PEMANFAATAN LIMBAH ASBES UNTUK PEMBUATAN BATAKO Setiyo Daru Cahyono1 dan Rosyid Kholilur Rohman2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Merdeka Madiun, Jl. Serayu 79 Madiun Email: [email protected] 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Merdeka Madiun, Jl. Serayu 79 Madiun Email: [email protected] ABSTRAK Pembangunan perumahan dan gedung terus meningkat setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Permintaan material bangunan juga terus meningkat. Diantaranya meterial batako sebagai salah satu bagian material untuk dinding bangunan. Dalam usaha mengurangi ekslporasi material dari alam, salah satunya adalah pemanfaatan limbah Asbes untuk pembuatan batako. Limbah Asbes tergolong limbah B3, tetapi dengan dimanfaatkan sebagai pengganti pasir pada pembuatan batako maka limbah asbes ini tidak berbahaya untuk kesehatan manusia karena tercampur dengan material lainnya seperti air dan semen. Untuk pemasangan batako sebagai dinding bangunan juga perlu diplester sehingga tidak terjadi kontaminasi langsung antara batako dengan alam baik kontaminasi dengan air hujan, panas matahari ataupun cuaca di alam. Berdasarkan penelitian penggunaan limbah asbes sebagai pengganti pasir dalam pembuatan batako ini menghasilkan batako dengan kuat tekan yang lebih rendah, berat volume yang semakin rendah, dan mempunyai nilai porositas yang semakin tinggi. Batako yang dihasilkan bersifat ringan. Pada penyerapan air semakin besar pengantian pasir oleh limbah asbes penyerapan air semakin besar yaitu pada penggantian pasir 0% = 4,55% dan 100% = 7,41%. Dilihat dari kuat tekan penggantian pasir oleh limbah asbes sebanyak 0% kuat tekan tekan yang diperoleh 92,90 kg/cm2, penggantian 100% kuat tekan yang didapat 61,70 kg/cm2. Hasil dari penggantian pasir oleh limbah asbes sebanyak 100% telah memenuhi syarat batako mutu III menurut SNI 3- 0349-1989 yaitu batako yang standar rata-rata minimum untuk mutu III adalah 35 kg/cm2. Berat volume batako 100% pasir = 2212,9 kg/m3. Sedangkan berat volume batako 100% limbah asbes = 1625,4 kg/cm3. Batako ringan ini sesuai untuk bangunan bertingkat karena mempunyai berat yang sangat ringan dan lebih ramah lingkungan karena menggunakan material limbah asbes yang sangat mengganggu lingkungan. Pemanfaatan limbah asbes untuk pembuatan batako ini sebagai upaya pelestarian alam dan penciptaan meterial yang lebih ramah lingkungan. Kata kunci: Limbah Asbes, Batako, Kuat Tekan, Porositas 1. PENDAHULUAN Pembangunan perumahan dan gedung terus meningkat setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Kebutuhan akan tempat tinggal (rumah) pada dewasa ini semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Peningkatan kebutuhan akan perumahan dan gedung secara otomatis kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Peningkatan akan kebutuhan bahan bangunan harus disikapi dengan pemanfaatan dan penemuan alternatif bahan bangunan baru yang mempunyai kualitas yang lebih baik dari bahan bangunan sebelumnya. Berbagai penelitian telah dilakukan dengan harapan akan ditemukannya alternatif teknik kontruksi yang efisien serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar dan ekonomis. Alternatif yang sedang menjadi perhatian dewasa ini adalah pemanfaatan limbah-limbah industri. Salah satu material bangunan yang sering digunakan dalam bangunan gedung dan perumahan adalah Batako. Batako sebagai salah satu bagian material untuk dinding bangunan. Material pembuat batako semua berasal dari material alam. Untuk mengurangi eksplorasi material alam yang berlebihan perlu adanya penelitian tentang material pengganti material alam untuk membuat batako. Salah satu bahan tambah atau pengganti untuk membuat batako adalah pemanfaatan limbah asbes. Material ini banyak terbuang di lingkungan sehingga perlu dimanfaatkan utuk mengurangi pencemaran lingkungan. Limbah asbes tergolong limbah B3 yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Tetapi dengan dimanfaatkan sebagai pengganti pasir pada pembuatan batako maka limbah asbes ini tidak berbahaya untuk kesehatan manusia karena tercampur dengan material lainnya seperti air, semen dan pasir. Mekanisme pembuatan batako dengan material limbah asbes ini yaitu limbah asbes yang sudah hancurkan dan halus dicampurkan pada campuran material batako lainnya yaitu air dan semen sehingga limbah asbes yang berbahaya ini terikat dan terbungkus oleh air dan semen sehingga lebih aman dari kontaminasi dengan udara luar dan cuaca. Untuk pemasangan batako sebagai dinding bangunan juga perlu diplester. Cara ini dilakukan supaya limbah asbes ini bisa aman digunakan sebagai material dinding dalam pembangunan gedung dan perumahan sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh penggantian pasir oleh limbah asbes dalam pembuatan batako terhadap porositas dan kuat tekan batako sehingga batako yang dihasilkan lebih ringan. Batako ringan ini sesuai untuk bangunan bertingkat karena mempunyai berat yang lebih ringan dan lebih ramah lingkungan karena menggunakan material limbah asbes yang selama ini tidak dimanfaatkan dan mengganggu lingkungan. Pemanfaatan limbah asbes untuk pembutan batako ini sebagai upaya pelestarian alam dan penciptaan meterial yang lebih ramah lingkungan. 2. TINJAUAN PUSTAKA Batako adalah semacam batu cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan campuran semen, kapur, pasir dan ditambah air yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi balok-balok dengan ukuran tertentu. Menurut SNI 03-0349-1989 bata beton (batako) adalah komponen berbentuk bata yang dibuat dari bahan utama semen portland, air dan agregat, yang digunakan untuk pasangan dinding. Bentuk dari batako/batu cetak itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu batu cetak yang berlubang (hollow block) dan batu cetak yang tidak berlubang (solid block)serta mempunyai ukuran yang bervariasi. (Misbachul Munir, 2008) Batako untuk bahan bangunan mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan menggunakan batako dalam bangunan adalah tiap m2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif terdapat suatu pengurangan biaya. Keuntungan lain dari penggunaan batako adalah akan mengurangi efek kerusakan lingkungan khususnya lahan pertanian yang dijadikan sebagai pembuatan batu bata. Sedangkan kerugiannya meliputi proses membuatnya membutuhkan waktu lama kurang lebih 3 minggu, pengangkutan bisa membuat pecah dan retak, karena ukurannya yang cukup besar dan proses membatunya cukup lama. (A.G Tamrin, 2008) Berdasarkan SNI 3-0349-1989, bata beton (batako) harus memenuhi syarat-syarat fisis. Syarat-syarat fisis tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Syarat-Syarat Fisis Pada Batako Sesuai SNI 3-0349-1989 No Syarat Fisis Satuan Tingkat Mutu Bata Beton Pejal I II III IV 100 70 40 25 Tingkat Mutu Bata Beton Berlubang I II III IV 70 50 35 20 Kuat tekan bruto* ratakg/cm2 rata min 2. Kuat tekan bruto kg/cm2 90 65 35 21 65 45 30 17 masing-masing benda uji min. 3. Penyerapan air rata% 25 35 25 35 rata maks. Keterangan: Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji pecah, dibagi dengan luas ukuran nyata dari bata termasuk luas lubang serta cekungan tepi. (Sumber: SNI 3-0349-1989) 1. Kuat Tekan adalah uji kekuatan bahan untuk menahan beban jika digunakan dalam konstruksi tertekan. Kuat Tekan juga bisa didefinisikan sebagai daya tahan bahan terhadap gaya-gaya yang bekerja sejajar atau tegak lurus, yang sifatnya tekan. Besarnya kuat tekan dari benda uji dapat dihitung dengan rumus: F 'c Pmaks A (1) F’c = kuat tekan, kg/cm2. P maks = beban tekan maksimum, kg. A = Luas permukaan benda uji yang ditekan, cm2. Tegangan maksimum baik tegangan tarik atau tegangan tekan terjadi sepanjang penampang normal terhadap beban. Dengan membagi beban dengan luas berarti tidak memberi tegangan pada semua titik pada luas penampang, terutama hanya menetapkan tegangan rata-rata. Kuat Tekan dapat dihubungkan dengan besar kecilnya porositas produk. Porositas adalah ratio dari pori-pori dalam material terhadap total volume material. Porositas terjadi akibat adanya gelembung-gelembung udara yang terbentuk selama atau sesudah pencetakan. Gelembung ini bisa timbul karena adanya pemakaian air yang berlebihan pada saat pembuatan produk. Besarnya nilai porositas dapat dihitung dengan rumus: Dimana Porositas (n) = Dimana 3. A B 100% B (2) A = berat basah batako B = berat kering batako METODE Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimental untuk mendapatkan hasil ataupun datadata yang menunjukkan hubungan antara variable yang diuji. Benda uji untuk pengujian Porositas dan Kuat Tekan batako dengan ukuran 40 x 20 x 10 cm3. Penelitian ini dilakukan di Labolatorium Teknik Sipil Universitas Merdeka Madiun Indonesia. Tujuan dari penelitian ini dapat diperoleh Batako dari material limbah asbes yang mempunyai mutu memenuhi persyaratan SNI-03-0691-1996. Adapaun bagan alir penelitian adalah sebagai berikut: Gambar 1. Bagan Alir Penelitian 4. PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan adalah dengan membuat sampel benda uji batako dengan ukuran 40 x 20 x 10 cm3. Selanjutnya dilakukan perencanaan komposisi campuran untuk mendapatkan komposisi material penyusun batako. Pembuatan benda uji dilakukan dengan proporsi campuran 1 : 4 dan faktor air semen 0,5. Pembuatan benda uji menggunakan agregat halus dari pasir tanpa menggunakan limbah asbes sebagai control. Benga uji yang lainnya dibuat dengan prosentase pasir dikurangi dari 25 %, 50 %, 75 % sampai 100 %. Kebutuhan material dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Table 2 : Kebutuhan Material Untuk Pembuatan Benda Uji Prosentase Limbah asbes (%) 100,0 75,0 50,0 25,0 0,0 Sumber : Hasil Perhitungan PC (kg) 9,60 9,60 9,60 9,60 9,60 Pasir (kg) 38,40 28,80 19,20 9,60 0,00 Limbah Asbes (kg) 0,00 9,60 19,20 28,80 38,40 Air (kg) 4,80 4,80 4,80 4,80 4,80 Setelah benda uji terbuat kemudian benda uji disimpan dan dilakukan perawatan hingga mencapai umur 28 hari. Setelah mencapai umur 28 hari dilakukan uji tekan. Hasil uji tekan batako dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 1. Table 3 : Hasil Uji Tekan Batako Pasir Limbah Asbes (%) (%) 100,0 0,00 75,0 25,00 50,0 50,00 25,0 75,00 0,0 100,00 Sumber : Hasil Perhitungan 1 370 355 320 275 245 Gaya Tekan (KN) 2 3 370 375 355 350 320 315 275 275 245 250 Rata-rata 371,7 353,3 318,3 275,0 246,7 Kuat Tekan (kg/cm2) 92,9 88,3 79,6 68,8 61,7 100,0 Kuat tekan (kg/cm2) 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 Kuat Tekan 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 0,00 25,00 50,00 75,00 100,00 Prosentase limbah asbes(%) Gambar 1. Hubungan Prosentase Limbah asbes dan Kuat Tekan Beton Dari hasil penelitian kuat tekan dapat diketahui bahwa prosentase penambahan limbah asbes berpengaruh terhadap kuat tekan batako. Pada penggunaan limbah asbes 25 % kuat tekan turun 5 % (4,6 kg/cm2), penggunaan limbah asbes 50 % kuat tekan turun 17 % (13,3 kg/cm2), penggunaan limbah asbes 75 % kuat tekan turun 35 % (24,2 kg/cm2), penggunaan limbah asbes 100 % kuat tekan turun 51 % (31,3 kg/cm2). Semakin besar pemakaian limbah asbes kuat tekan batako semakin turun, namun masih memenuhi syarat mutu III SNI 3-0349-1989 (minimal 35 kg/cm2). Dari benda uji tersebut juga dilakukan penimbangan dan perhitungan berat volumenya. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4. Table 4 : Hasil Perhitungan Berat Volume Pasir Limbah Asbes (%) (%) 100,0 0,00 75,0 25,00 50,0 50,00 25,0 75,00 0,0 100,00 Sumber : Hasil Perhitungan 1 17,57 16,75 15,29 14,50 13,02 Berat (kg) 2 3 17,65 17,89 16,65 16,69 15,21 15,17 14,43 14,67 12,96 13,03 Rata-rata 17,7 16,7 15,2 14,5 13,0 Berat Volume rata-rata (kg/m3) 2212,9 2087,1 1902,9 1816,7 1625,4 Dari perhitungan di atas diketahui bahwa penggunaan limbah asbes sebagai pengganti pasir akan menurunkan berat volume batako. Berat volume batako dengan agregat pasir 100 % sebesar 2212,9 kg/m3, sedangkan pada penggunaan 50% pasir dan 50 % limbah asbes berat volumenya sebesar 1902,9 kg/m 3, dan pada penggunaan 100 % limbah asbes berat volumenya sebesar 1625,4 kg.m 3. Dengan menggunakan limbah asbes sebagai pennganti pasir didapatkan batako yang lebih ringan, sehingga bila dipasang sebagai dinding bangunan dapat mengurangi berat bangunan. Pada penelitian juga dilakukan uji porositas batako. Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 5. Table 5 : Hasil Uji Porositas Batako Benda Uji A (gr) LA 0 1 276 2 275 3 277 LA 25 1 272 2 271 3 272 LA 50 1 268 2 266 3 266 LA 75 1 267 2 268 3 268 LA 100 1 266 2 266 3 265 Keterangan : LA = Limbah Asbes A = Berat Basah Batako B = Berat Kering Batako Sumber : Hasil Perhitungan B (gr) 264 263 265 258 260 258 253 253 252 251 252 253 247 247 248 A-B 12 12 12 14 11 14 15 13 14 16 16 15 19 19 17 Porositas (%) 4,55 4,56 4,53 5,43 4,23 5,43 5,93 5,14 5,56 6,37 6,35 5,93 7,69 7,69 6,85 Porositas Rata-rata (%) 4,55 5,03 5,54 6,22 7,41 Dari hasil pengujian porositas diketahui bahwa pemakaian limbah asbes berpengaruh terhadap nilai porositas batako. Porositas batako dengan agregat pasir 100 % sebesar 4,55 %, sedangkan pada penggunaan 50% pasir dan 50 % limbah asbes porositas 5,5,4 %, dan pada penggunaan 100 % limbah asbes porositasnya 7,41 %. Semakin besar penggunaan limbah asbes porositas batako semakin besar. 5. KESIMPULAN Setelah dilakukan analisis eksperimen pada penelitian ini, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu penggunaan limbah asbes sebagai pengganti sebagian pasir mempengaruhi kuat tekan batako yaitu semakin besar penggunaan limbah asbes kuat tekan batako semakin turun. Kuat tekan batako dengan agregat limbah asbes masih memenuhi persyaratan mutu III SNI 3-0349-1989. Penambahan prosentase limbah asbes dalam campuran batako akan memperbesar nilai porositas batako. Penggunaan limbah asbes akan menurunkan berat volume batako sehingga didapatkan batako yang lebih ringan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (1996). Bata Beton Untuk Lantai (SNI-03-0691-1996). Bandung. Yayasan Lembaga Pendidikan Masalah Bangunan. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta Andriati. (1996). Penelitian Pemanfaatan Semen Abu Terbang Untuk Pembuatan Paving Block. Jurnal Penelitian Permukiman I. Vol XII.No 1-2. Anonim (1989). Bata Beton Pejal, Mutu Dan Cara Uji (SNI 03-0348-1989). Badan Standarisasai Nasional. Jakarta Anonim (1989). Bata Beton Untuk Pasangan Dinding (SNI 03-0349-1989). Badan Standarisasai Nasional. Jakarta Dipohusodo, Istimawan. (1990). Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT Gramedia Ghozi, M. (2008). Analisa fundamental pengaruh abu ampas tebu dalam pembuatan pasta semen, Jakarta Munir, Misbaqul. (2008). Pemanfaatan fly ash abu batu bara untuk hollow block yang bermutu dan aman bagi lingkungan. Semarang Mc. Cormac. (2003). J.C, Design of Reinforced Concrete (Fifth edition) (translate). Jakarta: Erlangga Rosyid Kholilur Rohman, Setiyo Daru Cahyono, A.R. Hanung Triyono. (2013). The Influence Of Fly Ash Addition On The CompressiveStrength Of Concrete Containing Recycle Concrete Aggregates, Advanced Materials Research Vol. 626 (2013) pp 391-395 © (2013) Trans Tech Publications. Switzerland Sedeyaningsih, Anis. (2010). Pengaruh penggantian sebagian agregat halus dengan serbuk batu gamping keras (karst) terhadap kuat tekan dan berat jenis batako. Simbolon, Tiurma. (2009). Pembuatan dan karakterisasi batako ringan yang terbuat dari styrofoam. Universitas Sumatra Utara. Tjokrodimuljo K. (1996). Teknologi Beton. Yogyakarta. Naviri Tamrin, A.G. (2008). Teknik konstruksi bangunan gedung sederhana jilid 1 untuk Smk. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta