perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEKTIVITAS PELAPISAN UREA DENGAN ARANG AKTIF YANG DIPERKAYA MIKROBA INDEGENUS TERHADAP PENURUNAN RESIDU HEKSAKLOROBENZEN DAN ENDRIN TESIS Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan Oleh SRI WAHYUNI A131208009 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2014 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEKTIVITAS PELAPISAN UREA DENGAN ARANG AKTIF YANG DIPERKAYA MIKROBA INDEGENUS TERHADAP PENURUNAN RESIDU HEKSAKLOROBENZEN DAN ENDRIN TESIS Oleh SRI WAHYUNI A131208009 Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing Komisi Pembimbing Pembimbing I Nama Tandan Tangan Tanggal ……………….. ……….. Dr.rer.nat Atmanto Heru Wibowo, S.Si, M.Si. ……………….. NIP. 19740813 200003 1 001 ............ Dr. Ir. Widyatmani Sih Dewi, MP. NIP. 19631123 198703 2 002 Pembimbing II Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal………… 2014 Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNS Dr. Prabang Setyono, M.Si NIP. 197205241999031002 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEKTIVITAS PELAPISAN UREA DENGAN ARANG AKTIF YANG DIPERKAYA MIKROBA INDEGENUS TERHADAP PENURUNAN RESIDU HEKSAKLOROBENZEN DAN ENDRIN TESIS Oleh SRI WAHYUNI A131208009 Telah dipertahankan di depan penguji dan dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal Oktober 2014 Tim Penguji: Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Dr. Prabang Setyono, M.Si. NIP. 19720524 199903 1 002 ……………… Sekretaris Dr. Asep Nugraha Ardiwinata, M.Si NIP. 19610302 1987031 002 Anggota Penguji Dr. Ir. Widyatmani Sih Dewi, MP. NIP. 19631123 198703 2 002 …………….. ………………. Dr.rer.nat Atmanto Heru Wibowo, S.Si, M.Si. NIP. 19740813 200003 1 001 Mengetahui: Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Prof. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP 19610717 198601 1 001 Dr. Prabang Setyono, M.Si. NIP. 197205241999031002 commit to user iii …………….. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul: “EFEKTIVITAS PELAPISAN UREA DENGAN ARANG AKTIF YANG DIPERKAYA MIKROBA INDEGENUS TERHADAP PENURUNAN RESIDU HEKSAKLOROBENZEN DAN ENDRIN ” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sangsi, baik Tesis beserta gelar magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Surakarta, Oktober 2014 Yang membuat pernyataan, Sri Wahyuni A131208009 commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO “IMPIAN TIDAK AKAN TERWUJUD DENGAN SENDIRINYA, KAMU HARUS BANGUN…BANGUN…DAN BANGUN… UNTUK BERUPAYA MEWUJUDKANNYA.” SETIAP PEKERJAAN DAPAT DISELESAIKAN DENGAN MUDAH BILA DIKERJAKAN DENGAN HATI YANG TULUS DAN SUNGGUH-SUNGGUH. commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya, karunia-Nya untuk menyelesaikan penyusunan tesis ini guna memenuhi persyaratan mencapai Derajat Magister pada Program Studi Ilmu Lingkungan. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyelesaian tesis ini banyak memperoleh motivasi, bimbingan, arahan serta saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Prof. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti studi S2 Program Pasca Sarjana, Program Studi Ilmu Lingkungan. 2. Dr. Prabang Setyono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Ir. Widyatmani Sih Dewi, M.P., selaku pembimbing I dalam penyusunan tesis ini yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan nasihat dalam menyelesaikan tesis ini. 4. Dr.rer.nat Atmanto Heru Wibowo, S.Si., M.Si., selaku pembimbing II yang memberikan ide-ide, motivasi, arahan yang berharga dalam penyelesaian tulisan tesis ini. 5. Kepada Prof. Tutik, pak Narto, Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf Program Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan motivasi. 6. Dr. Prihasto Setyanto, M.Sc., selaku Kepala Balai Penelitian Lingkungan Pertanian yang telah memberikan pada penulis untuk ikut serta dalam penelitian APBN 2013 dan menggunakan fasilitas laboratorium maupun lapang. 7. Triyani Dewi, SP., M.Si, Ir. Muyadi, Dr. Asep Nugraha Ardiwinata, M.Si., E.S. Harsanti, SP.M.Sc., yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan motivasi sehingga terselesaikannya tulisan ini. 8. Santoso, Sarwoto, B.Sc., Slamet Riyanto, Wasidin, Kundono yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian lapang. commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id 9. digilib.uns.ac.id Aji M Tohir, SP., Eman Sulaeman, SP., Cahyadi, Sudiyono, Ariswandi, Anik Hidayah, Wahyu Purbalisa, yang telah membantu di laboratorium serta memberi semangat pada penulis. 10. Ibunda Siti Fatimah (Alm) yang telah memberikan doa restu untuk mengikuti program studi S2 dan saudara-saudaraku tercinta Indratin, Supriyanto, Sri Nurwati, Sudewi, Isti Panca Isnaeni, Ahmad Setiyarsi, Ahmad Sutiyarso yang telah memberikan do’a, motivasi pada penulis hingga terselesainya tulisan ini. 11. Yang tersayang suamiku Karsono, SP., putra putriku Aji Laksono, Dita Rizqi Lupitasari, Ihsan Muhamad Iqbal atas do’a, pengertian, kesabaran, motivasi, kesetiaan, pengorbanan yang tak ternilai harganya hingga dapat terselesaikan pendidikan S2 di UNS. 12. Sahabatku Komarudin, Mbak Novi, Mbak Inna, Mas Yusdhi, Mas Danang dan rekanrekan seperjuangan S2 Program Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2012 atas motivasi, kebersamaan, dan do’a yang tulus pada penulis. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dibidang yang sama, dan kami menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna /masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saran dan masukan dari pembaca sangat kami harapkan. Surakarta, Oktober 2014 Penulis Sri Wahyuni NIM A131208009 commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS…………………………….. iii PERNYATAAN OROSINALITAS DAN PUBLIKASI…………………….. iv MOTTO……………………………………………………………………… v KATA PENGANTAR…………………………………………………..…… vi DAFTAR ISI……………………………………………………………......... viii DAFTAR TABEL……………………………………………………………. x DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….... xi DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...…….. xii DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………... xiv ABSTRAK……………………………………………..……………….......... xv ABSTRACT………………………………………………………………….. xvi BAB I. PENDAHULUAN .………………………………………………….. 1 A. Latar Belakang ..…..………………………………….…………....... 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 8 C. Tujuan Penelitian……………………………………………….……. 8 D. Manfaat Penelitian ..…………………………………………..……. 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………..…………………………..……. 10 A. Pangan dan Peningkatan Produksi Padi...…………………………… 10 B. Penggunaan Pestisida……………………………………………....... 10 C. Pencemaran Pestisida …..…………………………….…………....... 11 D. Dampak Penggunaan Insektisida……………………………………. 13 E. Penyehatan Lingkungan…………………………………………….. 14 F. Mekanisme Degradasi Arang Aktif………………………………...... 20 G. Kerangka Pikir Penelitian…………………………………….……… 21 commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III. METODE PENELITIAN……...………………………………....... 22 A. Tempat dan Waktu……….………………………………………........ 22 B. Bahan dan Alat………….……………………………….……………. 22 C. Jenis Penelitian……………………..…….………..…………………. 23 D. Teknik Pengumpulan Data…..………..………………………………. 24 E. Variabel/Parameter yang Diamati……………………………..……... 25 F. Analisa Laboratorium………………………………….………...…… 26 G. Analisa Populasi Mikroba……………………………………………. 34 H. Pengolahan Data….……….……………………………..…………… 34 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………. 35 A. Karakteristik Tanah………………………………………………....... 35 B. Karakteristik Biochar dan Arang Aktif……………..……………....... 39 C. Populasi Mikroba Awal Tanah Karawang……..…………………….. 40 D. Populasi Mikroba Tanah Setelah Perlakuan…………..……………… 41 E. Residu Insektisida……………………………………………………. 50 F. Pengamatan Agronomi……………………………………………....... 62 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN…………………………………..…….. 66 BAB VI. DAFTAR PUSTAKA…………………………………...…..……... 67 LAMPIRAN………………………………………………………………….. 71 commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Residu Organoklorin dan Organofosfat pada Contoh Air, Tanah dan Tanaman Padi di Daerah Jawa Barat. …………………….……………... 12 2. Pestisida Penyebab Kanker…………………………………………….... 14 3. Hasil Analisa Tanah Awal Karawang, 2013…………………………….. 36 4. Hasil Analisa Tanah Akhir/Panen, 2013...………………………..…….. 37 5. Kualitas Biochar dan Arang Aktif Tempurung Kelapa dan Tongkol….... 40 6. Populasi Mikroorganisme Sampel Awal Tanah Karawang, 2013………. 41 7. Populasi Mikroorganisme Sampel Tanah Awal, 17, 50, 80, 90 HST …… 42 8. Populasi Bacillus subtilis 17, 50, 80, 90 HST pada Berbagai Perlakuan.. 43 9. Populasi Bacillus cereus 17, 50, 80, 90 HST pada Berbagai Perlakuan.. 46 10. Populasi Achoromobacter 17, 50, 80, 90 HST pada Berbagai Perlakuan . 47 11. Populasi Catenococcus 17, 50, 80, 90 HST pada Berbagai Perlakuan….. 48 12. Populasi Heliotrik 17, 50, 80, 90 HST pada Berbagai Perlakuan………. 49 13. Residu Insektisida Heksaklorobenzen dan Endrin pada Biochar, Arang Aktif, dan Air untuk Pengairan………………………………………….. 51 14. Residu Insektisida dalam Sampel Tanah Awal Secara Komposit Asal Karawang………………………………………………………………… 52 15. Residu Heksaklorobenzen dalam Air pada (1, 17, 35, 50, 80,90) HST….. 53 16. Residu Heksaklorobenzen dalam Tanah pada (1, 17, 35, 50, 80,90) HST. 55 17. Residu Endrin dalam Air pada (1, 17, 35, 50, 80,90) HST……………… 56 18. Hasil Analisa Residu Insektisida Endrin di Tanah, Tahun 2013……. ….. 57 19. Hasil Analisa Residu Insektisida Heksaklorobenzen dan Endrin pada Beras, Tahun 2013………………………………………………………. 60 20. Penurunan Residu Heksaklorobenzen pada Berbagai Perlakuan……. …. 61 21. Penurunan Residu Endrin pada berbagai Perlakuan…………………….. 62 22. Komponen Hasil Padi Saat Panen……………………………………….. 64 commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Struktur Senyawa Heksaklorobenzen…….………….………………. 6 2. Struktur Pestisida Endrin…………………………………………….. 7 3. Tungku Pembuatan Arang…………………………………………… 32 4. Tungku Pembuatan Arang Aktif……………………………………. 32 5. Mikroba Konsorsia……………….…………………………………. 33 6. Alat Granulator …………………………..…………………………… 33 7. Urea Berlapis Arang Aktif yang Diperkaya Mikroba Konsorsia ...…… 34 8. Populasi Mikroba pada (Awal, 17, 50, 80, 90) HST …………………. 43 9. Populasi Bacillus subtilis pada (17, 50, 80, 90) HST ………………… 45 10. Populasi Bacillus cereus pada (17, 50, 80, 90) HST………………….. 46 11. Populasi Achoromobacter (17, 50, 80, 90) HST……………………… 47 12. Populasi Catenococcus (17, 50, 80, 90) HST ………………………… 48 13. Populasi Heliotrik (17, 50, 80, 90) HST ……………………………… 50 14. Pengambilan Contoh Air ……………………………………………… 52 15. Penurunan Heksaklorobenzen di Air………………………………….. 54 16. Penurunan Heksaklorobenzen di Tanah………………………………. 55 17. Penurunan Endrin di Air pada Berbagai Perlakuan…….…………….. 57 18. Penurunan Endrin di Tanah pada Berbagai Perlakuan…….………….. 59 19. Residu Heksaklorobenzen dan Endrin Pada Beras …………….…..…. 61 20. Tinggi Tanaman Pada Berbagai Perlakuan……………………………. 63 21. Jumlah Anakan Pada Berbagai Perlakuan……………………………… 64 22. Berat 1000 Butir………………………………………………………… 65 commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Kriteria Penilaian Hasil Analisa Tanah …………….……………….. 72 2. Standar kualitas karbon aktif menurut SNI 06-3730-1995……………. 73 3. Detektor……………………………………………………………….. 4. pH Tanah, DO, O2 pada Berbagai Perlakuan dan Pertumbuhan Tanaman 75 Padi……………………….…………………………………………. 77 5. Segitiga Tekstur USDA ……………………....………………………… 78 6. Identifikasi Filogenetik Berdasarkan Analisa Sequensing 16S rDNA …. 79 7. Deret Standart Heksaklorobenzen dan Endrin…….……………………. 80 8. Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Air………………………………. 82 9. Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Tanah…………………………… 84 10. Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Air……………………………. 86 11. Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Tanah………………………… 88 12. Hasil Korelasi/ Hubungan Antar Parameter……………………………. 96 13. Kromatogram Sampel Taanah Saat Panen………………………………. 97 14. Kromatogram Standar Heksaklorobenzen dan Endrin…………………. 98 15. Suhu Tanah Pagi dan Siang Hari pada Berbagai Perlakuan……………. 99 16. Data Recovery…………………………………………………………... 100 17. Data Limit Deteksi……………………………………………………… 101 18. Gambar Alat-Alat Penelitian…………………………………………….. 102 19. Tata Letak Penelitian……………………………………………………. 105 20. Pelaksanaan Penelitian Lapang…………………………………………. 105 21. Biodata Mahasiswa……………………………………………………… 108 commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR SINGKATAN Singkatan Uraian AATJ arang aktif tongkol jagung AATK arang aktif tempurung kelapa ANOVA Analysis of Variance BPS Badan Pusat Statistik BTJ biochar tempurung tongkol jagung BTK biochar tempurung kelapa CEC cation exchangable capacity cfu coloni formers unit ECD electron capture detector FAO Food and Agriculture Organization GC Gas Chromatography Ha Hektar HCB KB Hexachlorobenzene Kejenuhan Baha KTK Kapasitas Tukar Kation LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia me milliekuiivalen ml milliliter MPN Most Probable Number OPT Organisme Pengganggu Tanaman P3HH Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan PAN Pesticide Action Network PHT Pengendalian Hama Terpadu POPs Persistant Organic Poluttans PP Peraturan Pemerintah PPI Pusat Perizinan dan Investasi commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id ppm digilib.uns.ac.id part per million PUSARPEDAL Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan RAK Rancangan Acak Kelompok SAS Statistical Analysis System SEM Scaning Electron Microscopy SNI Standar Nasional Indonesia t UAATJ ton urea berlapis arang aktif tongkol jagung UAATJM urea berlapis arang aktif tongkol jagung yang diperkaya mikroba UAATK urea berlapis arang aktif tempurung kelapa UAATKM UBTJ urea berlapis arang aktif tempurung kelapa yang diperkaya mikroba urea berlapis biochar tongkol jagung UBTJM urea berlapis biochar tongkol jagung yang diperkaya mikroba UBTK urea berlapis biochar tempurung kelapa UBTKM urea berlapis biochar tempurung kelapa yang diperkaya mikroba commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sri Wahyuni. NIM A131208009. 2014. EFEKTIFITAS UREA YANG DILAPISI ARANG AKTIF DIPERKAYA DENGAN MIKROBA INDEGENUS DALAM MENURUNKAN HESAKLOROBENZEN DAN ENDRIN. Tesis. Pembimbing I: Dr. Ir. Widyatmani Sih Dewi, MP. Pembimbing II: Dr. rer.nat Atmanto Heru Wibowo, S.Si, M.Si. Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret. ABSTRAK Residu heksaklorobenzen dan endrin masih ditemukan di lapangan, padahal senyawa ini sudah tidak digunakan lagi oleh petani dan dilarang oleh pemerintah. Residu ini dapat tinggal lama di dalam tanah dan sulit untuk tergradasi. Dengan pengayaan mikroba diharapkan dapat mempercepat degradasi residu pestisida. Mikroba-mikroba tersebut adalah Bacillus substillis, Heliothrix oregonensis, Catenococcus thiocycli, dan Achoromobacter sp yang diperoleh dari penelitian pendahuluan hasil isolasi tanah idegenus di Laboratorium Mikrobiologi LIPI Cibinong. Tanah untuk media tanam berasal dari Desa Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang. Penelitian dilaksanakan di lapang dengan menggunakan lysimeter di Kebun Percobaan Jakenan pada bulan Juli 2013 sampai Desember 2013. Penelitian ini menggunakan urea berlapis arang aktif dan biocar yang diperkaya mikroba indegenus dengan rancangan acak kelompok (RAK) diulang tiga kali. Tanaman yang digunakan adalah padi. Analisa residu insektisida dilakukan di laboratorium Balingtan di Bogor dengan kromatografi gas, dengan metode SNI 06-6991.12004. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pelapisan urea dengan arang aktif yang diperkaya mikroba dalam menurunkan residu heksaklorobenzen dan endrin. Hasil penelitian urea berlapis arang aktif dari tempurung kelapa yang diperkaya dengan mikroba pada lahan sawah dapat menurunkan residu pestisida heksaklorobenzen dan endrin masing-masing sebesar 33,1% dan 33,6%. Ada hubungan antara penurunan heksaklorobenzen dan endrin terhadap populasi mikroba (p=0,001), pH tanah (p=0,05), kandungan C (p=0,05), dan oksigen terlarut (p=0,05). Penelitian ini menunjukkan penurunan heksaklorobenzen pada tanah dipengaruhi oleh peningkatan populasi mikroba pada umur 17 HST (r= -0.384*), 50 HST (r= -0,541*), 80 HST (r=-0,538*), 90 HST (r= 0,537*). Hal ini diduga peran mikroba pendegradasi yang efektif karena arang aktif disukai sebagai rumahnya. Pengayaan dengan mikroba indegenus mampu meningkatkan efektivitas urea yang dilapisi biochar dan urea yang dilapisi arang aktif tempurung kelapa terhadap penurunan heksaklorobenzen dan endrin. Kata Kunci: Arang aktif, mikroba, penurunan residu, lahan sawah commit to user xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Hexachlorobenzene (HCB) and endrin residues are still remain in the land field these compounds are no longer used by farmers and have been banned by the government. This residue can stay in the soil longer and persistant. Microbial enrichment is expected to accelerate the degradation of pesticide residues. Microbes stretcher are Bacillus substillis, Heliothrix oregonensis, Catenococcus thiocycli, and Achoromobacter sp obtained from the preliminary research results from soil isolation of idegenus in LIPI Cibinong Microbiology Laboratory. Soil for the planting medium obtained from the village of Karawang, Regency Cilamaya Wetan, Cilamaya District. The experiment was conducted in the field by using lysimeter at the Experiment Jakenan station from July 2013 to December 2013. The objective of the research is to obtain technology of activated carboncoated urea and biochar which enriched microbial indegenus. The experiment was used randomized block design (RAK) with 3 replications. Plant used are rice. Insecticide residue analysis was carried out in the laboratory in Bogor Balingtan using gas chromatography (GC), with the SNI method 06-6991.1-2004. The purpose of this study was to determine the effectiveness of urea coating enriched with activated carbon in reducing microbial residues hexachlorobenzene and endrin. Results of research urea coated activated carbon from coconut shell are enriched with microbes on paddy field can lower pesticide residues of hexachlorobenzene and endrin respectively to 33.1% and 33.6%. There is a relationship between the decline and hexachlorobenzene and endrin against microbial population (p = 0.001), soil pH (p = 0.05), the content of C (p = 0.05), and dissolved oxygen (p = 0.05). This study showed a decrease hexachlorobenzene residue on soil microbial populations that are affected by the increase in the age of 7 DAP ( r = -0384 *), 50 DAP ( r = -0.541 * ), 80 DAP ( r = -0.538 * ), 90 DAP ( r = -0.537 * ). This is presumably due to the role of microbes degrading effective as activated carbon as the preferred home. Enrichment with microbial indegenus can improve the effectiveness of urea coating biochar and urea coating activated carbon coconut shell to decrease hexachlorobenzene and endrin. Keywords: Activated carbon, microbes, decrease residue, paddy field commit to user xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user xvii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Laju pertumbuhan penduduk Indonesia semakin lama semakin meningkat, Sensus jumlah penduduk Indonesia Desember 2012 mencapai 259 juta jiwa, sehingga kebutuhan akan panganpun semakin meningkat, (BPS, 2012). Pada tahun 1970-an perdebatan ketahanan pangan pada suatu negara mampu menyediakan pangan yang cukup bagi seluruh penduduknya. Tahun 1980, fokus kebijakkan tidak hanya lingkup nasional, namun pada tingkat rumah tangga, bahkan sampai individu (Suryana, 2008). Akhir-akhir ini ketahanan pangan dihadapkan pada permasalahan lingkungan yang mendapat perhatian serius, antara lain: perubahan iklim, dan pencemaran bahan beracun berbahaya di lahan pertanian seperti bahan agrokimia (pestisida). Inovasi teknologi menjadi prioritas dalam upaya mitigasi kerusakan lingkungan melalui kajian ekologis, dan dengan mempertimbangkan peningkatan tuntutan konsumen terhadap keamanan produk pertanian yang sehat dan higienis. Penggunaan pestisida didalam pengelolaan lahan pertanian telah mengakibatkan peningkatan pencemaran lingkungan oleh bahan kimia buatan manusia. Bahan kimia sering digunakan sebagai pemberantas organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang merupakan kendala utama dari budidaya tanaman pangan yang dihadapi petani hingga kini. Menghadapi ancaman serangan OPT, petani dan pengusaha pertanian selalu berusaha melakukan pengendalian OPT dengan berbagai teknik yang dianggap efektif. Pengendalian OPT dilakukan melalui cara fisik, mekanik, budidaya, biologi, ataupun dengan cara kimia (penggunaan pestisida). Penggunaan pestisida dalam prakteknya pasti meninggalkan polutan baik itu di tanah, air, maupun produknya. Diantara sumber polutan-polutan tersebut, salah satunya adalah polutan organik seperti organoklorin. Organoklorin merupakan polutan yang bersifat persisten dan dapat terbioakumulasi dikompartemen lingkungan yang bersifat toksik terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya. Organoklorin tidak reaktif, stabil, dengan kelarutan yang sangat tinggi didalam lemak, dengan memiliki kemampuan terdegradasi yang rendah (Ebichon dalam Soemirat, 2005). Organoklorin termasuk ke dalam golongan pestisida yang ampuh membasmi hama, namun memiliki commituntuk to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 banyak dampak negatif terhadap lingkungan. Organoklorin yang bersifat persistent dapat digolongkan dalam senyawa persistant organic poluttans (POPs) yang mempunyai karakteristik sulit terdegradasi dan kelarutannya yang tinggi dalam lemak, serta dapat terakumulasi dalam jaringan hewan yang prosesnya disebut biokonsentrasi. Hal yang sama disampaikan Ramadhani dan Oginawati (2009), organoklorin tergolong sebagai senyawa Persistent Organic Pollutants (POPs) yaitu senyawa kimia yang persisten di lingkungan, dapat mengalami bioakumulasi di rantai makanan, dan memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan pertanian. Hasil pemantauan senyawa POPs antara lain: aldrin, endrin, heksaklorobenzen dan lain-lain oleh Pusarpedal (2013), mengatakan masih terdeteksi senyawa POPs di lingkungan pertanian serta perkebunan, maka perlu adanya pencegahan dan pengendalian dalam pemakaian senyawa POPs yang sudah dilarang penggunaannya. Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida. Berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain. Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama,to penyakit maupun gulma. Keyakinan commit user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat. Penggunaan pestisida mempunyai kontribusi paling besar terhadap peningkatan produksi pertanian sejak tahun 1970. Jumlah pestisida yang beredar di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2006 terdaftar sebanyak 1336 formulasi, 2008 jumlah pestisida yang beredar sebanyak 1702 formulasi, 2010 sebanyak 2048 formulasi, 2011 sebanyak 2247, 2013 sebanyak 2810 formulasi atau rata-rata terjadi kenaikan jumlah formulasi sebanyak 9% per tahun menurut Pusat Perizinan dan Investasi (PPI, 2006; PPI, 2008; PPI, 2010; PPI, 2011; PPI, 2013). Insektisida menduduki peringkat formulasi terbanyak (887 merek dagang), disusul kemudian herbisida (656 merek dagang) dan fungisida (387 merek dagang) (PPI, 2011). Berdasarkan data PPI (2006) dan PPI tahun 2008-2013 menggambarkan penggunaan pestisida semakin intensif dan cenderung tidak terkontrol. Penggunaan pestisida yang tidak terkontrol berakibat agroekologi pertanian dan kesehatan manusia sebagai konsumen menjadi terabaikan. Pengendalian hama sebelum tahun 1997 program pengendalian hama terpadu (PHT), lebih banyak mengandalkan pestisida jenis organoklorin yang memiliki toksisitas tinggi dan persistensi lama dalam tanah sehingga berpotensi mencemari lingkungan. Teknologi urea berlapis arang aktif adalah teknologi baru untuk mengurangi pencemaran lingkungan pertanian dari bahan residu senyawa POPs. Untuk itu teknologi ini perlu dilakukan pengkajian supaya diperoleh hasil yang bermanfaat untuk menanggulangi pencemaran. Urea (NH2 CONH2) adalah pupuk kimia yang mengandung kadar N tinggi yaitu 46%. Unsur N merupakan zat hara yang sangat diperlukan oleh tanaman (Pusri, 2013). Urea mempunyai sifat yang higroskopis dan mudah menguap, maka perlu adanya pelapisan supaya pemanfaatan pupuk N bisa terserap maksimal oleh tanaman. Urea berlapis arang aktif maupun biochar, dapat meningkatkan efektivitas penyerapan oleh tanaman karena sifatnya slow release dan arang aktif maupun biochar dapat berfungsi untuk menurunkan residu pestisida di dalam tanah maupun air. Hasil penelitian Ardiwinata et al., (2009) menunjukkan bahwa dengan penggunaan arang aktif dapat menurunkan commitcemaran to user pestisida organophosfat >50%. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 Arang aktif adalah alkali lemah yang mempunyai kemampuan menyerap air dan menahan udara, sedangkan arang aktif yang mengandung abu tinggi merupakan alkali kuat (pH: 9-10) dan mempunyai luas permukaan yang besar (Ogawa, 1994). Arang aktif yang dicampurkan ke dalam asam atau ke dalam tanah dengan akumulasi garam, maka tanah akan ternetralisir dan mendekati netral dan meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, akan tetapi jika jumlah arang aktif terlalu banyak (1500 g/m2) maka tanah akan menjadi alkali yang dapat merusak pertumbuhan tanaman pangan. Pada tanah netral sampai alkali seperti tanah abu vulkanik dan batu kapur (limestone), arang aktif tidak mempengaruhi nilai pH (Ogawa, 1994). Persistent organic pollutants (POPs) adalah senyawa organik yang tahan terhadap fotolitik, degradasi biologis maupun kimia. POPs biasanya mengandung senyawa halogen dan mempunyai sifat kelarutan rendah di dalam air, dan kelarutan yang tinggi di dalam lipid. POPs diketahui tahan lama berada di lingkungan dan mempunyai efek jangka panjang terhadap sistem imun, hormon, dan reproduksi manusia. Pestisida jenis organoklorin adalah identik dengan POPs, karena terdapat gugus halogen pada senyawanya. Jenis organoklorin tersebut adalah aldrin, heksaklorobenzen, chlordane, mirex, dieldrin, toxaphene, DDT, dioxin, endrin, furans, heptaklor dan PCBs. UNEP (United Nations Environment Programe) menaruh prioritas besar pada 12 jenis POPs tersebut untuk diidentifikasi keberadaannya di lingkungan. Hasil penelitian UNESCO (1991) menunjukkan bahwa hampir di semua sampel tanah, air, dan tanaman terdeteksi kandungan residu organoklorin seperti aldrin, dieldrin, DDT, heptaklor dan lindan. Berdasarkan klasifikasi kelas bahaya menurut WHO, disulfoton, Famphur, mevinphos, aldicarb termasuk dalam kategori I (extremely hazardous), sedangkan toxaphene, chlordane, DDT, heptaklor dan lindan termasuk kategori II (highly hazardous). DDT, lindan termasuk moderate hazardous. Wahyuni, et al. (2012), urea berlapis arang aktif yang diperkaya mikroba Bacillus aryabattai mampu menurunkan residu aldrin, dieldrin, heptaklor dan DDT lebih dari 50%. Setiap mikroorganisme mempunyai respons yang berbeda terhadap faktor lingkungan (suhu, pH, salinitas dan sebagainya). Suhu, tinggi rendahnya suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri dapat tumbuh dalam rentang suhu minus 5oC sampai 80oC, tetapi bagaimanapun juga setiap species mempunyai rentang suhu yang pendek yang commit ditentukan oleh sensitifitas sistem enzimnya to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 terhadap panas. Bakteri dapat dikelompokkan berdasarkan pada kisaran suhu pertumbuhannya, yaitu: 1. Psikrofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 0oC sampai 20oC. Suhu optimumnya sekitar 15oC. 2. Mesofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 20oC sampai 45oC. Bakteri mesofil dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: a. Mempunyai suhu pertumbuhan optimum 20-30oC. b. Mempunyai suhu pertumbuhan optimum 35-40oC. 3. Termofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 35oC atau lebih. Bakteri ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok: a. Fakultatif termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu 37oC. b. Obligat termofil adalah organisme yang dapat tumbuh diatas suhu 50oC. Derajat keasaman (pH), pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak kalah pentingnya dari pengaruh temperatur. Ada pH minimum, pH optimum, dan pH maksimum. Rentang pH bagi pertumbuhan bakteri antara 4 - 9 dengan pH optimum 6,5-7,5. Jamur lebih menyukai pH asam, rentang pH pertumbuhan jamur dari 1 - 9 dan pH optimumnya 4 - 6. Selama pertumbuhan pH dapat berubah, naik atau turun, bergantung kepada komposisi medium yang diuraikan. Bila ingin pH konstan selam pertumbuhan harus diberikan larutan penyangga atau buffer yang sesuai dengan media dan jenis mikroorganisme. Arang aktif yang diperkaya mikroba konsorsia cenderung menurunkan residu lindan dan aldrin lebih tinggi daripada arang aktif tanpa diperkaya mikroba konsorsia lebih dari 50% pada tanaman sawi (Harsanti et al., 2013). Penggunaan arang aktif dilahan sawah dapat meningkatkan jumlah bakteri di dalam tanah terutama disekitar akar tanaman. Hasil penelitian Wahyuni et al., 2010 menunjukkan bahwa dengan adanya arang aktif dapat meningkatkan populasi bakteri Azospirrillum sp; Bacillus sp; Chromobacterium, sp; Pseudomonas, sp., ini berarti arang aktif dapat menjadi media pertumbuhan mikroba dengan baik. Harsanti et al., 2010 mengatakan bahwa penggunaan urea berlapis arang aktif yang diperkaya mikroba konsorsia mampu menurunkan residu pestisida POPs pada tanah, 74-86% dan air 15-86%. Hexachlrobenzene (HCB) C6Cl6 adalah padatan kristal putih yang memiliki kelarutan diabaikan dalam air (2 xcommit 10-8 M)to dan uservariabel kelarutan dalam pelarut perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 organik yang berbeda. Heksaklorobenzen merupakan karsinogen hewan dan dianggap sebagai penyebab kanker pada manusia. Heksaklorobenzen itu dilarang digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1966. Bahan ini telah diklasifikasikan oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) sebagai Kelompok 2B karsinogen (kemungkinan karsinogenik pada manusia). Data carcinogenicity hewan heksaklorobenzena menunjukkan peningkatan insiden hati, ginjal (tumor tubulus ginjal) dan kanker tiroid. Paparan kronis pada manusia telah terbukti menimbulkan penyakit hati (porfiria cutanea tarda), lesi kulit dengan perubahan warna, ulserasi, fotosensitivitas, efek tiroid, efek tulang dan hilangnya rambut. HCB sangat beracun untuk organisme air. Hal ini dapat menyebabkan efek merugikan jangka panjang dalam lingkungan air. Oleh karena itu, rilis ke saluran air harus dihindari karena persisten di lingkungan. Investigasi ekologi telah menemukan bahwa biomagnifikasi dalam rantai makanan tidak terjadi. HCB memiliki waktu paruh di tanah antara 3 dan 6 tahun. Risiko bioakumulasi dalam spesies air yang tinggi. Struktur senyawa heksaklorobenzen disajikan dalam Gambar 1. Gambar 1. Struktur Senyawa Heksaklorobenzen (http://en.wikipedia.org/wiki/Heksaklorobenzen) Endrin (C12H8Cl6O) adalah salah satu insektisida organoklorin yang telah digunakan sejak tahun 1950-an untuk mengendalikan hama-hama pertanian terutama hama padi, tebu, jagung, dan tanaman lainnya. Residu endrin dalam tanah berasal dari aplikasi langsung ke tanah dan tanaman. Endrin dapat dipegang (retensi), diangkut, atau terdegradasi dalam tanah tergantung banyak faktor. Retensi terbesar terjadi didalam tanah dengan kandungan bahan organik tinggi. Senyawa ini diperdagangkan dengan nama: Nendrin, OMS 197 dan Aldrin epoxide (IUPAC, 2011). Struktur pestisida endrin disajikan dalam Gambar 2. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 Gambar 2. Struktur Pestisida Endrin Endrin merupakan racun akut yang mempengaruhi sistem saraf pada manusia. Endrin cenderung terakumulasi dalam jaringan lemak organisme, terutama mereka yang tinggal di dalam air. Sementara beberapa perkiraan menunjukkan waktu paruhnya dalam tanah lebih dari 10 tahun. Makanan terkontaminasi dengan endrin menyebabkan beberapa kelompok keracunan di seluruh dunia, terutama yang mempengaruhi anak-anak sangat beracun untuk organisme air, yaitu ikan, invertebrata air, dan fitoplankton. Endrin di tanah sulit untuk terdegradasi, untuk itu perlu adanya teknologi untuk menanggulangi pencemaran tersebut. Adapun salah satu cara untuk menurunkan cemaran Pestisida dengan menggunakan biochar maupun arang aktif. Biochar adalah bahan yang dihasilkan dari bahan organik di bawah suhu tinggi dan kondisi oksigen yang rendah. Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian ilmiah telah difokuskan pada efeknya pada amandemen tanah dan restorasi ekologi. Proses pirolitik mengubah asam biomassa menjadi komponen bio-minyak dan alkalinitas diwariskan oleh biochar padat. Arang aktif tongkol jagung dan tempurung kelapa mempunyai kelebihan dibandingkan dengan arang sekam padi maupun tandan kosong kelapa sawit karena arang aktif dari tempurung kelapa maupun tongkol jagung mempunyai kwalitas daya serap I2 masing-masing 901,1 mg/g dan 887,1 mg/g sedangkan standar SNI 06-3730-1995 nimimum daya serap I2 adalah 750 mg/g, sehingga arang aktif tempurung kelapa dan tongkol jagung diatas standar SNI. (Ardiwinata, 2009). Teknologi pengayaan arang aktif dengan mikroba diduga mampu meningkatkan kemampuan mendegradasi pestisida sehingga konsentrasi residu POPs menjadi turun. Menurut Wahyuni et al., (2011), Bacillus aryabatthai mempunyai kemampuan menurunkan residu insektisida POPs (aldrin, dieldrin, DDT, dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 heptaklor) lebih dari 50% di dalam tanah, sedangkan penelitian sebelumnya telah ditemukan mikroba konsorsia pendegradasi POPs pada konsentrasi POPs 5 ppm - 20 ppm (di dalamnya terdapat Bacillus, sp) dengan kemampuan mendegradasi residu pestisida POPs di laboratorium selama 20 hari > 50% (91,06-100%). Hasil penelitian Balingtan 2010 menunjukkan bahwa penggunaan urea berlapis arang aktif yang diperkaya mikroba konsorsia mampu menurunkan residu pestisida POPs dilahan sayuran dalam tanah, air dan tanaman 74 – 86 % ; 15-86%; dan tanaman di bawah Batas Maksimum Residu yang ditentukan (Harsanti et al., 2010). Menurut Harrad (2010), senyawa POPs ada 12 antara lain aldrin, heksaklorobenzen, chlordane, mirex, dieldrin, toxaphene, DDT, dioxin, endrin, furans, heptaklor dan PCBs, namun yang digunakan di bidang pertanian hanya sekitar 8 jenis bahan aktif. Penggunaan urea berlapis arang aktif yang diperkaya dengan mikroba pendegradasi senyawa POPs telah dilakukan pada tahun sebelumnya pada skala rumah kaca dan lapang namun masih terbatas pada aldrin, dieldrin, heptaklor, dan DDT. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian serupa untuk bahan aktif senyawa POPs lainnya (heksaklorobenzen, dan endrin). Teknologi remediasi (arang aktif, bioremediasi, dan kombinasinya) merupakan upaya penurunan tingkat cemaran residu insektisida POPs pada lahan pertanian dan untuk meminimalisir dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan hidup sekitarnya. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pelapisan urea dengan biochar dan arang aktif mampu menurunkan residu heksaklorobenzen dan endrin? 2. Apakah jenis biochar dan arang aktif mempengaruhi efektivitas urea dalam menurunkan residu heksaklorobenzen dan endrin? 3. Apakah pengayaan dengan mikroba konsorsia indegenus pendegradasi senyawa POPs mampu meningkatkan efektivitas urea coating biochar dan arang aktif? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kemampuan pelapisan urea dengan biochar dan arang aktif dalam menurunkan residu heksaklorobenzen dan endrin. 2. Mengetahui jenis biochar dan arang aktif yang mampu mempengaruhi efektivitas urea dalam menurunkan residu heksaklorobenzen dan endrin. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 3. Mengetahui pengayaan dengan mikroba konsorsia indegenus pendegradasi senyawa POPs mampu meningkatkan efektivitas urea coating biochar dan arang aktif. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Pengalaman dan masukan tentang penanggulangan lahan sawah yang tercemar heksaklorobenzene dan endrin. b. Referensi untuk evaluasi penanggulangan lahan sawah yang tercemar heksaklorobenzene dan endrin. c. Ketersediaan informasi tentang teknologi urea berlapis arang aktif yang diperkaya dengan mikroba untuk menurunkan residu pestisida. 2. Manfaat praktis a. Masukan bagi penentu kebijakan untuk memberikan informasi tentang penanggulangan lahan sawah tercemar pestisida. b. Dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk perbaikan kwalitas lahan sawah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pangan dan Peningkatan Produksi Beras merupakan bahan pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, oleh sebab itu beras merupakan komoditas yang strategis dalam sistem perekonomian nasional, usaha tani padi telah memberikan kesempatan kerja dan pendapatan bagi lebih dari 21 juta rumah tangga dengan sumbangan pendapatan 2535% (Nurmanaf, 2006). Tersedianya pangan yang cukup bagi rumah tangga baik jumlah maupun mutunya seperti dalam PP No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan pangan. Untuk mendorong produksi pangan yang optimal sekaligus mengendalikan laju impor di bidang pangan, pemerintah memberikan kesempatan kepada petani untuk dapat meningkatkan kesejahteraan bagi petani dan keluarganya dan mendukung ketahanan pangan secara Nasional (Prihatin, 2012). Pemerintah dalam meningkatkan produksi untuk pemenuhan pangan, telah melakukan berbagai upaya antara lain ekstensifikasi, intensifikasi, dan diversifikasi. Salah satu program intensifikasi adalah memasukkan input dalam usaha tani antara lain; penggunaan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Dalam peningkatan produksi tanaman, tidak lepas dari penggunaan pestisida. B. Penggunaan Pestisida Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititikberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang (Faizal, 2010). Pestisida sebagai bahan beracun, termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui angin, melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme yang dikenainya. Keunggulan penggunaan pestisida antara lain: 1. Mencegah dan membunuh hama secara cepat. 2. Memberantas gulma. commit to user 10 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 3. Memberantas dan mencegah yang merusak tanaman maupun hasil pertanian lainnya. 4. Dapat diperoleh secara cepat dan bisa dalam jumlah yang banyak. 5. Aplikasinya mudah, cepat, dan efektif sehingga mengurangi jumlah tenaga kerja. Kelemahan penggunaan pestisida antara lain: 1. Meningkatnya populasi jasad pengganggu tanaman (timbulnya ketahanan hama dan penyakit). Tujuan penggunaan pestisida adalah untuk mengurangi populasi hama. Akan tetapi dalam kenyataannya, sering meningkatkan populasi jasad pengganggu tanaman, sehingga tujuan penyelamatan kerusakan tidak tercapai. Hal ini sering terjadi, karena kurang pengetahuan dan perhitungan tentang dampak penggunaan pestisida. 2. Membunuh musuh alami. 3. Dapat meracuni manusia. 4. Mencemari lingkungan baik tanah, air, produk, maupun udara. 5. Merusak keseimbangan ekologi. C. Pencemaran Pestisida Pestisida sebagai bahan beracun, termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui angin, melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme yang dikenainya. Pencemaran pestisida yang diaplikasikan di sawah beririgasi sebahagian besar menyebar di dalam air pengairan, dan terus ke sungai dan akhirnya ke laut. Memang di dalam air terjadi pengenceran, sebahagian ada yang terurai dan sebahagian lagi tetap persisten. Meskipun konsentrasi residu mengecil, tetapi masih tetap mengandung resiko mencemarkan lingkungan. Sebagian besar pestisida yang jatuh ke tanah yang dituju akan terbawa oleh aliran air irigasi. Residu pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami. Bahkan untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun. Dari beberapa hasil monitoring residu yang dilaksanakan, diketahui bahwa saat ini residu pestisida hampir ditemukan di setiap tempat lingkungan sekitar kita. Kondisi ini secara tidak langsung dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisma bukan sasaran. Karena sifatnya yang beracun dan persisten di lingkungan, maka residu yang ditinggalkan pada lingkungan menjadi commit to usermasalah. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 Residu insektisida yang ditemukan di daerah Jawa Barat terdiri dari golongan organoklorin (lindan, endrin, heptaklor, aldrin, DDT, dan endosulfan) dan golongan organofosfat (klorpirifos, diazinon, paration, malation dan fenitrotion). Residu pestisida tersebut ditemukan di daerah Kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang, Karawang, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Sumedang, Majalengka, Tasikmalaya, Ciamis dan Kuningan. Residu pestisida ditemukan pada contoh air, tanah maupun tanaman padi, hal ini disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Residu Organoklorin dan Organofosfat pada Contoh Air, Tanah dan Tanaman Padi di Daerah Jawa Barat. No. Kabupaten Organoklorin Air Tanah Organofosfat Beras (ml/L) (mg/kg) (mg/kg) 1 Bogor 2 Air (ml/L) Tanah Beras (mg/kg) (mg/kg) - - - - - - Sukabumi 0,0088 0,0253 0,0016 0,0082 0,0046 - 3 Cianjur 0,0033 0,0108 - 0,0030 - - 4 Bandung 0,0048 0,0215 0,0015 0,0037 0,0127 - 5 Garut 0,0047 0,0108 0,0012 0,0042 0,0038 - 6 Tasikmalaya 0,0044 0,0311 0,0026 - 0,0022 - 7 Ciamis 0,0027 0,0067 0,0013 - 0,0024 - 8 Kuningan 0,0030 0,0268 0,0010 0,0024 - 0,0045 9 Cirebon 0,0048 0,0327 0,0013 0,0019 0,0044 0,0022 10 Majalengka 0,0106 0,0286 0,0022 0,0022 - - 11 Sumedang 0,0065 0,0254 0,0019 0,0015 - - 12 Indramayu 0,0049 0,0155 - 0,0027 - - 13 Subang 0,0043 0,0279 0,0012 0,0017 - 0,0028 14 Purwakarta - - - - - - 15 Karawang 0,0044 0,0175 0,0028 0,0016 - 0,0061 16 Bekasi - - - - - - 0,0672 0,2806 0,0186 0,0331 0,0301 0,0156 Jawa Barat Sumber: Ardiwinata et al, 2008. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 Penyebab timbulnya pencemaran pestisida pada umumnya terjadi karena ketidak tepatan dalam menentukan jenis pestisida, dosis dan cara penggunaan pestisida. Menurut (Ardiwinata et al., 2007), penggunaan pestisida secara tepat guna meliputi: 1. Tepat jenis yaitu disesuakan jenis pestisida yang digunakan dengan jenis organisme pengganggu tumbuhannya, misalnya untuk mengendalikan serangga menggunakan insektisida, mengendalikan cendawan menggunakan fungisida, mengendalikan gulma menggunakan herbisida. 2. Tepat dosis yaitu banyaknya pestisida yang diaplikasikan persatuan luas atau berat atau volume sasaran disesuaikan dengan rekomendasi yang ditetapkan, misalnya kg/hektar. 3. Tepat cara yaitu disesuaikan antara bentuk formulasi pestisida dan alat aplikasi yang digunakan, misalnya penyemprotan, perendaman, penaburan, pengolesan. 4. Tepat sasaran yaitu disesuaikan dengan jenis komoditi tanaman serta jenis dan cara hidup organisme pengganggu tumbuhan yang akan diaplikasi pestisida. 5. Tepat waktu yaitu pada waktu populasi organisme pengganggu tumbuhan telah mencapai ambang pengendalian dan sebagian besar dalam stadium peka, keadaan cuaca memenuhi syarat. 6. Tepat tempat yaitu disesuaikan dengan keadaan tempat yang akan diaplikasi pestisida, misalnya lahan kering, lahan berair, rawa, gudang. D. Dampak Penggunaan Insektisida Insektisida sebagai salah satu komponen dalam pengendalian hama telah memberi sumbangan yang nyata dalam pembangunan pertanian. Namun kenyataan menunjukkan bahwa insektisida juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, dan pencemaran lingkungan. Salah satu dampak dari penggunaan pestisida adalah tertinggalnya pestisida di komoditas pertanian dan di lingkungan atau yang lebih dikenal dengan istilah residu pestisida. Menurut Winarno (1987) bahwa bahan pangan yang tercemar pestisida dicurigai menyebabkan leukimia, aplasticanemia, alergi dan asma. Selain itu, dampak negatif pestisida dapat terjadi pada hewan/ ternak/ ikan/katak, timbulnya resistensi/resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami/ serangga berguna, pencemaran air dan tanah (Mustaqim dan Ma’aruf, 1990). Badan Perlindungan Lingkungan Amerika commit to user(EPA) melaporkan bahwa berbasis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 volume yang digunakan, 60% dari herbisida, 90% dari fungisida dan 30% dari semua insektisida mempunyai potensi sebagai karsinogen; EPA menganggap bahwa tidak ada aras aman untuk karsinogen (Short, 1994). Jenis pestisida yang berpotensi menimbulkan kanker Tabel 2. Tabel 2. Pestisida Penyebab Kanker No. Nama pestisida No. Nama pestisida 1. Alaklor 16. Laktofen 2. Amitrol 17. Lindan 3. Asetoklor 18. Maneb 4. Asiforfen 19. Mankozeb 5. Baygon 20. O-fenilfenol 6. Benomil 21. Permetrin 7. DDE 22. Pronamid 8. DDT 23. Propargit 9. ETU 24. Prosimidon 10. Folfet 25. Sipermetrin 11. Haloksifop-metil 26. Siprokonazol 12. Heksaklorobenzen 27. Telon II 13. Isoprodion 28. Terazol 14. Kaptan 29. TPTH 15. Klorotalonil 30. Trifluralin Sumber: PAN (1994). E. Penyehatan Lingkungan Salah satu cara untuk menyehatkan lingkungan yang sudah tercemar dengan pestisida adalah dengan mengaplikasikan biochar/arang aktif dalam tanah maupun perairan. 1. Biochar Biochar adalah bahan padat yang diperoleh dari karbonisasi dari biomassa (Pari et al., 2012). Biochar merupakan substansi arang kayu yang berpori (porous), sering juga disebut charcoal atau agri-char. Karena berasal dari makhluk hidup kita sebut arang-hayati. Di dalam tanah,commit biochar menyediakan habitat yang baik bagi to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 mikroba tanah misalnya bakteri yang membantu dalam perombakan unsur hara agar unsur hara tersebut dapat di serap oleh tenaman, tapi tidak dikonsumsi seperti bahan organik lainnya. Dalam jangka panjang biochar tidak mengganggu keseimbangan karbon-nitrogen, bahkan mampu menahan dan menjadikan air dan nutrisi lebih tersedia bagi tanaman. Biochar memiliki nilai penyerapan karbon yang cukup. Dalam proses pembuatannya, sekitar 50% dari karbon yang ada dalam bahan dasar akan terkandung dalam biochar, dekomposisi biologi biasanya kurang dari 20% setelah 510 tahun, sedangkan pada pembakaran hanya 3% karbon yang tertinggal. Dua hal utama potensi biochar untuk bidang pertanian adalah afinitasnya yang tinggi terhadap unsur hara dan persistensinya. Biochar lebih persisten dalam tanah, sehingga semua manfaat yang berhubungan dengan retensi hara dan kesuburan tanah dapat berjalan lebih lama dibanding bahan organik lain yang biasa diberikan. Persistensi yang lama menjadikan biochar pilihan utama bagi mengurangi dampak perubahan iklim. Walau dapat menjadi sumber energi alternatif, manfaat biochar jauh lebih besar jika dibenamkan ke dalam tanah dalam mewujudkan pertanian ramah lingkungan. Penambahan biochar ke tanah meningkatkan ketersediaan kation utama dan posfor, total N dan kapasitas tukar kation tanah (KTK) yang pada akhirnya meningkatkan hasil. Tingginya ketersediaan hara bagi tanaman merupakan hasil dari bertambahnya nutrisi secara langsung dari biochar, meningkatnya retensi hara, dan perubahan dinamika mikroba tanah. Keuntungan jangka panjangnya bagi ketersediaan hara berhubungan dengan stabilisasi karbon organik yang lebih tinggi seiring dengan pembebasan hara yang lebih lambat dibanding bahan organik yang biasa digunakan. Peran biochar terhadap peningkatan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh jumlah yang ditambahkan. Pemberian sebesar 0,4 sampai 8 t C/ha dilaporkan dapat meningkatan produktivitas secara nyata antara 20 - 220%. Setiap tahunnya limbah kehutanan, perkebunan, pertanian dan peternakan yang mengandung karbon mencapai ratusan juta ton dan sering menjadi masalah dalam hal pembuangannya. Limbah jenis ini merupakan bahan sangat potensial diubah menjadi biochar dalam berbagai tingkat teknologi produksi. Sebagai gambaran sederhana, dari 50 juta ton produksi gabah tiap tahunnya ikut dihasilkan sekitar 60 juta ton merupakan “limbah” (jerami dan sekam padi) yang dapat diproses menjadi biochar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 Penambahan biochar kedalam tanah pada beberapa penelitian memperlihatkan berbagai macam keuntungan dalam kaitan memeperbaiki kualitas tanah, seperti: a. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) b. Menurunkan kemasaman tanah c. Meningkatkan struktur tanah d. Meningkatkan daya ikat air (water holding capacity) e. Meningkatkan efesiensi pemupukan f. Meningkatkan respirasi mikroba tanah g. Meningkatkan biomassa mikroba tanah h. Menstimulasi simbiosis fiksasi nitrogen pada legum 2. Arang Aktif Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dihasilkan dari bahanbahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diaktivasi sampai suhu 900oC untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000 kali terhadap berat arang aktif sehingga karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan industri. Arang aktif merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, sehingga mempunyai daya serap iod tinggi. Arang aktif dapat dibuat dari limbah pertanian yang melimpah yaitu sekam padi atau tempurung kelapa, atau limbah pertanian lainnya melalui proses pemanasan 500oC selama 5 jam dan aktivasi pada tungku listrik dengan suhu 900oC selama 60 menit. Potensi tersebut dapat dikembangkan untuk kepentingan pertanian. Keunggulan arang aktif adalah dapat mengikat pencemar residu pestisida (organoklorin) berkisar antara 0,0023 – 0,2290 ppm, slow release, menghemat pupuk urea 30-40%, mengurangi kehilangan urea, baik dari penguapan dan pencucian, mempercepat degradasi pestisida oleh mikroba. Selain itu arang aktif sebagai pelapis urea dapat berfungsi sebagai penjerat pestisida dan rumah mikroba yang akan membantu proses degradasi pestisida saat di dalam tanah. Teknologi ini menjadi alternatif bagi petani dalam memilih pupuk urea dan bermafaat bagi lahan tercemar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 3. Degradasi Residu Pestisida Proses degradasi merupakan proses terjadinya peruraian pestisida setelah digunakan dapat terjadi sebagai akibat adanya; mikroba, reaksi kimia, dan sinar matahari. Prosesnya dapat terjadi setiap saat dari hitungan jam, hari, sampai tahunan bergantung pada kondisi lingkungan dan sifat-sifat kimia pestisida (Manuaba, 2009). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa strain bakteri yang diisolasi dari tanah mampu mendegradasi senyawa pestisida dan menggunakan pestisida sebagai sumber karbon dan memiliki gen metabolisme dalam plasmidnya (Indratin, 2013). Bakteri yang tetap bertahan hidup di lingkungan yang mengandung pestisida merupakan ekspresi bakteri yang mampu hidup dan dapat mendegradasi pestisida (Wahyuni, 2012). Secara alami, mikroba tertentu mampu menyesuaikan hidup pada tanah mengandung pestisida. Perkembangan populasi bakteri tanah adalah ciri dinamika kehidupan di tanah. Terjadinya populasi bakteri pada tanah yang mengandung pestisida mencirikan adanya proses degradasi terhadap pestisida. Pendegradasian dapat terjadi melalui proses mineralisasi, secara utuh hasilnya dimanfaatkan langsung oleh sel-sel mikroba. Untuk mengenali alur degradasi atau biokonversi, beberapa hal seperti pengenalan karakter metabolisme mikroba, dan spesifitas enzim terhadap substrat residu pestisida dapat menjadi acuan dalam upaya menghilangkan cemaran pestisida di tanah (Rahmansyah & Sulistinah, 2009). Proses degradasi oleh mikroba ini akan mengalami peningkatan bila temperatur, pH tanah cocok untuk pertumbuhan mikroba, cukup oksigen, dan fertilitas tanahnya cukup baik (Manuaba, 2009). Asupan sarana produksi berupa pupuk kimia ke dalam tanah pertanian juga akan memberikan pola tersendiri dalam menstimulasi mikroba fungsional yang ada di dalam tanah (Rahmansyah & Sulistinah, 2009). Pestisida dikatakan persisten (persistent) jika dapat bertahan pada bidang sasaran atau pada lingkungan dalam jangka waktu yang relatif lama sesudah diaplikasikan. Dengan kata lain, pestisida yang persisten tidak mudah diuraikan oleh alam (Yuantari, 2009). Pestisida tertentu memiliki ikatan kimia yang sulit didegradasi yang disebut dengan unsur yang rekalsitran, dan ini berpotensi menjadi bahan pencemar. Keragaman diversitas bakteri pada genera Alcaligenes, Flavobacterium, Pseudomonas dan Rhodococcus mampu mendegradasi pestisida yang terdiri dari unsur rekalsitran. Proses degradasi difasilitasi oleh adanya commitenzim to userfungsional yang dimiliki bakteri. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 Pestisida sebagai komponen asing di lingkungan tanah menimbulkan instabilitas terhadap aktivitas enzim. Fosfatase dan esterase sebagai enzim hidrolisa yang dihasilkan mikroba tanah dapat memutus susunan kimia pestisida yang memiliki susunan rantai labil pada karbamat (Rahmansyah & Sulistinah, 2009). Teknologi bioremediasi secara sederhana merupakan usaha untuk mengoptimalkan kemampuan alami mikroorganisme untuk mendegradasi atau mendaur ulang dengan memberikan reaktan anorganik esensial dan meminimumkan tekanan abiotik. Bioremediasi adalah proses pembersihan perusakan atau pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbondioksida dan air). Keberhasilan proses bioremediasi harus didukung oleh disiplin ilmu lain, seperti fisiologi mikroba, ekologi, kimia organik, biokimia, genetika molekuler, kimia air, kimia tanah dan juga teknik. Mikroorganisme yang sering digunakan dalam proses bioremediasi adalah bakteri, jamur, yeast, dan alga. Degradasi senyawa kimia oleh mikroba di lingkungan merupakan proses yang sangat penting untuk mengurangi kadar bahan-bahan berbahaya di lingkungan, yang berlangsung melalui suatu seri reaksi kimia yang cukup kompleks. Dalam proses degradasinya, mikroba menggunakan senyawa kimia tersebut untuk pertumbuhan dan reproduksinya melalui berbagai proses oksidasi. a. Kecepatan degradasi pestisida dipengaruhi terutama oleh: 1) Struktur kimia suatu senyawa toksikan faktor utama yang menentukan kecepatan degradasi. Proses biodegradasi pestisida dipengaruhi oleh struktur kimia pestisida yaitu: semakin panjang rantai karbon alifatik semakin mudah mengalami degradasi, ketidakjenuhan dan percabangan rantai hidrokarbon akan mempermudah degradasi, jumlah dan kedudukan atom-atom C1 pada cincinan aromatik sangat memengaruhi degradasi, posisi terikatnya rantai samping sangat menentukan kemudahan degradasi pestisida. 2) Kondisi lingkungan juga meliputi: tipe tanah, jumlah bahan organik tanah, suhu, lamanya tanah tersebut ditanami, curah hujan, pH tanah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 b. Mikroorganisme pendegradasi pestisida Anthrobacter sp., Pseudomonas sp., dan Azotobacter sp. merupakan mikroorganisme aerobik atau fakultatif pada kondisi anaerob dapat mendegradasi klorobenzena. Pseudomonas fluorescens tidak dapat mendegradasi DDT pada kondisi aerobik. Bacillus cereus, Bacillus coagulans, Bacillus subtilis, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes dalam medium ekstrak kedelai trypticase dapat mendegradasi DDT menjadi dua sampai delapan metabolit. Tujuh metabolit bersal dari bakteri aerob yaitu Bacillus. Metabolit yang hampir sama berasal dari reaksi anaerob E. coli dan E. aerogenes namun kurang dari empat metabolit berasal dari reaksi aerob dari organisme lain. Secara umum jalur metabolis pendegradasian DDT (1,1,1-triehloro-2,2-bis (p-chlorophenyl)ethane) adalah DDT > DDD > DDMU > DDMS > DDNU > (DDOH) > DDA > DBP or DDT > DDE. Peran lain mikroba dalam bidang pertanian antara lain dalam teknologi kompos bioaktif dan dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman (biofertilizer). Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoslulotik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman. Teknologi kompos bioaktif ini menggunakan mikroba biodekomposer yang mampu mempercepat proses pengomposan dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos, dan ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikkroba akan berperan untuk mengendalikan organisme. c. Contoh proses degradasi pestisida Proses degradasi residu pestisida dengan memanfaatkan enzim tidak mudah, dalam penanganan limbah pestisida secara enzimatis, sistem yang dikembangkan harus melalui tahap pengkajian yang teliti sehingga tidak diperoleh hasil yang tidak diharapkan. Tidak semua jenis pestisida dapat dihidrolisis dengan menggunakan satu jenis biokatalis enzim. Namun, proses ini bergantung jenis pestisida, jenis mikroba, dan media pembiakan tempat berkembangnya bakteri tersebut sebelum dapat digunakan. Harus ditentukan dulu jenis pestisidanya, jenis mikroba yang tumbuh pada lahan pertanian yang akan didegradasi dengan enzim. Untuk menentukan enzim penghidrolisis pestisida pada lahan pertanian, yang perlu dilakukan adalah dengan menentukan jenis mikroba. Untuk itucommit yang perlu dicari terlebih dahulu mikroba yang to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 hidup pada lahan pertanian tersebut. Bakteri yang didapat, kemudian dibiakkan dalam media yang mengadung pestisida tertentu. Tujuannya supaya bakteri ini bisa tahan terhadap zat beracun ini. Dalam media ini mikroba kemudian menghasilkan enzim kasar yang akan dimurnikan dan selanjutnya diamobilisasi untuk menghidrolisi jenis pestisida herbisida fenilkarbamat, maka jenis yang digunakan adalah jenis enzim yang dihasilkan oleh mikroba dari genus Arthrobacter (Arthrobacter sp). Caranya dengan membiakkan mikroba ini dalam medium diklorofenosiastet terlebih dahulu. Setelah proses ini, enzim baru bisa dipakai untuk menghidrolisi herbisida jenis fenol terklorinasi. Demikian juga untuk jenis pestisida fenil karbamat digunakan jenis mikroba dari jenis genus Pseudomonas. Mikroba ini dibiakkan dalam dalam herbisida fenilkarbamat dan akhirnya dapat digunakan untuk menghidrolisis beberapa pestisida golongan fenil seperti karbamat dan asilanilida. Setelah enzim ini jadi maka bisa digunakan dalam lahan pertanian. Bila berbentuk pelet enzim bisa ditaburkan di atas lahan pertanian. Tapi bila berbentuk cair maka enzim dapat dicampurkan di dalam larutan penyaring, untuk menghidrolisis air yang mengandung pestisida pada lahan pertanian yang bersama dengan proses penyaringan air. Enzim mempunyai keunggulan dalam mendegradasi pestisida, karena biokatalis ini bisa digunakan dalam suhu ruang dan pH netral. Reaksi enzimatis tidak memerlukan bahan kimia konvensional sehingga ramah lingkungan. Bahan kimia biasa untuk mendegradasi kadang berbahaya karena menghasilkan efek samping. Keuntungan lain reaksi enzimatis, pada saat degradasi tidak terpengaruh oleh toksisitas limbah yang ada dibanding dengan cara biologis menggunakan tanaman air. Enzim juga mampu menghasilkan reaksi yang bersih yang tidak berefek samping lantaran memunyai kekhususan pada struktur molekul pembentuknya. F. Mekanisme Degradasi Arang Aktif Rongga arang aktif sangat disukai oleh mikroba (bakteri tanah pendegradasi dan bakteri pengikat nitrogen) sebagai tempat tinggal (rumah), sehingga populasi mikroba di dalam rongga meningkat karena terdapat nutrient C yang berasal dari residu pestisida. Apabila residu pestisida masuk atau terperangkap di dalam rongga arang aktif, maka residu pestisida tersebut akan didegradasi oleh mikroba pendegradasi sehingga residu pestisida commit toakan user terurai/terdegradasi. Apabila perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 konsentrasi residu pestisida di tanah dapat ditekan, maka konsentrasi residu pada produk pertanian akan dapat diminimalisir. G. Kerangka Pikir Penelitian Pemanfaatan limbah pertanian Tempurung kelapa Tongkol jagung Mengurangi pencemaran lingkungan Biochar/Arang Arang Aktif Menurunkan residu insektisida Endrin Heksaklorobenzen commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapang yaitu di Kebun Percobaan Jakenan. Tanah untuk penelitian diambil dari Desa Cilamaya Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang karena daerah ini merupakan sentra padi dan merupakan salah satu lumbung pangan Nasional. Preparasi dan analisa residu heksaklorobenzen dan endrin dilaksanakan di Laboratorium Residu Bahan Agrokimia Laladon Bogor, karakterisasi tanah, di lakukan di Laboratorium Terpadu Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, serta seleksi isolat dilakukan di Laboratorium mikrobiologi LIPI Cibinong. Waktu pelaksanaan mulai bulan Juli 2013 hingga Desember 2013. B. Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan penelitian meliputi limbah pertanian, bahan kimia dan bahan pendukung yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan penelitian di laboratorium dan lapang. Limbah pertanian yang digunakan untuk membuat biochar dan arang aktif adalah tempurung kelapa (Cocos nucifera) dan tongkol jagung (Zea mayz). Tempurung kelapa dikumpulkan dari pasar Darmaga Bogor dan tongkol jagung dari Jakenan Pati. Bahan kimia yang diperlukan untuk kegiatan analisa residu insektisida heksaklorobenzen dan endrin, yaitu: aseton grade for analysis, n-heksan grade for analysis, diklorometan grade for analysis, natrium sulfat anhidrat, kalium hidroksida, cellite 545, asetonitril, petroleum eter, florisil, bahan standar insektisida POPs (heksaklorobenzen “Merck” dengan kemurnian 99,5% dan endrin “Merck” dengan kemurnian 98,9%). Bahan lapang yang digunakan adalah bibit padi Ciherang umur 21 hari, urea prill, urea berlapis biochar, urea berlapis arang aktif, urea berlapis biochar yang diperkaya dengan mikroba, urea berlapis arang aktif yang diperkaya dengan mikroba, SP-36 dan KCl. Mikroba pendegradasi senyawa POPs berasal dari hasil penelitian pendahuluan yaitu hasil isolasi dari tanah indegenus yang akan digunakan untuk media tanam yang berasal dari Karawang. Mikroba yang digunakan untuk memperkaya adalah mikroba konsorsia hasil isolasi dari tanah indegenus hasil commit to user 22 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 penelitian (Balingtan, 2013), yaitu Achoromobacter sp, Catenococcus thiocycli, Heliothrix oregonensis, Bacillus cereus, Bacillus subtilis. 2. Alat penelitian Alat-alat yang digunakan adalah pH meter, thermometer, botol semprot, rol meter, kromatografi gas Varian 450 GC yang dilengkapi dengan detector electron capture detector (ECD) dan kolom VF-1701 pesticides untuk mendeteksi residu insektisida heksaklorobenzen dan endrin. Alat Soxhlet digunakan untuk mengekstrak tanah dan beras. Sedangkan untuk mengektrak analit dalam air digunakan corong pemisah. Pengrotari evaporator (Buchi R-114) digunakan untuk menguapkan pelarut hasil ekstraksi, sedangkan untuk memurnikan contoh dari pengganggu komponen analisa digunakan panjang kolom kromatografi fasa diam alumina/silikat. Alat-alat gelas seperti gelas ukur, gelas piala, labu ukur, corong pisah, labu bundar dan pipet. Tungku aktivasi arang aktif digunakan untuk mengaktivasi arang tempurung kelapa dan tongkol jagung. C. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental/lapang dengan menggunakan Lysimeter untuk mengetahui efektivitas pengaruh urea berlapis biochar yang diperkaya mikroba dalam penurunan residu heksaklorobenzen dan endrin. Pelapisan urea dengan arang aktif dilakukan dengan cara granulasi dengan perbandingan (berat/berat) urea : arang aktif. Cara pencampuran untuk 800g urea dan 200g arang aktif; 1) masukkan urea dalam granulasi, 2) masukkan ¼ bagian arang aktif dalam alat granulasi yang telah diberi urea lalu alat granulasi diputar, 3) semprot urea yang diberi arang aktif dengan molases sebanyak 15 ml secara suspensi/kabut sambil diputar, 4) masukkan ¼ bagian arang aktif sambil diputarputar dan semprot pakai molases 15 ml, 5) masukkan lagi ¼ bagian arang aktif sambil diputar-putar semprot molases 20 ml, 6) setelah terjadi pelapisan urea arang aktif dengan baik lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering diambil. Teknik pengkayaan arang aktif dengan bakteri pendegradasi dilakukan setelah perlakuan pelapisan urea dengan arang aktif dengan cara menyemprotkan suspensi bakteri ke permukaan arang aktif sebanyak 40 ml mikroba konsorsia 109 dalam 1 kg urea berlapis biochar maupun arangcommit aktif. to Penelitian ini menggunakan pupuk urea user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 berlapis biochar dan arang aktif yang diperkaya bakteri pendegradasi sebagai materi utama. Mikroba pendegradasi merupakan mikroba konsorsia terseleksi pada percobaan laboratorium/pendahuluan hasil penelitian (Dewi et al., 2013). Dosis pupuk yang digunakan adalah Urea 250 kg/ha SP-36 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha sesuai dengan dosis rekomendasi setempat. Waktu pemupukan; SP-36 diberikan 1 kali yaitu 1 (satu) hari sebelum tanam, Urea diberikan 1 kali: tanaman umur 15 hari setelah tanam (HST), KCl diberikan 2 kali: tanaman umur 15 HST dan 30 HST. Tanaman yang digunakan adalah padi varietas Ciherang dengan umur bibit 21 hari dengan jarak tanam 20 x 20 cm, penelitian lapang ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Rancangan ini terdiri atas 9 perlakuan dan diulang 3 kali, adapun perlakuannya sebagai berikut: 1. Urea pril (R1) 2. Urea berlapis AA tempurung kelapa (R2) 3. Urea berlapis AA tongkol jagung (R3) 4. Urea berlapis AA tempurung kelapa diperkaya mikroba konsorsia (R4) 5. Urea berlapis AA tongkol jagung diperkaya mikroba konsorsia (R5) 6. Urea berlapis biochar tempurung kelapa (R6) 7. Urea berlapis biochar tongkol jagung (R7) 8. Urea berlapis biochar tempurung kelapa diperkaya mikroba konsorsia (R8) 9. Urea prill berlapis biochar tongkol jagung diperkaya mikroba konsorsia (R9) D. Teknik Pengumpulan Data Pelaksanaan penelitian lapang meliputi: 1. Persiapan Persiapan meliputi pemasangan Lysimeter ukuran 1 x 1 meter, pengisian tanah dalam Lysimeter masing-masing sebanyak 600 kg tanah yang sudah dikering anginkan, tanah diairi selama 7 hari (kapasitas lapang), aplikasi pestisida, tanah diinkubasi selama 24 jam (air dalam kondisi jenuh), tanah diratakan, persemaian, pupuk ditimbang untuk masing-masing plot sesuai dengan dosis, dan papan nama dipasang. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 2. Pengairan Pengairan dilakukan apabila tanah dalam kondisi kering. Dengan penambahan air dalam Lysimeter. 3. Penanaman Padi varietas Ciherang ditanam pada umur 21 hari setelah sebar dengan jarak tanam 20x20 cm. 4. Pemupukan Pemupukan tanaman padi jenis SP-36, Urea, dan KCl digunakan dalam proses pemupukan dimana: SP-36 100 kg/ha, setara dengan 10 g/m2 diberikan 1 kali yaitu 1 (satu) hari sebelum tanam, Urea 250 kg/ha, setara dengan 25 g/m2 diberikan 1 kali saat tanaman umur 15 HST, KCl 100 kg/ha, setara dengan 10 g/m2 diberikan 2 kali yaitu saat tanaman umur 15 HST dan 30 HST. 5. Penyiangan Penyiangan tanaman dilakukan apabila tumbuh gulma, biasanya pada saat tanaman berumur 14 dan 45 hari setelah tanam (HST). 6. Pemberantasan hama dan penyakit Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanik dan kimia. Pemberantasan secara mekanik dilakukan apabila serangan ringan, apabila serangan sudah diatas ambang ekomomi dilakukan secara kimiawi. 7. Panen Tanaman padi varietas Ciherang dipanen umur 115 hari (musim hujan) atau 100105 hari (musim kemarau). E. Variabel/Parameter Yang Diamati Variabel yang diamati meliputi: 1. Analisa tanah awal (C, N, P, K) 2. Analisa tanah akhir (C, N, P, K) 3. Populasi mikroba (1, 17, 50, 80 ,90) HST 4. Residu heksaklorobenzen pada tanah dan air (1, 17, 35, 50, 80, 90) HST 5. Residu endrin pada tanah dan air (1, 17, 35, 50, 80, 90) HST 6. Residu heksaklorobenzen dan endrin pada beras. 7. pH tanah (1, 17, 35, 50, 80, 90) commit HST. to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 8. Suhu tanah (1, 17, 35, 50, 80, 90) HST. 9. Parameter agronomi (tinggi tanaman dan jumlah anakan dalam 2 minggu sekali). 10. Produksi (aktual per plot). F. Analisa Laboratorium 1. Analisis residu pestisida Analisa residu pestisida terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu preparasi, ekstraksi, pemurnian (clean up), dan pengukuran/penetapan. a. Preparasi 1) Preparasi contoh tanah. a) Contoh disebarkan di atas tampah yang dialasi kertas sampul. Label karton yang berisi nomor laboratorium contoh diselipkan di bawah kertas. b) Akar-akar atau sisa tanaman segar, kerikil, dan kotoran lain dibuang. c) Bongkahan besar dikecilkan. d) Simpan pada rak di ruangan khusus bebas kontaminan yang terlindung dari sinar matahari (kering anginkan sampai KA 15%). e) Contoh t a n a h ditumbuk dengan mortar sampai halus lalu diaduk hingga homogen. f) Tanah diayak dengan ayakan mesh 50. g) Tanah ditimbang sebanyak 25 g dan siap untuk diekstrak. 2) Preparasi contoh tanaman/beras. a) Padi dikeringkan sampai KA 14%, kemudian dipecah kulit jadi beras. b) Beras pecah kulit digiling sampai halus/tepung dan diayak sampai lolos mesh 50. c) Beras yang sudah halus ditimbang sebanyak 25 g dan siap untuk diekstrak. 3) Preparasi contoh air a) Contoh air dibersihkan dari kotoran atau tanah yang terbawa dengan cara disaring menggunakan kertas saring. b) Air hasil saringan diambil sebanyak 100 ml dan siap untuk diekstrak. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 b. Ekstraksi (SNI 06-6991.1-2004) 1) Ekstraksi contoh tanah a) Tanah ditimbang sebanyak 25 g, kemudian dimasukkan ke dalam elenmeyer. b) Tambahkan pelarut organik dikloromethan : aseton (50:50, v/v) sebanyak 100 ml lalu ditutup rapat. c) Tanah yang sudah ditambah pelarut organik digojok 2 kali selama 20 menit menggunakan shaker horizontal. d) Ekstrak didiamkan selama satu malam, kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam labu bundar. e) Hasil ekstraksi dipekatkan menggunakan rotry evaporator pada suhu 40ºC sampai tersisa 1 ml. f) Labu bundar dibilas dengan acetone secara bertahap dan hasil bilasannya ditampung dalam tabung uji berskala hingga 10 ml. g) Hasil ekstraksi diambil 2 µl dan disuntikkan ke GC. 2) Ekstraksi contoh beras a) Contoh beras yang sudah dihaluskan ditimbang sebanyak 25 g dan dimasukkan ke dalam erlenmayer bertutup asah. b) Tambahkan pelarut organik diklorometane : aseton (50:50, v/v) sebanyak 100 ml lalu ditutup rapat. c) Biarkan selama 1 malam untuk proses ekstrak statis. d) Hasil ekstraksi disaring melalui corong yang diberi kertas saring. e) Pelarut organik hasil ekstraksi dipekatkan dengan evaporator/dievaporasi pada suhu 40ºC sampai kurang lebih tersisa 1 mL. f) Kemudian dibilas dengan acetone secara bertahap dan hasil bilasannya ditampung dalam tabung uji bersekala hingga 10 mL dan siap disuntikkan ke GC. 3) Ekstraksi contoh air: SNI 06-6990.1-2004 a) Contoh air yang sudah disaring, sebanyak 100 mL dimasukkan ke dalam corong pisah. b) Tambahkan pelarut organik diklorometan (DH) : n-heksan (15:8, v/v) sebanyak 50 mL. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 c) Kocok secara kuat selama 2 menit, kemudian diamkan sampai terbentuk dua lapisan, yaitu air berada di lapisan bawah sedangkan pelarut organik (DH) berada di lapisan atas. d) Lapisan bawah (air) ditampung dalam erlenmayer sedangkan lapisan atas (DH) ditampung dalam labu bundar. e) Lapisan bawah dimasukkan lagi ke dalam corong pisah dan tambahkan lagi larutan DH sebanyak 50 mL dan dikocok lagi selama 2 menit. f) Lapisan bawah di buang sedangkan lapisan atas (DH) disatukan dengan hasil ekstraksi pertama. g) Hasil ekstraksi dipekatkan menggunakan rotry evaporator pada suhu 40ºC sampai tersisa 1 ml. h) Kemudian dibilas dengan acetone secara bertahap dan hasil bilasannya ditampung dalam tabung uji bersekala hingga 10 mL dan siap disuntikkan ke GC. c. Pemurnian (clean up) (SNI 06-6991.1-2004) Hasil ekstraksi selain mengandung residu pestisida juga mengandung bahan-bahan ikutan lainnya. Bahan tersebut perlu dihilangkan agar tidak mengganggu pada pengukuran residu. Pemilihan pelarut sangat menentukan dalam pemisahan bahan ikutan yang terekstrak. Pelarut n-heksana dan petroleum eter akan melarutkan lemak. Pemilihan pelarut yang tepat, memperingan pekerjaan clean up. Clean up umumnya dilakukan dengan corong buchner dan kolom kromatografi. Larutan ekstrak dimasukkan ke dalam corong buchner yang diisi dengan tanah diatomae (Cellite 545). Kemudian setelah itu larutan dimasukkan ke dalam kolom kromatografi yang di dalamnya berisi adsorben berupa florisil. Kolom kemudian dielusi dengan eluen (pelarut) yang sesuai untuk pestisida yang dianalisis. Hasil pengelusian (eluat) diuapkan sampai volume kurang lebih 1 ml. Residu biasanya telah cukup murni untuk pengukuran dengan kromatografi gas. d. Pengukuran/penetapan Analisa residu pestisida POPs dilakukan di Laboratorium Balingtan (Lab. Residu Bahan Agrokimia) di Bogor dengan menggunakan GC Varian Type 450 dengan detector Electron commitCapture to user Detector (ECD). Gambar ECD perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 disajikan dalam Lampiran 3. Penentuan kadar heksaklorobenzen dan endrin dalam tanah, air, dan beras menggunakan metode analisa multiresidu pestisida berdasarkan metode baku Kementan (2006). 1) Dengan menggunakan GC. Kondisi GC sebagai berikut: a) Gas Make Up dan Carrier: Gas N2UHP b) Detektor: Electron Capture Detector (ECD) c) Kolom: column capiler VF-1701 Pesticides p 30 m x diameter 0,25 mm d) Flow Rate (Make Up Flow): 28 ml/menit e) Column Flow / kecepatan alir gas: 1,5 ml/menit f) Suhu Injektor: 250ºC g) Suhu Detektor: 300ºC h) Suhu Oven terprogram: 150 – 250ºC 2) Penghitungan Konsentrasi Residu Insektisida Kandungan residu insektisida pada contoh tanah dihitung dengan menggunakan rumus dari Komisi Pestisida (1997): Residu (ppm) A C D F x x B E G Keterangan: A = konsentrasi larutan standar (µg/mL) B = luas puncak standar C = luas puncak contoh D = volume larutan standar yang disuntikan (µL) E = volume larutan contoh yang disuntikan (µL) F = volume pengenceran (mL) G = bobot awal contoh (g) Secara perhitungan lengkap adalah sbb: a) Luas puncak contoh (mm)/luas puncak standar (mm) x nanogram (ng) standar*) = A ng contoh. b) Misalkan total vol. Akhir contoh = 10 ml c) Maka dalam 10 ml contoh = 10 ml x 1000 l/vol injek contoh (2l) x A ng = B ng/10ml contoh. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 d) Misalnya, berat contoh awal 25 gr. e) Maka dalam 25 gr contoh ada = B ng x 1000 g/25 gr = C ppm. *) ng contoh didapat dari konsentrasi standar (misalkan 1 ppm) yang diijeksikan (misalkan 2 l) itu berarti 2 ng. ppm = ng/l. 3) Uji Perolehan Kembali (Recovery Test) Kualitas suatu metode analisis residu insektisida didasarkan pada hasil uji perolehan kembali. Uji perolehan kembali suatu metode untuk beberapa jenis insektisida dilakukan dengan menganalisis sejumlah tertentu, contoh komoditas yang telah diperkaya dengan insektisida tersebut, dan dilakukan bersamaan dengan analisis setiap deret contoh komoditas. Untuk setiap kelompok 10 – 15 contoh, disertai satu atau lebih contoh serupa yang terpilih dan diperkaya dengan suatu jumlah kuantitatif tertentu baku insektisida pembanding yang sedang diteliti. Selanjutnya semua contoh, baik contoh biasa maupun contoh yang diperkaya, dianalisis dengan metode yang sama, dan nilai perolehan kembali diperoleh dengan menghitung selisih data hasil analisis antara contoh yang diperkaya dan contoh biasa. Uji rekovery dilakukan pada sebelum/ bersama-sama analisis. Nilai perolehan kembali = W1C1-W0C0 x 100% G Dalam analisis residu insektisida, nilai perolehan kembali berkisar 70 – 110 % dengan nilai rata-rata lebih tinggi dari 80% umumnya dapat diterima. Nilai pada kisaran tersebut secara sederhana akan menunjukkan, bahwa kualitas metode ekstraksi dan pembersihan yang digunakan dalam pengujian, dan tenaga penguji yang melaksanakan pengujian adalah baik untuk kelompok sampel yang sedang diteliti (Komisi Pestisida, 1997). 2. Analisa tanah Sifat fisik dan kimia tanah. Persiapan sampel tanah di laboratorium untuk analisa fisik dan kimia tanah: a. Tanah diambil dari lapang 1 kg, lalu dikering anginkan. b. Akar-akar atau sisa tanaman segar, kerikil dan kotoran lain dibuang. c. Tanah dikering udara atau dioven dengan suhu 40oC. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 d. Contoh tanah ditumbuk dengan lumpang porselen atau mesin giling dan diayak dengan ayakan ukuran 2 mm, kemudian diayak lagi dengan ayakan 0,5 mm. Penetapan pengujian analisa fisik dan kimia tanah cara kerjanya antara lain: a. Untuk penetapan kadar air kering mutlak dengan cara penimbangan 5 g sampel tanah kering udara dalam pinggan alumunium/porselin yang telah diketahui bobotnya. Tanah dioven pada suhu 105oC selama 3 jam. Pinggan diangkat dengan penjepit dan dimasukkan dalam eksikator. Setelah contoh dingin lalu ditimbang, bobot yang hilang adalah bobot air. Perhitungan Kadar Air (%) = (kehilangan bobot/bobot contoh) x 100 (ISRIC, 1993 dalan Eviati dan Sulaeman, 2009). b. Penetapan pH tanah, tekstur, C,N, P, K mengacu pada petunjuk teknis analisa kimia tanah, tanaman, air, dan pupuk (Eviati dan Sulaeman, 2009). 3. Pembuatan Biochar/Arang Karbonisasi dilakukan dengan teknik pirolisis sederhana dengan memanfaatkan dua buah drum yang telah didesain sedemikian menjadi alat pirolisis. Drum pertama dibagi dua bagian, bagian bawah berfungsi sebagai tungku pembakar dan bagian atas merupakan tempat pembakar dan drum kedua sebagai pendingin. Sebanyak 15 kg tempurung kelapa dimasukkan kedalam tempat pembakaran, kemudian tungku dipanaskan dengan biogas. Proses pembakaran berlangsung selama 8 jam, asap yang keluar dari proses pembakaran disalurkan melalui pipa besi kedalam drum pendinginan, asap panas yang masuk ke dalam ruang pendinginan akan mengembun, menjadi cairan ini kemudian ditampung dalam botol. Cairan ini dapat dimanfaatkan sebagan bahan pengawet ikan, pestisida organik atau pengawet makanan lainnya. Setelah 8 jam arang kemudian diangkat terlebih dahulu, selanjutnya disiram dengan air untuk memadamkan bara api. Setelah dingin arang kemudian dijemur dibawah terik matahai. Arang yang dihasilkan dari proses pembakaran ini sebanyak 5 kg. Perlakuan seperti diatas juga berlaku untuk tongkol jagung. pembuatan/pembakaran arang disajikan dalam Gambar 3. commit to user Tungku perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 Gambar 3. Tungku Pembuatan Arang 4. Pembuatan arang aktif Aktivasi arang dilakukan dalam tungku aktifator. Proses aktivasi ini berlangsung selama 6-7 jam pada suhu 500-900oC. Sebanyak 50 kg arang dimasukkan kedalam tungku, dengan bahan bakar gas LPG, kemudian tungku pembakaran dinyalakan. Tungku aktivasi arang disajikan dalam Gambar 4. Gambar 4. Tungku Aktivasi Arang 5. Cara pelapisan urea dengan biochar/arang aktif Formulasi pupuk berlapis arang aktif yang digunakan adalah dengan kombinasi 80:20 (berat/berat) untuk urea dan arang aktif dengan perekat molase 2%. Artinya 80% urea ditambahkan arang aktif 20% dan ditambah perekat molase 2% sebanyak 50 ml dengan cara suspensi/penyemprotan berkabut untuk setiap 1 kg urea berlapis arang aktif. Teknik pelapisan urea dilakukan dengan cara commit to userdan ditambah arang aktif sedikit memasukkan urea 80% dalam pan granulator perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 demi sedikit lalu disemprot dengan molase 2% (12,5 ml) secara berkabut, selanjutnya ditambahkan arang aktif lagi sebelum disemprot lagi dengan molase 2%. Pelapisan dilakukan sebanyak 4 kali. Setelah penyemprotan/pelapisan selesai, urea berlapis arang aktif tersebut dikeringanginkan. 6. Cara pengkayaan mikroba pada urea yang berlapis biochar/arang aktif Mikroba tanah yang dipakai dalam pengkayaan urea berlapis arang aktif ini adalah mikroba konsorsia (Gambar 5), yang terdiri dari Citrobacter sp, Sphaerotillus natans, Bacillus sp., Azotobacter, dan Azospirrillium. Pengkayaan arang aktif dengan mikroba delakukan dengan teknik penyemprotan, dimana larutan mikroba dilakukan sebanyak 40 ml dalam 1000 gr urea berlapis arang aktif. Gambar 5. Mikroba Konsorsia Penyemprotan dilakukan pada permukaan arang aktif dengan menggunakan alat sprayer dan dilakukan dalam alat granurator sambil berputar. Kelengkapan alat pengkayaan mikroba dapat dilihat pada Gambar 6. Penyemprotan dilakukan secara bertahap agar urea tidak ikut terlarut oleh larutan mikroba. Gambar 6. Alat Granulator Setelah penyemprotan urea berlapis arang aktif dengan larutan mikroba, UAA dikeringanginkan dan diwadahi serta dihindarkan dari sinar matahari langsung karena dapat mematikan mikroorganisme yang telah tambahkan ke dalam urea commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 berlapis arang aktif. Hasil urea berlapiskan arang aktif yang diperkaya mikroba konsorsia terlihat pada Gambar 7. Gambar 7. Urea Berlapis Arang Aktif yang Diperkaya Mikroba Konsorsia G. Analisa Populasi Mikroba Pengambilan contoh tanah pada dasarnya harus mewakili suatu wilayah secara tepat untuk menghasilkan suatu data atau nilai yang bisa memberikan gambaran kondisi tanah tersebut secara keseluruhan. Jumlah tanah yang terlalu banyak akan menyebabkan pemborosan, namun apabila jumlahnya terlalu sedikit interpretasi data bisa keliru (Husen, 2012). H. Pengolahan Data Data hasil kegiatan diolah dengan menggunakan analisa sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan. Analisa dilakukan dengan menggunakan program SAS (Statistical Analysis System) versi 9.1 (SAS Institute, 2004). Program SAS (Statistical Analisa System) merupakan suatu program yang dirancang khusus untuk analisa data hasil penelitian dengan kapasitas modul-modul yang sangat spesifik sesuai yang diharapkan pengguna dalam: (a) penyimpanan, pemanggilan, dan manipulasi data; (b) analisa statistika sederhana maupun yang komplek; dan (c) pembuatan laporan hasil analisa. Secara umum penggunaan program SAS didasarkan pada dua tahapan yaitu tahapan data dan tahapan prosedur. Tingkat ketelitian dan kesalahan secara statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada P ≤ 0,05 (Wade et al., 1998). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Tanah Topografi Kabupaten Karawang termasuk daerah dataran yang relatif rendah dan datar, keragaman kemiringan wilayah berkisar antara 0 sampai 40%, dengan tingkat kemiringan datar mendominasi sebagian besar wilayah kabupaten Karawang. Sekitar 94% memiliki tingkat kemiringan lereng maksimum 8% dan 83,4% berada pada kisaran lereng 0-3%. Luas wilayah Kabupaten Karawang seluruhnya 1.753,27 km2 atau 175.327 Ha (BPS, 2012). Jenis tanah di Kabupaten Karawang terdiri dari alluvial, inseptisol terutama pada lahan sawah dataran rendah sedangkan untuk daerah pegunungan atau berbukit-bukit terdiri dari podsolik dan latosol. Secara topografi Kabupaten Karawang termasuk daerah dataran yang relatif rendah dan datar, keragaman kemiringan wilayah berkisar antara 0 sampai 40 %, dengan tingkat kemiringan datar mendominasi sebagian besar wilayah kabupaten Karawang. Tanah untuk penelitian berjenis Inseptisol yang berasal dari Desa Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang. Lokasi/tempat pengambilan tanah untuk media tanam mempunyai topografi datar dan merupakan daerah hilir dari DAS Citarum. Tanah inseptisol umumnya bertektur lempung hingga liat, sering berlapis-lapis debu dan pasir kurang dari 50%, dan lapisan atasnya masih sering mengalami penambahan bahan yang sering mengandung bahan organik. Berdasarkan kriteria penilaian hasil analisa tanah menurut Eviati dan Sulaeman (2009), jenis tanah di lahan sawah ini termasuk tanah Inseptisol. Ini disijikan dalam Lampiran 1. Berdasarkan penentuan kelas tekstur dengan diagram segitiga tekstur menurut USDA pada (Lampiran 5), maka tanah sawah Cilamaya termasuk kelas tekstur klei/liat karena hasil analisa tanah awal menunjukkan tekstur pasir 25%, debu 32%, dan klei 43%. Mineral liat dapat berfungsi sebagai sorben sehingga persistensi senyawa organik lebih kuat daripada tanah berpasir. Hasil analisa tanah sawah yang lainnya adalah sifat pH tanah netral, C organik rendah, N-total rendah, P tinggi, K sedang dan nilai kapasitas tukar kation (KTK) tinggi, disajikan dalam Tabel 3. Hal ini menunjukkan bahwa tanah ini mampu menyediakan unsur hara lebih baik karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci commit to user 35 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 oleh air. Nilai pH tanah merupakan ciri kimia tanah yang sangat penting dalam menentukan kesuburan tanh dan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Tabel 3. Hasil Analisa Tanah Awal Karawang, 2013. Sifat-sifat Tanah Metode Nilai Kriteria Tekstur Pipet 25 Kelas tekstur Debu (%) 32 Klei Klei (%) 43 Pasir (%) H2O 6,9 KCl 4,3 C-organik (%) Walkley 1,92 Rendah N-total (%) & Black 0,18 Rendah C/N Kjeldahl 11 Sedang P2O5 (mg/100g) HCl 45 Tinggi K2O (mg/100g) 25% 33 Sedang P2O5 (ppm) HCl 25% 39 K2O (ppm) Olsen 167 KTK (cmol(+)kg-1) Morgan 25,80 Tinggi >100 Sangat Tinggi pH Netral Bahan Organik KB (%) Keterangan: Analisa Tanah dilakukan di Laboratorium Balingtan, 2013. Analisa tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil di lapangan dengan metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Analisa tanah dilaboratorium dilakukan terhadap variabel-variabel kimia dan fisik tanah: pH, kapasitas tukar kation, Nitrogen, kalium, fosfor, kalsium, magnesium (hara makro), bahan organik, tekstur tanah dan sebagainya tergantung tujuannya. Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data analisa tanah bila dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara bagi masing-masing jenis tanaman, maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur hara dalam tanah tersebut sangat rendah (kurang), rendah, sedang, cukup ataukah tinggi, sesuai kriteria tertentu. Adapun kriteria penilaian hasil analisa tanah (Eviati dan Sulaeman, 2009) disajikan dalam Lampiran 1. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 Tanah merupakan media tumbuh alami yang menyediakan makanan (unsur hara) bagi kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan (tanaman). Agar tanaman mampu berproduksi optimal berkesinambungan, kualitas tanah harus tetap dipertahankan. Kesalahan-kesalahan dalam pengolahan tanah dapat mengakibatkan kerusakan pada tanah, yang berakibat menurunkan produktifitas tanaman. Produktivitas tanah dalam menghasilkan produk pertanian sangat tergantung pada kemampuan suatu tanah dalam menyediakan unsur hara yang berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Hasil analisa tanah akhir/setelah panen variabel-variabel kimia dan fisik tanah yang dianalisa adalah: pH, C-Organik, N-total, P-total, K-total, P-tersedia, Ktersedia, kapasitas tukar kation (KTK). Berdasarkan kriteria penilaian analisa tanah (Eviati dan Sulaeman, 2009) disajikan dalam Lampiran 1. pH tanah pada berbagi perlakuan pada umumnya agak masam (5,6-6,5) hingga netral (6,6-7,5), COrganiknya termasuk dalam kriteria sedang (2-3), N termasuk dalam kriteria sangat rendah (<0,1), P hingga sangat tinggi tergantung pada perlakuan yang ada. Sifat-sifat kimia tanah setelah panen disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisa Tanah Akhir/Panen, 2013. pH C- N-total P-total Ktotal Organik Perlakuan P tersedia K tersedia KTK (%) (ppm) (cmol(+)/kg) Urea priil 6,51 2,86 0,05 0,06 0,36 19,10 16,05 30,97 UAATK 6,50 2,83 0,04 0,07 0,28 25,11 19,35 29,93 UAATJ 6,61 2,98 0,04 0,08 0,33 21,10 20,91 27,96 UAATKM 6,44 2,99 0,06 0,06 0,16 17,80 20,66 28,99 UAATJM 6,64 2,95 0,10 0,08 0,32 13,87 20,36 29,94 UBTK 6,53 2,92 0,05 0,08 0,35 19,41 19,56 28,00 UBTJ 6,35 2,95 0,08 0,06 0,24 14,65 20,30 27,93 UBTKM 6,37 3,00 0,04 0,06 0,22 12,43 22,59 25,97 UBTJM 6,25 2,74 0,06 0,08 0,35 13,89 19,19 27,96 Keterangan: Hasil Analisa Tanah di Laboratorium Terpadu Balingtan, 2013. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 Dari hasil analisa tanah saat panen pada berbagai perlakuan, nilai pH berkisar agak masam (5,5-6,5) dan netral (6,25-6,64), kandungan N-total (0,04-0,1)%, P total (0,06-0,08)%, KTK tanah setelah panen berkisar (25,97-30,97) cmol(+)/kg. pH tanah tertinggi pada perlakuan UAATJM sebesar 6,64. pH tanah atau kemasaman tanah adalah reaksi tanah, yaitu sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. pH tanah mempunyai peranan yang penting terhadap ketersediaan unsur-unsur hara, meningkatkan kelarutan ion-ion Al dan Fe, meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah (Bachtiar, 2006). Kandungan C-organik hasil penelitian berkisar antara (2,74 - 3,00) termasuk dalam kriteria sedang. Hal ini disajikan dalam Lampiran 1. Unsur C sangat diperlukan dalam tanah untuk proses absorpsi lebih cemaran senyawa organik dalam tanah. Santoso et al., (2012) mengatakan bahwa tanah yang diberi senyawa Corganik tinggi akan meningkatkan aktivitas mikroba tanah sehingga terjadi peningkatan produksi CO2. N-total berfungsi untuk menyediakan unsur hara makro yang sangat diperlukan untk pertumbuhan tanaman dan menambah kesuburan tanah. Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang untuk pertumbuhan dan hasil tanaman. Kesuburan tanah merupakan salah satu hal yang perlu di perhatikan dalam suatu usaha pertanian. Tanah yang sehat dan subur akan memberikan nutrisi yang cukup pada tanaman yang di tanam di atasnya. Kesuburan tanah ini sangat berkaitan erat dengan ketersediaan unsur hara yang tersedia dan dapat di serap oleh tanaman. Pada dasarnya unsur hara telah banyak tersedia di dalam tanah. Hanya saja ada beberapa masalah yang berkaitan dengan penyerapan dan sifat unsur hara tersebut. Ada beberapa unsur hara yang sangat melimpah di alam hanya saja tanaman tidak dapat memanfaatkan unsur hara tersebut secara langsung. Misalnya saja unsur N, unsur ini sangat melimpah ketersediaannya di alam. Hanya saja tanaman tidak dapat langsung memamanfaatkan unsur hara tersebut (kecuali tanaman legume). Ada beberapa organisme tanah yang membantu tanaman untuk merombak unsur n di alam menjadi NH4+ agar dapat di serap oleh tanaman. Selain unsur N, ada pula unsur lain yang juga memerlukan bakteri untuk merombaknya commitmenjadi to user bentuk unsur yang dapat diserap perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 oleh tanaman. Biochar adalah bahan padat yang diperoleh dari karbonisasi dari biomassa. Kapasitas Tukar Kation (KTK), adalah salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milliequivalen kation dalam 100 gram tanah atau me kation per 100 g tanah. KTK hasil penelitian termasuk dalam kriteria tinggi yaitu sebesar 25,97– 30,97 me/100 gram tanah. B. Karakteristik Biochar dan Arang Aktif Pembuatan arang aktif meliputi pembakaran (secara pirolisis) tempurung kelapa dan tongkol jagung menjadi arang (suhu 150-500oC), dan arang menjadi arang aktif pada suhu tinggi (suhu 500-900°C) arang diaktivasi menjadi arang aktif. Pembuatan arang dan arang aktif dilakukan di Laboratorium Residu Bahan Agrokimia Bogor. Biochar tempurung kelapa mempunyai daya serap I2 208,7 mg/g, arang aktif tempurung kalapa daya serap I2 lebih tinggi yaitu 671,5 mg/g, sedangkan biochar tongkol 156,2 mg/g, dan arang aktif tongkol jagung 572,3 mg/g. Kandungan pH biochar tempurung kelapa (BTK), arang aktif tempurung kelapa (AATK), biochar tongkol jagung (BTJ), arang aktif tongkol jagung (AATJ) masing-masing sebesar 7,78; 7,33; 7,21; 7,11. Kandungan C-Organik biochar tempurung kelapa, arang aktif tempurung kelapa, biochar tongkol jagung, arang aktif tongkol jagung masing-masing sebesar 9,73%; 5,31%; 21,1%; 7,87%. N-total dari biochar tempurung kelapa, arang aktif tempurung kelapa, biochar tongkol jagung, arang aktif tongkol jagung masingmasing sebesar 0,95%; 1,33%; 1,28%; 0,77%. P-total dari biochar tempurung kelapa, arang aktif tempurung kelapa, biochar tongkol jagung, arang aktif tongkol jagung masing-masing sebesar 0,19%; 1,18%; 0,5%; 0,17%. K-total dari biochar tempurung kelapa, arang aktif tempurung kelapa, biochar tongkol jagung, arang aktif tongkol jagung masing-masing sebesar 0,63%; 0,73%; 1,72%; 2,14%. Hal ini disajikan dalam (Tabel 5). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 Tabel 5. Kualitas Biochar dan Arang Aktif Tempurung Kelapa dan Tongkol Jagung. No Uraian Biochar Arang Aktif Biochar Arang Aktif Tempurung Tempurung Tongkol Tongkol Kelapa Kelapa Jagung Jagung 1 Daya serap I2 (mg/g)* 208,7 671,5 156,2 572,3 2 Lolos mesh 50 50 50 50 3 pH H2O 7,78 7,33 7,21 7,11 4 C-Organik (%) 9,73 5,31 21,1 7,87 5 N-total (%) 0,95 1,33 1,28 0,77 6 P-total (%) 0,19 0,18 0,5 0,17 7 K-total (%) 0,63 0,73 1,72 2,14 Keterangan: *Hasil Analisa Laboratorium Pengujian Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Juli 2013. Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dihasilkan dari bahanbahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diaktivasi dari suhu 500-900oC untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat arang aktif sehingga arang aktif banyak digunakan oleh kalangan industri. Arang aktif dapat dibuat dari limbah pertanian yang melimpah yaitu tongkol jagung dan tempurung kelapa, atau limbah pertanian lainnya melalui proses pemanasan 150-500oC selama 5 jam dan aktivasi pada tungku dengan sumber energi gas LPG pada suhu 900oC selama 6 jam. C. Populasi Mikroba Awal Tanah Karawang Berdasarkan hasil analisa awal, populasi mikroorganisme sampel tanah awal di Karawang 2013 terdiri dari Bacillus substili, Bacillus cereus, Achoromobacter sp., Catenococcus, sp., Heliotrik, sp. (Lampiran 6) yang sebagian besar merupakan mikroba yang menguntungkan bagi kesuburan tanah, dan ternyata mikroba ini setelah dilakukan isolasi mampu mendegradasi senyawa POPs (Dewi et al, 2013). Populasi mikroba pada awal disajikan dalam Tabel 6. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 Tabel 6. Populasi Mikroorganisme Sampel Awal Tanah Karawang, 2013. No Jenis Mikrobiologi Populasi (cfu/ml) 1 Bacillus substilis. 2,6 x 106 2 Bacillus cereus. 2,6 x 106 3 Achoromobacter sp. 8,0 x 105 4 Catenococcus, sp. 1,0 x 105 5 Heliotrik, sp. 1,0 x 105 Keterangan: Hasil Analisa Populasi Mikroorganisme di Laboratorium Mikrobiolagi LIPI Cibinong, 2013. Mikroba yang ada di tanah inseptisol pada berbagai perlakuan urea biochar, urea berlapis arang aktif, maupun urea yang berlapis biochar yang diperkaya mikroba dan urea berlapis arang aktif yang diperkaya mikroba indegenus dapat meningkatkan populasi bakteri tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ogawa (1994) bahwa penambahan karbon aktif dilahan dapat meningkatkan populasi mikroba, karena karbon aktif dapat digunakan sebagai tempat tinggal atau rumah dan sekaligus sebagai perangkap insektisida yang nantinya dimanfaatkan sebagai sumber hara karbon bagi bakteri. Rongga arang aktif sangat disukai oleh mikroba (bakteri tanah pendegradasi dan bakteri pengikat nitrogen) sebagai tempat tinggal (rumah), sehingga populasi mikroba di dalam rongga meningkat karena terdapat nutrient C dan N yang berasal dari residu pestisida. Apabila residu pestisida masuk atau terperangkap di dalam rongga arang aktif, maka residu pestisida tersebut akan didegradasi oleh mikroba pendegradasi sehingga residu pestisida akan terurai/terdegradasi. Apabila konsentrasi residu pestisida di tanah dapat ditekan, maka konsentrasi residu pada produk pertanian akan dapat diminimalisir. D. Populasi Mikroba Tanah Setelah Perlakuan Populasi mikroorganisme sampel tanah pada berbagai perlakuan urea berlapis biochar maupun arang aktif menunjukkan populasi mikroba lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan urea prill. Pada berbagai umur tanaman 1, 17, 50, 80, 90 (HST), populasi mikroba saat panen tertinggi terdapat pada perlakuan (UAATJM) yaitu sebesar 6,9 x 1010 kemudian diikuti (UAATKM) sebesar 4,9 x 109. Hasil ini disajikan dalam Tabel 7. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 Tabel 7. Populasi Mikroorganisme Sampel Tanah1, 17, 50, 80, 90 HST pada Berbagai Perlakuan, 2013. Perlakuan Mikroba Tanah pada Berbagai Perlakuan (cfu/ml) x 10^5 1 log 1 17 log 17 50 log 50 80 log 80 90 log 90 --------------HST-------------Urea priil 6,8 45 6,7 60 6,8 90 7,0 217 7,3 UAATK 6,8 130 7,1 255 7,4 945 8,0 1286 8,1 UAATJ 6,8 55 6,7 165 7,2 189 7,3 245 7,4 UAATKM 6,8 248 7,4 360 7,6 3011 8,5 49471 9,7 UAATJM 6,8 289 7,5 43855 9,6 151688 10,2 692109 10,8 UBTK 6,8 45 6,7 85 6,9 134 7,1 157 7,2 UBTJ 6,8 80 6,9 126 7,1 153 7,2 370 7,6 UBTKM 6,8 182 7,3 534 7,7 964 8,0 1269 8,1 UBTJM 6,8 243 7,4 540 7,7 921 8,0 1531 8,2 65 Keterangan : Hasil Analisa di Laboratorium Mikrobiologi, LIPI Cibinong, 2013. UAATK = urea berlapis arang aktif tempurung kelapa, UAATJ = urea berlapis arang aktif tongkol jagung, UAATKM = UAATK yang diperkaya mikroba konsorsia, UAATJM = UAATJ yang diperkaya mikroba konsorsia, UBTK = urea berlapis biochar tempurung kelapa, UBTJ = urea berlapis biochar tongkol jagung, UBTKM = UBTK yang diperkaya mikroba konsorsia, UBTJM = UBTJ yang diperkaya mikroba konsorsia. Pertumbuhan populasi mikroba dari awal pertumbuhan tanaman sampai panen pada berbagai perlakuan disajikan dalam Gambar 8. Populasi tertinggi pada perlakuan UAATJM yaitu sebesar 10,8 log cfu/ml. Populasi mikroba pada 17 HST mengalami peningkatan, dan berhubungan erat dengan peningkatan pH tanah. pH tanah menuju ke netral yaitu dari 6,6 – 7 menyebabkan peningkatan populasi mikroba 17 HST. Rentang pH tanah untuk pertumbuhan bakteri adalah 4 – 9, namun pH optimumnya berkisar antara 6,5- 7,5. Peningkatan populasi mikroba diikuti dengan peningkatan pH tanah17 HST, ini berkorelasi positif (r = 0,387*). Hal ini disajikan dalam Lampiran 12. Populasi Mikroba 50 HST sangat berhubungan dengan penurunan heksaklorobenzen di tanah pada 50 HST yaitu berkorelasi negatif artinya pada kenaikan populasi mikroba 50 HST Akan menurunkan residu heksaklorobenzen dengan nilai (r = -0,541*). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 11 Populasi Mikroba, log cfu 10.5 Urea priil 10 9.5 UAATK UAATJ 9 8.5 UAATKM 8 UAATJM 7.5 UBTK 7 UBTJ 6.5 UBTKM 6 Awal 17 HST 50 HST 80 HST 90 HST UBTJM Waktu (Hari Setelah Tanam) Gambar 8. Populasi Mikroba pada (Awal, 17, 50, 80, 90) HST Populasi Bacillus subtilis 17, 50, 80, 90 HST pada Berbagai Perlakuan, menunjukkan bahwa perlakuan tertinggi adalah UAATJM. Berdasarkan hasil analisa awal, populasi mikroorganisme sampel tanah awal di Karawang 2013 terdiri dari Bacillus substili, Bacillus cereus, Achoromobacter sp., Catenococcus, sp., Heliotrik, sp. Mikroba ini sebagian besar merupakan mikroba yang menguntungkan bagi kesuburan tanah, dan ternyata mikroba ini setelah dilakukan isolasi mampu mendegradasi senyawa POPs (Dewi et al, 2013). Populasi Bacillus subtilis disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Populasi Bacillus subtilis 17, 50, 80, 90 HST pada Berbagai Perlakuan. Perlakuan Populasi Bacillus subtilis (cfu/ml) x 10^5 17 HST log 17 50 HST HST log 50 80 HST HST log 80 90 HST HST log 90 HST Urea priil 15 6,2 20 6,3 32 6,5 115 7,1 UAATK 71 6,9 114 7,1 442 7,6 552 7,7 UAATJ 28 6,4 35 6,5 42 6,6 59 6,8 UAATKM 125 7,1 185 7,3 1515 8,2 45000 9,7 UAATJM 69 6,8 17810 9,3 115258 10,1 325000 10,5 UBTK 22 6,3 44 6,6 69 6,8 75 6,9 UBTJ 31 6,5 39 6,6 45 6,7 115 7,1 UBTKM 85 6,9 115 7,1 225 7,4 459 7,7 UBTJM 85 6,9 159 7,2 226 7,4 589 7,8 commit to user Keterangan: Analisa di Laboratorium Mikrobiologi LIPI. Cibinong, 2013. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 Kelompok Bacillus merupakan bakteri dominan yang berperan dalam proses degradasi residu pestisida. Kelompok ini juga ada pada tanah umum, sehingga bukan merupakan bakteri berbahaya. Kemampuan Bacilus diduga bakteri ini mampu tumbuh pada kondisi ekstrem dan kemampuannya membentuk endospora lebih tinggi, sehingga dapat tumbuh pada kondisi yan tidak menguntungkan. Dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman (biofertilizer), aktivitas mikroba diperlukan untuk menjaga ketersediaan tiga unsur hara yang penting bagi tanaman antara lain, Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalim (K). Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tersebut harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Mikroba penambat N ada yang hidup bebas dan ada pula yang bersimbiosis. Mikroba penambat N simbiotik antara lain: Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminose). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Mikroba tanah lain yang berperan dalam penyediaan unsur hara adalah mkroba pelarut unsur fosfat (P) dan kalium (K). Kandungan P yang cukup tinggi (jenuh) pada tanah pertanian, sedikit sekali yang dapat digunakan oleh tanaman karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peran mikroba pelarut P yang melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K. Mikroba sebagai agen biokontrol. Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae . Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp yang mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp. Populasi Bacillus subtilis pada berbagai perlakuan dancommit berbagai pengamatan, populasi tertinggi pada to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 perlakuan urea berlapis arang aktif tongkol jagung yang diperkaya mikroba yaitu sebesar 3,2 x1010, ini disajikan dalam Gambar 9. Populasi Bacillus subtilis, log cfu 11.0 10.5 Urea priil 10.0 UAATK 9.5 9.0 UAATJ 8.5 UAATKM 8.0 UAATJM 7.5 UBTK 7.0 UBTJ 6.5 UBTKM 6.0 17 HST 50 HST 80 HST UBTJM 90 HST Waktu (Hari Setelah Tanam) Gambar 9. Populasi Bacillus subtilis pada (17, 50, 80, 90) HST Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi et.al, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan pertumbuhan, aktivitas menghasilkan Mikroorganisme memiliki kehidupan energi dan fleksibilitas antara lain: bereproduksi metabolisme dapat mengalami dengan sendirinya. yang tinggi karena mikroorganisme ini mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzimenzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada. Populasi Bacillus cereus pada berbagai perlakuan dan berbagai pengamatan, populasi tertinggi pada perlakuan urea berlapis arang aktif tongkol jagung yang diperkaya mikroba 17 HST (7,5 x 106), 50 HST (2,5 x 109), 80 HST (3,5 x 109), 90 HST sebesar (3,6 x1010), hal ini disajikan dalam Tabel 9. Pertumbuhan optimal Bacillus cereus adalah dengan adanya oksigen, namun dapat terjadi dalam kondisi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 anaerob. Bacillus cereus tumbuh di bawah kondisi aerobik, kurang tahan terhadap suhu panas dan asam (Mols et al. 2009). Tabel 9. Populasi Bacillus cereus 17, 50, 80, 90 HST pada Berbagai Perlakuan. Perlakuan Populasi Bacillus cereus (cfu/ml) 17 HST log 17 50 HST HST Urea priil 18 log 50 80 HST log 80 HST 6,3 23 90 HST HST 6,4 31 log 90 HST 6,5 63 6,8 UAATK 37 6,6 111 7,0 278 7,4 485 7,7 UAATJ 14 6,1 28 6,4 41 6,6 63 6,8 UAATKM 65 6,8 77 6,9 658 7,8 2369 8,4 UAATJM 75 6,9 25110 9,4 35218 9,5 365000 10,6 UBTK 17 6,2 21 6,3 35 6,5 45 6,7 UBTJ 29 6,5 25 6,4 39 6,6 185 7,3 UBTKM 59 6,8 163 7,2 385 7,6 398 7,6 UBTJM 77 6,9 198 7,3 269 7,4 398 7,6 Keterangan : Analisa di Laboratorium Mikrobiologi LIPI. Cibinong, 2013 Pada perlakuan urea berlapis arang aktif ternyata meningkatkan populasi mikroba dalam tanah, karena arang aktif disukai oleh mikroba sebagai tempat tinggal atau berkumpulnya mikroba dan mikroba tersebut memanfaatkan sumber karbon yang ada dalam tanah sebagai makanannya. Sumber karbon yang ada dalam tanah diantaranya adalah insektisida heksaklorobenzen dan endrin. Populasi mikroba Bacillus cereus tertinggi pada perlakuan UAATJM, hal ini disajikan dalam Gambar 10. Pada berbagai perlakuan dan berbagai pengamatan, populasi tertinggi pada perlakuan UAATJM masing-masing adalah (UAATJM) 17 HST (6,5 x 106), 50 HST (8,1x 107), 80 HST (9,8 x 107), 90 HST sebesar (1,2 x108), ini disajikan dalam Tabel Populasi Bacillus cereus, log cfu 10. 11.0 Urea priil UAATK 10.0 UAATJ 9.0 UAATKM 8.0 UAATJM UBTK 7.0 UBTJ 6.0 17 HST 50 HST 80 HST 90 HST Waktu (Hari Setelah Tanam) UBTKM UBTJM commit user(17, 50, 80, 90) HST Gambar 10. Populasi Bacillus cereustopada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 Populasi mikroba Achoromobacter tertinggi pada perlakuan UAATJM, hal ini disajikan dalam Gambar 11. Pada berbagai perlakuan dan berbagai pengamatan, populasi tertinggi pada perlakuan UAATJM masing-masing adalah (UAATJM) 17 HST (6,5 x 106), 50 HST (8,1x 107), 80 HST (9,8 x 107), 90 HST sebesar (1,2 x108), ini disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10. Populasi 17, 50, 80, 90 HST pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Populasi Achoromobacter (cfu/ml) x 10^5 17 log 17 50 HST HST HST log 50 HST 80 log 80 HST HST 90 HST log 90 HST Urea priil 8 5.9 10 6.0 14 6.1 25 6.4 UAATK 11 6.0 18 6.3 142 7.2 156 7.2 UAATJ 9 6.0 13 6.1 52 6.7 59 6.8 UAATKM 48 6.7 58 6.8 621 7.8 1855 8.3 UAATJM 65 6.8 810 7.9 987 8.0 1250 8.1 UBTK 3 5.5 9 6.0 15 6.2 18 6.3 UBTJ 14 6.1 25 6.4 29 6.5 36 6.6 UBTKM 16 6.2 98 7.0 236 7.4 265 7.4 UBTJM 49 6.7 96 7.0 198 7.3 236 7.4 Populasi Achoromobacter log cfu Keterangan : Analisa di Laboratorium Mikrobiologi LIPI. Cibinong, 2013. 8.5 Urea priil 8.0 UAATK 7.5 UAATJ 7.0 UAATKM 6.5 UAATJM 6.0 UBTK 5.5 UBTJ UBTKM 5.0 17 HST 50 HST 80 HST 90 HST Waktu (Hari setelah Tanam) UBTJM Gambar 11. Populasi Achoromobacter pada (17, 50, 80, 90) HST Populasi Catenococcus 17, 50, 80, 90 HST pada berbagai perlakuan dan berbagai pengamatan, populasi tertinggi pada perlakuan urea berlapis arang aktif commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 tongkol jagung yang diperkaya mikroba (UAATJM) 17 HST (5,5 x 106), 50 HST (1,1 x 107), 80 HST (2,2 x 107), 90 HST sebesar (8,6 x107). Hal ini disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11. Populasi Catenococcus 17, 50, 80, 90 HST pada Berbagai Perlakuan. Populasi Catenococcus (cfu/ml) x 10^5 Perlakuan 17 log 17 50 log 50 80 log 80 90 log 90 HST HST HST HST HST HST HST HST Urea priil 2 5,3 5 5,7 10 6,0 11 6,0 UAATK 8 5,9 9 6,0 65 6.8 72 6,9 UAATJ 3 5,5 3 5,5 36 6,6 39 6,6 UAATKM 5 5,7 25 6,4 142 7,2 158 7,2 UAATJM 55 6,7 125 7,1 225 7,4 859 7,9 UBTK 2 5,3 6 5,8 9 6,0 11 6,0 UBTJ 3 5,5 29 6,5 31 6,5 25 6,4 UBTKM 16 6,2 112 7,0 56 6,7 69 6,8 UBTJM 26 6,4 45 6,7 163 7,2 221 7,3 Keterangan : Analisa di Laboratorium Mikrobiologi LIPI. Cibinong, 2013. Peningkatan populasi Catenococcus berbagai perlakuan pada 17, 50, 80, 90 HST disajikan dalam Gambar 12. Pada waktu tanaman umur 17 HST populasi sebesar 5,3 – 6,7 log cfu, pada 50 HST populasi berkisar antara 5,5-7,0log cfu, pada umur 80 HST populasi berkisar antara 6,0-7,4 log cfu, dan 90 HST populasi Catenococcus berkisar antara 6-7,9. Populasi tertinggi pada perlakuan UAATJM. Ini disajikan Populasi Catenococcus, log cfu dalam Gambar 12. 8.0 Urea priil 7.5 UAATK 7.0 UAATJ 6.5 UAATKM UAATJM 6.0 UBTK 5.5 UBTJ 5.0 UBTKM 17 HST 50 HST 80 HST Waktu (Hari Setelah Tanam) 90 HST UBTJM Gambar 12. Populasi Catenococcus pada (17, 50,80,90) HST commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 Populasi Heliotrik 17, 50, 80, 90 HST pada berbagai perlakuan dan berbagai pengamatan, populasi tertinggi pada perlakuan urea berlapis arang aktif tongkol jagung yang diperkaya mikroba (UAATJM) 17 HST (2,5 x 106), 50 HST (2,6 x 106), 80 HST (9,5 x 106), 90 HST sebesar (1,1 x107), ini disajikan dalam Tabel 12 dan Gambar 13. Tabel 12. Populasi Heliotrik 17, 50, 80, 90 HST pada Berbagai Perlakuan. Populasi Heliotrik (cfu/ml) Perlakuan log 17 log 50 80 log 80 90 log 90 17 HST HST 50 HST HST HST HST HST HST Urea priil 2 5,3 2 5,3 3 5,5 3 5,5 UAATK 3 5,5 3 5,5 18 6,3 21 6,3 UAATJ 1 5,0 2 5,3 18 6,3 25 6,4 UAATKM 5 5,7 15 6,2 75 6,9 89 6,9 UAATJM 25 6,4 26 6,4 95 7,0 112 7,0 UBTK 1 5,0 5 5,7 6 5,8 8 5,9 UBTJ 3 5,5 8 5,9 9 6,0 9 6,0 UBTKM 6 5,8 46 6,7 62 6,8 78 6,9 UBTJM 6 5,8 42 6,6 65 6,8 87 6,9 Keterangan : Analisa di Laboratorium Mikrobiologi LIPI. Cibinong, 2013. Pengkayaan mikroba pendegradasi pestisida ke dalam arang aktif yang digunakan sebagai selaput pupuk urea pada tanaman cenderung menurunkan residu POPs lebih besar daripada tanpa inokulasi mikroba pendegradasi. Peran mikroba dalam menurunkan kadar POPs dilakukan melalui proses detoksitas dan degradasi. Degradasi merupakan transformasi substrat kompleks menjadi produk sederhana yang sering dikenal sebagai mineralisasi. Laju degradasi pestisida oleh mikroba atau metabolisme mikrobia dipercepat oleh peningkatan suhu atau peningkatan kelengasan tanah kering dan laju dekomposisinya sering lebih besar pada tanah yang relatif kaya bahan organik seperti halnya tanah Andisol (Cornejo & Celis, 2008). Tanpa peran mikroba, pestisida dan hasil degradasinya akan terangkut ke dalam jaringan tanaman yang dikonsumsi manusia dalam jumlah yang relatif lebih tinggi daripada dengan melibatkan mikroba pendegradasi pestisida. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50 Populasi Heliotrik, log cfu 7.5 Urea priil 7.0 UAATK UAATJ 6.5 UAATKM 6.0 UAATJM UBTK 5.5 UBTJ UBTKM 5.0 17 HST 50 HST 80 HST 90 HST UBTJM Waktu (Hari setelah Tanam) Gambar 13. Populasi Heliotrik pada (17, 50, 80, 90) HST pada berbagai Perlakuan. E. Residu Insektisida Pestisida yang digunakan untuk memberantas hama disebut insektisida, sedangkan yang digunakan untuk memberantas gulma disebut herbisida. Pestisida sekarang sudah mengakibatkan banyak pencemaran, hal ini disebabkan sifat pestisida yang sangat tahan terhadap peruraian secara alami (persisten). Walaupun sekarang telah banyak dikembangkan pestisida yang mudah terurai (biodegradable), tetapi kenyataannya masih banyak digunakan pestisida yang bersifat rekalsitran. Penggunaan pupuk dan pestisida pada awalnya mungkin belum memberikan efek yang berarti, namun dalam tempo yang panjang terlebih lagi disertai dengan penggunaan yang tidak hati-hati dan dosis yang tidak tepat, maka akan terjadi akumulasi di tanah. Keadaan tanah yang jenuh oleh bahan-bahan sintetik tersebut menyebabkan rantai makanan menjadi lambat dan bahkan berhenti, karena ketidakmampuan bakteri untuk menguraikan bahan-bahan sintetis itu. Tanah cenderung asam dan terjadi pengerasan yang disebabkan oleh pupuk sintetik. Upaya untuk mengurangi residu pestisida di lingkungan harus segera dilakukan. Dalam kondisi yang demikian, maka sangat diperlukan peranan dari mikroorganisme yang mampu mendegradasi senyawa insektisida (bioremediasi). Dengan peranan mikroorganisme tersebut maka akumulasi senyawa insektisida dapat diminimalisasi dan kesuburan tanah akan tetap terjaga. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 Langkah lain untuk mengurangi pencemaran yaitu dengan pemberian insektisida yang selektif dan seefektif mungkin. Pestisida dalam dosis rendah dapat menyebabkan terjadinya biomagnifikasi sehingga kandungan insektisida di lingkungan sangat rendah dan dapat terakumulasi melalui rantai makanan, sehingga dapat membahayakan kehidupan makhluk hidup termasuk manusia. Upaya untuk mengatasi pencemaran tersebut, sekarang banyak dipelajari biodegradasi pestisida. Pestisida yang resisten yaitu pestisida dimana residunya meninggalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan. Insektisida organoklorin termasuk insektisida yang resisten pada lingkungan, meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan. Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian, seperti biochar, arang aktif, dan air untuk pengairan tanaman diuji residu pestisidanya, namun hasil analisa pendahuluan tidak terdeteksi insektisida heksaklorobenzen dan endrin. Hal ini disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13. Residu Insektisida Heksaklorobenzen dan Endrin pada Biochar, Arang Aktif, dan Air untuk Pengairan. Heksaklorobenzen Endrin (mg/kg) (mg/kg) Biochar - - Arang aktif - - Air embung untuk pengairan - - Hasil Analisa Keterangan : - = tidak terdeteksi Analisa residu pestisida dilaksanakan di Laboratorium Bahan Agrokimia di Laladon. Bogor, 2013. Residu insektisida sampel tanah awal yang akan digunakan untuk media tanam asal Desa Cilamaya Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang 2013, adalah aldrin 0,008 ppm, heptaklor 0,008 ppm, dieldrin 0,002 ppm, DDT 0,005 ppm, heksaklorobenzen 0,001 ppm, chlordane 0,007 ppm, endrin 0,00l ppm. (Tabel 14). Pestisida merupakan salah satu kontaminan organik yang berasal dari aktivitas manusia. Pestisida organoklorin (OK) adalah senyawa hidrokarbon terklorinasi. Contoh pestisida ini adalah DDT, aldrin, heptaklor, Heksaklorobenzen, Endrin, dan dieldrin. Pestisida ini dikenal sebagai insektisida yang memiliki persistensi yang commit to user tinggi, terutama dalam tanah dan air tanah. Dengan persistensi yang tinggi, pestisida perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 ini mempunyai potensi terakumulasi biologis dalam tubuh makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tanaman. Tabel 14. Residu Insektisida Sampel Tanah Awal secara Komposit Asal Karawang Bahan Aktif POPs Konsentrasi residu (mg/kg) γ – BHC (Lindan) - Aldrin 0.008 Heptaklor 0.008 Dieldrin 0.002 DDT 0.005 Endosulfan - Heksaklorobenzen 0.001 Chlordane 0.007 Toxaphene 0.003 Endrin 0.001 Keteranga: Analisa Heksaklorobenzen dilakukan di Laboratorium Bahan Agrokimia di Bogor. Parameter lingkungan yang diamati dalam penelitian ini adalah residu heksaklorobenzen dan endrin yang meliputi: 1. Residu heksaklorobenzen dalam air Pengambilan contoh air dilakukan sebanyak 6 kali interval waktu yaitu 1 HST, 17 HST , 35 HST, 80 HST, dan 90 HST. Contoh air diambil pada setiap kedalaman pipa, dimana pertama pada kedalaman 0-20 cm, kedua dengan kedalaman 20-40, dan ketiga kurang lebih pada kedalaman 40-60 cm, lalu dikomposit. Cara pengambilan air disajikan pada Gambar 14. Gambar 14. Pengambilan commit to user Contoh Air perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 Residu pestisida heksaklorobenzen dalam air pada berbagai perlakuan menunjukkan 1 HST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, namun pada 17, 35, 50, 80, 90 HST pada berbagai perlakuan urea berlapis arang aktif menunjukkan perbedaan yang nyata uji duncan taraf 5% (Tabel 15). Kandungan residu pestisida heksaklorobenzen dalam air pada 1 HST berkisar antara 0,054 - 0,085 ppm. Analisa sidik ragam disajikan dalam Lampiran 8. Perlakuan UAATKM, kandungan residu HCB setelah aplikasi pestisida sebesar 0,074 ppm setelah panen menurun menjadi 0,008 ppm. Penurunan konsentrasi heksaklorobenzen di air 35 HST berhubungan dengan peningkatan populasi mikroba 17 HST (r = -0,463*), penurunan konsentrasi residu HCB 50 HST dipengaruhi oleh pH tanah 17 HST dengan nilai korelasi (r = 0,483*) dan sangat dipengaruhi oleh populasi mikroba 17 HST dengan nilai korelasi (r = - 0,647**). HCB di Air 80 HST dipengaruhi oleh mikroba 17 HST mempunyai korelasi negatif artinya peningkatan populasi mikroba berhubungan dengan penurunan HCB di air. HCB di Air 90 HST dipengaruhi oleh mikroba 17 HST mempunyai korelasi negatif (r = -0,771*) artinya peningkatan populasi mikroba berhubungan dengan penurunan HCB di air. Hasil korelasi antar parameter disajikan dalam Lampiran 12. Tabel 15. Residu heksaklorobenzen dalam Air pada (1, 17, 35, 50, 80,90) HST Perlakuan Residu Heksaklorobenzen (ppm) dalam Air (HST) 1 17 35 50 80 90 Urea priil 0,079 a 0,069 a 0,068 a 0,051 a 0,042 a 0,038 a UAATK 0,085 a 0,054 ab 0,054 b 0,033 b 0,026 b 0,019 b UAATJ 0,074 a 0,051 ab 0,053 b 0,033 b 0,026 b 0,021 b UAATKM 0,074 a 0,043 b 0,044 bc 0,024 c 0,010 e 0,007 c UAATJM 0,065 a 0,045 b 0,046 bc 0,028 bc 0,013 de 0,011 c UBTK 0,079 a 0,052 ab 0,051 b 0,035 b 0,027 b 0,022 b UBTJ 0,054 a 0,039 b 0,038 c 0,030 bc 0,021 bc 0,019 b UBTKM 0,080 a 0,044 b 0,051 b 0,027 bc 0,015 cde 0,011 c UBTJM 0,073 a 0,039 b 0,040 c 0,025 c 0,018 cd 0,011 c Angka dalam lajur diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. Keterangan : Analisa Heksaklorobenzen dilakukan di Laboratorium Bahan Agrokimia di Bogor. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 Penurunan HCB dalam air disajikan dalam Gambar 15, penurunan tertinggi pada perlakuan UAATKM, hal ini diduga disebabkan oleh peran mikroorganisme Residu HCB di Air (ppm) dalam mendegradasi senyawa HCB di dalam air. 0.100 Urea priil 0.080 UAATK 0.060 UAATJ 0.040 UAATKM UAATJM 0.020 UBTK 0.000 1 17 35 50 80 Waktu Hari Setelah Tanam (HST) 90 UBTJ UBTKM Gambar 15. Penurunan Heksaklorobenzen di Air 2. Residu heksaklorobenzen dalam tanah Kandungan residu insektisida heksaklorobenzen dalam tanah pada 1 HST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, namun hasil tertinggi pada perlakuan UAATKM. Kandungan insektisida awal berkisar antara 0,139 ppm - 0,218 ppm. Analisa residu heksaklorobenzen dalam tanah pada umur 17, 35, 50, 80, 90 HST menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji duncan taraf 5%. Pada tanaman umur 17 HST kandungan residu tertinggi pada perlakuan UAATKM, namun seiring dengan bertambahnya umur tanaman residu insektisida heksaklorobenzen yang tinggal dalam tanah yang terendah adalah pada perlakuan UAATKM dan UAATJM. Kandungan residu insektisida heksaklorobenzen dalam tanah setelah panen menurun menjadi 0,017 ppm - 0,040 ppm. Hal ini disajikan dalam Tabel 16. Penurunan insektisida heksaklorobenzene dalam tanah di sajikan pada Gambar 16. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55 Tabel 16. Residu Heksaklorobenzen dalam Tanah pada (1, 17, 35, 50, 80,90) HST Residu Heksaklorobenzen (ppm) dalam Tanah (HST) Perlakuan 1 17 35 50 Urea priil 0,150 a 0,089 c 0,069 bc 0,058 cd 0,046 a 0,040 a UAATK 0,183 a 0,122 b 0,083 ab 0,069 ab 0,041 a 0,032 b UAATJ 0,139 a 0,061 d 0,044 d 0,036 e 0,024 b 0,018 cd UAATKM 0,213 a 0,175 a 0,092 a 0,056 cd 0,022 b 0,017 d UAATJM 0,176 a 0,104 bc 0,056 cd 0,032 e 0,023 b 0,017 d UBTK 0,218 a 0,124 b 0,091 a 0,075 a 0,045 a 0,038 a UBTJ 0,191 a 0,106 bc 0,080 ab 0,061 bc 0,047 a 0,037 a UBTKM 0,188 a 0,120 b 0,070 bc 0,048 d 0,027 b 0,019 cd UBTJM 0,212 a 0,115 bc 0,071 bc 0,047 d 0,025 b 0,022 c 80 90 Angka dalam lajur diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. Residu HCB di Air (ppm) Keterangan : Analisa Heksaklorobenzen dilakukan di Laboratorium Bahan Agrokimia di Bogor 0.090 0.080 0.070 0.060 0.050 0.040 0.030 0.020 0.010 0.000 Urea priil UAATK UAATJ UAATKM UAATJM UBTK UBTJ 1 17 35 50 80 Waktu (Hari Setelah Tanam) 90 UBTKM UBTJM Gambar 16. Penurunan Heksaklorobenzen (HCB) di Tanah 3. Residu endrin dalam air Kandungan endrin dalam air awal pengamatan sebesar meningkat menjadi 0,061 - 0,096 ppm. Pada saat pengamatan akhir/panen kandungan endrin dalam air menurun menjadi 0,010 - 0,039 ppm. Pada 1 HST kandungan residu endrin dalam air tertinggi pada perlakuan urea prill. Saat pertumbuhan tanaman 17 HST residu terendah pada perlakuan UBTK, saat umur 35 HST residu terendah pada perlakuan commit to user UAATJM, namun saat tanaman umur 50, 80, 90 HST populasi terendah pada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56 perlakuan UAATKM. Dari berbagai macam perlakuan dan berbagai waktu pengambilan sampel, semua menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji duncan taraf 5%. Dari hasil akhir, perlakuan urea berlapis arang aktif tempurung kelapa yang di perkaya mikroba (UAATKM) memiliki kandungan endrin yang paling rendah, diikuti urea berlapis arang aktif tongkol jagung yang di perkaya mikroba (UAATJM), urea berlapis biochar tempurung kelapa yang di perkaya mikroba (UBTKM), berlapis biochar tongkol jagung yang di perkaya mikroba (UBTJM) terlihat kandungan endrin dalam air paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Tabel 17). Tabel 17. Residu Endrin dalam Air pada (1, 17, 35, 50, 80,90) HST Perlakuan Residu Endrin (ppm) dalam Air (HST) 1 17 Urea priil 0,096 a 0,073 a 0,072 a 0,055 a 0,044 a 0,039 a UAATK 0,089 ab 0,070 ab 0,074 a 0,048 b 0,032 b 0,025 b UAATJ 0,081 ab 0,053 bc 0,060 b 0,032 c 0,028 bc 0,020 bc UAATKM 0,075 ab 0,047 c 0,046 c 0,025 cd 0,014 e 0,010 d UAATJM 0,082 ab 0,042 c 0,041 c 0,021 d 0,012 d UBTK 0,061 ab 0,035 c 0,041 c 0,029 cd 0,023 cd 0,019 bc UBTJ 0,071 ab 0,041 c 0,044 c 0,030 c 0,026 bc 0,024 B UBTKM 0,084 ab 0,040 c 0,039 c 0,025 cd 0,016 de 0,014 cd UBTJM 0,083 ab 0,041 c 0,041 c 0,032 c 0,016 cd 35 50 80 0,015 e 0,021 cde 90 Angka dalam lajur diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. Keterangan : Analisa Heksaklorobenzen dilakukan di Laboratorium Bahan Agrokimia di Bogor Penurunan endrin dalam air disajikan dalam (Gambar 17). Penurunan endrin dalam air pada 35, 80, 90 HST dipengaruhi oleh mikroba. Populasi mikroba semakin meningkat, maka akan mempercepat proses penurunan residu endrin dalam air. Bahkan populasi mikroba peningkatannya sangat nyata dengan nilai korelasi (r=0,515**). Hal ini disajikan dalam Lampiran 12. Penurunan endrin dalam air selain dipengaruhi oleh populasi mikroba, berhubungan juga dengan C (r=-0,503*), N (r=0,476*). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57 Residu Endrin di Air (ppm) 0.120 Urea priil 0.100 UAATK 0.080 UAATJ 0.060 UAATKM 0.040 UAATJM UBTK 0.020 UBTJ 0.000 1 17 35 50 80 UBTKM 90 Waktu (Hari Setelah Tanam) UBTJM Gambar 17. Penurunan Endrin di Air 4. Residu endrin dalam tanah Kandungan endrin dalam tanah dan pertumbuhan tanaman padi berbeda nyata pada uji duncan 5%, terhadap berbagai macam perlakuan pupuk urea lapis arang aktif saat 1, 17, 35, 50, 80, 90 HST (Tabel 18). Hasil analisa endrin dalam tanah 1 HST berkisar antara 0,118-0,266 ppm dan pada saat pengamatan akhir/panen (90 HST) kandungan endrin di tanah turun menjadi 0,015 - 0,056 ppm. Tabel 18. Hasil Analisa Residu Insektisida Endrin di Tanah, Tahun 2013. Perlakuan Residu Endrin (ppm) dalam Tanah (HST) 1 17 35 50 80 90 Urea priil 0,118 c 0,088 e 0,068 bc 0,054 cd 0,044 cb 0,040 b UAATK 0,266 a 0,184 a 0,129 a 0,109 a 0,071 a 0,056 a UAATJ 0,180 bc 0,116 cde 0,084 b 0,079 b 0,053 b 0,039 b UAATKM 0,198 abc 0,158 ab 0,079 b 0,046 d 0,020 f 0,018 e UAATJM 0,186 bc 0,132 bcd 0,072 bc 0,047 d 0,026 ef 0,023 de UBTK 0,188 bc 0,107 cde 0,079 b 0,059 c 0,043 cd 0,035 bc UBTJ 0,189 bc 0,103 de 0,077 bc 0,062 c 0,046 cb 0,035 bc UBTKM 0,182 bc 0,095 e 0,058 c 0,035 e 0,020 f 0,015 e UBTJM 0,214 abc 0,141 bcd 0,089 b 0,062 c 0,034 de 0,028 cd Angka dalam lajur diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. Keterangan : Analisa Heksaklorobenzen dilakukan di Laboratorium Bahan Agrokimia di Bogor. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 58 Hasil penelitian penurunan residu endrin dalam tanah berhubungan/berkorelasi negatif dengan DO (r = -0,438*), oksigen (r = -0,454*), C-organik (r = -0,466*), pH 17 HST (r=-0,383*), dan mikroorganisme (r=-0,396*). Ini disajikan dalam Lampiran12. Artinya penurunan residu endrin dalam tanah berhubungan erat/dipengaruhi oleh peningkatan DO, oksigen, C-organik, pH tanah dan mikroorganisme. Tanpa adanya oksigen terlarut (DO), banyak mikroorganisme dalam air yang tidak dapat hidup, karena DO digunakan mikroba untuk melakukan proses degradasi senyawa organik dalam air. Menururut Cornejo & Celis (2008), perilaku senyawa POPs dalam tanah dipengaruhi oleh komponen esensial tanah antara lain % C organik, % liat, pH tanah, KTK, dan kadar air tanah. Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik, hal ini dibuktikan dengan parameter DO, hasil tertinggi pada perlakuan UAATKM. Hal ini disajikan dalam Lampiran 4. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air yang tidak dapat hidup, karena DO digunakan mikroba untuk melakukan proses degradasi senyawa organik. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfer melalui proses fotosintesa tanaman. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperatur dan tekanan atmosfer. Nilai C/N ratio berguna sebagai penanda kemudahan perombakan bahan organik dan kegiatan jasad renik tanah ( Tejoyuwono, 2000 ). Apabila nisbah C/N terlalu lebar, ketersediaan C sebagai sumber energi berlebihan menurut bandingannya dengan ketersedian N bagi pembentukan protein mikrobia sehingga kegiatan jasad renik akan terhambat. Nisbah C/N lebar menyebabkan penyematan N mineral tanah dalam jaringan mikrobia sehingga menjadi tak tersediakan bagi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 59 tanaman. Penambahan arang aktif yang mempunyai nilai nisbah tinggi ke dalam tanah diharapkan dapat meningkatkan nisbah C/N dalam tanah yang relatif rendah. Ikatan arang aktif dengan partikel tanah akan efektif meningkatkan sifat fisik tanah melalui penurunan kekerasan tanah, peningkatan kemampuan tanah mengikat air, dan memperbaiki agregat tanah. Selain itu, arang aktif juga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam tanah (Ogawa, 1994). Pada kondisi pH tanah netral, diharapkan proses degradasi residu insektisida dan aktivitas mikroba akan semakin meningkat. pH tanah, secara umum, unsur-unsur hara mudah diserap tanaman jika pH tanah bernilai netral atau sekitar netral, karena pada nilai tersebut, unsur hara mudah terlarut dalam air. Rendahnya nilai pH sering menjadi penghambat pertumbuhan tanaman. pH sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, selain itu penting juga bagi pertumbuhan mikroorganisme tanah (Hardjowigeno, 2003). Bakteri pengikat nitrogen dari udara dan bakteri nitrifikasi tidak dapat hidup pada tanah dengan pH dibawah 5,5. Mikroorganisme mempunyai peranan penting bagi degradasi residu pestisida, sebab mikroorganisme mampu merombak bahan organik, dan memanfaatkan bahan organik tersebut sebagai sumber makanannya. Penurunan endrin dalam tanah disajikan dalam Gambar 18. Residu Endrin di Tanah (ppm) 0.300 Urea priil 0.250 UAATK 0.200 UAATJ UAATKM 0.150 UAATJM 0.100 UBTK 0.050 UBTJ UBTKM 0.000 1 17 35 50 80 90 Waktu (Hari Setelah Tanam) Gambar 18. Penurunan Endrin di Tanah commit to user UBTJM perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 60 5. Residu heksaklorobenzen dan endrin di beras Penyerapan nutrisi atau elemen yang lainnya misalnya residu pestisida yang ada dalam tanah, dilakukan oleh akar tanaman dan dipengaruhi oleh faktor di dalam lingkungan akar dan faktor di luar akar. Faktor dilingkungan akar misalnya jenis media tanam, kualitas air, pH dan EC larutan nutrisi. Sedangakan faktor luar misalnnya temperatur, angin, kelembaban, dan cahaya. Elemen-elemen diserap oleh akar dalam bentuk ion-ion, yaitu anion yang bermuatan negatif dan kation yang bermuatan positif. Adanya perbedaan muatan antara ion-ion di dalam larutan hara dengan ion-ion dalam akar, menyebabkan terjadinya proses tukar-menukar ion. Pestisida yang diaplikasikan di tanah, dapat terakumulasi dalam beras, residu heksaklorobenzen di beras yang terendah adalah perlakuan urea arang aktif tempurung kelapa yang diperkaya mikroba (UAATKM) yaitu sebesar 0,016 ppm dan residu endrin pada perlakuan UAATK, UAATKM, UAATJM menunjukkan hasil yang sama yaitu sebesar 0,018 ppm, ini disajikan dalam (Tabel 19 dan Gambar 19). Penurunan residu heksaklorobenzen dalam beras dipengaruhi oleh mikraba17 HST (r=-0,466*) dan C (r=-0,438). Pada mikroba 17 HST, peningkatan populasi mikroba berhubungan erat dengan penurunan residu HCB dalam beras. Penurunan endrin dalam beras berbunungan erat dengan mikroba 17 HST (r=-0,460*). Tabel 19. Hasil Analisa Residu Insektisida Heksaklorobenzen dan Endrin pada Beras. Perlakuan Residu Insektisida Pada Beras (ppm) Heksaklorobenzen Endrin Urea priil 0,029 a 0,028 a UAATK 0,020 bc 0,018 b UAATJ 0,021 bc 0,022 ab UAATKM 0,016 c 0,018 b UAATJM 0,018 bc 0,018 b UBTK 0,023 ab 0,023 ab UBTJ 0,024 ab 0,025 ab UBTKM 0,018 bc 0,021 ab UBTJM 0,025 ab 0,022 ab Angka dalam lajur diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 61 Residu Beras ppm 0.035 0.030 0.025 0.020 0.015 0.010 0.005 0.000 Hexaclorobenzen Endrin Perlakuan Gambar 19. Residu Heksaklorobenzen dan Endrin Pada Beras Tahun 2013 6. Penurunan heksaklorobenzen Penurunan residu heksaklorobenzen pada berbagai perlakuan, penurunan tertinggi pada perlakuan urea berlapis arang aktif yang diperkaya mikroba (UAATKM) sebesar 33,1%, urea berlapis biochar tempurung kelapa yang diperkaya mikroba (UBTKM) 29,2%, urea berlapis arang aktif tongkol jagung yang diperkaya mikroba (UAATJM) 28,2%, urea berlapis biochar tongkol jagung yang diperkaya mikroba (UBTJM) 26,9%, hal ini menunjukkan bahwa urea berlapis arang aktig tempurung kelapa yang diperkaya mikroba lebih efektif menurunkan residu heksaklorobenzen dibandingkan dengan yang lainnya (Tabel 20). Tabel 20. Penurunan Residu Heksaklorobenzen pada Berbagai Perlakuan. Perlakuan Awal Tanah Akhir Air Tanah Air Indek Beras Penurunan Penurunan (ppm) (%) Urea priil 0,150 0,079 0,040 0,038 0,029 53,0 0,0 UAATK 0,183 0,085 0,032 0,019 0,020 73,5 20,5 UAATJ 0,139 0,074 0,018 0,021 0,021 71,9 19,0 UAATKM 0,213 0,074 0,017 0,007 0,016 86,1 33,1 UAATJM 0,176 0,065 0,017 0,011 0,018 81,2 28,2 UBTK 0,218 0,079 0,038 0,022 0,023 71,8 18,8 UBTJ 0,191 0,054 0,037 0,019 0,024 67,6 14,6 UBTKM 0,188 0,080 0,019 0,011 0,018 82,2 29,2 UBTJM 0,212 0,073 0,022 0,011 0,025 79,9 26,9 Indek penurunan: (Residu Awal - Residu)/Residu Awal*100 Penurunan : Indek penurunan perlakuancommit - Indeksto penuruna user urea prill perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 62 7. Penurunan residu endrin Penurunan residu endrin pada berbagai perlakuan, penurunan tertinggi pada perlakuan urea berlapis arang aktif yang diperkaya mikroba (UAATKM) sebesar 33,6%, diikuti urea berlapis biochar tempurung kelapa yang diperkaya mikroba (UBTKM) 31,6%, urea arang aktif tongkol jagung yang diperkaya mikroba (UAATJM) 30,5%, urea berlapis biochar tongkol jagung yang diperkaya mikroba (UBTJM) 28,0%. Hal ini menunjukkan bahwa urea berlapis arang aktif tempurung kelapa yang diperkaya mikroba lebih efektif menurunkan residu endrin dibandingkan dengan yang lainnya. Tabel 21. Penurunan Residu Endrin pada Berbagai Perlakuan Awal Perlakuan Tanah Akhir Air Tanah Air Indek Beras Penurunan Penurunan (ppm) (%) Urea priil 0,118 0,096 0,040 0,039 0,028 49,6 0,0 UAATK 0,266 0,089 0,056 0,025 0,018 72,0 22,4 UAATJ 0,180 0,081 0,039 0,020 0,022 68,7 19,1 UAATKM 0,198 0,075 0,018 0,010 0,018 83,3 33,6 UAATJM 0,186 0,082 0,023 0,012 0,018 80,1 30,5 UBTK 0,188 0,061 0,035 0,019 0,023 69,3 19,6 UBTJ 0,189 0,071 0,035 0,024 0,025 67,9 18,3 UBTKM 0,182 0,084 0,015 0,014 0,021 81,2 31,6 UBTJM 0,214 0,083 0,028 0,016 0,022 77,6 28,0 Indek penurunan: (Residu Awal - Residu)/Residu Awal*100 Penurunan : Indek penurunan perlakuan - Indeks penuruna urea prill F. Pengamatan Agronomi Pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh sifat genetik dan kemampuan tanaman dalam beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat hidupnya. Kondisi lingkungan tempat penelitian telah memenuhi syarat yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dengan baik. Hasil pengamatan tinggi tanaman selama masa pertumbuhan padi pada berbagai perlakuan pupuk urea yang berlapis biochar, arang aktif maupun yang diperkaya dengan mikroba disajikan pada (Gambar commit to user 20). Pertumbuhan tanaman padi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 63 diamati setiap dua minggu sekali. Tinggi tanaman padi varietas Ciherang dari waktu ke waktu terus bertambah sampai dengan 70 HST, pada perlakuan UAATK terlihat tinggi tanaman paling rendah pertumbuhannya dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Cm Tinggi Tanaman 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Urea priil UAATK UAATJ UAATKM UAATJM UBTK UBTJ 14 28 42 56 70 UBTKM UBTJM Hari Setelah Tanam (HST) Gambar 20. Tinggi Tanaman pada Berbagai Perlakuan Jumlah anakan tanaman padi terus bertambah seiring dengan umur padi dan tertinggi pada umur 42 HST dimana padi mengalami masa vegetatif maksimum/waktu yang tepat untuk pembentukan anakan maksimum. Pada perlakuan urea berlapis arang aktif tongkol jagung yang diperkaya dengan mikroba umur 42 HST terlihat paling tinggi jumlah anakannya diikuti oleh perlakuan urea berlapis biochar baik dari tempurung kelapa maupun tongkol jagung yang diperkaya dengan mikroba (Gambar 21). Arang aktif maupun biochar merupakan amelioran yang berguna untuk meningkatkan sifat fisik tanah dengan mempengaruhi pH tanah hingga mendekati netral. Pada tanah berlempung, arang aktif maupun biochar dapat membantu menurunkan kekerasan tanah dan kemampuan pengikatan air menjadi lebih tinggi. Hal ini akan dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Penggunaan arang aktif dan biochar di lahan sawah dapat meningkatkan jumlah bakteri. Adanya pengkayaan mikroba konsorsia juga ikut memperbanyak jumlah mikroba yang berperan di dalam tanah dan secara tidak langsung berpengaruh tehadap pertumbuhan tanaman. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 64 Jumlah Anakan 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Urea priil UAATK UAATJ UAATKM UAATJM UBTK 14 28 42 56 70 UBTJ UBTKM Hari Setelah Tanam (HST) Gambar 21. Jumlah Anakan pada Berbagai Perlakuan Pada Tabel 22, menunjukkan bahwa hasil dan komponen hasil (KA, Biomas, Berat 1000 butir) pada beberapa perlakuan pupuk urea berlapis berbeda nyata menurut uji kisaran berganda duncan pada taraf 5%. Perlakuan pupuk urea berlapis biochar memberikan hasil kering panen tertinggi daripada urea pril yaitu 1958, 7 g/m2 dengan kadar air 22%, dan diikuti oleh UAATJM sebesar 1916,7g/m2 dan UAATKM sebesar 1792,0g/m2. Biomas tertinggi pada perlakuan UBTKM sebesar 1113,3g/m2 dan UAATKM. 986,7g/m2. Tabel 22. Komponen Hasil Tanaman Padi Saat Panen Perlakuan KA GKP Biomass (%) Berat 1000 ---------------gram----------- Urea priil 22,0 a 1241,7 bc 595,0 c 29,64 ab UAATK 20,7 b 1083,7 c 579,6 c 29,05 ab UAATJ 21,7 a 1421,0 ab 715,0 bc 29,83 ab UAATKM 22,0 a 1792,0 a 986,7 ab 29,35 ab UAATJM 22,0 a 1916,7 a 976,7 ab 30,56 a UBTK 21,3 ab 1242,0 bc 706,7 bc 29,28 ab UBTJ 20,7 b 1592,0 ab 872,1 b 29,65 ab UBTKM 21,7 a 1625,0 ab 989,6 ab 28,33 b UBTJM 22,0 a 1958,7 a 30,36 a CV GKP = Gabah Kering Panen KA = Kadar Air Panen 2,440 20,27 commit to user 1113,3 a 24,540 4,190 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 65 Berat 1000 butir tertinggi pada perlakuan UAATJM sebesar 30,56g/m2 dan UBTKM sebesar 30,36g/m2, Ini menunjukkan bahwa perlakuan urea berlapis biochar dan arang aktif yang diperkaya mikroba memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa mikroba. Mikroba berperan aktif dalam merombak bahan-bahan organik dalam tanah, sehingga ketersediaan hara bagi tanaman lebih tercukupi. Berat 1000 butir pada masing-masing perlakuan disajikan dalam Gambar 22. gram Berat 1000 butir 31.0 30.5 30.0 29.5 29.0 28.5 28.0 27.5 27.0 Perlakuan Gambar 22. Berat 1000 butir commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian, analisa statistik, dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penelitian ini dapat dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pelapisan urea dengan biochar dan arang aktif mampu menurunkan residu heksaklorobenzen dan endrin sebesar 22,4% dibandingkan dengan urea prill. 2. Jenis biochar dan arang aktif tempurung kelapa mampu mempengaruhi efektivitas urea dalam menurunkan residu heksaklorobenzen dan endrin . 3. Pengkayaan dengan mikroba indegenus mampu meningkatkan efektivitas urea coating biochar dan urea coating arang aktif tempurung kelapa terhadap penurunan heksaklorobenzen 33,1% dan penurunan endrin sebesar 33,6%. Ada hubungan antara penurunan heksaklorobenzen dan endrin terhadap populasi mikroba (p=0,001), pH tanah (p=0,05), kandungan C (p=0,05), dan oksigen terlarut (p=0,05). Saran: 1. Mengingat bahaya dan dampaknya, maka residu insektisida perlu diwaspadai secara serius dan berkala baik keberadaan dan statusnya karena residu insektisida sudah menyebar di berbagai komponen lingkungan (tanah, air, tanaman dan produk pertanian serta darah petani), 2. Harus mulai dipikirkan bagaimana cara penanggulangan/remediasi pada berbagai komponen lingkungan tersebut, antara lain penggunaan amelioran seperti arang aktif yang diperkaya bakteri pendegradasi residu insektisida atau diintensifkan penggunan insektisida alternatif seperti biopestisida. commit to user 66 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB VI. DAFTAR PUSTAKA Ardiwinata, A.N. 2007. Persistence Organic Pollutants (POPs) di Lingkungan Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. 9p. ________, S. Wahyuni, Indratin, A. Kurnia, A.Ichwan, E.Sulaeman, dan Poniman. 2008. Identifikasi & Delineasi Pencemaran Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Barat. Laporan Akhir. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. BBSDLP. Bogor. Bachtiar, E. 2006. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. BPS, 2012. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik Indonesia. Jakarta. Cornejo, J., & R. Celis. 2008. Remediation of contaminanted soils and water with organic chemicals by means of natural, anionic and organic clays. p. 355-368 in Mehmethi, E., & B. Koumanova (eds.). The Fate of Persistent Organic Pollutants in The Environment. Springer, Netherlands. Dewi T., Indratin, I. M. Sudiana. 2013. Laporan Hasil Analisa Pendahuluan. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. Pati. Eviati, Sulaeman. 2009. Petunjuk Teknis, Analisa Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Balai Besar litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Ogawa, M. 1994. Symbiosis of people and nature in the tropics: Tropical agriculture using charcoal. Farming Japan. 28(5) : 21-30. PAN (Pesticide Action Network). 1994. Ingatlah bahaya pestisida bunga rampai residu pestisida da alternatifnya. Penyunting Riza V.T. dan Gayatri. PAN Indonesia. Pari G., Mahfudin, Jajuli, 2012. Teknologi pembuatan arang, briket arang dan arang aktif serta pemanfaatannya. Gelar Teknologi Tepat Guna di Semarang. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. PPI Deptan, 2006. Pestisida Terdaftar (Pertanian dan Kehutanan). Pusat Perijinan dan Investasi. Departemen Pertanian. PPI Deptan, 2008. Pestisida Pertanian dan Kehutanan. Pusat Perijinan dan Investasi. Departemen Pertanian. PPI Deptan, 2010. Pestisida Pertanian dan Kehutanan, Pusat Perijinan dan Investasi. Departemen Pertanian. PPI Deptan, 2011. Pestisida Pertanian dan Kehutanan. Pusat Perijinan dan Investasi. Departemen Pertanian. PPI Deptan, 2013. Pestisida Pertanian dan Kehutanan. Pusat Perijinan dan Investasi. Departemen Pertanian. PUSRI (Pupuk Sriwijaya), 2013. Laporan Produksi Pupuk Sriwijaya. Palembang. PUSARPEDAL (Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan), 2013. Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas. Kementerian Lingkungan Hidup. commit to user 67 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 68 Prihatin, S.D., S.S. Hariadi, dan Mudiyono. 2012. Ancaman Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume II, No 2. ISSN.2087-8748. Harrad, S. 2010. Persistent Organic Pollutans. A.John Wiley and Sons, Ltd., Publikation, West Sussex, UK. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. Harsanti, E.S., A.N. Ardiwinata, S. Wahyuni, Indratin, A. Ichwan, E,.Sulaeman, dan A. Hidayah, 2010. Pengembangan Teknologi Pelapisan Urea dengan Arang Aktif yang Diperkaya Mikroba Pendegradasi POPs yang Mampu Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Lebih 50% dan Menurunkan Residu Insektisida di Bawah Ambang Aman pada Pertanaman Sayuran. Laporan Akhir Penelitian Ristek. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. BBSDLP. Bogor. ________, S.Y. Jatmiko, R. Artanti, A. Kurnia, S. Wahyuni, Mulyadi, A. Hidayah, A.N. Ardiwinata, dan R. Hindersah, 2010. Teknologi bioremediasi untuk mendegradasi residu insektisida POPs melalui pemanfaatan bakteri dan jamur Laporan Akhir Penelitian APBN 2011. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. BBSDLP. Bogor. ________, Indratin, S. Wahyuni, E. Sulaeman, A.N. Ardiwinata. 2013. Efektivitas Arang Aktif Diperkaya Mikroba Konsorsia Terhadap Residu Insektisida Lindan dan Aldrin di Lahan Sayuran (Harsanti, Iin, Yuni, Eman, Ardiwinata. Jurnal Ecolab. Vol 7 Nomor 1: 27-36. Husen, Edi. 2012. Pengambilan Contoh Tanah Untuk Analisis Mikroba. Dalam Rasti S., Edi H., Simanungkalit. Metode Analisis Biolagi Tanah. Bogor. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan. Pertanian. hlm. 5-11. ISRIC, 1993. Procedures for Soil Analysis.In van Reeuwijk. L.P.(Ed) Technical Paper. International Soil Reference and Information Centre. Wageningen, The Netherland, 4th ed.p.100. Indratin dan S. Wahyuni. 2012. Teknologi Pelapisan Pupuk Urea Dengan Arang Aktif Yang Diperkaya Dengan Mikroba Untuk Menurunkan Residu Heptaklor dan DDT. Jurnal Lingkungan Tropis. Volume 6 Nomor 2: Kementan (Kementerian Pertanian), 2006. Metode Analisa Multiresidu Pestisida. Jakarta. Komisi Pestisida, 1997. Metode Pengujian Residu Pengujian Residu Pestisida dalam Hasil Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. p 240-245. Kusnadi, Peristiwati, Syulasmi, Purwaningsih, Rochintaniawati, 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA-IMSTEP Manuaba, 2009. Cemaran Pestisida Karbamat Dalam Air Danau Buyan Buleleng Bali. Jurnal Kimia 3 (1). Januari 2009 : 47-54 Mols M, Pier I, Zwietering MH, Abee Tj, 2009. The impact of oxygen availability on stress survival and radical formation of Bacillus cereus . International Journal of Food Microbiology 135 (3): 303-311 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 69 Munarso, S.J. Miskiyah, dan W. Broto. 2009. Studi Kandungan Residu Pestisida pada Kubis, Tomat dan Wortel di Malang dan Cianjur. Buletin Teknologi Pasca Panen Pertanian 5 (1) : 27-32 Notodarmojo, S., 2005. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Institut Teknologi Bandung. Nurmanaf, A.R. 2006. Struktur kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga di pedesaan. Kajian Ekonomi, vol. 5 No. 2, 2006: 166-186 Mustaqim dan Ma’aruf. 1990. Peranan Analisis Dampak Lingkungan Dalam Penggunaan Pestisida Dalam Perlindungan Tanaman Menuju Terwujudnya Pertanian Tangguh Dan Kelestarian Lingkungan. PT. Agricon Bogor. Ramadhani, N.W., dan K, Oginawati. 2009. Residu Insektisida Organoklorin di Persawahan Sub Das Citarum Hulu. Program Studi Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. ITB. Bandung. Santoso E., S. Widati, 2012. Estimasi C-Mikroba. Dalam Rasti S., Edi H., Simanungkalit. Metode Analisis Biolagi Tanah. Bogor. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Hal 151-164 SAS Institute. 2004. SAS Institute. Inc., Cary, North Carolina. USA. Short, K. 1994. Quick Poison, Slow Poison Pesticide Risk in the Lucky Country. Envirobook, Sydney. SNI (Standar Nasional Indonesia) 06-3730-1995. Arang Aktif Teknis. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta. SNI (Standar Nasional Indonesia) 06-6990.1-2004. Metode Pengujian Residu Organoklorin. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. SNI (Standar Nasional Indonesia) 7313, 2008. Batas maksimum residu Pestisida Pada Hasil Pertanian. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Suryana, A. 2008. Menelisik Ketahanan Pangan, Kebijakan Pangan, dan Swasembada Beras. Pengembangan Inovasi Pertanian: Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional (Vol. I No. 1). Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen pertanian. Wade, H.F., A.C. York, A.E. Morey, J.M. Padmore, and K.M. Rudo. 1998. The impact of pesticide use on groundwater in North Carolina. J. Environ. Qual. 27: 10181026. Wahyuni, S., E.S. Harsanti, S.Y. Jatmiko, Poniman, Indratin, E. Sulaeman, A. Kurnia. 2011. Teknologi Pengkayaan Arang Aktif dengan Mikroba Pendegradasi Senyawa POPs. Laporan Akhir. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. Pati. _________. E.S. Harsanti, S.Y. Jatmiko, Poniman, Indratin, E. Sulaeman, 2012. Teknologi Arang Aktif Yang Diperkaya dengan Mikroba Pendegradasi Senyawa POPs di Lahan Padi dan Sayuran. Laporan Akhir. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. Pati. _________. A.N. Ardiwinata, I.M. Sudiana. 2013. Isolasi Bakteri Pendegradasi Senyawa Persisten Organic Poluttans Asal Tanah Inseptisol Karawang. pp:4654.Prosiding Semnas X Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya. Vol 10 commit to user No.3. Program Studi Pendidikan Biolagi. UNS. Surakarta. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 70 Winarno, F.G. 1987. Pengaruh Pestisida Terhadap kesehatan Manusia. Simposium Nasional Pengelolaan Pestisida di Indonesia. Yogyakarta. 8-10 Januari. 20 hal. Yuantari, M.G. Catur. 2009. Studi Ekonomi Lingkungan Penggunaan Pestisida dan Dampaknya pada Kesehatan Petani di Area Pertanian Hortikultura Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah. UNDIP. Semarang. http://arumaarifu.wordpress.com/tag/fisika-tanah/ diakses 20 Desember 2013 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 71 LAMPIRAN commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 72 Lampiran 1. Kriteria Penilaian Hasil Analisa Tanah Nilai Parameter Tanah Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi C (%) <1 1-2 2-3 3-5 >5 N (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75 C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25 P2O5 HCl 25% (mg/100g) <15 15-20 21-40 41-60 >60 P2O5 Bray (ppm P) <4 5-7 8-10 11-15 >15 P2O5 Olsen (ppm P) <5 5-10 11-15 16-20 >20 K2O HCl 25% (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60 KTK (me/100 g tanah) <5 5-16 17-24 25-40 >40 pH H2O Agak Sangat masam Masam Agak Masam Netral 5,5-6,5 6,6-7,5 Alkalis Alkalis 4,5<4,5 5,5 Sumber: Eviati dan Sulaeman, 2009. commit to user 7,6-8,5 >8,5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 73 Lampiran 2. Standar Kualitas Karbon Aktif menurut SNI 06-3730-1995 Syarat Kualitas Uraian Butiran Serbuk Kadar air (%) Maks, 4,5 Maks, 15 Kadar zat terbang (%) Maks, 15 Maks, 25 Kadar abu (%) Maks, 2,5 Maks, 10 0 0 Daya serap I2 (mg/g) Min, 750 Min, 750 Daya serap C6H6 (mg/g) Min, 25 - Daya serap metilen biru (mg/g) Min, 60 Min, 120 0,45-0,55 0,3-0,35 - Min, 90 Jarak mesh (%) 90 - Kekerasan (%) 80 - Bagian tidak mengarang (%) Bobot jenis curah (g/mL) Lolos mesh Keterangan: - = tidak tersedia data commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 74 Lampiran 3. Detektor Detektor berfungsi untuk mendeteksi dan memberikan sinyal listrik jika komposisi gas yang keluar dari kolom berubah. Jenis detektor yang digunakan tergantung pada penerapannya, khususnya kepekaan mendeteksi senyawa yang dianalisis. Jenis detektor yang paling umum: 1. TCD (Thermal Conductivity Detector) 2. FID (Flame Ionization Detector) 3. ECD (Electron Captured Detector) 4. FPD (Flame Photometric Detector) 5. NPD (Nitrogen Phosphorus Detector) 6. ELCD (Electrolytic Conductivity Detector) 7. PID (Photoionization Detector) 8. MSD (Mass Selective Detector) 9. IRD (Infrared Detector) 10. AED (Atomic Emission Detector) 1. TCD Bekerja berdasarkan penyerapan panas oleh gas sehingga dapat mendinginkan filamen panas pada detektor. Jika komposisi gas berubah karena senyawa terpisahkan yang dibawanya, maka kemampuan penyerapan panas oleh gas dari filamen juga berubah. Perubahan suhu filamen inilah yang diukur melalui pengukuran tahanan filamen. Sifatnya universal dan non-destruktif. 2. FID Detektor yang paling banyak digunakan, sifatnya hampir universal. Memberikan respon pada semua senyawa kecuali beberapa gas yang termasuk ke dalam gas permanen seperti N2, oksida nitrogen, H2S, SO2, CO, CO2. Sifatnya sangat peka tetapi destruktif. Bekerja karena terjadinya ionisasi senyawa yang dianalisis dalam api. Beberapa keuntungan FID, yaitu: (1) memberikan respon pada hampir semua senyawa organik, dengan kepekaan relatif sama, (2) tidak memberikan respon pada kotoran gas, (3) pengaruh perubahan aliran, tekanan, dan suhu terhadap detektor sangat rendah, (4) baseline pada rekorder stabil dan (5) mudah disetel. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 75 3. ECD ECD dilengkapi dengan sumber radioaktif H3, Ni63 atau Kr85 yang menghasilkan elektron jika menembak nitrogen dari carrier gas. Elektron akan ditangkap oleh molekul dalam detektor membentuk ion-ion negatif atau atom bermuatan yang stabil. Hanya molekul yang mempunyai elektronegatifitas yang tinggi yang dapat menangkap elektron. Detektor ini bersifat selektif, yaitu peka terhadap gugusan berhalogen (I, Br, Cl, dan F), nitrat, karbonil konyugasi. Detektor ini sesuai untuk analisis pestisida berhalogen. Detektor ini tidak peka terhadap senyawa yang afinitasnya terhadap elektron rendah, misalnya hidrokarbon, amina, dan keton. Bagan detektor ECD disajikan pada gambar dibawah ini: Bagan detektor ECD commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 76 Lampiran 4. pH Tanah, DO, dan O2 pada Berbagai Perlakuan dan Pertumbuhan Tanaman Padi. Perlakuan Rata-Rata pH Tanah (HST) Urea priil UAATK UAATJ UAATKM UAATJM UBTK UBTJ UBTKM UBTJM 1 17 35 50 80 90 6.9 6.6 6.8 6.8 7.0 6.8 7.0 6.8 6.9 6.8 6.8 6.9 6.9 7.0 6.9 6.7 7.1 7.1 6.5 6.4 6.3 6.3 6.5 6.6 6.4 6.4 6.5 6.8 6.7 6.7 6.8 6.6 6.6 6.7 6.7 6.7 6.1 6.1 6.0 6.2 6.2 6.1 6.3 6.4 6.2 6.4 6.5 6.9 7.0 6.5 6.7 6.8 6.5 6.6 pH Tanah Urea priil UAATK 7.4 7.2 7.0 6.8 6.6 6.4 6.2 6.0 5.8 5.6 5.4 UAATJ UAATKM UAATJM UBTK 1 17 35 50 80 Hari Setelah Tanam (HST) commit to user 90 UBTJ UBTKM perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 77 Lanjutan Lampiran 4. DO dan O2 pada Berbagai Perlakuan dan Pertumbuhan Tanaman Perlakuan Urea priil UAATK UAATJ UAATKM UAATJM UBTK UBTJ UBTKM UBTJM DO 50 0.80 0.74 0.87 0.84 0.71 0.79 0.81 0.85 0.78 O2 80 2.85 2.51 2.91 2.94 2.92 2.85 2.72 2.85 2.63 90 2.19 2.43 2.23 2.17 2.29 2.26 2.27 2.06 2.08 50 10.10 9.20 10.93 11.00 8.80 10.07 10.37 11.07 9.63 80 36.20 32.00 37.07 37.73 37.60 34.83 34.80 36.50 33.20 90 29.13 29.33 30.47 29.23 30.93 30.40 30.13 27.67 28.17 DO 3.50 3.00 Urea priil 2.50 UAATK 2.00 UAATJ 1.50 UAATKM 1.00 UAATJM 0.50 UATK 0.00 50 80 90 Hari Setelah Tanam (HST) UATJ UATKM O2 40 Urea priil 35 UAATK 30 UAATJ 25 UAATKM 20 UAATJM 15 UBTK 10 UBTJ 5 UBTKM 0 50 80 90 commit to user UBTJM perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 78 Lampiran 5. Segitiga Tekstur USDA Sumber: http://arumaarifu.wordpress.com/tag/fisika-tanah/ diakses 20 Desember 2013 Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat2 tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain2. segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas2 testur tanah. ada 12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase ketiga fraksi tanah tersebut. misalkan hasil analisis lab menyatakan bahwa persentase pasir (X) 32%, liat (Y) 42% dan debu (Z) 26%, berdasarkan diagram segitiga tekstur maka tanah tersebut masuk kedalam golongan tanah bertekstur Liat (clay) (klik gambar untuk memperbesar). seandainya hasil analisis lab menunjukkan persentase pasir 35%, liat 21% dan debu 44%, apa jenis tekstur tanahnya? (jawaban ada di bawah) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 79 Lampiran 6. Identifikasi Filogenetik Berdasarkan Analisa Sequensing 16S rDNA Menggunakan BLAST No Isolat Identifikasi filogenetik terdekat % Identifikasi Identifikasi 1 ST1 Achromobacter sp, CEMM 05-01- 99 sp 040 (GU244494) 2 S2En Catenococcus thiocycli, PLB053 99 S3Chl Heliothrix oregonensis, A1059 96 S4Hex Heliothrix oregonensis (KC236721) 5 Catenococcus thiocycli (KC702709) 3 Achoromobacter Bacillus subtillis, SGD-1013 (KF265357) commit to user 99 Bacillus subtillis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 80 Lampiran 7. Deret Standart Hesaklorobenzen dan Endrin Deret Standar Heksaklorobenzen Deret Standar Endrin commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 81 Lampiran 8. Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Air pada Hari ke-1. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00022933 0.00056089 0.00071444 0.00150467 Kuadrat Tengah 0.00002867 0.00028044 0.00004465 F-hitung 0.64 6.28 Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Air pada Hari ke-17. Sumber db Jumlah Kuadrat F-hitung Keragaman Kuadrat Tengah Perlakuan 8 0.00023741 0.00002968 2.64 Kelompok 2 0.00024985 0.00012493 11.10 Galat 16 0.00018015 0.00001126 Total 26 0.00066741 *Nyata pada P < 0.05 Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Air pada Hari ke-35. Sumber db Jumlah Kuadrat F-hitung Keragaman Kuadrat Tengah Perlakuan 8 0.00186385 0.00023298 8.07 Kelompok 2 0.00000096 0.00000048 0.02 Galat 16 0.00046170 0.00002886 Total 26 0.00232652 *Nyata pada P < 0.05 Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Air pada Hari ke-50. Sumber db Jumlah Kuadrat F-hitung Keragaman Kuadrat Tengah Perlakuan 8 0.00158319 0.00019790 10.78 Kelompok 2 0.00002163 0.00001081 0.59 Galat 16 0.00029370 0.00001836 Total 26 0.00189852 *Nyata pada P < 0.05 commit to user Pr > F 0.7324 0.0097 Pr > F 0.0471 0.0009 Pr > F 0.0002 0.9835 Pr > F <.0001 0.5664 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 82 Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Air pada Hari ke-80. Sumber Keragaman Perlakuan db 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00218200 Kuadrat Tengah 0.00027275 0.00000200 0.00018267 0.00236667 0.00000100 0.00001142 F-hitung 23.89 <.0001 0.09 0.9166 Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Air pada Hari ke-90. Sumber db Jumlah Kuadrat F-hitung Keragaman Kuadrat Tengah Perlakuan 8 0.00214230 0.00026779 28.37 Kelompok 2 0.00004230 0.00002115 2.24 0.00000944 Galat 16 0.00015104 Total 26 0.00233563 *Nyata pada P < 0.05 commit to user Pr > F Pr > F <.0001 0.1387 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 83 Lampiran 9. Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Tanah pada Hari ke-1. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.01830741 0.00288830 0.03137104 0.05256674 Kuadrat Tengah 0.00228843 0.00144415 0.00196069 F-hitung 1.17 0.74 Pr > F 0.3753 0.4943 Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Tanah pada Hari ke-17. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.02248267 0.00064867 0.00404133 0.02717267 Kuadrat Tengah 0.00281033 0.00032433 0.00025258 F-hitung 11.13 1.28 Pr > F <.0001 0.3040 Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Tanah pada Hari ke-35. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00604519 0.00024385 0.00122281 0.00751185 Kuadrat Tengah 0.00075565 0.00012193 0.00007643 F-hitung 9.89 1.60 Pr > F <.0001 0.2335 Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Tanah pada Hari ke-50. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah 0.00497667 0.00062208 0.00011622 0.00005811 0.00056511 0.00003532 0.00565800 commit to user F-hitung 17.61 1.65 Pr > F <.0001 0.2240 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 84 Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Tanah pada Hari ke-80. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00293467 0.00012867 0.00023267 0.00329600 Kuadrat Tengah 0.00036683 0.00006433 0.00001454 F-hitung 25.23 4.42 Pr > F <.0001 0.0296 Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Tanah pada Hari ke-90. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00241096 0.00007119 0.00007415 0.00255630 Kuadrat Tengah 0.00030137 0.00003559 0.00000463 F-hitung 65.03 7.68 Pr > F <.0001 0.0046 Analisa Sidik Ragam Sampel HCB di Beras pada Hari ke-90. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00040185 0.00005652 0.00021015 0.00066852 Kuadrat Tengah 0.00005023 0.00002826 0.00001313 commit to user F-hitung 3.82 2.15 Pr > F 0.0108 0.1487 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 85 Lampiran 10. Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Air pada Hari ke-1. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00027785 0.00095874 0.00046259 0.00169919 Kuadrat Tengah 0.00003473 0.00047937 0.00002891 F-hitung 1.20 16.58 Pr > F 0.3577 0.0001 Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Air pada Hari ke-17. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00049696 0.00022874 0.00019459 0.00092030 Kuadrat Tengah 0.00006212 0.00011437 0.00001216 F-hitung 5.11 9.40 Pr > F 0.0027 0.0020 Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Air pada Hari ke-35. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00456867 0.00005756 0.00031778 0.00494400 Kuadrat Tengah 0.00057108 0.00002878 0.00001986 F-hitung 28.75 1.45 Pr > F <.0001 0.2640 Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Air pada Hari ke-50. Sumber Keragaman Perlakuan Kelompok Galat Total db 8 2 16 26 Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah 0.00307000 0.00038375 0.00003289 0.00001644 0.00028711 0.00001794 0.00339000 commit to user F-hitung 21.39 0.92 Pr > F <.0001 0.4200 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 86 *Nyata pada P < 0.05 Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Air pada Hari ke-80. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00217496 0.00000985 0.00024348 0.00242830 Kuadrat Tengah 0.00027187 0.00000493 0.00001522 F-hitung 17.87 0.32 Pr > F <.0001 0.7281 Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Air pada Hari ke-90. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00184133 0.00002956 0.00020178 0.00207267 Kuadrat Tengah 0.00023017 0.00001478 0.00001261 commit to user F-hitung 18.25 1.17 Pr > F <.0001 0.3350 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 87 Lampiran 11. Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin diTanah pada Hari ke-1. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.03526333 0.00062067 0.02675467 0.06263867 Kuadrat Tengah 0.00440792 0.00031033 0.00167217 F-hitung 2.64 0.19 Pr > F 0.0471 0.8324 Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Tanah pada Hari ke-17. Sumber Keragaman Perlakuan db 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.02391667 Kuadrat Tengah 0.00298958 0.00046822 0.00566378 0.03004867 0.00023411 0.00035399 F-hitung Pr > F 8.45 0.0002 0.66 0.5297 Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Tanah pada Hari ke-35. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00951541 0.00014007 0.00192126 0.01157674 Kuadrat Tengah 0.00118943 0.00007004 0.00012008 F-hitung 9.91 0.58 Pr > F <.0001 0.5695 Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Tanah pada Hari ke-50. Sumber Keragaman Perlakuan Kelompok Galat Total db 8 2 16 26 Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah 0.01115030 0.00139379 0.00005474 0.00002737 0.00059326 0.00003708 0.01179830 commit to user F-hitung 37.59 0.74 Pr > F <.0001 0.4936 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 88 *Nyata pada P < 0.05 Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Tanah pada Hari ke-80. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00663252 0.00001563 0.00042504 0.00707319 Kuadrat Tengah 0.00082906 0.00000781 0.00002656 F-hitung 31.21 0.29 Pr > F <.0001 0.7491 Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Tanah pada Hari ke-90. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat 0.00389363 0.00004719 0.00038215 0.00432296 Kuadrat Tengah 0.00048670 0.00002359 0.00002388 F-hitung 20.38 0.99 Pr > F <.0001 0.3940 Analisa Sidik Ragam Sampel Endrin di Beras pada Hari ke-90. Sumber db Keragaman Perlakuan 8 Kelompok 2 Galat 16 Total 26 *Nyata pada P < 0.05 Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung Pr > F 0.00028985 0.00003623 1.64 0.1898 0.00001207 0.00000604 0.27 0.7642 0.00035326 0.00002208 0.00065519 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 89 Lampiran 12. Hasil Korelasi/ Hubungan Antara Parameter Correlation: AH1; AH17; AH35; AH50; AH80; AH90; TH1; TH17; ... AH1 0,313 0,112 AH17 AH35 0,148 0,461 0,480 0,011 AH50 0,082 0,683 0,547 0,003 0,690 0,000 AH80 0,100 0,618 0,547 0,003 0,644 0,000 0,879 0,000 AH90 -0,012 0,952 0,437 0,022 0,623 0,001 0,870 0,000 0,943 0,000 TH1 -0,164 0,415 -0,122 0,544 -0,294 0,137 -0,318 0,106 -0,337 0,086 -0,319 0,105 TH17 0,040 0,842 -0,219 0,273 -0,376 0,053 -0,380 0,051 -0,495 0,009 -0,433 0,024 0,587 0,001 TH35 -0,008 0,968 -0,094 0,641 -0,263 0,186 -0,061 0,763 -0,094 0,642 -0,026 0,898 0,524 0,005 0,835 0,000 TH50 0,028 0,890 0,221 0,267 0,061 0,764 0,241 0,225 0,348 0,075 0,351 0,072 0,221 0,269 0,378 0,052 TH80 -0,062 0,760 0,285 0,150 0,232 0,244 0,548 0,003 0,603 0,001 0,658 0,000 0,068 0,737 -0,080 0,693 0,414 0,715 0,032 0,000 TH90 -0,074 0,712 0,264 0,182 0,328 0,094 0,586 0,001 0,683 0,000 0,729 0,000 0,066 0,742 -0,101 0,617 0,394 0,042 0,710 0,000 0,957 0,000 HB 0,098 0,625 0,177 0,377 0,361 0,064 0,559 0,002 0,597 0,001 0,547 0,003 -0,144 0,473 -0,412 0,033 -0,132 0,513 0,062 0,760 0,417 0,031 AE1 0,595 0,001 0,332 0,091 0,178 0,374 0,260 0,190 0,121 0,548 0,045 0,825 -0,191 0,340 -0,169 0,400 -0,231 0,247 -0,209 0,295 -0,105 0,602 AE17 0,293 0,139 0,806 0,000 0,445 0,020 0,508 0,007 0,484 0,011 0,418 0,030 -0,143 0,478 -0,164 0,413 -0,069 0,731 0,160 0,426 0,228 0,252 AE35 0,245 0,218 0,428 0,026 0,641 0,000 0,631 0,000 0,662 0,000 0,623 0,001 -0,334 0,089 -0,287 0,146 -0,112 0,579 0,144 0,473 0,316 0,108 AE50 0,095 0,637 0,534 0,004 0,628 0,000 0,706 0,000 0,801 0,000 0,751 0,000 -0,210 0,293 -0,285 0,149 0,005 0,980 0,334 0,089 0,506 0,007 AE80 0,027 0,894 0,453 0,018 0,631 0,000 0,790 0,000 0,889 0,000 0,840 0,000 -0,346 0,077 -0,502 0,008 -0,149 0,459 0,256 0,198 0,602 0,001 AE90 0,053 0,794 0,376 0,053 0,616 0,001 0,767 0,000 0,878 0,000 0,879 0,000 -0,306 0,121 -0,432 0,024 -0,067 0,740 0,290 0,142 0,620 0,001 TE1 0,211 0,291 -0,144 0,474 -0,306 0,120 -0,377 0,052 -0,363 0,063 -0,424 0,027 0,512 0,006 0,403 0,037 0,307 0,120 0,150 0,455 -0,105 0,603 TE17 0,190 0,342 -0,057 0,779 -0,293 0,137 -0,307 0,119 -0,344 0,079 -0,421 0,029 0,290 0,143 0,493 0,009 0,302 0,125 0,069 0,732 -0,239 0,230 TE35 0,207 0,300 0,122 0,545 -0,109 0,589 -0,009 0,965 0,086 0,669 -0,033 0,872 0,150 0,457 0,166 0,409 0,251 0,206 0,312 0,114 0,152 0,449 TE50 0,163 0,417 0,207 0,301 0,126 0,533 0,170 0,397 0,328 0,094 0,206 0,304 -0,071 0,725 -0,196 0,327 0,016 0,937 0,294 0,137 0,270 0,173 TE80 0,094 0,643 0,260 0,190 0,301 0,127 0,403 0,037 -0,379 0,051 -0,025 0,902 0,364 0,062 0,498 0,008 AH17 AH35 AH50 AH80 AH90 TH1 commit to user -0,135 0,579 0,498 0,002 0,008 0,502 TH17 TH35 TH50 TH80 0,767 0,000 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 90 Lanjutan Lampiran 12. Hasil Korelasi AH1 0,112 0,578 AH17 0,397 0,040 AH35 0,328 0,094 AH50 0,500 0,008 AH80 0,654 0,000 AH90 0,567 0,002 TH1 -0,127 0,529 TH17 -0,319 0,105 TH35 0,034 0,865 TH50 0,423 0,028 TH80 0,572 0,002 EB 0,106 0,597 0,271 0,172 0,281 0,156 0,378 0,052 0,496 0,009 0,457 0,017 -0,146 0,468 -0,398 0,040 -0,178 0,375 0,170 0,396 0,306 0,120 pH1 0,048 0,814 0,149 0,457 -0,088 0,662 -0,079 0,694 -0,093 0,643 -0,095 0,637 -0,205 0,305 -0,278 0,160 -0,312 0,113 -0,209 0,294 -0,063 0,755 pH17 0,389 0,045 -0,048 0,811 -0,125 0,535 -0,483 0,011 -0,312 0,113 -0,387 0,046 -0,066 0,742 -0,085 0,673 -0,317 0,108 -0,277 0,162 -0,473 0,013 pH35 -0,005 0,982 -0,217 0,278 -0,071 0,725 0,197 0,324 0,217 0,277 0,258 0,194 -0,079 0,697 0,075 0,710 0,226 0,257 0,133 0,508 0,211 0,291 pH50 -0,241 0,226 -0,361 0,064 0,138 0,494 0,052 0,798 0,039 0,845 0,191 0,340 0,131 0,514 0,108 0,590 0,099 0,622 -0,035 0,864 0,029 0,885 pH80 0,012 0,953 -0,199 0,319 -0,120 0,552 -0,225 0,260 -0,196 0,326 -0,105 0,602 -0,018 0,928 0,079 0,696 -0,004 0,984 -0,129 0,521 -0,036 0,858 pH90 -0,084 0,676 -0,056 0,780 -0,333 0,090 -0,212 0,288 -0,233 0,243 -0,225 0,260 0,056 0,782 0,178 0,374 0,142 0,480 -0,058 0,774 -0,075 0,708 SP1 0,221 0,268 0,359 0,066 -0,043 0,832 0,221 0,269 0,010 0,960 0,029 0,887 0,121 0,547 0,111 0,582 0,042 0,833 -0,009 0,966 -0,016 0,938 SP17 0,119 0,553 0,561 0,002 0,207 0,300 0,346 0,077 0,214 0,284 0,208 0,297 0,024 0,906 -0,166 0,409 -0,153 0,447 0,037 0,855 0,089 0,658 SP35 -0,028 0,888 0,252 0,204 0,003 0,988 0,041 0,838 -0,094 0,640 -0,079 0,696 0,140 0,485 -0,048 0,810 -0,075 0,708 -0,128 0,524 -0,010 0,961 SP50 0,075 0,708 0,569 0,002 0,036 0,859 0,210 0,294 0,004 0,985 -0,050 0,806 0,122 0,543 0,099 0,623 0,155 0,442 0,139 0,489 0,112 0,578 SP80 0,084 0,676 -0,082 0,684 -0,208 0,297 0,037 0,854 -0,106 0,599 -0,017 0,934 0,338 0,085 0,405 0,036 0,366 0,061 0,105 0,604 0,064 0,753 SP90 0,043 0,833 0,108 0,591 0,202 0,313 0,097 0,631 0,265 0,181 0,165 0,412 0,180 0,368 0,104 0,605 0,205 0,305 0,371 0,057 0,148 0,460 SS1 0,012 0,951 0,299 0,130 -0,107 0,594 -0,140 0,487 -0,351 0,073 -0,347 0,076 0,437 0,023 0,294 0,136 0,071 0,727 -0,105 0,601 -0,188 0,347 SS17 0,136 0,498 0,444 0,020 0,036 0,858 0,101 0,617 0,010 0,959 -0,015 0,939 0,191 0,339 -0,057 0,776 -0,015 0,941 0,051 0,801 0,056 0,780 SS35 -0,058 0,774 -0,152 0,450 0,195 0,330 0,105 0,601 -0,025 0,903 0,008 0,967 0,069 0,732 -0,185 0,356 -0,240 0,227 -0,377 0,052 -0,259 0,191 SS50 0,083 0,680 0,101 0,614 0,128 0,524 0,264 0,183 0,023 0,910 0,003 0,986 0,096 0,636 0,027 0,893 -0,013 0,947 -0,205 0,305 -0,055 0,784 SS80 0,040 0,843 -0,177 0,376 -0,064 0,752 0,059 0,770 -0,074 0,713 -0,045 0,825 -0,016 0,937 0,006 0,976 0,089 0,657 -0,111 0,580 0,024 0,906 SS90 0,047 0,817 -0,127 0,528 0,061 0,762 0,082 0,686 -0,038 0,852 0,039 0,847 0,163 0,416 0,024 0,904 0,072 0,722 -0,060 0,767 0,110 0,584 DO50 -0,055 0,786 -0,039 0,845 0,008 0,970 -0,081 0,688 -0,033 0,869 0,032 0,874 0,173 0,388 0,167 0,405 0,163 0,415 -0,059 0,771 0,021 0,916 DO80 -0,205 0,306 -0,243 0,221 0,082 0,685 0,139 0,490 -0,138 0,491 0,025 0,901 -0,021 0,916 -0,016 0,936 -0,087 0,666 -0,333 0,090 -0,186 0,353 DO90 0,138 0,493 -0,368 0,059 0,119 0,553 0,099 0,622 0,028 0,889 0,063 0,755 -0,045 0,823 0,116 0,566 0,111 0,582 -0,053 0,792 -0,033 0,869 O2 50 -0,028 0,888 -0,046 0,819 -0,001 0,994 -0,100 0,619 -0,055 0,013 commit to user 0,168 0,787 0,947 0,401 0,190 0,342 0,182 0,365 -0,046 0,821 0,012 0,953 TE90 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 91 Lanjutan Lampiran 12. Hasil Korelasi AH1 -0,207 0,300 AH17 -0,285 0,150 AH35 0,097 0,629 AH50 0,079 0,694 AH80 -0,180 0,370 AH90 -0,016 0,935 TH1 -0,037 0,856 TH17 -0,012 0,953 TH35 -0,118 0,558 TH50 -0,392 0,043 TH80 -0,243 0,222 O2 90 -0,010 0,961 -0,365 0,061 0,049 0,809 0,001 0,994 -0,020 0,922 0,036 0,857 -0,046 0,820 0,093 0,645 0,055 0,787 -0,133 0,507 -0,088 0,664 M17 -0,056 0,781 -0,348 0,075 -0,463 0,015 -0,647 0,000 -0,770 0,000 -0,771 0,000 0,231 0,247 0,453 0,018 -0,009 0,963 -0,468 0,014 -0,691 0,000 M50 -0,136 0,499 -0,086 0,669 -0,122 0,544 -0,160 0,427 -0,331 0,092 -0,264 0,184 -0,076 0,706 -0,098 0,625 -0,352 0,072 -0,541 0,004 -0,328 0,095 M80 -0,136 0,500 -0,086 0,671 -0,122 0,543 -0,161 0,422 -0,335 0,088 -0,266 0,179 -0,074 0,714 -0,089 0,659 -0,345 0,078 -0,538 0,004 -0,330 0,093 M90 -0,137 0,496 -0,092 0,648 -0,132 0,511 -0,177 0,376 -0,359 0,066 -0,287 0,147 -0,063 0,754 -0,053 0,792 -0,325 0,098 -0,537 0,004 -0,349 0,074 C -0,092 0,650 -0,091 0,651 -0,028 0,891 -0,169 0,400 -0,326 0,097 -0,215 0,281 -0,102 0,613 0,066 0,743 -0,096 0,635 -0,209 0,296 -0,221 0,267 N -0,309 0,116 -0,247 0,214 -0,450 0,019 -0,243 0,221 -0,393 0,043 -0,276 0,164 0,089 0,660 0,061 0,764 -0,078 0,701 -0,334 0,089 -0,109 0,587 P 0,021 0,917 -0,063 0,754 -0,140 0,487 -0,150 0,455 -0,042 0,835 -0,127 0,529 0,006 0,975 -0,322 0,101 -0,351 0,073 -0,269 0,175 -0,256 0,197 K 0,060 0,768 0,285 0,149 0,350 0,074 0,502 0,008 0,616 0,001 0,552 0,003 -0,196 0,328 -0,615 0,001 -0,384 0,048 -0,070 0,730 0,257 0,195 O2 80 HB TH90 0,505 0,007 HB AE1 AE17 AE35 AE50 AE80 AE90 TE1 TE17 TE35 AE1 -0,162 0,420 0,310 0,115 AE17 0,183 0,361 0,168 0,402 0,547 0,003 AE35 0,330 0,093 0,333 0,090 0,388 0,046 0,719 0,000 AE50 0,592 0,001 0,448 0,019 0,206 0,303 0,671 0,000 0,818 0,000 AE80 0,669 0,000 0,648 0,000 0,126 0,532 0,508 0,007 0,765 0,000 0,895 0,000 AE90 0,711 0,000 0,679 0,000 0,101 0,616 0,421 0,029 0,699 0,000 0,853 0,000 0,934 0,000 TE1 -0,146 0,469 -0,287 0,147 0,146 0,467 0,064 0,752 0,000 0,999 -0,101 0,618 -0,338 0,085 -0,325 0,098 TE17 -0,294 0,136 -0,310 0,115 0,144 0,473 0,197 0,324 0,198 0,321 0,012 0,954 -0,202 0,313 -0,270 0,173 0,736 0,000 TE35 0,105 0,603 -0,033 0,872 0,122 0,545 0,348 0,076 0,466 0,014 0,351 0,073 0,208 0,298 0,125 0,536 0,689 0,000 0,843 0,000 TE50 0,243 0,222 0,088 0,661 0,091 0,651 0,442 0,021 0,605 0,001 0,494 0,009 0,439 0,022 0,307 0,120 0,497 0,008 0,547 0,003 0,861 0,000 TE80 0,498 0,008 0,261 0,189 0,044 0,826 0,446 0,020 0,679 0,000 0,628 0,000 0,644 0,000 0,558 0,003 0,281 0,156 0,242 0,223 0,681 0,000 TE90 0,561 0,002 0,288 0,145 0,123 0,542 0,572 0,002 0,698 0,000 0,593 0,001 0,258 0,194 0,267 0,179 0,682 0,000 0,711 0,703 commit to user 0,000 0,000 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 92 Lanjutan Lampiran 12. Hasil Korelasi TH90 0,398 0,040 HB 0,340 0,083 AE1 0,039 0,847 AE17 0,097 0,629 AE35 0,023 0,909 AE50 0,364 0,062 AE80 0,440 0,021 AE90 0,498 0,008 TE1 -0,291 0,140 TE17 -0,476 0,012 TE35 -0,252 0,204 pH1 -0,089 0,658 0,201 0,314 0,295 0,136 0,112 0,576 -0,194 0,333 -0,203 0,309 -0,123 0,542 -0,100 0,621 -0,293 0,138 -0,342 0,081 -0,375 0,054 pH17 -0,455 0,017 -0,209 0,296 0,193 0,334 -0,192 0,338 -0,321 0,103 -0,320 0,104 -0,372 0,056 -0,323 0,100 -0,030 0,881 -0,047 0,815 -0,181 0,366 pH35 0,277 0,163 0,300 0,129 0,085 0,673 -0,228 0,252 0,030 0,881 0,043 0,832 0,053 0,793 0,146 0,468 -0,014 0,944 -0,062 0,760 0,003 0,986 pH50 0,114 0,573 0,129 0,521 -0,205 0,305 -0,056 0,780 0,248 0,212 0,145 0,471 0,138 0,491 0,248 0,212 -0,002 0,990 -0,042 0,836 -0,062 0,760 pH80 0,004 0,983 -0,170 0,398 -0,142 0,479 -0,186 0,352 -0,181 0,366 -0,138 0,493 -0,159 0,428 -0,118 0,559 -0,155 0,441 -0,274 0,166 -0,344 0,079 pH90 -0,102 0,613 -0,087 0,668 -0,255 0,200 -0,148 0,461 -0,109 0,590 -0,174 0,385 -0,114 0,570 -0,166 0,407 0,017 0,932 0,185 0,356 0,133 0,507 SP1 -0,045 0,823 0,144 0,473 0,622 0,001 0,458 0,016 0,116 0,563 0,050 0,805 -0,048 0,813 0,002 0,993 0,144 0,475 0,085 0,672 -0,002 0,991 SP17 0,058 0,773 0,168 0,402 0,569 0,002 0,543 0,003 0,233 0,242 0,283 0,153 0,220 0,271 0,173 0,388 -0,049 0,809 -0,030 0,883 0,002 0,990 SP35 -0,075 0,710 -0,295 0,135 0,084 0,677 0,309 0,117 0,078 0,698 0,033 0,869 -0,031 0,876 -0,086 0,670 0,154 0,443 0,034 0,867 0,028 0,889 SP50 0,017 0,932 -0,045 0,823 0,309 0,117 0,480 0,011 0,006 0,977 0,166 0,409 0,026 0,896 -0,084 0,678 0,059 0,769 0,036 0,859 0,028 0,891 SP80 0,072 0,723 -0,248 0,213 -0,033 0,872 0,020 0,923 0,008 0,968 -0,058 0,774 -0,159 0,428 -0,066 0,744 0,408 0,034 0,273 0,168 0,192 0,337 SP90 0,302 0,126 0,166 0,407 -0,215 0,281 -0,018 0,927 -0,033 0,870 0,206 0,302 0,130 0,518 0,201 0,314 0,056 0,781 -0,035 0,862 0,039 0,848 SS1 -0,264 0,183 -0,238 0,232 0,283 0,152 0,227 0,255 -0,114 0,572 -0,166 0,408 -0,283 0,153 -0,284 0,152 0,210 0,293 0,240 0,229 0,009 0,963 SS17 -0,006 0,977 0,224 0,261 0,506 0,007 0,307 0,119 -0,072 0,720 -0,113 0,574 -0,107 0,596 -0,120 0,550 -0,022 0,913 -0,111 0,581 -0,121 0,549 SS35 -0,193 0,334 0,006 0,976 0,097 0,629 0,051 0,800 0,168 0,402 0,007 0,974 -0,010 0,960 -0,039 0,849 0,188 0,349 0,007 0,972 -0,018 0,927 SS50 -0,078 0,701 -0,027 0,895 0,368 0,059 0,226 0,258 0,205 0,306 0,103 0,609 -0,012 0,951 0,008 0,969 0,253 0,203 0,162 0,421 0,095 0,638 SS80 0,011 0,957 0,016 0,936 0,118 0,556 -0,015 0,942 0,087 0,666 0,009 0,965 -0,051 0,801 -0,031 0,876 0,307 0,119 0,179 0,372 0,212 0,289 SS90 0,071 0,723 0,049 0,807 0,189 0,346 0,013 0,949 0,171 0,395 -0,037 0,854 -0,039 0,845 0,062 0,758 0,356 0,069 0,161 0,424 0,195 0,331 DO50 0,083 0,682 -0,108 0,593 -0,163 0,417 0,032 0,875 -0,020 0,920 0,091 0,650 -0,028 0,888 -0,040 0,844 0,142 0,479 -0,075 0,711 -0,109 0,589 DO80 -0,184 0,359 -0,067 0,739 -0,051 0,801 -0,217 0,278 -0,107 0,595 -0,159 0,429 -0,107 0,596 -0,120 0,552 -0,336 0,086 -0,269 0,174 -0,438 0,022 DO90 0,072 0,720 0,130 0,517 -0,005 0,981 -0,248 0,212 0,169 0,399 0,032 0,875 0,010 0,959 0,146 0,467 0,358 0,067 0,233 0,242 0,245 0,217 O2 50 0,068 0,736 -0,114 0,570 -0,143 0,476 0,031 0,878 -0,035 0,863 0,063 0,754 -0,054 0,789 -0,056 0,782 0,138 0,493 -0,089 0,660 -0,135 0,502 O2 80 -0,229 0,251 -0,127 0,527 -0,035 0,861 -0,193 0,335 -0,090 commit-0,134 to user -0,114 0,654 0,504 0,572 -0,134 0,507 -0,302 0,126 -0,256 0,198 -0,454 0,017 EB perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 93 Lanjutan Lampiran 12. Hasil Korelasi TH90 0,045 0,823 HB 0,113 0,576 AE1 -0,154 0,443 AE17 -0,325 0,099 AE35 0,015 0,940 AE50 -0,047 0,817 AE80 -0,057 0,778 AE90 0,080 0,692 TE1 0,223 0,264 TE17 0,084 0,676 TE35 0,057 0,776 M17 -0,713 0,000 -0,466 0,014 0,045 0,825 -0,243 0,223 -0,461 0,015 -0,515 0,006 -0,693 0,000 -0,675 0,000 0,239 0,230 0,425 0,027 -0,044 0,827 M50 -0,370 0,057 -0,270 0,173 0,027 0,892 -0,147 0,465 -0,275 0,165 -0,373 0,055 -0,369 0,058 -0,321 0,102 -0,035 0,863 0,079 0,697 -0,169 0,400 M80 -0,372 0,056 -0,275 0,165 0,026 0,897 -0,145 0,471 -0,273 0,168 -0,374 0,055 -0,371 0,056 -0,324 0,099 -0,034 0,866 0,085 0,674 -0,167 0,406 M90 -0,390 0,044 -0,295 0,135 0,021 0,916 -0,148 0,463 -0,281 0,155 -0,389 0,045 -0,391 0,044 -0,345 0,078 -0,034 0,866 0,102 0,614 -0,171 0,393 C -0,308 0,118 -0,438 0,022 -0,141 0,483 -0,229 0,251 -0,245 0,219 -0,503 0,008 -0,380 0,050 -0,344 0,079 -0,214 0,283 -0,283 0,152 -0,466 0,014 N -0,138 0,491 -0,099 0,625 -0,084 0,679 -0,282 0,154 -0,476 0,012 -0,428 0,026 -0,362 0,064 -0,270 0,173 -0,071 0,724 -0,003 0,989 -0,228 0,253 P -0,222 0,266 -0,008 0,969 -0,094 0,641 -0,202 0,313 -0,192 0,338 -0,221 0,268 -0,170 0,397 -0,265 0,182 0,197 0,324 0,181 0,365 0,233 0,241 K 0,338 0,084 0,522 0,005 0,070 0,728 0,134 0,505 0,210 0,294 0,375 0,054 0,476 0,012 0,439 0,022 -0,189 0,346 -0,231 0,247 0,064 0,750 TE50 0,917 0,000 TE80 TE90 EB pH1 pH17 pH35 pH50 pH80 pH90 SP1 0,881 0,000 0,948 0,000 EB -0,011 0,957 0,161 0,423 0,205 0,305 pH1 -0,340 0,082 -0,280 0,157 -0,230 0,249 0,048 0,812 pH17 -0,262 0,187 -0,333 0,089 -0,383 0,049 0,037 0,853 0,314 0,110 pH35 -0,100 0,619 -0,036 0,859 0,013 0,947 -0,135 0,502 -0,184 0,357 -0,166 0,407 pH50 -0,037 0,855 0,047 0,817 -0,045 0,825 -0,202 0,313 -0,248 0,212 -0,388 0,045 0,073 0,717 pH80 -0,362 0,064 -0,249 0,210 -0,318 0,105 -0,286 0,148 0,079 0,696 0,209 0,296 0,111 0,581 0,328 0,095 pH90 -0,003 0,989 -0,078 0,699 -0,124 0,538 -0,254 0,201 -0,095 0,639 -0,339 0,083 -0,067 0,738 0,073 0,719 -0,038 0,851 SP1 -0,155 0,439 -0,143 0,475 -0,078 0,699 -0,071 0,726 0,395 0,041 -0,028 0,890 0,039 0,845 0,027 0,894 0,103 0,609 -0,119 0,553 SP17 -0,054 0,789 0,008 0,969 0,099 0,625 0,114 0,571 0,266 0,180 0,122 0,546 -0,134 0,504 -0,172 0,392 0,006 0,976 -0,160 0,427 0,748 0,000 SP35 0,147 0,465 0,188 0,347 0,155 0,439 0,002 0,990 -0,011 0,958 -0,178 0,375 -0,381 0,050 -0,133 0,509 0,130 0,519 0,070 0,730 0,257 0,195 SP50 0,016 0,935 -0,026 0,896 0,045 0,824 0,036 0,859 0,014 0,945 -0,210 0,293 -0,287 0,147 -0,370 0,057 -0,104 0,607 0,193 0,334 0,344 0,079 SP80 0,011 0,958 0,058 0,776 0,068 0,736 -0,217 0,277 -0,169 commit-0,305 to user 0,067 0,399 0,123 0,739 0,255 0,200 0,312 0,113 0,186 0,353 0,411 0,033 O2 90 TE80 TE90 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 94 Lanjutan Lampiran 12. Hasil Korelasi TE50 0,045 0,825 TE80 0,056 0,782 TE90 0,144 0,474 EB 0,244 0,220 pH1 -0,134 0,504 pH17 -0,004 0,985 pH35 0,196 0,327 pH50 0,193 0,334 pH80 -0,054 0,788 pH90 -0,216 0,280 SP1 -0,166 0,407 SS1 -0,233 0,242 -0,323 0,101 -0,286 0,148 -0,118 0,558 0,143 0,476 0,039 0,845 -0,330 0,092 -0,140 0,485 -0,138 0,492 0,293 0,138 0,574 0,002 SS17 -0,137 0,496 -0,109 0,590 -0,070 0,730 -0,040 0,842 0,470 0,013 0,235 0,238 -0,031 0,878 -0,420 0,029 -0,170 0,398 -0,167 0,405 0,577 0,002 SS35 0,174 0,386 0,223 0,263 0,125 0,535 -0,099 0,623 -0,195 0,330 -0,310 0,116 -0,080 0,693 0,317 0,108 0,032 0,874 0,085 0,673 0,014 0,946 SS50 0,078 0,700 0,064 0,752 0,101 0,615 -0,082 0,684 -0,265 0,182 -0,384 0,048 0,256 0,197 0,047 0,815 -0,135 0,501 0,012 0,954 0,247 0,214 SS80 0,243 0,221 0,261 0,188 0,214 0,284 -0,264 0,183 -0,191 0,341 -0,314 0,110 0,236 0,237 -0,003 0,986 0,084 0,678 0,142 0,478 -0,056 0,781 SS90 0,125 0,535 0,219 0,272 0,199 0,319 -0,171 0,392 0,020 0,920 -0,217 0,277 0,119 0,553 0,025 0,900 -0,096 0,635 0,183 0,360 0,150 0,454 DO50 -0,024 0,907 0,007 0,974 0,066 0,744 -0,026 0,897 -0,188 0,348 -0,267 0,178 0,078 0,699 0,110 0,586 0,282 0,154 0,242 0,224 -0,245 0,218 DO80 -0,394 0,042 -0,318 0,106 -0,377 0,053 -0,129 0,522 -0,067 0,740 -0,236 0,236 -0,126 0,531 0,299 0,130 0,073 0,719 0,238 0,233 -0,038 0,850 DO90 0,159 0,428 0,198 0,321 0,129 0,521 -0,138 0,491 -0,255 0,199 -0,227 0,255 0,446 0,020 0,223 0,263 0,042 0,835 0,054 0,790 -0,020 0,921 O2 50 -0,050 0,803 -0,021 0,917 0,038 0,851 -0,029 0,885 -0,169 0,400 -0,252 0,205 0,051 0,801 0,127 0,528 0,295 0,135 0,245 0,218 -0,229 0,251 O2 80 -0,352 0,072 -0,294 0,137 -0,350 0,074 -0,053 0,792 -0,097 0,629 -0,214 0,285 -0,176 0,379 0,267 0,178 0,074 0,713 0,137 0,496 -0,109 0,588 O2 90 -0,024 0,907 0,018 0,930 -0,007 0,974 -0,123 0,540 -0,126 0,532 -0,231 0,245 0,499 0,008 0,224 0,261 0,102 0,612 0,203 0,311 -0,095 0,639 M17 -0,343 0,080 -0,613 0,001 -0,593 0,001 -0,460 0,016 0,114 0,573 0,387 0,046 -0,088 0,662 -0,046 0,821 0,157 0,435 -0,084 0,679 0,083 0,681 M50 -0,252 0,205 -0,307 0,120 -0,267 0,179 -0,249 0,211 0,200 0,318 0,181 0,366 0,063 0,755 -0,163 0,418 0,052 0,796 -0,213 0,287 0,052 0,797 M80 -0,253 0,204 -0,309 0,117 -0,268 0,176 -0,253 0,203 0,199 0,321 0,177 0,376 0,060 0,767 -0,160 0,426 0,051 0,801 -0,207 0,299 0,055 0,785 M90 -0,268 0,176 -0,333 0,090 -0,290 0,142 -0,268 0,177 0,199 0,320 0,174 0,386 0,047 0,816 -0,151 0,453 0,051 0,801 -0,187 0,350 0,065 0,747 C -0,419 0,030 -0,371 0,057 -0,426 0,027 -0,147 0,463 0,057 0,776 -0,017 0,932 -0,245 0,218 -0,006 0,977 0,132 0,512 0,293 0,138 0,038 0,851 N -0,346 0,077 -0,351 0,072 -0,323 0,100 -0,080 0,691 0,347 0,077 0,005 0,981 0,082 0,685 -0,084 0,676 0,116 0,565 -0,032 0,873 0,195 0,330 P 0,276 0,163 0,192 0,338 0,155 0,439 -0,144 0,475 -0,037 0,853 0,235 0,237 0,140 0,485 -0,262 0,187 -0,189 0,344 -0,026 0,898 -0,276 0,163 K 0,236 0,236 0,376 0,053 0,424 0,027 0,326 0,098 0,038 0,852 0,010 0,959 0,292 0,140 -0,150 0,455 -0,199 0,318 -0,274 0,166 -0,164 0,414 SP90 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 95 Lanjutan Lampiran 12. Hasil Korelasi SP17 0,290 0,142 SP35 SP50 0,494 0,009 0,512 0,006 SP80 0,134 0,506 0,485 0,010 0,053 0,794 SP90 -0,126 0,530 -0,324 0,099 -0,197 0,324 -0,073 0,719 SS1 0,604 0,001 0,402 0,038 0,491 0,009 0,256 0,197 -0,227 0,256 SS17 0,641 0,000 0,184 0,358 0,444 0,020 -0,119 0,554 -0,194 0,332 0,499 0,008 SS35 -0,026 0,899 0,565 0,002 0,117 0,561 0,385 0,047 -0,083 0,681 0,007 0,972 -0,054 0,787 SS50 0,137 0,496 0,514 0,006 0,366 0,061 0,352 0,072 0,044 0,827 0,291 0,141 0,064 0,751 0,593 0,001 SS80 -0,139 0,491 0,509 0,007 0,263 0,185 0,431 0,025 -0,142 0,480 -0,128 0,523 -0,054 0,788 0,686 0,000 0,650 0,000 SS90 0,088 0,663 0,418 0,030 0,013 0,947 0,562 0,002 -0,258 0,193 0,231 0,246 0,116 0,565 0,514 0,006 0,455 0,017 0,646 0,000 DO50 -0,271 0,171 0,337 0,086 0,182 0,364 0,331 0,092 0,001 0,998 -0,165 0,411 -0,252 0,206 0,467 0,014 0,234 0,239 0,501 0,008 0,306 0,121 DO80 0,048 0,811 0,192 0,338 0,201 0,314 0,138 0,492 -0,272 0,170 0,139 0,488 -0,023 0,908 0,505 0,007 0,266 0,180 0,289 0,143 0,150 0,454 DO90 -0,306 0,120 0,015 0,942 -0,375 0,054 0,517 0,006 0,009 0,963 -0,229 0,250 -0,333 0,089 0,408 0,035 0,323 0,100 0,546 0,003 0,629 0,000 O2 50 -0,265 0,182 0,331 0,091 0,191 0,339 0,335 0,088 0,008 0,969 -0,152 0,448 -0,236 0,237 0,463 0,015 0,223 0,263 0,490 0,009 0,304 0,124 O2 80 -0,039 0,845 0,295 0,135 0,188 0,348 0,118 0,558 -0,310 0,115 0,080 0,692 -0,081 0,688 0,585 0,001 0,314 0,111 0,349 0,074 0,149 0,458 O2 90 -0,358 0,067 -0,014 0,943 -0,396 0,041 0,459 0,016 0,108 0,590 -0,226 0,257 -0,375 0,054 0,382 0,049 0,274 0,167 0,495 0,009 0,579 0,002 M17 -0,143 0,478 -0,077 0,704 -0,057 0,777 -0,001 0,998 -0,054 0,789 0,238 0,232 -0,039 0,848 -0,101 0,618 0,062 0,758 -0,035 0,861 -0,206 0,302 M50 -0,018 0,931 0,130 0,517 -0,115 0,569 0,055 0,785 -0,079 0,694 0,118 0,559 0,116 0,563 0,103 0,609 0,308 0,119 0,195 0,330 0,098 0,625 M80 -0,017 0,934 0,132 0,513 -0,114 0,570 0,060 0,766 -0,080 0,692 0,124 0,539 0,117 0,562 0,103 0,608 0,307 0,119 0,193 0,335 0,099 0,623 M90 -0,017 0,933 0,132 0,513 -0,113 0,574 0,074 0,715 -0,085 0,673 0,147 0,465 0,117 0,562 0,101 0,615 0,301 0,128 0,180 0,369 0,095 0,638 C 0,035 0,861 0,426 0,027 0,089 0,660 0,238 0,233 -0,364 0,062 0,381 0,050 0,111 0,580 0,238 0,231 0,156 0,438 0,069 0,734 0,301 0,126 N -0,040 0,843 0,102 0,612 -0,107 0,596 0,177 0,376 -0,167 0,404 0,157 0,433 0,146 0,467 -0,047 0,816 0,104 0,607 0,111 0,583 0,066 0,742 P -0,138 0,492 -0,198 0,322 -0,197 0,325 -0,172 0,391 0,158 0,431 -0,275 0,165 0,071 0,725 0,183 0,360 -0,060 0,767 0,147 0,464 -0,034 0,866 K 0,053 0,794 -0,298 0,131 -0,141 0,483 -0,279 0,158 0,058 0,776 0,038 0,853 -0,038 0,849 0,021 0,917 -0,078 0,699 SP35 SP50 SP80 SP90 SS1 0,283 -0,447 commit to user 0,153 0,019 SS17 SS35 SS50 SS80 SS90 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 96 Lanjutan Lampiran 12. Hasil Korelasi DO50 0,161 0,422 DO80 DO90 0,242 0,224 -0,025 0,902 O2 50 0,996 0,000 0,173 0,389 0,222 0,267 O2 80 0,295 0,135 0,955 0,000 0,005 0,978 0,305 0,121 O2 90 0,425 0,027 -0,004 0,986 0,910 0,000 0,400 0,039 0,022 0,913 M17 -0,070 0,730 0,035 0,864 -0,072 0,721 -0,066 0,743 0,099 0,622 -0,042 0,836 M50 -0,123 0,543 0,170 0,395 0,055 0,786 -0,141 0,482 0,199 0,321 0,086 0,670 0,562 0,002 M80 -0,122 0,543 0,173 0,388 0,056 0,782 -0,141 0,485 0,201 0,314 0,087 0,668 0,565 0,002 1,000 0,000 M90 -0,120 0,552 0,185 0,355 0,054 0,790 -0,136 0,499 0,215 0,282 0,087 0,667 0,586 0,001 0,998 0,000 0,999 0,000 C 0,093 0,644 0,394 0,042 -0,013 0,950 0,133 0,508 0,395 0,041 0,054 0,789 -0,046 0,821 0,156 0,436 0,162 0,421 0,182 0,364 N -0,101 0,615 0,108 0,593 0,032 0,876 -0,110 0,584 0,141 0,483 0,085 0,675 0,495 0,009 0,772 0,000 0,774 0,000 0,781 0,000 0,089 0,659 P -0,072 0,723 -0,021 0,917 0,050 0,805 -0,110 0,585 -0,082 0,685 0,077 0,702 0,100 0,621 0,375 0,054 0,370 0,058 0,351 0,073 -0,302 0,126 K -0,066 0,743 -0,068 0,736 0,031 0,879 -0,114 0,571 -0,136 0,499 0,047 0,814 -0,351 0,072 0,157 0,435 0,148 0,462 0,112 0,578 -0,556 0,003 N 0,122 0,544 P -0,026 0,897 0,662 0,000 DO80 P K DO90 O2 50 O2 80 O2 90 Cell Contents: Pearson correlation P-Value commit to user M17 M50 M80 M90 C perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 97 Lampiran 13. Kromatogram Sampel Tanah Saat Panen. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 98 Lampiran 14. Kromatogram Standar Heksaklorobenzen dan Endrin. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 99 Lampiran 15. Suhu Tanah Pagi dan Siang Hari pada Berbagai Perlakuan dan Berbagai Umur Tanaman Padi Suhu Tanah Pagi (HST) Perlakuan 1 17 35 50 80 90 Urea priil 26,0 24,3 27,7 26,3 25,7 28,7 UAATK 25,3 23,7 28,3 26,3 26,0 28,7 UAATJ 25,0 23,7 28,3 26,0 25,7 28,0 UAATKM 26,0 23,7 28,0 26,3 26,3 28,3 UAATJM 25,7 23,7 28,3 26,0 26,0 28,3 UBTK 25,0 23,7 27,7 26,3 26,0 29,0 UBTJ 26,0 23,7 28,7 26,3 26,3 28,0 UBTKM 25,3 23,7 28,3 26,7 25,7 28,3 UBTJM 25,3 23,3 27,0 26,0 25,3 28,7 Suhu Tanah Pagi oC 40.0 Urea priil 30.0 UAATK 20.0 UAATJ 10.0 UAATKM 0.0 Awal 17 35 50 80 90 UAATJM UBTK Hari Setelah Tanam Suhu Tanah Siang Hari oC 50.0 40.0 Urea priil 30.0 UAATK 20.0 UAATJ 10.0 UAATKM 0.0 Awal 17 35 50 80 90 Hari Setelah Tanam commit to user UAATJM UBTK perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 100 Lampiran 16. Data Recovery DATA RECOVERY PENELITIAN REMIDIASI Jenis Pestisida Spike Teori Area Contoh Area Stdand ar Konst, Standa r Volume Akhir/Bobot Contoh Spike Hitung Recoveri (%) A. AIR 1.Heksaklorobenzen 0,025 66844,0 10457,8 0,032 0,1 0,020 81,81 0,050 114460,9 10457,8 0,032 0,1 0,035 70,05 0,100 233108,0 10457,8 0,032 0,1 0,071 71,33 0,200 490014,8 10457,8 0,032 0,1 0,150 74,97 Rataan 2. Endrin 74,54 0,025 34820,8 9019,5 0,063 0,1 0,024 97,29 0,050 54296,0 9019,5 0,063 0,1 0,038 75,85 0,100 93323,3 9019,5 0,063 0,1 0,065 65,19 0,200 217893,0 9019,5 0,063 0,1 0,152 76,10 Rataan 78,61 B.BERAS 1.Heksaklorobenzen 0,025 19145,6 10457,8 0,032 0,4 0,023 93,73 0,050 28652,0 10457,8 0,032 0,4 0,035 70,14 0,100 65620,3 10457,8 0,032 0,4 0,080 80,32 0,200 149697,1 10457,8 0,032 0,4 0,183 91,61 Rataan 2. Endrin 0,025 7149,5 9019,5 0,063 0,4 0,020 83,95 79,90 0,050 11392,3 9019,5 0,063 0,4 0,032 63,66 0,100 32959,7 9019,5 0,063 0,4 0,092 92,09 0,200 69730,8 9019,5 0,063 0,4 0,195 97,41 Rataan B. TANAH 1. Heksaklorobenzen 83,26 0,025 15205,2 10457,8 0,032 0,4 0,019 74,44 0,050 27591,1 10457,8 0,032 0,4 0,034 67,54 0,100 72335,0 10457,8 0,032 0,4 0,089 88,54 0,200 132435,7 10457,8 0,032 0,4 0,162 81,05 Rataan 2. Endrin 0,025 8909,3 9019,5 0,063 0,4 0,025 77,89 99,57 0,050 15261,4 9019,5 0,063 0,4 0,043 85,28 0,100 30938,2 9019,5 0,063 0,4 0,086 86,44 0,200 56914,8 9019,5 0,063 0,4 0,159 79,51 Rataan commit to user 87,70 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 101 Lampiran 17. Data Limit Deteksi DATA LIMIT DETEKSI HEKSAKLOROBENZEN DAN ENDRIN Jenis Pestisida Hexachlorobenzen Endrin No. Spike Area Contoh Area Stdandar Konst. Std Volume Akhir/Bobot Contoh Spike Hitung 1 1474.3 10457.8 0.032 0.4 0.0018 2 1194.8 10457.8 0.032 0.4 0.0015 3 1382.6 10457.8 0.032 0.4 0.0017 4 3034.8 10457.8 0.032 0.4 0.0037 5 1956.2 10457.8 0.032 0.4 0.0024 6 1842.7 10457.8 0.032 0.4 0.0023 Rataan 0.0022 SD 0.0008 RSD 36.5316 BP (10 x SD) 0.0081 BD (3 x SD) 0.0024 1 1776.3 9019.5 0.063 0.4 0.0050 2 823.7 9019.5 0.063 0.4 0.0023 3 1047.7 9019.5 0.063 0.4 0.0029 4 813.0 9019.5 0.063 0.4 0.0023 5 1091.2 9019.5 0.063 0.4 0.0030 6 1114.0 9019.5 0.063 0.4 0.0031 Rataan 0.0031 SD 0.0010 RSD 31.6544 BP (10 x SD) 0.0098 BD (3 x SD) 0.0029 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 102 Lampiran 18. Gambar Alat-Alat Penelitian DO Meter Thermometer GC Varian Oven Timbangan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 103 Lanjutan Lampiran 18. Gambar Alat-Alat Penelitian SEM GC Varian 450 Soxhlet commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 104 Lampiran 19. Tata Letak Penelitian/layout Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 9 perlakuan dengan 3 (tiga) kali ulangan, maka terdapat 27 plot/petak dengan tata letak sebagai berikut: III II I UAATKM UBTJM UBTKM UAATJ UBTJ UAATKM UBTJM UAATJM UAATK UAATK UREA PRIL UBTK UBTJ UBTK UBTJM Urea Pril (R1) UBTKM UAATJM UBTKM UAATJ UREA PRIL UAATJM UAATK UBTJ Perlakuan Penelitian ini adalah sebagai berikut: R1. Urea pril R2. Urea berlapis AA tempurung kelapa UAATK R3. Urea berlapis AA tongkol jagung R4. Urea berlapis AA tempurung kelapa diperkaya mikroba konsorsia R5. Urea berlapis AA tongkol jagung diperkaya mikroba konsorsia R6. Urea berlapis biochar tempurung kelapa R7. Urea berlapis biochar tongkol jagung R8. Urea berlapis biochar tempurung kelapa diperkaya mikroba konsorsia R9. Urea prill berlapis biochar tongkol jagung diperkaya mikroba konsorsia commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 105 Lampiran 20. Pelaksanaan Penelitian Lapang Aplikasi pestisida di lapang Tanam padi varietas Ciherang Tanaman umur 3 hari setelah tanam commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 106 Lanjutan Lampiran 20. Pelaksanaan Penelitian Lapang. Tanaman Padi Umur 21 hari setelah tanam (HST) Pengambilan contoh air dan tanah saat padi umur 35 HST Tanaman Padi Umur 70 HST commit to user Lanjutan Lampiran 20. Pelaksanaan Penelitian Lapang. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 107 Tanaman Padi umur 88 HST Tanaman Padi Umur 90 HST (Panen) Lampiran 21. Biodata Mahasiswa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 108 Biodata a. Nama : Sri Wahyuni, SP. b. Tempat, tanggal lahir : Pati, 09 Oktober 1972 c. Profesi/Jabatan : Peneliti d. Alamat kantor : Jl, Raya Jakenan-Jaken KM 05 Jakenan Pati 59182 Tel. : +62-0295-385215 Fax. : +62-0295-383927 e-mail : [email protected] [email protected] e. Alamat rumah : Tompomulyo, Batangan, Pati 59185. Tel. : 081 326557132 Fax. : - e-mail : swahuni@gmail,com f. Riwayat pendidikan di Perguruan Tinggi (dimulai dari yang terakhir)*: No. Institusi Bidang Ilmu Tahun Gelar Budidaya Pertanian 1997 SP 1. FAPERTA UMK Kudus 2. - - - - 3. - - - - g. Daftar Karya Ilmiah (dimulai dari yang terakhir)*: No. 1. Judul Efektivitas Arang Aktif Penerbit/Forum Ilmiah Diperkaya Jurnal Ecolab, Vol 7 Nomor 1 Tahun 2013 Mikroba Konsorsia Terhadap Residu Januari 2013:1- 48, ISSN Insektisida Lindan dan Aldrin di Lahan 1978-5860 Sayuran 2. Sistem Integrasi Tanaman Ternakcommit (SITT) toWARTA, Penelitian dan user 2012 perpustakaan.uns.ac.id di digilib.uns.ac.id 109 LahanSawah Tadah Hujan Pengembangan Pertanian, Mengantisipasi Perubahan Iklim Volume 34 Nomor 1 Tahun 2012. ISSN: 0216-4427 3. Pengaruh Aplikasi Urea Berlapis Arang Prosiding Seminar Nasional 2012 Aktif Terhadap Efisiensi Pupuk N dan Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Produktivitas Padi terdegradasi. Bogor 2012. ISBN 978-602-8977-43-2 4. 2012 Teknologi Pelapisan Pupuk Urea Dengan Jurnal Lingkungan Tropis Arang Aktif Yang Diperkaya Dengan Volume 6 Nomor 2 Mikroba Untuk Menurunkan Residu September 2012. ISSN No, Heptaklor dan DDT 1978-2713. Akreditasi: No: 377/AU1/P2MBI/07/2011 Juni 2011 - Juni 2013 5. Pelapisan Pupuk Urea dengan Arang Prosiding Seminar Nasional 2012 Aktif yang Diperkaya dengan Mikroba Teknologi Selektif untuk Menurunkan Pemupukan Residu Pemulihan Lindan dan Meningkatkan Efisiensi N terdegradasi. dan Lahan Bogor 2012. ISBN 978-602-8977-43-2 6 Penanggulangan Pencemaran Residu Pros. Sem. Nas. Hasil 2011 Insektisida Organofosfat pada Tanah dan Penelitian Padi 2011 ISBN: Air di Lahan Padi Sawah 978-979-540-068-4 2011 7. Teknologi Arang Menurunkan Aktif Residu Untuk Prosiding Seminar Nasional Insektisida Sumberdaya Lahan Pertanian (Organoklorin dan Organoposfat) Pada Buku II ISBN: 978-602-8977Pertanian Padi 8. Potensi Arang 40-1 Aktif dari Limbah Prosiding Seminar dan 2010 pertanian untuk Menurunkan Residu Lokakarya Nasional Inovasi Klorpirifos pada tanah Oxisol Sumberdaya Kebijakan Lahan. dan Informasi Lahan I, Tahun commit toSumberdaya user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 110 2010. Hal. 281-295, BBSDLP. ISBN: 978-602-8977-01-2 9. Kandungan Residu Organofosfat pada Prosiding Seminar dan 2010 Produk Tanaman di Sentra Produksi Padi Lokakarya Nasional Inovasi Sumberdaya Jawa Tengah Kebijakan Lahan. dan Informasi Sumberdaya Lahan. Buku I. Tahun 2010. Hal. 307-315. BBSDLP. ISBN: 978-602- 8977-01-2 10. Teknologi Pertanian Pemanfaatan pada Sistem Limbah Prosiding Seminar dan 2010 Integrasi Lokakarya Nasional Inovasi Tanaman-Ternak yang Rendah Emisi Sumberdaya Kebijakan Lahan, dan Informasi Sumberdaya Lahan. Buku I, Tahun 2010 hal, 297-305, BBSDLP. ISBN: 978-602- 8977-01-2 11, Parasitisasi Parasitoid Telur terhadap Prosiding Seminar Nasional 2009 Penggerek Batang Padi di Lahan Pasang V. Surut Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. PEI Cabang Bogor. 2009. Hal 100-105 ISBN: 978-979- 95399-6-0 12. Keanekaragaman Serangga musuh Alami Prosiding Seminar Nasional 2009 di Lahan Rawa. V. Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Cabang Bogor. 2009. Hal commit toPEI user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 111 282-298 ISBN: 978-979- 95399-6-0 13. Cemaran Residu Pestisida pada Sistem Jurnal Agrikultura volume 20. 2009 Integrasi Tanaman-Ternak di Serang. DAS Nomor 2. UNPAD. Agustus 2009. Bandung, ISSN 0853-2885 14. Kandungan Pb dan Cd pada Tanah, Air, Jurnal Tanah dan Air volume 2009 Tanaman dan Pupuk Kandang pada 10. No 1. Juni 2009. Fakultas Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Pertanian UPN. Yogyakarta. ISSN 1411-5719 15. Residu Organofosfat di Lahan Pertanian Prosiding Seminar Nasional 2009 Jawa Tengah dan Dialog Sumberdaya Lahan Pertanian. Buku III. Tahun 2009. hal 181-187. BBSDLP. ISBN: 978-602- 8039-16-1 16. Identifikasi Pencemaran Logam Berat Cd Prosiding Seminar Nasional 2009 pada Sistem Integrasi Tanaman- Ternak dan di DAS Serang Dialog Sumberdaya Lahan Pertanian. Buku III. Tahun 2009. hal 217-224. BBSDLP. ISBN: 978-602- 8039-16-1 17. Residu Pestisida di Sentra Produksi Prosiding Seminar Nasional 2009 Kentang di Wonosobo Pekan Kentang Peningkatan 2008. Produktivitas Kentang dan Sayuran Lainnya Vol 1 Tahun 2009. hal 276284 Pusat Penelitian Pengembangan dan Hortikultura. ISBN: 978-979-8257-35-3 18. Residu Organoklorin di Beberapa Sentra Prosiding Seminar Nasional 2009 Produksi Sayuran di Jawa Tengahcommit toPekan user Kentang 2008. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 112 Peningkatan Produktivitas Kentang dan Sayuran Lainnya. Vol 2.Tahun 2009. hal 743-751. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. ISBN: 978-9798257-35-3 19. Teknologi ameliorasi pada Lahan Booklet. Balingtan. 2008 2008 Pertanian Tercemar Logam Berat 20. Limbah Kental Pabrik Kertas sebagai Jurnal Agrikultura vol. 19. 2008 Bahan Organik untuk Meningkatkan Nomor Kualitas Tanah dan Hasil Tanaman Padi 2. UNPAD. Agustus 2008. Bandung. ISSN Kolokium Hasil 2008 0853-2885 21. Potensi Produksi Gas CH4 pada Sistem Prosiding Integrasi Tanaman-Ternak Serang di DAS Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air. Adaptasi Pengelolaan Sumberdaya Air Menyongsong Perubahan Iklim Global. Hal II-13 s/d II18 (2008) PUSAIR. Bandung. ISSN 1829-9644 22. Potensi Produksi Gas Metana pada Prosiding Seminar Nasional 2008 Tanah Sawah Tadah Hujan di Jawa Pengendalian Timur. Pencemaran Lingkungan Pertanian melalui Pendekatan Pengelolaan DAS secara Terpadu. Buku 2. hal. 195-204 (2008) BBSDLP ISBN: 978-979-15795-0-6 23. Pengaruh Varietas Padi Pasang Surut Prosiding Seminar. Nasional 2008 Terhadap Emisi Gas Metana (CH4) di Pengendalian Lahan Sawah Pasang Surut. Pencemaran Lingkungan Pertanian melalui Pengelolaan DAS commit toPendekatan user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 113 secara Terpadu. Buku 2. hal. 206-218 (2008). ISBN 978979-15795-0-6 24. Kadar Nitrat dalam Air di Beberapa Prosiding Seminar. Nasional 2008 Kawasan Sawah Irigasi di Jawa Timur. Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian. Buku IV. hal. 65-75 (2008) BBSDLP. ISBN 978-602- 8039-08-6 25 Faktor-Faktor Pembatas Tanaman Prosiding Seminar. Nasional 2008 Terhadap Emisi Gas Metana (CH4) Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian. 2008. Buku III. BBSDLP. hal. ISBN 47-55 978-602- 8039-08-6 26 Perbaikan Produktivitas Padi Walik Prosiding Seminar. Nasional 2007 Jerami Melalui Sistem Olah Tanah dan Sumberdaya Pengelolaan Air Lahan dan Lingkungan Pertanian. 2007. Buku III. hal. 47-55 BBSDLP. Bogor. ISBN 978602-8039-08-6 27. Pengelolaan Padi Sawah Tadah Hujan Prosiding Seminar. Nasional 2006 dalam Menekan Emisi Gas Nitro-Oksida Sumberdaya Lahan Pertanian. Buku II. hal. 335-346 (2006) BBSDLP. ISBN 979-9474-531 28. Dampak Penggunaan Insektisida Prosiding Seminar. Nasional 2003 terhadap Beberapa Bakteri Penyubur Pengelolaan pada Tanah Sawah Irigasi Lingkungan Pertanian hal. 149-155 (2003) Puslitbangtanak. Bogor. commit toISBN user 979-9474-38-8 perpustakaan.uns.ac.id 29. Aplikasi Herbisida digilib.uns.ac.id 114 Rendah dalam Prosiding Seminar. Nasional 2003 Pengendalian Gulma Padi Walik Jerami Peningkatan pada Penyiapan Lahan yang Berbeda Lingkungan Kualitas dan Produk Pertanian hal. 85-96 (2003) Puslitbangtanak. Bogor. ISBN 979-9474-23-X 30. Respon Padi Sawah Tadah Hujan Prosiding Seminar Nasional 2002 terhadap Interaksi Pemupukan N dan K Sistem pada Tanah Inceptisol Rembang. Produksi Pertanian Ramah Lingkungan hal. 66-72 (2002) Puslitbangtan. Bogor. ISBN 979-8161-83-1 31. Status Hara Makro dan Produktivitas Prosiding Seminar Nasional 2002 Padi Sawah Tadah Hujan Sistem Produksi Pangan Tanaman Berwawasan Lingkungan 2002 (hal 433438) Puslitbantan ISBN: 9798161-82-3 Surakarta, Sri Wahyuni, SP. commit to user 2014