Selektor Antena Monitoring Frekuensi Radio

advertisement
33
Selektor Antena Monitoring Frekuensi Radio
Menggunakan Mikrokontroller AT 89S51
Syaifurrahman
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura
e-mail : [email protected]
Abstract– Pemilihan antena yang tepat dan cepat dalam
tugas monitoring frekuensi radio sangat diperlukan. Hal
ini dikarenakan pengguna frekuensi radio tidak selalu
kontinyu dalam penggunaan frekuensi radio. Apabila
proses pemilihan antena tidak tepat dan cepat maka
bisa berakibat kehilangan target monitoring tersebut.
Suatu alternatif untuk melakukan pemilihan antena yang
tepat dan cepat adalah dengan bantuan perangkat
selektor antena elektronik. Selektor antena monitoring
ini akan melakukan pemilihan antena untuk receiver
sesuai dengan pilihan operator melalui tombol keypad.
Dalam perancangan selektor antena monitoring ini
menggunakan
relay
sebagai
komponen
yang
berhubungan langsung ke antena dan sistem elektronik
selektor. Relay juga berfungsi sebagai isolator antara
sistem elektronik selektor antena monitoring frekuensi
radio dan sistem antena dan receiver. Untuk melakukan
pemilihan antena pada selektor antena ini digunakan
beberapa tombol sebagai masukan data pemilihan.
Kemudian alat ini menggunakan penampil 7 segmen
sebagai display status koneksi tiap receiver dan antena
yang digunakan. Bagian-bagian elektronik tersebut
dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51 sebagai
pemroses data input dan pemberi perintah pada relay
dalam melakukan pemilihan antena.
Keywords– Antena, monitoring, frekuensi
Petugas Pengendali Frekuensi Radio pada saat ini
melakukan pemilihan antena secara konvensional yaitu
dengan cara bongkar pasang konektor antena pada
receiver secara manual, dan jumlah antena yang ada
belum mencukupi kebutuhan masing-masing petugas
dalam monitoring frekuensi radio, sehingga dalam
melaksanakan tugas pengawasan frekuensi radio para
petugas pengendali frekuensi radio tersebut harus
bergantian dalam menggunakan antena yang ada.
Pada penelitian ini bagaimana merancang sebuah
alat yang dapat memilih antena secara elektronis
terhadap receiver yang ada agar dapat melakukan
monitoring frekuensi radio dengan cepat dan tepat.
2. Teori Dasar
2.1. Gelombang Radio
Gelombang radio adalah gelombang-gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi yang lebih rendah
dari 3000 GHz yang merambat dalam ruang angkasa
tanpa sarana penghantar buatan. Dimana frekuensi radio
merupakan jumlah getaran gelombang elektromagnetik
yang terjadi dalam satu satuan waktu yang diukur
dengan satuan siklus / detik atau Hertz (Hz).
Menurut ITU (International Telecommunication Union)
spektrum frekuensi radio dibagi menjadi beberapa pita
frekuensi sebagai berikut :
Tabel 1. Pembagian Pita Frekuensi menurut ITU
1. Pendahuluan
Dalam
melakukan
pengawasan
penggunaan
frekuensi radio pada Balai Monitor Spektrum Frekuensi
Radio Kelas II Pontianak menggunakan beberapa
receiver dan beberapa antena penerima frekuensi radio.
Penggunaan atau pemilihan jenis antena penerima
ditentukan sesuai kebutuhan pada saat melakukan
pengawasan (monitoring) penggunaan frekuensi radio.
Di Balai Monitor Kelas II Pontianak memiliki 3
(tiga) buah receiver
frekuensi radio yaitu receiver
Taiyo R9000, AOR500 dan receiver Rohde&Swhartz dan
4 (empat) buah antena penerima yang terpasang
permanen yaitu antena Incline, Dipole, Discone dan Log
Periodic. Penggunaan antena ditentukan berdasarkan
kebutuhan petugas dalam monitoring frekuensi radio,
untuk melakukan pengawasan pita High Frekuensi (HF)
digunakan antena Incline dan Dipole kemudian untuk
melakukan monitoring di pita Veri High Frekuensi
(VHF) dan Ultra High Frekuensi (UHF) digunakan
antena Discone dan Log Periodic.
2.2. Receiver
Receiver berfungsi untuk memisahkan sebuah sinyal
radio yang dikehendaki dari semua sinyal lain yang
mungkin diterima oleh antena, dan menolak semua
sinyal lain tersebut. Sinyal yang dipisahkan tersebut
kemudian diperkuat sampai ke suatu tingkat yang dapat
digunakan kemudian sinyal suara (informasi) dipisahkan
dari pembawa (carrier) radio, dan diteruskan ke speaker.
2.3. Antena Penerima
Antena penerima adalah alat yang berfungsi untuk
menerima transmisi gelombang radio dari suatu
Jurnal ELKHA Vol.2, No.3, November 2010
34
transmiter. Berdasarkan
karakteristiknya antena
dibedakan dalam 2 (dua ) jenis.
- Directional (Satu Arah)
Antena jenis ini hanya menerima gelombang radio
dari satu arah saja. Contoh antena jenis ini antara
lain antena Log-periodic dan antena dipole.
- Omni Directional (Segala Arah)
Antena jenis ini dapat menerima gelombang radio
dari segala arah. Contoh antena jenis ini adalah
antena discone dan antena incline.
Gambar 1. Mikrokontroler AT89S51
2.4. Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler yang digunakan pada rangkaian
kontrol merupakan sebuah chip yang dapat digunakan
untuk mengendalikan suatu sistem baik yang bersifat
sederhana
maupun
kompleks.
mikrokontroler
merupakan
pengembangan
dari
mikroprosesor.
Perbedaan yang signifikan antara mikrokontroler dan
mikroprosesor adalah mikrokontroler di dalam
kemasannya telah terdiri atas mikroprosesor, I/O
pendukung, memori, bahkan ADC. Sedangkan
mikroprosesor hanya merupakan sebuah unit pemroses
saja sehingga masih membutuhkan komponen luar.
Mikrokontroler AT89S51 merupakan mikrokontroler
varian MCS-51 yang memiliki spesifikasi sebagai
berikut:
- Memiliki 4 KByte Programmable Erasable Read
Only Memory (PEROM) yang dapat di tulis ulang
sebanyak 1000 kali.
- Dapat beroperasi hingga frekuensi 33 MHz.
- 128 x 8 bit RAM internal.
- 32 Programmmable I/O
- Dua buah data pointer
- Interupsi penyelamatan apabila power down
- 2 buah Timer/Counter 16 bit
- Beroperasi pada tegangan 4,5 - 5,5 Volt
- Mode pemrograman ISP yang fleksibel
- Saluran Full Duplex serial UART
- Dilengkapi Watchdog Timer
Mikrokontroler AT89S51 merupakan mikrokontroler
yang memiliki spesifikasi dan cara kerja yang hampir
mirip dengan seri pendahulunya AT89C51. Akan tetapi
AT89S51 memiliki kelebihan-kelebihan antara lain:
- Kecepatan operasi kerja hingga 33 MHz
- Dua buah Data Pointer (DPTR)
- Dilengkapi Watchdog Timer
- Kemampuan pemrograman secara ISP (In System
Programming)
Dengan kemampuan ISP, AT89S51 mempunyai
kemampuan pengisian program yang sangat sederhana
yaitu hanya dengan menggunakan Kabel ISP yang
terhubung ke parallel port (port printer) PC. Selain itu
dapat diprogram langsung walaupun sistem sedang
bekerja. Namun sebuah mikokrontroler tentu saja tidak
lepas dari interface-interface untuk komponen
pendukungnya seperti sensor, motor, seven segment
display, LCD, ADC dan lain-lain.
Gambar 2. Diagram Blok mikrokontroler AT89S51
2.5. Transistor Sebagai Saklar
Transistor
adalah
salah
satu
komponen
semikonduktor yang di gunakan untuk mengalirkan atau
mengontrol arus yang lebih besar dengan kemudi berupa
arus yang lemah. Prinsip kerja dari transistor adalah
akan ada arus yang mengalir diantara kolektor dan
emitor bila ada arus yang mengalir diantara basis dan
emitor. Transistor akan dapat mengalirkan arus diantara
kolektor dan emitor bila pada basis transistor tersebut
diberikan tegangan yang cukup untuk mengemudikan
transistor tersebut (lebih besar dari 0,3 volt untuk
transistor germanium dan 0,7 volt untuk transistor
silicon).
Perbandingan arus yang mengalir antara arus pada
kolektor dan arus pada basis disebut penguatan, yang
disingkat hFE yang dirumuskan sebagai berikut.
hFE =
Ic
Ib
…………………………. (1)
Dimana Ic = Arus kolektor
Ib = Arus basis
Jurnal ELKHA Vol.2, No.3, November 2010
35
Salah satu fungsi transistor adalah sebagai saklar
yaitu bila berada pada dua daerah kerjanya yaitu daerah
jenuh (saturasi) dan daerah mati (cut-off). Transistor
akan mengalami perubahan kondisi dari menyumbat ke
jenuh dan sebaliknya. Transistor dalam keadaan
menyumbat dapat dianalogikan sebagai saklar dalam
keadaan terbuka, sedangkan dalam keadaan jenuh
seperti saklar yang menutup. Untuk membuat transistor
menghantar, pada masukan basis perlu diberi tegangan.
Besarnya tegangan harus lebih besar dari Vbe (0,3 untuk
germanium dan 0,7 untuk silicon).
Dengan mengatur Ib>Ic/β kondisi transistor akan
menjadi jenuh seakan kolektor dan emitor short circuit.
Arus mengalir dari kolektor ke emitor tanpa hambatan
dan Vce≈0. Besar arus yang mengalir dari kolektor ke
emitor sama dengan Vcc/Rc. Keadaan seperti ini
menyerupai saklar dalam kondisi tertutup (ON). Seperti
terlihat pada gambar 3 berikut :
Karena kondisi mati Ic = 0 (transistor ideal) maka:
..……….. .…
Vce = Vcc . R c
Vce = Vcc
………..…….
Besar arus basis Ib adalah
Ic
Ib
=
Ib
= 0
………………
β
Ic
(9)
…………….... (10)
VCC
VCC
RC
RC
C
C
Ic = 0
Ib = 0
VCE = VCC
NPN
RB
Terbuka
E
VR
E
a
VCC
(7)
(8)
b
VCC
Gambar 4. Transistor pada kondisi mati dan ekuivalen saklar
terbuka
RC
RC
C
C
3. Perancangan Sistem Selektor Antena
E
Berdasarkan kebutuhan sistem, dapat dibuat diagram
blok perancangan perangkat elektronik dari alat selektor
antena monitoring frekuensi radio sebagai berikut :
Ib
VCE = 0
NPN
RB
VR
Tertutup
E
a
b
Gambar 3. Transistor Pada Kondisi Jenuh Dan Ekuivalen
Saklar Tertutup
Besarnya tegangan kolektor emitor Vce suatu transistor
pada konfigurasi diatas dapat diketahui sebagai berikut.
Vce = Vcc – (Ic . Rc)
………………… (2)
Karena kondisi jenuh Vce = 0V (transistor ideal) maka
besarnya arus kolektor (Ic) adalah :
Ic =
Vcc
Rc
……………………..…
(3)
Besarnya arus yang mengalir agar transistor menjadi
jenuh (saturasi) adalah:
Rb =
Vi − Vbe
Ib
…………….……….
(4)
Sehingga besar arus basis Ib jenuh adalah :
Ib ≥
Ic
β
……..…………………
(5)
Dengan mengatur Ib = 0 atau tidak memberi
tegangan pada bias basis atau basis diberi tegangan
mundur terhadap emitor maka transistor akan dalam
kondisi mati (cut off), sehingga tak ada arus mengalir
dari kolektor ke emitor (Ic≈0) dan Vce ≈ Vcc. Keadaan ini
menyerupai saklar pada kondisi terbuka seperti
ditunjukan pada gambar 4.
Besarnya tegangan antara kolektor dan emitor transistor
pada kondisi mati atau cut off adalah :
Gambar 5. Diagram Blok Selektor Antena Monitoring
Fungsi dari tiap diagram blok selektor antena adalah
sebagai berikut :
Tombol Perintah (Keypad)
Keypad berfungsi untuk memilih jalur antena yang
akan disambungkan pada receiver yang digunakan.
Bagian ini berupa enkoder 74LS148 yang mendapat
input logika digital 0 dan 1 dari saklar push button.
Output dari enkoder berupa data BCD (Binarry Coded
Decimal) yang akan dibaca oleh mikrokontroler sebagai
data input.
VCC
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
10K
10K
10K
10K
10K
10K
10K
S1
Rec 1
S2
Rec 2
S3
Rec 3
S4
Ant 1
S5
Ant 2
S6
Ant 3
S7
Ant 4
IC1
10
11
12
13
1
2
3
4
C1
Vce = Vcc – (Ic . Rc)
………………
(6)
C2
C3
C4
C5
C6
C7
100nF 100nF 100nF 100nF 100nF 100nF 100nF
5
0
1
2
3
4
5
6
7
EI
A0
A1
A2
GS
EO
9
7
6
P 1.0
P 1.1
P 1.2
14
15
74LS148
Gambar 6. Rangkaian Keypad
Jurnal ELKHA Vol.2, No.3, November 2010
36
Mikrokontroler AT89S51
Antena Monitoring
Mikrokontroler berfungsi sebagai pengolah data
BCD dari bagian keypad dan menggunakan data BCD
tersebut untuk mengendalikan pemilihan antena sesuai
data BCD dari bagian keypad melalui rangkaian akhir
selektor.
Antena pada diagram blok diatas berupa suatu
terminal seperti halnya bagian receiver, dimana nanti
terminal dimaksud akan dihubungkan ke antena
sebenarnya. Antena berfungsi untuk menerima
gelombang radio yg di pancarkan oleh transmitertransmiter yang ada.
Diagram alir program alat selektor antena
monitoring frekuensi radio dimaksudkan untuk
mempermudah dalam pembuatan program pada
mikrokontroler agar sesuai dengan yang diinginkan.
Program kendali yang akan digunakan secara garis besar
dapat digambarkan dalam suatu diagram alir sebagai
berikut :
Rangkaian Akhir Selektor
Rangkaian akhir selektor berfungsi untuk melakukan
pemilihan antena sesuai data yang diberikan
mikrokontroler. Bagian akhir selektor ini disusun dari
driver ULN 2803 sebagai sumber daya relay. Driver
ULN 2803 ini akan bekerja sesuai data digital 0 dan 1
dari mikrokontroler.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
+12V
VCC
P
P
P
P
P
P
P
P
R14
10K
IC6
1
2
3
4
5
6
7
8
2.0
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
9
18
17
16
15
14
13
12
11
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
GND
D3
C19
1N4002
100nF
RL1
12V
+12V
D4
C20
1N4002
100nF
RL2
12V
Rec 1
2
10
VCC
+12V
+12V
ULN 2803
1
CO1
D5
C21
1N4002
RL3
12V
100nF
Rec 2
2
+12V
1
CO2
D6
C22
1N4002
100nF
RL4
12V
Rec 3
2
+12V
1
CO3
D7
C23
1N4002
100nF
RL5
12V
Ant 1
2
+12V
1
CO4
D8
C24
1N4002
100nF
RL6
12V
Ant 2
2
+12V
1
CO5
D9
C25
1N4002
100nF
RL7
12V
Ant 3
2
+12V
1
CO6
D10
C26
1N4002
100nF
RL8
12V
Ant 4
2
+12V
IC7
P 3.0
P 3.1
P 3.2
P 3.3
VCC
1
2
3
4
5
6
7
8
R15
10K
GND
1
2
3
4
5
9
D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
VCC
18
17
16
15
14
13
12
11
1
CO7
D11
C27
1N4002
100nF
RL9
12V
+12V
10
D12
C28
1N4002
100nF
RL10
12V
+12V
+12V
ULN 2803
D13
C29
1N4002
100nF
RL11
12V
+12V
D14
C30
1N4002
100nF
RL12
12V
Gambar 7. Rangkaian Driver
Indikator Pemilihan
Indikator pemilihan berfungsi untuk memberikan
informasi jalur receiver dan antena yang terhubung.
Bagian ini disunsun menggunakan penampil 7 ruas
anoda bersama yang di kendalikan menggunakan
dekoder BCD ke 7 ruas IC 74LS247. Bagian ini
memerlukan data BCD dari mikrokontroler untuk
mengendalikan penampil 7 ruas yang terhubung.
VCC
Q2
C9013
SG1
CA
8
8
Q1
C9013
R11
330
R12
330
Q3
C9013
SG2
CA
8
R10
330
SG3
CA
P 0.4
P 0.5
P 0.6
P
P
P
P
0.0
0.1
0.2
0.3
LT
RBI
BI/RBO
8
4
2
1
10
9
7
5
4
2
1
IC2
3
5
4
6
2
1
7
10
9
7
5
4
2
1
VCC
10
9
7
5
4
2
1
9
8
7
6
5
4
3
2
1
R13
10K
74LS247
G
F
E
D
C
B
A
14
15
9
10
11
12
13
Gambar 8. Rangkaian penampil
Receiver
Receiver pada diagram blok diatas berupa suatu
terminal, dimana nanti akan di hubungkan ke receiver
yang sebenarnya. Receiver ini berfungsi untuk menerima
gelombang radio yang diterima dari antena yang dipilih.
Gambar 9. Diagram Alir Program Alat Selektor Antena
Monitoring Frekuensi Radio
4. Pengujian dan Analisis
Untuk mengetahui kerja dari suatu sistem yang telah
dibuat apakah sesuai dengan yang diinginkan
sebelumnya, maka sistem tersebut perlu diuji dan
dianalisis hasilnya. Pengujian peralatan dilakukan di
Laboratorium. Dalam pengujian ini digunakan alat bantu
berupa multimeter digital dan sebuah osiloskop yang
dapat menampilkan bentuk sinyal pengujian.
4.1. Pengujian Dan Analisis Rangkaian Tombol
Perintah
Pengujian rangkaian tombol perintah dimaksudkan
untuk mengetahui cara kerja rangkaian ini. Pengujian
pada bagian ini dilakukan dengan mengukur level logika
semua input IC 74LS148 yang terhubung ke tombol dan
mengukur level logika output IC 74LS148 yang akan di
berikan ke mikrokontroler. Pengujian level logika
dilakukan dengan mengukur tegangan pada jalur input
dan output IC 74LS148 pada kondisi tombol ditekan
(ON) dan pada saat tombol tidak ditekan (OFF).
Jurnal ELKHA Vol.2, No.3, November 2010
37
Tabel 2. Hasil Pengukuran Rangkain Tombol Perintah
Masukan IC
74LS148
1 2 3 4 5 6 7
Tegangan Saklar
(Volt)
S1
S2
S3
S4
S5
Output
(Volt)
S6
S7
A2
A1
Nilai
BCD
Keluaran
IC
A0
74LS148
H H H H H H H 0 0 0 0 0 0 0 4,95 4,95 4,95
L H H H H H H 4,97 0 0 0 0 0 0 4,95 4,95 0,1
H L H H H H H 0 4,97 0 0 0 0 0 4,95 0,1 4,95
H H L H H H H 0 0 4,97 0 0 0 0 4,95 0,1 0,1
H H H L H H H 0 0 0 4,97 0 0 0 0,1 4,95 4,95
H H H H L H H 0 0 0 0 4,97 0 0 0,1 4,95 0,1
H H H H H L H 0 0 0 0 0 4,97 0 0,1 0,1 4,95
H H H H H H L 0 0 0 0 0 0 4,97 0,1 0,1 0,1
H = Saklar Off, L = Saklar On
tegangan input dan output serta mengamati tampilan dari
penampil 7 ruas.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Rangakain Penampil 7 Ruas
0
1
2
3
4
5
6
7
4.2. Pengujian Dan Analisis Rangkaian Akhir
Selektor
Pengujian rangkaian akhir selektor bertujuan untuk
mengetahui apakah rangkaian ini dapat menerima input
dari mikrokontorler dan dapat melakukan eksekusi
pemilihan dengan cara mengaktifkan relay yang
ditunjuk. Pengujian pada rangkaian ini dilakukan dengan
cara memberikan input melalui mikrokontroler dan
melakukan pengukuran pada input relay serta mengukur
koneksi relay.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Rangakain Selektor
Gambar 10. Tampilan Display Status Koneksi Receiver dan
Antena
5. Kesimpulan
Dari pengujian diatas diperoleh data seperti
ditunjukan pada tabel 4.2 diatas. Yaitu level tegangan
yang diberikan mikrokontroler ke rangkaian driver
untuk logika 1 adalah 3,032 Volt dan untuk logika 0
adalah 0,039 Volt. Level tegangan dari mikrokontroler
tersebut telah sesuai sehingga rangkaian driver relay
dapat menerima logika tersebut dengan baik dan dapat
memberikan suplay ke relay-relay yang terhubung pada
driver IC ULN2803 yang ditunjukan dengan adanya
tegangan DC pada kumparan relay sebesar 11,079 Volt
pada saat driver mendapat logika 1 dengan tegangan
3,032 volt dari mikrokontroler dan pada saat mendapat
logika 0 dari mikrokontroler maka relay off. Hasil
pengujian yang diperoleh dari bagian ini telah
menunjukan bahwa rangkaian selektor dapat menerima
input dan memberikan output berupa suatu koneksi
antara receiver dan antena sesuai data yang diterima
bagian selektor ini.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan maka
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
- Selektor antena monitoring bekerja sesuai dengan
rancangan, yaitu pada saat alat pertama kali
dioperasikan, semua koneksi ke antena terputus
kemudian status koneksi ditampilkan dan alat siap
melakukan koneksi antara receiver dan antena sesuai
yang diinginkan melalui tombol keypad, baik koneksi
secara tunggal atau berbagi penggunaan antena untuk
beberapa receiver dalam waktu yang sama, dan untuk
melakukan pemutusan koneksi antena dan receiver
dilakukan dengan menekan tombol receiver 2 kali pada
receiver yang ingin di putuskan koneksinya.
- Selektor antena ini memberikan kemudahan dan
memberikan solusi kepada operator dalam pemilihan
antena dan mengatasi keterbatasan jumlah antena yang
ada
- Selektor antena ini mampu melakukan 108 pilihan
konfigurasi koneksi receiver dan antena.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih kami sampaikan pada Saudara
Agus Purnama yang sudah banyak membantu dalam
penelitian ini
4.3. Pengujian Dan Analisis Rangkaian Penampil 7
Ruas
Pengujian rangkaian penampil 7 ruas bertujuan
untuk mengetahui apakah bagian penampil 7 ruas ini
dapat menampilkan data sesuai dengan perintah dari
mikrokontroler. Pengujian dilakukan dengan mengukur
Jurnal ELKHA Vol.2, No.3, November 2010
38
Referensi
Biography
[1]. Atmel. (November. 2003). AT89 Series Hard ware
Description. USA : Atmel Inc (http://www.atmel.com).
[2]. Himpunan Telekomunikasi Internasional, ITU (2003).
Peraturan Radio Pasal 1 Istilah dan Definisi. Jakarta :
Ditjen Postel.
[3]. National Semiconductor Corporation. (November. 2003).
LM78XX Series Voltage Regulators. USA : National
Semiconductor Inc (http://www.national.com
[4]. ON semiconduktor. (November. 2003). SN74LS148 8 to 3
Encoder. USA : Semiconductor Component Industries
(http://www.onsemi.com)
[5]. Putra, Agfianto Eko. (2002). Belajar Mikrokontroler
AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi. Edisi pertama. Gava
Media. Yogyakarta
[6]. Suhana dan Shigeki Shoji, 2004, “Buku Pegangan Teknik
Telekomunikasi”, Cetakan Kedelapan, PT Pradnya
Paramita, Jakarta
[7]. Wasito S, 1986, “Vademekum Elektronika”, Edisi kedua,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
[8]. Wasito S, 1997, “Data Sheet Book 1”, PT Elek Media
Komputindo, Jakarta.
Syaifurrahman, was born in Pontianak, Indonesia on
September 1970. He received B. Eng from Tanjungpura
University, Pontianak, Indonesia1994 and MT from
Bandung Institut of Technology, Bandung, Indonesia
2000. since 1995 he has been a faculty member at
Electrical Engineering Departement,
Tanjungpura
University, Indonesia. His current research interest
Electronic circuit design.
Jurnal ELKHA Vol.2, No.3, November 2010
39
Jurnal ELKHA Vol.2, No.3, November 2010
Download