DM - ETD UGM

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan
kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. Kemampuan tubuh pada orang dengan diabetes
untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan
sama sekali produksi insulin (Smeltzer & Bare, 2001). Dalam konteks kehamilan,
pada wanita hamil terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang berpengaruh terhadap
metabolisme karbohidrat karena adanya hormon plasenta yang bersifat resistensi
terhadap insulin, sehingga kehamilan tersebut bersifat diabetogenik. Dengan
meningkatnya umur kehamilan, berbagai faktor dapat mengganggu keseimbangan
metabolisme karbohidrat sehingga terjadi gangguan toleransi glukosa. Selama lebih
dari satu abad, telah diketahui bahwa diabetes yang datang pada saat kehamilan dapat
menyebabkan efek buruk pada keadaan klinis fetus dan neonatus (Buchanan &
Xiang, 2005).
Diabetes Melitus (DM) dengan kehamilan (Diabetes Mellitus GestationalDMG) adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes
dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi
glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua
atau ketiga (OPHD-Oregon Public Health Division, 2009).
2
Prevalensi DMG sulit ditentukan karena standar penetapan diagnosis yang
berbeda-beda. Standar penetapan diagnosis tersebut adalah menurut WHO (2011),
ADA (2009), O’Sullivan-Mahan (1992), dan Perkeni (2002). Diagnosis DMG
menurut The American Diabetes Association (ADA) yakni dilakukan untuk setiap ibu
hamil dimulai sejak kunjungan pertama (trimester 1 untuk menapis DM Pragestasi
(DMpG), bila negatif diulangi pada kehamilan 24-28 minggu untuk menapis DM
Gestasi (ADA, 2009); menurut WHO skrining dan diagnosis yang direkomendasikan
adalah satu tahap (One Step Approach) yakni dengan TTGO (Test Toleransi Glukosa
Oral) dengan memberikan beban 75 gram glukosa anhidrus setelah berpuasa selama
8–14 jam (WHO, 2011). Menurut Perkeni (2002), penapisan DMG dianjurkan pada
semua ibu hamil pada pertemuan pertama dengan petugas kesehatan. Bila hasilnya
negatif, pemeriksaan diulang pada masa kehamilan 24-28 minggu. Menurut
O’Sullivan-Mahan (1992), DMG adalah pemeriksaan kadar gula darah melalui
tahapan tes tantangan glukosa (TTG) dan tes toleransi glukosa oral (TTGO).
Di Indonesia, prevalensi DMG sekitar 1,9–3,6% dan sekitar 40-60 wanita
yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan
akan
mengidap Diabetes Mellitus atau gangguan toleransi glukosa (Suparman, 2003).
Menurut WHO (1999), dikutip oleh Agency for Healthcare Research and Quality
(AHRQ), (2008) dijelaskan bahwa kejadian DMG meningkat pada ibu hamil dengan
faktor risiko antara lain peningkatan berat badan pada masa kehamilan >0,5
kg/minggu, umur lebih dari 25 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DMG,
dan ethnic. Penelitian yang dilakukan oleh Taber Lisa, et al tahun 2010 menyebutkan
3
bahwa faktor risiko ibu dengan DMG adalah wanita yang didiagnosis dengan DM
gestasional berada pada risiko tinggi untuk diabetes masa depan, dengan 17%-63%
diabetes tipe 2 dalam waktu 5-16 tahun dalam kelompok etnis yang berbeda.
Sedangkan anak-anak mereka dalam jangka panjang berada pada peningkatan risiko
obesitas dan intoleransi glukosa.
DMG dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko, yang pada gilirannya
berhubungan dengan resistensi insulin (obesitas, pada etnis risiko, usia ibu). DMG
berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal dan ibu memiliki risiko
untuk dapat menderita penyakit diabetes melitus yang lebih besar dalam jangka waktu
5-10 tahun setelah melahirkan. Meningkatnya komplikasi perinatal dan ibu memiliki
risiko untuk dapat menderita Diabetes Mellitus yang lebih besar dalam jangka waktu
5-10 tahun setelah melahirkan (Jung, 2008).
DMG menyebabkan komplikasi yang signifikan dan berpotensi ibu dan janin
termasuk preeklampsia, eklamsia, polihidramnion, makrosomia janin, trauma
kelahiran, kelahiran operatif, komplikasi metabolik neonatal dan kematian perinatal
(Sedigheh, S., et al., 2010). DMG ini meningkatkan morbiditas neonatus, yaitu
hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari
ibu DMG mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan
makrosomia. Frekuensi DMG kira-kira 3-5% dan para ibu tersebut meningkat
risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang. (Lindsay, 2009). Komplikasi lain
dari DMG adalah respiratory distress syndrome dan hypocalcemia.
4
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bandyopadhyay, M., et al., 2011
ternyata wanita Asia Selatan yang hamil dengan DMG mengatakan sulit menerima
diet yang diterima dan terlihat menjadi tantangan dalam konteks budaya yang berbeda
dalam kebiasaan makanan dan terbukti sulit mengelola diet, perbedaan sikap untuk
latihan selama kehamilan juga merupakan isu yang menonjol pada perempuan,
modifikasi gaya hidup akan dipertahankan setelah melahirkan, dibutuhkan saran
sesuai dengan budaya mengenai strategi untuk mengurangi risiko DMG sedini
mungkin dalam kehamilan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Linmark, et al., 2010
menyatakan enam perempuan menganggap bahwa informasi yang telah diberikan
terlalu jarang, empat perempuan menganggap belajar tentang risiko mengembangkan
DM tipe 2 berguna di kemudian hari. Tidak ada informasi tertulis tentang DMG.
Penelitian yang dilakukan oleh Hirst, et al., 2012 menunjukkan bahwa ibu
membutuhkan informasi tentang DMG karena mereka khawatir tentang transmisi
DMG melalui ASI sedangkan beberapa perempuan merencanakan untuk tidak
menyusui.
Data yang didapat oleh peneliti dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Sub
Bagian Rekam Medik tentang indeks rawat inap pada penyakit DMG pada 10
(sepuluh) tahun terakhir dari tahun 2003-2012 terdapat sejumlah 94 pasien.
Sedangkan rawat jalan dalam 4 (empat) tahun terakhir dari tahun 2009-2012 terdapat
sejumlah 25 pasien. Sejumlah pasien yang terdiagnosa DMG di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta memang tampak relatif sedikit. Namun perlu diwaspadai adanya kejadian
5
ice berg yang tidak nampak di depan mata dan tidak terskrining dengan baik di kota
Yogyakarta.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian tengah-selatan
Pulau Jawa, secara astronomis terletak pada 7°33’-8°12’ Lintang Selatan dan
110°00’-110°50’ Bujur Timur, dengan luas 3.185,80 km2. DIY
bagian selatan
dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan
Barat Laut dibatasi Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif terdiri dari 1 kota dan
4 kabupaten, 78 kecamatan dan 438 kelurahan/desa. Nilai-nilai budaya tumbuh dan
hidup dalam kehidupan sehari-hari masyarakat DIY. Pada sisi lain muncul gelombang
modernisme yang memunculkan gejala lunturnya budaya lokal dalam kehidupan
sehari-hari. Seiring dengan peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup dan
efek samping modernisasi, maka problem penyakit tidak menular pun cenderung
meningkat. Beberapa penyakit tersebut diantaranya adalah penyakit
Diabetes
Mellitus yang di dalamnya termasuk kehamilan dengan DM.
Menurut profil kesehatan DIY tahun 2011, sejak tahun 1997 data adanya
pergeseran pola kematian yang tercatat di rumah sakit. Jenis penyakit penyebab
kematian terbanyak adalah penyakit yang masuk dalam kategori penyakit tidak
menular yang pada perkembangannya menunjukkan dominasi sebagai penyebab
kematian di DIY. Diprediksikan pada beberapa tahun yang akan datang, jumlah
penderita penyakit tidak menular akan semakin meningkat sehingga keadaan ini
mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan long term care. Data pada saat ini
6
memperlihatkan bahwa pola penyakit pada semua golongan umur telah mulai
didominasi oleh penyakit DM.
Tujuan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Provinsi DIY pada masa yang
akan datang adalah meningkatkan kualitas pelayanan, yaitu pelayanan antenatal yang
lengkap dan sesuai standar. Diharapkan dengan kualitas antenatal care yang baik
akan dapat mendeteksi secara dini adanya kelainan yang terjadi pada masa
kehamilan, dan mencegah kejadian komplikasi. Meskipun demikian dari hasil capaian
tersebut, terlihat masih ada kesenjangan antara kunjungan pemeriksaan kehamilan
pertama dan kunjungan pemeriksaan kehamilan keempat yang cukup jauh. Cakupan
penanganan ibu hamil yang mengalami komplikasi pada tahun 2011 di Provinsi DIY,
berdasar data yang diperoleh dari kabupaten/kota yaitu sebesar 70,44%. Namun,
cakupan tersebut tidak bisa menggambarkan kondisi yang sebenarnya di masyarakat
karena denominator yang digunakan adalah perkiraan jumlah bumil risiko tinggi,
yaitu 20% dari jumlah bumil. Jumlah kematian ibu mengalami peningkatan dari 43
ibu pada tahun 2010 menjadi 56 ibu pada tahun 2011 dengan penyebab utama adalah
perdarahan, eklamsi dan sepsis (Profil Kesehatan DIY, 2011). Eklamsi merupakan
salah satu indikator dan faktor risiko dari DMG.
Hasil wawancara dari 2 ibu yang menderita DMG di RSUP Dr. Sardjito
adalah adanya persepsi yang kurang tepat tentang DM dalam kehamilan, yaitu ibu
belum tahu mengenai penyakit DMG dan penyakit ini akan menular pada bayi sedang
menyusu, pemeriksaan kehamilan jarang dilakukan dan hanya dilakukan ke bidan
desa, ibu hamil hanya mengkonsumsi vitamin pemberian bidan. DMG tidak
7
terskrining dengan baik karena riwayat antenatal care yang tidak teratur, meskipun
ada partisipan yang mempunyai riwayat DM sebelum hamil. Terdapat riwayat abortus
berulang. Adanya perasaan takut selama hamil karena pada trimester ketiga
terdiagnosa DMG. Saat terdiagnosa DMG, ibu mempunyai perasaan ketakutan
dengan kondisi kehamilannya. Dengan adanya perasaan takut ini yang dilakukan ibu
adalah menanyakan kepada bidan perihal penyakit yang dialami. Tidak ada reaksi
lainnya dalam tubuh ibu sesuai dengan tanda dan gejala DM. Ibu mengalami
kekhawatiran tertularnya penyakit DM pada anak karena pemberian laktasi. Adanya
support system yang baik dari keluarga meskipun ibu menderita DMG melalui
pemberian motivasi. Pembatasan aktivitas selama hamil dengan alasan harus berhatihati supaya bayi lahir dengan selamat. Yang dilakukan ibu adalah istirahat cukup dan
makan tidak terlalu banyak. Ibu mempunyai perasaan trauma ketika mengingat bahwa
bayi yang dilahirkannya sianosis dan tidak langsung menangis. Adanya ketuban
pecah dini dan kelahiran prematur. Ibu menyatakan takut tidak bisa menjalankan
perannya dengan baik karena menderita DM. Pesan dan harapan ibu kepada tenaga
kesehatan adalah
sikap loving care harus dimiliki oleh tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Teori keperawatan menurut Ramona Mercer mengenai “Maternal Role
Attainment”, adalah peran ibu dapat tercapai ketika ibu merasa ada keharmonisan
dalam dirinya dengan peran dan harapan-harapannya. Respon perilakunya kepada
harapan perannya adalah reflektif dan terlihat dalam kepeduliannya dan kemampuan
caring untuk bayinya, sikap dan cintanya untuk dan kesenangannya dengan bayinya
8
dan penerimaan tanggungjawab dari perannya sebagai ibu (Mercer, 1995). Dari hasil
wawancara tersebut terdapat pernyataan ibu yang takut dengan perannya sebagai
seorang ibu karena menderita DM selama hamil. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh pengalaman ibu ketika menderita DMG terhadap pencapaian perannya
sebagai seorang ibu. Berdasarkan data di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
pengalaman ibu hamil dengan DMG dalam pencapaian peran ibu di Yogyakarta.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalahnya adalah bagaimana life
experience ibu hamil dengan DMG dalam pencapaian peran ibu di Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengeksplore life experience ibu hamil dengan
DMG dalam pencapaian peran ibu pada tahap:
1. Komitmen dan persiapan kehamilan (tahap antisipasi)
2. Kenalan, praktik, restorasi fisik (tahap formal)
3. Pendekatan normal (tahap informal)
4. Interaksi/penyatuan identitas ibu (tahap pribadi)
Di Yogyakarta.
9
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih untuk
pengembangan :
1. Praktik Keperawatan
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada praktik keperawatan maternitas
utamanya untuk meningkatkan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan
pada ibu hamil dengan DMG.
2. Pendidikan Keperawatan
Diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan acuan serta bahan referensi dalam
pendidikan keperawatan.
3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dan dijadikan acuan dalam
penelitian selanjutnya untuk mengeksplore lebih dalam tentang DMG.
4. Bagi pengambil kebijakan pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan prosedur dalam
penanganan pasien dengan DMG, sebagai acuan kebijakan pemberian pelayanan
kesehatan pada ibu dan anak dengan riwayat DMG.
10
E. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai “Life experience ibu hamil
dengan DMG” belum pernah diteliti di Indonesia sebelumnya. Peneliti lain yang
serupa dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh :
1. Bandyopadhyay, M., et al., (2011) tentang “Lived experience of gestational
Diabetes Mellitus among immigrant South Asian woman in Australia”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplore pengalaman dan
pengetahuan wanita Asia Selatan yang hidup di Melbourne Australia setelah
didiagnosa DMG. Metode yang digunakan adalah kualitatif menggunakan alat
pengambilan data wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah wanita sebelum
diagnosis DMG, pengetahuan dan kesadaran akan diabetes setiap perempuan
rendah. Perempuan dan pasangannya kecewa dengan diagnosis ini. Saran diet
yang diterima terlihat menjadi tantangan dalam konteks budaya yang berbeda
untuk kebiasaan makanan dan akibatnya mengelola diet setelah diagnosis
terbukti sulit. Sikap yang berbeda untuk latihan pada kehamilan juga mengangkat
isu untuk perempuan. Mereka mengatakan akan mencoba yang terbaik untuk
mempertahankan modifikasi gaya hidup postnatal, tetapi tidak pasti tentang
mempertahankannya dalam jangka panjang.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang life experience
ibu hamil dengan DMG, metode penelitian adalah kualitatif. Perbedaan
penelitian adalah bahwa penelitian di atas dilakukan di Australia, sedang
penelitian ini dilakukan di Yogyakarta
11
2. Lindmark, A., Smide, B., Leksell, J., (2010) tentang “Perception of healthy
lifestyle information in women with gestational diabetes–a pilot study before and
after delivery”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana wanita
dengan DMG mendapatkan informasi tentang kondisi selama kehamilannya,
untuk mengeksplorasi pendapat mereka tentang penyediaan layanan kesehatan
sampai satu tahun setelah melahirkan, untuk menyelidiki persepsi mereka tentang
gaya hidup satu tahun setelah melahirkan. Metode penelitian yang digunakan
adalah kualitatif, dengan alat pengambilan data deep interview. Hasil dari
penelitian ini adalah enam wanita merasa bahwa informasi yang diberikan terlalu
jarang, empat wanita menganggap informasi tersebut berguna untuk belajar
tentang risiko mengembangkan DM tipe 2 di kemudian hari. Informasi tertulis
tentang DMG dianggap sangat singkat atau tidak ada. Perawatan yang diterima
setelah persalinan dianggap positif. Pertemuan kelompok diatur sampai satu
tahun setelah melahirkan sangat dihargai oleh semua peserta. Setiap pertemuan,
rekomendasi yang diberikan mengenai makanan dan latihan fisik, tapi tidak ada
pengaturan tindak lanjut untuk mendorong perubahan gaya hidup yang lebih
permanen.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang DMG pada
ibu setelah melahirkan, metode penelitian kualitatif. Perbedaan penelitian adalah
bahwa penelitian ini tidak hanya mengeksplore persepsi ibu tentang informasi
12
kesehatan ibu hamil, tapi juga mengeksplore life experience ibu hamil dengan
DMG.
3.
Hirst, et al., (2012) tentang “Women with gestational diabetes in Vietnam: a
qualitative study to determine attitudes and health behaviours”.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan sikap dan perilaku
kesehatan ibu hamil dengan DMG di Vietnam. Metode penelitiannya adalah
kualitatif dengan alat pengambilan data focus group discussion (FGD). Hasil dari
penelitian ini adalah wanita merasa kebingungan, cemas dan merasa bersalah
tentang DMG. Banyak yang dirasakan bayi mereka berada pada peningkatan
risiko kematian. Saran untuk mengurangi makanan dirasa membingungkan.
Wanita ini dilaporkan dalam keadaan 'lapar' atau 'kelaparan' setiap waktu, tidak
menyadari akan pergantian makanan yang sesuai. Mereka khawatir tentang
transmisi DMG melalui ASI. Beberapa perempuan merencanakan untuk tidak
menyusui. Mereka membutuhkan informasi lebih lanjut. Sumber informasi
termasuk teman-teman, majalah, saluran telepon kesehatan atau internet. Mereka
merasa sesi kelompok kecil dan selebaran informasi dapat menguntungkan
mereka.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti ibu dengan DMG,
metode penelitian kualitatif. Perbedaannya adalah penelitian ini dilakukan di
Yogyakarta, alat bantu pengumpulan data adalah wawancara, lembar observasi,
dan field notes.
Download