PENGIKATAN C-ORGANIK SETELAH PENAMBAHAN BEBERAPA JENIS KOMPOS PADA DUA JENIS TANAH DENGAN TUTUPAN LAHAN YANG BERBEDA M. ASRAR IQBAL DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRAK M. Asrar Iqbal. Pengikatan C-Organik setelah Penambahan beberapa Jenis Kompos pada Dua Jenis Tanah dengan Tutupan Lahan yang Berbeda. Di bawah bimbingan Sudarsono dan Darmawan. Kadar bahan organik dalam tanah ditentukan oleh dua faktor yaitu sifat tanah itu sendiri dan sumber bahan organik yang diterima oleh tanah. Sumber bahan organik yang diterima oleh tanah berasal dari vegetasi alami (atas permukaan tanah), dari bawah permukaan tanah (akar tanaman) serta diberikan dalam bentuk amelioran berupa kompos. Secara umum, kadar bahan organik di dalam tanah tidak lebih besar dari 3-5 persen, tetapi pengaruhnya sangat penting bagi tanah. Bahan organik di dalam tanah terdapat dalam tiga bentuk yaitu bebas, berikatan dengan klei, serta berikatan dengan Al dan Fe. Kemampuan tanah dalam mengikat bahan organik berbeda-beda pada setiap jenis tanah, dalam hal ini terkait dengan tipe dan kadar klei, serta kadar Al dan Fe. Di samping itu, vegetasi alami dan tutupan lahan yang berada di atas permukaan tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dua jenis tanah dalam mengikat bahan organik yang berasal dari kompos dikaitkan dengan perbedaan tutupan lahan. Contoh tanah yang digunakan yaitu Andosol Sukamantri dan Latosol Dramaga dengan tutupan lahan berupa tegalan dan kebun campuran. Contoh tanah diambil dari dua kedalaman teratas pada setiap jenis tanah. Bahan organik yang ditambahkan berupa kompos kotoran sapi, kompos kotoran ayam dan kompos jerami. Sifat-sifat tanah yang ditetapkan meliputi kadar C-organik, Al-dd dan tekstur tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kompos mengakibatkan terjadi peningkatan kadar C-organik terikat klei, C-organik terikat Fe dan Al serta bahan organik bebas pada setiap jenis tanah. Besarnya peningkatan C-organik yang terikat selama masa inkubasi 3 bulan bervariasi antar dan pada setiap jenis tanah. Tanah Andosol Sukamantri mengikat bahan organik dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan Tanah Latosol Dramaga. Tanah dengan tutupan lahan kebun campuran mengikat bahan organik dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan tutupan lahan tegalan. Kadar C-organik terikat klei lebih besar dibanding kadar C-organik terikat Fe dan Al serta bahan organik bebas pada setiap jenis tanah. Tanah Andosol Sukamantri memiliki ratio klei terhadap bahan organik dan ratio Al-dd terhadap bahan organik yang rendah dibanding tanah Latosol Dramaga. Ratio klei terhadap bahan organik dan ratio Al-dd terhadap bahan organik pada lapisan atas lebih rendah dibanding lapisan bawah pada setiap jenis tanah. Ratio klei terhadap bahan organik dan ratio Al-dd terhadap bahan organik pada setiap jenis tanah mengalami penurunan setelah dilakukan penambahan kompos. ABSTRACT M. Asrar Iqbal. Bonding of Organic-C after Addition of Various Types of Compost into Two Types of Soils of Different Land Covers. Under supervision of Sudarsono and Darmawan. Soil organic matter content is determined by two factors : characteristic of soil and the source of organic matter. Source of organic matter come from natural vegetation (soil surface), under surface of soil (plant roots) and addition of organic matter. In general, soil organic matter content is about 3 to 5 percent, but it’s influence is very important to soil. There are three forms of organic matter in soil, i.e free, bound to clay and bound to Al and Fe. Soil ability to bind organic matter is different in each type of soil. It is associated with clay type and clay content and also Al and Fe content. Natural vegetation and land cover also influence organic matter content in soil. The objective of the research was to know the ability of two type of soils in bonding organic matter from compost in relation to a difference in land cover. Soil samples that were used consist of Andosol from Sukamantri and Latosol from Dramaga. The samples were taken from two upper layers of each type of soil. The organic matter that added were cow manure compost, chicken manure compost and straw compost. The mixture was incubated three months. Soil characteristics were analyzed included c-organic content, Al-dd and soil texture. The result of this research showed that compost addition has increased clay bound organic carbon, Fe and Al bound organic carbon also free organic matter content in each type of soil. Organic carbon content in three month of incubation period varied inter and each type of soil. Andosol Sukamantri contained bound soil organic matter lower than Latosol Dramaga. Soil under plantation land cover contained bound soil organic matter lower than annual crops land cover. Clay bound organic carbon content higher than Fe and Al bound organic carbon also free organic matter in each type of soil. Andosol Sukamantri has clay ratio of organic matter and exch-Al ratio of organic matter lower than Latosol Dramaga. Clay ratio of organic matter and exch-Al ratio of organic matter in first upper layer of soil lower than second upper layer in each type of soil. Clay ratio of organic matter and exch-Al ratio of organic matter in each type of soil decreased after compost addition. PENGIKATAN C-ORGANIK SETELAH PENAMBAHAN BEBERAPA JENIS KOMPOS PADA DUA JENIS TANAH DENGAN TUTUPAN LAHAN YANG BERBEDA M. ASRAR IQBAL Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Judul Skripsi : Pengikatan C-organik setelah Penambahan Beberapa Jenis Kompos pada Dua Jenis Tanah dengan Tutupan Lahan yang Berbeda Nama : M. Asrar Iqbal NIM : A14070008 Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr Ir Sudarsono, M.Sc. NIP. 19510729 197703 1 001 Dr Ir Darmawan, M.Sc. NIP. 19631103 199002 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Dr Ir Syaiful Anwar, M.Sc. NIP. 19621113198703 1 003 Tanggal Lulus : RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Payakumbuh pada tanggal 25 Maret 1989 dari pasangan Iqbal dan Mulyati. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA N 1 Kecamatan Guguak dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih program studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Pengantar Ilmu Tanah pada tahun 2011. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan mahasiswa dan Organisasi Mahasiswa Daerah. Pada tahun 2008 penulis aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia, dan Manajer Operasional Leadership and Entrepreneurship School IPB. Pada tahun 2010 penulis aktif sebagai Ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Payakumbuh. Di samping itu, penulis juga aktif dalam kegiatan bulutangkis IPB dan pada tahun 2012 penulis memenangi kejuaraan bulutangkis olimpiade Minang. KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan ke Hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan karunia-Nya berupa kesehatan, kekuatan sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian berjudul “Pengikatan C-organik setelah Penambahan Beberapa Jenis Kompos pada Dua Jenis Tanah dengan Tutupan Lahan yang Berbeda”. Penelitian ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi di Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Prof. Dr Ir Sudarsono, MSc. dan Dr Ir Darmawan, M.Sc. atas kesediaan meluangkan waktunya dalam membimbing penulis menyelesaikan penelitian dan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Dr Ir Iskandar sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah ikut membantu dan berkontribusi dalam berbagai hal. Akhirnya, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, sivitas akademika, peneliti, pemerintah dan semua pihak yang terkait, sehingga mampu memperkaya khasanah keilmuan bidang Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan di masa mendatang. Bogor, Agustus 2012 Penulis DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................... i DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1.2 Tujuan ..................................................................................... 1 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah .............................................................. 2.1.1 Sumber Bahan Organik .................................................. 2.1.2 Dekomposisi Bahan Organik Tanah ............................... 2.1.3 Laju Dekomposisi Bahan Organik Tanah ....................... 2.1.4 Peranan Bahan Organik Tanah ....................................... 2.1.5 Bentuk Bahan Organik Tanah ......................................... 2.2 Kompos .................................................................................. 2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan ..................... 2 2 3 4 5 6 8 8 BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 3.2 Bahan ...................................................................................... 3.3 Metode Penelitian ................................................................... 10 10 10 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kadar C-organik Tanah tanpa Penambahan Kompos .................................................................................. 4.2 Perubahan Kadar C-organik Tanah setelah Penambahan Kompos .................................................................................. 4.2.1 Perubahan Kadar C-organik Tanah setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi dan Masa Inkubasi .. 4.2.2 Perubahan Kadar C-organik Tanah setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam dan Masa Inkubasi 4.2.3 Perubahan Kadar C-organik Tanah setelah Penambahan Kompos Jerami dan Masa Inkubasi ........... 4.3 Perubahan Kadar C-organik Tanah setelah Penambahan Kompos berdasarkan Penggunaan Lahan ................................. 4.4 Perubahan Kadar C-organik Tanah setelah Penambahan Kompos berdasarkan Jenis Kompos ........................................ 4.5 Perubahan Proporsi C-organik yang terikat terhadap C-organik Total Tanah ............................................................................. 4.6 Ratio Klei dan Al-dd terhadap Bahan Organik Tanah .............. 13 16 16 19 22 25 29 30 31 BAB V. KESIMPULAN ......................................................................... 34 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. LAMPIRAN ........................................................................................... 35 37 i DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1 Kadar C-Organik Total Tanah Latosol Dramaga tanpa Penambahan Kompos .............................................................. 13 2 Kadar Bahan Organik Bebas tanpa Penambahan Kompos ....... 14 3 Kadar Bahan Organik yang Terikat tanpa Penambahan Kompos .................................................................................. 15 Kadar Total C-Organik Tanah setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi dan Masa Inkubasi ............................................. 16 Kadar Bahan Organik Bebas Tanah setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi dan Masa Inkubasi ............................... 17 Kadar Bahan Organik yang Terikat setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi dan Masa Inkubasi ............................... 18 Kadar Total C-Organik Tanah Setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam dan Masa Inkubasi .......................................... 20 Kadar Bahan Organik Bebas Tanah Setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam dan Masa Inkubasi ............................ 21 Kadar Bahan Organik Terikat setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam dan Masa Inkubasi .......................................... 21 10 Kadar Total C-Organik setelah Penambahan Kompos Jerami .. 23 11 Kadar Bahan Organik Bebas Tanah setelah Penambahan Kompos Jerami dan Masa Inkubasi ......................................... 23 12 Kadar Bahan Organik Terikat setelah Penambahan Kompos Jerami dan Masa Inkubasi ....................................................... 24 13 Tambahan Bahan Organik yang Terikat pada Lapisan 1 pada Dua Jenis Tanah dan Masa Inkubasi ........................................ 26 14 Tambahan Bahan Organik yang Terikat pada Lapisan 2 pada Dua Jenis Tanah dan Masa Inkubasi ........................................ 28 15 Perubahan Kadar Bahan Organik Setelah Penambahan Kompos berdasarkan Jenis Kompos dan Masa Inkubasi ........................ 29 16 Perubahan proporsi C-organik yang terikat pada tanah Latosol Dramaga dan Masa Inkubasi ................................................... 30 17 Perubahan Proporsi C-organik yang terikat pada tanah Andosol Sukamantri dan Masa Inkubasi ................................................ 31 18 Ratio Klei/Bahan Organik pada Dua Jenis Tanah .................... 32 19 Ratio Al-dd/Bahan Organik pada Dua Jenis Tanah .................. 33 4 5 6 7 8 9 ii Lampiran Nomor 1 Halaman Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Latosol Dramaga Tanpa Penambahan Kompos .............................................................. 39 Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Andosol Sukamantri Tanpa Penambahan Kompos ................................................... 39 Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Latosol Dramaga Setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi ........................................ 40 Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Andosol Sukamantri Setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi ............................ 40 Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Latosol Dramaga Setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam ...................................... 41 Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Andosol Sukamantri Setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam .......................... 41 Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Latosol Dramaga Setelah Penambahan Kompos Jerami .................................................. 42 Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Andosol Sukamantri Penambahan Kompos Jerami .................................................. 42 Data pH, Al-dd, dan Tekstur pada Dua Jenis Tanah ................. 43 10 Proporsi Kadar C-organik Tanah Latosol Dramaga tanpa Penambahan Kompos .............................................................. 43 11 Proporsi Kadar C-organik Tanah Andosol Sukamantri tanpa Penambahan Kompos .............................................................. 44 12 Proporsi Kadar C-organik Tanah Latosol Dramaga setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi ........................................ 44 13 Proporsi Kadar C-organik Tanah Andosol Sukamantri setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi ........................................ 45 14 Proporsi Kadar C-organik Tanah Latosol Dramaga setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam ...................................... 45 15 Proporsi Kadar C-organik Tanah Andosol Sukamantri setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam ...................................... 46 16 Proporsi Kadar C-organik Tanah Latosol Dramaga setelah Penambahan Kompos Kotoran Jerami ..................................... 46 17 Proporsi Kadar C-organik Tanah Andosol Sukamantri setelah Penambahan Kompos Jerami .................................................. 47 18 Ratio Klei/Bahan Organik pada Dua Jenis Tanah dan Inkubasi 47 19 Ratio Al-dd/Bahan Organik pada Dua Jenis Tanah dan Inkubasi 48 2 3 4 5 6 7 8 9 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan tanah yang sering dihadapi adalah masalah yang berkaitan dengan menurunnya kadar bahan organik secara terus menerus. Bahan organik tanah itu sendiri berperan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi. Kadar bahan organik dalam tanah ditentukan oleh dua faktor yaitu sifat tanah itu sendiri dan sumber bahan organik yang diterima oleh tanah. Sumber bahan organik yang diterima oleh tanah berasal dari vegetasi alami (atas permukaan tanah), dari bawah permukaan tanah (akar tanaman) serta diberikan dalam bentuk amelioran berupa kompos. Bahan organik di dalam tanah terdapat dalam tiga bentuk yaitu bebas, berikatan dengan klei, serta berikatan dengan Al dan Fe. Sebagian besar bahan organik berada dalam bentuk berikatan dengan klei dan berikatan dengan Al dan Fe, hanya sebagian kecil saja yang berada dalam bentuk bebas. Klei merupakan komponen pengikat yang paling dominan (Pujiyanto et al., 2003) lebih dari 90 % bahan organik berikatan dengan partikel klei. Bahan organik yang terikat oleh Al dan Fe berhubungan erat dengan kadar Al dan Fe di dalam tanah, jika kandungan bahan organik terikat oleh Al dan Fe tinggi maka kadar Al dan Fe yang terlepas dari kompleks bahan organik akan rendah. Kemampuan tanah dalam menjerap atau mengikat bahan organik cenderung mencapai suatu batas maksimum, karena tanah tidak mempunyai kapasitas jerapan yang tidak terhingga tetapi cepat atau lambat akan jenuh (Sudarsono, 1991). Oleh karena itu, perlu diteliti kemampuan tanah dalam mengikat bahan organik. 1.2 Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan dua jenis tanah dalam mengikat bahan organik yang berasal dari kompos kotoran sapi, kompos kotoran ayam dan kompos jerami dikaitkan dengan perbedaan tutupan lahan dari setiap jenis tanah. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan tanah. Menurut Kononova (1966) bahan organik tanah adalah suatu bahan yang kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan yang terdapat di dalam tanah dan mengalami perombakan terus menerus, sedangkan menurut Soepardi (1983) bahan organik tanah adalah timbunan sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Secara umum bahan organik di dalam tanah terakumulasi di lapisan atas. Jumlahnya tidak lebih besar dari 3-5 persen, tetapi pengaruhnya terhadap sifatsifat tanah besar sekali. Faktor yang penting mempengaruhi kadar bahan organik tanah adalah kedalaman tanah, tekstur tanah dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan teratas kurang lebih setebal 20 cm yaitu sebesar 15-20 %, makin ke bawah makin berkurang (Imas, Sudarsono dan Djajakirana, 1998). Hal ini disebabkan akumulasi bahan organik terjadi di lapisan atas. Tekstur tanah cukup berperan, makin tinggi jumlah klei makin tinggi pula kadar bahan organik tanah bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis. Tanah dengan drainase buruk pada umumnya mempunyai kadar bahan organik lebih tinggi daripada tanah berdrainase baik. Kadar bahan organik pada ekosistem alami terutama ditentukan oleh kadar klei dan tipe mineral klei. 2.1.1 Sumber Bahan Organik Tanah Sumber utama bahan organik tanah adalah jaringan tumbuhan. Bahan organik tersebut akan mengalami pelapukan dan selanjutnya akan menjadi satu dengan tanah. Binatang biasanya dianggap penyumbang sekunder setelah tumbuhan. Mereka akan menggunakan bahan organik sebagai sumber energi dan bila mereka mati, jasadnya merupakan sumber bahan organik baru (Soepardi, 1983). 3 Menurut Rowell (1995), sumber dasar bahan organik tanah adalah jaringan tanaman dan komposisi dari bahan organik tersebut mencerminkan sumber bahan itu. Bagian atas dan akar dari tanaman, semak belukar, rumput-rumputan dan tanaman asli lainnya, setiap tahun memberikan residu organik dalam jumlah besar (Buckman dan Brady, 1969). 2.1.2 Dekomposisi Bahan Organik Tanah Di dalam tanah, bahan organik akan mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian maupun keseluruhan, baik secara kimia dan biologi. Dekomposisi dapat didefinisikan sebagai proses biokimia yang di dalamnya terdapat bermacam-macam kelompok mikroorganisme yang menghancurkan bahan organik ke dalam bentuk humus (Gaur, 1986). Millar dan Turk (1951) menyatakan bahwa dekomposisi bahan organik di dalam tanah merupakan suatu proses biokimia, beberapa faktor mempengaruhi aktivitas organisme tanah juga mempengaruhi laju pelapukan atau pembusukan bahan organik. Bahan organik dapat dikelompokkan menjadi senyawa yang cepat dan yang lambat sekali didekomposisikan. Bahan organik cepat didekomposisikan terdiri dari (1) gula, zat pati dan protein sederhana, (2) protein kasar, dan (3) hemiselulosa. Sementara itu, bahan organik yang termasuk lambat sekali didekomposisikan terdiri dari (1) hemiselulosa, (2) selulosa, (3) lignin, lemak, waks, dan lain-lain. Hemiselulosa termasuk di antara bahan organik yang cepat didekomposisikan dan lambat didekomposisikan. Dekomposisi bahan organik dapat berlangsung secara aerobik ataupun anaerobik, tergantung pada ketersediaan oksigen (Gaur, 1986). Secara umum reaksi dekomposisi bahan organik yang berlangsung secara aerobik digambarkan sebagai berikut : Aktivitas Bahan Organik + O2 CO2 + H2O + Hara + Humus + Energi Mikroba Hasil dari proses dekomposisi bahan organik terdiri dari (1) energi yang dibebaskan, (2) hasil akhir sederhana, (3) humus. Pertumbuhan jasad mikro memerlukan energi dan bahan organik untuk pembentukan jaringan tubuhnya. Jumlah energi yang terdapat dalam bahan organik sebagian digunakan oleh jasad 4 mikro tanah, selebihnya tetap tinggal dalam sisa bahan organik atau dibebaskan sebagai panas. Hasil akhir sederhana dari proses dekomposisi yaitu : 1. Karbon : CO2, CO3-2, HCO3-, CH4 2. Nitrogen : NH4+, NO2-, NO33. Belerang : S, H2S, SO3-2, SO4-2, CS2 4. Fosfor : H2PO4-, HPO4-2 5. Lainnya : K+, Ca2+, Mg2+, H2O, H+, OH-, dan lain- lain Humus merupakan bahan yang tahan terhadap perombakan selanjutnya oleh jasad mikro dari bahan aslinya, berwarna coklat atau hitam (Soepardi, 1983). Humus mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi, hal ini disebabkan karena tingginya kapasitas tukar kation (KTK) dari humus. Humus tersusun dari : 1) asam fulvik yang larut dalam asam maupun alkali, 2) asam humik yang larut dalam alkali tetapi tidak larut dalam asam, dan 3) humin yang tidak larut dalam asam maupun alkali. 2.1.3 Laju Dekomposisi Bahan Organik Laju dekomposisi bahan organik di dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu : 1. Bahan atau jaringan tanaman (jenis tanaman, umur tanaman, dan komposisi kimia) 2. Tanah (aerasi, suhu, pH, kelembaban, dan tingkat kesuburan) 3. Iklim (terutama yang mempengaruhi suhu dan kelembaban) Bahan tanaman berbeda dalam dekomposisi dan kecepatan dekomposisi tergantung spesies tanaman, umur tanaman, dan terutama bagian tanaman (akar, daun, buah, ranting, dan batang) (Singer dan Munns, 1987). Meskipun secara umum tanaman mengandung kelompok bahan yang sama (lemak, resin, protein, kelompok karbohidrat, lignin dan komponen lainnya) tetapi proporsi dari bahanbahan ini pada berbagai jenis tanaman berbeda-beda, dan bahan-bahan ini mempengaruhi laju dekomposisi (Kononova, 1966). Laju dekomposisi bahan organik meningkat dengan naiknya suhu dan curah hujan. Laju dekomposisi bahan organik tertinggi terjadi di daerah tropik (Leagred, Beckman, dan Kaarstad, 1999). 5 Pelapukan bahan organik merupakan salah satu kegiatan jasad mikro, sehingga unsur hara yang terikat dalam bentuk organik menjadi tersedia bagi tumbuhan. Kecepatan pelapukan tergantung pada kandungan senyawa dari bahan organik tersebut. Adapun urutan senyawa-senyawa yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan menurut tingkat mudah tidaknya senyawa tersebut dilapuk (Soepardi, 1983) adalah: 1. Gula, zat pati, protein sederhana (mudah dilapuk) 2. Protein kasar 3. Hemiselulosa 4. Selulosa 5. Lignin, lemak, lilin dan waks. (Sangat tahan lapuk) 2.1.4 Peranan Bahan Organik Tanah Peranan bahan organik tanah sangat penting bagi tumbuhan, bahan organik mengandung sejumlah zat tumbuh dan vitamin. Pada waktu tertentu bahan organik dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan jasad mikro. Bahan organik tanah juga berpengaruh penting terhadap ciri tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologi (Hakim et al.,1986). Peranan bahan organik terhadap ciri fisik antara lain : 1. Kemampuan tanah menahan air meningkat 2. Warna tanah menjadi coklat hingga hitam 3. Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya 4. Menurunkan plastisitas, kohesi, dan sifat buruk lainnya dari klei Peranan bahan organik terhadap ciri kimia antara lain : 1. Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK) 2. Meningkatkan jumlah kation yang mudah dipertukarkan 3. Unsur N, P, dan S diikat dalam bentuk organik 4. Pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humat Peranan bahan organik terhadap ciri biologi antara lain : 1. Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat 2. Kegiatan jasad mikro dalam dekomposisi bahan organik meningkat 6 2.1.5 Bentuk-Bentuk Bahan Organik Tanah 1. Bahan organik berikatan dengan klei Mineral klei dan bahan organik saling berinteraksi membentuk kompleks klei-organik di dalam tanah. Tidak hanya senyawa-senyawa seperti protein, karbohidrat, selulosa, dan hemiselulosa tetapi juga fraksi humus dapat berinteraksi dengan mineral klei, akibatnya menjadi kurang tersedia bagi mikroorganisme (Kononova, 1966). Meskipun mekanisme pembentukan kompleks bahan organik dengan klei secara pasti belum diketahui, reaksi hipotesis berikut dapat digunakan sebagai contoh : Si O Si Al OH + HO Si O COOH O Al-O Si COOH + H2O O Reaksi di atas menunjukkan penambahan suatu gugus asam (COOH) pada permukaan klei yang menyumbang suatu muatan negatif yang kuat kepada klei tersebut. Sebagai kompleks klei-organik, klei akan tersuspensi untuk waktu yang lama dan bergerak ke bawah bersama air perkolasi. Senyawa organik dan anorganik hasil dekomposisi dijerap oleh partikel klei melalui beberapa mekanisme, yaitu 1) ikatan Van der Waals, 2) ikatan ion, 3) ikatan hidrogen, dan 4) ikatan kovalen (Stevenson, 1982). Ikatan kovalen merupakan ikatan yang paling kuat, sedangkan ikatan Van der Waals merupakan ikatan yang lemah. Ikatan klei dan bahan organik dapat terjadi dalam keadaan saat klei dan bahan organik bermuatan negatif maupun positif. Pada kondisi biasa, klei mempunyai muatan negatif dan pada kondisi tertentu permukaan tepi klei yang patah mempunyai muatan positif (Tan, 1992), sama halnya dengan bahan organik pada kondisi biasa bermuatan negatif. 7 2. Bahan organik berikatan dengan Al dan Fe Bahan organik di dalam tanah dapat membentuk kompleks dengan ion-ion logam, terutama Al dan Fe. Kompleks bahan organik dengan Al dan Fe disebut khelat. Salah satu bentuk khelat digambarkan oleh Stevenson (1982) sebagai berikut : COOO CH2 C O O C O C CH2 COO- M - OOC H2C C O CH2 O COOKhelat Asam Sitrat Pengkhelatan tersebut secara efektif akan menurunkan aktivitas ion-ion logam dan secara tidak langsung mempengaruhi kelarutan mineral yang mengandung unsur tersebut (Kussow, 1971). Senyawa-senyawa Fe dan Al biasanya tidak dapat larut pada kisaran pH tanah yang normal. Namun, kelarutan dari zat-zat ini dapat ditingkatkan dengan pembentukan kompleks atau pengkhelatan Fe dan Al oleh senyawa humat tanah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : M2+ + 2AH M AH MA2 MA2 + 2H+ = Ion Logam = Asam Humat = Kompleks Logam Humat 3. Bahan organik bebas (belum terlapuk) Bahan organik bebas merupakan bahan organik yang belum melapuk atau belum terdekomposisi. Bahan organik dalam bentuk bebas memiliki peranan dalam fisika tanah antara lain sebagai penutup tanah untuk melindungi tanah 8 terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh, melindungi tanah dari daya perusak aliran permukaan. 2.2 Kompos Kompos adalah salah satu pupuk organik yang berasal dari sisa-sisa organik dari hijauan atau hasil pertanian dan kotoran hewan yang ditumpuk dan mengalami proses dekomposisi sehingga dapat digunakan sebagai pupuk. Kompos sebagai salah satu sumber bahan organik, kandungan haranya tergantung pada bahan tanaman yang dijadikan kompos tersebut (Rowell, 1995). Menurut Indranada (1986) pengomposan adalah dekomposisi bahan organik segar menjadi bahan yang menyerupai humus (rasio C/N mendekati 10). Proses perombakan bahan organik ini terjadi secara biofisika-kimia, melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N ratio bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (< 20). Dengan semakin tingginya C/N bahan maka proses pengomposan akan semakin lama karena C/N harus diturunkan. Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti : 1) karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lignin menjadi CO2 dan air, 2) zat putih telur menjadi amonia, CO2 dan air, 3) Penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut, kadar karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa N yang terlarut (amonia) meningkat (Indriani, 2004). Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah. 2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan : 1. Nilai C/N bahan Semakin rendah C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk pengomposan semakin singkat. 2. Ukuran bahan Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh oleh mikroba perombak. Oleh karena itu, bahan perlu dicacah sehingga berukuran kecil. Pencacahan bahan 9 yang tidak keras sebaiknya tidak terlalu kecil karena bahan yang telah hancur (banyak air) kurang baik (kelembabannya menjadi tinggi). 3. Jumlah mikroorganisme Biasanya mikroorganisme sering ditambahkan ke dalam bahan yang akan dikomposkan. Semakin banyak jumlah mikroorganisme, diharapkan proses pengomposan akan lebih cepat. 4. Kelembaban dan aerasi Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembaban sekitar 40 - 60 %. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. Kelembaban yang lebih rendah atau lebih tinggi dapat menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang atau mati. Adapun kebutuhan aerasi tergantung dari proses berlangsungnya pengomposan tersebut aerobik atau anaerobik. 5. Suhu Suhu optimal sekitar 30 – 500C. Bila suhu terlalu tinggi, mikroorganisme akan mati. Bila suhu relatif rendah, mikroorganisme belum dapat bekerja atau dalam keadaan dorman. Aktivitas mikrorganisme dalam proses pengomposan tersebut juga menghasilkan panas sehingga untuk menjaga suhu tetap optimal sering dilakukan pembalikan kompos. Hasil pengomposan berupa kompos, yaitu jenis pupuk yang terjadi karena proses penghancuran oleh alam (Sarief, 1985) dan mikroorganisme pengurai terhadap bahan organik (daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung serta kotoran hewan). Adapun karakteristik umum yang dimiliki kompos antara lain; (1) mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi tergantung bahan asal, (2) menyediakan unsur hara secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas, dan (3) mempuyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Sifat dari kompos yang matang antara lain kadar kelembaban < 35%, suhu stabil, berwarna cokelat tua, berbau tanah (earthy), pH alkalis, COD stabil, BOD stabil, C/N rasio < 20, KTK > 60 me 100 g -1 dan laju respirasi < 10 mg g -1 (Yang, 1996). BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Juni 2012 di Bagian Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jenis tanah dan beberapa jenis kompos yaitu kompos jerami, kompos kotoran sapi, kompos kotoran ayam. Contoh tanah yang digunakan yaitu Latosol Dramaga dengan kedalaman 0-13 cm dan 13-36 cm untuk tutupan lahan tegalan, Latosol Dramaga dengan kedalaman 0-6 cm dan 6-27 cm untuk tutupan lahan kebun campuran, Andosol Sukamantri dengan kedalaman 0-25 cm dan 25-50 cm untuk tutupan lahan tegalan dan Andosol Sukamantri dengan kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm untuk tutupan lahan kebun campuran. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan yaitu persiapan contoh tanah, pembuatan kompos, pencampuran tanah dengan kompos dan inkubasi serta analisis tanah di laboratorium. 1. Persiapan Contoh Tanah Contoh tanah diambil dari dua lapisan teratas secara morfologi pada setiap jenis tanah dengan masing-masing tutupan lahan. Contoh tanah dikeringudarakan, ditumbuk, diayak dan disiapkan untuk keperluan analisis sifat tanah dan perlakuan inkubasi. Untuk perlakuan inkubasi digunakan contoh tanah kering udara yang lolos saringan 2 mm. sedangkan untuk keperluan analisis C-organik digunakan contoh tanah kering udara yang lolos saringan 0.05 mm (50 mikron). 2. Pembuatan Kompos Jerami dihancurkan hingga berukuran 0.5 cm, kemudian diletakkan pada tempat pengomposan yang berupa terpal sebagai alas dan penutup. Selanjutnya ditambahkan cairan aktivator yaitu larutan gula. Pembalikan dan pengadukan 11 residu tanaman bersamaan dengan pemberian air dilakukan tiga kali seminggu. Proses pengomposan berlangsung selama 2 bulan. Untuk kompos kotoran ayam, kotoran ayam ditebar pada tempat pengomposan yang berupa terpal sebagai alas dan penutup. Selanjutnya ditambahkan larutan gula dan dilakukan pengadukan dan pembalikan 2-3 kali seminggu. Untuk kompos kotoran sapi, kotoran sapi ditebar pada tempat pengomposan yang berupa terpal sebagai alas dan penutup. Selanjutnya ditambahkan larutan gula dan dilakukan pengadukan dan pembalikan 2-3 kali seminggu. Proses pengomposan berlangsung selama 5-6 minggu. 3. Pencampuran Tanah dengan Kompos dan Inkubasi Kompos sebanyak 10 % dari bobot kering tanah yang digunakan untuk inkubasi (10 % dari 300 gram), ditambahkan ke dalam 300 g tanah hasil ayakan 2 mm secara merata, kemudian diinkubasi di dalam polibag 500 gram. Tanah diinkubasi dengan keadaan terbuka (kondisi suhu ruang), dengan lama inkubasi 1, 2 dan 3 bulan. Inkubasi dilakukan pada tanah dari masing-masing tutupan lahan yaitu tegalan dan kebun campuran dengan perlakuan kompos maupun tanah saja sebanyak 72 perlakuan. Selama proses inkubasi dilakukan penambahan air sesuai kapasitas lapang. 4. Analisis Tanah di Laboratorium Analisis kimia yang dilakukan berupa fraksionasi bahan organik ke dalam tiga bentuk yaitu bebas, diikat Fe dan Al dan diikat klei. 1. Bentuk Bebas (bahan organik belum melapuk) Tanah yang sudah diinkubasi ditimbang sebanyak 10 gram ditambahkan air destilata 100 ml (1 : 10) dan dikocok selama 24 jam. Selanjutnya suspensi diendapkan lalu dipindahkan secara bertahap ke tabung sentrifuse dan disentrifuse pada 3500 rpm selama 15 menit, kemudian dipisahkan filtrat dengan residu. Bahan organik yang mengapung diambil dan ditimbang bobotnya. 12 2. Bentuk terikat Al dan Fe Residu yang diperoleh pada tahap di atas (1), dimasukkan kembali ke dalam botol kocok secara bertahap. Kemudian ditambahkan natrium piroposfat 0.025 M sebanyak 25 ml dan dikocok selama 24 jam. Setelah itu diendapkan kemudian dipindahkan ke tabung sentrifuse dan disentrifuse pada 3500 rpm selama 15 menit selanjutnya dihasilkan filtrat (a). Selanjutnya residu dari filtrat (a) dipindahkan lagi ke dalam botol kocok dan ditambahkan lagi natrium pirofosfat 0.025 M sebanyak 25 ml, dikocok selama 24 jam kemudian dipindahkan ke tabung sentrifuse dan disentrifuse selama 15 menit pada 3500 rpm dan dihasilkan filtrat (b). Filtrat (a) dan filtrat (b) digabung kemudian dianalisis C-Organiknya dengan menggunakan metode Walkley & Black. 3. Bentuk terikat Klei Residu dari (2) terlebih dahulu dicuci dengan air destilata sampai filtratnya bening kemudian dikeringkan dengan oven 600C selama 24 jam. Kemudian residu ini dihaluskan dan diayak 0.05 mm (50 mikron) kemudian dianalisis C-organiknya dengan metode Walkley & Black. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kadar C-organik Tanah Sebelum Penambahan Kompos Hasil analisis kadar total C-organik disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa secara umum kadar total C-organik tanah Latosol Dramaga mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya waktu inkubasi. Semakin lama masa inkubasi, maka kadar bahan organik yang terkandung mengalami penurunan. Pada tanah Latosol Dramaga, kadar total C-organik pada inkubasi 1 bulan adalah 2.56 % dan pada akhir inkubasi mengalami penurunan menjadi 1.88 %. Hal ini menunjukkan bahwa selama masa inkubasi terjadi dekomposisi bahan organik dan sebagian bahan organik dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh mikroorganisme sehingga kadarnya menurun. Di samping itu, lapisan atas tanah dengan kedalaman 0-13 cm memiliki kadar total C-organik lebih tinggi dibandingkan lapisan bawah dengan kedalaman 13-36 cm. Kadar total C-organik pada lapisan atas dan lapisan bawah tanah Latosol Dramaga secara berurut adalah 2.56 % dan 1.36 %. Hal ini menunjukkan akumulasi bahan organik yang terjadi pada lapisan atas tanah. Sedangkan bahan organik pada lapisan bawah merupakan bahan organik yang ditransportasikan dari lapisan atas tanah dan telah mengalami dekomposisi lanjut. Penurunan ini sesuai dengan pola nilai bahan organik yang menurun berdasarkan kedalaman tanah. Tabel 1. Kadar Total C-organik* (%) Tanah tanpa Penambahan Kompos Jenis tanah Tutupan lahan Tegalan Latosol Dramaga Kebun Campuran Tegalan Andosol Sukamantri Kebun Campuran Kedalaman (cm) 0-13 13-36 0-6 6-27 0-25 25-50 0-20 20-40 Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 2.56 2.44 1.88 1.36 1.10 1.04 4.38 4.50 3.27 2.26 2.17 1.90 9.43 10.17 10.82 4.93 6.42 6.90 11.56 12.03 12.76 7.02 7.47 8.79 (*) merupakan gabungan dari C-organik bebas, terikat Fe dan Al serta terikat klei Penggunaan lahan yang berbeda juga memberikan pengaruh yang berbeda pada kadar C-organik tanah. Kebun campuran memiliki kadar C-organik yang 14 lebih tinggi dibandingkan dengan tegalan. Hal ini disebabkan karena serasah tanaman yang jatuh di permukaan lahan kebun campuran lebih bervariasi dan banyak dibandingkan lahan tegalan. Pengembalian sisa tanaman dari pertanaman sebelumnya dapat meningkatkan kadar C-organik tanah terikat klei. Peningkatan tersebut makin besar dengan makin tingginya sisa tanaman yang dikembalikan (Sudarsono, 2000). Tanah Andosol Sukamantri tidak mengalami penurunan kadar total Corganik. Pada masa inkubasi 1 bulan kadar total C-organik tanah Andosol Sukamantri 9.43 % dan pada akhir inkubasi menjadi 10.82 %. Di samping itu, Tanah Andosol Sukamantri juga memiliki kadar total C-organik yang lebih tinggi pada tanah lapisan atas dengan kedalaman 0-25 cm dibandingkan lapisan di bawahnya dengan kedalaman 25-50 cm. Selanjutnya Tanah Andosol Sukamantri dengan penutupan lahan berupa kebun campuran juga memiliki kadar total Corganik yang lebih tinggi dibandingkan dengan Tanah Andosol Sukamantri yang tutupan lahannya berupa tegalan. Tabel 2. Kadar Bahan Organik Bebas (%) tanpa Penambahan Kompos Jenis tanah Tutupan lahan Tegalan Latosol Dramaga Kebun Campuran Tegalan Andosol Sukamantri Kebun Campuran Kedalaman (cm) 0-13 13-36 0-6 6-27 0-25 25-50 0-20 20-40 Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 0.13 0.11 0.08 0.06 0.05 0.04 0.14 0.11 0.10 0.11 0.10 0.08 0.10 0.06 0.04 0.03 0.02 0.02 0.11 0.09 0.05 0.07 0.04 0.03 Pengukuran kadar bahan organik bebas disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar bahan organik bebas pada kedua jenis tanah mengalami penurunan seiring dengan masa inkubasi. Kadar bahan organik bebas tanah Latosol Dramaga pada inkubasi 1 bulan adalah 0.13 % dan setelah inkubasi 3 bulan menjadi 0.08 %. Hal ini menunjukkan bahwa bahan organik bebas tanah mengalami proses dekomposisi dan sebagian bahan organik bebas dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh mikroorganisme. 15 Tanah Latosol Dramaga dan Andosol Sukamantri sama-sama memiliki kadar bahan organik bebas yang lebih tinggi pada lapisan tanah bagian atas dibandingkan lapisan tanah bagian bawah. Keduanya juga menunjukkan bahwa lahan yang ditutupi oleh kebun campuran memiliki kadar bahan organik bebas yang tinggi dibandingkan dengan lahan yang ditutupi oleh tegalan. Tabel 3. Kadar C-Organik yang terikat (%) tanpa penambahan Kompos Jenis tanah Latosol Dramaga Andosol Sukamantri Tutupan lahan Kedalaman (cm) Tegalan 0-13 13-36 0-6 6-27 0-25 25-50 0-20 20-40 Kebun Campuran Tegalan Kebun Campuran -Fe dan Al -Klei Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 0.38 0.75 1.13 0.19 0.38 0.56 0.38 0.75 1.13 0.38 0.75 0.94 0.94 1.13 1.50 0.38 0.75 0.94 1.31 1.50 1.69 0.75 0.94 1.13 Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 2.10 1.63 0.70 1.14 0.69 0.46 3.92 3.69 2.08 1.82 1.36 0.91 8.43 9.01 9.30 4.53 5.66 5.95 10.19 10.48 11.04 6.23 6.51 7.64 Kadar C-organik yang terikat Fe dan Al pada kedua jenis tanah meningkat seiring dengan masa inkubasi. Pada tanah Latosol Dramaga dapat dilihat pada inkubasi 1 bulan bernilai 0.38 % dan di akhir inkubasi 3 bulan meningkat menjadi 1.13 %. Demikian juga pada tanah Andosol Sukamantri, kadar C-organik yang terikata Fe dan Al pada awal inkubasi adalah 0.94 % dan meningkat menjadi 1.50 % pada akhir inkubasi. Kadar C-organik yang terikat klei antara kedua jenis tanah memiliki perbedaan. Pada tanah Latosol Dramaga kadar C-organik yang terikat klei semakin menurun seiring dengan masa inkubasi. Pada awal inkubasi kadar Corganik yang terikat klei adalah 2.10 % dan semakin menurun pada masa inkubasi 2 bulan dan 3 bulan yaitu 1.63 % dan 0.70 %. Kadar C-organik yang terikat klei pada tanah Andosol Sukamantri lebih tinggi dibandingkan dengan tanah Latosol Dramaga serta makin meningkat sejalan dengan bertambahnya masa inkubasi. Hal ini karena adanya mineral klei alofan pada tanah Andosol Sukamantri yang mampu mengikat bahan organik dalam jumlah yang banyak. 16 4.2 Perubahan Kadar C-organik Tanah setelah Penambahan Kompos 4.2.1 Perubahan Kadar C-organik Tanah setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi berdasarkan Masa Inkubasi Kapasitas tanah dalam mengikat bahan organik berbeda-beda pada setiap jenis tanah. Besarnya bahan organik yang terikat setelah penambahan kompos untuk mencapai kapasitas tersebut ditentukan oleh kadar dan tipe klei, kadar Al dan Fe serta kompos yang ditambahkan. Tabel 4. Kadar Total C-organik* (%) tanah setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi dan Masa Inkubasi Tanpa Kompos Kompos kotoran sapi Jenis tanah Tutupan Kedalaman Masa Inkubasi Masa Inkubasi lahan (cm) (bulan) (bulan) 1 2 3 1 2 3 Tegalan 0-13 2.56 2.44 1.88 4.55 3.80 3.70 Latosol 13-36 1.36 1.10 1.04 3.34 4.44 3.03 Dramaga Kebun 0-6 4.38 4.50 3.27 5.61 3.92 3.64 Campuran 6-27 2.26 2.17 1.90 3.37 2.86 2.78 Tegalan 0-25 9.43 10.17 10.82 9.71 11.05 12.56 Andosol 25-50 4.93 6.42 6.90 5.60 6.36 7.46 Sukamantri Kebun 0-20 11.56 12.03 12.76 11.98 12.62 13.07 Campuran 20-40 7.02 7.47 8.79 7.64 8.45 9.65 (*) merupakan gabungan dari C-organik bebas, terikat Fe dan Al serta terikat klei Hasil analisis yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar total C-organik tanah mengalami peningkatan setelah ditambahkan kompos. Pada tanah Latosol Dramaga mengalami peningkatan kadar total C-organik dari 2.56 % menjadi 4.55 % setelah penambahan kompos kotoran sapi. Demikian juga dengan tanah Andosol Sukamantri yang mengalami peningkatan kadar total C-organik menjadi 9.71 %. Hal ini menandakan bahwa pemberian kompos akan meningkatkan kadar total C-organik tanah. Akan tetapi kadar total C-organik tanah Latosol tetap mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya masa inkubasi. Namun pada perlakuan pemberian kompos kotoran sapi inkubasi 2 bulan dengan tutupan lahan berupa tegalan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan inkubasi 1 bulan dan mengalami penurunan pada inkubasi 3 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut baru mengalami tingkat kejenuhan pada masa inkubasi 2 bulan. Dengan artian, pada masa inkubasi 1 bulan, tanah masih memiliki kapasitas dalam mengikat bahan organik. 17 Pada Tanah Andosol Sukamantri tidak mengalami penurunan kadar total C-organik sejalan dengan bertambahnya masa inkubasi setelah penambahan kompos. Hal ini menandakan tanah Andosol Sukamantri masih memiliki kapasitas dalam mengikat bahan organik hingga inkubasi 3 bulan. Tabel 5. Kadar Bahan Organik Bebas Tanah (%) setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi dan Masa Inkubasi Tanpa Kompos Jenis tanah Latosol Dramaga Tutupan lahan Kedalaman (cm) Tegalan 0-13 13-36 0-6 6-27 0-25 25-50 0-20 20-40 Kebun Campuran Tegalan Andosol Sukamantri Kebun Campuran Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 0.13 0.11 0.08 0.06 0.05 0.04 0.14 0.11 0.10 0.11 0.10 0.08 0.10 0.06 0.04 0.03 0.02 0.02 0.11 0.09 0.05 0.07 0.04 0.03 Kompos kotoran sapi Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 0.12 0.11 0.10 0.07 0.06 0.05 0.16 0.12 0.10 0.14 0.12 0.10 0.09 0.07 0.05 0.06 0.05 0.02 0.17 0.13 0.10 0.16 0.11 0.05 Kadar bahan organik bebas pada kedua jenis tanah mengalami peningkatan setelah dilakukan penambahan kompos dan menurun seiring dengan bertambahnya masa inkubasi. Namun hasil berbeda terlihat pada kadar bahan organik bebas tanah Latosol Dramaga dengan tutupan lahan tegalan yang lebih rendah setelah penambahan kompos kotoran sapi yaitu 0.13 % menjadi 0.12 %. Hal ini bisa disebabkan karena cepatnya proses dekomposisi bahan organik yang ditambahkan yang dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh mikroorganisme sehingga kadarnya cepat turun. Tanah Latosol Dramaga dan Andosol Sukamantri sama-sama memiliki kadar bahan organik bebas yang lebih tinggi pada lapisan tanah bagian atas dibandingkan lapisan tanah bagian bawah. Keduanya juga menunjukkan bahwa lahan yang ditutupi oleh kebun campuran memiliki kadar bahan organik bebas yang tinggi dibandingkan dengan lahan yang ditutupi oleh tegalan. 18 Tabel 6. Kadar C-organik yang Terikat setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi dan Masa Inkubasi Jenis tanah Latosol Dramaga Andosol Sukamantri Tutupan lahan Kedalaman (cm) Tegalan 0-13 13-36 0-6 6-27 0-25 25-50 0-20 20-40 Kebun Campuran Tegalan Kebun Campuran -Fe dan Al Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 0.75 0.94 1.31 0.56 0.75 0.94 1.13 1.31 1.50 0.56 0.75 1.13 0.94 1.13 2.06 0.19 0.38 0.94 1.69 2.06 2.25 0.75 1.31 1.69 -Klei Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 3.73 2.80 2.33 2.74 3.66 2.06 4.39 2.54 2.08 2.73 2.04 1.59 8.72 9.88 10.47 5.38 5.95 6.51 10.19 10.48 10.76 6.80 7.08 7.93 Hasil analisis yang disajikan pada Tabel 3 dan 6 menunjukkan bahwa kadar C-organik yang terikat Fe dan Al pada kedua jenis tanah meningkat dengan penambahan bahan organik berupa kompos kotoran sapi dan menurun seiring dengan masa inkubasi. Sebelum penambahan kompos, kadar C-organik terikat Fe dan Al adalah 0.38 % dan mengalami peningkatan menjadi 0.75 % setelah dilakukan penambahan kompos kotoran sapi. Begitu juga dengan kadar C-organik terikat klei yang mengalami peningkatan setelah penambahan kompos kotoran sapi. Nilai kadar C-organik terikat klei secara berurut adalah 2.10 % dan 3.73 %. Pada tanah Latosol Dramaga dapat dilihat bahwa kadar C-organik terikat Fe dan Al di awal masa inkubasi bernilai 0.75 % dan di akhir inkubasi 3 bulan meningkat menjadi 1.31 %. Demikian juga pada tanah Andosol Sukamantri, kadar C-organik yang terikat Fe dan Al pada awal inkubasi adalah 0.93 % dan meningkat menjadi 2.06 % pada akhir inkubasi. Hal ini dikarenakan tanah masih mempunyai kemampuan dalam mengikat bahan organik sehingga kadarnya masih terus meningkat hingga batas maksimum. Di samping itu, dengan tingginya kandungan C-organik yang terikat oleh Al dan Fe menandakan rendahnya kadar Al dan Fe yang terlepas dari kompleks bahan organik. Kadar C-organik yang terikat klei antara kedua jenis tanah memiliki perbedaan. Pada tanah Latosol Dramaga kadar bahan organik yang terikat klei semakin menurun seiring dengan masa inkubasi. Pada awal inkubasi kadar Corganik yang terikat klei adalah 3.73 % dan semakin menurun pada masa inkubasi 2 bulan dan 3 bulan yaitu 2.80 % dan 2.33 %. Hal ini menandakan kapasitas tanah 19 dalam mengikat bahan organik pada masa inkubasi 1 bulan sudah jenuh atau tidak mampu mengikat lagi, ikatan yang terjadi semakin lemah dengan bertambahnya masa inkubasi sehingga pada masa inkubasi 2 dan 3 bulan terus mengalami penurunan kadar bahan organik. Namun, pada tanah Latosol Dramaga yang memiliki kedalaman 13-36 cm dengan tutupan lahan berupa tegalan mengalami peningkatan nilai kadar C-organik yang terikat klei pada masa inkubasi 2 bulan tetapi menurun pada inkubasi 3 bulan. Hal ini menandakan bahwa pada masa inkubasi 2 bulan tanah Latosol Dramaga masih mampu mengikat tanah sehingga nilai kadar bahan organiknya lebih tinggi dibandingkan bulan pertama namun pada bulan kedua, tanah Latosol sudah mencapai titik maksimum dalam mengikat bahan organik sehingga mengalami penurunan pada akhir inkubasi. Kadar C-organik yang terikat klei pada tanah Andosol Sukamantri lebih tinggi dibandingkan dengan tanah Latosol Dramaga serta makin meningkat sejalan dengan bertambahnya masa inkubasi. Hal ini karena adanya mineral klei alofan pada tanah Andosol Sukamantri yang mampu mengikat bahan organik dalam jumlah yang banyak. Serta masih adanya kapasitas tanah dalam mengikat bahan organik pada masa inkubasi 2 bulan dan 3 bulan sehingga kadar C-organik yang terikat klei masih meningkat hingga akhir masa inkubasi. 4.2.2 Perubahan Kadar C-organik Tanah setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam berdasarkan Masa Inkubasi Hasil analisis kadar total C-organik setelah penambahan kompos kotoran ayam disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar total C-organik tanah mengalami peningkatan setelah dilakukan penambahan kompos kotoran ayam pada kedua jenis tanah. Pada tanah Latosol Dramaga, kadar total Corganik mengalami peningkatan dari 2.56 % menjadi 4.99 %. Kemudian pada tanah Andosol Sukamantri juga mengalami peningkatan kadar C-organik total dari 9.43 % menjadi 10.87 % setelah dilakukan penambahan kompos kotoran ayam. Peningkatan kadar total C-organik juga terjadi pada lapisan atas dan bawah kedua jenis tanah setelah penambahan kompos kotoran ayam. 20 Tabel.7 Kadar Total C-organik* (%) Tanah Setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam dan Masa Inkubasi Tanpa Kompos Kompos kotoran ayam Jenis tanah Tutupan Kedalaman Masa Inkubasi Masa Inkubasi lahan (cm) (bulan) (bulan) 1 2 3 1 2 3 Tegalan 0-13 2.56 2.44 1.88 4.99 3.54 3.19 Latosol 13-36 1.36 1.10 1.04 3.41 2.86 2.54 Dramaga Kebun 0-6 4.38 4.50 3.27 5.82 5.71 4.52 Campuran 6-27 2.26 2.17 1.90 3.73 4.77 3.50 Tegalan 0-25 9.43 10.17 10.82 10.87 12.11 13.42 Andosol 25-50 4.93 6.42 6.90 6.75 7.77 5.39 Sukamantri Kebun 0-20 11.56 12.03 12.76 12.29 13.55 15.03 Campuran 20-40 7.02 7.47 8.79 8.29 9.01 9.74 (*) merupakan gabungan dari C-organik bebas, terikat Fe dan Al serta terikat klei Kadar total C-organik tanah Latosol Dramaga mengalami penurunan seiring bertambahnya masa inkubasi. Namun pada tutupan lahan kebun campuran dengan kedalaman 6-27 cm, terjadi peningkatan kadar C-organik pada inkubasi 2 bulan dan mengalami penurunan pada inkubasi 3 bulan. Hal ini dikarenakan tanah Latosol Dramaga masih mempunyai kapasitas dalam mengikat bahan organik sehingga kadar bahan organik pada inkubasi 2 bulan mengalami peningkatan dari bulan pertama. Dan pada inkubasi 2 bulan merupakan batas maksimum tanah dalam mengikat bahan organik sehingga kadar total C-organik tanah setelah inkubasi 3 bulan mengalami penurunan. Tanah Andosol Sukamantri mengalami peningkatan kadar total C-organik setelah penambahan kompos kotoran ayam. Namun, pada kedalaman 25-50 cm dengan tutupan lahan tegalan, tanah Andosol Sukamantri mengalami peningkatan kadar C-organik hingga inkubasi 2 bulan dan mengalami penurunan di akhir inkubasi. Hal ini menunjukkan bahwa pengikatan bahan organik lebih cepat terjadi selama inkubasi 2 bulan sehingga tanah mencapai titik maksimum pada bulan kedua. Dan pada akhir inkubasi mengalami penurunan kadar bahan organik. 21 Tabel 8. Kadar Bahan Organik Bebas Tanah (%) Setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam dan Masa Inkubasi Tanpa Kompos Jenis tanah Latosol Dramaga Andosol Sukamantri Tutupan lahan Kedalaman (cm) Tegalan 0-13 13-36 0-6 6-27 0-25 25-50 0-20 20-40 Kebun Campuran Tegalan Kebun Campuran Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 0.13 0.11 0.08 0.06 0.05 0.04 0.14 0.11 0.10 0.11 0.10 0.08 0.10 0.06 0.04 0.03 0.02 0.02 0.11 0.09 0.05 0.07 0.04 0.03 Kompos kotoran sapi Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 0.15 0.14 0.11 0.11 0.09 0.09 0.20 0.18 0.17 0.18 0.16 0.14 0.12 0.08 0.03 0.08 0.05 0.02 0.20 0.10 0.07 0.14 0.10 0.06 Kadar bahan organik bebas pada kedua jenis tanah mengalami peningkatan setelah dilakukan penambahan kompos kotoran ayam dan menurun seiring dengan bertambahnya masa inkubasi. Dengan bertambahnya masa inkubasi, maka kadar bahan organik bebas tanah akan terus mengalami penurunan karena terjadi proses dekomposisi bahan organik dan pemanfaataan bahan organik sebagai sumber energi oleh mikroorganisme tanah. Tanah Latosol Dramaga dan Andosol Sukamantri sama-sama memiliki kadar bahan organik bebas yang lebih tinggi pada lapisan tanah bagian atas dibandingkan lapisan tanah bagian bawah. Keduanya juga menunjukkan bahwa lahan yang ditutupi oleh kebun campuran memiliki kadar bahan organik bebas yang tinggi dibandingkan dengan lahan yang ditutupi oleh tegalan. Tabel 9. Kadar C-organik Terikat (%) setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam dan Masa Inkubasi Jenis tanah Latosol Dramaga Andosol Sukamantri Tutupan lahan Kedalaman (cm) Tegalan 0-13 13-36 0-6 6-27 0-25 25-50 0-20 20-40 Kebun Campuran Tegalan Kebun Campuran -Fe dan Al Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 0.94 1.13 1.50 0.38 0.75 1.13 1.31 1.69 1.88 1.13 1.50 2.06 1.50 1.88 2.06 0.75 0.94 1.13 1.69 1.88 2.81 1.13 1.31 1.50 -Klei Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 3.96 2.33 1.63 2.97 2.06 1.36 4.39 3.92 2.54 2.50 3.18 1.36 9.30 10.18 11.34 5.95 6.80 4.25 10.48 11.61 12.18 7.08 7.64 8.21 22 Hasil analisis yang disajikan pada tabel 3 dan 9 menunjukkan bahwa kadar C-organik yang terikat pada kedua jenis tanah mengalami peningkatan setelah dilakukan penambahan kompos. Kadar C-organik yang terikat Fe dan Al sebelum penambahan kompos adalah 0.38 % dan mengalami peningkatan menjadi 0.94 % setelah dilakukan penambahan kompos kotoran ayam. Begitu juga dengan kadar C-organik terikat klei yang mengalami peningkatan setelah penambahan kompos kotoran ayam. Nilai kadar C-organik terikat klei secara berurut adalah 2.10 % dan 3.96 %. Kadar C-organik terikat Fe dan Al pada kedua jenis tanah meningkat seiring dengan bertambahnya masa inkubasi. Sedangkan kadar C-organik terikat klei memiliki perbedaan antara kedua jenis tanah, tanah Latosol Dramaga mengalami penurunan kadar C-organik terikat klei seiring masa inkubasi sedangkan tanah Andosol Sukamantri mengalami peningkatan dengan bertambahnya masa inkubasi. Namun, ada perbedaan pada tanah Latosol Dramaga dengan kedalaman 6-27 cm yang ditutupi oleh kebun campuran, kadar C-organik terikat kleinya mengalami peningkatan pada inkubasi 2 bulan dan mengalami penurunan di akhir inkubasi. Demikian juga dengan tanah Andosol Sukamantri yang memiliki perbedaan pada lahan yang ditutupi tegalan dengan kedalaman 2550 cm, kadar C-organik terikat kleinya telah mengalami penurunan pada akhir inkubasi. Hal ini berkaitan erat dengan kapasitas tanah dalam mengikat bahan organik tanah. Pada suatu kondisi, koloid tanah akan mencapai batas maksimum, tanah dan klei tidak memiliki kapasitas jerapan yang tidak terhingga (infinite), tetapi cepat atau lambat akan jenuh (Tan, 1992). 4.2.3 Perubahan Kadar C-organik Tanah setelah Penambahan Kompos Jerami berdasarkan Masa Inkubasi Hasil analisis kadar total C-organik setelah penambahan kompos jerami disajikan pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa kadar total Corganik tanah mengalami peningkatan setelah dilakukan penambahan kompos kotoran jerami pada kedua jenis tanah. Pada tanah Latosol Dramaga, kadar total C-organik mengalami peningkatan dari 2.56 % menjadi 5.27 %. Pada tanah Andosol Sukamantri juga mengalami peningkatan kadar total C-organik dari 9.43 23 % menjadi 10.98 % setelah dilakukan penambahan kompos jerami. Peningkatan kadar total C-organik terjadi pada lapisan atas dan bawah kedua jenis tanah. Tabel 10. Kadar Total C-Organik (%) setelah Penambahan Kompos Jerami Tanpa Kompos Kompos Jerami Masa Inkubasi Masa Inkubasi (bulan) (bulan) 1 2 3 1 2 3 Tegalan 0-13 2.56 2.44 1.88 5.27 4.30 3.49 Latosol 13-36 1.36 1.10 1.04 3.69 2.94 2.84 Dramaga Kebun 0-6 4.38 4.50 3.27 6.22 5.41 4.40 Campuran 6-27 2.26 2.17 1.90 3.39 3.52 3.45 Tegalan 0-25 9.43 10.17 10.82 10.98 11.63 12.57 Andosol 25-50 4.93 6.42 6.90 5.70 7.47 8.23 Sukamantri Kebun 0-20 11.56 12.03 12.76 12.35 12.98 14.48 Campuran 20-40 7.02 7.47 8.79 7.49 7.96 9.46 (*) merupakan gabungan dari C-organik bebas, terikat Fe dan Al serta terikat klei Jenis tanah Tutupan lahan Kedalaman (cm) Seiring bertambahnya masa inkubasi tanah, kadar total C-organik tanah Latosol Dramaga mengalami penurunan. Namun pada tutupan lahan kebun campuran dengan kedalaman 6-27 cm, terjadi peningkatan kadar C-organik pada masa inkubasi 2 bulan dan mengalami penurunan di akhir inkubasi. Nilai kadar total C-organik tanah secara berurut adalah 3.39 %, 3.52 % dan 3.45 %. Hal ini berkaitan dengan kapasitas tanah dalam mengikat bahan organik. Sebaliknya, tanah Andosol Sukamantri mengalami peningkatan kadar C-organik total setelah penambahan kompos kotoran jerami seiring bertambahnya masa inkubasi. Tabel 11. Kadar Bahan Organik Bebas Tanah (%) setelah Penambahan Kompos Jerami dan Masa Inkubasi Jenis tanah Latosol Dramaga Andosol Sukamantri Tutupan lahan Kedalaman (cm) Tegalan 0-13 13-36 0-6 6-27 0-25 25-50 0-20 20-40 Kebun Campuran Tegalan Kebun Campuran Tanpa Kompos Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 0.13 0.11 0.08 0.06 0.05 0.04 0.14 0.11 0.10 0.11 0.10 0.08 0.10 0.06 0.04 0.03 0.02 0.02 0.11 0.09 0.05 0.07 0.04 0.03 Kompos Jerami Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 0.22 0.17 0.14 0.19 0.16 0.12 0.26 0.23 0.22 0.24 0.20 0.18 0.14 0.10 0.07 0.07 0.04 0.03 0.16 0.11 0.08 0.07 0.06 0.05 24 Hasil analisis pada tabel 11 menunjukkan bahwa kadar bahan organik bebas pada kedua jenis tanah mengalami peningkatan setelah dilakukan penambahan kompos jerami dan menurun seiring dengan bertambahnya masa inkubasi. Pada Tanah Latosol Dramaga sebelum dilakukan penambahan kompos jerami memiliki kadar bahan organik bebas sebesar 0.13 %. Setelah dilakukan penambahan kompos jerami kadar bahan organik bebasnya mengalami peningkatan menjadi 0.22 %. Demikian juga dengan kadar bahan organik bebas pada tanah Andosol Sukamantri yang meningkat setelah penambahan kompos jerami. Nilai kadar bahan organik bebas tanah Andosol Sukamantri secara berurut adalah 0.10 % dan 0.14 %. Dengan bertambahnya masa inkubasi, maka kadar bahan organik bebas tanah akan terus mengalami penurunan karena terjadi proses dekomposisi bahan organik dan pemanfaataan bahan organik sebagai sumber energi oleh mikroorganisme tanah. Tanah Latosol Dramaga dan Andosol Sukamantri sama-sama memiliki kadar bahan organik bebas yang lebih tinggi pada lapisan tanah bagian atas dibandingkan lapisan tanah bagian bawah. Hal ini menandakan akumulasi bahan organik terjadi pada lapisan atas tanah sehingga kadar bahan organik pada lapisan atas lebih tinggi dibandingkan lapisan bawah. Keduanya juga menunjukkan bahwa lahan yang ditutupi oleh kebun campuran memiliki kadar bahan organik bebas yang tinggi dibandingkan dengan lahan yang ditutupi oleh tegalan. Tabel 12. Kadar C-organik terikat (%) setelah Penambahan Kompos Jerami dan Masa Inkubasi Jenis tanah Latosol Dramaga Andosol Sukamantri Tutupan lahan Kedalaman (cm) Tegalan 0-13 13-36 0-6 6-27 0-25 25-50 0-20 20-40 Kebun Campuran Tegalan Kebun Campuran -Fe dan Al Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 0.75 0.94 1.31 0.38 0.56 0.94 0.94 1.13 1.50 0.75 1.13 1.31 1.31 1.69 2.06 0.56 0.94 1.13 1.50 1.88 2.25 0.94 1.13 1.50 -Klei Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 4.39 3.26 2.10 3.20 2.29 1.83 5.13 4.15 2.77 2.49 2.27 2.04 9.59 9.88 10.47 5.10 6.51 7.08 10.76 11.04 12.18 6.51 6.80 7.93 25 Hasil analisis pada Tabel 3 dan 12 menunjukkan bahwa kadar C-organik yang terikat pada kedua jenis tanah mengalami peningkatan setelah dilakukan penambahan kompos. Kadar C-organik yang terikat Fe dan Al sebelum penambahan kompos adalah 0.38 % dan mengalami peningkatan menjadi 0.75 % setelah dilakukan penambahan kompos jerami. Begitu juga dengan kadar Corganik terikat klei yang mengalami peningkatan setelah penambahan kompos jerami. Nilai kadar C-organik terikat klei secara berurut adalah 2.10 % dan 4.39 %. Selanjutnya kadar C-organik terikat Fe dan Al pada kedua jenis tanah mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya masa inkubasi. Sedangkan kadar C-organik terikat klei pada tanah Latosol Dramaga mengalami penurunan seiring bertambahnya masa inkubasi. Dan sebaliknya, kadar C-organik terikat klei pada tanah Andosol Sukamantri mengalami peningkatan setiap bulannya. Hal ini berkaitan dengan kapasitas tanah dalam mengikat bahan organik. 4.3 Perubahan Kadar Bahan Organik Tanah Setelah Penambahan Kompos berdasarkan Tutupan Lahan Perbedaan penggunaan lahan dapat mempengaruhi jumlah bahan organik yang terikat oleh tanah. Pengaruh penggunaan lahan terhadap kadar bahan organik terkait dengan vegetasi yang tumbuh di atas permukaan tanah. Vegetasi merupakan salah satu sumber bahan organik bagi tanah. Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkoporasikan dengan tanah (Hakim et al, 1986). Hasil analisis yang disajikan pada Tabel 13 menunjukkan data mengenai tambahan C-organik yang terikat setelah penambahan kompos. Berdasarkan data tersebut terlihat besarnya tambahan bahan organik yang terikat. Tambahan ini bertujuan untuk mengisi kembali ruang pada koloid tanah yang semula diisi oleh bahan organik awal tanah itu sendiri yang hilang akibat dekomposisi selama inkubasi. Penggunaan lahan kebun campuran menyumbangkan bahan organik lebih tinggi dibandingkan lahan tegalan. Hal ini dikarenakan vegetasi yang beragam di atas permukaan tanah yang menyumbangkan sumber-sumber bahan organik bagi tanah. Berdasarkan Tabel 13, secara umum terlihat bahwa tambahan bahan 26 organik yang terikat pada lahan kebun campuran sangat kecil bahkan tidak terjadi tambahan bahan organik dibandingkan penggunaan lahan tegalan setelah dilakukan penambahan kompos. Dengan artian, kadar awal bahan organik tanah dengan penggunaan lahan kebun campuran relatif tinggi dibandingkan kadar awal bahan organik tanah dengan penggunaan lahan tegalan, walaupun ada penambahan sumber bahan organik dalam bentuk kompos, koloid tanah tidak mampu lagi untuk mengikat bahan organik. Tabel 13. Tambahan C-organik yang Terikat (%) pada Lapisan 1 pada Dua Jenis Tanah dan Masa Inkubasi T T + KS Tambahan Jenis Tanah dan Masa Inkubasi (bulan) Latosol Dramaga Andosol Sukamantri 1 2 3 1 2 3 2.56 2.44 1.88 9.43 10.17 10.82 4.55 3.80 3.70 9.71 11.05 12.56 1.99 1.36 1.82 0.28 0.88 1.74 KC KC + KS Tambahan 4.38 5.61 1.23 4.50 3.92 -0.58 3.27 3.64 0.37 11.56 11.98 0.42 12.03 12.62 0.59 12.76 13.07 0.31 T T + KA Tambahan 2.56 4.99 2.43 2.44 3.54 1.10 1.88 3.19 1.31 9.43 10.87 1.44 10.17 12.11 1.94 10.82 13.42 2.60 KC KC + KA Tambahan 4.38 5.82 1.44 4.5 5.71 1.21 3.27 4.52 1.25 11.56 12.29 0.73 12.03 13.55 1.52 12.76 15.03 2.27 T T + KJ Tambahan 2.56 5.27 2.71 2.44 4.3 1.86 1.88 3.49 1.61 9.43 10.98 1.55 10.17 11.63 1.46 10.82 12.57 1.75 KC KC + KJ Tambahan 4.38 6.22 1.84 4.5 5.41 0.91 3.27 4.4 1.13 11.56 12.35 0.79 12.03 12.98 0.95 12.76 14.48 1.72 Perlakuan Keterangan : T T+K KC KC + K (-) Tambahan : Tegalan KS : Kompos Kotoran Sapi : Tegalan + Kompos KA : Kompos Kotoran Ayam : Kebun Campuran KJ : Kompos Jerami : Kebun Campuran + Kompos : Tidak ada Tambahan Bahan Organik : (C-organik tanah+Kompos Inkubasi 1, 2, 3)-(C-organik tanah 1 bulan) 27 Penggunaan lahan tegalan pada tanah Latosol Dramaga membutuhkan tambahan bahan organik yang paling tinggi sebesar 2.71 %. Hal ini menandakan bahwa koloid tanah tersebut masih banyak mengalami kekosongan akibat dekomposisi bahan organik sehingga tanah banyak mengikat bahan organik dari kompos yang ditambahkan ke tanah tersebut. Hasil analisis pada Tabel 14 menunjukkan bahwa pada tanah Latosol Dramaga memiliki tambahan bahan organik yang terikat yang bervariasi pada bulan 1 pada kedua jenis tutupan lahan. Pada masa inkubasi 2 bulan dengan tutupan lahan tegalan ada yang mengalami peningkatan tambahan bahan organik yang terikat setelah penambahan kompos kotoran ayam dan kompos kotoran sapi. Tanah Latosol Dramaga dengan penggunaan lahan tegalan memiliki tambahan bahan organik tertinggi yaitu 3.34 %. Pada tanah Andosol Sukamantri menunjukkan variasi tambahan bahan organik. Secara umum tambahan bahan organik yang terikat pada tanah andosol sangat kecil bahkan tidak ada penambahan bahan organik yang terjadi. Hal ini menandakan bahwa tanah tersebut memiliki kadar awal C-organik yang tinggi, walaupun dilakukan penambahan bahan organik, koloid tanah tidak mampu untuk mengikatnya. 28 Tabel 14. Tambahan C-organik yang Terikat (%) pada Lapisan 2 pada Berbagai Jenis Tanah dan Masa Inkubasi T T + KS Tambahan Jenis Tanah dan Masa Inkubasi (bulan) Latosol Dramaga Andosol Sukamantri 1 2 3 1 2 3 1.36 1.10 1.04 4.93 6.42 6.90 3.34 4.44 3.03 5.6 6.36 7.46 1.98 3.34 1.99 0.67 -0.06 0.56 KC KC + KS Tambahan 2.26 3.37 1.11 2.17 2.86 0.69 1.90 2.78 0.88 7.02 7.64 0.62 7.47 8.45 0.98 8.79 9.65 0.86 T T + KA Tambahan 1.36 3.41 2.05 1.10 2.86 1.76 1.04 2.54 1.50 4.93 6.75 1.82 6.42 7.77 1.35 6.90 5.39 -1.51 KC KC + KA Tambahan 2.26 3.73 1.47 2.17 4.77 2.60 1.90 3.50 1.60 7.02 8.29 1.27 7.47 9.01 1.54 8.79 9.74 0.95 T T + KJ Tambahan 1.36 3.69 2.33 1.10 2.94 1.84 1.04 2.84 1.80 4.93 5.7 0.77 6.42 7.47 1.05 6.90 8.23 1.33 KC KC + KJ Tambahan 2.26 3.39 1.13 2.17 3.52 1.35 1.90 3.45 1.55 7.02 7.49 0.47 7.47 7.96 0.49 8.79 9.46 0.67 Perlakuan Keterangan : T T+K KC KC + K (-) Tambahan : Tegalan KS : Kompos Kotoran Sapi : Tegalan + Kompos KA : Kompos Kotoran Ayam : Kebun Campuran KJ : Kompos Jerami : Kebun Campuran + Kompos : Tidak ada Tambahan Bahan Organik : (C-organik tanah+Kompos Inkubasi 1, 2, 3)-(C-organik tanah 1 bulan) 29 4.4 Kadar C-organik Tanah setelah Penambahan Kompos pada Berbagai Jenis Tanah berdasarkan Jenis Kompos Tabel 15. Perubahan Kadar Bahan Organik Setelah Penambahan Kompos berdasarkan Jenis Kompos dan Masa Inkubasi Jenis tanah Tutupan lahan Tegalan Latosol Dramaga Andosol Sukamantri Kebun Campuran Tegalan Kebun Campuran Kompos Kotoran Ayam Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 4.99 3.54 3.19 3.41 2.86 2.54 5.82 5.71 4.52 3.73 4.77 3.50 10.87 12.11 13.42 6.75 7.77 5.39 12.29 13.55 15.03 8.29 9.01 9.74 Kompos Jerami Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 5.27 4.30 3.49 3.69 2.94 2.84 6.22 5.41 4.40 3.39 3.52 3.45 10.98 11.63 12.57 5.70 7.47 8.23 12.35 12.98 14.48 7.49 7.96 9.46 Kompos Kotoran Sapi Masa Inkubasi (bulan) 1 2 3 4.55 3.80 3.70 3.34 4.44 3.03 5.61 3.92 3.64 3.37 2.86 2.78 9.71 11.05 12.56 5.60 6.36 7.46 11.98 12.62 13.07 7.64 8.45 9.65 Hasil analisis yang diajikan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa secara umum perlakuan kompos yang memberikan jumlah bahan organik terikat maksimum untuk mencapai kapasitas tanah dalam mengikat bahan organik yaitu perlakuan kompos kotoran ayam. Meskipun tanaman mengandung kelompok bahan yang sama (lemak, resin, protein, kelompok karbohidrat, lignin, dan komponen lainnya). Tetapi proporsi dari bahan-bahan ini mempengaruhi laju dekomposisi (Kononova, 1966). Di samping itu, kompos kotoran ayam memiliki nisbah C/N yang paling rendah. Bahan organik yang baik harus memiliki nisbah C/N serendah mungkin, ratio C/N dapat diturunkan dengan mengomposkan sisa-sisa bahan organik (Indranada, 1986 dalam Yuningsih, 2004). Pada saat ratio C/N menurun, maka telah terjadi pelepasan N dari bahan organik akibat dekomposisi bahan organik ke dalam tanah. Semakin tinggi kandungan N maka aktivitas mikroba mendekomposisikan bahan organik semakin meningkat. Apabila dilihat dari seluruh jenis tanah, maka nilai C-organik tanah sangat dipengaruhi nilai C-organik kleinya. Nilai c-organik tanah berbanding lurus dengan nilai C-organik kleinya. Adanya bahan organik yang berikatan dengan klei merupakan mekanisme pengawetan bahan organik (Sudarsono dan Hasibuan, 1995). 30 4.5 Perubahan Proporsi C-organik yang Terikat terhadap C-organik Total Tanah Tabel 16. Perubahan Proporsi C-organik yang terikat (%) pada tanah Latosol Dramaga dan masa inkubasi Terikat Fe dan Al Tanah + Kompos Tutupan Lahan Kedalaman Tanpa kompos Kotoran Sapi (cm) 1 2 3 1 2 3 Tegalan 0-13 14.84 30.74 60.11 16.48 24.74 35.41 13-36 13.97 34.54 53.85 16.77 16.89 31.02 Kebun Campuran 0-6 8.67 16.67 34.56 20.14 33.42 41.21 6-27 16.81 34.56 49.47 16.62 26.22 40.65 Tegalan Kebun Campuran 0-13 13-36 0-6 6-27 82.03 83.82 89.50 80.53 66.80 62.73 82.00 62.67 Terikat Klei 37.23 81.98 44.23 82.04 63.61 78.25 47.90 81.01 73.68 82.43 64.80 71.33 62.97 67.99 57.14 57.19 Proporsi : Persentase perbandingan C-organik terikat terhadap C-organik total Hasil analisis proporsi C-organik yang terikat disajikan pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa proporsi C-organik tanah Latosol Dramaga yang diikat oleh klei lebih besar dari proporsi C-organik yang diikat oleh Fe dan Al. Hal ini menandakan bahwa nilai C-organik tanah berbanding lurus dengan nilai C-organik terikat kleinya (Sudarsono dan Hasibuan, 1995). Penambahan bahan organik berupa kompos juga akan meningkatkan kadar Corganik yang diikat oleh Fe dan Al. Hal ini dapat dilihat bahwa proporsi kadar Corganik terikat Fe dan Al sebelum penambahan kompos adalah 14.84 % dan mengalami peningkatan menjadi 16.48 % dari total C-organik tanah. Tanah Andosol Sukamantri juga memiliki proporsi C-organik yang terikat klei lebih besar dari proporsi C-organik yang diikat Fe dan Al serta mengalami peningkatan proporsi C-organik terikat klei maupun Fe dan Al setelah dilakukan penambahan bahan organik berupa kompos. Proporsi klei sebelum penambahan kompos adalah 91.88 %. Dan mengalami peningkatan menjadi 96.07 %. Tanah Andosol Sukamantri memiliki daya mengikat bahan organik yang kuat. Oleh karena itu masih perlu penambahan bahan organik untuk meningkatkan kadar bahan organik bebas sebagai sumber energi bagi mikroorganisme tanah yang berperan dalam proses biokimia dalam tanah. 31 Kadar C-organik yang terikat oleh Al dan Fe berhubungan erat dengan kadar Al dan Fe di dalam tanah, kandungan C-organik terikat oleh Al dan Fe yang tinggi menandakan bahwa rendahnya Al dan Fe yang terlepas dari kompleks bahan organik. Masa inkubasi juga mempengaruhi proporsi kadar C-organik yang terikat dalam tanah pada kedua jenis. Dengan bertambahnya masa inkubasi, maka proporsi C-organik yang terikat klei mengalami penurunan. Proporsi C-organik terikat klei berdasarkan masa inkubasi secara beurut pada tanah Latosol Dramaga adalah 82.03 %, 66.80 % dan 37.23 %. Dengan berkurangnya proporsi C-organik yang terikat klei maka diperlukan penambahan bahan organik ke dalam tanah untuk meningkatkan kadar C-organiknya, karena pengikatan bahan organik oleh klei merupakan mekanisme pengawetan bahan organik (Sudarsono dan Hasibuan, 1995). Tabel 17 Perubahan Proporsi C-organik yang terikat (%) pada tanah Andosol Sukamantri dan masa inkubasi Terikat Fe dan Al Tanah + Kompos Tutupan Lahan Kedalaman Tanpa kompos Kotoran Sapi (cm) 1 2 3 1 2 3 0-25 Tegalan 9.97 11.11 13.87 9.68 10.23 16.40 25-50 7.71 11.68 13.62 3.39 5.97 12.60 0-20 Kebun Campuran 11.33 12.47 13.24 14.11 16.32 17.21 20-40 10.68 12.58 12.85 9.82 15.50 17.51 Tegalan Kebun Campuran 0-25 25-50 0-20 20-40 89.39 91.88 88.15 88.75 88.59 88.16 87.12 87.15 Terikat Klei 85.95 89.80 86.23 96.07 86.52 85.06 86.92 89.01 89.41 93.55 83.04 83.79 83.36 87.27 82.33 82.18 Proporsi : Persentase perbandingan C-organik terikat terhadap C-organik total 4.6 Ratio Klei dan Al-dd terhadap Bahan Organik Tanah Bahan Organik di dalam tanah terdapat dalam tiga bentuk yaitu bebas, berikatan dengan klei, serta berikatan dengan Al dan Fe. Sebagian besar bahan organik berada dalam bentuk berikatan dengan klei dan berikatan dengan Al dan Fe, hanya sebagian kecil saja yang berada dalam bentuk bebas. 32 Tabel. 18 Ratio Klei/Bahan Organik pada Dua Jenis Tanah Perlakuan Tanah + Kompos Kotoran Sapi 3 1 2 3 15.02 6.21 7.43 7.63 30.74 9.57 7.20 10.55 10.27 5.99 8.57 9.22 19.07 10.75 12.67 13.03 1.42 1.58 1.39 1.23 2.51 3.09 2.72 2.32 1.14 1.21 1.15 1.11 1.84 2.12 1.92 1.68 Tanpa kompos Jenis tanah Tutupan Lahan Tegalan Kedalaman (cm) 1 2 0 – 13 11.03 11.57 Latosol 13 – 36 23.50 29.06 Dramaga Kebun 0–6 7.67 7.46 Campuran 6 – 27 16.03 16.70 Tegalan 0 – 25 1.63 1.51 Andosol 25 – 50 3.51 2.69 Sukamantri Kebun 0 – 20 1.26 1.21 Campuran 20 – 40 2.31 2.17 Data ratio klei/bahan organik pada Tabel 18 menunjukkan bahwa ratio klei/bahan organik dan ratio Al-dd/bahan organik rendah menandakan kadar Corganik yang tinggi. Hal ini dapat dilihat pada contoh tanah sebelum penambahan kompos dengan masa inkubasi 1 bulan, ratio klei/bahan organik pada Andosol Sukamantri kedalaman 0-25 cm lebih rendah dibandingkan Latosol Dramaga kedalaman 0-13 cm dengan nilai secara berurut adalah 1.63 dan 11.03. Dengan artian 1 g bahan organik pada Andosol Sukamantri kedalaman 0-25 cm diikat oleh 1.63 g klei, sedangkan 1 g bahan organik pada Latosol Dramaga kedalaman 0-13 cm diikat 11.03 g klei. Hal ini menandakan bahwa tanah Andosol Sukamantri memiliki kandungan C-organik lebih tinggi dibandingkan Latosol dari Dramaga. Tingginya kadar C-organik pada Andosol Sukamantri disebabkan karena mineral klei alofan yang mampu mengikat bahan organik dalam jumlah lebih banyak dibandingkan tanah Latosol Dramaga. Tabel. 19 Ratio Al-dd/Bahan Organik pada Dua Jenis Tanah Jenis tanah Latosol Dramaga Andosol Sukamantri Tutupan Lahan Tegalan Kebun Campuran Tegalan Kebun Campuran Kedalaman (cm) 0 – 13 13 – 36 0–6 6 – 27 0 – 25 25 – 50 0 – 20 20 – 40 Perlakuan Tanpa kompos Tanah + Kompos Kotoran Sapi 1 2 3 1 2 3 0.49 0.52 0.67 0.28 0.33 0.34 0.72 0.89 0.94 0.29 0.22 0.32 0.32 0.31 0.43 0.25 0.36 0.38 0.50 0.52 0.59 0.33 0.39 0.40 0.06 0.05 0.05 0.06 0.05 0.04 0.04 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 - 33 Hasil analisis pada Tabel 18 menunjukkan bahwa ratio klei/bahan organik pada tutupan lahan kebun campuran lebih rendah dari tutupan lahan tegalan dengan nilai secara berurut yaitu 7.67 dan 11.03. Dengan artian 1 g bahan organik pada tanah Latosol Dramaga dengan tutupan lahan kebun campuran mampu diikat oleh 7.67 g klei sedangkan tanah Latosol Dramaga dengan tutupan lahan tegalan 11.03 g klei mengikat 1 g bahan organik. Hal ini menandakan kandungan Corganik yang tinggi pada lahan yang ditutupi kebun campuran dibanding lahan yang ditutupi tegalan. Hal ini terkait kadar bahan organik awal yang tinggi pada lahan kebun campuran. Pada tanah Latosol Dramaga kedalaman 0-13 cm memiliki ratio klei/bahan organik yang lebih rendah dibandingkan dengan kedalaman 13-36 cm dengan nilai secara berurut yaitu 11.03 dan 23.50. Dengan artian 1 g bahan organik pada tanah Latosol Dramaga kedalaman 0-13 cm diikat oleh 11.03 g klei, sedangkan 1 gram bahan organik pada tanah Latosol Dramaga kedalaman 13-36 cm diikat 23.50 g klei. Hal ini menandakan bahwa tanah Latosol Dramaga kedalaman 0-13 cm memiliki kadar C-organik lebih tinggi dibandingkan kedalaman 13-28 cm. Hal yang sama juga terjadi pada tanah Andosol Sukamantri. Ratio Al-dd/bahan organik rendah menandakan kadar C-organik yang tinggi. Pada perlakuan tanah tanpa kompos, ratio Al-dd/bahan organik pada Latosol Dramaga kedalaman 0-13 cm lebih rendah dibandingkan dengan kedalaman 13-36 cm. Bahan organik pada kedalaman 0-13 cm lebih kaya akan aluminium dibanding dengan Latosol Dramaga kedalaman 13-36 cm. Hal ini ditandai dengan kadar Al-dd pada kedalaman 0-13 cm lebih tinggi dibandingkan kedalaman 13-36 cm sehingga kadar C-organik kedalaman 0-13 cm lebih tinggi (Tabel Lampiran 10). Penambahan bahan organik berupa kompos mengakibatkan ratio klei/ bahan organik dan ratio Al-dd/bahan organik menurun, Hal ini menandakan dengan penambahan bahan organik berupa kompos mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar C-organik pada setiap jenis tanah. Tingkat aluminium dalam larutan tanah bergantung pula pada kandungan bahan organik tanah dan kandungan garamnya (Kamprath, 1972). Aluminium dalam larutan tanah menurun apabila bahan organik meningkat, bahan organik membentuk kompleks yang sangat kuat dengan aluminium (Brenes dan Pearson, 1973). BAB V. KESIMPULAN Penambahan bahan organik berupa kompos mampu meningkatkan kadar C-organik terikat klei, kadar C-organik terikat Fe dan Al serta bahan organik bebas pada setiap jenis tanah. Tanah Andosol Sukamantri mengikat bahan organik yang ditambahkan dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan Tanah Latosol Dramaga. Tanah dengan tutupan lahan kebun campuran mengikat bahan organik yang ditambahkan dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan tanah dengan tutupan lahan tegalan. Bahan organik pada kedua jenis tanah lebih banyak terikat klei dibanding terikat Fe dan Al serta dalam bentuk bebas. Klei yang berikatan dengan bahan organik pada tanah dengan tutupan lahan kebun campuran lebih banyak dibanding tanah dengan tutupan lahan tegalan. Klei yang berikatan dengan bahan organik pada lapisan atas setiap jenis tanah lebih banyak dibanding lapisan bawahnya. Klei yang berikatan dengan bahan organik pada tanah Andosol Sukamantri lebih banyak dibanding tanah Latosol Dramaga. DAFTAR PUSTAKA Brenes, E. and R. W. Pearson. 1973. Root Responses of Three Gramineae Species to Soil Acidity in an Oxisol and an Ultisol. Soil Sci. 116 : 295-302. In Sanchez, Pedro A. 1976. Properties and Management of Soils in the Tropics. 1st edition. Pulb. John Wiley & Sons. Inc. New York. (Transl: Amir Hamzah. 1993. ITB) Buckman, H. O. and N. C. Brady. 1969. The Nature and Properties of Soil. The Macmillan Company. London. Gaur, A. C. 1986. A Manual of Rural Composting. Food and Agriculture Organization of United Nations. New Delhi. Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, dan A. M. Lubis. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Indranada, H.K. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara. Jakarta. Indriani, Y. H. 2004. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta Kamprath, E. J. 1972. Soil Acidity & Liming. Hal 136-149. In Sanchez, P. A. 1976. Properties and Management of Soils in The Tropics. 1 st edition. Publ. John Wiley and Sons, Inc. New York (Trnsl: Amir Hamzah. 1993. ITB) . Kononova, M. M. 1966. Soil Organic Matter : Its Nature, Its Role in Soil Formation and Soil Fertility. Ed ke-2. Pergamon. New York. Kussow, W. R.1971. Introduction to Soil Chemistry; Soil Fertility Projecct; Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Leagred, M., O. C. Beckman and O. Kaarstad. 1999. Agriculture Fertilizer and The Environment. Cabi Publishing. In Association with Norsh Hydro Asa. Millar, C. E. and L. M. Turk. 1951. Fundamentals of Soil Science. Ed-2. John Willey and Sons. Inc, New York. Pujiyanto, Sudarsono, A. Rachim, S. Sabiham, A. Sastiono, dan J. B. Baon. 2003. Pengaruh Bahan Organik dan Jenis Tanaman Penutup Tanah terhadap Bentuk Bahan Organik, Distribusi Agregat dan Pertumbuhan Kakao (Theobroma cacao L.). J. Tanah Trop. 17:73-85 Rowell, D. L. 1995. Soil Science : Methods and Application. Longman Scientific and Technical. England 36 Sarief, E.S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Singer, M. J. and D. N. Munns. 1987. Soil An Introduction. Macmillan Publishing Company. New York. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Stevenson, F. J. 1982. Humus Chemistry Genesis; Composition, and Reaction. John Wiley and Sons. New York. Sudarsono. 1991. Pengaruh Tiga Cara Pengembalian Jerami ke dalam tanah Renzina terhadap : (1) Komposisi Bahan Organik. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 1 (2) : 79-84. IPB, Bogor -------------. 2000. Bahan Organik Tanah Sawah dengan Tiga Tipe Cara Pengelolaan Sisa Tanaman. Jurnal Agrista 4 (2) : 104-111. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh. Sudarsono, dan Hasibuan, Z. 1995. Komplek Organo-Mineral pada Dua Jenis Tanah dengan Tiga Tipe Penggunaan Lahan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 5 (1) : 6-12. IPB, Bogor. Suriadikarta, D.A., dan R.D.M Simanungkalit. 2006. Pendahuluan. Dalam: R.D.M Simanungkalit, D.A. Suryadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini dan W. Hartatik (Eds). 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Tan, K. H. 1992. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 195p Yang, S. S. 1996. Preparation and Characterization of Compost. In Proceeding of International Training Workshop on Microbial Fertilizers and Composting. October 15-22, 1996 Taiwan Agricultural Research Institute Taichung, Taiwan, Republic of China. FFTC dan TARI. Young, A. 1997. Agroforestry for Soil Management. 2nd edition. Center for Research in Agroforestry. New York. USA Yani, Imas, Sudarsono, dan Gunawan Djajakirana. 1998. Pengaruh Pengeringan Lahan Sawah dan Penggenangan Lahan Kering terhadap Bahan Organik Terikat Fe dan Al. Skripsi S1. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB Yuningsih, Nining. 2004. C Organik yang Dapat Teroksidasi pada Beberapa Jenis Residu Tanaman Segar dan yang Dikomposkan. Skripsi S1. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. LAMPIRAN Tabel 1. Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Latosol Dramaga sebelum Penambahan Kompos Tutupan Lahan Tegalan Kebun Campuran Kedalaman (cm) 0-13 13-36 0-6 6-27 Inkubasi 1 bulan Inkubasi 2 bulan Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe Total Bebas -Klei -Fe dan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Al dan Al --------------------------------------------------------------------%-------------------------------------------------2.10 0.38 1.63 0.75 0.70 1.13 2.56 0.08 2.44 0.06 1.88 0.05 1.14 0.19 0.69 0.38 0.46 0.56 1.36 0.03 1.10 0.03 1.04 0.02 3.92 0.38 3.69 0.75 2.08 1.13 4.38 0.08 4.50 0.06 3.27 0.06 1.82 0.38 1.36 0.75 0.91 0.94 2.26 0.06 2.17 0.06 1.90 0.05 Tabel 2. Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Andosol Sukamantri sebelum Penambahan Kompos Tutupan Lahan Tegalan Kebun Campuran Kedalaman (cm) 0-25 25-50 0-20 20-40 Inkubasi 1 bulan Inkubasi 2 bulan Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Total Bebas -Klei -Fe dan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Al Al --------------------------------------------------------------------%-------------------------------------------------8.43 0.94 9.01 1.13 9.30 1.50 9.43 0.06 10.17 0.03 10.82 0.02 4.53 0.38 5.66 0.75 5.95 0.94 4.93 0.02 6.42 0.01 6.90 0.01 10.19 1.31 10.48 1.50 11.04 1.69 11.56 0.06 12.03 0.05 12.76 0.03 6.23 0.75 6.51 0.94 7.64 1.13 7.02 0.04 7.47 0.02 8.79 0.02 Tabel 3. Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Latosol Dramaga Setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi Tutupan Lahan Tegalan Kebun Campuran Kedalaman (cm) 0-13 13-36 0-6 6-27 Inkubasi 1 bulan Inkubasi 2 bulan Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe Total Bebas -Klei -Fe dan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Al dan Al --------------------------------------------------------------------%-------------------------------------------------3.73 0.75 2.80 0.94 2.33 1.31 4.55 0.07 3.80 0.06 3.70 0.06 2.74 0.56 3.66 0.75 2.06 0.94 3.34 0.04 4.44 0.03 3.03 0.03 4.39 1.13 2.54 1.31 2.08 1.50 5.61 0.09 3.92 0.07 3.64 0.06 2.73 0.56 2.04 0.75 1.59 1.13 3.37 0.08 2.86 0.07 2.78 0.06 Tabel 4. Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Andosol Sukamantri Setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi Tutupan Lahan Tegalan Kebun Campuran Kedalaman (cm) 0-25 25-50 0-20 20-40 Inkubasi 1 bulan Inkubasi 2 bulan Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Total Bebas -Klei -Fe dan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Al Al --------------------------------------------------------------------%-------------------------------------------------8.72 0.94 9.88 1.13 10.47 2.06 9.71 0.05 11.05 0.04 12.56 0.03 5.38 0.19 5.95 0.38 6.51 0.94 5.60 0.03 6.36 0.03 7.46 0.01 10.19 1.69 10.48 2.06 10.76 2.25 11.98 0.10 12.62 0.08 13.07 0.06 6.80 0.75 7.08 1.31 7.93 1.69 7.64 0.09 8.45 0.06 9.65 0.03 Tabel 5. Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Latosol Dramaga Setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam Tutupan Lahan Tegalan Kebun Campuran Kedalaman (cm) 0-13 13-36 0-6 6-27 Inkubasi 1 bulan Inkubasi 2 bulan Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Fe dan Total Bebas -Fe dan Total Bebas -Fe dan Klei Al Klei Al Klei Al --------------------------------------------------------------------%-------------------------------------------------3.96 0.94 2.33 1.13 1.63 1.50 4.99 0.09 3.54 0.08 3.19 0.06 2.97 0.38 2.06 0.75 1.36 1.13 3.41 0.06 2.86 0.05 2.54 0.05 4.39 1.31 3.92 1.69 2.54 1.88 5.82 0.12 5.71 0.10 4.52 0.10 2.50 1.13 3.18 1.50 1.36 2.06 3.73 0.10 4.77 0.09 3.50 0.08 Tabel 6. Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Andosol Sukamantri Setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam Tutupan Lahan Tegalan Kebun Campuran Kedalaman (cm) 0-25 25-50 0-20 20-40 Inkubasi 1 bulan Inkubasi 2 bulan Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Total Bebas -Klei -Fe dan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Al Al --------------------------------------------------------------------%-------------------------------------------------9.30 1.50 10.18 1.88 11.34 2.06 10.87 0.07 12.11 0.05 13.42 0.02 5.95 0.75 6.80 0.94 4.25 1.13 6.75 0.05 7.77 0.03 5.39 0.01 10.48 1.69 11.61 1.88 12.18 2.81 12.29 0.12 13.55 0.06 15.03 0.04 7.08 1.13 7.64 1.31 8.21 1.50 8.29 0.08 9.01 0.06 9.74 0.03 Tabel 7. Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Latosol Dramaga Setelah Penambahan Kompos Jerami Tutupan Lahan Tegalan Kebun Campuran Kedalaman (cm) 0-13 13-36 0-6 6-27 Inkubasi 1 bulan Inkubasi 2 bulan Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Fe dan Total Bebas -Fe dan Total Bebas -Fe dan Klei Al Klei Al Klei Al --------------------------------------------------------------------%-------------------------------------------------4.39 0.75 3.26 0.94 2.10 1.31 5.27 0.13 4.30 0.10 3.49 0.08 3.20 0.38 2.29 0.56 1.83 0.94 3.69 0.11 2.94 0.09 2.84 0.07 5.13 0.94 4.15 1.13 2.77 1.50 6.22 0.15 5.41 0.13 4.40 0.13 2.50 0.75 2.27 1.13 2.04 1.31 3.39 0.14 3.52 0.12 3.45 0.10 Tabel 8. Fraksionasi Kadar C-Organik Tanah Andosol Sukamantri Setelah Penambahan Kompos Jerami Tutupan Lahan Tegalan Kebun Campuran Kedalaman (cm) 0-25 25-50 0-20 20-40 Inkubasi 1 bulan Inkubasi 2 bulan Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Total Bebas -Klei -Fe dan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Al Al --------------------------------------------------------------------%-------------------------------------------------9.59 1.31 9.88 1.69 10.47 2.06 10.98 0.08 11.63 0.06 12.57 0.04 5.10 0.56 6.51 0.94 7.08 1.13 5.70 0.04 7.47 0.02 8.23 0.02 10.76 1.50 11.04 1.88 12.18 2.25 12.35 0.09 12.98 0.06 14.48 0.05 6.51 0.94 6.80 1.13 7.93 1.50 7.49 0.04 7.96 0.03 9.46 0.03 Tabel 9. Data pH, Al-dd, dan Tekstur pada Berbagai Jenis Tanah No Jenis tanah 1 2 Tutupan lahan Kedalaman (cm) pH Al-dd Tekstur Kelas Tekstur (me/100 g) Pasir (%) Klei (%) Debu(%) Tegalan 0 – 13 4.3 2.17 11.81 48.68 39.51 Klei Latosol Dramaga 13 – 36 4.4 1.69 9.61 55.11 35.28 Klei Kebun Campuran 0–6 4.5 2.41 13.18 57.89 28.93 Klei 6 – 27 4.7 1.93 11.01 62.47 26.52 Klei Tegalan 0 – 25 4.6 0.96 24.39 26.53 49.08 Lom berdebu Andosol Sukamantri 25 – 50 5.1 tu 22.54 29.81 47.65 Klei berlom Kebun Campuran 0 – 20 4.7 0.72 22.18 25.02 52.80 Lom berdebu 20 – 40 5.2 tu 20.83 27.91 51.26 Lom berdebu Tabel 10. Proporsi Kadar C-organik tanah (% ) Latosol Dramaga sebelum Penambahan Kompos Tutupan Lahan Kedalaman (cm) Inkubasi 1 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 2 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al --------------------------------------------------------------------%--------------------------------------------------Tegalan Kebun Campuran 0-13 13-36 0-6 27-Jun 100 100 100 100 3.13 2.21 1.83 2.66 82.03 83.82 89.50 80.53 14.84 13.97 8.67 16.81 100 100 100 100 2.46 2.73 1.33 2.77 66.80 62.73 82.00 62.67 30.74 34.54 16.67 34.56 100 100 100 100 2.66 1.92 1.83 2.63 37.23 44.23 63.61 47.90 60.11 53.85 34.56 49.47 Tabel 11. Proporsi Kadar C-organik Tanah (%) Andosol Sukamantri sebelum Penambahan Kompos Tutupan Lahan Kedalaman (cm) Inkubasi 1 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 2 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al --------------------------------------------------------------------%--------------------------------------------------Tegalan Kebun Campuran 0-13 13-36 0-6 27-Jun 100 100 100 100 0.64 0.41 0.52 0.57 89.39 91.88 88.15 88.75 9.97 7.71 11.33 10.68 100 100 100 100 0.30 0.16 0.41 0.27 88.59 88.16 87.12 87.15 11.11 11.68 12.47 12.58 100 100 100 100 0.18 0.15 0.24 0.23 85.95 86.23 86.52 86.92 13.87 13.62 13.24 12.85 Tabel 12. Proporsi Kadar C-organik Tanah (%) Latosol Dramaga setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi Tutupan Lahan Kedalaman (cm) Inkubasi 1 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 2 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al --------------------------------------------------------------------%--------------------------------------------------Tegalan Kebun Campuran 0-13 13-36 0-6 27-Jun 100 100 100 100 1.54 1.20 1.60 2.37 81.98 82.04 78.25 81.01 16.48 16.77 20.14 16.62 100 100 100 100 1.58 0.68 1.79 2.45 73.68 82.43 64.80 71.33 24.74 16.89 33.42 26.22 100 100 100 100 1.62 0.99 1.65 2.16 62.97 67.99 57.14 57.19 35.41 31.02 41.21 40.65 Tabel 13. Proporsi Kadar C-organik Tanah (%) Andosol Sukamantri setelah Penambahan Kompos Kotoran Sapi Tutupan Lahan Kedalaman (cm) Inkubasi 1 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 2 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al --------------------------------------------------------------------%--------------------------------------------------Tegalan Kebun Campuran 0-13 13-36 0-6 27-Jun 100 100 100 100 0.51 0.54 0.83 1.18 89.80 96.07 85.06 89.01 9.68 3.39 14.11 9.82 100 100 100 100 0.36 0.47 0.63 0.71 89.41 93.55 83.04 83.79 10.23 5.97 16.32 15.50 100 100 100 100 0.24 0.13 0.46 0.31 83.36 87.27 82.33 82.18 16.40 12.60 17.21 17.51 Tabel 14. Proporsi Kadar C-organik Tanah (%) Latosol Dramaga setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam Tutupan Lahan Kedalaman (cm) Inkubasi 1 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 2 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al --------------------------------------------------------------------%--------------------------------------------------Tegalan Kebun Campuran 0-13 13-36 0-6 27-Jun 100 100 100 100 1.80 1.76 2.06 2.68 79.36 87.10 75.43 67.02 18.84 11.14 22.51 30.29 100 100 100 100 2.26 1.75 1.75 1.89 65.82 72.03 68.65 66.67 31.92 26.22 29.60 31.45 100 100 100 100 1.88 1.97 2.21 2.29 51.10 53.54 56.19 38.86 47.02 44.49 41.59 58.86 Tabel 15. Proporsi Kadar C-organik Tanah (%) Andosol Sukamantri setelah Penambahan Kompos Kotoran Ayam Tutupan Lahan Kedalaman (cm) Inkubasi 1 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 2 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al --------------------------------------------------------------------%--------------------------------------------------Tegalan Kebun Campuran 0-13 13-36 0-6 27-Jun 100 100 100 100 0.64 0.74 0.98 0.97 85.56 88.15 85.27 85.40 13.80 11.11 13.75 13.63 100 100 100 100 0.41 0.39 0.44 0.67 84.06 87.52 85.68 84.79 15.52 12.10 13.87 14.54 100 100 100 100 0.15 0.19 0.27 0.31 84.50 78.85 81.04 84.29 15.35 20.96 18.70 15.40 Tabel 16. Proporsi Kadar C-organik Tanah (%) Latosol Dramaga setelah Penambahan Kompos Kotoran Jerami Tutupan Lahan Kedalaman (cm) Inkubasi 1 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 2 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al --------------------------------------------------------------------%--------------------------------------------------Tegalan Kebun Campuran 0-13 13-36 0-6 27-Jun 100 100 100 100 2.47 2.98 2.41 4.13 83.30 86.72 82.48 73.75 14.23 10.30 15.11 22.12 100 100 100 100 2.33 3.06 2.40 3.41 75.81 77.89 76.71 64.49 21.86 19.05 20.89 32.10 100 100 100 100 2.29 2.46 2.95 2.90 60.17 64.44 62.95 59.13 37.54 33.10 34.09 37.97 Tabel 17. Proporsi Kadar C-organik Tanah (%) Andosol Sukamantri setelah Penambahan Kompos Kotoran Jerami Tutupan Lahan Kedalaman (cm) Inkubasi 1 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 2 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al Inkubasi 3 bulan Total Bebas -Klei -Fe dan Al --------------------------------------------------------------------%--------------------------------------------------Tegalan Kebun Campuran 0-13 13-36 0-6 27-Jun 100 100 100 100 0.73 0.70 0.73 0.53 87.34 89.47 87.13 86.92 11.93 9.82 12.15 12.55 100 100 100 100 0.52 0.27 0.46 0.38 84.95 87.15 85.05 85.43 14.53 12.58 14.48 14.20 100 100 100 100 0.32 0.24 0.35 0.32 83.29 86.03 84.12 83.83 16.39 13.73 15.54 15.86 Tabel 18. Ratio Klei/Bahan Organik pada Dua Jenis Tanah dan Masa Inkubasi Jenis tanah Latosol Dramaga Andosol Sukamantri Tutupan Lahan Tegalan Kebun Campuran Tegalan Kebun Campuran Tanpa kompos Kedalaman (cm) 1 2 3 0 – 13 11.03 11.57 15.02 13 – 36 23.50 29.06 30.74 0–6 7.67 7.46 10.27 6 – 27 16.03 16.70 19.07 0 – 25 1.63 1.51 1.42 25 – 50 3.51 2.69 2.51 0 – 20 1.26 1.21 1.14 20 – 40 2.31 2.17 1.84 Perlakuan Tanah + Kompos Tanah + Kompos Kotoran Sapi Kotoran Ayam 1 2 3 1 2 3 6.21 7.43 7.63 5.66 7.98 8.85 9.57 7.20 10.55 9.37 11.18 12.59 5.99 8.57 9.22 5.77 5.88 7.43 10.75 12.67 13.03 9.71 7.60 10.35 1.58 1.39 1.23 1.42 1.27 1.15 3.09 2.72 2.32 2.56 2.23 3.21 1.21 1.15 1.11 1.18 1.07 0.97 2.12 1.92 1.68 1.95 1.80 1.66 Tanah + Kompos Jerami 1 2 3 5.36 6.57 8.09 8.66 10.87 11.26 5.40 6.21 7.63 10.69 10.29 10.50 1.40 1.32 1.22 3.03 2.31 2.10 1.18 1.12 1.00 2.16 2.03 1.71 Tabel 19. Ratio Al-dd/Bahan Organik pada Dua Jenis Tanah dan Masa Inkubasi Tanpa kompos Jenis tanah Latosol Dramaga Andosol Sukamantri Tutupan Lahan Tegalan Kebun Campuran Tegalan Kebun Campuran Kedalaman (cm) 0 – 13 13 – 36 0–6 6 – 27 0 – 25 25 – 50 0 – 20 20 – 40 1 0.49 0.72 0.32 0.50 0.06 0.04 - 2 0.52 0.89 0.31 0.52 0.05 0.03 - 3 0.67 0.94 0.43 0.59 0.05 0.03 - Perlakuan Tanah + Kompos Tanah + Kompos Kotoran Sapi Kotoran Ayam 1 2 3 1 2 3 0.28 0.33 0.34 0.25 0.36 0.39 0.29 0.22 0.32 0.29 0.34 0.39 0.25 0.36 0.38 0.24 0.24 0.31 0.33 0.39 0.40 0.30 0.23 0.32 0.06 0.05 0.04 0.05 0.05 0.04 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 - Tanah + Kompos Jerami 1 2 3 0.24 0.29 0.36 0.27 0.33 0.35 0.22 0.26 0.32 0.33 0.32 0.32 0.05 0.05 0.04 0.03 0.03 0.03 -