Rencana Bisnis Minyak Kepayang KPHP Limau Unit VII – Hulu Kabupaten Sarolangun PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN SAROLANGUN, AGUSTUS 2015 RENCANA OPERASIONAL CORE BUSINESS MINYAK KEPAYANG DI KAWASAN KPHP LIMAU UNIT VII-HULU Rencana Produksi Minyak Kepayang a. Jenis Usaha/Kegiatan Jenis usaha/kegiatan yang dimaksud adalah pengolahan biji kepayang menjadi minyak. b. Produk yang Dihasilkan Produk yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah minyak kepayang. c. Teknologi yang Digunakan Teknologi pengolahan biji kepayang menjadi minyak menggunakan biji-biji kepayang bersumber dari kawasan hutan sekitar. d. Kapasitas Terpasang/Produksi Satu diantara hasil hutan bukan kayu yang dijadikan core business oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu adalah minyak kepayang yang didapatkan dari biji-biji pohon kepayang. Pohon Kepayang (Pangium edule) banyak terdapat di kawasan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun. Pohon yang memiliki potensi dari nilai konservasi dan ekonomi ini dikarenakan pohon Kepayang (Pangium edule) merupakan tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) yang dapat dimanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayunya agar dapat meningkatkan nilai konservasi (menjaga kelestarian hutan) dan meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan di wilayah KPHP Limau ini, salah satu manfaat dari pohon Kepayang (Pangium edule) adalah minyak goreng. Minyak goreng bukan hanya dihasilkan oleh tanaman perkebunan saja seperti sawit dan kelapa, tetapi minyak goreng juga dapat dihasilkan oleh tanaman kehutanan yaitu pohon Kepayang (Pangium edule). Keberadaan pohon Kepayang di wilayah KPHP Limau ini dapat dilihat di beberapa desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan yang memilki potensi untuk pengembangan usaha minyak goreng dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan. KPHP Limau yaitu menjalin kemitraan dengan masyarakat di sekitar hutan yang disebut desa binaan. Ada beberapa desa binaan yang berbatasan langsung dengan wilayah KPHP Limau yang memiliki potensi penghasil minyak goreng dari pohon Kepayang (Pangium edule). Potensi minyak Kepayang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Estimasi Potensi Minyak Kepayang di Kawasan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun Nama Desa Desa binaan antara di sekitar kawasan HP. Sungai Kutur dan HL. Bukit Tinjau Limun, terdiri dari : - Desa Lubuk Bedorong - Desa Temalang - Desa Meribung - Desa Berkun - Desa Napal Melintang - Desa Mersip Desa binaan antara di sekitar kawasan HL. Bukit Tinjau Limun dan HPT Bukit Lubuk Pekak, terdiri dari : - Desa Sungai Keradak - Desa Tambak Ratu - Desa Batin Pengambang - Desa Muara Air Dua - Desa Simpang Narso - Desa Batu Empang Desa binaan di sekitar kawasan HP. Batang Asai, terdiri dari : - Desa Muara Cuban - Desa Muara Pemuat - Desa Lubuk Bangkar - Desa Sungai Baung - Desa Sungai Bemban - Desa Kasiro Ilir - Desa Kasiro - Desa Datuk Nan Duo - Desa Padang Jering - Desa Bukit Kalimau Ulu - Desa Raden Anom - Desa Pulau Salak Baru - Desa Rantau Panjang Total (ton) Penghasil Biji Kepayang (ton) 30 30 30 30 30 30 50 50 50 50 50 50 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 870 Jika pengepresan akan memperoleh minyak Kepayang jernih kekuningan. Dari 60 kg biji kering akan diperoleh 3 kg minyak. Berarti dengan total berat biji kepayang adalah 870 ton atau 870.000 kg akan diperoleh 43.500 kg minyak. e. Kebutuhan Biaya Investasi dan Biaya Operasional Investasi yang dibutuhkan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu untuk pengembangan usaha minyak kepayang adalah sebagai berikut: pembuatan perizinan koperasi KPH (SIUP, SITU dan Izin Perindakop), Uji Lab dan Izin Depkes, Perizinan MUI (logo halal), alat perebus, alat pencungkil, alat pengepres, alat penyaring, alat pengayakan, alat pencincang biji, mesin penghalus, oven, timbangan, ember, botol kaca, botol plastik (125 ml), botol (jerigen 1 kg), pelebelan. Total biaya investasi yang dibutuhkan sebesar Rp 208.690.000,- Biaya investasi pengeloalan biji kepayang menjadi minyak ini hanya pada tahun pertama (tahun awal) kegiatan usaha, yaitu tahun 2016. Sementara itu untuk 4 (empat) tahun berikutnya (2017-2020) hanya membutuhkan biaya operasional dengan total biaya rata-rata setiap tahunnya yang diperkirakan sebesar Rp 93.719.000,-. Biaya operasional ini meliputi biaya insentif team, transportasi team, mendatangkan tenaga ahli, ATK. Jadi dengan demikian total kebutuhan biaya investasi pada tahun pertama (tahun awal) adalah sebanyak Rp 302.409.000,- yaitu biaya investasi sebesar Rp 208.690.00,- dan biaya operasional sebesar Rp 93.719.000,-. Rencana Pemasaran Minyak Kepayang Peluang Pasar Minyak Kepayang Ada beberapa desa binaan yang berbatasan langsung dengan wilayah KPHP Limau yang memiliki potensi penghasil minyak goreng dari pohon Kepayang (Pangium edule). Potensi minyak Kepayang yang dapat dihasilkan per tahun adalah 43.500 kg minyak, dengan harga 1 kg minyak adalah Rp 25.000,- maka total pendapatan dari penjualan minyak adalah Rp 1.087.500.000,-. Analisis Pesaing Minyak Kepayang Pesaing adalah pihak yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Mengingat bahwa KPHP Limau Unit VII-Hulu memiliki core business minyak kepayang, madu dan ekowisata, maka sebagai pesaingnya adalah pihak lain yang menghasilkan produk sejenis dan memasarkan produk tersebut di wilayah yang sama. Selain itu, pesaing juga berasal dari produk yang berbeda seperti minyak kelapa sawit. Pengelolaan minyak kepayang masih dilakukan secara tradisional, yaitu bijinya dipecah kemudian ditumbuk atau dipress lalu didapatkan minyaknya. Untuk melakukan pemasaran di pasar lokal, pihak dinas Kehutanan dan Perkebunan meminta litbang kehutanan untuk menyediakan alat pembuatan minyak yang lebih modern agar kemasannya lebih efektif dan efisien dan menjalin kerja sama dengan litbang kehutanan maupun litbang industri untuk ikut memperkenalkan tanaman ini. Karena pengelola KPHP ingin mewujudkan konsep hutan lestari masyarakat menjadi sejahtera. Minyak Kepayang tersebut telah ada dan berasal dari tiga desa, yakni Desa Pemuat, Desa Sungai Bemban dan Desa Batin Pengambang. Tiga desa ini sudah melakukannya, dan hasilnya pun maksimal, maka dari itu pengelola KPHP mengajak masyarakat untuk membudidayakan buah Kepayang ini menjadi minyak goreng. Persaingan mengharuskan pengusaha meningkatkan kualitas pelayanannya kepada pelanggan dengan maksud agar dapat menarik minat pelanggan sebanyak-banyaknya, serta berupaya merebut pangsa pasar yang lebih besar. Pengamatan terhadap pesaing terus dilakukan dengan memonitor perubahan produk dan respon pelanggan terhadap produk pesaing dan produk yang dihasilkan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu. Perubahan produk pun harus tetap dipantau yang meliputi perubahan bentuk, ukuran, harga, mutu, desain, serta bagaimana dampaknya terhadap permintaan pelanggan. Terhadap setiap perubahan harus direspon dengan cepat oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu, dan cara dan strategi bagaimana yang mesti ditempuh agar perkembangan usaha dapat berlanjut terus. Beberapa teknis mengidentifikasi pesaing antara lain: (1) memonitor volume penjualan produk secara berkala misalnya mingguan atau bulanan. Bila volume penjualan mengalami penurunan, harus diketahui penyebabnya, dan diupayakan untuk menanggungi penyebab tersebut; (2) mengevaluasi pangsa pasar produk sejenis dan seberapa besar dari pangsa pasar tersebut dapat dimanfaatkan; (3) memonitor apa ada pesaing baru yang masuk dan bagaimana dampaknya terhadap volume penjualan. Dalam hal ini bagian pemasaran atau penjualan dapat ditugaskan untuk selalu memonitor dan melaporkan kondisi pesaing dan dan dampak persaingan terhadap pangsa pasar produk yang dihasilkan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu. Strategi Pemasaran Minyak Kepayang Minyak kepayang adalah minyak yang dihasilkan dari biji-biji pohon kepayang. Pengelolaan minyak kepayang dilakukan secara tradisional, yaitu bijinya dipecah kemudian ditumbuk atau dipress lalu didapatkan minyaknya. Sebagai minyak kepayang yang merupakan minyak goreng non kolestrol, maka strategi yang ditempuh disesuaikan dengan daya beli konsumen. 1) Ukuran kemasan minyak kepayang dibuat bervariasi, yaitu ukuran sedang 500 gram dan ukuran jumbo 1 kg. Dengan variasi ukuran kemasan memungkinkan segmen pasar dapat diperluas tidak saja pada golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, tetapi juga masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. 2) Minyak kepayang yang merupakan minyak goreng non kolestrol sehingga baiik untuk kesehatan. 3) Mengembangkan jaringan bisnis (Networking). Maksudnya adalah untuk memperluas wilayah pemasaran yang berskala nasional atau global. 4) Mengikutsertakan produk pada pameran atau expo. 5) Membuat merek dagang, mendapatkan sertifikat halal, sertifikat organik dan mencantumkannya pada merk (label). Saluran Pemasaran Minyak Kepayang Saluran pemasaran minyak kepayang dimulai dari proses pengelolaan biji kepayang menjadi minyak kepayang yang dilakukan oleh masyarakat desa di sekitar hutan wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu. KPHP Limau membantu masyarakat desa dalam melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran minyak kepayang sebagai bentuk kemitraan dengan cara kolaborasi. Dengan ini diharapkan minyak kepayang yang dihasilkan oleh masyarakat desa di sekitar wilayah KPHP dapat dipasarkan ke masyarakat luas. Rantai pemasaran madu yang ada saat ini sebagaimana digambarkan pada skema berikut: Masyarakat desa di sekitar hutan (petani budidaya kepayang) KPHP Limau Unit VII-Hulu (melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran minyak kepayang) Konsumen di Kabupaten Sarolangun (Pemasaran Minyak Kepayang di Toko Ole-ole dan Toko Bismillah Sarolangun) Konsumen diluar Kabupaten Sarolangun Gambar 5. Jaringan Pemasaran Minyak Kepayang Sarolangun Rantai pasar yang ada merupakan aset yang berharga bagi KPHP Limau Unit VIIHulu untuk memasarkan hasil produk minyak kepayang. Rantai pemasaran yang bisa ditempuh adalah petani budidaya kepayang menjual produknya secara langsung kepada KPHP Limau Unit VII-Hulu. Kemitraan Usaha Minyak Kepayang Kemitraan usaha yang bisa dikembangkan dalam kaitan dengan minyak kepayang meliputi tiga hal: kemitraan produksi madu, kemitraan pemasaran, dan kemitraan permodalan. Kemitraan produksi mencakup kegiatan mulai dari penyediaan alat pengelolaan biji kepayang menjadi minyak, penyediaan bibit kepayang, dan penguatan kapasitas petani dalam bentuk pelatihan dan pendampingan. Kemitraan pemasaran adalah terkait dengan kerjasama penjualan minyak kepayang dengan toko-toko penjual madu. Kemitraan dalam aspek permodalan, terkait dengan bagaimana sistem penyediaan dana untuk investasi budidaya kepayang dan pembelian hasil minyak. Pelaku kemitraan yang terlibat adalah KPHP Limau Unit VII-Hulu, kelompok tani, toko-toko penjual minyak kepayang dan lembaga pendanaan. Bentuk kemitraan bisa berbeda tergantung pada setiap aspek yang mau dimitrakan (Tabel 4). Tabel 4. Skema Kemitraan yang Bisa Ditempuh Dalam Kaitan Budidaya Kepayang dan Pemasaran Minyak Kepayang Aspek Pelaku Kemitraan Bentuk Kemitraan Legalitas 1. Budidaya Kepayang dan Pengolahan Minyak Kepayang KPHP Limau Unit VII-Hulu dengan kelompok tani budidaya kepayang o KPHP Limau Unit VII-Hulu mendukung pelatihan o KPHP Limau Unit VII-Hulu menyediakan tenaga pendamping o Petani memberikan sebagian hasil keuntungan kepada KPHP Limau Unit VII-Hulu o Surat Perjanjian 2. Pemasaran KPHP Limau Unit VII-Hulu dengan tokotoko penjual minyak kepayang o Surat Perjanjian (Kontrak) 3. Permodalan KPHP Limau Unit VII-Hulu dengan Bank o KPHP Limau Unit VII-Hulu dapat menyepakati penjualan minyak kepayang kepada toko-toko penjual madu o Toko-toko penjual minyak kepayang mengambil setiap keuntungan yang menjadi hak KPHP Limau Unit VIIHulu dari penjualan minyak kepayang oleh petani dan menyerahkan kepada KPHP Limau Unit VII-Hulu o KPHP Limau Unit VII-Hulu mengusulkan dana penyediaan bibit, alat pengolahan minyak kepayang dan pendampingan kepada petani o Bank menyediakan dana dengan skema hibah maupun pinjaman o Surat Perjanjian (Kontrak) Mengetahui, Kepala KPHP Misriadi, SP. M.Sc NIP. 19790426 200312 1 003