perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan tentang Badan Hukum
a. Pengertian Badan Hukum
Dalam ilmu hukum dikenal teori kekayaan bertujuan (doelvermogen
theorie), yang dikembangkan oleh Brinz dan van der Heijden. Menurut teori
ini, setiap badan hukum memiliki kekayaan yang bertujuan untuk digunakan
bagi kepentingan tertentu, kekayaan itu diurus dan digunakan untuk tujuan
tertentu, dan tujuan badan hukum adalah objek yang dilindungi oleh hukum
(Abdulkadir Muhammad, 2010:101).
Perkembangan hidup manusia menganggap perlu adanya suatu kerja
sama dalam bentuk suatu persekutuan atau badan yang terpisah dari hak-hak
pribadi para anggota atau sekutunya. Dalam hal ini perkembangan hubungan
kehidupan antar manusia menghendaki adanya suatu subyek hukum baru yang
dapat bertindak mewakili seluruh anggota organisasi atau persekutuan itu.
Dalam perkembangan subyek hukum baru yang dimaksud adalah
badan hukum. Mendorong terbentuknya suatu pengertian badan hukum adalah
sudah tentu pertama-tama bahwa manusia juga dalam hubungan privat yang
mana tidak hanya berhubungan terhadap manusia saja, tetapi juga terhadap
persekutuan.
Disamping manusia masih ada pendukung hak-hak dan kewajibankewajiban yang kita namakan badan hukum (recht persoon) untuk
membedakan dengan manusia (naturlijk persoon). Jadi ada suatu bentuk
hukum (rechtfiguur), yaitu badan hukum yang dapat mempunyai hak-hak,
kewajiban-kewajiban hukum yang dapat mengadakan hubungan hukum.
Menurut Prof. R. Subekti pengertian badan hukum pada pokoknya
adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kewajiban-kewajiban dan melakukan perbuatan hukum seperti manusia, serta
memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat dan menggugat di muka pengadilan.
Menurut teori harta karena jabatan atau teori van het ambetelijk
vermogen yang diajarkan oleh Holder dan Binder, badan hukum adalah suatu
badan yang mempunyai harta yang berdiri sendiri, yang dimiliki oleh badan
hukum itu tetapi oleh pengurusnya dan karena jabatannya ia diserahkan tugas
untuk mengurus harta tersebut ( Herjuna Wisnu Gautama, 2002:13). Seperti
pada penjelasan Pasal 3 butir (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas bahwa ketentuan dalam butir ini mempertegas ciri
Perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran
atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan
pribadinya.
Teori proriete collective dari Planiol menurut teori ini hak dan
kewajiban badan hukum itu pada hakekatnya adalah hak dan kewajiban
anggota bersama-sama. Disamping hak milik pribadi, hak milik serta
kekayaan itu merupakan harta kekayaan bersama. Anggota-anggota tidak
hanya dapat memiliki masing-masing untuk bagian yang tidak dapat dibagi,
tetapi juga sebagai pemilik bersama-sama untuk keseluruhan, sehingga
mereka secara pribadi tidak bersama-sama semuanya menjadi pemilik (R. Ali
Rido. 2001: 9).
Dapat dikatakan bahwa orang yang berhimpun itu merupakan suatu
kesatuan yang membentuk suatu pribadi yang dinamakan badan hukum
dengan demikian, badan hukum hanya merupakan suatu konstruksi yuridis
saja. Teori ini berlaku untuk korporasi, badan hukum yang memiliki anggota.
Disini badan hukum untuk anak perusahaan sendiri dikendalikan oleh
korporasi, perusahaan, atau perseroan terbatas itu sendiri, dan bahkan menjadi
milik pemerintah atau perusahaan milik negara.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Penggolongan Badan hukum
Terdapat beraneka ragam cara dalam menggolongkan badan hukum,
baik menurut dasar hukum, golongan hukum, dan sifatnya. Menurut landasan
atau dasar hukumnya, di Indonesia dikenal dua macam badan hukum, yaitu :
1) Badan hukum orisinil (murni atau asli), yaitu Negara
2) Badan hukum tidak orisinil (tidak murni atau tidak asli), yaitu badan
hukum yang berwujud perkumpulan berdasarkan ketentuan Pasal 1653
KUH Perdata. Badan hukum tidak orisinil dapat dibagi menjadi :
a) Badan hukum yang didirikan oleh kekuasaan umum
b) Badan hukum yang diakui oleh kekuasaan umum
c) Badan hukum yang diperkenankan karena diizinkan Badan hukum
yang didirikan untuk suatu maksud atau tujuan tertentu (Chidir Ali,
2005:56-57).
Pembagian badan hukum menurut jenisnya, badan hukum dapat
dibedakan
menjadi badan hukum publik, yang dibedakan menjadi Badan
hukum yang mempunyai teritorial atau wilayah, misalnya negara Republik
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Kota Jakarta Pusat. Juga dimungkinkan
suatu badan hukum hanya menyelenggarakan kepentingan beberapa orang.
Badan hukum yang tidak mempunyai teritorial,yaitu badan hukum yang
dibentuk oleh yang berwajib hanya untuk tujuan tertentu (Chidir Ali, 2005:6263).
Badan hukum perdata, adalah badan hukum yang terjadi atau didirikan
atas pernyataan kehendak dari orang-perorangan. Berikut ini beberapa bentuk
badan hukum perdata :
1) Perkumpulan (vereniging) diatur dalam Pasal 1653 KUHPerdata;
2) Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Pasal 36 KUHDagang dan UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
3) Rederij diatur dalam Pasal 323 KUHDagang;
4) Kerkgenootschappen diatur dalam Stb. 1927-156;
5) Koperasi diatur dalam Undang-Undang Koperasi ;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6) Yayasan. (Chidir Ali, 2005:62-63)
Menurut sifatnya, badan hukum dapat dibedakan menjadi dua macam,
pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai satu subyek hukum sendiri.
Korporasi memiliki hak dan kewajiban yang terpisah dari hak kewajiban
kekayaan (vermogen) yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan
c. Syarat-syarat badan hukum
Satu-satunya peraturan yang merupakan ketentuan-ketentuan umum
mengenai badan hukum adalah bab kesembilan dari buku ketiga KUH Perdata
tentang
atau badan-badan susila. Dalam Pasal 1653
KUH Perdata, yang merupakan peraturan umum menyebutkan 3 macam
perkumpulan ialah :
1) Perkumpulan yang diadakan oleh kekuasaan umum.
2) Perkumpulan yang diakui oleh kekuasaan umum.
3) Perkumpulan yang diperkenankan atau untuk suatu maksud tertentu tidak
berlawanan dengan Undang-Undang atau kesusilaan.
Pasal tersebut merupakan landasan yuridis atas keberadaan badan
hukum dalam hukum, meskipun tidak secara tegas mengaturnya. Dalam pasal
ini tidak diatur tentang pemisahan harta kekayaan, namun hanya menyebutkan
adanya badan hukum publik dan badan hukum privat secara implisit,
sebagaimana disyaratkan undang-undan. Hal ini diartikan bahwa suatu badan
hukum itu ada atau timbul berdasarkan adanya penunjukan dari undangundang.
Untuk menentukan kedudukan organ disebut sebagai badan hukum
atau bukan. Dapat dilihat dalam hubungannya dengan sumber hukum formal,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa telah dipenuhinya syarat yang diminta oleh undang-undang hukum
kebiasaan, yurisprudensi atau doktrin.
Ada badan atau kesatuan organisasi yang secara tegas dinyatakan oleh
undang-undang sebagai badan hukum, akan tetapi ada yang hanya
berdasarkan oleh kebiasaan, yurisprudensi
atau doktrin dianggap sebagai
badan hukum. Hal tersebut berdasarkan dari kondisi obyektif atau realitas
bahwa badan atau organisasi tersebut memiliki ciri-ciri dana sifat
sebagaimana badan hokum.
R. Ali Rido (2001:50), menentukan kriteria sebagai badan hukum,
doktrin memberikan syarat sebagai berikut :
1) Adanya harta kekayaan yang terpisah;
2) Mempunyai tujuan tertentu;
3) Mempunyai kepentingan sendiri;dan
4) Adanya organisasi yang teratur.
Harta kekayaan tersebut sengaja dan diperlukan sebagai alat untuk
mengejar sesuatu atau tujuan tertentu. Harta tersebut terpisahkan dari
kepentingan pribadi orang atau pengurus. Dengan demikian harta itu menjadi
obyek tuntutan tersendiri dari pihak ketiga yang mengadakan hubungan
hukum dengan badan itu.
Dalam Pasal 1661 KUHPerdata berbunyi para anggota badan hukum
sebagai perseorangan tidak bertanggung jawab atas perjanjian-perjanjian
perkumpulannya. Semua utang perkumpulan itu hanya dapat dilunasi dengan
harta benda perkumpulan. Pasal itu menyebutkan tentang pemisahan tanggung
jawab pribadi sehubungan dengan pemisahan harta kekayaan yang disebutkan
dalam Pasal 1663 KUHPerdata berbunyi badan hukum lain tetap berdiri
sampai pada saat dibubarkannya secara tegas menurut akta pendirian,
perjanjiannya, atau sampai pada saat berhentinya pengejaran tujuan badan
hukum itu. Maka akibat dari pemisahan harta kekayaan dari badan hukum
adalah :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Kreditur pribadi para anggota tidak mempunyai hak untuk menuntut harta
kekayaan dari badan hukum.
2) Para anggota pribadi tidak dapat menagih piutang dari badan hukum
kepada pihak ketiga.
3) Kompensasi antara utang pribadi dan utang badan hukum tidak
diperkenankan.
4) Hubungan hukum, baik perjanjian, maupun proses-proese antara anggota
dan badan hukum dengan pihak ketiga.
5) Pada kepailitan, hanya para kreditur badan hukum yang dapat menuntut
harta kekayaan terpisah tersebut.
Tujuan organisasi dibagi menjadi 2 (dua), yaitu tujuan ideal dan tujuan
komersial, dalam suatu organisasi tujuan bukan merupakan kepentinan pribadi
tapi merupakan perjuangan dari badan hukum sebagai persoon (subyek
hukum) yang memiliki hak dan kewajiban sendiri dalam pergaulan
hukumnya.
Dalam kaitannya dengan harta kekayaan badan hukum mempunyai
kepentingan sendiri. Kepentingan-kepentingan yang tidak lain adalah
merupakan hak subyektif sebagai akibat peristiwa hukum yang timbul,
kepentingan itu adalah kepentingan yang dilindungi hukum.
Sedangkan setiap badan pastilah memerlukan suatu organisasi yang
terdiri dari organ-organ, karena dengan organ-organ yang dibentuk tersebut
merupakan perantaraan badan hukum dalam bertindak. Sehingga dibuthkan
suatu o rganisasi yang stabil dan teratur serta perangkat aturan organisasi yang
jelas.
Dari kriteria di atas para sarjana benyak yang melihat kedudukan
badan hukum dari sisi ada tidaknya harta kekayaan yang terpisah tersebut
antara harta anggota organisasi dengan harta organisasi atau badan, karena
syarat tersebut dianggap lebih utama bila dibandingkan dengan syarat lainnya.
Artinya jika suatu badan usaha itu kedudukannya sebagai badan hukum, maka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
harus ada kekayaan yang terpisah dari anggota atau pengurusnya. Hal tersebut
tentunya menimbulkan suatu kontradiksi, dimana bisakah suatu badan usaha
yang kekayaannya terpisah bisa dikatakan berstatus sebagai badan hukum.
Dari beberapa unsur diatas, syarat lain yang dapat dijadikan kriteria
sebagai badan hukum dapat pula dilihat dari prosedur pendiriannya dan apa
yang secara khusus disyaratkan oleh Undang-Undang. Untuk mendirikan
suatu badan hukum
selain memenuhi kriteria tersebut diatas, juga harus
memenuhi persyaratan formil yang ditentukan oleh undang-undang dalam hal
ini adalah didirikan denngan akta notaris dan pengesahan oleh pemerintah
atau Pengadilan Negeri setempat.
Peraturan yang mengatur badan hukum yang pernah ada adalah
Stbl.1870 No.64 yang menyatakan antara lain adalah adanya suatu
perkumpulan belum mempunyai sifat badan hukum jika belum disahkan oleh
yang berwajib, yaitu menteri kehakiman. Peraturan Stbl. 1870 no. 64 yang
berkepala sifat badan hukum buat perserikatan tidak berlaku atas persekutuan
(maatschap), perseroan-kongsi, maskapai tanggung menanggung (R. Susanto,
1982:76). Dari Staatblad tersebut dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan
status sebagai badan hukum suatu perkumpulan atau badan usaha harus
dengan pengesahan dari pejabat yang berwenang.
Perlu juga diperhatikan, bahwa badan hukum itu harus didaftarkan dan
diumumkan. Di Indonesia dewasa ini pendaftaran dilakukan di Panitera
Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
(B.N.R.I) yang ditempatkan di dalam bagian Tambahan B.N.R.I. Tujuan dari
pendaftaran dan pengumuman ini adalah untuk melindungi pihak ketiga.
Dengan demikian pihak ketiga dapat mengetahui struktur hukum dari badan
hukum itu, mengenai tujuan dan organ yang berhak bertindak untuk mewakili
badan hukum.
Kelalaian pengurus yang tidak menjalankan kewajiban untuk
melaksnakan pendaftaran dan pengumuman mempunyai akibat hukum, bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
para pengurus atau pendiri secara pribadi bertanggung jawab tanggung
menanggung dan sepenuhnya terhadap pihak ketiga.
d. Kemampuan dan Perbuatan Hukum Badan Hukum
Subyek hukum yang utama adalah manusia, bila dibandingkan dengan
manusia, badan hukum (recht persoon) memperlihatkan sifatnya yang khusus.
Sehingga badan hukum tidak dapat memperoleh semua hak-hak, tidak dapat
menjalankan
semua
kewajiban-kewajiban
maupun
perbuatan
hukum
sebagaimana manusia (natuurlijk persoon).
Badan hukum bukanlah makhluk selayaknya manusia. Badan hukum
tidak mempunyai daya pikir serta kehendak, karena itu badan hukum tidak
dapat melakukan pebuatan hukum sendiri. Ia harus bertindak dengan
perantara orang-orang biasa atau manusia. Ketentuan yang membatasi cara
bertindak dari perantara ini bisa diatur dalam anggaran dasar atau undangundang.
Akan tetapi kemampuan hukum atau kebiasaan hukum dari badan
hukum dalam lapangan hukum harta kekayaan pada asasnya menunjukkan
persamaan yang sama dengan manusia. Tiap hukum kekayaan selain dengan
tegas dikecualikan dapat berlaku pada badan hukum, yaitu dalam hukum
perikatan dan kebendaan. Badan hukum dapat membuat perjanjian,
mempunyai hak atas hak cipta ( Pasal 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta), Perlindungan Merek ( Pasal 7 Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merk), Perlindungan Paten ( Pasal 8 UndangUndang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten). Pembatasan pada kemampuan
hukum dalam lapangan hukum kekayaan ialah pada pembatasan hak pakai,
hak guna bangunan dan tidak diperolehkannya badan hukum memiliki hak
milik atas tanah kecuali badan hukum yang ditunjuk oleh undang-undang,
dasar hukumnya Pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Pokok-Pokok Agraria.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sesuai Pasal 1655, Pasal 1656 dan Pasal 1657 KUH Perdata bahwa
pengurus dapat mengikatkan badan hukum dengan pihak ketiga. Orang-orang
atau pengurus yang bertindak untuk dan atas nama badan hukum dalam hal ini
disebutkan sebagai organ dari badan hukum. Kewenangan orang-orang atau
organ tersebut diatur berdasar anggran dasar dan undang-undang atau
peraturan lain yang mengatur tentang itu, hal ini mencerminkan adanya asas
pembatasan wewenang organ.
Perbuatan organ dalam menjalankan tugasnya yang dilakukan dalam
batasan-batasan
wewenangnya
berdasarkan
ketentuan
undang-undang,
anggaran dasar dan hakikat tujuannya, badan hukum itu terikat dan dapat
dipertanggung
jawabkan.
Dalam
melakukan
perbuatannya
sebagai
pelaksanaan tugasnya tidak dapat dihindari, bahwa pada suatu ketika
perbuatannya itu merupakan perbuatan melanggar hukum. Perbuatan hukum
dan juga perbuatan hukum yang dilakukan organ bukan untuk kepentingan
pribadi, melainkan dilakukan untuk melaksanakan atau mempertahankan hakhak dari badan hukum.
Pertanggung jawaban badan hukum itu ada atas perbuatan melanggar
hukum, jika organ itu bertindak sedemikian dalam batas-batas suasana formil
hukum dapat dipertanggung jawabkan berdasar Pasal 1365 KUHPerdata. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Paul Scholten sebagai perbuatan hukum dari
badan hukum itu sendiri dan bahwa pengetahuan dan kehendak pengurus
adalah kehendak dari badan hukum itu sendiri. Karena itu maka badan hukum
sendiri dapat melakukan perbuatan melanggar hukum.
Akan tetapi organ dalam menyelenggarakan tugasnya yang mengikat
badan hukum, dapat melakukan kesalahn-kesalahan pribadi yang merugikan
badan hukum dan merupakan perbuatan melanggar hukum. Hal itu
menyebabkan dan mewajibkan mereka untuk mengganti kerugian secara
pribadi pula (R.Ali Rido. 2001 :29). Meskipun dalam Pasal 1661 KUHPerdata
disebutkan adanya pemisahan tanggung jawab pribadi akan tetapi jika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perbuatan melanggar hukum tersebut dilakukan, karena kesalahan organ
secara pribadi maka ia mungkin saja juga harus bertanggung jawab sendiri.
Paul Scholten memecahkan persoalan ini dengan secara negatif.
Menurut Paul Scholten kesalahan pribadi itu tidak ada :
1) Apabila perbuatan melanggar hukum itu merupakan suatu pelanggaran
dari suatu norma, yang harus ditujukkan kepada badan hukum.
2) Apabila perbuatan melanggar hukum itu merupakan pelanggaran atas hak
suatu obyek hukum lain dari pelanggaran itu justru terjadi pada waktu
melaksanakan atau mempertahankan hak-hak dari badan hukum
3) Apabila organ bertindak atas perintah jabatan yang mengikat (dari organ
yang lebih tinggi)
4) Apabila tindkannya yang bersifat perbuatan melanggar hukum itu unsurunsurnya terdapat pada badan hukum, tetapi tidak pada organ secara
pribadi (R. Ali, 2001:30).
Dalam keseluruhannya perbuatan organ badan hukum dapat dibagi
dalam beberapa kategori, yaitu :
1) Perbuatan organ yang dilakukan dalam batas-batas
wewenangnya, badan hukum trikat dan bertanggung
jawab.
2) Perbuatan organ di luar wewenangnya, tetapi kemudian
disahkan oleh organ yang lebih tinggi atau perbuatan itu
menguntungkan badan hukum, dalam hal ini badan hukum
terikat.
3) Perbuatan organ di luar wewenangnya dengan pihak
ketiga beritikad baik yang berakibat mengikat, badan
hukum tidak terikat. Mereka secara pribadi bertanggung
jawab tanggung menanggung dan sepenuhnya terhadap
pihak ketiga.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Tindakan organ yang merupakan perbuatan melanggar
hukum dalam batasan-batasan wewenangnya, badan
hukum terikat dan bertanggung jawab.
5) Tindakan organ yang merupakan perbuatan melanggar
hukum di luar wewenangnya, badan hukum tidak terikat.
Organ secara pribadi bertanggung jawab tanggung
menanggung dan sepenuhnya terhadap pihak ketiga.
6) Tindakan organ yang merupakan perbuatan melanggar
hukum dalam batas-batas wewenangnya, tetapi ada
kesalahan pribadi dari organ, badan hukum tetap terikat.
Namun disamping pertanggung jawaban badan hukum,
mereka secara pribadi bertanggung jawab pula. Badan
hukum yang telah membayar ganti kerugian kepada pihak
ketiga, berhak menuntut kembali kepada organ secara
pribadi.
7) Perbuatan organ dalam batas-batas wewenangnya yang
bertindak lalai atau kurang hati-hati yang menimbulkan
kerugian bagi badan hukum, badan hukum tetap terikat.
Disamping badan hukum, ada pertanggung jawaban
pribadi.
Jadi badan hukum mempunyai kepentingan sendiri sebagaimana
manusia. Badan hukum pun mempunyai harta kekayaan yang berdiri sendiri
serta terpisah dari harta anggota atau pengurusnya sesuai dengan kepentingankepentingan yang dilindungi hukum. Kepentingan yang dilindungi oleh
hukum dan dilengkapi dengan suatu tindakan jika kepentingan itu diganggu.
Dalam mempertahankan atau melindungi kepentingan itu, badan hukum
tersebut dapat tampil dimuka pengadilan, baik sebagai penggugat ataupun
tergugat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengesahan status badan hukum memberikan legitimasi kepada suatu
badan usaha untuk menyandang status badan hukum perseroan, sebagaimana
ketentuan Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa perseroan terbatas adalah badan
hukum. Badan hukum merupakan subyek hukum mandiri yang memiliki
kapasitas untuk melakukan perbuatan hukum, dituntut atau menuntut. Badan
hukum perseroan memiliki kapasitas yang tidak dimiliki oleh orang biasa,
yaitu membuat keputusan menajerial melalui agen atau pengurus yang
ditunjuk..
2. Tinjauan tentang Anak Perusahaan dan Induk Perusahaan
a. Pengertian Anak Perusahaan
Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas yang juga terkait dengan
BUMN, akan ditemui beberapa Pasal yang berkaitan dengan perusahaan
kelompok.
Dalam
konteks
ini
Undang-Undang
Perseroan
Terbatas
mengggunakan istilah anak perusahaan dan induk perusahaan. Dalam
Keputusan
Menteri
BUMN
Nomor
KEP-117/M-MBU/2002 Tentang
Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada BUMN, yang
dimaksud dengan anak perusahaan BUMN ialah perseroan terbatas yang
dikendalikan oleh BUMN, secara langsung atau tidak langsung melalui anak
perusahaan dengan memiliki lebih dari 50% saham dengan hak suara atau
memiliki 50% saham dengan hak suara yang memiliki ketentuan sebagai
berikut :
1) Memiliki lebih dari 50% hak suara berdasarkan perjanjian dengan
pemegang saham atau pemiliki modal yang lain;
2) Memiliki hak untuk menentukan kebijakan di bidang keuangan dan
operasional perusahaan berdasarkan Anggaran Dasar atau perjanjian;
3) Mempunyai kemampuan untuk mengangkat atau menghentikan mayoritas
anggota Direksi dan Komisaris atau Dewan Pengawas; dan/atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan mayoritas suara dalam
rapat Direksi dan Komisaris / Dewan Pengawas Perusahaan.
Anak perusahaan dalam urusan bisnis, adalah sebuah perusahaan yang
dikendalikan oleh suatu perusahaan terpisah yang lebih tinggi. Perusahaan
yang dikendalikan disebut sebagai perusahaan, korporasi, atau perseroan
terbatas(http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Anak_perusahaan_Time_Warne
r, diakses 31 Maret jam 09.00 WIB). Anak perusahaan juga pada umumnya
berbentuk erseroan terbatas, karena dibentuk dalam RUPS yang tentu juga
mempunyai kedudukan yang mandiri. Sebagai badan hukum, maka anak
perusahaan merupakan penyandang hak dan kewajiban sendiri, dan
mempunyai kekayaan sendiri, yang terpisah secara yuridis dengan harta
kekayaan pemegang sahamnya. Tidak kecuali apakah pemegang sahamnya itu
merupakan perusahaan holding ataupun tidak.
Menurut teori ilmu hukum yang konvensional maka keterlibatan
perusahaan holding terhadap bisnisnya anak perusahaan hanya dimungkinkan
dalam hal-hal pertama, melalui direktur dan komisaris yang diangkat oleh
perusahaan holding sebagai pemegang saham, sejauh tidak bertentangan
dengan anggaran dasar perusahaan. Kedua, melalui hubungan yang
kontraktual, sejauh tidak bertentangan dengan anggaran dasar perusahaan.
b. Pengertian Induk Perusahaan
Menurut Raaijmakers, kerja sama di antara perusahaan-perusahaan
yang dikenal dengan nama perusahaan kelompok, secara umum dapat diberi
pengertian sebagai susunan dari perusahaan-paerusahaan yang secara yuridis
tetap mandiri dan yang satu dengan yang lain merupakan suatu kesatuan
ekonomi yang dipimpin oleh suatu perusahaan induk (Emmy Pangaribuan,
1994:1). R. Murjiyanto memberikan pengertian induk perusahaan adalah
suatu perusahaan yang sduah besar dan berkembang kemudian membentuk
beberapa perusahaan sebagai anak perusahaan dalam hal ini perusahaan besar
itulah yang menjadi perusahaan pusat atau induk (R. Murjiyanto, 2002:66).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam pengertian umum yang dimaksud dengan perusahaan induk adalah
suatu perusahaan yang menguasai kepemilikan saham perusahaan lain dengan
maksud untuk mengendalikan kebijakan dan manajemen perusahaan lain
tersebut. Biasanya (walaupun tidak selamanya), suatu perusahaan induk
memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang-bidang bisnis yang
sangat berbeda-beda.
Suatu perusahaan dapat disebut sebagai induk perusahaaan apabila:
1) Memiliki lebih dari 50% saham perusahaan lain;
2) Menguasai lebih dari 50% suara dalam RUPS perusahaan lain; dan/atau
3) Dapat mempengaruhi kontrol atas jalannya perseroan, pengangkatan, dan
pemberhentian Direksi dan Komisaris perusahaan lain Sulistiowati
(1997:9).
Sebuah perusahaan induk tidak harus menjadi perusahaan lebih besar
atau lebih kuat, itu mungkin bagi perusahaan induk untuk lebih kecil dari anak
perusahaan, atau orangtua dapat lebih besar dari beberapa atau seluruh anak
perusahaannya (jika memiliki lebih dari satu). Orang tua atau induk
perusahaan disini dan anak perusahaan tidak selalu harus beroperasi di lokasi
yang sama, atau mengoperasikan bisnis yang sama, tetapi juga mungkin
bahwa mereka bisa dibayangkan pesaing di pasar. Juga, karena perusahaan
induk dan anak adalah entitas yang terpisah, sangatlah mungkin untuk salah
satu dari mereka untuk terlibat dalam proses hukum, kepailitan, kenakalan
pajak, dakwaan dan/atau dalam penyelidikan, sementara yang lain tidak.
Induk perusahaan memiliki kewenangan untuk menjadi pimpinan sentral yang
mengendalikan dan mengoordinasikan perusahaan dalam suatu kesatuan anakanak perusahaan dan dalam suatu kesatuan ekonomi (Sulistiowati, 2010:24).
Untuk itu, pecahan-pecahan perusahaan tersebut bersama-sama dengan
perusahaan-perusahaan lain yang mungkin telah terlebih dahulu ada, dengan
pemilik yang sama atau minimal ada hubungan khusus, dimiliki dan pimpin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh suatu perusahaan yang mandiri pula. Perusahaan pemilik (dan pemimpin)
ini yang disebut sebagai perusahaan induk (holding) (Munir Fuady, 1996:88).
c. Hubungan Hukum antara Induk Perusahaan dengan Anak Perusahaan
Dari segi manajemen dan struktur Perusahaan sering menjadi
pembicaraan, yaitu bagaimana pemisahan antara kewenagan pemilikan dan
manajemen Perusahaan grup Perusahaan (induk) dengan anak Perusahaan
(subsidiaries) (Rita Dyah, 2004:77). Semakin profesional suatu grup
Perusahaan semakin tegas pemisahaan dalam kewenangan pemilik dan
manajemen perusahaan. Sebab ketidaktegasan pemisahan tidak saja akan
mengaburkan hak, kewajiban, kewenangan dan tanggung jawab masingmasing pihak, bahkan juga dapat menjadi ancaman terhadap eksistensi grup
perusahaan. Pemisahan kewenagan kepemilikan dengan manajemen akan
menyebabkan semakin perlu adanya manajer-manajer profesional, dalam hal
ini perusahaan harus bernai menyisihkan dana yang cukup besar untuk
mendapatkan tenaga yang profesional.
Di dalam undang-undang tidak diatur secara khusus tentang
perusahaan kelompok. Dari istilah kelompok bisa diartikan bahwa terdapat
beberapa anggota di dalam kelompok. Bila di KUHPerdata diatur mengenai
persekutuan perdata yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang
mempunyai tujuan yang sama untuk memperoleh keuntungan dengan
kewajiban masing-masing memasukkan sesuatu, baik berupa modal, uang,
barang, tenaga atau keahlian yang kesemuanya itu dimaksudkan untuk tujuan
memperoleh keuntungan. Demikian pula dari
kata kelompok dapat
digambarkan bahwa dalam perusahaan kelompok terdapat beberapa anggota
yaitu beberapa perusahaan yang juga mempunyai tujuan yang sama untuk
memajukan perusahaannya.
Pembentukan perusahaan grup atau kelompok dapat terjadi melalui 2
cara :
1) Dengan sengaja didirikan perseroan terbatas yang baru.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Dengan jalan mengambil alih saham dari perseroan terbatas yang sudah
ada dan sudah berjalan yang lebih dikenal dengan akuisisi Rudhi Prasetya
(1994:64).
Tatanan perusahaan group makin banyak terjadi dengan melalui
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan perseroan. Pengertian
penggabungan (merger), peleburan (konsolidasi), dan pengambilalihan
(akuisisi) diatur dalam Pasal 122 sampai dengan Pasal 134 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Induk perusahaan dan anak perusahaan mempunyai anggaran dasar
sendiri-sendiri, yang mana perusahaan-perusahaan tersebut harus menjalankan
usaha seperti yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar masing-masing.
Anggaran dasar suatu perseroan terbatas merupakan hukum yang positif bagi
perseroan terbatas itu yang apabila dilanggar akan mengakibatkan transaksi
yang dibuat menjadi batal (I.G Rai W., 1994:9).
Berdasarkan ketentuan didalam Pasal 122 butir (1) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, penggabungan (merger)
ialah perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri dan berkahir
karena hukum, yang berarti bahwa perusahaan yang menggabungkan diri
beralih pada perusahaan yang menerima penggabungan atau bisa dikatakan
perserooan hasil penggabungan (merger). Dalam merger kerja sama antar
perusahaan yang bergabung itu mencakup kegiatan yang bersifat penuh dan
kemandirian pihak-pihak yang melakukan merger itu tidak ada lagi.
Oleh karena perbuatan penggabungan atau peleburan merupakan
perbuatan hukum yang bersifat materiil, yaitu peralihan saham perseroan yang
menggabungkan atau meleburkan diri kedalam perseroan baru, maka
persetujuan RUPS dilakukan, sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas Pasal 123 butir (3). Sesuai penjelasan Pasal 123
butir (3) bahwa rancangan penggabungan yang telah memperoleh persetujuan
RUPS bagi perseroan tertentu yang akan melakukan penggabungan selain
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berlaku dalam undang-undang, perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari instansi terkait sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang.
Akuisisi ialah pengambilalihan suatu perseroan oleh perseroan lain,
ditemukan dalam Pasal 125 butir (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan
hukum atau orang perorangan. Berdasarkan ketentuan dalam ketentuan Pasal
125 butir (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, pengambilalihan dapat dilakukan melalui pengambilaihan saham
yang mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.
Persyaratan
untuk
melakukan
penggabungan,
peleburan,
dan
pengambilalihan ternyata tidak mudah. Hal ini dapat dilihat Pasal 127 butir
(1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang
menentukan RUPS mengenai penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
perseroan sah apabila diambil sesuai dengan ketentuan Pasal 87 butir (1) dan
Pasal 89.
3. Tinjauan tentang Holding Company
a. Holding Company
Holding company dimulai sejak tahun 1889, ketika New Jersey
menjadi negara bagian pertama yang memberlakukan undang -undang yang
mengijinkan pembentukan perusahaan dengan tujuan utamanya memiliki
saham perusahaan lain. Apabila mengacu pada terminologi yang digunakan
pada Public Untility Holding Company Act di Amerika Serikat, definisi
holding company adalah :
A corporation formes for the express purpose of controlling other
corporations by the ownership of a majority of their voting capital
stock. In common usage, the tterm is applied to any corporationehich
does in fact control other corporations commonlyreferred to as
subsidiaries (William E. & Finla G., 1933:322).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perusahaan adalah suatu pengertian ekonomi yang banyak dipakai
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD
sendiri tidaklah memberikan penafsiran maupun penjelasan resmi tentang
apakah perusahaan itu. Dengan mengacu kepada undang-undang wajib daftar
yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terus-menerus, dan
didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia dengan
2010:1).
Hukum perusahaan itu terdiri dari kaidah atau ketentuan yang tersebar
dalam perundang-undangan, kontrak, yurisprudensi, dan kebiasaan mengenai
perusahaan. Yurisprudensi merupakan sumber hukum perusahaan yang dapat
diikuti oleh pihak-pihak terutama jika terjadi sengketa mengenai pemenuhan
kewajiban dan hak tertentu. Di dalam Yurisprudensi, kewajiban dan hak yang
telah ditetapkan oleh hakim dipandang sebagai dasar yang adil untuk
menyelesaikan sengketa kewajiban dan hak antara pihak-pihak. Melalui
yurisprudensi, hakim dapat melakukan pendekatan terhadap sistem hukum
yang berlainan, misalnya sistem hukum Anglo Saxon. Dengan demikian,
kekosongan hukum dapat diatasi, sehingga perlindungan hukum terhadap
kepentingan pihak-pihak terutama yang berusaha di Indonesia dapat dijamin,
misalnya perusahaan penanaman modal asing di Indonesia.
Adakalanya bisnis dari suatu perusahaan sudah sedemikian besar dan
melebar sehingga perusahaan itu sendiri perlu dipecah-pecah menurut
penggolongan bisnisnya. Tetapi merupakan kebutuhan pula agar bisnis yang
telah dipecah-pecah tersebut, yang masing-masing akan menjadi perseroan
terbatas yang mandiri masih dalam kepemilikan yang sama dengan
pengontrolan yang masih tersentralisasi dalam batas-batas tertentu. Untuk itu,
pecahan-pecahan perusahaan tersebut bersama-sama dengan perusahaanperusahaan lain yang mungkin telah terlebih dahulu ada, dengan pemilik yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sama atau minimal ada hubungan khusus, dimiliki dan dikomandoi oleh suatu
perusahaan yang mandiri pula. Perusahaan pemilik ini yang disebut sebagai
perusahaan holding, dan kewenangan induk perusahaan disini dianggap
menjalankan fungsi holding company (Sulistiowati, 2010:24). Yang dimaksud
dengan perusahaan holding adalah suatu perusahaan yang bertujuan untuk
memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan/atau mengatur satu
atau lebih perusahaan lain tersebut.
Bentuk holding company pada umumnya merupakan cara yang
dianggap lebih menguntungkan dibanding dengan cara memperluas
perusahaan dengan cara ekpansi investasi. Karena dengan cara ini perusahaan
ini akan diperoleh kepastian mengenai daerah pemasaran, sumber bahan baku
atau penghematan biaya melalui penggunaan fasilitas dan sarana yang lebih
ekonomis dan efisien, serta merupakan alasan pemilik perusahaan untuk lebih
mengembangkan usahanya di masa yang akan datang dalam rangka
mempersiapkan perusahaan dalam posisi yang berdaya saing kuat.
b. Kekuatan dan Kelemahan Holding Company
Banyak keunggulan dengan kelemahan holding company yang identik
dengan setiap organisasi berskala besar. Perusahaan dapat ditata berdasarkan
divisi atau dengan cabang - cabang yang dipertahankan sebagai perusahaan
terpisah, tidak mempengaruhi alasan dasar untuk menjalankan operasi multi
produk dan multi pabrik berskala besar. Akan tetapi seperti yang akan dibahas
selanjutnya, penggunaan holding company untuk mengendalikan operasi
berskala besar mempunyai sejumlah keunggulan dan kelemahan yang nyata.
Diana Tobing dalam jurnal Strategi Sinergi untuk Memberdayakan
BUMN di Indonesia, menguraikan lebih jauh tentang keunggulan dan
kelemahan suatu holding company sebagai berikut (Diana Tobing, 2009:5) :
1) Keunggulan Holding Company :
a) Pengendalian dengan kepemilikan sebagian. Melalui operasi holding
company , sebuah perusahaan dapat membeli 5, 10, atau 50% saham
peru sahaan lain. Kepemilikan sebagian (fractional ownership) dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencukupi untuk dapat mengendalikan secara efektif operasi
perusahaan yang sahamnya dibeli. Pengendalian kerja sering
memerlukan pemilikan saham biasa lebih dari 25%. Akan tetapi
kepemilikan itu bisa saja hanya 10%. Selain itu, pengendalian berdasar
marjin yang sangat kecil dapat dipertahankan melalui hubungan
dengan pemegang saham yang besar di luar kelompok holding
company bersangkutan; dan
b) Pemisahan Resiko. Karena berbagai perusahaan operasi ( operating
company ) dalam sistem holding company merupakan badan hukum
terpisah, kewajiban dalam setiap unit terpisah dari setiap unit lainnya.
Karena itu kerugian fatal yang yang dialami suatu unit holding
company tidak bisa dibebankan sebagai klaim atas aktiva unit lain.
Akan tetapi meskipun gambaran umum demikian, namun hal itu tidak
selalu berlaku. Pertama, perusahaan induk ( parent company ) dapat
merasa wajib untuk menyelesaikan utang anak perusahaan demi
menjaga nama baik dan mempertahankan para pelanggan, meskipun
secara hukum tidak terikat untuk itu.
2) Kelemahan Holding Company :
a) Pajak berganda parsial. Apabila holding company memiliki sekurang
kurangnya 80% saham anak perusahaan yang mempunyai hak suara,
peraturan pajak Amerika Serikat memperbolehkan penyerahan surat
pemberitahuan pajak terkonsolidasi, artinya saham dan aset yang
diterima perusahaan induk tidak dikenakan pajak. Pengenaan pajak
berganda parsial ini sedikit banyak mengurangi keunggulan holding
company yang dapat mengendalikan anak perus ahaan dengan
kepemilikan terbatas, tetapi mengenai denda pajak tersebut jika lebih
besar dari keunggulan holding company lainnya merupakan masalah
yang harus ditentukan kasus per kasus; dan
b) Mudah dipaksa untuk melepas saham. Relatif mudah untuk menuntut
dilepaskannya anak perusahaan dari holding company apabila
kepemilikan saham ternyata melanggar undang-undang anti trust.
Namun, jika keterpaduan operasi sudah terjadi akan jauh lebih sulit
untuk memisahkan kedua perusahaan setelah bertahun -tahun menjalin
hubungan, sehingga kecil kemungkinan divestiture secara paksa
terjadi.
Sedangkan beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya
Holding Company adalah sebagai berikut (Sofyan, 2002:3):
1) Dengan Holding Company, perusahaan daerah dapat diatur dengan sistem
yang seragam dan pengendalian terpusat yang berada di kantor perusahaan
induk;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Kantor pusat bertanggung jawab terhadap pembinaan, penyediaan
perangkat sistem, perangkat hukum, penelitian dan pengembangan,
penyediaan modal kerja, dan SDM kepada perusahaan anak;
3) Unit usaha dipimpin oleh direktur anak perusahaan yang bertanggung
terhadap pelaksanaan kegiatan operasional, proses produksi dan
pemasaran, dan kegiatan-kegiatan rutin yang hanya terkait dengan
kegiatan dalam unit usaha yang dikelolanya.
4) Sistem informasi manajemen dan keuangan ditetapkan secara seragam dan
tetap memperhatikan karakteristik usaha masing-masing perusahaan anak.
Hal ini menimbulkan adanya standar sistem pengendalian intern yang
baik, dimana komite audit intern dapat dibentuk perusahaan induk.
5) Sistem yang sama tersebut sekaligus dapat dipakai sebagai tolak ukur
penilaian kinerja manajer perusahaan anak, sehingga dapat memacu
adanya persaingan yang sehat diantara anak perusahaan, khususnya dalam
pencapaiann laba dan sebagai dasar promosi jabatan.
c.
Hubungan Induk Perusahaan dan Anak Perusahaan dengan Holding
Company.
Hukum perseroan memberikan legitimasi terhadap suatu perseroan
untuk melakukan perbuatan hukum yang berimplikasi kepada kepemilikan
saham pada perseroan lain, yang melahirkan keterkaitan induk dan anak
perusahaan. Perbuatan-perbuatan hukum ini meliputi pengambilalihan saham,
perjanjian joint venture, pendirian anak perusahaan, pemisahan perseroan,
maupun pengalihan saham. Kepemilikan suatu perseroan atas saham
perseroan lain melahirkan kewenangan suatu perseroanuntuk mengendalikan
perseroan lain.
Pada dasarnya, keterkaitan induk dan anak perusahaan dalam
konstruksi perusahaan grup ditunjukkan oleh tiga karakteristik sebagai
berikut:
1) Perusahaan grup merupakan susunan induk dan anak perusahaan yang
merupakan badan hukum yang mandiri yang saling terkait erat
2) Fakta pengendalian induk terhadap anak perusahaan dari realitas bisnis
perusahaan grup
3) Perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi (Sulistiowati, 2011:29).
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan
digilib.uns.ac.id
karakteristik
perusahaan
grup
diatas,
pengertian
perusahaan grup merupakan susunan induk dan anak-anak perusahaan yang
berbadan hukum mandiri yang saling terkait erat, sehingga induk perusahaan
memiliki kewenangan untuk menjadi pemimpin sentral yang mengendalikan
dan mengkoordinasikan anak-anak perusahaan bagi tercapainya tujuan
kolektif perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi.
Keterkaitan induk dan anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan
tidak menghapuskan pengakuan yuridis terhadap status badan hukum induk
dan anak perudahaan sebagai subyek hukum mandiri. Sebaliknya, realitas
bisnis perusahaan kelompok mengindikasikan bahwa keterkaitan induk dan
anak perusahaan memberikan kewenangan kepada induk perusahaan untuk
bertindak sebagai
pimpinan sentral
yang
mengendalikan anak-anak
perusahaan dalam mendukung tujuan kolektif perusahaan grup sebagai
kesatuan ekonomi. Keterkaitan induk dan anak perusahaan menciptakan
kontradiksi antara bentuk jamak secara yuridis dan kesatuan ekonomi
(Sulistiowati, 2011:251).
Konstruksi perusahaan grup menimbulkan ketegangan antara bentuk
jamak secara yuridis dengan kesatuan ekonomi. Penyebab timbuknya
ketegangan dalam perusahaan grup adalah dimasukkannya fakta pengendalian
induk terhadap anak perusahaan dari realitas bisnis perusahaan grup ke dalam
ranah hukum perseroan vis-a-vis prinsip hukum mengenai kemandirian badan
hukum induk dan anak perusahaan. Ketegangan antara bentuk jamak secara
yuridis dan kesatuan ekonomi menjadi keniscayaan dari berlakunya prinsip
hukum umum mengenai kemandirian dari badan hukum induk dan anak
perusahaan, ketika anak perusahaan tunduk di bawah kendali induk
perusahaan (Sulistiowati, 2011:122).
Korporasi yang masih kecil dapat menerapkan
operating holding
system, dimana induk dapat terjun ke dalam keputusan-keputusan operasional
anak perusahaan. Semakin besar ukuran korporasi, holding perlu bergeser
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan berlaku sebagai supporting holding, yang hanya mengambil keputusankeputusan penting dalam rangka mendukung anak-anak perusahaan supaya
berkinerja baik. Semakin besar ukuran korporasi, induk harus rela bertindak
sebagai investment holding, yang tidak ikut dalam aktifitas, tetapi sematamata bertindak sebagai pemilik anak-anak perusahaan, menyuntik ekuitas dan
pinjaman,
dan
pada
akhir
tahun
meminta
anak-anak
perusahaan
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya dan menyetor dividen.
Terdapat dua model pengendalian perusahaan group ditinjau dari
kegiatan usaha induk perusahaan, yaitu sebagai berikut :
1) Investment Holding Company
Pada Investment Holding Company, induk perusahaan hanya
melakukan penyertaan saham pada anak perusahaan, tanpa melakukan
kegiatan pendukung ataupun kegiatan oprasional. Induk perusahaan
memperoleh pendapatan hanya dari dividen yang diberikana oleh anak
perusahaan.
2) Operating Holding Company
Pada Operating Holding Company, induk perusahaan menjalankan
kegiatan usaha atau mengendalikan anak perusahaan. Kegiatan usaha
induk perusahaan biasanya akan menentukan jenis izin usaha yang harus
dipebuhi oleh induk perusahaan tersebut (Sulistiowati, 2010:25).
Adapun di dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun tentang
Perseroan Terbatas terdapat maksud dan tujuan yang menjadi syarat wajib
bagi suatu perseroan sehingga investment holding company tidak dapat
dianggap sebagai suatu kegiatan usaha. Bahwa memiliki saham
diperusahaan lain bukan merupakan kegaitan usaha perseroan yang
bersangkutan sehingga tidak diperkenankan untuk dimasukkan sebagai
salah satu kegiatan usaha perseroan dan dicantumkan dalam anggaran
dasar perseroan (Sulistiowati,2010:26).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Tinjauan tentang Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
a. Pengertian BUMN
BUMN merupakan badan usaha dengan lembaga privat, bukan
lembaga publik serta bukan instansi pemerintah. Menurut Pasal 1 UndangUndang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, BUMN adalah usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang
dipisahkan. Dalam pendirian BUMN sebagaimana diatur dalam Pasal 4 buitr
(1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Perseroan Terbatas
mengenai modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan. BUMN merupakan badan hukum tersendiri dengan memiliki
kekayaan tersendiri yang terpisahkan dari kekayaan negara. Adapun kekayaan
negara disini merupakan keuangan negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu sesuai dengan hukum positif dan
sejumlah putusan pengadilan. Terdapat dalam Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 2 huruf (g) yang
mendefinisikan keuangan negara disebutkan bahwa, kekayaan Negara atau
kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara atau perusahaan
daerah.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa unsur yang
menjadi suatu perusahaan dapat dikategorikan sebagai BUMN:
1) Badan usaha atau perusahaan
2) Modal badan usaha tersebut seluruhnya atau sebagian besar dimiliki oleh
negara. Jika modal tersebur tdak seluruhnya dikuasai negara, maka agar
tetap dikategorikan sebagai BUMN, negara minimum menguasai 51%
modal tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Di dalam usaha tersebut, Negara melakukan penyertan secara langsung.
Mengingat disini ada penyertaan langsung, Negara terlibat dalam
menanggung resiko untung dan ruginya perusahaan. Menururt Penjelasan
Pasal 4 butir (3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN,
pemisahan kekayaan negara untuk dijadikan penyertaan langsung Negara
ke BUMN, sehngga setiap penyertaan tersebut harus ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah (PP).
4) Modal penyertaan tersebut berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.
Kekayaan negara yang dipisahkan selain sebagai keuangan Negara
disini adalah pemisahan kekayaan Negara dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada
BUMN untuk dijadikan modal BUMN. Setelah itu pembinaan dan
pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun pembinaan
dan pengelolaannya pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN secara tegas
menyebutkan bahwa modal BUMN adalah penyertaan langsung dari kekayaan
Negara yang dipisahkan. Dengan pemisahan ini, begitu negara melakukan
penyertaan di perusahaan tersebut, maka penyertaan tersebut demi hukum
menjadi kekayaan badan usaha. Pemisahan kekayaan ini merupakan
konsekuensi hukum bagi sebuah badan hukum. Dengan demikian, secara
yuridis modal tadi sudah menjadi kekayaan perusahaan, bukan kekayaan
negara lagi.
b. Holding BUMN
Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan terdapat pada
Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan
BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam maupun di luar pengadilan terdapat pada Pasal 1 butir (2) UndangUndang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
Terdapat pada Pasal 2 butir (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2003 tentang BUMN suatu maksud dan tujuan dari BUMN itu yang berisi :
(1) Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah :
a. memberikan
sumbangan
bagi
perkembangan
perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan
negara pada khususnya;
b. mengejar keuntungan;
c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai
bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum
dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;
e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan
masyarakat.
Banyak
perkembangan
perusahaan
BUMN
di
Indonesia
mengakibatkan perlu adanya suatu holding dalam management perusahaan
tersebut yang kelak nantinya akan memberi peluang baru bagi perusahaan
tersebut untuk lebih berkembang dengan menempatkan orang-orang atau
pengurus yang tepat, agar terhindar dari kerugian dan kepailitan besarbesaran, karena nantinya juga akan berdampak terhadap perekonomian
Negara ini. Strategi holding induk dengan holding BUMN yang akan menjadi
payung bagi pengelolaan perusahaan-perusahaan BUMN. Pada masa kini
sudah bukan zamannya negara mendominasi perekonomian melalui BUMN.
Holding BUMN adalah korporasi yang memiliki saham perusahaan lain
dalam jumlah yang cukup sehingga dapat mengendalikan perusahaan BUMN
tersebut. Bagi BUMN yang sejenis tidaklah sulit untuk melakukan
penggabungan.
Maka dalam holding BUMN sendiri merupakan suatu perkembangan
yang dilakukan pemerintah dengan proses pembangunan perusahaan holding
perpustakaan.uns.ac.id
BUMN
yang
digilib.uns.ac.id
membutuhkan
konsultasi
dengan
berbagai
pemangku
kepentingan, dan tujuannya adalah untuk menjadikan BUMN agar lebih
efisien dan produktif. Holding BUMN mempunyai manfaat yang besar dalam
perkembangan ekonomi negara karena dengan adanya holding ini pun BUMN
yang tidak berkembang dapat menggabungkan dan mengambilalih dengan
penyertaan modal yang ada pada BUMN.
c. Keuntungan dan Kerugian Bentuk
Holding BUMN Bagi Anak
Perusahaan
Pada perusahaan group ataupun holding company disini adalah BUMN
membawa keuntungan serta kerugian tersendiri yang diperoleh bagi anak
perusahaan dalam perusahaan diantaranya adalah :
1) Meningkatkan posisi tawar dalam bernegosiasi
Dengan adanya nama besar induk perusahaan dalam anak
perusahaan, dalam hal bernegosiasi berbisnis perusahaan anak seringkali
mendapatkan keuntungan, karena nama besar perusahaan induk seperti
sudah menjadi jaminan dalam dunia usaha.
2) Keuntungan bersama dari kerjasama induk perusahaan dengan anak
perusahaan
Keuntungan lainnya ialah kerjasama antara induk perusahaan dan
anak sendiri dengan bentuk usaha yang saling terkait.
3) Adanya alih teknologi
Dengan berada dibawah induk perusahaan, maka anak perusahaan
dapat mendapatkan kemudahan transfer teknologi terbaru dari perusahaan
induk dengan murah dan cepat.
4) Mempermudah perolehan bahan baku dan memotong biaya produksi
Dengan bahan baku produksi yang masih berasal dari anak
perusahaan ataupun sebaliknya maka harga pokok produksi bagi masingmasing perusahaan akan dapat ditekan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain keuntungan yang didapat anak perusahaan, ada juga kerugian
atau segi negatif yang didapat oleh anak perusahaan, yaitu adanya campur
tangan induk perusahaan kedalam anak perusahaan yang terlalu dalam, maka
hal ini dapat merugikan anak perusahaan. Proses pengambilan keputusan akan
lebih birokratis, panjang dan berbelit-belit. Direksi dari anak perusahaan tidak
bisa bebas dalam mengambil keputusan.
d.
Holding BUMN di Beberapa Negara
Dalam pengembangan holding BUMN di Indonesia, negara ini perlu
berkaca dari negara-negara lain dengan pengembangan BUMNnya yang
sangat pesat bagus dan berkembang. Sehingga menjadikan negaranya bukan
saja negara berkembang. BUMN di negara lain dibedakan menjadi kategori
utiliti publik dan industri vital. Utiliti publik seperti pos, telekomunikasi,
listrik, gas, kereta api, dan penerbangan, sedangkan industris vital (strategis),
yaitu minyak, batu bara, besi baja, perkapalan, dan otomotif. Perusahaan
utiliti publik harus dikontrol secara jelas dan terbuka oleh wakil rakyat, pers,
pemerintah, masyarakat dan tidak boleh dikelola secara rahasia dimana hanya
ada oknum birokrat, teknokrat, dan politisi yang mengatur tarif dan hanya
secara subyektif tanpa konsultasi dan perhitungan secara cermat. Di negara
kapitalis liberal, perhitungan tarif utiliti publik didiskusikan lebih dulu secara
terbuka. BUMN utiliti jika tidak boleh merugi maka sebaliknya harus
memperoleh laba guna reinvestasi, depresiasi, dan ekspansi di masa depan.
1) Holding BUMN di Singapura
Singapura negara kecil dengan perekonomian yang pesat, salah
satu hal yang mendukung perekonomian itu adalah dengan holding pada
BUMN di negaranya. Temasek sebagai penjelma artikulasi negara di
dalam bidang ekonominya berbentuk perusahaan induk (holding
company). Temasek (Singapura) didirikan melalui anggaran pemerintah
yang menjalankan strategi bisnisnya keluar dengan melakukan investasi
pada perusahaan-perusahaan potensial di tingkat regional maupun global,
perpustakaan.uns.ac.id
dan
digilib.uns.ac.id
kemudian
mengembangkannya.
Temasek Holdings
terdiri
Dalam
pengorganisasiannya,
dari tiga kekuatan pendorong,
yaitu
pengembangan strategis, pengembangan perusahaan, dan manajemen
sumber daya kapital. Temasek sendiri bertujuan untuk mengambil peran
lembaga investasi BUMN. Operasi Temasek dimulai dengan modal awal
sebesar S$350 juta yang diberikan oleh Menteri Keuangan (Fachry Ali
dan R.J. Lino, 2013:108).
Artinya orientasinya murni sebagai pencari laba (economic animal)
dan sangat outward looking. Kebanyakan investasi yang dilakukan oleh
Temasek Holdings berfokus pada perusahaan-perusahaan di Kawasan
Asia.
Hal
ini
berdasarkan
pertimbangan
semakin
meningkatnya
pertumbuhan ekonomi di kawasan ini, yang dimotori Tiongkok dan India.
Temasek Holdings memfokuskan diri untuk berinvestasi pada perusahaanperusahaan dalam sektor-sektor yang berkorelasi dengan transformasi
ekonomi yang sedang terjadi di suatu negara seperti keuangan, energi, dan
infrastruktur.
Harry Azhar Aziz usai Rapat Dengar Pendapat di gedung DPR
menjelaskan kepemilikan saham asing boleh ambil 100 persen saham, tapi
tidak boleh terafiliasi dengan grup atau perorangan yang lain dalam
memiliki
perbankan
dan
dibagi
menjadi
beberapa
porsi
(www.antaranews.com/berita/363089/dpr-kepemilikan-saham-asing-bisatiru-singapura, 25 Juli 2013 jam 21.00 WIB . Disini modal awal operasi
Temasek sebesar S$350 juta yang diberikan oleh Menteri Keuangan.
Modal itu telah tumbuh dengan total nilai fortopolio lebih dari S$160
miliar. Faktor perkembangan pesat modal Temasek ini berkaitan dengan
fakta bahwa ia menaungi beberapa BUMN raksasa Singapura seperti,
Development Bank of Singapore (DBS), Singapore Telecommunication
(SingTel), Chartered Semiconductor Manual, Keppel Group, Neptune
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Orient Line (NOL), Singapore Air Lines (SIA) (Fachry Ali dan R.J. Lino,
2013:109).
Langkah Temasek Holdings dalam kurun waktu 1980-an dan
1990-an, yang melepas perusahaan-perusahaan yang dianggap tidak
strategis layak diikuti jejaknya. Tujuan utamanya adalah mengembangkan
marketisasi serta memberikan peluang bagi partisipasi yang lebih luas
kepada pihak swasta dalam perekonomian Singapura.
Sementara BUMN kita lebih disibukkan dengan urusan ke dalam
dan tidak bisa jika semata-mata hanya mencari untung, dan meninggalkan
fungsi sosialnya karena kembali ke dasar dari undang-undang kita yang
merupakan tangan kanan rakyat dengan menjaga kesejahteraan (walfare)
rakyat. Akar historis, visi dan misi yang diemban Temasek tentu akan
berbeda dengan holding BUMN kita. Hal ini memang layak untuk
dicermati, kita tidak dapat serta-merta menjiplak kesuksesan mereka.
Barangkali yang dapat dijadikan pelajaran bagi BUMN kita adalah
pengembangan strategis. Temasek Holdings mencetak perusahaan sukses
dengan cara restrukturisasi, divestasi, atau investasi pada perusahaanperusahaan yang sahamnya mereka miliki. Sebagai pemegang saham,
Temasek Holdings secara teratur memantau kinerja portofolio perusahaan
dan investasi yang dimilikinya, namun tidak memberikan arahan
keputusan-keputusan yang sifatnya operasional dan komersial dari
portofolio perusahaan yang dipegangnya, kecuali terhadap hal-hal yang
memang memerlukan persetujuan dari pemegang saham, dalam hal ini
Temasek Holdings. Jika ini diterapkan dalam pola holding company di
BUMN kita, intervensi politik akan berkurang drastis dan pertimbangan
bisnis yang rasional mengemuka. Kemungkinan intervensi politik akan
masuk melalui holding BUMN, tetapi jika dipastikan bahwa holding tidak
masuk kepada keputusan operasional dan komersial, akan menjadi tanggul
bagi intervensi poltik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Temasek Holdings juga menempatkan orang yang tepat untuk
duduk di jajaran direksi. Jajaran direksi inilah yang kemudian bertanggung
jawab untuk meningkatkan kinerja perusahaan serta memberikan arahan
strategis kepada tim manajemen di bawahnya. Mereka berperan sebagai
katalis strategis serta bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang
terdapat dalam portofolionya untuk mencari peluang pengembangan
strategis. Ini mencakup peluang bagi merger dan akuisisi, investasi baru,
serta dilusi terhadap kepemilikan saham suatu perusahaan. Barangkali
peran holding BUMN kita memiliki peran seperti ini yaitu menempatkan
orang yang tepat, menciptakan sinergi di antara perusahaan yang berada
dalam portofolionya untuk meraup peluang baru dan jika perlu melakukan
merger dan akuisisi, investasi baru maupun dilusi.
2) Holding BUMN di China
China adalah negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Di balik tingginya angka pertumbuhan ekonomi tersebut, ternyata
peran BUMN China cukup dominan. Jurnal Far Eastern Economic
Review (FEER) terbitan Oktober 2006 lalu menurunkan artikel Hofman
dan Kuijs ekonom Bank Dunia di Beijing. Dalam tulisannya, Hofman dan
Kuijs menyatakan bahwa BUMN China memegang peran yang signifikan
dalam perekonomian China, khususnya BUMN yang bergerak di sektor
padat modal seperti industri berat.
Menurut ekonom Profesor Dawam Rahardjo, China sangat
menjaga BUMN mereka dan tidak mau memprivatisasi perusahaan
negara. Akhirnya, China bisa terus maju dan hampir melampaui ekonomi
Amerika Serikat. Sejak korporatisasi BUMN dimulai sejak tahun 1994,
negara justru memperkuat kepemilikannya baik dengan mengambil
kembali (held back) saham-saham maupun dengan dalihkan kepada
perusahaan-perusahaan invesment trust and asset management milik
pemerintah (Fachry Ali dan R.J. Lino, 2013:75).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam definisi pemerintah China, yang dimaksud BUMN adalah
ketika seluruh aset-aset perusahaan tersebut dimiliki oleh negara (SOEs as
enterprises in which all assets are owned by the state) (Andrew
Szamosszegi dan Cole Kyle, 2011:4). Pandangan The Economist terdapat
80% nilai pasar saham China dikuasai oleh BUMN (Fachry Ali dan R.J
Lino, 2013:6).
Dilihat dari kepemilikannya, BUMN China terbagi ke dalam dua
golongan besar, yaitu dimiliki oleh pemerintah pusat (centraly owned),
dan pemerintah daerah (owned by provincial or local government). Dalam
konteks manajerial, BUMN-BUMN milik pemerintah pusat dikelola oleh
beberapa badan dan departemen pemerintahan. Maka, dinegeri ini
BUMN-BUMN yang mengelola dan mengembangkan aset negara berada
dibawah
Stated
Owned
Assets
Supervision
and
Administration
Commision of the State Council (SASAC). Lembaga ini pada dasarnya
berfungsi sebagai perusahaan induk (holding company), yaitu memegang
saham BUMN China yang sebelumnya dimiliki langsung oleh negara.
SASAC ini didirikan oleh Dewan Negara dan hingga dewasa ini terdapat
kira-kira 300 SASAC di China. BUMN-BUMN dibidang finansial dan
keuangan ada dibawah pengawasan seperti China Banking Regulatory
Commisssion (CBRS). Dengan adanya dividen yang pada tahun 2007
mulai disetorkan ke pemerintah, maka dapat terlihat bahwa tanggung
jawab hukum yang dapat diambil dari negara China ini adalah juga
terdapat pada induk perusahaan yang mengelola sesuai porsinya, karena
pada akhirnya
tujuan
untuk
membiayai
kebutuhan
publik
dan
pengembangan industri, juga diarahkan untuk membatasi investasi BUMN
yang dinilai overinvestment.
3) Holding BUMN di Brazil
Usaha awal untuk mengendalikan meluasnya BUMN di Brazil
dilakukan pada tahun 1979 dengan dilakukannya Program Nasional
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Debirokratisasi. Program ini digunakan pemerintah untuk lebih menekan
ekspansi yang berlebihan pada BUMN, sehingga jika adanya proses
privatisasi hal ini tidak berdampak banyak. Sehingga tanggung jawab
pemerintah dalam mengatur BUMN tetap memiliki campur tangan yang
besar, dan terlihat adanya pemisahan bahwa perusahaan pun memiliki
peraturan perusahaan untuk mengelola perusahaan dengan baik.
Kebijakan liberalisasi yang diperkenalkan pemerintahan sejak
April 1990 ini dilakukan dengan memperkecil tarif dan hambatan lain
untuk impor. Hal ini dilakukan karena jika privatisasi dapat meningkatkan
pemberdayaan kekuatan ekonomi di beberapa industri, maka kompetisi
internasional yang lebih besar menghasilkan sistem ekonomi yang lebih
terbuka dan akan menghindari penyalahgunaan kekuatan ekonomi.
Dengan demikian pengaruh kekuatan ekonomi sekelompok tidak akan
berhasil jika dilakukan dengan sistem pasar yang tertutup bagi kompetisi
asing.
Disparitas kepemilikan aset nasional di Brazil menjadi masalah
utama mengapa kebijakan privatisasi BUMN ternyata hanya menggeser
kepemilikan pemerintah kepada kepemilikan aset nasional yang notabene
orang atau kelompok itu-itu saja. Efisiensi mikro yang diharapkan menjadi
dampak utama kebijakan privatisasi BUMN ternyata tidak dapat terlalu
diharapkan di Brazil dapat menciptakan efisiensi (Pandu Patriadi,
2003:86).
e. Politik Hukum Holding BUMN di Indonesia
Sampai dengan tahun 2007, struktur dan komposisi BUMN telah
terkelompokkan dan tertata sedemikian rupa. Manfaat dari holding BUMN ini
besar, karena jika terlalu banyak BUMN juga berakibat dominasi BUMN,
serta memastikan pengelolaanya mendatangkan nilai tambah yang signifikan
bagi negara bukan sebaliknya. Politik hukum disini mencakup proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembangunan dan pelaksanaan hukum yang dapat menunjukkan peranan, sifat
dan kearah mana hukum akan di bangun dan ditegakkan. Jika melihat sejarah
atau profil dan posisi BUMN dapat digambarkan sebagai berikut (Djuwita
Ramelan, 2007:6) :
Tabel 1. Politik-Ekonomi dan Dasar Hukum BUMN
Periode
Sistem Politik
Dasar Hukum
Profit & Posisi BUMN
UU
Perusahaan
Negara(Indonesiche
Bedrijven Wet/IBW),
UU
Perbendaharaan
Negara (Indonesische
Comptabliteits
Wet/ICW),
Kitab
Undang-Undang
Hukum Perdata dan
Hukum Dagang
BUMN
Generasi
pertama seperti Bank
Negara
Indonesia
(BNI), Jawatan Kereta
Api, Pos Telepon, dan
Telegraf, dan lain-lain
Ekonomi
1945-1953
Masa revolusi dan
perjuangan
Konferensi
Meja
Bundar
1953-1959
Liberal dan UUD UU No. 86 Tahun Bank Indonesia, Bank
1950
Indonesia,
1958
tentang Rakyat
Pelni,
PT.
Semen
Nasionalisasi
Gresik,
PT.
Pupuk
Perusahaan
Milik
Sriwijaya,
dll
Belanda di Indonesia
1959-1967
Etalisme/Sosialisme Perturan
Pemerintah BUMN
Generasi
Pengganti UU (Perpu) Kedua,
yaitu
Eks
No.19 Tahun 1960
nasionalisasi
perusahaan Belanda
De-etatisme,
UU No. 1 Tahun 1967 Rasionalisasi BUMN,
PMA&PMDN
tentang
Penanaman swastanisasi
eks
Modal Asing (PMA) perusahaan
Belanda
dan UU No. 6 Tahun dan
porsi
swasta
1968
tentang membesar
Penanaman
Modal
Dalam
Negeri
(PMDN), Perpu No. 1
Tahun 1969 (kemudian
menjadi UU No.9
Tahun 1969)
Neo-etatisme
the UU No. 9 Tahun 1969, BUMN
Generasi
dutch
disease UU PMA dan UU Ketiga,
seperti
1967-1974
1974-1982
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proteksi
industry
1982-1990
1990-2020
infant PMDN
Pertamina
sebagai
godfather
benih
konglomerat swasta
De-etatisme
II, Peraturan Pemerintah BUMN
Generasi
deregulasi,
dan No. 3 Tahun 1983 Keempat,
Quasi
debirokratisasi
tentang Tata
BUMN
dan
Cara Pembinaan dan Swastanisasi
Pengawasan
Perjan,
Perum dan Persero
Demokratisasi,
UU No. 19 Tahun 2003 UU Larangan Praktik
APEC,
tentang BUMN
Monopoli
dan
GATT/WTO
Persaingan
Usaha
Tidak Sehat, UU Usaha
Kecil dan Menengah
Sejarah berbicara bahwa sejak nasionalisasi perusahaan Belanda
berdasarkan Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi
Perusahaan Milik Belanda di Indonesia, telah diambilalih oleh perusahaan
Indonesia. Ketika itu pemerintah menginginkan dan berharap agar
perusahaan-perusahaan Belanda yang telah diambil-alih dapat dikelola dan
dikembangkan oleh para pengusaha swasta pribumi, akan tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa para pengusaha swasta pribumi saat itu belum memiliki
kemampuan untuk menanganinya karena keterbatasan modal usaha dan
sumber daya manusia. Pemerintah mengeluarkan Perpu Nomor 1 Tahun 1969
yang kemudian menjadi Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 yang berhasil
mengurangi jumlah BUMN dari sekitar 822 menjadi 184 perusahaan. Dengan
Undang-Undang ini, BUMN dikelompokkan menjadi tiga bentuk yaitu Perjan,
Perum dan Persero. Selain itu, ada lagi bentuk BUMN yang diatur secara
khusus dengan undang-undang tersendiri yaitu bank-bank milik pemerintah
dan
Pertamina.
Penerbitan
peraturan
perundangan
tentang
BUMN
dimaksudkan untuk menciptakan landasan hukum yang kuat dan jelas bagi
pemangku kepentingan (stake holers). Melalui peraturan perundang tersebut
diharapkan dapat dirumuskan arah, sasaran, program, dan kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemerintah terhadap BUMN secara jelas sehingga dapat menjadi pedoman
bagi semua pihak yang terkait. Peraturan Tentang BUMN merupakan
kebutuhan mutlak karena landasan hukum tentang BUMN yang ada
sebelumnya belum sempurna, termasuk beberapa ketentuan tentang
restruksturisasi dan privatisasi (Riant Nugroho dan Randy R. Wrihatnolo,
2008:11-12). Seperti diketahui sampai tahun 2020, Kementerian menargetkan
pembentukan banyak holding. Antara lain holding Sektor Usaha Perkebunan,
Sektor Usaha Kehutanan, Sektor Usaha Pangan, Sektor Usaha Maritim,
Sektor Usaha Kesehatan, Sektor Usaha Pertambangan, Sektor Usaha
Penerbangan dan Kebandarudaraan. Holding Sektor Usaha Semen, Sektor
Usaha Konstruksi, Sektor Usaha Angkutan Darat, serta holding Sektor Usaha
Pariwisata.
Dari politik BUMN di Indonesia dapat dilihat pembanding dengan
negara-negara seperti Singapura, China, dan Brazil sebagai berikut :
Tabel 2. Pembeda BUMN dengan beberapa negara
No
1.
2.
Faktor
Singapura
Pembeda
Kepemilikan Kepemilkan
Saham
saham
oleh
pemerintah dan
kepemilikan
saham
oleh
asing
100%
tetapi
dibagi
menjadi
beberapa porsi.
Intervensi
Adanya
Pemerintah
intervensi
pemerintah
denga adanya
penggunaan
anggaran
pemerintah
terhadap
BUMN
di
China
Brazil
Indonesia
Terbagi
2, Kepemilikan
yaitu :
saham
oleh
1.Kepemiikan pemerintah
Pemerintah
Pusat;
2 Kepemilian
Pemerintah
Daerah.
Kepemilikan
saham oleh
pemerintah
paling sedikit
dan
atau
seluruhnya
51%
Adanya
intervensi,
baik
dari
pemerintah
pusat
maaupun
daerah.
Adanya
intervensi
besar
dari
pemerintah
untuk
pengaturan
terhadap
BUMN
di
Indonesia
Ada tetapi kecil
karena
Pemerintah
Brazil
lebih
mengedepankan
liberalisasi
sehingga
menimbulkan
privatisasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.
Orientasi
Usaha
4.
Jenis
BUMN
Singapura,
yaitu Temasek
Holding
Company.
Profit Orieted Profit
(Keuntungan)
Orieted
(Keuntungan)
dan
Public
Oriented
Industri,
Industri,
telekomunikasi, finanasial dan
penerbangan
keuangan,
perdagangan
Profit Orieted Profit Orieted
(Keuntungan)
(Keuntungan)
dan
Kesejahteraan
rakyat
Industri
baja Semen dan
dan fertilizer, Pupuk
petrokimia
Berikut ini dikemukakan jumlah perusahaan BUMN di Indonesia pada
tahun 2013 menurut bidang usahanya, yaitu :
Tabel 3. Jumlah dan Sektor BUMN di Indonesia
No
Sektor BUMN
Jumlah
1.
Perikanan, Pertanian, dan Kehutanan
25
2.
Pertambangan & Penggalian
5
3.
Industri Pengolahan
31
4.
Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan
2
Udara Dingin
5.
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur
2
Ulang, Pembuangan Pembersihan Limbah dan
Sampah
6.
Konstruksi
10
7.
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan
4
Perawatan Mobil dan Motor
8.
Transportasi dan Pergudangan
23
9.
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1
10. Informasi dan Komunikasi
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Asuransi dan Jasa Keuangan
23
12. Real Estate
2
13. Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis
10
JUMLAH
Sumber: Direktori BUMN (http://www.bumn.go.id,
141
diakses
tanggal 28 Mei 2013 jam 10.00 WIB).
f.
Contoh Holding BUMN
Salah satu upaya yang diambil pemerintah dalam pengembangan
BUMN adalah holding company atau biasa disebut holding BUMN. PT Pupuk
Sriwidjaja (Persero) yang sekarang menjadi PT. Pupuk Indonesia adalah salah
satu perusahaan BUMN yang dibentuk pemerintah dalam bentuk holding
company. Holding Company seperti induk perusahaan yang mana dalam
penyertaan modalnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 1997 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik
Indonesia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Pupuk
Sriwijaya . Sebagai penyertaan modal negara tersebut terdapat salah satu
perusahaan perseroan pula yaitu PT. Petrokimia Gresik didalamnya yang
mana beralih ke PT. Pupuk Sriwidjaja yang sekarang menjadi PT. Pupuk
Indonesia.
Pada Tahun 1960 Pemerintah Indonesia melaluli Surat Keputusan
Presiden No.260 Tahun 1960, Ketetapan MPRS No.II/MPRS/1960,
membentuk Proyek Petrokimia Surabaya Sebagai Proyek Prioritas dalam Pola
Pembangunan Nasional Semesta berencana tahap I (Tahun 1961-1969), inilah
awal berdirinya PT Petrokimia Gresik. Berdasarkan Instruksi Presiden RI No.
01/inst/1963, tanggal 4 Maret 1963 Proyek Petrokimia Surabaya mulai
dilaksanakan. Karena terjadi G30S/PKI, maka proyek tersebut tersendatsendat dan perusahaan mengalami perubahan status, baru pada tahun 1971
sesuai Peraturan Pemerintah No. 55/1971 menjadi Perum, Proyek tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilanjutkan dengan membentuk Perum Petrokimia Gresik. Gresik telah
menjadi kabupaten sendiri diluar wilayah Surabaya. Kontrak pembangunan
proyek ditandatangani pada tanggal 10 Agustus 1964 dan mulai dilaksanakan
pada tanggal 8 Desember 1964. Proyek Petrokimia Surabaya diresmikan oleh
Presiden pada tanggal 10 Juli 1972, selanjutnya tanggal 10 Juli diabadikan
sebagai hari jadi PT Petrokimia Gresik. Pada tahun 1974 sesuai Peraturan
Pemerintah No. 35/1974 jo PP No. 14/1975 berubah menjadi perseroan
dengan nama PT Petrokimia Gresik (Persero). Berdasarkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1997 Tentang Penambahan Penyertaan Modal
Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan
(Persero) PT. Pupuk Sriwijaya, penyertaan modal negara di PT Petrokimia
Gresik (Persero) diserahkan sebagai tambahan penyertaan modal saham pada
PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) yang sekarang menjadi PT Pupuk Indonesia
sehingga berubah menjadi PT Petrokimia Gresik.
PT. Petrokimia Gresik ini dahulu merupakan BUMN yang bergerak di
bidang pertanian dan pangan dengan beberapa industri yang dikembangkan
untuk kemajuan perekonomian, pangan, dan kesejahteraan masyarakat. Hasil
industri dari PT. Petrokimia Gresik ini tidak hanya digunakan masyarakat
Indonesia, namun juga di ekspor ke luar negeri.
g.
Penelitian Relevan yang telah dilakukan Sebelumnya
Pada latar belakang sedikit disinggung mengenai penelitian terhadap
beberapa perusahaan group yang berdampak terhadap beralhinya saham serta
tanggung jawab hukum yang selanjutnya ada pada anak dan induk
perusahaan. Penelitian terhadap PT Semen Padang yang beralih saham ke PT
Semen Gresik. Pada tahun 1995 , pemerintah meminta manajemen satu
perusahaan tertentu dalam hal ini PT Semen Gresik (Persero)Tbk untuk
memebeli sebagian besar saham BUMN lainnya dalam hal ini PT Semen
Padang, dan kemudian menjadi anak perusahaan dari Semen Gresik Group
Company
(Shelly
Amelia,
2006:3).
Adapun
yang
harus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipertanggungjawabkan oleh anak perusahaan yang meminta pemisahan
adalah pelepasan keterkaitan modal dari luar/hutang kepada PT Semen Gresik
sebagai induk perusahaan; pelepasan keterkaitan perjanjian dengan induk
perusahaan yaitu anak perusahaan meminta induk perusahaan untuk
melepaskan perjanjian jual-beli dengan pihak ketiga yang mengikutsertakan
anak perusahaan di dalam perjanjian jual beli tersebut; anak perusahaan harus
melepaskan tanggungjawab kontraktual induk perusahaan yang berisi jaminan
induk perusahaan terhadap kreditur anak perusahaan, lalu anak perusahaan
mencari penjamin selain induk perusahaan yang disetujui oleh kreditur
(Akhmad Khalimy, 2004:vi).
Penelitian selanjutnya ada pada Astra Group dimana Kasus bank
Summa dari Grup Summa adalah contoh dari sisi buruk deregulasi perbankan
pada tahun 1998. Industri perbankan menjamur dan itu dibarengi penyaluran
kredit dalam bilangan besar yang kadang-kadang mengabaikan prinsip-prinsip
bisnis yang sehat. Hal ini dikarenakan bank membiayai kelompok usahanya
sendiri. Puncak semua itu tahun 1992 ketika meledak kasus kredit macet bank
Summa sejumlah Rp 1,4 triliun. Ketika itu Edward Soeryadjaya, putra sulung
Williem Soeryadjaya pendiri Astra berniat menyaingi bisnis sang ayah. Ia
menggunakan jalur cepat. Edward mulai dengan mendirikan Summa
International Bank Ltd. Tahun 1979 di Port Vila, vanutu dengan modal US$
25 juta AS. Setahun kemudian ia mengembangkan usaha di HongKong. Tiga
tahun kemudian, Edward berpatungan dengan pengusaha HongKong
melebarkan sayap ke Indonesia dengan mendirikan Summa International
finance Co. Ltd (kemudian menjadi Indover Summa Finance, usaha patungan
dengan anak perusahaan Bank Indonesia, Indover). Bisnis Edward maju pesat.
Ia membeli sejumlah saham perusahaan besar, seperti Bank Asia yang
kemudian namanya menjadi Bank Summa. Selain itu ia ikut memiliki
Bandung Indah plaza,Hotel Sabang (Jakarta) dan berbagai macam bisnis
property dan keuangan. Tak sulit ditebak dari mana dana Edward tersebut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari Bank Summa, banyaknya tak diketahui pasti. Tapi yang jelas saat itu
asset Bank Summa mencapai Rp. 1,2 triliun. Akibatnya pasti: kesulitan
likuiditas. Waktu pemerintah memberlakukan kebijakan uang ketat (1990)
makin tertekanlah Bank Summa. Tiga bulan kemudian Bank Summa benarbenar mengalami krisis keuangan yang hanya bisa diatasi dengan bantuan
dana segar. Pada Juni 1992 Williem mengambil alih 100 persen saham Bank
Summa. Kesehatan Bank Summa tetap memburuk. Kewajibannya ditaksir
mencapai Rp 1,7 triliun. Tak lama kemudian williem menjaminkan seratus
juta lembar saham Astra Internasional senilai Rp. 500 milliar kepada Bapindo,
Bank exim dan Bank Danamon untuk memberikan dana pada Bank Summa.
Semua itu pada akhirnya tidak dapat menyelamatkan Bank Summa, vonispun
jatuh pada 14 Desember 1992 Bank Summa dilikuidasi berdasarkan UndangUndang Perbankan tahun 1992. Dilihat kasus Bank summa diatas dapat dilihat
bahwa pemilik (owner) memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap
manajemen dan jalannya perusahaan. Sehingga keputusan yang dihasilkan
oleh organ-organ perusahaan adalah keputusan-keputusan dari keinginan
pemilik perusahaan yang pada akhirnya menyebabkan kerugian perusahaan.
Untuk mempertanggung jawabkannya, Williem Soeryadjaya menggadaikan
saham-saham Grup Astra miliknya dan menjual harta kekayaan pribadinya
untuk membayar hutang-hutang Bank Summa (Rita Dyah Widawati,
2009:107-109).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Kerangka Pemikiran
BUMN
PT
(Badan Usaha Milik Negara)
(Perseroan Terbatas)
UU No.19/2003 tentang BUMN
UU No. 40/2007 tentang PT
BUMN
HOLDING BUMN
Bagaimana status badan hukum antara
anak dengan induk perusahaan pada
holding BUMN ?
Bagaimana tanggung jawab hukum
antara anak dengan induk perusahaan
pada holding BUMN ?
Pengaturan ke depan untuk anak dengan induk perusahaan adalah dengan mengacu pada
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang ada di anak perusahaan, harus diatur secara
jelas mengenai tanggung jawab hukum tanpa melanggar aturan dasar yang sudah ditentukan
seperti pada UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN dan UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT
Dalam pertanggungjawaban juga melekat pada induk perusahaan sebagai pemegang
saham apabila seperti pada Pasal 3 butir (2) UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kerangka pemikiran ini mencoba menggambarkan alur pikir penulis
mengenai suatu Badan Usaha di Indonesia yang berbadan hukum ialah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Dari bentuk badan usaha ini memiliki
karakteristik serta bentuk yang salah satu contohnya adalah perseroan terbatas,
dimana PT yang berbentuk BUMN itu merupakan suatu penopang perekonomian
Indonesia pula.
BUMN memiliki maksud dan tujuan yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara untuk selalu
mengembangkan perekonomian di Indonesia. Perseroan Terbatas dengan
peraturannya di Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Ketika adanya perseroan terbatas dalam bentuk BUMN, pemegang
modal saham serta kepengurusan, organ, wewenang dan tanggung jawab akan
berbeda. Terlebih apabila perusahaan yang tadinya BUMN dengan modal saham,
kepengurusan, wewenang dan tanggung jawab yang telah diatur sebelumnya di
anggaran dasarnya lalu berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham dapat
menghasilkan anak perusahaan, disini karena ada pengalihan saham kepada
perusahaan lain sebagai tambahan penyertaan modal saham.
Bahwa ketika adanya suatu perusahaan BUMN yang berkembang banyak
di negara ini, maka memang mengharuskan pemerintah untuk akhirnya
mengelompokkan perusahaan-perusahaan BUMN itu yang lalu menjadi holding
BUMN tersebut.
Holding BUMN merupakan pengelompokan perusahaan dengan bidang
yang sama dan visi misi yang sama. Suatu holding BUMN ini didalamnya
terdapat iinduk perusahaan yang lalu melahirkan anak-anak perusahaan.
Menjadikan suatu perusahaan
berbeda status serta berpengaruh terhadap
wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing. Akankah suatu perusahaan
yang lalu tergabung dalam holding tersebut tetap bisa menjadi induk perusahaan,
bahkan ketika perusahaan tersebut dulu mempunyai anak-anak perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Namun, akankah perusahaan yang tergabung dalam holding tersebut
semuanya menjadi anak perusahaan dalam holding BUMN. Hal demikian yang
harus dikaji karena menyangkut dengan status serta tanggung jawab perusahaan
yang nantinya menjadi induk atau anak perusahaan.
Download