pada tahun 2013. Pengelolaan keuangan sekolah masih menggunakan sistem pelaporan yang tidak terintegrasi, pencatatan secara manual, pengolahan data masih kurang efektif dan sering terjadi kesalahan. Bagian keuangan belum terkomputerisasi karena masih menggunakan software umum yaitu Microsoft Excel dan juga pencatatan secara manual, yang mana dengan menggunakan Microsoft Excel pengolahan datanya masih kurang efektif Informasi sekolah yang dibutuhkan orang tua siswa dan masyarakat umum yang convensional dilakukan dengan cara mendatangi langsung ke sekolah, kemudian menanyakan informasi yang dibutuhkan kepada pihak sekolah, atau menanyakan informasi kepada siswa yang bersekolah pada sekolah yang dimaksud. Tujuan Penelitian Merancang Project Plan untuk pihak SMK dan Menghasilkan prototype software sistem informasi keuangan. Merancang sistem informasi keuangan baru yang lebih efektif. Membuat suatu sistem informasi sekolah yang berbasis web secara sistematis, terstruktur, terarah dan lengkap. Teori Core processes tahapan perancangan manajemen proyek dengan metode analisis 5W1H, flow diagram, Data Context Diagram, Data Flow Diagram dan Work Breakdwon Structure. Merancang sistem informasi dengan analisis PIECES, metode Diagram konteks dan Data Flow Diagram. Merancang sistem informasi dengan metode Logical View, Interaction Diagram. Metode penelitian Penelitian ini Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan survey dan wawancara. Penelitian ini Menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Hasil Penelitian Project plan sistem informasi keuangan SMK YADIKA.Prototype software sistem informasi. Sistem informasi keuangan yang baru di sekolah SMK Negeri 1 Girisubo dengan hasil lebih menghemat waktu dalam proses pengolahan data, lebih akurat, Selain memiliki kelebihan, sistem baru juga memiliki kelemahan yaitu pembuatan anggaran tidak dilakukan pada awal semester, melainkan anggaran dapat dibuat sewaktu-waktu.relevan, dan tepat waktu dalam penyampaian laporan. Sistem informasi keuangan yang baru memberikan informasi umum nilai siswa, data siswa, dan data orang tua. informasi umum tentang sekolah dan perkembanganperkembangan sekolah juga menyediakan fasilitas pencarian data siswa, untuk melihat data siswa. 4 2.2 Pendidikan Pengertian pendidikan menurut para ahli meliputi definisi, tujuan, unsur, jalur, dan faktor. Faktor pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003) Definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata prilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. (UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1). 2.2.1 Unsur-unsur Pendidikan Unsur-unsur pendidikan di Indonesia terdiri dari: 1. Input Sasaran pendidikan, yaitu : individu, kelompok, masyarakat. 2. Pendidik Yaitu pelaku pendidikan. 3. Proses Yaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain. 4. Output Yaitu melakukan apa yang diharapkan/perilaku (Notoatmodjo, 2003). Teknik Industri Widyatama 5 2.2.2 Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan meliputi: 1. Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep. 2. Mengubah sikap dan persepsi. 3. Menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru (Notoatmodjo, 2003). 2.2.3 Jalur Pendidikan Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi: 1. Jalur Formal a) Pendidikan Dasar Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. b) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah jurusan, seperti: SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat. c) Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, Institut dan Universitas. 2. Jalur Nonformal 3. Jalur Informal 2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hasbullah (2001) adalah sebagai berikut: 1. Ideologi Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan pendidikan. Teknik Industri Widyatama 6 2. Sosial Ekonomi Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 3. Sosial Budaya Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya. 4. Perkembangan IPTEK Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju. 5. Psikologi Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih bernilai. 2.3 Administrasi Keuangan Sekolah Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi manajamen sekolah yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan pertanggung jawaban (Lipham, 1985; Keith, 1991). Menurut Depdiknas (2000) bahwa manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. Manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung jawaban keuangan sekolah. Pembiayaan pendidikan hendaknya dilakukan secara efisien. Makin efisien suatu sistem pendidikan, semakin kecil dana yang diperlukan untuk pencapaian tujuan-tujuan pendidikan, bila sistem keuangan sekolah dikelola Teknik Industri Widyatama 7 secara baik akan meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Artinya, dengan anggaran yang tersedia, dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan secara produktif, efektif, efisien, dan relevan antara kebutuhan di bidang pendidikan dengan pembangunan masyarakat dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Tujuan manajemen keuangan adalah: 1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah. 2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah. 3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah. Dibutuhkannya kreativitas Kepala Sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.3.1 Pengelolaan Administrasi Keuangan Sekolah Pengelolaan keuangan sekolah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan sekolah (Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). 1. Perencanaan administrasi keuangan sekolah Perencanaan atau planning sebagaimana dikatakan oleh Luther M.Gulick: “Planning that is working out broad outline the things that need to be done and the methods for doing them to acomplish the purpose set for enterprise”. Perencanaan adalah aktivitas atau kegiatan menyusun garis-garis besar yang luas tentang hal-hal yang akan dikerjakan dan cara-cara mengerjakannya untuk mecapai tujuan tertentu. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Teknik Industri Widyatama 8 Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam menyusun rencana keuangan sekolah sebagai berikut. a) Perencanaan harus realistis. Perencanaan harus mampu menilai bahwa alternatif yang dipilih sesuai dengan kemampuan sarana/fasilitas, daya/tenaga, dana, maupu waktu. b) Perlunya koordinasi dalam perencanaan. Perencanaan harus mampu memperhatikan cakupan dan sarana/volume kegiatan sekolah yang kompleks. c) Perencanaan harus berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan intuisi. Pengalaman, pengetahuan, dan intuisi, mampu menganalisa berbagai kemungkinan yang terbaik dalam menyususn perencanaan. d) Perencanaan harus fleksibel. Perencanaan mampu menyesuaikan dengan segala kemungkinan yang tidak diperhatikan sebelumnya tanpa harus membuat revisi. e) Perencanaan yang didasarkan penelitian Perencanaan yang berkualitas perlu didukung suatu data yang lengkap dan akurat melalui suatu penelitian. f) Perencanaan akan menghindari under dan over planning. Perencanaan yang baik akan menentukan mutu kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. 2. Prinsip-prinsip pengelolaan administrasi keuangan sekolah Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik, disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi. a) Transparansi Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Dilembaga Teknik Industri Widyatama 9 pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggung jawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihakpihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga sekolah dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) bisa ditempel di papan pengumuman di ruang Guru atau di depan ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa jumlah uang yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah. b) Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Teknik Industri Widyatama 10 c) Efektivitas Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Garner (2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”. Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. d) Efisiensi Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. ”Efficiency characterized by quantitative outputs” (Garner, 2004). Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (output) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal: 1) Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya: Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan. 2) Dilihat dari segi hasil: Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya. 2.4 Proyek Sebuah proyek didefinisikan sebagai "usaha sementara yang dilakukan untuk menciptakan produk yang unik atau jasa" (PMI, 2000). Sebuah proyek dilakukan ketika pekerjaan dilakukan melalui metode yang secara dasar berbeda dari operasi sehari-hari. Keyword karakteristik suatu proyek dapat definisi sebagai berikut: 1. Sementara berusaha pada bagian awal dan akhir. Teknik Industri Widyatama 11 2. Sering dipecah menjadi sub-proyek (atau fase). 3. Membuat produk unik atau jasa. 4. Melakukan untuk suatu tujuan. 5. Memiliki kegiatan yang saling terkait (tugas). Sebuah proyek biasanya memiliki aspek-aspek tertentu yang memiliki keterkaitan dengan proyek manajemen, terkait dengan metode proyek dan alatnya, teamwork, rencana, trade-off (melibatkan lingkup/penyampaian, waktu, biaya, dan kualitas), mengidentifikasi persyaratan (yang dibutuhkan) dan persyaratan yang tidak diketahui (keinginan atau harapan), dan para stakeholder. Para stakeholder yang terlibat dengan sebuah proyek beragam, memuaskan para stakeholder adalah salah satu tujuan utama dari proyek dan manajer proyek. Stakeholder termasuk organisasi atau orang yang melakukan pekerjaan, yang juga disebut "performing organization", dan orang-orang atau organisasi berhak mendapatkan manfaat dari pekerjaan tersebut (dan juga biasanya mereka membayar untuk pekerjaan itu), yang disebut organisasi menguntungkan, dua organisasi atau tidak termasuk dalam perusahaan yang sama. Diilustrasikan dalam Gambar 2.1. Manfaat organisasi, pelanggan, dan end user juga bukan merupakan bagian dari organisasi yang sama. Manajer proyek adalah stakeholder utama, dan individu hampir selalu menjadi bagian dari organisasi. Selain stakeholder ada yang disebut sponsor proyek (seringkali disebut project champion), dan individu ini biasanya mencetuskan atau meresmikan suatu ide proyek. Hal ini membantu jika suatu proyek memiliki dukungan dari petinggi dalam suatu organisasi, dan sponsor proyek sering menjadi bagian dari manajemen. Biasanya sponsor proyek tidak harus berperan aktif dalam pengelolaan sehari-hari. Teknik Industri Widyatama 12 Gambar 2.1 Project Stakeholders Manajemen proyek adalah "penerapan pengetahuan, keterampilan, peralatan, dan teknik untuk kegiatan proyek dalam rangka untuk memenuhi atau melampaui kebutuhan stakeholder dan harapan dari proyek" (PMI, 2000). Melibatkan perencanaan, organisasi, pemantauan, pengendalian semua aspek proyek dan juga manajemen, kepemimpinan, motivasi dari semua pihak yang terlibat untuk mencapai tujuan proyek yang disepakati, kualitas biaya waktu, keamanan, dan kinerja. Manajemen proyek dalam beberapa bentuk telah ada selama ribuan tahun, dan kemungkinan digunakan dalam pembangunan suatu keajaiban dunia kuno. Manajemen proyek modern, termasuk penggunaan dari ilmu teknik dan manajemen, dimulai sekitar pergantian abad ke-20. "Manajer dari proyek-proyek tersebut menghadapi tekanan dari pendukung manajemen ilmiah untuk mengorganisir dengan cara terpusat dan terkontrol bukan hanya apa yang dilakukan namun rincian bagaimana dan kapan hal itu akan dilakukan" (Yates, 2000). Henry Gantt mengembangkan Bagan Gantt dalam Perang Dunia I, dan digunakan dalam proyek-proyek besar seperti pembangunan DAM Hoover pada tahun 1930-an. Manajemen proyek TI muncul untuk kembali ke tahun 1950-an, ketika Critical Path Method (CPM) dikembangkan oleh DuPont dan Remington Rand/Univac. Teknik Industri Widyatama 13 2.4.1 Manajemen Integritas Proyek Menurut Schwalbe (2000), Manajemen integritas proyek meliputi proses yang terlibat dalam pengkoordinasian seluruh area pengetahuan manajemen proyek lain di sepanjang daur hidup proyek. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua elemen dari proyek digunakan bersama waktu yang tepat untuk menyelesaikan suatu proyek dengan baik. Proses utama yang terlibat dalam manajemen integritas proyek adalah: 1. Pengembangan Rencana Proyek (Project Plan Development) Rencana proyek merupakan suatu dokumen yang digunakan untuk mengkoordinasi seluruh dokumen perencanaan proyek dan membantu memberi petunjuk akan eksekusi dan pengontrolan proyek. Bagian dari rencana proyek meliputi pengenalan proyek secara garis besar, deskripsi bagaimana proyek tersebut akan terorganisasi, proses manajemen dan teknikal yang digunakan dalam proyek, dan bagian-bagian yang menggambarkan pekerjaan yang harus diselesaikan, schedule atau jadwal, dan biaya. Karena tujuan utama manajemen proyek ialah untuk memenuhi kebutuhan para stakeholder dan ekspektasi dari proyek, sangat penting untuk menyertakan analisa stakeholder sebagai bagian dari perencanaan proyek. Analisa stakeholder mendokumentasikan informasi seperti: nama stakeholder kunci dan organisasi, peranannya masing-masing dalam proyek, dan lain-lain. 2. Pengeksekusian Rencana Proyek (Project Plan Execution) Pengeksekusian rencana proyek meliputi pengaturan dan pelaksanaan pekerjaan yang sudah digambarkan pada rencana proyek. Mayoritas waktu pada suatu proyek lebih banyak dihabiskan pada pengekusian ini, seperti hal nya pada biaya proyek. Manajemen integritas proyek menganggap perencanaan dan pengeksekusian proyek sebagai hal yang saling berhubungan dan aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Fungsi utama membuat perencanaan proyek ialah untuk mengarahkan eksekusi proyek. Perencanaan yang baik, tentunya juga akan menghasilkan produk, jasa, atau kerja yang baik juga. Teknik Industri Widyatama 14 3. Pengontrolan Perubahan Secara Keseluruhan (Overall Change Control) Meliputi identifikasi, evaluasi, dan mengatur perubahan pada daur hidup proyek secara keseluruhan. Tiga tujuan utama dari pengontrolan perubahan secara keseluruhan adalah : a) Mempengaruhi faktor yang membuat perubahan untuk memastikan bahwa perubahan tersebut dapat menguntungkan dan bahwa proyek sudah berjalan dengan sukses. b) Memastikan bahwa perubahan sudah terjadi. c) Mengatur waktu terjadinya perubahan secara aktual. Untuk menyelesaikan manajemen integritas proyek, keterlibatan didalam lingkup proyek, kualitas, waktu, biaya, sumber daya manusia, komunikasi, resiko dan manajemen pengadaan (procurement) sangat penting. Karena semua itu terikat satu sama lain didalam area pengetahuan, manajemen integrasi proyek bergantung pada aktivitas dari 8 area pengetahuan lainnya. Banyak yang berpendapat bahwa manajemen integrasi proyek merupakan kunci kesuksesan suatu proyek secara keseluruhan. Seseorang harus bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan seluruh anggota tim, perencanaan, dan aktivitas yang diperlukan dalam menyelesaikan sebuah proyek. 2.4.2 Manajemen Ruang Lingkup Menurut Schwalbe (2000), seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa ada beberapa faktor yang sangat berhubungan dengan kesuksesan suatu proyek. Kebanyakan dari faktor ini seperti keterlibatan user, misi proyek yang jelas, pernyataan akan kebutuhan yang jelas, dan perencanaan yang tepat, merupakan elemen-elemen dari manajemen ruang lingkup. Salah satu aspek terpenting dan aspek tersulit dari manajemen proyek ialah, mendefinisikan ruang lingkup proyek. Ruang lingkup menunjuk pada keseluruhan usaha yang terlibat dalam pembuatan suatu produk dari proyek dan proses yang digunakan dalam pembuatannya. Teknik Industri Widyatama 15 Manajemen ruang lingkup proyek meliputi proses-proses yang terlibat dalam mendefinisikan dan mengontrol apa saja yang termasuk dan tidak termasuk pada sebuah proyek. Proses-proses utama yang termasuk dalam manajemen ruang lingkup proyek ialah : 1. Inisiasi (Initiation) Yaitu dimulainya suatu proyek oleh organisasi atau melanjutkan ke tahap selanjutnya dari tahapan-tahapan yang ada dalam kegiatan suatu proyek. Para ahli setuju bahwa langkah pertama dari menginisiasikan proyek ialah melihat pada gambar atau ilustrasi besar dari perencanaan strategis dari suatu organisasi. Sangat penting bahwa proses perencanaan proyek teknologi informasi dimulai dengan menganalisa keseluruhan strategi organisasi. Suatu organisasi harus membangun strategi untuk menggunakan teknologi informasi untuk mendefinisikan bagaimana TI dapat mendukung tujuan organisasi. Output dari proses ini ialah project charter, yaitu dokumen kunci yang secara formal menunjukan eksistensi atau keberadaan suatu proyek dan menyediakan gambaran umum proyek tersebut. 2. Perencanaan Ruang Lingkup (Scope Planning) Yaitu meliputi pembuatan dokumen untuk menyediakan dasar bagi pembuatan keputusan dalam suatu proyek di masa mendatang, termasuk kriteria untuk menentukan apakah suatu proyek atau fase dari suatu proyek sudah diselesaikan dengan baik. Output dari proses ini ialah pembuatan pernyataan ruang lingkup secara tertulis, termasuk detail dukungan, dan ruang lingkup rencana manajemen. Pernyataan ruang lingkup merupakan dokumen yang digunakan untuk membuat dan mengkonfirmasikan pengertian umum dari ruang lingkup proyek. Pernyataan ruang lingkup bervariasi atau berbeda-beda tergantung pada tipe proyek. Proyek yang sangat besar dan kompleks, memiliki pernyataan ruang lingkup yang sangat panjang. Seperti dokumen manajemen proyek lainnya, pernyataan ruang lingkup harus sesuai untuk dapat memenuhi kebutuhan suatu proyek. Teknik Industri Widyatama 16 3. Pendefinisian Ruang Lingkup (Scope Definition) Setelah selesai perencanaan ruang lingkup, langkah selanjutnya ialah lebih jauh mendefinisikan usaha yang diperlukan untuk suatu proyek dan memecahnya menjadi lebih kecil agar lebih mudah di kelola atau diatur. Definisi ruang lingkup yang baik sangat penting bagi kesuksesan suatu proyek karena dapat membantu meningkatkan keakuratan waktu, biaya, dan perkiraan sumber daya, hal ini juga mendefinisikan basis atau dasar untuk pengukuran kinerja dan control proyek. Pada proses ini, tim proyek membuat WBS atau Work Breakdown Structure. a) Menurut Schwalbe (2004), WBS merupakan analisa yang berorientasi hasil keluaran dari pekerjaan yang terlibat dalam proyek yang mendefinisikan total ruang lingkup proyek. WBS merupakan dokumen dasar bagi manajemen proyek, karena WBS menyediakan dasar untuk perencanaan dan pengaturan jadwal proyek, biaya dan perubahan. 4. Verifikasi Ruang Lingkup (Scope Verification) dan Pengontrolan Perubahan Ruang Lingkup (Scope Change Control) Verifikasi ruang lingkup meliputi penerimaan secara formal ruang lingkup proyek oleh stakeholder. Untuk mendapat penerimaan secara formal dari ruang lingkup proyek, tim proyek harus membuat dokumentasi yang jelas dari produk suatu proyek dan prosedur untuk mengevaluasi apakah proses dari proyek tersebut sudah diselesaikan dengan baik. 2.4.3 Manajemen Waktu Proyek Menurut Schwalbe (2000), manajemen waktu proyek didefinisikan sebagai proses-proses yang dibutuhkan untuk memastikan ketepatan waktu pengerjaan suatu proyek. Proses-proses utama yang terlibat pada manajemen waktu proyek ini adalah: 1. Definisi Aktifitas (Activity Definition) Pendefinisian aktivitas menghasilkan WBS yang lebih spesifik dan penjelasan support oleh tim proyek. Tujuan dari proses ini ialah untuk memastikan tim proyek memiliki pengertian yang mendalam akan aktivitas atau tahapan yang Teknik Industri Widyatama 17 harus dijalankan sebagai bagian dari ruang lingkup proyek. 2. Barisan Aktivitas (Activity Sequencing) Setelah mendefinisikan aktivitas, langkah selanjutnya adalah barisan aktivitas atau activity sequencing.Yaitu meliputi memeriksa kembali aktivitas pada detail WBS, detail deskripsi produk, asumsi, dan batasan untuk menentukan hubungan antar aktivitas. 3. Estimasi Durasi Aktivitas (Activity Duration Estimating) Proses selanjutnya ialah mengestimasi durasi aktivitas. Output dari proses ini ialah estimasi durasi untuk setiap aktivitas. 4. Pengembangan Jadwal (Schedule Development) Pengembangan jadwal menggunakan hasil dari keseluruhan proses manajemen waktu proyek yang sudah dilakukan untuk menentukan waktu dimulai dan diakhirinya suatu proyek. Tujuan umum pengembangan jadwal adalah untuk membuat jadwal proyek yang realistis yang menyediakan basis atau dasar untuk mengawasi kemajuan proyek. Beberapa tools dan teknik dapat membantu dalam proses ini adalah : a) Gantt Chart Menurut Schwalbe (2000), Gantt Chart menyediakan format standard untuk menggambarkan informasi jadwal. b) Precedence Diagram Method (PDM) 5. Kontrol Jadwal (Schedule Control) Banyak hal yang terlibat dalam mengontrol perubahan jadwal proyek. Sangat penting untuk pertama-tama memastikan bahwa jadwal proyek sudah realistis. Tahap ini meliputi aktivitas pengontrolan dan pengaturan perubahan schedule proyek. 2.4.4 Precedence Diagram Method (PDM) Precedence Diagram Method adalah metode jaringan kerja yang termasuk dalam klasifikasi AON (Activity On Node). Dalam Metode ini kegiatan dituliskan di dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panahnya sebagai penunjuk hubungan antara kegiatan kegiatan yang bersangkutan, dengan Teknik Industri Widyatama 18 demikian dummy yang merupakan tanda penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, di dalam PDM tidak diperlukan (Soeharto, 1995). PDM pada dasarnya menitik beratkan pada persoalan keseimbangan antara biaya dan waktu penyelesaian proyek. PDM menekankan pada hubungan antara pemakaian sejumlah tenaga kerja atau sumber-sumber daya untuk mempersingkat waktu pelaksanaan suatu proyek dan kenaikan biaya sebagai akibat penambahan sumbersumber daya tersebut. PDM juga dikenal adanya konstrain. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node, karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung akhir atau selesai = (F). Maka disini terdapat empat macam konstrain, yaitu: 1. Konstrain selesai ke mulai – Finish to Start (FS) Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FS (i-j) = a yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai. Proyek selalu menginginkan besar angka a sama dengan 0 kecuali bila dijumpai hal-hal tertentu, misalnya : a) Akibat iklim yang tak dapat dicegah. b) Proses kimia atau fisika seperti waktu pengeringan adukan semen. c) Mengurus perizinan. Kegiatan (i) SF(i-j)=a Kegiatan (j) Konstrain SF Gambar 2.2 Konstrain Finish to Start 2. Konstrain mulai ke mulai – Start to Start (SS) Memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Atau SS (i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Konstrain semacam ini terjadi bila sebelum Teknik Industri Widyatama 19 kegiatan terdahulu selesai 100 % maka kegiatan (j) boleh mulai setelah bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai. Besar angka b tidak boleh melebihi angka waktu kegiatan terdahulu. Karena perdefinisi b adalah sebagian kurun waktu kegiatan terdahulu. Jadi disini terjadi kegiatan tumpang tindih. Kegiatan (i) SS(i-j)=b Konstrain SS Kegiatan (j) Gambar 2.3 Konstrain Start to Start 3. Konstrain selesai ke selesai – Finish to Finish (FF) Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Atau FF (i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Konstrain semacam ini mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai 100% sebelum kegiatan yang terdahulu telah sekian (=c) hari selesai. Angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan yang bersangkutan (j). Kegiatan (i) FF(i-j)=c Konstrain FF Kegiatan (j) Gambar 2.4 Konstrain Finish to Finish 4. Konstrain mulai ke selesai – Start to Finish (SF) Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF (i-j) = d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah di hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan. Teknik Industri Widyatama 20 FS(i-j)=a Kegiatan (i) Konstrain SF Kegiatan (j) Gambar 2.5 Konstrain Start to Finish Jadi dalam menyusun jaringan PDM, khususnya menentukan urutan ketergantungan, mengingat adanya bermacam konstrain tersebut, maka lebih banyak faktor harus diperhatikan dibanding CPM. Faktor ini dapat dikaji misalkan dengan menjawab berbagai pertanyaan berikut: a) Kegiatan mana yang boleh dimulai sesudah kegiatan tertentu a selesai, berapa lama jarak waktu antara selesainya kegiatan a dengan dimulainya kegiatan berikutnya. b) Kegiatan mana yang harus diselesaikan sebelum kegiatan tertentu boleh dimulai dan berapa lama tenggang waktunya. c) Kegiatan mana yang harus dimulai sesudah kegiatan tertentu c dimulai dan berapa lama jarak waktunya. Dalam PDM, jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan berbagai tahapan dari proyek konstruksi dianggap diketahui dengan pasti. Selain itu juga hubungan antara jumlah sumber-sumber daya yang dipergunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek juga dianggap diketahui. Seperti halnya metode jaringan kerja yang lain, dalam PDM juga terdapat bagian vital, yaitu analisis jalur kritis (critical path analysis). Jalur kritis adalah rangkaian aktivitas yang tidak memiliki keleluasaan dalam start time dan finish time. Dengan kata lain, aktivitas kritis adalah aktivitas yang tidak memiliki float time. Setiap aktivitas kritis harus dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Adanya perubahan waktu pelaksanaan dari aktivitas kritis, percepatan atau perlambatan, akan mengakibatkan perubahan durasi proyek secara keseluruhan. Penjadwalan pada PDM mempertimbangkan hubungan ketergantungan antar aktivitas dan durasi setiap aktivitas. Bila terjadi kondisi keterbatasan tenaga kerja, maka Teknik Industri Widyatama 21 dilakukan penjadwalan ulang yang meliputi proses alokasi dan perataan sumber daya, dan metode yang digunakan adalah Resource Scheduling Method. Terdapat dua cara analisis dalam Resource Scheduling Method untuk menentukan aktivitas mana yang akan diprioritaskan untuk dijadwalkan bila terjadi konflik sumber daya, yaitu: 1. Analisis float time Aktivitas yang memiliki float time paling kecil akan diprioritaskan untuk dijadwalkan. 2. Analisis nilai Pertambahan Durasi Proyek (PDP) Dengan cara ini selalu dipilih dua aktivitas yang mengalami konflik untuk dianalisis. Misalnya aktivitas A dan B, bila A dijadwalkan lebih dulu daripada B, maka besarnya PDP akibat hal itu adalah: PDPAB = EFA–LSB Prioritas diberikan kepada pasangan aktivitas yang memiliki nilai PDP minimum. Agar diperoleh nilai PDP minimum, maka harus dipilih aktivitas A dengan nilai EF terkecil dan aktivitas B dengan nilai LS yang terbesar. Masalah akan timbul bila terdapat lebih dari satu alternatif yang memiliki nilai minimum float time atau PDP yang sama (Soeharto, 1995). Pada project management software yang biasa digunakan, seperti Microsoft Project 2010, bila ditemui kondisi serupa, prioritas otomatis akan jatuh kepada aktivitas dengan kode aktivitas yang terkecil. Hal ini tentu saja tidak dapat dipertanggung jawabkan karena nilai kode aktivitas tidak mempersentasekan fungsi apapun dan sepenuhnya tergantung pada keinginan operator/perencana. Pada proses penjadwalan PDM, apabila terjadi kondisi keterbatasan sumber daya akan dilakukan penjadwalan ulang yang meliputi proses alokasi sumber daya dengan metode Resource Scheduling Method. Terdapat tiga aturan dalam proses alokasi sumber daya ini yaitu (Siswojo, 1981): 1. Pengalokasian sumber-sumber menurut waktunya, yaitu dimulai pada hari pertama dan semua pekerjaan yang mungkin dijadwalkan, ini kemudian Teknik Industri Widyatama 22 dilakukan pula untuk seterusnya. 2. Bila beberapa pekerjaan berkompetisi untuk sumber-sumber yang sama maka prioritas diberikan pada pekerjaan yang mempunyai slack paling sedikit. 3. Bila mungkin, pekerjaan yang tidak kritis dijadwalkan kembali, agar dapat membebaskan sumber-sumber untuk keperluan penjadwalan pekerjaan yang kritis (non slack job). 2.4.5 Gantt Chart Menurut Schwalbe (2000), Gantt Chart menyediakan format standard untuk menggambarkan informasi jadwal proyek dengan memberikan daftar aktivitas proyek dan waktu dimulai dan waktu selesai suatu proyek yang sesuai dengan format kalender. 2.4.6 Definisi Perencanaan Perencanaan menurut Welsch dan Gordon adalah “Suatu proses pengembangan tujuan perusahaan dan memilih kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dimasa mendatang untuk mencapai tujuan tersebut” (Soeharto, 2002). Perencanaan secara umum dapat diartikan sebagai proses pemikiran dan penentuan di muka untuk segala tindakan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan biaya merupakan salah satu bentuk perencanaan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan proyek pada khususnya dan perusahaan pada umumnya. Biaya menunjukkan perencanaan dan penggunaan dana untuk melaksanakan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu, dapat dibuat dalam bentuk uang, jam per tenaga kerja atau satuan lain. Dari definisi diatas perencanaan menempati urutan pertama dari fungsi-fungsi lain seperti mengorganisir, memimpin dan mengendalikan. Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Ini berarti memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan di masa datang yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dari segi penggunaan sumber daya, perencanaan dapat diartikan sebagai memberi pegangan bagi pelaksana mengenai alokasi sumber daya untuk Teknik Industri Widyatama 23 melaksanakan kegiatan, sedangkan pengendalian memantau apakah hasil kegiatan yang dilakukan sesuai dengan patokan yang telah digariskan dan memastikan penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien. Salah satu ruang lingkup perencanaan adalah pengambilan keputusan, karena hal tersebut diperlukan dalam proses memilih dan menentukan langkah yang akan datang. Suatu perencanaan yang tepat disusun secara sistematis, dan memperhatikan faktor obyektif akan dapat berfungsi sebagai: a) Sarana komunikasi bagi semua pihak penyelenggara proyek. b) Dasar pengaturan alokasi sumber daya. c) Pendorong perencana dan pelaksana melihat kedepan dan menyadari pentingnya unsur waktu. d) Pegangan dan tolak ukur fungsi pengendalian. Sebaliknya, suatu perencanaan yang tidak tepat, tidak sistematis, dan tidak logis akan segera diikuti adanya tumpang tindih dan kebingungan dalam implementasinya. Dasar-dasar yang melatarbelakangi pembangunan adalah karena tidak adanya pengaruh campur tangan pemerintah maka perkembangan masyarakat tidak didasarkan pada penggunaan sumber-sumber pembangunan secara efektif dan efisien, keperluan mendobrak kearah perubahan struktural ekonomi dan sosial masyarakat serta arah perkembangan untuk kepentingan keadilan sosial. Namun demikian kenyataan tersebut dewasa ini tidak begitu berlaku lagi. Hal ini disebabkan karena terdapatnya berbagai macam perencanaan dari yang sifatnya ketat kepada yang sifatnya longgar di negara-negara yang menganut filsafah kemasyarakatan yang berbeda-beda. Kecuali itu perencanaan dipergunakan lebih sebagai suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan dengan lebih baik. Teknik Industri Widyatama 24 (Iman Soeharto:2002) Perencanaan dapat dilihat dari segi suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan dengan lebih baik diantaranya: a) Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan. b) Dengan adanya perencanaan dapat dilakukan suatu peramalan (forecasting) terdapat hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui c) Memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik (the best alternative) atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik (the best combination). Dari beberapa kegunaan yang telah disebutkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari perencanaan adalah suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Oleh karena itu didalam pembuatan suatu proyek peranan perencanaan sangat penting agar pelaksanaan pembangunan proyek diharapkan dapat berjalan dengan baik. 2.4.7 Daur Hidup Manajemen Proyek Menurut Rakos (1990), daur hidup proyek (Project Life Cycle) ialah sebagai berikut: 1. Fase Definisi: yaitu mendefinisikan masalah dan kebutuhan user, yang dibuat agar mengerti dengan baik masalah apa yang dialami oleh user dan mendefinisikan apa saja yang diperlukan untuk membuat sistem yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut. 2. Fase Analisis: yaitu menganalisa spesifikasi yang dibutuhkan untuk membuat sistem yang akan dibuat. 3. Fase Desain: yaitu mendesain interface dari sistem tersebut. 4. Fase Programming: yaitu fase dimana sistem itu dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman yang sesuai. Teknik Industri Widyatama 25 5. Fase Testing: yaitu fase pengetesan sistem yang sudah dibuat, apakah masih ada yang perlu diperbaiki atau semuanya sudah berjalan sesuai yang sudah dibuat. 6. Fase Acceptance: yaitu fase persetujuan dengan user, dimana user memeriksa apakah sistem yang dibuat sudah sesuai dan cocok untuk membantunya menyelesaikan masalah atau belum. 7. Fase Operasi: yaitu fase dimana user sudah dapat menggunakan sistem yang sudah dibuat tersebut. 2.4.8 Model Pengembangan Prototyping Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangat lunak yang banyak digunakan Astuti (2008). Dengan metode prototyping ini pengembang dan pelanggan dapat saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem. Sering terjadi seorang pelanggan hanya mendefinisikan secara umum apa yangdikehendakinya tanpa menyebutkan secara detail output apa saja yang dibutuhkan, pemrosesan dan data-data apa saja yang dibutuhkan. Sebaliknya disisi pengembang kurang memperhatikan efesiensi algoritma, kemampuan sistem operasi dan interface yang menghubungkan manusia dan komputer. Untuk mengatasi ketidakserasian antara pelanggan dan pengembang, maka harus dibutuhakan kerjasama yanga baik diantara keduanya sehingga pengembang akan mengetahui dengan benar apa yang diinginkan pelanggan dengan tidak mengesampingkan segi-segi teknis dan pelanggan akan mengetahui proses-proses dalam menyelasaikan sistem yang diinginkan. Dengan demikian akan menghasilkan sistem sesuai dengan jadwal waktu penyelesaian yang telah ditentukan. Kunci agar model prototype ini berhasil dengan baik adalah dengan mendefinisikanaturan-aturan main pada saat awal, yaitu pelanggan dan pengembang harus setuju bahwa prototype dibangun untuk mendefinisikan kebutuhan. Prototype akan dihilangkan sebagian atau seluruhnya dan perangkat lunak aktual aktual direkayasa dengan kualitas dan implementasi yang sudah ditentukan dengan cepat. Prototyping juga merupakan sebuah teknik analisa interaktif dimana user terlibat aktif dalam proses desain layar dan laporan. Kunci Teknik Industri Widyatama 26 utama sebuah prototyping adalah untuk membuat sebuah desain awal dengan cepat, dan disertai perubahan yang bisa jadi radikal serta nantinya akan menghasilkan sebuah umpan balik, terutama dari penggunaan, secara cepat untuk melakukan desain ulang ditahap berikutnya. Prinsip mendasar dari prototyping adalah User dapat menunjukkan fitur yang disukai dan tidak disukai, mengindikasikan apa yang diinginkan pada sistem yang sudah ada dan berjalan lebih mudah dari pada harus mendeskripsikannya secara teoritis. Pengalaman dan penggunaan lebih menghasilkan informasi penting dari pada diagram analisis dan proposal naratif. Berikut merupakan tahapan dalam proses prototyping : 1. Identifikasi informasi kebutuhan user yang diketahui dan fitur yang diinginkan dalam sistem. 2. Mengembangkan prototype kerja. 3. Menggunakan prototype tanpa penambahan dan perubahan, untuk mengetahui kebutuhan sistem. 4. Perbaiki prototype berdasarkan informasi yang diperoleh melalui pengalaman user. 5. Ulangi tahapan ini selama dibutuhkan hingga mendapatkan sistem yang diinginkan. Ketika analis dan user memutuskan bahwa informasi telah cukup dikumpulkan melalui proses prototype, maka ditentukan bagaimana memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasikan. Terdapat 4 alternatif yang digunakan: 1. Prototype di bangun ulang, alternatif ini berarti mem-program ulang mulai dari awal. 2. Prototype di implementasikan sebagai sistem lengkap. Menampilkan efisiensi dan metode untuk interaksi user mungkin diperlukan. 3. Proyek diabaikan. Dalam kasus ini prototype menyediakan cukup informasi untuk memperlihatkan bahwa sistem tidak dapat dikembangkan untuk memenuhi tujuan karena alasan teknologi, ekonomi, dan operasional. Teknik Industri Widyatama 27 4. Pengembangan prototype yang lain. Informasi yang dikumpulkan menyarankan pendekatan yang sama sekali berbeda, atau fitur yang bertolak belakang. 2.4.9 Work Breakdown Structure (WBS) Work Breakdown Structure adalah pemecahan atau pembagian pekerjaan ke dalam bagian yang lebih kecil (sub-kegiatan), alasan perlunya WBS adalah: 1. Pengembangan WBS di awal Project Life Cycle memungkinkan diperolehnya pengertian cakupan proyek dengan jelas, dan proses pengembangan WBS ini membantu semua anggota untuk lebih mengerti tentang proyek selama tahap awal. 2. WBS membantu dalam pengawasan dan peramalan biaya, jadwal, dan informasi mengenai produktifitas yang meyakinkan anggota manajemen proyek sebagai dasar untuk membuat perundingan. Manfaat dari WBS: Manfaat daftar pekerjaan pada WBS, akan dapat diperkirakan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan tersebut. Perkiraan bisa dilakukan dengan mempertimbangan beberapa hal, antara lain ketersediaan sumber daya dan kompleksitas. Struktur WBS: Struktur dalam WBS mendefinisikan tugas-tugas yang dapat diselesaikan secara terpisah dari tugas-tugas lain, memudahkan alokasi sumber daya, penyerahan tanggung jawab, pengukuran dan pengendalian proyek. Pembagian tugas menjadi sub tugas yang lebih kecil tersebut dengan harapan menjadi lebih mudah untuk dikerjakan dan diestimasi lama waktunya. Model WBS memberikan beberapa manfaat, antara lain : 1. Memberikan daftar pekerjaan yang harus diselesaikan 2. Analisa WBS yang melibatkan manajer fungsional dan personel yang lain dapat membantu meningkatkan akurasi dan kelengkapan pendefinisian proyek. Teknik Industri Widyatama 28 3. Memberikan dasar untuk mengestimasi mengalokasikan sumber daya, menyusun jadwal, dan menghitung biaya 4. Mendorong untuk mempertimbangkan secara lebih seksama sebelum membangun suatu proyek . 5. Dapat dipergunakan sebagai tool dalam perencanaan manajemen Resiko (Risk Management Planning). Ada empat macam bentuk dasar dari WBS yang biasa digunakan dalam proses pembuatan aplikasi penggajian, yaitu : 1. Linear Linear merupakan struktur yang hanya mempunyai satu rangkaian cerita yang berurut. Struktur ini menampilkan satu demi satu tampilan layar secara berurut menurut urutannya dan tidak diperbolehkan adanya percabangan. Tampilan yang dapat ditampilkan adalah satu halaman sebelumnya atau satu halaman sesudahnya. 2. Hirarki Struktur hirarki merupakan suatu struktur yang mengandalkan percabangan untuk menampilkan data berdasarkan kriteria tertentu. Tampilan pada menu pertama akan disebut sebagai Master Page atau halaman utama. Halaman utama ini akan mempunyai halaman percabangan yang dikatakan Slave Page atau halaman pendukung.Jika salah satu halaman pendukung diaktifkan, maka tampilan tersebut akan bernama Master Page, halaman utama kedua. Pada struktur penjejakan ini tidak diperkenankan adanya tampilan secara linear. 3. Non Linear Pada struktur non linear diperkenankan membuat penjejakan bercabang. Percabangan ini berbeda dengan percabangan pada struktur hirarki. Pada navigasi non linear walaupun terdapat percabangan tetapi tiap-tiap tampilan mempunyai kedudukan yang sama tidak ada pada master page dan slave page. Teknik Industri Widyatama 29 4. Campuran (Composite) Struktur penjejakan campuran merupakan gabungan dari ketiga struktur sebelumnya. Sebagai gambaran, Work breakdown structure (WBS) dapat diilustrasikan seperti diagram blok berikut: Project Task 1 Task 2 Sub Task 1.1 Sub Task 1.2 Work Package 1.1.1 Work Package 1.1.2 Work Package 1.1.3 Gambar 2.6 Work Breakdown Structure Diagram Model WBS memberikan beberapa keuntungan, antara lain: a) Memberikan daftar pekerjaan yang harus diselesaikan b) Memberikan dasar untuk mengestimasi, mengalokasikan sumber daya, menyusun jadwal, dan menghitung biaya c) Mendorong untuk mempertimbangkan secara lebih serius sebelum membangun suatu proyek. Teknik Industri Widyatama 30 Dikarenakan WBS merupakan struktur yang bersifat hirarki, maka bisa juga disampaikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 2.2 Work Breakdown Structure Outline level 1 level 2 level 3 Task 1 Subtask 1.1 Work Package 1.1.1 Work Package 1.1.2 Work Package 1.1.3 Subtask 1.2 Work Package 1.2.1 Work Package 1.2.2 Work Package 1.2.3 Task 2 Subtask 2.1 Work Package 2.1.1 Work Package 2.1.2 Wprk Package 2.1.3 Sebagai gambaran praktis, berikut ini dicontohkan sebagian dari struktur WBS dalam sebuah proyek pembangunan Intranet. Tabel 2.3 Contoh WBS Teknik Industri Widyatama 31 Perbedaan level dan tingkat kedetailan WBS: Setiap organisasi menggunakan terminologinya sendiri untuk mengklasifikasi komponen WBS sesuai level nya dalam hirarki. Sebagai contoh, beberapa organisasi memperlihatkan level-level yang berbeda sebagai tugas (task), sub-tugas (sub-task) dan paket pekerjaan (work package) sebagaimana yang ditunjukkan dalam bagan diatas. Sementara organisasi lain mungkin menggunakan istilah fase (phase), entri (entry) dan aktifitas (activity). WBS mungkin saja disusun mengikuti pembagian atau pentahapan dalam siklus hidup proyek ( the project life cycle). Level-level yang lebih tinggi dari struktur umumnya dikerjakan oleh kelompok-kelompok. Level yang paling rendah dalam hirarki seringkali terdiri dari aktifitas-aktifitas dilakukan secara individual, kendati demikian sebuah WBS yang menitikberatkan pada “deliverable” tidak memerlukan aktifitas-aktifitas yang spesifik. Melakukan rincian sebuah proyek ke dalam bagian-bagian komponen yang lebih kecil akan memudahkan pembagian alokasi sumber daya dan pemberian tanggung jawab individual. Perlu kiranya memberi perhatian pada penggunaan detail level yang layak ketika hendak membuat WBS. Dalam kondisi ekstrim, detail level yang sangat tinggi akan menyerupai hasil dalam manajemen mikro. Sedangkan kondisi ekstrim kebalikannya, tugas-tugas mungkin akan menjadi demikian lebar untuk bisa dimanage secara efektif. Kendati demikian, menetapkan tugas-tugas dalam pekerjaan yang berdurasi beberapa hari maupun beberapa bulan merupakan hal yang baik di hampir kebanyakan proyek. Peran WBS Dalam Perencanaan Proyek: WBS merupakan pondasi untuk perencanaan proyek. WBS dibuat sebelum ketergantungan diidentifikasi dan lamanya aktifitas pekerjaan diestimasi. WBS juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tugas-tugas dalam model perencanaan proyek. Oleh karena itu, idealnya rancangan WBS sendiri harusnya telah diselesaikan sebelum pengerjaan perencanaan proyek (project plan) dan penjadwalan proyek (project schedule). Teknik Industri Widyatama 32 Dengan memanfaatkan daftar pekerjaan pada WBS, akan dapat diperkirakan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan tersebut. Perkiraan bisa dilakukan dengan mempertimbangan beberapa hal, antara lain ketersediaan sumber daya dan kompleksitas. Selanjutnya, estimasi waktu dilakukan dan dibagi dalam unit (misal 8 jam/hari). Estimasi waktu untuk suatu proyek Intranet (seperti contoh diatas) lebih sulit dari proyek pengembangan aplikasi lainnya. Hal ini karena masih sedikit proyek yang dapat digunakan sebagai patokan menghitung waktu pelaksanaan. Dalam mengestimasi waktu ini juga harus dipertimbangkan beberapa hal, misal pengalaman teknologi server yang digunakan, keahlian Perl, CGI, Java, HTML, browser, dan juga bekerja dalam lingkungan TCP/IP. Setelah WBS berhasil disusun dan perkiraan lama waktu pelaksanaan telah dihitung, selanjutnya dilakukan penyusunan jadwal kerja. Pada dasarnya ada dua jenis model deskripsi penjadwalan, yaitu: 1. Bar Chart: Yang hanya menerangkan flow time dari setiap pekerjaan dantanpa keterkaitan antar pekerjaan. Deskripsi ini paling baik digunakan pada presentasi 2. Network diagram: Yang menunjukkan keterkaitan antar tugas dan mengidentifikasi saat kritis pada jadwal. 2.5 Proyek Sistem Informasi Sistem informasi merupakan sekumpulan komponen yang saling berhubungan, mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan pengawasan dalam suatu organisasi. (Laudon dan Laudon, 2007). Adapun mengenai pengertian sistem informasi dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini dibawah ini : Teknik Industri Widyatama 33 2.5.1 Pengertian Data Data adalah bahan yang akan diolah atau diproses yang bisa berupa angkaangka,huruf-huruf, simbol-simbol yang menunjukan suatu situasi dan lain-lain yang berdiri sendiri atau merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Data adalah: ‘Bentuk jamak dari bentuk tunggal datuim atau data-item‟. dan “Data Merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.” (Jogyanto, 2005). Keberadaan suatu data sangat menunjang terhadap informasi, karena data merupakan bahan mentah yang diperlukan oleh pengambil keputusan. Untuk lebih meyakinkan bahwa data tidak dapat terlepas dari dari informasi dapat dilihat dari definisi mengenai informasi. 2.5.2 Pengertian Sistem Suatu sistem sangatlah dibutuhkan dalam suatu perusahaan atau instansi pemerintahan, karena sistem sangatlah menunjang terhadap kinerja perusahaan atau instansi pemerintah, baik yang berskala kecil maupun besar. Supaya dapat berjalan dengan baik diperlukan kerjasama diantara unsur-unsur yang terkait dalam sistem tersebut. Ada berbagai pendapat yang mendefinisikan pengertian sistem seperti berikut: “Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu” (Jogiyanto, 2005). Masih dalam buku „Analisis dan Desain sistem informasi‟ karangan jogiyanto menerangkan: “Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu” (Jogiyanto, 2005). 2.5.3 Pengertian Informasi Dalam manajemen, informasi merupakan data yang telah diproses sehingga mempunyai arti tertentu bagi penerimanya. Sumber dari informasi adalah Data, sedangkan data itu sendiri adalah Kenyataan yang menggambarkan suatu Teknik Industri Widyatama 34 kejadian, sedangkan kejadian itu merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, dalam hal ini informasi dan data saling berkaitan. Menurut Jogiyanto dalam buku „Analisis dan desain sistem informasi‟ adalah: “Informasi diartikan sebagai data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya” (Jogiyanto, 2005). Menurut George M.Scott dalam buku „prinsip-prinsip Sistem Informasi Manajemen‟ pengertian sistem informasi adalah; ‘Sistem informasi adalah sistem yang diciptakan oleh para analisis dan manajer guna melaksanakan tugas khusus tertentu yang sangat esensial bagi berfungsinya organisasi‟ (Scott, 2001). Sedangkan definisi sistem informasi dari Robert A.leitch dan K.Roscoe Davis ialah sebagai berikut: „Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan‟ (Jogiyanto, 2005). Pengertian Informasi selalu dikaitkan dengan data, namun arti dari masing-masing kata dalam pengertian tersebut berbeda. Keberadaan suatu data sangat menunjang terhadap informasi, karena data merupakan bahan mentah yang diperlukan untuk mengambil keputusan. 2.5.4 Pengertian Sistem Informasi Menurut McLeod Jr (2001), sistem informasi merupakan suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan pengelohan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat menejerial dan kegiatan stategi dari suatu organisasi serta menyediakan informasi kepada pihak luar dan laporan-laporan yang diperlukan. Teknik Industri Widyatama 35 2.5.5 Komponen Sistem Informasi Komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi meliputi beberapa blok, yaitu: 1. Blok masukan (input) Blok masukan ini mewakili data yang masuk kedalam sistem informasi. Input disini termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar. 2. Blok Model Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematika yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. 3. Blok keluaran (output) Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkat manajemen serta semua pemakai sistem. 4. Blok Teknologi Teknologi merupakan alat yang digunakan untuk menerima masukan, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. 5. Blok Basis Data. Basis data merupakan kumpulan data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer, basis data diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan paket perangkat lunak yang disebut Data Base Management System (DBMS). 6. Blok kendali Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem bisa dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi. Teknik Industri Widyatama 36 2.5.6 Analisa dan Perancangan Sistem 1. Analisa Sistem Definisi analisa sistem menurut Jogiyanto (1999) adalah penguraian suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian, komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan- permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi serta kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikanperbaikan. 2. Perancangan Sistem Setelah mendapat gambaran yang jelas apa yang dilakukan pada tahapan analisa sistem, tahap berikutnya adalah perancangan sistem. Menurut Mahyuzir (1989) perancangan sistem adalah proses menentukan bagaimana suatu sistem akan menyelesaikan apa yang harus diselesaikan, menyangkut konfigurasi komponen hardware dan software dari sistem sehingga setelah instalasi akan benar-benar memuaskan user. 2.5.7 Tools Development (Pengembangan Alat) Untuk menggambarkan sistem yang dianalisa, penulis menggunakan, alat Bantu perancangan sistem yang baku, berupa Data Flow Diagram (DFD) atau bisa disebut juga Diagram Aliran Data (DAD), Flowchart system, Entity Relationship Diagram (ERD), kamus data, spesifikasi proses, dan bagan terstruktur serta format rancangan input/output. Adapun pengertian dari komponen-komponen tersebut adalah: 2.5.8 Analisis Aliran Dokumen Flow Map merupakan bagan yang menerangkan bagaimana data dokumen mengalir dari satu bagian kebagian lain, setelah melalui suatu proses pengolahan data. Simbol-simbol yang digunakan dalam bagian aliran sistem sebagai berikut: Teknik Industri Widyatama 37 Tabel 2.3 Flowchart Teknik Industri Widyatama 38 2.5.9 Data Flow Diagram (DFD) DFD adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data. DFD juga sering disebut dengan nama Bubble Chart Diagram, model proses, diagram alur kerja atau model fungsi. DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik, dimana data tersebut mengalir, atau lingkungan fisik dimana data tersebut disimpan. DFD merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan sistem yang terstruktur (Structured Analisysis and Design), dimana dalam DFD tersebut kita dapat mengetahui alur data dan data yang digunakan pada sistem yang sedang berjalan maupun pada sistem yang berjalan, selain itu kita dapat mengetahui dimana dan dari mana sebuah data atau dokumen akan diproses. DFD memiliki empat komponen, yaitu: Terminator. Terminator mewakili entitas eksternal yang berkomunikasi dengan sistem yang sedang dikembangkan. Biasanya terminator dikenal dengan nama entitas (eksternal), sumber atau tujuan (source and sink). Dalam hal penamaan pada terminator, biasanya menggunakan kata benda Bagian Penjualan Gambar 2.7 Terminator Proses. Proses ini sering dikenal dengan nama bubble, fungsi atau transformasi. Komponen Proses menggambarkan bagian dari sistem yang mentransformasikan input ke output. Pemberian nama pada komponen proses menggunakan kata kerja yang membutuhkan subyek (transitif). Teknik Industri Widyatama 39 Mencetak KRS Menghitung Jumlah KRS Gambar 2.8 Proses Data Store. Data store digunakan untuk membuat model sekumpulan paket data. Data Store biasanya berkaitan dengan penyimpanan-penyimpanan seperti file atau database yang berkaitan dengan penyimpanan, baik secara komputerisasi, misalnya file disket dan file hardisk, maupun manual, misalnya nama dan alamat pada bukualamat dan agenda. Nama yang diberikan pada data store biasanya menggunakan kata benda jamak. Gambar 2.9 Data Store Alur Data. Alur Data ini digunakan untuk menerangkan perpindahan data atau satu paket data/informasi dari satu bagian sistem ke bagian lainnya. Biasanya pemberian nama pada alur data dilakukan dengan menggunakan kata benda. Laporan Penjualan Gambar 2.10 Alur Data Syarat – syarat pembuatan DFD adalah : 1. Pemberian nama untuk setiap komponen DFD. 2. Pemberian nomor pada komponen DFD. 3. Pembuatan DFD sesering mungkin agar enak dilihat. 4. Penghindaran pembentukan DFD yang rumit. 5. Pemastian DFD yang dibentuk itu konsisten secara logika. Teknik Industri Widyatama 40 Levelisasi adalah penggambaran DFD dengan membagi DFD berdasarkan tingkatan-tingkatan, yaitu dari tingkat tertinggi sampai dengan tingkat terendah, tingkatannya yaitu: 1. Diagram Konteks, menggambarkan sistem dalam satu lingkaran dan hubungan dengan entitas luar. Lingkaran tersebut menggambarkan keseluruhan proses dalam sistem tersebut. 2. Diagram Level n, yaitu diagram yang menggambarkan proses-proses yang terdapat di dalam sistem tersebut. 2.5.10 Manajamen Proyek Sistem Informasi Manajemen proyek Sistem Informasi memiliki beberapa perbedaan penting dan perbedaan dari manajemen proyek di bidang lain.Beberapa perbedaan ini harus dilakukan dengan visibilitas, dan aspek untuk membuat proyek TI lebih sulit di proyek-proyek di industri lain (McDonald, 2001). Berikut adalah perbedaan utama lainnya dan kesulitan-kesulitannya: a) Biaya yang tinggi ialah tenaga kerja dengan spesialisasi yang tinggi. b) Ada perbedaan besar dalam tingkat produktivitas sumber daya manusia bahkan dalam pekerjaan berkategori sama. c) Beberapa dimensi kualitas dan kriteria. d) Biaya dan waktu estimasi yang lebih kompleks. e) Beberapa arsitektur, metodologi, alat, dan sebagainya yang terus berubah. f) Memiliki tingkat kompleksitas tinggi. g) Dapat mempengaruhi seluruh organisasi baik di internal maupun eksternal. h) Memiliki perbedaan pada persyaratan. i) Biasanya memiliki tingkat tinggi risiko yang signifikan. j) Fitur baru. k) Algoritma dan metode baru. l) Bahasa, platform, arsitektur, dan alat pendukung baru. m) Sistem operasi baru, telekomunikasi, interface. n) Teknologi baru pada umumnya. Teknik Industri Widyatama 41 o) Pengukuran laba atas investasi dan metrik bisnis lainnya yang sulit. p) Sering ada tujuan realistis dan tekanan yang ditujukan pada manajer proyek dantim proyek untuk memberikan produk-produk software yang lebih baiklebih murah-cepat. q) Saat ini, proyek TI sering melibatkan banyak pihak luar sebagai konsultan dan vendor. Standish Group telah melakukan studi yang disebut CHAOS selama sekitar satu dekade. Pada laporan CHAOS juga terdapat daftar penyebab utama kegagalan proyek IT, dan selama bertahun-tahun penyebab tertinggi adalah kurangnya keterlibatan pengguna akhir; kurangnya dukungan eksekutif; kurangnya manajemen proyek; pembenaran bisnis yang tidak jelas, dan masalah dengan persyaratan, ruang lingkup, metodologi, dan estimasi (Standish Group, 2003). Semua masalah dibahas dalam teori ini, dan metode untuk mengurangi masalah. Karena kesulitan dalam memberikan sukses proyek IT, manajemen proyek dipandang sebagai salah satu keterampilan yang paling berharga bagi profesional IT. Lembaga Manajemen Proyek memiliki program sertifikasi untuk kedisiplinan manajemen proyek, dan tingkat sertifikasi tertinggi adalah manajemen proyek profesional. Mengutip 2002 Foote Partners Study Computerworld tercantum sebagai sertifikasi yang diperoleh oleh para profesional TI,dan sertifikasi adalah yang paling berharga dalam hal kenaikan gaji. Ketiga sertifikasi yang paling berharga dalam IT adalah: a) PMI Manajemen Proyek Profesional: 15% b) Giac Bersertifikat Intrusion Analis: 12% c) Microsoft Certified Trainer: 12% Teknik Industri Widyatama 42 Gambar 2.11 Proyeksi Management Project Menurut Sommerville (2003), ada tiga tantangan untuk rekayasa software proyek di abad 21: 1. Tantangan Heterogenitas: Fleksibilitas untuk beroperasi dan mengintegrasikan dengan perangkat keras dan platform software dari lingkungan mainframe ke landscape dari Web global. 2. Tantangan Penyampaian: Kemampuan untuk mengembangkan dan mengintegrasikan sistem TI dengan cepat untuk menanggapi perubahan cepat dan juga perkembangan kebutuhan bisnis global. 3. Tantangan Kepercayaan: Mampu membuat perangkat lunak yang dapat dipercaya baik dari segi keamanan dan kualitas. Tiga masalah ini juga yang paling penting untuk manajemen proyek IT secara umum, dan masalah ini dibahas dalam teori ini. Mampu membangun fleksibilitas dan sistem yang beradaptasi untuk mengatasi heterogenitas dan tantangan penyampaian sangat penting karena masalah lingkungan, dan mereka berubah sangat cepat. Dalam nada yang sama, pada tahun 2005 Panel Eksekutif Computerworld menggambarkan sebuah "tiga serangkai kejahatan" yang telah menjadi masa depan IT. Tiga serangkai kejahatan adalah kurangnya keamanan, tidak dapat diandalkan, dan peningkatan kompleksitas. Teknik Industri Widyatama 43 Dengan alat yang lebih kuat maka potensi keuntungan yang lebih besar termasuk produktivitas yang meningkat, biaya yang lebih baik dan kinerjanya, dan juga meningkatkan kualitas. Namun membawa potensi biaya dan kerusakan yang lebih tinggi bila alat ini disalah gunakan baik sengaja atau tidak sengaja. IT adalah alat yang kuat, dan kekuatannya dalam hal komputasi kecepatannya masih dua kali lipat sekitar setiap 18 bulan. Banyak kemajuan IT lainnya juga memfasilitasi kemungkinan penyalahgunaan IT, termasuk: a) Biaya untuk sumber daya komputasi telah menurun sehingga organisasi dan negara-negara dapat memperoleh kekuatan yang besar. b) Kemajuan teknologi penyimpanan data yang berarti data dalam jumlah besar dapat disimpan dengan murah. c) Kemajuan dalam teknik data berarti data dalam jumlah besar dapat dianalisis dalam jumlah banyak. d) Kemajuan dalam jaringan data berarti biaya dan waktu bergerak dan mengakses data telah menjadi sangat singkat, dan komputer baik di dalam maupun di luar suatu organisasi semakin terhubung dengan baik. Teknik Industri Widyatama 44