BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Restoran Menurut Marsum (2004), restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial yang menyelenggarakan pelayanan yang baik kepada semua tamunya baik berupa makan dan minum. Dalam bisnis restoran, pelayanan sangat dibutuhkan untuk menarik calon pelanggan, salah satu komponen penting dalam pelayanan adalah penempatan meja makan pada setiap lokasi di restoran seperti yang dikemukakan oleh Robson, Strategies for Designing Effective Restaurants dan tinggi kursi terhadap meja (Robson, Kimes, Becker, & Evans, 2011). Hal ini membuktikan bahwa pelanggan ingin mendapatkan tempat makan dan kondisi kursi dan meja sesuai dengan keinginan mereka. 2.2. Klasifikasi Restoran Klasifikasi restoran menurut Marsum. W (2005), resto atau restoran dikelompokkan menjadi beberapa jenis menurut kegiatan dan makanan atau minuman yang disajikan, yaitu : Tabel 1 - Jenis Restoran Jenis Restoran Keterangan Restoran A’la carte restaurant Menu lengkap dan merupakan restoran tanpa aturan mengikat atau bebas. Table d’hotel Restoran dengan menu yang lengkap dan menyajikan setiap menu berurutan 7 8 dari pembuka sampai penutup. Biasanya erat hubungannya dengan hotel Coffee shop Merupakan tempat makan dan minum yang menyuguhkan suasana santai tanpa aturan yang mengikat dan biasanya menyuguhkan racikan kopi sebagai menu special diluar makananmakanan kecil atau makanan siap saji. Cafetaria Merupakan tempat makan dan minum yang terbatas menyajikan roti atau sandwich serta minuman-minuman ringan yang tidak beralkohol, biasanya erat hubungannya dengan kantor. Canteen Merupakan tempat makan dan minum yang menyajikan berbagai makanan instan dengan harga terjangkau. Continental restaurant Restoran yang memberikan kebebasan bagi pengunjungnya untuk memilih bahkan mengiris makanan yang dipesannya sendiri. Carvery Merupakan restoran yang biasanya terdapat di motel kecil dan menyajikan makanan dan minuman sederhana. Discotheque Merupakan tempat makan dan minum yang menyuguhkan suasana hingar 9 bingar music sebagai daya tariknya. Biasanya menyuguhkan makanan dan minuman cepat saji. Fish and chip shop Restoran yang menyajikan menu ikan dan kripik atau snack sebagai menu utama. Grill room Restoran dengan menu masakan panggang atau barbekyu sebagai menu andalan. Intavern Restoran kecil di pinggiran kota yang biasanya menyuguhkan makanan cepat saji dan minuman kopi. Pizzeria Restoran dengan menu pizza dan pasta sebagai menu utama. Creeperie Restoran yang menyajikan berbagai menu kreps dan manisan. Pub Restoran yang menjual minuman beralkohol. Café Tempat untuk makan dan minum dengan sajian cepat saji dan menyuguhkan suasana yang santai atau tidak resmi Specialty restaurant Merupakan tempat untuk makan dan minum yang memiliki tema khusus atau kekhususan menu masakan yang akan disajikan dan biasanya memiliki 10 citarasa yang berbeda dengan restoran lain. Terrace restaurant Merupakan tempat makan dan minum yang umumnya terletak di luar ruangan dan biasanya erat hubungannya dengan fasilitas hotel. Di negara barat terrace restaurant biasanya hanya buka saat musim panas saja. Gourment restaurant Merupakan tempat untuk makan dan minum yang biasanya diperuntukkan bagi orang-orang yang sangat mengerti akan citarasa sehingga banyak menyediakan makanan-makanan lezat dengan pelayanan yang megah dan harga yang mahal. Family restaurant Merupakan restoran sederhana untuk makan dan minum keluarga atau rombongan dengan harga yang tidak mahal serta menyuguhkan suasana nyaman dan santai. Main dining room Merupakan ruang makan besar atau restoran yang umumnya terdapat di hotel, penyajian makanannya secara resmi, servis yang diberikan dapat menggunakan gaya perancis maupun rusia, sedangkan orang-orang yang 11 datang pada umumnya juga menggunakan pakaian resmi formal. 2.3. Internet Internet menurut Laudon dan Traver (2008:122) adalah sebuah jaringan interkoneksi dari ribuan jaringan dan komputer yang menghubungkan jutaan perusahaan, lembaga pendidikan, instansi pemerintah, dan individu. Internet menurut Chaffey (2009:4) adalah jaringan fisikal yang menghubungkan komputer di seluruh dunia. Terdiri dari jaringan infrastruktur server dan jaringan komunikasi antara mereka yang digunakan untuk menyimpan informasi dan transportasi antara komputer client dan web server. 2.4. Teknologi Mobile Menurut ABI Research (2012), teknologi mobile yang semakin berkembang mengubah gaya hidup dan konsumsi media. Penggunaan media cetak pun mulai berkurang. Hal ini dikarenakan teknologi mobile menggabungkan aktivitas harian sehingga menjadi satu dalam satu perangkat saja. Gaya berbelanja kebanyakan orang pun mulai berubah seiring dengan meningkatnya iklan aplikasiaplikasi yang ada pada mobile tersebut. Menurut Shin (2001), walaupun teknologi mobile yang berkembang memberikan anyak kemudahan dan keuntungan bagi para pelanggan, perusahaan ditantang untuk menjadi kreatf dan inovatif dalam memberikan solusi yang terbaik bagi para pelanggannya. Perusahaan diharapkan memiliki strategi yang unik untuk dapat bersaing dengan perusahaan sejenis dalam era internet ini. 12 Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini telah membuka peluang baru bagi perusahaan untuk melakukan kegiatan bisnisnya. Teknologi seperti bisnis elektronik atau e-commerce berkembang seiring dengan berkembangnya internet (Au dan Ho, 2002). Menurut Turban (2006) E-Commerce menggambarkan proses pembelian, penjualan, pentransferan, atau pertukaran produk, atau jasa dan informasi melalui jaringan komputer, termasuk internet. Perkembangan teknologi tersebut juga terjadi pada teknologi mobile. Perkembangan teknologi mobile yang sangat cepat yang disertai dengan peningkatan jumlah penggunanya juga memungkinkan sebuah pendekatan yang baru terhadap E-commerce yang dinamakan Mobile Commerce (M-commerce) (Mort dan Drennan, 2004). Keuntungan dalam penggunaan M-commerce sangatlah besar karena jumlah pengguna ponsel di seluruh dunia besarnya mencapai tiga kali lipat dari pengguna komputer atau internet. Fitur M-commerce yang paling menarik adalah kemampuannya untuk menjangkau user dimanapun dan kapanpun (Riivari, 2005). Ponsel diharapkan dapat memperkuat perkembangan media digital sebagai suatu sarana bagi perusahaan untuk memperluas brand-nya (Lindgren dan Svensson, 2002). Sudah banyak perusahaan yang mempertimbangkan ponsel sebagai sarana untuk memasarkan produk jasa karena mereka melihat media ini dapat menghasilkan revenue tambahan (Marek, 2006). Dalam melakukan kegiatan pengiriman data/informasi yang menggunakan wireless devices seperti ponsel, tentunya dibutuhkan teknologi mobile dan infrastruktur yang dapat menghasilkan efektifitas dan efisiensi (Yunos dan Gao, 2004). 13 2.5. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) Menurut Rangkuti (2006, p18-19), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini dilakukan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. 2.5.1 Lingkungan Eksternal Pelaku bisnis harus mengawasi perubahan dari pengaruh kunci lingkungan makro dan faktor lingkungan mikro yang dapat mempengaruhi penerimaan keuntungan perusahaan. Pemasaran yang baik adalah metode untuk menemukan, mengembangkan dan mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada. Kesempatan dalam pemasaran adalah sebuah area dimana pelanggan merasa bahwa perusahaan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan. Ada tiga sumber untuk mendapatkan peluang pasar. Yang pertama adalah dengan menyediakan suatu kebutuhan tertentu dalam jumlah yang tidak banyak. Yang kedua adalah dengan menyediakan suatu produk yang sudah ada dengan metode penjualan atau kemasan yang lebih baik. Yang terakhir adalah menyediakan suatu produk yang baru bagi pelanggan. 2.5.2 Lingkungan Internal Pelaku bisnis tidak hanya melihat peluang yang ada di pasar dan mengambil keuntungan dari peluang tersebut, tetapi pelaku bisnis juga 14 harus melakukan evaluasi terhadap kekuatan dan kelemahan internal mereka. Bisnis tidak harus melakuakan koreksi terhadap seluruh kelemahan ataupun menjadi serakah dengan seluruh kekuatannya. Pertanyaannya adalah mengenai bagaimana perusahaan dapat mengambil peluang dengan kekuatan yang dimiliki atau mempertimbangkan membuat suatu kekuatan baru dengan peluang yang tidak memiliki kekuatan tertentu, namun karena orang-orang yang ada di dalamnya tidak dapat bekerja sama sebagai satu tim. Gambar 3–Analisis SWOT (Kotler & Keller, 2004) Empat analisa dalam SWOT adalah sebagai berikut : 1. Strength / Kekuatan (S), adalah kemampuan internal yang menonjol dari sebuah perusahaan secara relatif dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Strength merupakan suatu kompetensi yang ada dalam perusahaan yang dijadikan sebagai perbandingan kompetitor. 15 2. Weakness / Kelemahan (W), merupakan sifat-sifat dari suatu perusahaan yang cenderung mengurangi nilai-nilai kompeten dan perbandingan dengan pesaing-pesaingnya. 3. Opportunities / Peluang (O), merupakan peluang-peluang yang ada dalam diri perusahaan. 4. Threats / Ancaman (T), merupakan kejadian-kejadian yang sangat mungkin terjadi yang dapat mengakibatkan kerugian tertentu bagi perusahaan. Strength dan weakness berasal dari dalam perusahaan, sehingga bersifat internal dan dapat dikendalikan oleh perusahaan. Sedangkan opportunity dan threat berasal dari luar perusahaan sehingga bersifat eksternal dan sukar dikendalikan oleh perusahaan. Analisis strength dan weakness menunjukkan perbandingan kekuatan dan kelemahan perusahaan terhadap pesaingnya. Yang meliputi kepemimpinan perusahaan, susunan dan organisasi perusahaan, keunggulan kompetitif perusahaan, pengembangan sumber daya manusia dan faktor motivasi. Sedangkan dari analisis opportunity dan threat dapatlah diketahui faktor kepemimpinan politik dalam negara, faktor eksternal (kondisi ekonomi) dan faktor fisik. Secara keseluruhan dari hasil analisis SWOT dapat diketahui tentang kelemahan dan kekuatan perusahaan itu sendiri dan para pesaingnya, serta keadaan lingkungan yang ada. Setelah perusahaan mengetahui hasil analisis SWOT, maka perusahaan dapat menentukan strategi pemasarannya yang akan 16 menyerang para pesaingnya atau justru mempertahankan diri dari pesaingnya. 2.6. Marketing Mix Definisi bauran pemasaran (marketing mix) menurut Philip Kotler (2000:15) sebagai berikut : “Bauran pemasaran adalah sekumpulan alat pemasaran (marketing mix) yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Zeithaml and Bitner (2001:18) mengemukakan definisi bauran pemasaran sebagai berikut : “Marketing mix defined as the elements an organizations controls that can be used to satisfy or communicate with customer. These elements appear as core decisions variables in any marketing text or marketing plan” Konsep bauran pemasaran tradisional menurut Zeithaml dan Bitner terdiri dari 4P, yaitu produk (product), harga (price), lokasi (place), dan promosi (promotion).Sementara itu, untuk pemasaran jasa perlu baura pemasaran yang diperluas dengan penambahan unsur non-traditional marketing mix, yaitu orang (people), fasilitas fisik (physical evidence), dan proses (process), sehingga menjadi 7P. Masing-masing dari tujuh unsur bauran pemasaran tersebut saling berhubungan dan tergantung satu sama lainnya dan mempunyai suatu bauran yang optimal sesuai dengan karakteristik segmennya (Zeithaml, 2000:18-21) 17 Gambar 4–Marketing Mix (Kotler, 2000) 2.6.1 Product Product menurut Kotler (2000:428) merupakan “segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan”. Produk yang ditawarkan meliputi barang fisik, jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi, dan ide. Jadi produk dapat berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan. 18 Produk jasa merupakan suatu kinerja penampilan yang tidak berwujud dan cepat hilang, lebih besar dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Sesungguhnya pelanggan tidak membeli barang atau jasa, tetapi membeli manfaat dan nilai dari sesuatu yang ditawarkan. Apa yang ditawarkan menunjukkan sejumlah manfaat yang dapat pelanggan dapatkan dari pembeli suatu barang atau jasa, sedangkan sesuatu yang ditawarkan itu sendiri dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu : 1. Barang nyata, 2. Barang nyata yang disertai jasa, 3. Jasa utama yang disertai dengan barang dan jasa tambahan, dan 4. Murni jasa Untuk merencanakan penawaran atau produk, pemasar perlu memahami tingkatan produk, yaitu sebagai berikut: 1. Produk Utama/Inti (Core Benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk. 2. Produk Generik (Generic Benefit), yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi). 3. Produk Harapan (Expected Product), yaitu berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan 19 tambahan kepuasan dan dapat dibedakan dengan produk pesaing. 4. Produk Pelengkap (Augmented Product), yaitu berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan dapat dibedakan dengan produk pesaing. 5. Produk Potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa mendatang. Jadi pada dasarnya produk adalah sekumpulan nilai kepuasan yang kompleks. Nilai sebuah produk ditetapkan oleh pembeli berdasarkan manfaat yang akan mereka terima dari produk tersebut. 2.6.2 Price Penentuan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa karena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha/bisnis. Keputusan penentuan harga juga sangat signifikan di dalam penentuan nilai/manfaat yang dapat diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran kualitas jasa. Strategi penentuan tarif dalam perusahaan jasa dapat menggunakan penentuan taruf premium pada saat permintaan tinggi dan tarif diskon pada saat permintaan menurun. 20 Keputusan penentuan tarif dari sebuah produk jasa baru harus memperhatikan beberapa hal. Hal yang paling utama adalah bahwa keputusan penentuan tarif harus sesuai dengan strategi pemasaran secara keseluruhan. Perubahan berbagai tarif di berbagai pasar juga harus dipertimbangkan. Lebih jauh lagi, tarif spesifik yang akan ditetapkan akan bergantung pada tipe pelanggan yang menjadi tujuan pasar jasa tersebut. Secara singkat, prinsip-prinsip penetapan harga, seperti yang dikutip oleh Zeithalm dan Bitner (2001:436) adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah faktor dalam dalam menetapkan harga, mencakup: pemilihan tujuan penetapan harga, menentukan tingkat permintaan, perkiraan biaya, menganalisis harga yang ditetapkan dan produk yang ditawarkan pesaing, pemilihan metode penetapan harga, serta menentukan harga akhir. 2. Perusahaan tidak harus selalu berupaya mencari profit maksimum melalui penetapan harga maksimum, tetapi dapat pula dicapai dengan cara memaksimumkan penerimaan sekarang, memaksimumkan penguasaan pasar atau kemungkinan lainnya. 3. Berbagai jenis biaya harus dipertimbangkan dalam menetapkan harga termasuk didalamnya adalah biaya langsung dan tidak langsung, biaya tetap dan biaya variabel, serta biaya-biaya lainnya. 21 4. Harga para pesaing akan mempengaruhi tingkat permintaan jasa yang ditawarkan sehingga harga pesaing harus turut dipertimbangkan dalam proses penetapan harga. 5. Berbagai cara atau variasi penetapan harga yang ada mencakup mark up, sasaran perolehan, nilai yang dapat diterima, faktor psikologis dan harga lainnya. 6. Setelah menetapkan struktur harga, perusahaan menyesuaikan harganya dengan menggunakan harga psikologis, diskon harga, harga promosi, serta harga bauran produk. Prinsip-prinsip penetapan harga tersebut dapat digunakan secara bersamaan, baik untuk barang maupun jasa. Selanjutnya Zeithaml dan Bitner (2001:437) menjelaskan tiga dasar penetapan harga yang biasa digunakan dalam menentukan harga, yaitu penetapan harga berdasarkan biaya, penetapan harga berdasarkan persaingan, dan penetapan harga berdasarkan permintaan. 2.6.3 Place Untuk produk industri manufaktur place diartikan sebagai saluran distribusi, sedangkan untuk produk industri jasa, place diartikan sebagai tempat pelayanan jasa. Lokasi pelayanan jasa yang digunakan dalam memasok jasa kepada pelanggan yang dituju merupakan keputusan kunci. Keputusan mengenai lokasi pelayanan yang akan 22 digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan berlangsung. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana dan bagaimana jasa akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan manfaat dari jasa. Keanekaragaman jasa membuat penyeragaman strategi tempat menjadi sulit. Masalah ini melibatkan pertimbangan bagaimana interaksi antara organisasi penyedia jasa dan pelanggan serta keputusan tentang apakah organisasi tersebut memerlukan satu lokasi atau beberapa lokasi. Seseorang pemasar produk jasa seharusnya mencari cara untuk membangun pendekatan penyerahan jasa yang tepat serta menghasilkan keuntungan untuk perusahaanya. Lokasi berhubungan dengan keputusan yang dibuat oleh perusahaan mengenai dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan, yang paling penting dari lokasi adalah tipe dan tingkat interaksi yang terlibat. Terdapat tiga macam tipe interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan yang berhubungan dengan pemilihan lokasi, yaitu sebagai berikut: 1. Pelanggan mendatangi penyedia jasa, 2. Penyedia jasa mendatangi pelanggan, atau 3. Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui perantara. Untuk tipe interaksi dimana pelanggan mendatangi penyedia jasa, letak lokasi menjadi sangat penting. Didalam interaksi ini penyedia jasa yang menginginkan pertumbuhan dapat mempertimbangkan 23 menawarkan jasa mereka dibeberapa lokasi. Jika penyedia jasa mendatangi pelanggan, maka letak lokasi menjadi tidak begitu penting meskipun perlu, dipertimbangkan pula kedekatan terhadap pelanggan untuk menjaga kualitas jasa dan pelanggan menggunakan media perantara dalam berinteraksi, maka letak lokasi dapat diabaikan meskipun beberapa media perantara memerlukan interaksi fisik antara mereka dengan pelanggan. 2.6.4 Promotion Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya. Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Secara rinci ketiga tujuan promosi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Menginformasikan (informing), dapat berupa menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru, memperkalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk, menyampaikan perubahan harga kepada pasar, menjelaskan cara kerja suatu produk, menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan, 24 meluruskan kesan yang keluru, mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli, dan membangun citra perusahaan. 2. Membujuk pelanggan sasaran (persuading), untuk membentuk pilihan mere, mengalihkan pilihan ke merek tertentu, mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk, mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga, dan mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga (salesman). 3. Mengingatkan (reminding), dapat terdiri atas: mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat, mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan, membuat pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan, membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan, dan menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan. Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya. Beberapa tugas khusus itu sering disebut bauran promosi (promotion mix), yaitu : 1. Personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka akan mencoba dan membelinya. 25 2. Mass Selling merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak umum. Ada dua bentuk utama mass selling, yaitu periklanan dan publisitas. Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan dalam mempromosikan produknya. 3. Promosi penjualan (sales promotion) adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan. 4. Hubungan Masyarakat (public relations) merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut. 5. Direct Marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang terukur dan atau transaksi di sembarang lokasi. 6. Word of Mouth adalah penyerahan dan komunikasi dari mulut ke mulut merupakan salah satu ciri khusus dari promosi dalam bisnis jasa. Biasanya pelanggan memperhatikan dengan teliti penyerahan jasa kemudian menceritakan pengalamannya pada pelanggan potensial lainnya. 26 2.6.5 People Menurut Zeithaml dan Bitner (2001:19), orang adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen dari orang (people) adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Semua sikap dan tindakan karyawan dan penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa (service encounter). Semua karyawan yang berhubungan dengan konsumen dapat disebut sebagai tenaga penjual. Dengan kata lain, dalam pengertian yang lebih luas, pemasaran merupakan pekerjaan semua personel organisasi jasa. Oleh karena itu penting kiranya semua perilaku karyawan jasa harus diorientasikan kepada konsumen. People dalam jasa ini adalah orangorang yang terlibat langsung dalam menjalankan segala aktivitas perusahaan, dan merupakan faktor yang memegang peranan penting bagi semua organisasi. Oleh perusahaan jasa unsur people ini bukan hanya memegang peranan penting dalam bidang produksi atau operasional saja, tetapi juga dalam melakukan hubungan kontak langsung dengan konsumen. Perilaku orang-orang yang terlibat langsung ini sangat penting dalam mempengaruhi mutu jasa yang ditawarkan dan image perusahaan yang bersangkutan. Elemen people ini memiliki dua aspek, yaitu : 1. Service People Untuk organisasi jasa, service people biasanya memegang jabatan ganda, yaitu mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui 27 pelayanan yang baik, cepat, ramah, teliti, dan akurat dapat menciptakan kepuasan dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan nama baik perusahaan. 2. Customer Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang diantara para pelanggan. Pelanggan dapat memberikan persepsi kepada nasabah lain, tentang kualitas jasa yang pernah didapatnya dari perusahaan. Keberhasilan dari perusahaan jasa berkaitan erat dengan seleksi, pelatihan, motivasi, dan manajemen dari sumber daya manusia. 2.6.6 Physical Evidence Menurut Zeithaml dan Bitner (2000:20), bukti fisik adalah suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Bukti fisik merupakan lingkungan fisik perusahaan jasa dimana layanan diciptakan dan dimana penyedia jasa dan pelanggan berinteraksi, ditambah unsurunsur berwujud yang ada yang dipakai untuk berkomunikasi atau mendukung peran jasa. Dalam bisnis jasa, pemasar harus berusaha mengimbangi dimensi ketidakterwujudnya dengan menyediakan petunjuk-petunjuk fisik untuk menguatkan positioning dan citra dan mengembangkan product surround. 28 Bukti fisik sangat membantu positioning suatu perusahaan jasa dan memberi dukungan nyata terhadap pengalaman jasa yang diharapkan. Lovelock (2005:248) mengemukakan bahwa perusahaan melalui tenaga pemasarnya menggunakan tiga cara dalam mengelola bukti fisik yang strategis, yaitu sebagai berikut: 1. An attention-Creating Medium. Perusahaan jasa melakukan diferensiasi dengan pesaing dan membuat sarana fisik semenarik mungkin untuk menjaring pelanggan dari target pasarnya. 2. As a message-Creating Medium. Menggunakan simbol atau isyarat untuk mengkomunikasikan secara intensif kepada audien mengenai kekhususan kualitas dari produk jasa. 3. An effect-Creating Medium. Baju seragam yang berwarna, bercorak, suara dan desain untuk menciptakan sesuatu yang lain dari produk jasa yang ditawarkan. 2.6.7 Process Menurut Zeithaml dan Bitner (2000:20), proses adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini mempunyai arti suatu upaya perusahaan dalam menjalankan dan melaksanakan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya. Untuk perusahaan jasa, kerja sama antara pemasaran dan operasional sangat penting dalam elemen proses ini, terutama dalam melayani segala kebutuhan dan 29 keinginan konsumen. Jika dilihat dari sudut pandang konsumen, maka kualitas jasa dapat dilihat dari bagaimana jasa menghasilkan fungsinya. Proses-proses dimana jasa diciptakan dan disampaikan kepada pelanggan merupakan hal penting dalam bauran pemasaran jasa, karena para pelanggan akan seringkali mempersepsikan sistem penyampaian jasa sebagai bagian dari jasa itu sendiri. Dengan demikian keputusan mengenai manajemen operasi sangat penting untuk menunjang keberhasilan pemasaran jasa. Seluruh aktivitas kerja adalah proses, proses melibatkan prosedur-prosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme-mekanisme, aktivitas-aktivitas dan rutinitas-rutinitas dengan apa produk (barang atau jasa) disalurkan ke pelanggan. Identifikasi manajemen proses sebagai aktivitas terpisah adalah prasyarat bagi perbaikan jasa. Pentingnya elemen proses ini khususnya dalam bisnis jasa disebabkan oleh persediaan jasa yang tidak dapt disimpan. 2.7. Porter’s Five Forces Untuk menentukan strategi apa yang bisa dilakukan, maka harus ditentukan lebih dahulu mengenai keunggulan perusahaan kita yang akan mempengaruhi daya saing dalam industri sejenis yang mengacu kepada pemain baru yang masuk industri, kekuatan daya beli konsumen, kekuatan pemasok, serta produk substitusi yang dapat dianggap sebagai pesaing produk perusahaan (Pearce dan Robinson, 2000, p87). 30 Gambar 5–Porter’s Five Forces (Porter, 2008) Total dari kelima kekuatan tersebut adalah 1. Ancaman pendatang baru Pendatang baru ke dalam industri yang membawa kapasitas baru dan keinginan untuk mendapatkan market share memberikan tekanan kepada harga, biaya dan jumlah investasi yang diperlukan untuk berkompetisi. Resiko pendatang baru bergantung kepada tingginya hambatan masuk yang ada dan reaksi pemain industri yang sudah ada terhadap pendatang baru. Tujuh sumber hambatan masuk bagi para pendatang baru adalah a. Supply side economies of scale Hal ini terjadi jika para pemain industri yang ada memproduksi volume yang lebih besar shingga mendapatkan biaya per unit yang 31 lebih rendah, mengambil teknologi yang lebih efisien dan permintaan persayaratan yang lebih baik dari supplier. b. Demand side benefits of scale Dikenal juga dengan efek jaringan, yang terjadi di industri bila pembeli rela membayar produk perusahaan dengan harga lebih tinggi seiring bertambahnya peminat produk yang sama. c. Customer switching cost Switching cost adalah biaya yang terjadi bila pembeli mengubah supplier. d. Capital requirements Keperluan untuk menginvestasi banyak dana/ modal untuk dapat berkompetisi di dalam industri. e. Incumbency advantages independent of size Apapun ukurannya, pemain industri yang sudah ada mungkin mempunyai keuntungan dari segi harga atau kualitas yang tidak dimiliki pesaing potensial.Keuntungan ini bisa timbul dari berbagai sumber seperti teknologi yang dimiliki, akses untuk mendapatkan sumber bahan mentah terbaik, lokasi geografis, identitas merek yang dimiliki, atau pengalaman yang dimiliki. f. Unequal access to distribution channel Keuntungan yang terjadi bila akses distribusi sulit didapatkan oleh pendatang baru. g. Restrictive government policy 32 Peraturan pemerintah dapat menjadi hambatan bagi pendatang baru yaitu dengan menetapkan kewajiban memiliki izin tertentu dan pembatasan investasi asing. 2. Kekuatan supplier Supplier yang kuat mendapatkan keuntungan bagi mereka sendiri dengan cara menetapkan harga lebih tinggi, membatasi kualitas/ servis atau melakukan perpindahan biaya untuk partisipasi industri. 3. Kekuatan pembeli Pembeli yang kuat mendapatkan kelebihan dengan cara menurunkan harga, meminta kualitas yang lebih baik/ servis yang lebih banyak dan memanfaatkan kompetisi antar pemain industri. 4. Ancaman barang pengganti Barang pengganti memberikan fungsi yang sama atau mirip seperti produk yang ditawakan industri dengan tujuan yang berbeda. 5. Rival antara kompetitor yang ada Rival antar kompetitor bisa dalam banyak rupa yaitu pemotongan/ diskon harga, perkenalan produk bar, kampanye iklan dan peningkatan pelayanan. 2.8. Segmenting, Targeting, Positioning Strategi pemasaran tradisional terdiri dari segmentasi, target, dan posisi (Mohammed, 2003, p91-92). Strategi ini didukung oleh program pemasaran yang berhubungan dengan keputusan bauran pemasaran, seperti: produk, harga, promosi, dan distribusi. Namun strategi pemasaran tidaklah selalu sama. 33 Contohnya untuk perusahaan online, strategi pemasaran tidak bisa begitu saja disamakan dengan perusahaan yang tradisional. Gambar 6–Segmenting, Targeting, Positioning (Kotler & Ketler, 2004) 2.8.1 Segmentasi (Segmenting) Konsumen yang sangat banyak dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik yang mereka miliki. Segmentasi merupakan langkah awal dalam proses strategi pemasaran. Kelompok-kelompok konsumen ini disebut sebagai segmen. Dalam perusahaan brick and mortar terdapat skenarion segmentasi strategi pemasaran untuk internet marketing, sebagai berikut (Mohammed, 2003, p107-109): 34 Gambar 7–Bricks and Mortar Targeting Sessions (Mohammed, 2003) 2.8.2 Target (Targeting) Target pasar merupakan segmen dan pasar yang paling menarik bagi perusahaan karena profitabilitasnya, biaya, pertumbuhan, dsb. Proses dalam mengidentifikasi dan menyeleksi segmen tersebut disebut proses target (targeting). Terdapat skenario target strategi pemasaran untuk internet marketing (Mohammed, 2003, p109-112) 35 Gambar 8–Bricks and Mortar Targeting Scenarios (Mohammed, 2003) 2.8.3 Posisi (Positioning) Berhubungan dengan mempengaruhi persepsi konsumen akan suatu produk. Biasanya berarti merancang pesan pemasaran sehingga produk bisa dianggap unik dan bernilai bagi target pasar. Langkah ini membutuhkan pemahaman mengenai posisi atau persepsi produk di mata target pasar. Skenario untuk posisi perusahaan (Mohammed, 2003, p112113): 36 Gambar 9 - Brick's and Mortar Positioning Scenarios 2.9. Metode Build-Up Penelitian mengemukakan bahwa keputusan dapat diambil dengan lebih mudah dengan memecah-mecah masalah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Pemikiran mengenai perencanaan proses bisnis menghadirkan pertanyaan: apakah ini sebuah kesempatan yang menarik? Kemudian evaluasi terhadap industri, pelanggan, persaingan, dan sebagainya dilakukan.Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, keputusan mengenai bisnis tersebut dijalankan atau tidak pun dibuat. Membuat sebuah perencanaan keuangan pun menjadi bagian dari proses ini. Dengan menggunakan metode build-up, perencana bisnis melihat pada keuntungan yang dapat dibuat setiap harinya.Kemudian keuntungan tersebut dikumpulkan untuk menjadi sebuah keuntungan tahunan. Hal yang samadilakukan 37 pada biaya dalam perusahaan. Perencanaan harian pada keuntungan dan biaya membantu dalam merencanakan perkiraan tahunan dengan lebih baik. Tempat pertama untuk melakukan perkiraan adalah income statement. Dua laporan lainnya datang dari cost. Pertama, identifikasikan seluruh sumber pendapatan (biasanya penawaran produk yang beragam).Kedua, identifikasikan seluruh biaya.Setelah perencanaan bisnis dipecah menjadi komponen-komponen per bagian, langkah berikutnya adalah memikirkan berapa banyak pendapatan yang bisa dicapai dalam setahun. (Bygrave dan Zacharakis, 2011, p308-309) 2.10. Revenue Driver Revenue driver atau revenue model menjelaskan suatu bentuk bagaimana perusahaan mendapatkan keuntungan.Keuntungan yang didapat digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional, juga agar perusahaan dapat bertahan.Setiap perusahaan membutuhkan keuntungan, bahkan sebuah organisasi nirlaba membutuhkan keuntungan untuk tetap bertahan dan beroperasi.Keuntungan didapatkan dari banyak bentuk.Organisasi nirlaba mendapatkan keuntungan dari donasi atau hibah pemerintah, sedangkan organisasi laba mendapatkan keuntungan dari penjualan barang atau jasa yang ditawarkan. (Bygrave dan Zacharakis, 2011, p310) 2.11. Cost Driver Perusahaan perlu mengeluarkan uang untuk membentuk revenue driver.Uang yang dikeluarkan dianggap sebagai biaya untuk menghasilkan keuntungan. Biaya tersebut dibagi menjadi dua yaitu cost of good sold (COGS) 38 dan biaya operasional. COGS merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa tertentu yang akan ditawarkan kepada pelanggan. Terkadang perusahaan melakukan outsource untuk meminimalkan biaya produksi suatu produk dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan kotor mereka. Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasional mereka.Biaya operasional juga berperan penting dalam bagaimana perusahaan menjalankan bisnis dan mendapatkan keuntungan. (Bygrave dan Zacharakis, 2011, p311-313)