analisis makna konotasi warna hitam pada kurotomesode dalam

advertisement
ANALISIS MAKNA KONOTASI WARNA
HITAM PADA KUROTOMESODE DALAM
PERNIKAHAN JEPANG DIHUBUNGKAN
DENGAN KONSEP GOSHIKI
Florentina Meilani Setiawan
Bina Nusantara University, Kebun Jeruk , [email protected]
ABSTRAK
Kimono is Japanese traditonal dress which defended by society itself, even thought Japan is
a modern country. And one of uniqueness in Japanese Wedding is there are alot of woman who
using the black kimono which seems like in a sorrowfulness situation. The purpose of this thesis is for
make reader can understand about meaning of black color in kimono kurotomesode. Research method
that being use is literature method and analytic descriptif method. The writer explain and filter the use
datas based on Ferdinand De Saussure and Roland Barthes’s semiotics theories. The result of
research shows that the black color meaning in kurotomesode is a tradition of Japanese Culture and
through black color can understand the four connotation meaning in it. And all of them have good
meanings. That’s why precisely Japanese wear the black kimono in Wedding Ceremony.
Key Words : Kurotomesode, Semiotics, Connotation, Syntagmatic Paradigmatic
Kimono adalah baju tradisional Jepang yang dipertahankan oleh masyarakatnya, meskipun
Jepang adalah negara yang modern. Dan salah satu keunikan pada upacara Pernikahan Jepang
adalah banyaknya wanita yang menggunakan kimono berwarna hitam yang justru terkesan suasana
berduka. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk dapat memahami makna konotasi serta
filosofi yang terkandung dibalik warna hitam pada kimono kurotomesode. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode studi kepustakaan dan metode deskriptis analitis. Penulis menguraikan
dan menyeleksi data–data berdasarkan teori semiotika Ferdinand De Saussure dan Roland Barthes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna hitam dalam kurotomesode merupakan tradisi negara
Jepang dan melalui warna hitam dapat menyampaikan empat makna konotasi di dalamnya. Dan
semua makna konotasinya memiliki makna yang baik. Oleh sebab itulah, orang Jepang justru
menggunakan kimono berwarna hitam pada upacara pernikahan.
Kata kunci : Kurotomesode, Semiotika, Konotasi, Sintagmatik Paradigmatik.
PENDAHULUAN
Kimono adalah pakaian adat Jepang yang secara turun-temurun digunakan
sejak Jepang berada dalam zaman Jomon dan zaman Yayoi (660 SM – 552SM)
hingga masa kini, sehingga kimono menjadi pakaian nasional Jepang. Kimono
memiliki jenis yang beragam dan masing-masing memiliki aturan ketika
menggunakannya. Oleh sebab itu, penulis memiliki ketertarikan pada kimono
berwarna hitam yang selalu digunakan oleh keluarga dalam upacara pernikahan
Jepang. Kimono hitam tersebut disebut dengan kimono kurotomesode.
Permasalahan dalam penulisan ini adalah warna hitam pada kurotomesode
atau kimono berwarna hitam yang dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan
sanak saudara. Dengan mencari makna melalui teori semiotika, peneliti ingin lebih
memahami filosofi warna hitam dalam budaya masyarakat Jepang. Kenapa justru
warna hitamlah yang dikenakan ketika menghadiri acara pernikahan yang penuh
keceriaan dan kebahagiaan.
Berdasarkan permasalahan ini, tujuan penulisan ini adalah agar penulis,
mahasiswa, serta masyarakat yang tertarik dengan budaya Jepang dapat lebih
mengetahui tentang kimono kurotomesode dan memahami makna semiotika
konotasi serta filosofi yang terkandung dibalik warna pada kimono tersebut.
Manfaat skripsi ini adalah untuk menjadi ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
dan masyarakat yang tertarik untuk memahami mengenai kimono, khususnya
kurotomesode secara lebih mendalam serta memahami dengan lebih baik dan
mendetail mengenai makna semiotik yang terkandung dibalik warna Hitam yang
digunakan pada kimono kurotomesode itu sendiri.
Serta demi kelancaran penelitian kali ini, penulis mencari referensi penelitian
terdahulu untuk menimba ilmu dan informasi penting. Ada beberapa penelitian
terdahulu yang digunakan penulis sebagai inspiratif, baik dalam segi teoritis, pola
berpikir untuk menarik kesimpulan, dan metode penetian yang digunakan beliau.
Penelitian terdahulu tersebut adalah karya tulis Ajeng Adani Nur Fajrin (2009) yang
berjudul Kajian Mengenai Otaku Dalam Anime Genshiken Melalui Pendekatan
Semiotika.
Dalam karya tulis tersebut, beliau menggunakan teori semiotika Roland
Barthes yang juga penulis gunakan untuk meneliti penelitian kali ini. Kemudian
dengan menggunakan teori semiotika tersebut, beliau meneliti tentang bagaimana
cara berpikir otaku dalam Anime Genshiken.
Dari karya tulis tersebut, selain penulis mengambil contoh teori semiotika
yang digunakan, penulis juga mempelajari bagaimanakah pengaplikasian teori
tersebut ke dalam permasalah yang ada. Meskipun topik permasalahannya berbeda,
namun penulis mengambil logika berfikir beliau dalam pengaplikasian teori ke
dalam sebuah permasalahan.
Masih untuk memperjelas penggunaan teori semiotika, maka penulis juga
menggunakan penelitian terdahulu karya Valencia Felisa Halim (2011) dengan judul
Analisis Makna Semiotika Warna pada Kakiemon dihubungkan dengan Konsep
Warna Agama Budha.
Dalam penelitian tersebut, beliau juga menggunakan teori semiotika yang
diaplikasikan ke dalam permasalahan mengenai warna. Antara lain adalah warna
merah, kuning, hijau, dan biru. Beliau meneliti juga makna yang terkandung dalam
warna-warna tersebut yang dihubungkan dengan konsep warna agama Budha.
Penelitian tersebut memiliki sedikit kesamaan dengan penelitian yang sedang
diteliti oleh penulis sendiri. Namun karena objek dan warna yang diteliti berbeda,
maka hasil penelitian dan makna yang dihasilkannya pun kan berbeda. Hanya saja,
dari penelitian di atas, penulis dapat semakin detail untuk memahami cara
pengaplikasian teori semiotika ke dalam permasalahan yang ada.
METODE PENELITIAN
Tahap I :
Berangkat dari permasalahan dan tujuan penelitian, penulis memilih
pendekatan metode penelitian dan metode pengumpulan data. Pendekatannya adalah
kualitatif dan metode pengumpulan datanya adalah studi kepustakaan, penulis akan
mengumpulkan landasan teori dan data yang menunjang penelitian ini, berupa buku,
contoh jurnal dari perpustakaan, dan video pernikahan orang Jepang. Sesudah itu
penulis menetapkan metode analisis data dan landasan teori. Metode analisis data
adalah metode deskriptis analitis,penulis akan menguraikan dan menyeleksi data –
data yang sudah penulis peroleh. Dan teorinya adalah teori semiotika strukturalisme
oleh Ferdinand De Saussure dan Barthes dengan teori subbab yaitu semiotika warna
dan teori dari konsep warna Goshiki agama Buddha (Baten) dengan subbab Warna
hitam dalam Goshiki (Religion Fact).
Tahap II:
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu
dengan mengumpulkan data berupa buku, contoh jurnal dari perpustakaan, dan video
pernikahan orang Jepang. Lalu penulis menetapkan salah satu video pernikahan
orang Jepang untuk dijadikan sumber data, yaitu video pernikahan Onoe kikunosuke,
dengan Namino Yōko. Kemudian penulis mencari melalui internet dan youtube
mengenai video pernikahan artis kabuki tersebut. Kemudian penulis mengumpulkan
korpus data yang terdapat pada video tersebut. Setelah penulis menetapkan data- data
yang ada, maka data tersebut sudah siap untuk di analisa. Dan data-data yang siap
dianalisa tersebut merupakan out dari tahap II.
Tahap III:
Sedangkan dalam tahap ini, dengan menggunakan metode deskriptif analitis,
penulis menguraikan dan menyeleksi data – data yang sudah penulis peroleh.
Kemudian mengkaji data-data tersebut sesuai dengan golongan studi data tersebut.
Misalnya, data A termasuk semiotika denotatif sedangkan data B tergolong semiotika
konotatif (berdasarkan Teori Barthes). Selanjutnya, penulis mencocokan data dengan
teori semiotika strukturalisme Ferdinand De Saussure dan Teori semiotika warna
oleh Munsell untuk mencari fungsi warna Hitam pada kurotomesode. Dari
mencocokan data tersebut penulis membuat kesimpulan-kesimpulan kecil dari tiap
data, lalu mengulas analisis data tentang makna warna hitam hingga tuntas. Tahap
selanjutnya, penulis menghubungkan kesimpulan kecil tersebut dengan Teori konsep
warna agama Buddha yaitu Konsep Goshiki menurut Baten dan teori warna hitam
dalam Goshiki ( Religion Fact) untuk mencari korelasi keduanya. Kemudian penulis
menarik kesimpulan keseluruhan, serta membuat kesimpulan akhir dari penelitian ini
sebagai output tahap III.
HASIL DAN BAHASAN
Penulis menggunakan teori Ferdinand De Saussure (dalam Daniel Chandler 2007:20)
mengenai hubungan antar tanda, bahwa sebuah nilai atau makna dapat diperoleh dari
kombinasi suara tertentu dan suatu konsep tertentu. Serta dapat menggabungkan dari
setiap tanda-tanda yang ada, untuk bersatu menjadi sistem secara keseluruhan dengan
proses analisa. Oleh karena itu penulis, menggabungkan tanda-tanda yang ada ke
dalam proses analisis secara keseluruhan untuk menarik sebuah makna warna hitam
pada kurotomesode tersebut. Proses analisis tersebut akan dijelaskan pada subbabsubbab dibawah ini.
a.
Hitam dalam masyarakat Jepang
yang dihubungkan dengan hitam dalam Goshiki.
Dalam analisa tersebut, penulis hendak mencari tahu hubungan makna warna
hitam dalam masyarakat Jepang yang akan dihubungkan dengan makna warna Hitam
dalam konsep agama Budhha (Goshiki). Makna apakah yang paling dominan
dimiliki oleh warna hitam dalam budaya Jepang. Analisa tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut :
Makna Warna Hitam
Warna level
tertinggi
Mengalami
Transformasi
Kedudukan
tertinggi
Pertahanan
Keberuntungan
baik
Keberuntungan
Martabat
Belas kasih
Kemegahan
Kasih sayang
Kedisplinan
Kebijaksanaan
Mencegah
datangnya setan
Kebajikan
Kesehatan baik
Kesehatan baik
Kecantikan
Masyarakat Jepang
Goshiki
Bagan Analisis Makna hitam pada Masyarakat Jepang dengan Goshiki
Dari tabel analisa diatas, dapat dipahami bahwa warna hitam dalam
masyarakat Jepang jika dihubungkan dengan makna hitam dalam konsep agama
Buddha (Goshiki) memiliki kesinambungan makna yang sama. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa makna warna hitam dalam masyarakat Jepang sama dengan
makna hitam dalam agama Buddha. Makna kedisiplinan yang terkandung dalam
warna hitam pada “sabuk karate”, sesuai dengan makna kebajikan dan kebijaksanaan
yang terkandung dalam warna hitam pada goshiki.
Makna martabat yang yang terkandung dalam warna hitam pada “sabuk
karate”, memiliki keterkaitan makna dengan makna belas kasih yang terdapat pada
Goshiki. Menurut penulis, untuk memiliki martabat yang baik, seseorang harus
memiliki rasa belas kasih terhadap sesama. Masih makna hitam dalam “sabuk
karate”, yaitu makna warna level tertinggi yang memiliki keterkaitan erat dengan
makna mengalami transformasi. Dapat dikatakan tersebut, karena warna hitam yang
dapat dianggap level warna tertinggi, telah mengalami transformasi maknanya, baik
perubahan dari segi budaya, sejarah, dan sudut pandang masyarakat Jepang itu
sendiri.
Makna kedudukan tertinggi yang terkandung dalam warna hitam pada
koinobori, sesuai dengan makna pertahanan dan keberuntungan dalam Goshiki.
Karena dalam analisis penulis, untuk mencapai kedudukan tertinggi itu diperlukan
faktor lain dari diri seseorang di luar kemampuannya, hal tersebut adalah
keberuntungan. Selanjutnya seseorang yang telah memiliki kedudukan tertinggi
harus memiliki pertahanan yang kuat untuk melindungi dirinya dari serangan lawan
dan melakukan pertahanan agar kedudukan tersebut tidak dengan mudah direngkut
oleh orang lain.
Menurut penulis sebuah makna kemegahan yang terkandung dalam warna
hitam pada kecantikan wanita Jepang memiliki korelasi makna dengan sebuah
keberuntungan dalam Goshiki. Karena sebuah kemegahan dapat dideskripsikan
dengan kondisi makmur, sukses, dan hedonisme, maka penulis dapat memahami
bahwa untuk mencapai kondisi tersebut, seseorang pasti memiliki keberuntungan di
dalam kehidupannya. Selanjutnya, makna kecantikan dalam warna hitam pada wanita
Jepang juga memiliki korelasi makna dengan kesehatan baik dalam Goshiki. Karena
penulis memahami bahwa seseorang yang memiliki kesehatan baik, akan secara
natural memiliki kecantikan. Kecantikan natural yang terpancar dari dalam seperti
kulit cantik, wajah berseri dan segar.
Makna yang memiliki kesamaan sama persis dari segi kata dan makna
leksikal nya dari tabel diatas adalah keberuntungan baik dan kesehatan baik. Kedua
kata tersebut dimiliki pada konsep warna hitam dalam masyrakat Jepang dan makna
warna hitam dalam Goshiki. Sedangkan makna mencegah datangnya setan yang
terdapat dalam warna hitam pada budaya kucing hitam, dapat dihubungkan dengan
makna pertahanan dalam goshiki. Karena menurut penulis salah satu usaha untuk
menjaga sebuah pertahanan adalah dengan mencegah datangnya setan. Baik
menggunakan jimat atau kepercayaan lainnya.
b.
Analisa Makna Warna Hitam
Goshiki dengan Makna dalam Konsep Pernikahan Jepang
Dalam subbab ini penulis hendak mencari kesinambungan antara makna
warna hitam dalam konsep Goshiki yang dihubungkan dengan konsep pernikahan
Jepang. Hubungan kedua konsep tersebut dapat dilihat dari bagan dibawah ini:
Makna warna
Hitam
Keberuntungan
Tertinggi
Belas kasih
Martabat
Mengalami
Transformasi
Transformasi
Kebijaksanaan
Formal
Pertahanan
Kasih sayang
Kebajikan
Kesehatan baik
Goshiki
Pernikahan Jepang
Bagan Analisis Makna Warna Hitam Goshiki dengan Penikahan Jepang
Dilihat dari tabel tersebut, dapat diambil kesimpulan sementara bahwa warna
hitam mengandung makna transformasi dan kebijaksanaan. Mengenai makna
transformasi yang dijelaskan oleh pendapat Leo Sutrisno, bahwa transformasi yaitu
suatu perubahan bentuk dan suatu proses. Sesuai yang dialami oleh perkembangan
negara Jepang menuju era Modern, disitulah adanya sebuah transformasi. Dari
makna tersebut, penulis juga dapat memahami bahwa makna hitam yang terkandung
dalam makna transformasi adalah makna modern. Oleh karena itu, makna hitam
adalah sebuah kemodernisasian. Pemahaman tersebut juga sesuai dengan Cassandra
Mathers: 2014 yang mengatakan :
Black is a powerful and foreboding color in Japanese culture.
Traditionally, black has represented death, destruction, doom, fear and
sorrow. Especially when used alone, black represents mourning and
misfortune, and is often worn to funerals. Black has also a color of formality,
and has increasingly come to represent elegance, with the growing popularity
of Western conceptions of black tie events.
Terjemahan :
Hitam adalah warna yang kuat dan terkandung “firasat” dalam budaya
Jepang. Secara tradisional, hitam telah mewakili kematian, kehancuran,
malapetaka, ketakutan dan kesedihan. Terutama bila tidak digabungkan
dengan warna lain, warna hitam mewakili berkabung dan kemalangan, dan
sering dipakai untuk pemakaman. Hitam juga merupakan warna formalitas,
dan semakin mewakili keanggunan, seiring dengan semakin populernya
konsep Barat tentang peristiwa dasi hitam.
Dari ungkapan tersebut, penulis mengambil pemahaman bahwa warna hitam
memang telah mengalami pergeseran makna, yang mengarah ke makna positif.
Selain itu, karena ada dampak dari budaya Barat, maka makna hitam mengalami
transformasi menjadi modern.
Selain itu, makna warna hitam mengandung makna martabat yang memiliki
hubungan dengan belas kasih. Kebijaksanaan dapat dihubungkan dengan makna
formal. Karena kata formal dapat dideskripsikan dengan kata wajar, resmi, sesuai
dengan peraturan yang ada (http://glosarium.org/), maka salah satu usaha untuk
menyesuaikan dengan peraturan yang ada adalah kebijaksanaan. Serta
untuk
membuat sebuah peraturan juga diperlukan kebijaksanaan. Oleh karena itu, kedua
kata tersebut memiliki hubungan satu kesatuan.
Menurut penulis keberuntungan memiliki hubungan dengan makna tertinggi.
Karena dengan adanya sebuah keberuntungan, maka seseorang dapat meraih level
tertinggi, keinginan tertinggi, dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis mendapat
hubungan dari kedua makna tersebut. Formal memiliki hubungan makna dengan
kedisiplinan.
c. Analisa makna warna Hitam dalam pernikahan Jepang dengan makna
hitam dalam masyarakat Jepang
Pada subbab ini, penulis akan mencari korelasi antara makna warna hitam
dalam pernikahan Jepang dengan makna hitam dalam masyarakat Jepang. Hal itu
dapat dilihat dari bagan dibawah ini :
Makna warna
Hitam
Tertinggi
Warna level
tertinggi
Martabat
Kedudukan
tertinggi
Transformasi
Keberuntungan
baik
Formal
Kemegahan
Martabat
Kecantikan
Kedisplinan
Kesehatan baik
Mencegah
datangnya setan
Pernikahan Jepang
Masyarakat Jepang
Bagan Analisis Makna Hitam Masyarakat Jepang dengan Pernikahan Jepang
Dari bagan diatas dapat dipahami makna-makna apa saja yang memiliki
korelasi makna untuk mencari makna hitam pada kurotomesode. Pertama adalah
makna tertinggi dapat dihubungkan dengan level tertinggi, kedudukan tertinggi,
kemegahan, dan keberuntungan baik. Dapat dikatakan berhubungan dengan
kemegahan karena mengandung kemuliaan dan kemasyhuran. Lalu dari kata
kemasyuran dan kemuliaan juga bisa menggambarkan keadaan tertinggi dari
beberapa segi kehidupan.
Formal dapat dikaitkan dengan tindakan disiplin, karena keadaan formal atau
resmi pasti memiliki peraturan yang berlaku secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, untuk mematuhi sebuah peraturan , dapat dipastikan harus ada unsur
kedisiplinan yang dilakukan.
Selanjutnya hubungan makna transformasi dengan kecantikan, karena
kecantikan pada masyarakat Jepang mengalami transformasi. Hal itu dibuktikan pada
artikel dalam Nippon.com (2013) bahwa warna-warna tersebut ( warna untuk tata
kecantikan ) hanya digunakan hingga memasuki zaman Meiji (1868–1912), karena
ketika memasuki zaman modern ketika budaya barat mulai masuk ke Jepang, wanita
Jepang mulai mencoba menggunakan tata rias yang lebih penuh warna . Dari artikel
tersebut penulis dapat memahami bahwa dalam dunia kecantikan pada masyarakat
Jepang mengalami transformasi atau perubahan.
Makna martabat juga dianggap memiliki unsur makna kemegahan. Kata
martabat jika dijelaskan secara leksikal (kbbi.web.id) merupakan tingkat harkat
kemanusiaan dan harga diri. Sedangkan megah jika didefinisikan adalah kemuliaan
dan kemasyhuran. Sehingga penulis dapat menghubungkan bahwa seseorang secara
mayoritas yang menjaga harga diri dan harkatnya, maka sebenarnya seseorang
tersebut sedang mengejar kemuliaan atau kemasyuran untuk dirinya.
SIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa makna warna
hitam pada kurotomesode yang selalu dikenakan oleh keluarga dalam semua
pernikahan Jepang memiliki empat makna, antara lain adalah:
1.
Makna tertinggi yang berarti level tertinggi, kedudukan tertinggi,
kemegahan, dan keberuntungan baik.
2.
Makna Martabat yang berarti kemegahan dan belas kasih.
3.
Makna Transformasi yang berarti sesuatu yang telah mengalami
transformasi atau sebuah perubahan. Seperti dalam konsep pernikahan Jepang,
pemaknaan warna hitam, dan kecantikan bagi wanita Jepang.
4.
Makna formal yang dihasilkan dari keputusan ayah, keterkaitan dengan
kebijaksanaan dan kasih sayang. Formal juga merupakan kondisi resmi yang
memiliki peraturan tertentu di dalamnya. Baik, peraturan besar atau peraturan
kecil seperti cara berpakaian, berdandan, dan lain sebagainya.
Untuk penelitian selanjutnya dapat juga diteliti tentang filosofi- filosofi
motif pada kurotomesode, makna warna emas yang sering digunakan untuk
menambah nilai keindahan pada kimono tersebut, atau elemen-elemen
kurotomesode lainnya.
REFERENSI
Barthes, Roland. (1977). Image-Music-Text. (jilid ke-1). London: Fontana
Cassandra Mathers.2014. What is the meaning of Color in Japanese Culture. 13-032014 from http://www.ehow.com/about_6658499_meaning-color-japaneseculture_.html
Chandler, Daniel. (2007).Semiotics : The Basics. (jilid ke-2). New York : Routledge.
Daniel Chandler. 2014. Denotation, Connotation, and Myth. 30-06-2014 from
http://users.aber.ac.uk/dgc/Documents/S4B/sem06.html
Fajrina, Ajeng Adani Nur. (2009). Kajian Mengenai Otaku Dalam Anime Genshiken
Melalui Pendekatan Semiotika, Journal of Japanese Studies, 02(00), 65-75.
James Deacon.2002.Godai- The Five Elements.13-03-2014 from
http://www.aetw.org/jsp_godai.htm
Saussure, Ferdinand de. ([1916] 1983). Course in General Linguistics (trans. Roy
Harris). London: Duckworth.
RIWAYAT PENULIS
Florentina Meilani Setiawan lahir di kota Surabaya pada 08 Mei 1992. Penulis
menamatkan Pendidikan S1di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sastra
Jepang pada 2014.
Download