BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kenyamanan Thermal

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Kenyamanan Thermal dan Insulasi
Kenyamanan Thermal
Kenyamanan thermal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang
menunjukkan kepuasan dengan lingkungan thermal (Nugroho, 2011). Menurut
Karyono (2001), kenyamanan dalam kaitannya dengan bangunan dapat didefinisikan
sebagai suatu keadaan dimana dapat memberikan perasaan nyaman dan
menyenangkan bagi penghuninya. Kenyamanan thermal merupakan suatu keadaan
yang berhubungan dengan alam yang dapat mempengaruhi manusia dan dapat
dikendalikan oleh arsitektur (Snyder, 1989). Sementara itu, menurut Mclntyre
(1980), manusia dikatakan nyaman secara thermal ketika ia tidak merasa perlu untuk
meningkatkan ataupun menurunkan
suhu dalam
ruangan.
Olgyay (1963)
mendefinisikan zona kenyamanan sebagai suatu zona dimana manusia dapat
mereduksi tenaga yang harus dikeluarkan dari tubuh dalam mengadaptasikan dirinya
terhadap lingkungan sekitarnya.
Insulasi
Insulasi adalah penggunaan material dengan nilai konduktan rendah untuk
mengurangi aliran energi melintas material tersebut. Untuk mereduksi aliran energi
tersebut material harus mempunyai nilai resistan yang tinggi (nilainya kebalikan dari
konduktan). Secara umum udara merupakan insulator yang bagus untuk menghambat
panas, dengan syarat proses konveksi dapat ditekan. Sebagian besar material
mempunyai sifat insulasi terdapat tiga bagian besar tipe insulation, yaitu :
- Resistive insulation, merupakan menghambat aliran panas dengan mengandalkan
nilai resistan pada proses konduksi.
- Reflective insulation, adalah mereduksi aliran radiasi panas.kemampuan material
untuk menyerap atau meradiasikan kembali infra-red sangat tergantung dari bentuk
dan warnanya. Penyerap paling bagus adalah material dengan warna hitam dan
sebaliknya warna putih merupakan paling bagus sifat reflektifnya.
- Capasitive insulation, mempunyai karakteristik yang bermanfaat banyak jika
fluktuasi temperatur diantara dua permukaan sangat besar. Sehingga insulasi jenis ini
tidak bekerja dalam kondisi steady-state. Metode ini memanfaatkan penundaan aliran
5
6
panas yang tersimpan dalam material bangunan tersebut (time-lag). Sehingga dapat
memindahkan kondisi puncak aliran panas pada waktu yang dibutuhkan.
Meskipun insulasi dapat dibuat dengan menggabungkan beberapa jenis
material bangunan, namun secara fisik dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu : blankets,
blown-in, loose-fill, rigid foam board, reflective films.
Keuntungan
Insulasi membantu untuk:
• Mengurangi penggunaan sistem pemanas dan pendingin
• Menghemat biaya
• Meningkatkan kenyamanan penghuni
• Mengurangi kebisingan.
• Memperlambat dan mencegah kebocoran udara dan transmisi uap air.
• Membantu meningkatkan ketahanan bangunan terhadap api (fireproof).
Berdasarkan
digunakan
adalah
ketiga macam tipe insulasi, maka tipe insulasi yang akan
tipe
Resistive
insulation
insulasi reflektif membantu menjaga kesejukan
dan
Reflective
insulation
rumah di musim panas dengan
membelokkan radiasi panas. Biasanya diaplikasikan bersama aluminium foil yang
dilaminasi ke kertas atau plastik dan tersedia dalam bentuk lembaran dan bantalan.
Insulasi reflektif jauh lebih efektif dalam mengurangi perpindahan panas di
bandingkan
insulasi
lainnya. Faktanya, insulasi reflektif dapat
memblokir
sebanyak 97% dari aliran radiasi panas.
Insulasi biasa hanya memperlambat aliran panas turun, tapi tidak
memblokirnya.
.
Gambar 1. Simulasi Insulasi
sumber: https://herusu71.wordpress.com/2012/05/21/insulasi-termal-thermal-insulation-2/,
diakses tanggal April 2015
7
Perkembangan
teknologi
terkini
mendukung
penggunaan thermal
insulator pada rumah tinggal yang merupakan salah satu aplikasi untuk
mengatasi masalah panas dalam rumah tinggal, terutama pada bangunan tropis yang
memiliki intensitas pencahayaan matahari yang cukup tinggi. Penggunaan thermal
insulator pada umumnya dipasang pada bagian atap rumah yang berperan sebagai
penghambat laju perpindahan kalor dari luar masuk ke dalam bangunan dan
sebaliknya, sehingga panas matahari yang sampai kepada kulit bangunan dapat
diminimalisir dan dikurangi sehingga suhu ruang di dalam bangunan tetap dapat
terjaga.
Dalam menciptakan suatu insulator thermal, sistem perpindahan panas yang
dipakai adalah dengan mengeliminasi sistem konveksi dan radiasi yang terjadi,
sehingga menyisakan komponen kecil dari konduksi panas yang terjadi. Dalam hal
ini jelas, bahwa komponen insulator itu sendiri akan memberikan kontribusi terhadap
proses konduksi panas. Perkembangan teknologi insulasi ini memunculkan banyak
jenis material polyester insulation dan bahan yang mampu menghambat laju
perpindahan panas tersebut. Insulator termal ini akan menjadi sangat berperan pada
rumah tinggal, terutama pada rumah-rumah yang memiliki ruangan yang langsung
berhubungan dengan bagian atap bangunan, misalnya lantai atas, maupun loteng
yang dijadikan ruangan. Insulasi atap akan sangat membantu dalam mempertahankan
suhu udara di dalam ruangan dalam loteng, terutama apabila cuaca di luar sangat
panas atau dingin.
2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal
Menurut Auliciems dan Szokolay (2007), kenyamanan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni temperatur udara, pergerakan angin, kelembaban udara,
radiasi, faktor subyektif, seperti metabolisme, pakaian, makanan dan minuman,
bentuk tubuh, serta usia dan jenis kelamin. Faktor–faktor yang mempengaruhi
kenyamanan termal yaitu, temperatur udara, temperatur radiant, kelembaban udara,
kecepatan angin, insulasi pakaian, serta aktivitas.
a.
Temperatur Udara
Temperatur udara merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam
menentukan kenyamanan termal. Satuan yang digunakan untuk temperatur udara
adalah Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Celvin. Manusia dikatakan nyaman apabila
suhu tubuhnya sekitar 37%. Temperatur udara antara suatu daerah dengan daerah
8
lainnya sangat berbeda. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor, seperti sudut
datang sinar matahari, ketinggian suatu tempat, arah angin, arus laut, awan, dan
lamanya penyinaran.
b.
Temperatur Radiant
Temperatur radiant adalah panas yang berasal dari radiasi objek yang
mengeluarkan panas, salah satunya yaitu radiasi matahari.
c.
Kelembaban Udara
Kelembaban udara merupakan kandungan uap air yang ada di dalam udara,
sedangkan kelembaban relatif adalah rasio antara jumlah uap air di udara dengan
jumlah maksimum uap air dapat ditampung di udara pada temperatur tertentu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban udara, yakni radiasi matahari,
tekanan udara, ketinggian tempat, angin, kerapatan udara, serta suhu.
d.
Kecepatan Angin
Kecepatan angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak secara
mendatar atau horizontal pada ketinggian dua meter di atas tanah. Kecepatan angin
dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan angin (Resmi, 2010), antara lain berupa gradien
barometris, lokasi, tinggi lokasi, dan waktu.
2.1.2
Standar Kenyamanan Termal
Lippsmeier (1997) menyatakan bahwa batas kenyamanan untuk kondisi
khatulistiwa berkisar antara 19°C TE-26°C TE dengan pembagian berikut:
Suhu 26°C TE : Umumnya penghuni sudah mulai berkeringat.
Suhu 26°C TE–30°C TE : Daya tahan dan kemampuan kerja penghuni mulai
menurun.
Suhu 30,5°C TE–35,5 °C TE : Kondisi lingkungan mulai sukar.
Suhu 35°C TE–36°C TE
Temperatur
dalam
: Kondisi lingkungan tidak memungkinkan lagi.
ruangan
yang
sehat
berdasarkan
MENKES
NO.261/MENKES/SK/II/1998 adalah temperatur ruangan yang berkisar antara
18°C-26°C. Selain itu, berdasarkan standar yang ditetapkan oleh SNI 03-6572- 2001,
ada tingkatan temperatur yang nyaman untuk orang Indonesia atas tiga bagian yang
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
9
Tabel 2. Batas Kenyamanan Termal Menurut SNI 03-6572-2001
Temperature Efektif (TE)
Kelembaban / RH (%)
Sejuk Nyaman
20,50C TE - 22,80C TE
50%
Ambang Atas
240C TE
80%
70%
Nyaman Optimal
22,80C TE - 25,80C TE
Ambang Atas
280C TE
Hangat Nyaman
25,80C TE - 27,10C TE
60%
Ambang Atas
310C TE
Sumber: Data BMKG
2.2
Container
Peti Kemas (Container)
Peti Kemas adalah suatu reuseable unit transportasi dan penyimpanan produk
untuk bergerak dan bahan baku antara lokasi atau negara, istilah wadah atau kotak
dapat digunakan pada mereka sendiri dalam konteks pengiriman. Peti kemas barang
yang memiliki modul yang sama dan presisi, mudah dirangkai, jumlahnya yang
banyak dan harga yang murah dapat menjadi inovasi baru sebagai ruang hunian
manusia dengan treathment yang benar dan penerapan yang benar sesuai ilmu
kenyamanan thermal dalam bangunan. Keberadaannya yang melimpah dan mudah di
bongkar pasang menjadikannya material berkelanjutan dan hemat energi sebagai
material recycle. Perlu diketahui juga bahwa container bekas di Amerika Serikat ada
lebih dari 17 juta unit yang tidak termanfaatkan.
•
Jenis Container yang Digunakan Dan Ukuran Container
Berdasarkan ukuran, container dibedakan menjadi container 20 ft, 40 ft, 40 HC
ft dan 45 ft. sedangkan berdasarkan jenis cargo muatan dikenal dengan dry,
reefer, dan special container. Berikut adalah penjelasan mengenai tipe dan
ukuran container dari daftar equipment standar internasional. Di Indonesia yang
sering di gunakan jenis Dry Container. Terdapat beberapa ukuran dan jenis
Container dry:
• 20′ dengan payload (bisa memuat) sampai 28.3 ton. Untuk di Indonesia, ratarata untuk pengiriman internasional hanya diperbolehkan sampai maksimum
20 ton.
• 40′ – baik yang standard 8′6″ and maupun 9′6″ high cube – dengan payload
sampai 30.4 ton. Batas muatan yang diperbolehkan biasanya sampai 27 – 28
ton. Kalau di wilayah Amerika Serikat malah hanya 25ton.
• 45′ – dengan ukuran 9′6″ high cube – dengan total kapasitas 86 meter kubik.
Container yang digunakan untuk unit hunian adalah container jenis Dry
10
container bekas kondisi 75-80%, ukuran 20 feet dan 40 feet. Dry container
dipilih karena aman dari bahan kimia dari fungsi awal container sebagai alat
pengiriman barang.
Gambar 2. Modul Container
sumber: www.transportationinformationservice.com, diakses tanggal April 2015
Tabel 3. Spesifikasi Ukuran Container
sumber: container handbook.com, diakses tanggal April 2015
Kapasitas kontainer dinyatakan dalam satuan TEU (twenty-foot equivalent
units), hitungan kapasitas ini pertama kali diperkenalkan oleh Richard F Gibney pada
tahun 1696. Satu TEU adalah ukuran kapasitas kontainer dengan ukuran standar
11
Panjang 20ft x Lebar 8ft. Pada berbagai kasus yang terjadi, kontainer untuk arsitektur
adalah yang berjenis collapsible ISO, yaitu kontainer yang paling umum digunakan.
(Smith, J.D., 2006)
Gambar 3. Contoh Arsitektur Kontainer
Sumber: Container_Architecture, diakses tanggal April 2015
Arsitektur kontainer adalah sebuah bentukan arsitektural yang menggunakan
kontainer bekas sebagai elemen struktural, karena kontainer bekas memiliki
kekuatan, ketersediaan yang cukupbanyak, dan biaya yang relatif murah. Kontainer
bekas memiliki banyak alasan sebagai suatu struktur bangunan yang ideal karena
kuat, tahan lama, dapat disusun-susun, mudah dipotong, mudah dipindahkan,
modular, berlimpah dan relatif murah. Akan tetapi kontainer sebagai arsitektur
memiliki beberapa kekurangan seperti temperatur, tenaga kerja, lokasi konstruksi,
perizinan pembangunan, kontaminasi, dan sistem finishing. Kontainer yang
akan diubah menjadi arsitektural, memerlukan treatment insulasi untuk mereduksi
panas. Sistem insulasi dapat dilakukan pada sisi luar atau sisi dalam, maupun
kombinasi dari keduanya. (Penland, William J., 2008)
2.3
Rumah Susun
2.3.1 Pengertian Rumah Susun
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 60/PRT/1992 tentang
Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pengertian dan pembangunan
Rumah Susun adalah :
1) Lingkungan Rumah Susun adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang jelas,
di atasnya dibangun Rumah Susun termasuk prasarana dan fasilitasnya secara
keseluruhan merupakan tempat permukiman.
12
2) Satuan lingkungan Rumah Susun adalah kelompok susun yang terletak pada
tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang merupakan satu kesatuan
sistem pelayanan pengelolaan.
3) Prasarana lingkungan Rumah Susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan
yang memungkinkan Rumah Susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Sehingga dapat disimpulkan, Rumah Susun dapat diartikan sebagai suatu
bangunan gedung bertingkat yang memiliki sistem kepemilikan perseorangan dengan
hak bersama, yang penggunaannya bersifat hunian, untuk mewadahi fungsi dan
aktivitas keluarga yang dilaksanakan secara sederhana.
Pembangunan Rumah Susun diarahkan untuk mempertahankan kesatuan
komunitas kampung asalnya. Pembangunannya diprioritaskan pada lokasi di atas
bekas kampung kumuh dan sasaran utamanya adalah penghuni kumuh itu sendiri
yang mayoritas penduduknya berpenghasilan rendah. Mereka diprioritaskan untuk
dapat membeli atau menyewa Rumah Susun tersebut secara kredit atau angsuran
ringan (Peraturan Pemerintah RI No 4/1988).
2.3.2 Karakteristik Rumah Susun
Berdasarkan peraturan pemerintah, karakteristik Rumah Susun di Indonesia
memiliki ketetapan standar sebagi berikut (Teddy, 2010 : 11) :
1)
Satuan Rumah Susun
• Mempunyai ukuran standar minimum 18 m2, lebar muka minimal 3 meter.
• Dapat terdiri dari satu ruang utama (ruang tidur) dan ruang lain (ruang
penunjang) di dalam dan atau diluar ruang utama.
• Dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan buatan yang cukup,
sistem evakuasi penghuni yang menjamin kelancaran dan kemudahan, serta
penyediaan daya listrik yang cukup, serta sistem pemompaan air.
• Batas pemilikan satuan Rumah Susun dapat berupa ruang tertutup dan atau
sebagian terbuka dan atau ruang terbuka.
2)
Benda Bersama
Benda bersama dapat berupa prasaran lingkungan dan fasilitas lingkungan.
3)
Bagian Bersama
13
Bagian bersama dapat berupa ruang untuk umum, struktur, dan kelengkapan
Rumah Susun, prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan yang menyatu
dengan bangunan Rumah Susun.
4)
Prasarana Lingkungan
Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan sebagai
penghubung antar bangunan Rumah Susun atau keluar lingkungan Rumah
Susun, tempat parkir, utilitas umum yang terdiri dari jaringan air limbah,
sampah, pemadam kebakaran, listrik, gas, telepon, dan alat komunikasi
lainnya.
5)
Fasilitas Lingkungan
Lingkungan Rumah Susun harus dilengkapi fasilitas perniagaan dan
perbelanjaan, lapangan tebuka, kesehatan, pendidikan, peribadatan, pelayanan
umum, serta pertanaman.
Menurut Yudohusodo dalam Audy (2008 : 9), Rumah Susun memiliki
karakteristik yang berbeda dengan hunian horizontal. Rumah Susun mengandung
dualism sistem kepemilikan, yaitu kepemilikan seorangan dan bersama baik dalam
bentuk ruang maupun benda. Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagianbagian yang masing-masing merupakan satuan yang dapat digunakan secara terpisah
yang dikenal dengan istilah condominium. Sistem ini diwajibkan untuk mengadakan
pemisahan hak dari masing-masing satuan yang dilaksanakan dengan pembuatan
akta pemisahan yang mengandung nilai perbandingan proporsional yang akan
digunakan sebagai penerbitan sertifikat hak milik atas satuan yang bersangkutan.
Tipe unit Rumah Susun juga beragam. Kisaran luas unit Rumah Susun pada
umumnya minimal 18m2 dan paling besar adalah 50 m2.
Tabel 4. Tipe Unit Rumah Susun
Tipe Unit
Fasilitas
Tipe 18 m2
- 1 kamar tidur
Tipe 21 m2
- ruang tamu/keluarga
Tipe 24 m2
- kamar mandi
Tipe ini biasanya untuk keluarga - dapur/pantry
muda atau seseorang yang belum
memiliki keluarga
Tipe 30 m2
- 2 kamar tidur
Tipe 36 m2
- ruang tamu / keluarga
Tipe 42 m2
- kamar mandi / WC
Tipe 50 m2
- dapur / pantry
Tipe ini untuk keluarga yang sudah - ruang makan
memiliki anak
Sumber: Rosfian (2009)
14
Sesuai dengan ukuran modular container yaitu 29,5 m2, maka unit yang dapat
dicapai adalah tipe 24m2 dan 50m2.
2.3.3 Fasilitas Rumah Susun
Rumah Susun merupakan hunian vertikal yang menjadi tempat tinggal bagi
sejumlah penduduk yang menjadi penghuninya, sehingga terdapat fasilitas-fasilitas
tertentu yang disediakan guna menunjang kehidupan penghuni didalamnya.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-7013-3004) mengenai Tata Cara
Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana, Rumah Susun haruslah
memiliki fasilitas lingkungan, yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang
antara lain dapat berupa bangunan perniagaan atau perbelanjaan (aspek ekonomi),
lapanagan terbuka, pendidikan, kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintahan dan
pelayanan umum, pertamanan serta pemakaman (lokasi diluar lingkungan Rumah
Susun atau sesuai rencana tata ruang kota).
Fasilitas lingkungan Rumah Susun harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut menurut Standar Nasional Indonesia adalah :
1)
Memberi rasa aman, ketenangan hidup, kenyamanan dan sesuai dengan
budaya setempat
2)
Menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai
dengan gaya hidup di Rumah Susun
3)
Mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan fasilitas
lingkungan bagi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu
4)
Menunjang fungsi-fungsi aktivitas penghuni yang paling pokok dari segi
besaran maupun jenis sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada
5)
Menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan
pengembangan aspek-aspek ekonomi dan sosial budaya.
Tentunya, pelayanan sarana dan prasarana harus memenuhi kebutuhan
penghuni. Dalam hal ini apabila fasilitas lingkungan masih dapat dilayani oleh
fasilitas yang berada diluar lingkungan Rumah Susun, maka pemenuhan kebutuhan
jenis dan jumlah fasilitas lingkungan dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan.
15
Perancangan Fasilitas Lingkungan
Dalam melakukan perancangan fasilitas lingkungan pada Rumah Susun
sederhana, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan guna memenuhi kebutuhan
penghuni. Hal ini telah dijelaskan pula dalam Standar Nasional Indonesia, yaitu
bahwa fasilitas lingkungan yang ditempatkan pada lantai bangunan Rumah Susun
harus memenuhi kebutuhan sebagai berikut :
1) Maksimal 30% dari jumlah luas lantai bangunan
2) Tidak ditempatkan lebih dari lantai 3 (tiga) bangunan Rumah Susun.
3) Setiap bangunan rumah susun bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan area
parkir dengan rasio 1 lot parkir kendaraan untuk setiap 5 unit hunian.
Atas ketentuan tersebut maka luasan lahan yang digunakan untuk fasilitas
lingkungan Rumah Susun harus diperhatikan. Luas lahan yang diperuntukan sebagai
fasilitas lingkungan harus memenuhi ketentuan :
1)
Luas lahan untuk fasilitas Rumah Susun seluas-luasnya 30% dari luas
seluruhnya
2)
Luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka, berupa taman sebagai
penghijauan, tempat bermain anak, dan atau lapangan olah raga seluas-luasnya
20% dari luas lahan fasilitas lingkungan Rumah Susun
No
1
2
3
4
Tabel 5. Peruntukan Luas Lahan Rumah Susun
Luas Lahan
Jenis Peruntukan
Maksimum (%)
Minimum (%)
Bangunan untuk hunian
50
Banguanan fasilitas
10
Ruang Terbuka
20
Prasarana Lingkungan
20
Sumber: Standar Nasional Indonesia (2003)
Jenis Fasilitas Lingkungan
Lingkungan Rumah Susun harus dilengkapi dengan fasilitas lingkungan yang
dapat berupa ruang atau bangunan. Jenis fasilitas lingkungan yang pokok berada di
lingkungan Rumah Susun ada 6 (enam) jenis seperti yang tertera pada Tabel 6.
Tabel 6. Fasilitas Lingkungan Rumah Susun
No.
1
Jenis Fasilitas
Lingkungan
Fasilitas niaga
Fasilitas Yang Tersedia
Warung
Toko-toko perusahaan dan dagang
Pusat perbelanjaan
16
2
Fasilitas pendidikan
3
Fasilitas kesehatan
4
Fasilitas peribadatan
5
Fasilitas pelayanan umum
6
Ruang terbuka
Ruang belajar untuk pra belajar
Ruang belajar untuk sekolah dasar
Ruang belajar untuk sekolah
lanjutan tingkat pertama
Ruang belajar untuk sekolah
menengah umum
Posyandu
Balai pengobatan
BKIA dan ruamah bersalin
Puskesmas
Praktek dokter
Apotek
Musola
Masjid kecil
Kantor RT
Kantor/balai RW
Post hansip/siskamling
Pos polisi
Telepon umum
Gedung serba guna
Ruang duka
Kotak Surat
Taman
Tempat bermain
Lapangan olah raga
Peralatan usaha
Sirkulasi
Parkir
Sumber: Standar Nasional Indonesia (2003)
2.4
Konstruksi Prefab
Bangunan prefab dapat berupa : rumah tinggal, kantor sementara, kantor
permanen, camp proyek , pabrik, gudang, sekolah,
rumah sakit dan bangunan
lainnya. Komponen bangunan tersebut berupa lantai, dinding, kolom, rangka atap,
atap penutup, pintu, jendela serta berbagai asesorinya.
Sebagai contoh adalah komponen bangunan Panel Sandwich yaitu panel yang
bagian kiri-kanannya dilapisi metal/baja ringan dengan ketebalan 0,45mm dan
ditengahnya diberi isolator EPS ( Expanded Polystyrene) setebal minimum 5cm.
Rumah prefab bukanlah ide baru. Rumah ini diketahui telah ada sejak
beberapa dekade lalu. Kenyataannya, berbagai bentuk rumah prefab sudah ada sejak
1908. Adalah Sears yang memulai menjual rumah prefab dengan mengirim bahanbahannya menggunakan kereta api. Komponen rumahnya dibangun oleh pekerja
lokal di lahan yang sudah ditentukan.
17
Terdapat dua tipe rumah prefab: datar dan modular. Rumah modular hampir
seratus persen dibangun di pabrik dan dikirimkan lengkap dengan jendela, pintu dan
interior ke lokasi pengembangan. Sementara pengepakan datar berarti rumah tersebut
dipersiapkan dan dikirimkan sebelum dirakit, seperti barang-barang IKEA, tapi ini
dalam bentuk rumah.
Rumah prefab cepat dibangun, "Konstruksi prefab menghabiskan setengah
dari lamanya waktu untuk membangun rumah tradisional," ujar Blair Porteous. Hal
tersebut dimungkinkan karena rumah prefab dibangun di pabrik, yang artinya
pekerjaan menjadi lebih siap ketika di lapangan. Membentuk fondasi misalnya, dapat
dilakukan secara simultan sehingga memangkas waktu. Pembangunan rumah
modular bahkan lebih cepat lagi. Karena saat dikirim, rumah tersebut telah jadi.
Rumah prefab lebih murah dibanding rumah biasa, "Karena menghabiskan
waktu lebih lama untuk membangun rumah biasa, biaya yang dikeluarkan untuk
menggaji kontraktor akan lebih besar," kata Christine Stoffel dari Hive Modular.
Berbeda dengan rumah prefab yang singkat pengerjaannya.
Rumah prefab diyakini lebih ramah lingkungan dibandingkan rumah biasa,
dalam beberapa poin. Hal tersebut disebabkan, rumah prefab dibuat di pabrik yang
artinya mengurangi kerusakan lingkungan seperti saat membangun rumah
biasa. Selain itu, pabrik rumah prefab pun menghasilkan lebih sedikit limbah
dibandingkan saat konstruksi rumah biasa dilakukan.
Jadwal pembangunan juga mudah diprediksi ,"Tidak ada efek cuaca dan efek
pekerja tambahan, karena rumah dibangun dalam lingkungan yang terkontrol, dengan
tenaga kerja yang stabil dan pasti," kata Porteous.
Rumah prefab mudah dimodifikasi , Jika ingin membuat rumah yang lebih
kecil, tetapi ingin juga menambahkan ruangan atau lantai tambahan, rumah prefab
adalah pilihan yang tepat. Faktanya, jika Anda mendiskusikan ide dengan ahli rumah
prefab sebelum menentukan desainnya, mereka akan memberikan rencana
pembangunan yang fleksibel.
2.5
Studi Banding
2.5.1 Container City I
Proyek Kontainer Kota asli dan pertama, terletak di Trinity Buoy Wharf, di
jantung Docklands London. Selesai pada 5 bulan pada tahun 2001, Container City I
awalnya 3 cerita tinggi menyediakan 12 studio kerja di 4.800 kaki persegi. Setelah
18
permintaan tinggi lantai ke empat ditambahkan TAHUN 2003 menyediakan tiga
tambahan apartemen hidup / kerja. Serta menjadi sangat efektif biaya Container City
I yang ramah lingkungan dengan lebih dari 80% dari bangunan yang dibuat dari
bahan daur ulang.
Gambar 4. Fasade Dan Interior
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Container_City, diakses tanggal April 2015
2.5.2 Container City II
Container City adalah sebuah sistem yang inovatif dan sangat fleksibel yang
membuka jalan untuk akomodasi terjangkau dan bergaya dengan sedikit trendi dan
arsitektur yang berwarna-warni. Bangunan ini dirancang oleh Urban Space
Manajemen, sistem ini dibangun dengan menghubungkan kontainer pengiriman dan
untuk memberikan kekuatan tinggi, menggunakan modul baja pre-fabrikasi.
Boleh dibilang bangunan kontainer yang paling terkenal di dunia, Container
City II mudah dikenali oleh Ziggurat bentuk yang funky dan warna-warna cerah yang
dirancang untuk mencerminkan sifat kreatif yang menempati 22 studio nya.Sebagai
tahap kedua proyek Kontainer Kota asli di Trinity Buoy Wharf, Container City II
adalah baik perpanjangan dan evolusi bangunan pertama.
Dibangun berdekatan dengan Kontainer City I, dengan jembatan antarmenghubungkan, lift baru dan akses penyandang cacat penuh, Container City II
selesai pada tahun 2002 menyediakan lebih lima lantai ruang kerja dan titik fokus
besar untuk kuartal seni yang menarik ini.
19
Gambar 5. Container City
Sumber: http://www.containercity.com/projects/container-city-ii, diakses tanggal April 2015
2.5.3 Poligigi dan Taman Baca Amin, Batu
Di Poligigi dan Taman Baca Amin,bangunan 2 lantai ini memiliki 2 fungsi
berbeda, lantai 1 untuk poligigi dan lantai 2 untuk taman baca, dimana taman baca di
lantai 2 terbuat dari 6 module container yang membentuk ruang baca. Dengan alat
pengukur suhu dan merasakan ruang didalam taman baca terasa berbeda dengan
material buatan Home Office Container, dimana ruangan terasa lebih nyaman secara
thermal dan suhu yang berkisar antara 27-28° C, mungkin pengaruh suhu kota Batu
yang berlokasi di pegunungan.
Gambar 6. Fasad Bangunan
Sumber: http://www.containerhomes.net.au/shipping-containers-as-homes, diakses tanggal
April 2015
Interior ruangan yang dilapisi gypsum memberi nuansa berbeda dan lantai
dilapisi karpet membuat pengguna merasa nyaman dalam ruangan. Setelah observasi
ke Poligigi dan Taman Baca Amin, penulis yakin modul container dapat diterapkan
20
untuk hunian perkotaan dengan pemilihan interior yang tepat dan solusi bukaan
desain yang tepat. Sesuai dengan gagasan Khiso Kurokawa mengenai pemanfaatan
teknologi pre-fabrikasi untuk container hunian manusia. Dalam hal ini container
bekas sebagai ide dasar pada perancangan hunian secara tidak langsung merupakan
prefabrikasi yang memiliki module yang sama dan presisi serta mudah dirangkai dan
di bongkar. Bangunan poligigi dan taman baca ini memang unik. Dibangun diatas
areal sekitar 1570 meter persegi. Bangunannya menggunakan 7 container dengan
ukuran berbeda. Tiga container berukuran 20 feet dan 4 container berukuran 40 feet
Download